BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
tertarik untuk melihat karakteristik ibu dan luaran janin pada pasien
preeklampsia berat di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2015-2016.
Dan di dapatkan hasil survey data awal di Ruang Rekam Medik di
RSUD Raden Mattaher Jambi tercatat bahwa jumlah kasus pasien
preeklampsia tahun 2015 terdapat 22 kasus, kemudian pada tahun 2016
terdapat 26 kasus preeklampsia jadi total jumlah kasus pasien pada tahun 2015-
2016 tercatat sebanyak 48 kasus preeklamsia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah “Karakteristik ibu dan luaran janin pada pasien
preeklampsia berat di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2015-2016”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Karakteristik Ibu dan Luaran Janin Pada Pasien
Preeklamsia Berat di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2015 –2016.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui prevalensi kejadian preeklampsia di RSUD Raden
Mattaher Jambi pada tahun 2015-2016.
2. Mengetahui gambaran karakteristik ibu yang mengalami
preeklampsia berdasarkan (Usia ibu, Usia gestasi, Gravida).
3. Mengetahui gambaran luaran janin pada kasus ibu yang mengalami
preeklampsia (APGAR skor, Berat lahir bayi, Riwayat gemeli).
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Instansi Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data kasus kejadian
preeklampsia di bagian obstetri dan ginekologi RSUD Raden Mattaher Jambi
serta mampu menambah informasi tentang gambaran faktor risiko terhadap ibu
dan luaran janin pada pasien preeklamsia berat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Preeklampsia
2.1.1 Defenisi
Preeklampsia adalah sindroma yang terjadi pada masa kehamilan yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah mencapai 140 mmHg pada
tekanan sistolik (greater systolic) atau 90 mmHg pada tekanan diastolik
(greater diastolic) dan dijumpai protein dalam urin sebesar 300 mg atau lebih
dalam spesimen urin 24 jam atau 300 mg/dL dalam spesimen urin yang
diambil secara acak yang terjadi setelah 20 minggu usia kehamilan.9
2.1.2 Epidemiologi
Berdasarkan tinjauan data yang diterbitkan oleh WHO, gangguan
hipertensi pada kehamilan mencapai 16% dari semua angka kejadian
kematian ibu di negara maju, persentase ini hampir mendekati angka kejadian
kematian ibu di Amerika Latin dan Karibia yang mencapai 26%. Di beberapa
daerah di Indonesia Angka kematian ibu yang tertinggi sebagian besar
disebabkan oleh eklampsia, yang merupakan manifestasi dari keadaan
preeklampsia yang semakin memberat. Berdasarkan data dari The United
States National Hospital Discharge Survey, tingkat preeklampsia meningkat
sebesar 25%, Sedangkan, angka kejadian eklampsia cenderung menurun
sebesar 22%. Meskipun angka kematian ibu karena gangguan hipertensi
kurang umum di negara – negara berpenghasilan tinggi (negara maju),
Namun penyakit dengan tingkat morbiditas berat lainya, seperti gagal ginjal,
stroke, gangguan neurologis permanen, disfungsi jantung atau henti jantung,
gangguan pernapasan, koagulopati, dan disfungsi hati, menunjukkan angka
kejadian yang cukup tinggi, yang di khawatirkan dapat memicu terjadinya
preeklampsia pada masa kehamilan. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan
di salah satu rumah sakit oleh Health Care America Corporation, juga
disebutkan bahwa preeklampsia merupakan penyebab kedua terbanyak
masuknya Ibu hamil ke ICU (Intensive Care Unit) rumah sakit setelah
penyebab utama terbanyak adalah Perdarahan pada kehamilan.10
6
2.1.3 Etiologi
Penyebab pasti terjadinya preeklampsia belum diketahui, akan tetapi
terdapat beberapa teori yang menjelaskan penyebab terjadinya preeklampsia,
diantaranya adalah, ketidakseimbangan Tromboksan A2 (vasokonstriktor dan
agregator platelet) dengan prostasiklin (vasodilator), terjadi Invasi trofoblas
yang abnormal pada arteri spiralis, peningkatan sensitifitas dinding otot arteri
terhadap Angiotensin II, sirkulasi berlebih Soluble Fms-like Tyrosine Kinase
1 (sFlt1) yang mengikat Placental Growth Factor (PlGF) dan Vascular
Endothelial Growth Factor (VEGF), yang diduga memiliki peran yang dapat
menyebabkan terjadinya preeklampsia.11
2.1.4 Patofisiologi
Dalam beberapa tahun terakhir, lahir konsep terbaru tentang usia
kehamilan saat munculnya klinis preeklampsia. Diklasifikasikan berdasar
waktu terjadi nya onset penyakit : tipe dini (early onset) preeklampsia yang
terjadi sebelum atau saat usia kehamilan 34 minggu dan tipe lambat (late
onset) preeklampsia yang terjadi pada usia kehamilan 34 minggu atau lebih.
Konsep tipe dini dan tipe lambat telah diterima secara luas bahwa hal tersebut
merupakan dua bentuk pre- eklampsia yang mempunyai etiologi yang
berbeda. Berdasarkan adanya perbedaan patofisiologi yang mendasari
terjadinya preeklampsia berat di bagi menjadi 2 yaitu tipe dini dan lambat
yang kemudian akan mempengaruhi luaran maternal dan perinatal.
Plasentasi yang abnormal dilaporkan sebagai patofisiologi utama
dalam mekanisme preeklampsia tipe dini, sedangkan predisposisi risiko
kardiovaskuler atau metabolik yang menyebabkan kerusakan endotel dan
respon inflamasi yang berlebihan tampaknya lebih berperan dalam
patofisiologi preeklampsia tipe lambat. Perbedaan ini telah didukung oleh
analisis temuan patologis pada plasenta dan faktor-faktor yang beredar dalam
sirkulasi maternal.12
7
b. Paritas
Dari kejadian delapan puluh persen semua kasus
b) Riwayat hipertensi
Salah satu faktor predisposing terjadinya pre-eklampsia
esensial.
Tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau diastolik ≥90 mmHg setelah
20 minggu usia kehamilan pada dua kali pemeriksaan setidaknya setelah 4
jam secara terpisah pada ibu hamil dengan tekanan darah normal sebelumya
atau dengan tekanan darah sistolik ≥160 mmHg atau diastolik ≥110 mmHg
pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang
sama. Diserta dengan proteinuria ≥300 mg dalam 24 jam atau rasio protein
terhadap kreatinin ≥0,3 mg protein / mg kreatinin atau dipstick +1/+2/+3.
Jika tidak dijumpai adanya proteinuria, amati adanya hipertensi
dengan onset baru dari salah satu keadaan berikut:
1. Trombositopenia : trombosit < 100.000/mikroliter
2. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan
peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada
kelainan ginjal lainnya\
3. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase2 kali normal dan
atau adanya nyeri di daerah epigastrik atau regio kanan atas adomen
4. Edema paru
5. Didapatkan gejala neurologis yaitu stroke, nyeri kepala, gangguan visus
6. Gangguan pertumbuhan janin menjadi tanda gangguan sirkulasi
uteroplasenta: Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR) atau
didapatkan absent or reversed end diastolic velocity (ARDV).15
2.1.8 Penatalaksanaan
Terdapat perbedaan antara penatalaksanaan hipertensi pada kehamilan
dan hipertensi diluar kehamilan. Kebanyakan kasus hipertensi diluar
kehamilan merupakan hipertensi esensial yang bersifat kronis. Terapi
hipertensi di luar kehamilan ditunjukkan untuk mencegah komplikasi jangka
panjang, seperti stroke dan infark miokard. Sedangkan, hipertensi pada
kehamilan biasanya dapat kembali normal saat setelah bayi lahir, sehingga
terapi tidak ditujukan untuk pencegahan komplikasi jangka panjang.
Preeklampsia berisiko menjadi eklampsia, sehingga diperlukan penurunan
tekanan darah yang cepat pada preeklampsia berat. Selain itu, preeklampsia
juga dapat melibatkan komplikasi multisystem dan disfungsi endotel,
16
pengawasan khusus untuk menentukan apakah status bayi akan membaik dan
untuk memastikan apakah ada kondisi patologis yang menyebabkan nilai
Apgar yang rendah. Apabila nilai Apgar 0 sampai 3 menunjukkan bahwa
adanya henti jantung-paru atau kondisi bradikardia berat, hipoventilasi atau
depresi susunan saraf pusat.22
Skor Apgar menit pertama menunjukkan bahwa kebutuhan resusitasi
dibutuhkan segera. Skor menit kelima dan khususnya perubahan dalam skor
antara menit pertama dan kelima merupakan indeks efektivitas yang berguna
terhadap upaya resusitasi yang akan dilakukan. Skor Apgar menit kelima juga
memiliki makna prognostik untuk kelangsungan hidup bayi karena
kelangsungan hidup bayi baru lahir berkaitan erat dengan kondisi bayi di ruang
bersalin. Skor Apgar menit kelima yang rendah mampu memprediksi kematian
neonatus pada bayi kurang bulan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa sistem
skor Apgar sesuai untuk memprediksi kelangsungan hidup bayi pada saat ini
dan telah digunakan hampir 50 tahun lalu.21
Kondisi yang dapat berkontribusi pada terjadinya asfiksia janin atau
neonatal berkaitan dengan kehamilan risiko tinggi. Penyakit ibu yang
mengganggu perfusi uteroplasenta (hipertensi kronik, preeklampsi dan diabetes
melitus) membuat janin berisiko mengalami asfiksia intrauterin. Pada bayi
yang sangat prematur dengan berat lahir kurang dari 1000 g mungkin memiliki
paru yang sukar mengembang meskipun tidak terdapat kelainan lainnya.
Kurangnya compliance dinding dada dan surfaktan menyebabkan gangguan
pertukaran udara retraksi, hipoksia, dan apnea.22
Asfiksia pada bayi baru lahir dapat diakibatkan oleh dua faktor yaitu
terdiri dari faktor ibu, faktor janin dan faktor persalinan/kelahiran. Faktor ibu
yaitu infeksi (korioamnionitis), eklampsia, penyakit kronik ibu seperti
hipertensi, penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit paru, dan diabetes
melitus. Faktor janin yang dapat mengakibatkan asfiksia neonatorum adalah
keadaan seperti prematuritas, bayi kecil menurut usia kehamilan, gawat janin,
kelainan bawaan, bayi kembar, dan inkompatibilitas golongan darah. Faktor
persalinan kelahiran yang berhubungan adalah polihidramnion,
23
PREEKLAMPSIA
32
FAKTOR RISIKO
DERTERMINAN DETERMINAN
INTERMEDIET DETERMINAN KONTEKSTUAL
PROKSI
A. Status reproduksi A. Pendidikan
1. Faktor usia B. Social dan ekonomi
2. Paritas C. Pekerjaan
3. Kehamilan ganda
4. Faktor genetik
B. Status keluarga
1. Riwayat preeklampsia
2. Riwayat hipotensi KOMPLIKASI
3. Diabetes melitus
4. Status gizi
5. Stress/cemas
RISIKO PADA LUARAN NEONATAL
C. Prilaku hidup 1. Asfiksia neonatorum
1. Antenatal care
IBU
1. Hipertensi 2. BBLR
2. KB 3. Kelainan kongenital
2. Proteinuria
3. Edema 4. Stillbirth
4. Peningkatan kadar asam
urat serum
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
34
3. Usia Adalah usia Melihat catatan rekam 1. Usia gestasi < Ordinari
Gestasi gestasi pada saat medik pasien 37minggu
ibu melakukan (Preterm)
persalinan 2. Usia gestasi 37-42
dengan lama minggu (Aterm)
waktu 3. Usia gestasi > 42
mempertahanka minggu (Post
n kehamilan term)
4. Gravida Jumlah Melihat catatan rekam 1. Primipara (Hamil Ordinal
kehamilan yang medik pasien pertama kali)
menghasilkan 2. Multipara (Hamil
36
(Denyut Jantung)
3. Grimace
(Ransangan)
4. Activity
(Kontraksi Otot
5. Respiration
(Pernapasan)
6. Berat Pengukuran Melihat catatan rekam 1.BBLN
Lahir Bayi berat badan lahir medik pasien 2500-4000gr
bayi 2.BBLR 1500-
2499gr
3. BBLSR
1000-1499gr
dari faktor risiko ibu yang meliputi usia ibu, usia gestasi, paritas, kriteria
diagnosis pasien preeklampsia berat.
3.9 Etika Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti terlebih dahulu meminta izin kepada
RSUD Raden Mattaher Jambi untuk melakukan penelitian di RSUD Raden
Mattaher Jambi. Kemudian pengambilan data di RSUD Raden Mattaher
Jambi dengan menjaga kerahasian nama (anonymity) dan kerahasiaan
informasi yang diperoleh (confidentiality)
Analisis data
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
.1 Hasil Penelitian
Penelitian mengenai faktor risiko dan luaran janin pada pasien
preeklampsia berat di RSUD Raden Mattaher Jambi telah di laksanakan pada
39
Kasus
No Usia (tahun) Frekuensi Persen
(f) (%)
40
1 Beresiko 14 29
2 Tidak Beresiko 34 71
Total 48 100
Frekuensi Persen
No Usia Gestasi
(f) (%)
1 Preterm 20 41
2 Aterm 28 59
3 Posterm 0 0
Total 48 100
Kasus
Frekuens
No Gravida Persen
i
(f) (%)
41
1 Primigravida 25 52
Multigravida 23 48
2
Grandemultipara 0 0
3
Total 48 100
Frekuensi Persen
No Riwayat Penyakit Penyerta
(f) (%)
1 Asfiksia Berat 0 0
2 Asfiksia Ringan 9 18
3 Normal 39 82
Total 48 100
Berdasarkan tabel 4.5, diketahui bahwa pada kelompok kasus Apgar score
terbanyak yaitu normal sebanyak 39 bayi (82%), yang paling sedikit yaitu asfiksia
ringan sedang sebanyak 9 bayi (18%) dan tidak terdapat sampel pada asfiksia
berat.
(f) (%)
Total 48 100
Berdasarkan tabel 4.6, diketahui bahwa pada kelompok kasus berat badan
bayi lahir terbanyak yaitu Berat Bayi Lahir Normal (BBLN) sebanyak 38 bayi
(80%), yang paling sedikit yaitu Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 10
bayi (20%), dan tidak terdapat sampel penelitian pada Berat Bayi Lahir Sangat
Rendah (BBLSR).
Frekuensi Persen
No Riwayat Penyakit Penyerta
(f) (%)
1 Gemeli 2 4
2 Tidak Gemeli 46 96
Total 48 100
Berdasarkan tabel 4.7, diketahui bahwa terdapat 2 kasus gemeli (bayi
kembar) yaitu sebanyak 2 orang (4%) sedangkan yang tidak gemeli (tidak
kembar) adalah sebanyak 46 orang (96%).
4.2 Pembahasan
.2.1 Angka Kejadian Preeklampsia di RSUD Raden Mattaher Jambi
Berdasarkan data dari Rekam Medik di RSUD Raden mattaher jambi, pada
tahun 2015 terdapat 22 kasus preeklampsia dan di tahun 2016 terdapat 26 kasus
preeklampsia sedangkan untuk jumlah keseluruhan pasien rawat inap pada tahun
43
tahun 2015 adalah 1257 kasus dan pada tahun 2016 adalah 1309 kasus . Hal ini
dapat dilihat bahwa jumlah pasien preeklampsia memiliki angka kejadian yang
cukup tinggi. Dimana setiap tahunnya pasien preeklampsia di RSUD Raden
Mattaher Jambi terus mengalami peningkatan.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Indriani N, angka kejadian persalinan
dengan komplikasi preeklampsia di RSUD Kardinah Kota Tegal pada tahun 2015
sebanyak 5,45% dari semua persalinan yang ada. 40 Dari penelitian Andriani C,
dkk yang dilakukan di RSUP Dr. M. Djamil Padang, dilaporkan bahwa angka
kejadian preeklampsia pada tahun 2011 mencapai 137 kasus untuk preeklampsia
berat, dan 35 kasus untuk preeklampsia ringan. Angka ini terus mengalami
peningkatan hingga tahun 2012, yaitu sekitar 187 kasus untuk preeklampsia berat
dan ringan.41
4.2.2 Karakteristik Sampel Berdasasrkan Usia
Penelitian ini sejalan yang dilakukan oleh Lombo G.E dkk, yang dilakukan
di RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado bahwa usia ibu yang terdiagnosis
preeklampsia paling banyak adalah usai 20-35 tahun yaitu sebanyak 44 orang
(73,4%).44 Penelitian ini juga sama dengan penelitian Juliantari K.B dkk, bahwa
usia wanita yang mengalami preeklampsia adalah usia 20-35 tahun yaitu sebanyak
76 orang (70,37%).47 Namun hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian
Denantika O dkk, yang dilakukan di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2012-
2013 bahwa ibu yang berusia < 20 dan > 35 tahun mempunyai kecenderungan
untuk mengalami preeklampsia dibandingkan dengan ibu yang berusia 20 –35
tahun.46 Menurut penelitian Rozikhan yang dilakukan di Rumah Sakit Dr.
Soewondo Tegal Tahun 2007 yaitu usia ibu yang terdiagnosis preeklampsia paling
banyak adalah usia 20-35 tahun sebanyak 78 orang (78,0%).8
Penelitian ini tidak sesuai dengan teori dimana usia maternal yang
memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami preeklampsia-eklampsia adalah
kelompok usia <20 tahun dan >35 tahun. Usia kehamilan <20 tahun memiliki
keadaan alat reproduksi belum siap untuk menerima kehamilan sehingga
meningkatkan terjadinya keracunan kehamilan dalam bentuk preeklampsia dan
usia ibu >35 tahun berisiko untuk terjadinya preeklampsia karena pada usia ini
44
BBLR tidak hanya berkaitan dengan berkurangnya aliran darah ke janin, namun
akibat berbagai faktor seperti usia ibu, status kesehatan ibu, genetika, serta hal ini
juga bisa disebabkan karena faktor luar lain semisalnya stats gizi ibu dimana bisa
diketahui dari indeks massa tubuh ibu, yang mengakibatkan bayinya cukup gizi
pada masa kehamilannya.55
4.2.7 Karakteristik Berdasarkan Gameli
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian karima NM di RSUP Dr. M
Djamil Padang dimana pada tahun 2015 jumlah janin tunggal pada ibu
preeklampsia lebih banyak 70 pasien dibandingkan dengan jumlah janin ganda 4
pasien.55 Penelitian Sutrimah di RS Roemani Muhammadiyah Semarang
mendapatkan jumlah janin tunggal pada ibu preeklampsia lebih banyak 31 pasien
di bandingkan jumlah janin ganda 1 pasien56
Penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
preeklampsia 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda dari 105 kasus
kembar dua didapat 28,6% preeklampsia. Hal tersebut disebabkan karena
terjadinya dislensia uterus.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan kesimpulan
sebagai berikut:
47
5.2 Saran
1. Bagi instansi kesehatan
Meningkatkan kualitas kinerja tenaga medis dalam menangani pasien
preeklampsia semaksimal mungkin, sehingga dapat memperkecil atau mencegah
terjadinya komplikasi. Selain itu, pengisian rekam medis hendaknya dilakukan
dengan lebih teliti, lengkap dan dengan tulisan yang jelas, sehingga isi rekam
medis tersebut dapat digunakan dengan baik dan akurat untuk kepentingan
pemeriksaan selanjutnya maupun dalam menunjang penelitian berikutnya.
2. Bagi masyarakat
Bagi masyarakat khususnya ibu hamil agar lebih peduli terhadap kesehatan
diri sendiri dan kehamilannya, yaitu dengan mengikuti program-program dari
pemerintah ataupun instansi kesehatan lainnya dalam usaha pelayanan kesehatan,
misalnya dengan mengikuti penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran dalam
melakukan antenatal care secara teratur dan terarah sehingga risiko preeklampsia
dapat ditangani sedini mungkin.
3. Bagi peneliti lainnya
Hasil penelitian ini dapat menjadi pembanding bagi penelitian selanjutnya
dalam hal mengetahui karakteristik preeklampsia dengan metode lain, dengan
populasi yang lebih luas serta lebih memperhatikan variabel lain yang belum
diperhatikan dalam penelitian ini.
4. Bagi Institusi FKIK
48
DAFTAR PUSTAKA