Anda di halaman 1dari 18

ANALISA JURNAL 1

Faktor-Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil Di Poli
Klinik Obs-Gin Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Kota Manado

Nelawati Radjamuda1, Agnes Montolalu 2, 1. Jurusan Kebidanan STIKES Muhammadiah


Manado. 2. Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado

Kesimpulan :

Hipertensi Dalam Kehamilan (preeklampsia dan eklampsia) adalah salah satu dari tiga
penyebab utama kematian ibu disamping perdarahan dan infeksi. Ada sekitar 85%
preeklampsia terjadi pada kehamilan pertama. Preeklamsia terjadi pada 14% sampai 20%
kehamilan dengan janin lebih dari satu dan 30% pasien mengalami anomali rahim yang berat.
penelitian ini didapatkan kejadian hipertensi ibu hamil pada umur <20 tahun 117 orang (56,5%),
pada primipara 109 (52,7%), dan pada riwayat hipertensi (preeklamsi-eklamsi) 115 orang (55,6
%). Hasil bivariat yaitu terdapat hubungan antara umur dengan kejadian hipertensi pada ibu
hamil (p=0,002), terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil
dengan nilai p=0,000 dan terdapat hubungan antara riwayat hipertensi dengan kejadian hipertensi
pada ibu hamil dengan nilai p=0,002 (p<0,005). Dan faktor-faktor risiko yang berhubungan
dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil yaitu umur, paritas dan riwayat hipertensi
(preeklamsi-eklamsi). Penyakit hipertensi dalam kehamilan (Preeklampsia dan Eklampsia)
adalah salah satu dari tiga penyebab utama kematian ibu disamping perdarahan dan infeksi (1-
2). Ada sekitar 85% preeklampsia terjadi pada kehamilan pertama. Preeklamsia terjadi pada
14% sampai 20% kehamilan dengan janin lebih dari satu dan 30% pasien mengalami anomali
rahim yang berat. Pada ibu yang mengalami hipertensi kronis, penyakit ginjal, insiden
mencapai 25% (3). Menurut WHO terdapat sekitar 585.000 ibu meninggal per tahun saat hamil
atau bersalin dan 58,1% diantaranya dikarenakan oleh preeklampsia dan eklampsia (4).
Berdasarkan analisis univariat didapatkan umur ibu hamil penderita hipertensi yang
memeriksakan kehamilan adalah umur <20 tahun (56,6%), selanjutnya hasil ini dianalisis
menggunakan uji statistik Chi Square (x2) didapatkan nilai p=0,002 (p< =0,05) yang berarti
terdapat hubungan antara usia dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil. Hasil penelitian ini
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Cuningham (2002) bahwa umur yang beresiko
terkena hipertensi (preeklamsieklamsi) pada ibu hamil dengan usia <20 tahun atau >35 tahun (8).
Hipertensi (pre eklampsia-eklamsi) meningkat di umur muda, sehubungan dengan belum
sempurnanya organ-organ yang ada ditubuh wanita untuk bereproduksi, selain itu faktor
psikologis yang cenderung kurang stabil juga meningkatkan kejadian pre eklampsia di umur
muda. Hal ini juga sesuai dengan studi di RS Neutra Colombia, Porapakkan di Bangkok, dan
lainnya di Zambia, cenderung terlihat insiden hipertensi (preeklamsi-eklamsi) cukup tinggi di
usia belasan tahun, yang menjadi masalah adalah mereka jarang memeriksaan kehamilan atau
Ante Natal Care (ANC).

Setelah diketahui faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada
ibu hamil, maka yang menjadi saran yaitu Tenaga kesehatan khususnya bidan dapat
meningkatkan kwalitas Ante Natal Care (ANC) pada ibu hamil, menggiatkan penyuluhan tentang
kesehatan reproduksi wanita, resiko tinggi kehamilan, dan gizi seimbang. Institusi pendidikan
hasil penelitian ini dijadikan bahan referensi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan bahan
acuan dalam penelitian-penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor risiko yang berhubungan
dengan kejadian hipertensi pada Ibu hamil. Institusi rumah sakit Poliklinik obstetri Genekologi
Rantumbuysang Kota Manado, untuk tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan
kesehatan dengan membuat prosedur tetap dalam melakukan pemeriksaan kehamilan/ante natal
care untuk mendeteksi penyakit kehamilan khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor resiko
yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil. Kepada ibu hamil untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan atau sesuai dengan kondisi
ibu hamil, pemeriksaan tekanan darah secara teratur dan baca buku Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan.
ANALISA JURNAL 2

HUBUNGAN POLA MAKAN, UMUR DAN PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN


HIPERTENSI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG
BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

T.M. Rafsanjani1 , Yasir2 , Masyudi3 1,2,3Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Serambi


Mekkah, Aceh tmrafsanjani@serambimekkah.ac.id

Kesimpulan :

Kehamilan tidak semua dapat berjalan dengan lancar, pada kondisi hamil, sering
ditemukan berbagai risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan dan mengancam jiwa ibu
maupun kandungannya. Diantara beberapa permasalahan yang sering dijumpai adalah hipertensi
pada masa kehamilan. Kondisi ini mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian yang
pada akhirnya menjadi permasalahan kesehatan masyarakat secara umum. Kehamilan seseorang,
sangat dipengaruhi oleh kematangan fisik, psikologi pada masa remaja, pada masa ini merupakan
fase, di mana fungsi fisik mendekati kesempurnaan, atau hampir memenuhi puncaknya. Kejadian
hipertensi pada masa hamil (Preeklampsia dan Eklampsia) merupakan salah satu dari berbagai
penyebab utama kematian ibu secara, setelah kejadian infeksi dan perdarahan (Hasan, 2007).
Berdasarkan jenisnya, hipertensi secara umum dibagi menjadi empat jenis, yang umumnya
menderita pada masa hamil, yaitu: 1) Tekanan darah tinggi (hipertensi) diakibatkan
kehamilan/keracunan, (tekanan darah tinggi juga disertai dengan kelainan pada urine ibu hamil).
Preeklamsia merupakan Berdasarkan jenisnya, hipertensi secara umum dibagi menjadi empat
jenis, yang umumnya menderita pada masa hamil, yaitu: 1) Tekanan darah tinggi (hipertensi)
diakibatkan kehamilan/keracunan, (tekanan darah tinggi juga disertai dengan kelainan pada urine
ibu hamil). Merujuk pada berbagai faktor risiko penyebab hipertensi, maka diketahui ada faktor
risiko yang tidak dapat dikendalikan seperti : umur, jenis kelamin, riwayat keluarga dan genetik
dan faktor risiko yang dapat dikendalikan yaitu: kebiasaan merokok, konsumsi garam, stres,
penggunaan jelantah,obesitas, kebiasaan konsumsi minumminuman beralkohol, konsumsi lemak
jenuh, kurang aktifitas fisik, penggunaan estrogen dan berbagai faktor lainya akibat gaya hidup.
Umur merupakan ukuran usia seorang ibu yang secara umum menjadi batasan atau tolak
ukur untuk status kedewasaan, baik pada pengambilan keputusan yang berdsarkan pada
pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama masa kehidupan. Usia sangat berhubungan
dengan kepatuhan seorang ibu pada saat menghadapi proses kehamilan, usia ibu yang lebih muda
mengakibatkan ketidaksiapan mental dan fisik seorang ibu untuk menerima kehamilannya, pada
akhirnya akan berdampak pada terganggunya proses normalitas masa kehamilan, seperti
hipertensi dan berbagai permasalahan lainnya Penelitian ini sejalan yang dilakukan oleh
Setyawati dkk., (2015) hasil analisis dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
pada tanggal 26 Februari 2015 adalah usia ibu hamil yang terkena hipertensi rata-rata berumur di
atas 35 tahun. Pada penelitian ini dikelompokkan analisis umur responden yaitu menjadi
dibawah 35 tahun dan di atas 35 tahun. Pada penelitian terkait lainnya juga menunjukkan
keterkaitan umur dengan kejadian hipertensi pada masa kehamilan dan terdapat hubungan umur
maternal terhadap kasus hipertensi dalam kehamilan dengan umur > 35 tahun berisiko 2.7 kali
terjadi hipertensi masa kehamilan dibandingkan dengan usia lebih muda. Dapat disimpulkan
bahwa umur ibu pada saat hamil dapat berpengaruh pada setiap keputusan dan tindakan dalam
memilih tempat pemeriksaan dan paling penting adalah pada memiliki makanan yang dapat
mempengaruhi hipertensi akibat makanan. Demikian pula dengan umur suami jika umur lebih
tua maka pengetahuan tentang semua penjelasan yang berhubungan dengan cara pencegahan
hipertensi akan bertambah pula. Pengetahuan merupakan bentuk tahu atau mengetahui, yang
diperoleh dari hasil kerja penglihatan dan perasaan manusia suatu objek yang diamati. Proses
penginderaan dilakukan dengan panca indra manusia seperti, penglihatan, rasa, raba, indera
pengdengaran dan penciuman. Pengetahuan adalah landasar untuk membentuk karakter dan
tindakan seseorang Seorang ibu hamil tidak boleh berhenti belajar mengenai kehamilan jika
ingin memiliki anak yang cerdas. Artinya seorang ibu harus selalu mencari tahu apa yang dapat
dan mampu dilakukan agar perkembangan otak janin sempurna. Untuk itu ibu hamil perlu
memiliki pengetahuan tentang kehamilan yang dapat membuat otak janin dapat berkembang
sempurna dan nantinya dapat menjadi anak yang cerdas. Ibu hamil dengan tingkat pengetahuan
rendah menjadi faktor risiko penyebab kematian ibu saat melahirkan dan bayi bahkan balitanya.
Pengetahuan ibu hamil merupakan suatu hal yang sangat penting, dengan tujuan terjaga dan
terpeliharanya
kandungan dengan baik dan sehat, membantu kematangan psikis, dapat mencegah
preeklampsia pada ibu hamil kehamilan dan kesiapan fisik proses persalinan

Hasil penelitian ini sejalan yang dilakukan oleh Setyawati., dkk., (2015) di dapat
hipertensi pada wanita hamil di Indonesia adalah berpendidikan dibawah Sekolah Menengah
Pertama (SMP) (74,2%) dengan P Value = 0,013, bahwa pendidikan dan pengetahuan dapat
berpengaruh terhadap pemanfaatan dan pemilihan fasilitas kesehatan. Dapat disimpulkan,
Pengetahuan ibu-ibu tentang kehamilan dan kesehatan anak adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi ibu yang akan mempunyai balita. Tingkat pengetahuan yang semakin baik, maka
semakin luas wawasan dan informasi yang diperoleh.

Kondisi keteraturan pola makan manusia masih banyak yang tidak teratur dalam
kehidupan sehari-hari, hal ini akan berdampak buruk pada kondisi kesehatan Timbulnya suatu
penyakit dipengaruhi oleh gaya hidup atau pola makan secara spesifik, pola makan yang
teratudapat mencegah terjadinya suatu penyakit, atau menjaga kebugaran tubuh. Perilaku
mengkonsumsi garam secara berlebihan, akan mengakibatkan rasa haus dan mendorong untuk
minum, kondisi ini akan meningkatkan jumlah darah dalam tubuh, yang berdampak pada
meningkatnya fungsi jantung untuk lebih giat memompa darah, sehingga tekanan darah akan
naik, kenaikan fungsi jantung ini, berakibat pada banyaknya garam dan air yang harus di saring
oleh ginjal yang dikarenakan masuk dan keluarnya darah harus sesuai.

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan umur >
30 Tahun dengan hipertensi pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Krueng Barona Jaya
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2017. Diperoleh hubungan pengetahuan rendah dengan hipertensi
pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar Tahun
2017. Ada hubungan pola makan yang tidak sesuai (tidak memenuhi kesesuaian gizi, menu atau
asupan makanan yang dikonsumsi oleh ibu selama kehamilan, kurangnya karbohidrat, sayuran,
buah-buahan, protein dan produk susu) dengan hipertensi pada ibu hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar Tahun 2017.
Ibu hamil yang berumur < 20 tahun dan > 35 tahun diharapkan lebih sering melakukan
pemeriksaan tekanan darah dalam masa kehamilan, disebabkan takut terjadinya beresiko
hipertensi dalam masa kehamilan. Ibu hamil diharapkan untuk meningkatkan pengetahuan
tentang penyebab terjadinya hipertensi dalam masa kehamilan demi perkembangan buah hatinya.
Ibu hamil diharpkan untuk menjaga pola makan selama masa kehamilan agar tidak terjadinya
hipertensi dalam masa kehamilan demi perkembangan buah hatinya. Puskesmas dan petugas
kesehatan diharapkan dapat meningkatkan pelayanan dan penyuluhan tentang pentingnya
pemeriksaan tekanan dalam masa kehamilan dan diharapkan

penelitian ini menjadi bahan perbandingan untuk penelitian lanjutan dengan kajian yang
lebih mendalam.
ANALISA JURNAL 3

JURNAL STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN PRE EKLAMPSIA


BERAT DI RUANG GAYATRI RSUD WAHIDIN SUDIROHUSODO

WAWAN DWI HADI PUTRA ( 1514401018 )

Kesimpulan :

Preeklampsia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas maternal. Tanda dan
gejala seperti tekanan darah darah tinggi pada usia kehamilan lima bulan, pandangan kabur, kaki
bengkak, sakit kepala, nyeri ulu hati, mual bahkan muntah. Tujuan studi kasus ini adalah
melakukan asuhan keperawatan pada partisipan dengan masalah yang sama. Pre eklampsia
merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal di seluruh dunia.
Menurut WHO, UNFPA dan UNICEF, preeklampsia-eklampsia merupakan penyebab utama
masalah di Indonesia, preeklampsia berat dan eklampsia merupakan penyebab kematian ibu yang
berkisar 1,5% sampai 25%, sedangkan kematian bayi antara 45% sampai 50%. Sedangkan
eklampsia menyebabkan 50.000 kematian/tahun di seluruh dunia, 10% dari total kematian
maternal. Banyak faktor yang menyebabkan meningkatnya insiden preeklampsia pada ibu hamil
seperti pernah mengalami preeklampsia pada kehamilan sebelumnya, kekurangan nutrisi,
mengandung janin lebih dari satu.

Di Indonesia berada di peringkat 11 (dari 18 negara ASEAN) untuk angka kematian ibu
yaitu 240 per 100.000 kelahiran hidup, berdasarkan data SDKI 2007, angka nasional untuk angka
kematian ibu di Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup (kemenkes RI, 2015). Salah
satu faktor penting dalam tingginya angka kejadian infeksi nifas adalah kurangnya pengetahuan
ibu tentang perawatan masa nifas, dan salah satu perawatan masa nifas yang sering diabaikan
oleh ibu nifas yaitu pentingnya vulva hygiene, terutama pada luka jahitan episiotomi, karena itu
biasanya takut menyentuh luka yang ada di perineum sehingga memilih untuk tidak
membersihkannya (Manuaba, 2014). Komplikasi yang timbul pada persalinan dan masa nifas
merupakan penyebab langsung kematian maternal. Komplikasi yang terjadi menjelang
persalinan, saat dan setelah persalinan terutama adalah perdarahan, partus macet atau partus lama
dan infeksi akibat trauma pada persalinan

Penyebabnya pre eklampsia belum diketahui partisipan. Namun pre eklampsia berat yaitu
adanya peningkatan tekanan darah tinggi pada waktu hamil, Pre eklampsia dengan tanda dan
gejala seperti tekanan darah tinggi pada usia kehamilan 5 bulan, pandangan kabur, kaki bengkak,
sakit didaerah kepala dan di ulu hati, mual bahkan sampai muntah. Pre eklampsia merupakan
suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke 20 pada wanita
yang sebelumnya memiliki tekanan darah rendah. Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul
secara berurutan yaitu pertumbuhan berat badan yang berlebihan, disertai edema, hipertensi dan
akhirnya proteinuria. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada pre eklampsia yang meningkat
lebih tinggi, edema menjadi lebih umum dan proteinuria bertambah banyak dan pre eklampsia
terjadi karena adanya riwayat hipertensi. Asuhan keperawatan intrapartum pada ibu dengan pre
eklampsia berat atau sindrom HELLP meliputi pemeriksaan ibu dan janin seiring kemajuan
persalinan, pemeriksaan dan pencegahan hipoksia dan perdarahan jaringan, keduanya dapat
menimbulkan gangguan permanen pada organ penglihatan yang berlangsung sepanjang periode
intrapartum dan pascapartum. Masalah kesehatan yang mungkin terjadi pada ibu hamil dengan
hipertensi adalah nyeri, perubahan perfusi jaringan, risiko cedera, kelebihan volume cairan dan
lain-lain. Peran perawat yang dapat dilakukan pada ibu hamil yang menunjukkan gejala awal
hipertensi adalah pemantauan nadi dan tekanan darah, melakukan pemeriksaan pada ibu hamil,
menganjurkan untuk melakukan tes laboratorium dan berkolaborasi dalam memberikan obat anti
hipertensi, menganjurkan ibu melakukan tirah baring dengan posisi miring kiri (Mitayani, 2011).

Upaya untuk menurunkan AKI di mojokerto tersebut perlu dikembangkan upaya


peningkatan fungsi posyandu dalam Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) melalui peran kader kesehatan untuk mempersiapkan persalinan aman dan
pencegahan komplikasi bagi ibu hamil termasuk penerapan sistem rujukan. Hal tersebut
dimaksudkan agar terjadi perubahan paradigma di masyarakat bahwa yang tadinya persalinan
adalah masalah wanita menjadi persoalan semua pihak (Kemekes RI, 2016). Upaya untuk
mencegah agar pre eklampsia tidak menjadi berat atau bahkan menjadi eklampsia, perlu di
pantau dalam setiap kunjungan ulang antenatal yaitu pertambahan berat badan yang terlalu
meningkat setiap minggu, tekanan darah tinggi serta kadar protein dalam urin. Selain itu peran
perawat pada kasus pre eklampsia berat yaitu ada 2 peran, peran mandiri dan kolaborasi. Peran
mandiri perawat ialah menganjurkan tirah baring agar pasien lebih banyak berisitarahat dan tidak
mudah lelah sehingga dapat menurunkan tekanan darah, menganjurkan mengurangi garam dapat
mempercepat kenaikan darah, memposisikan pasien ditempat yang nyaman dan tenang seperti
posisi semi fowler atau sesuai keinginan pasien, dan memberikan nutrisi yang cukup pada ibu
seperti mengkonsumsi sayuran dan vitamin yang lengkap dan buah-buahan. Peran kolaborasi
seperti berkolaborasi dalam pemberian terapi MgSO4 sebagai anitdiuretik untuk menurunkan
tekanan darah.

Pengkajian Pada penelitian hari pertama sampai hari ketiga pada tanggal 17 - 19 Juli
2018 pukul 13.10 WIB, partisipan 1 berusia 36 tahun mengeluh bengkak pada kaki sejak lebaran
dan saat malam tidak bisa tidur. Saat pengkajian tanda dan gejala yang dialami pasien yaitu
adanya bengkak pada kedua kaki kedalamannya 2-4 mm dan waktu kembali 5 detik, hasil
pemeriksaan pada penelitian pertama didapatkan Tekanan Darah: 160/100 mmHg Nadi: 80
x/menit Suhu: 360C Respirasi Rate: 20 x/menit. Pengkajian partisipan ke 2 berusia 41 tahun,
pada tanggal 17 – 19 Juli 2018 pukul 14.20 WIB, mengeluh merasa pusing, dan penglihatan
kabur, dan dilakukan pemeriksaan penelitian pertama dengan tekanan darah 150/100 mmHg,
nadi 88 x/menit, suhu 36,90C respirasi rate 18 x/menit. Asupan cairan yang berlebihan dapat
mengakibatkan kenaikan berat badan, edema, bronkhi basah dalam paru-paru kelopak mata
bengkak dan sesak napas yang diakibatkan kelebihan volume cairan yang berlebihan (Tovazazi
& Mazzoni 2012). Pada pemeriksaan fisik head to toe partisipan 1 dan partisipan 2 yang
menunjang yaitu pada, ekstremitas atas : simetris, tidak ada edema, terpasang infus ditangan
kanan, CRT ˂ 2 detik, akral hangat. bawah : simetris, reflek patella (+/+), terdapat edema pada
kaki, genetalia terpasang selang kateter. Pada kedua partisipan, tanda dan gejala pre eklampsai
berat hampir sama dengan teori yang ada pada kelebihan volume cairan yaitu odema, sakit
kepala (pusing) dan proteinuria. Sesuai dengan tanda dan gejala yang ada kedua pasien termasuk
kedalam pre eklampsia berat dengan masalah yang sama pada partisipan 1 dan patisipan 2 yaitu
kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi glumerolus sekunder terhadap
penurunan kardiak output. 2. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan pengkajian yang dilakukan
oleh peneliti didapatkan diagnosa yang sama yaitu Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan kerusakan fungsi glumerolus sekunder terhadap penurunan kardiak output. Pada
diagnosa Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi glumerolus sekunder
terhadap penurunan kardiak output, terdapat data

yang mencakup dari masalah tersebut yaitu pemeriksaan edema, yaitu mengkaji lokasi
dan luas edema, pada partisipan 1 terdapat edema kedalamannya 2-4 mm dengan waktu 5 detik,
tanda-tanda vital hasil pemeriksaan tanda-tanda vital Tekanan Darah: 160/100 mmHg Nadi: 80
x/menit Suhu: 360C Respirasi Rate: 20 x/menit. Pada diagnosa kelebihan volume cairan
berhubungan dengan kerusakan fungsi glumerolus sekunder terhadap penurunan kardiak output,
terdapat data yang mencakup dari masalah tersebut yaitu pemeriksaan, yaitu mengkaji tekanan
darah, pada partisipan 2 merasakan pusing, terdapat tanda-tanda vital tekanan darah 150/100
mmHg, nadi 88 x/menit, suhu 36,90C respirasi rate 18 x/menit.

Diagnosa keperawatan pada pasien dengan teori yaitu Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan kerusakan fungsi glumerolus sekunder terhadap penurunan kardiak output
(Nurari dan Kusuma, 2015).

Masalah keperawatan pada kedua partisipan berdasarkan batasan karakteristik yang


ditemukan saat pengkajian, ternyata masalah keperawatan yang tercantum dalam teori terdapat 1
masalah keperawan yang sama. Kedua pasien mengalami masalah utama yang sama yaitu
kelebihan volume caian berhubungan dengan kerusakan fungsi glumerolus sekunder terhadap
penurunan kardiak output. 3. Perencanaan Perencanaan yang akan dilakukan pada partisipan 1
dan 2 sama yaitu: perencanaan yang pertama Memonitor vital sign, perencanan yang kedua
Monitor balance cairan, perencanaan ke tiga mengkaji lokasi dan luas edema, perencanaan ke
empat menganjurkan pasien untuk membatasi minum, perencanaan ke lima anjurkan untuk tirah
baring miring kiri/miring kanan, perencanaan ke enam yaitu kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian terapi. Tujuan perencanaan pada pasien yang dilakukan yaitu setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan cairan dapat terpenuhi dengan kriteria hasil
terbebas dari edema, efusi anarsaka, intake output dalam batas normal, tanda-tanda vital dalam
batas normal. 4. Implementasi Penulis melakukan tindakan keperawatan selama 3 hari. Setelah
diberikan tindakan seperti intervensi didapatkan bengkak pada kedua kaki sudah agak bekurang.
Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hipertensi 160/110mmHg atau lebih disertai proteinuria dan edema pada kehamilan 20 minggu
atau lebih (Nugroho, 2012). Berdasarkan fakta yang ada implementasi yang dilakukan terhadap
pasien sudah sesuai dengan teori sebagian dan kriteria hasil yang didapatkan setelah dilakukan
implementasi ada sebagian yang sesuai dengan teori. Pada perkembangan partisipan 1 dan 2
mengalami peningkatan. Implementasi yang dilakukan pada pastisipan 1 di hari pertama
implementasi pasien masih edema. pada implementasi kedua perkembangan pasien masih
edema, dan pada implementasi ketiga pasien membaik, pasien mengatakan edema berkurang
menjadi kedalaman 2-4 mm dengan waktu kembali 5 detik serta

hasil observasi TTV dari TD: 160/100 mmHg menjadi 130/70 mmHg. Implementasi yang
dilakukan pada partisipan 2 dihari pertama pasien masih merasa pusing, pada implementasi
kedua pusing sudah agak berkurang, dan pada hari ke tiga tidak ada merasa pusing. 5. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan selama 3x24 jam pada evaluasi hari pertama kondisi partisipan 1 masih
edema kedalaman 2-4 mm dengan waktu kambali 5 detik, hasil pemeriksaan pada penelitian
pertama didapatkan Tekanan Darah: 160/100 mmHg Nadi: 80 x/menit Suhu: 360C Respirasi
Rate: 20 x/menit, Pada evaluasi hari kedua, partisipan 1 nampak masih odema, kedalaman 2-4
mm dengan waktu kambali 5 detik, dengan Tekanan darah 130/90 mmHg, Suhu 360C, Nadi 86
x/menit, Respirasi 20 x/menit. Pada evaluasi hari ketiga edema sudah agak berkurang dengan
kedalaman 2 dengan waktu kembali 5 detik, Tekanan darah 130//80 mmHg, Suhu 3650C, Nadi
86 x/menit, Respirasi 20 x/menit. Partisipan 2 evaluasi pada hari pertama masih merasa pusing,
tekanan darah 150/100 mmHg, nadi 88 x/menit, suhu 36,90C respirasi rate 18 x/menit., evaluasi
hari kedua pusing sudah agak berkurang, tekanan darah 130/70 mmHg, Suhu 36,40C, Nadi 82
x/menit, Respirasi 18 x/menit. Pada evaluasi hari ketiga tidak ada keluhan dengan hasil tekanan
darah 130/70 mmHg, Suhu 36,40C, Nadi 82 x/menit, Respirasi 18 x/menit. Intervensi masih
dipertahankan dari intervensi 1–6, pada partisipan 1 maupun 2.

Pengkajian Dari data hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan hasil yang berbeda
antara pasien 1 dan 2. Pasien 1 dengan usia 36 tahun dengan keluhan bengkak pada kaki,
terdapat edema kedalamannya 2-4 mm dengan waktu kembali 5 detik, dan pasien 2 dengan usia
41 tahun dengan keluhan merasa pusing. 2. Diagnosa Keperawatan Dari hasil pengkajian dan
ditunjang dengan data yang ada ditegakkan diagnosa Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan kerusakan fungsi glumerolus sekunder terhadap penurunan kardiak output, pada pasien 1
dan 2 diagnosanya sama. 3. Intervensi Keperawatan Intervensi yang dilakukan yaitu diagnosa
keperawatan untuk kedua pasien yang masing-masing mempunyai intervensi, tujuan dan kriteria
hasil yang sama, yang sudah sesuai dengan kondisi pasien yang mangacu pada teori yang sudah
ada.

Implementasi Tindakan keperawatan yang dilakukan pada kedua pasien pada hari
pertama dilakukan sesuai dengan intervensi yang sudah direncanakan. Pada hari kedua adanya
perencanaan tindakan keperawatan yang dimodifikasi pada partisipan 2. Selanjutnya
implementasi dilakukan sesuai dengan rencana intervensi yang sudah ada. 5. Evaluasi Evaluasi
yang dilakukan selama 3x24 jam, setelah dilakukan tindakan pada hari pertama yaitu kondisi
kedua pasien masih tetap tidak ada perubahan. Pada hari kedua kondisi pasien 1 masih belum ada
perubahan dan pasien 2 sudah mulai ada perubahan, pada hari ketiga adanya perubahan kondisi
pada pasien 1 dan 2, dengan pernyataan pasien 1 bahwa odema sudah agak berkurang dengan
kedalaman 2 mm dan kembali 3 detik, pada pasien 2 pusing sudah agak berkurang. Intervensi
masih dipertahankan dari 1 – 6 pada partisipan 1 maupun 2.
ANALISA JURNAL 4

STUDI MORBIDITAS PENDERITA HIPERTENSI PADA IBU HAMIL

Nurjanna1, Kassaming2, Nurcahyani3

1,2,3Program Studi DIII Kebidanan STIKES Muhammadiyah Sidrap

Alamat Korespondensi: noorjannaharunaaz@gmail.com/085240818199

Kesimpulan :

Hipertensi adalah keadaan yang ditandai dengan terjadinya peningkatan tekanan darah
didalam arteri. Hipertensi menyebabkan gangguan sekitar 5-10% dari seluruh kehamilan, dan
dapat menjadi satu kompikasi yang mematikan, yaitu pendarahan dan infeksi, yang berkontribusi
besar terhadap morbiditas dan angka kematian ibu. Dengan hipertensi, sindrom preeklamsia, baik
sendiri atau yang berasal dari hipertensi kronis, adalah yang paling berbahaya. Hipertensi
kehamilan merupakan 5-15% penyulit dalam kehailan dan merupakan salah satu dari tiga
penyebab tertinggi mortalitas dan morbilitas ibu bersalin.Di Indonesia mortalitas dan morbiditas
hipertensi dalam kehamilan juga masih tinggi.Hal ini disebabkan selain oleh etiologi tidak jelas,
juga oleh perawatan dalam persalinan masih ditangani oleh petugas non medis dan system
rujukan yang belum sempurna. Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh semua lapisan ibu
hamil sehinggah pengatahuan tentang pengelolahaan hipertensi dalam kehamilan harus benar-
benar dipahami oleh semua tenaga medis baik dipusat maupun daerah.

Dari hasil penelitian ibu hamil yang menderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Bilokka kabupaten sidenreng rappang tahun 2015-2017 berdasarkan kategori umur dapat
diketahui bahwa mayoritas umur responden adalah umur 36-40 Tahun.

Dari hasil penelitian ibu hamil yang menderita hipertensi di Puskesmas Bilokka Tahun 20152017
berdasarkan kategori Peendidikan dapat di ketahui bahwa mayoritas ibu hamil yaitu
berpendidikan dasar sebanyak 9 responden (38 %) berpendidikan menengah sebanyak 7
responden (29 %), berpendidikan menegah atas sebanyak 7 responden (29%) dan berpendidikan
Tinngi sebanyak 1 responden (4%).
Dari hasil penelitian ibu hamil yang menderita hipertensi di Puskesmas Bilokka Tahun 20152017
berdasarkan kategori Pekerjaan dapat di ketahui bahwa mayoritas ibu hamil tidak bekerja yaitu
sebanyak 23 responden (96%) dan yang bekerja sebanyak 1 responden (4%)

Dari hasil penelitian ibu hamil yang menderita hipertensi di Puskesmas Bilokka Tahun 2015-
2017 berdasarkan kategori paritas dapat di ketahui bahwa mayoritas ibu hamil yang mempunyai
anak 1 sebanyak 2 responden (8%) yang mempunyai anak 2 sebanyak 8 responden (33%), yang
mempunyai anak 3 sebanyak 10 responden (42%), yang mempunyai anak 4 sebanyak 2
responden (8%) dan mempunyai anak 5 sebanyak 2 responden (8%).

Dari hasil penelitian Ibu hamil yang menderita hipertensi berdasarkan pekerjaan mayoritas pada
kategori tidak bekerja yaitu sebanyak 23 responden (96%).

Mengingat keterbatasan penelitian, maka pada penelitian berikutnya lebih mengembangkan


penelitian ini dengan memperhatikan agar penelitian tersebut dapat dilakukan dalam skala besar
yaitu dengan jumlah variabel yang besar.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen kesehatan Republik Indonesia. (2018). http://www.depkes.go.id. Jiwandari D.


(2015). Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Hipertensi Dalam kehamilan di BPS Anas
Kusuma Pilangsari Sragen.dalam diploma III kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta.
http://jurnal.digilib.stikes kusumah husada.ac.id. Maria A, (2013). Prevalensi Hipertensi Pada
Kehamilan Di Indonesia. https://jurnal.medianeliti.com Manuaba,IBG. (2013). Ilmu
Kebidanan,Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta :EGC. Medfoarth J,dkk. (2014) Kebidanan
oxford. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Notoatmodjo S,. (2010). Metodologi Penelitian
Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Profil Dinas Kesehatan Prov. Sulawesi Selatan
2015 diakses tanggal 25 April 2018. Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina
ANALISIS JURNAL INTERNASIONAL 1

Assessment of Nutritional Status and Prevalence of Hypertension among Pregnant Women


Attending Antenatal Clinic in Adventist Hospital, Accra-Ghana

Kwabena Acheampong, Dorothy Baffour Awuah

Penilaian Status Gizi dan Prevalensi Hipertensi di kalangan Wanita Hamil yang Menghadiri
Klinik Antenatal di Rumah Sakit Advent, Accra-Ghana

Kwabena Acheampong, Dorothy Baffour Awuah

Kesiimpulan :

Kehamilan dianggap sebagai pengalaman yang luar biasa bagi ibu hamil. Bukti
menunjukkan bahwa asupan nutrisi yang memadai merupakan komponen kunci untuk kesehatan
dan kesejahteraan individu, terutama selama kehamilan. Sudah diketahui bahwa nutrisi ibu yang
tidak memadai mengakibatkan peningkatan risiko konsekuensi jangka pendek seperti; berat
badan lahir rendah, kelahiran prematur, Pembatasan Pertumbuhan Intra Uterine, kematian dan
kesakitan sebelum melahirkan dan bayi. Hasil Temuan menunjukkan bahwa 41,3% wanita hamil
mengalami anemia, 17,3% mengalami obesitas dan 10,0% menderita hipertensi.

Bukti menunjukkan bahwa asupan nutrisi yang memadai merupakan komponen kunci
untuk kesehatan dan kesejahteraan individu, terutama selama kehamilan (Daba et al., 2013).
Sudah diketahui bahwa nutrisi ibu yang tidak memadai mengakibatkan peningkatan risiko
konsekuensi jangka pendek seperti; berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, Pembatasan
Pertumbuhan Intra Uterine, kematian dan kesakitan sebelum melahirkan dan bayi (Akgun et al.,
2017). Selain itu, asupan nutrisi yang berlebihan selama kehamilan dapat menyebabkan beberapa
komplikasi seperti preeklampsia dan diabetes gestasional, makrosomia, dan prevalensi yang
lebih tinggi dari operasi caesar (Daba et al, 2013). Perubahan fisiologis dalam kehamilan dapat
dibagi menjadi dua kelompok dasar: yang terjadi pada paruh pertama kehamilan dan yang pada
paruh kedua. Secara umum, perubahan fisiologis pada paruh pertama dianggap sebagai
perubahan "maternal anabolic" karena mereka membangun kapasitas tubuh ibu untuk
mengirimkan jumlah relatif besar darah, oksigen, dan nutrisi ke janin pada paruh kedua
kehamilan. Babak kedua adalah masa perubahan "katabolik ibu" dalam penyimpanan energi dan
nutrisi, dan peningkatan kapasitas untuk mengirimkan energi dan nutrisi yang disimpan ke janin,
mendominasi (Brown et al., 2011). Sekitar 10% dari pertumbuhan janin dicapai pada paruh
pertama kehamilan, dan Sisa 90% terjadi di babak kedua. Daftar perubahan fisiologis yang
biasanya terjadi selama kehamilan sangat luas dan perubahan tersebut mempengaruhi setiap
organ dan sistem ibu. Selama kehamilan, kebutuhan nutrisi normal wanita meningkat untuk
memenuhi kebutuhan janin yang sedang tumbuh (Marangoni, Cetin, Verduci, et al., 2016) dan
jaringan ibu yang terkait dengan kehamilan (Adikari et al., 2016). Untuk periode kehamilan,
wanita membutuhkan makanan tambahan, berbagai macam makanan, dan suplemen
mikronutrien. Ketika energi dan asupan nutrisi lainnya tidak meningkat, cadangan tubuh sendiri
digunakan, membuat seorang wanita hamil melemah (Riang'a, Broerse, Nangulu, 2017).
Kebutuhan energi meningkat pada trimester kedua dan sebagian besar kehamilan ketiga.
Kurangnya kenaikan berat badan selama kehamilan sering mengakibatkan berat badan lahir
rendah, yang meningkatkan risiko kematian bayi. Wanita hamil juga membutuhkan zat besi
tambahan, yodium, vitamin A, folat, protein, dan nutrisi lainnya. Kekurangan nutrisi tertentu
berhubungan dengan komplikasi ibu dan kematian, kematian janin dan bayi baru lahir, cacat
lahir (Wehby et al., 2011) dan penurunan potensi fisik dan mental anak. Penawaran antropometri
dengan pengukuran ukuran dan proporsi tubuh). Tidak seperti evaluasi nutrisi selama periode
kehidupan lain yang hanya memusatkan perhatian pada individu di mana pengukuran dilakukan,
pengukuran selama kehamilan dan menyusui diharapkan mencerminkan status gizi wanita dan
pertumbuhan janin secara tidak langsung dan kemudian kualitas dan jumlah ASI (act / scn,
1992).

Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah total sel darah merah (Acheampong,
Appiah, Baffour-Awuah et al., 2018); Olatunbosun et al., 2014), atau ketika RBC tidak
mengandung cukup hemoglobin yang dapat menyebabkan kekurangan oksigen dalam darah,
yang meningkatkan laju jantung yang pada akhirnya dapat meningkatkan risiko penyakit jantung
koroner. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai status gizi dan prevalensi hipertensi di
antara wanita hamil
Wanita gemuk memiliki peningkatan risiko keguguran, cacat lahir dan kelahiran sesar
dibandingkan dengan wanita dengan berat badan normal. Jumlah komplikasi kehamilan ini dan,
karenanya, memerlukan penyesuaian untuk perawatan prenatal rutin. Sebuah meta-analisis baru-
baru ini dari 9 studi mengungkapkan bahwa wanita hamil yang obesitas memiliki risiko
kelahiran mati yang diperkirakan dua kali lipat dari wanita hamil dengan berat badan normal
(Leddy, Power, Schulkin, 2008). Penilaian status antropometrik ibu selama kehamilan
mencerminkan status pertumbuhan. Indikator-indikator ini dapat mencerminkan peristiwa masa
lalu yang memprediksi peristiwa masa depan atau menunjukkan status gizi saat ini Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia sejauh mana berat badan biasanya sangat berkorelasi dengan
ukuran, itu dapat berfungsi sebagai indikator umum kualitas pertumbuhan ibu. Temuan kami
mengungkapkan bahwa 17,3% wanita hamil mengalami obesitas.

Perubahan BMI mencerminkan perubahan fisiologis ukuran tubuh selama kehamilan.


Asosiasi signifikansi statistik antara usia ibu dan BMI tidak ditemukan (P = 0,846) tetapi BMI
secara signifikan lebih tinggi antara rentang usia 25 hingga 39 tahun Usia Ibu dan indeks massa
tubuh (BMI) merupakan faktor penting dalam apakah suatu wanita akan mengembangkan
diabetes mellitus gestasional. Faktor-faktor tersebut sangat relevan pada perempuan kulit hitam
Afrika dan Asia Selatan, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan 2 November online di
BJOG. Deteksi dini sangat penting untuk pengobatan diabetes mellitus gestasional yang efektif.
Pesan kesehatan makan sehat dan kontrol berat badan, sangat penting dalam selama kehamilan
Asosiasi signifikansi statistik antara paritas dan IMT tidak ditemukan (P = 0,491) tetapi IMT
secara signifikan lebih tinggi di multipara. Namun, mengamati kenaikan berat badan kehamilan
melalui tindakan yang mendukung gaya hidup sehat diperlukan, terlepas dari paritas dan status
gizi, untuk mencegah kenaikan berat badan kehamilan yang berlebihan dan retensi berat
postpartum dan akibatnya status gizi pra-kehamilan yang tidak memadai pada kehamilan
berikutnya (Paulino) et al., 2016).
Kebutuhan energi wanita hamil membengkak selama kehamilan karena perkembangan janin,
plasenta dan lampirannya, dan karena semakin berat ibu membuat gerakannya lebih mahal
energi. Makan malam ditandai penurunan konsumsi semua kelompok makanan dibandingkan
makan siang dibandingkan dengan sarapan. Ini tentu saja karena fakta bahwa wanita hamil ingin
memiliki perut yang ringan malam sebelum tidur untuk menghindari muntah dan perut terbakar.

Kesimpulan Studi ini mengungkapkan bahwa wanita hamil (terutama mereka yang di trimester
ke-3) memiliki BMI lebih tinggi. Tekanan darah tampaknya meningkat ketika kehamilan
berlangsung, yang menunjukkan risiko hipertensi gestasional dan hemoglobin tampaknya
menurun dengan meningkatnya kehamilan, yang menunjukkan risiko anemia pada kehamilan.
Wanita hamil harus dididik tentang asupan makanan sehat yang memadai untuk
mempertahankan tinggi normal, berat badan, hemoglobin, tingkat tekanan darah. Analisis rutin
dari parameter-parameter ini harus didorong

Anda mungkin juga menyukai