Oleh : Kelompok 1
- Aldi Anugrah
- Asti Nur Rahmawati
- Deni Merdani Septian
- Fani Fatmala
- Hayyatul Muthmainah
- Jihan Nabila
- Marisa Nur M
- Nisa Ghaniyah
- Putri Ratna S
- Rosyita Cahya A
- Shinta Maulida
- Siti Malliya’Aliyya Bilbi
- Vamaura Ashabil Denisya
- Amalia Nur Fadilah
- Yeris Saputra
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama (premier)” dengan tepat waktu.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Etika dan
Hukum Kesehatan
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Sebelum deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang Perawatan Kesehatan Utama (PHC),
Indonesia telah mengembangkan berbagai bentuk Puskesmas di beberapa daerah. Berdasarkan
penelitian pada tahun 1976 diketahui bahwa 200 masyarakat kegiatan kesehatan berbasis (CBHA)
telah di terapkan dan di laksanakan dalam masyarakat.
Seiring waktu, Puskesmas telah berkembang pesat dalam berbagai bentuk CBHA dan salah
satu itu di catat sebagai Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu). Aktivitas itu meliputi lima program
utama, yaitu keluarga perencanaan, kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi, imunisasi dan diare
pencegahan. Selain posyandu, ada rumah sakit bersalin desa (VMH) yang dikelola oleh bidan desa
sebagai cara untuk membuat kesehatan ibu dan anak dekat dengan masyarakat jasa.
CBHA dapat tumbuh secara progresif karena didukung oleh pusat kesehatan. Namun, CBHA
pergi ke penurunan ketika krisis moneter pada tahun 2997 meledak yang mengakibatkan multi-
dimensi krisis, krisismenciptakan reformasi total dalam banyak aspek, termasuk di sektor
kesehatan. Meskipun penting, desentralisasi menguasasi aspek yang paling pembangunan,
termasuk sektor kesehatan. Ini telah benar-benar mengubah model perencanaan, yang sebelumnya
adalah sentralisasi menjadi tergantung pada masing-masing kabupaten. Ini memiliki implikasi
pada prioritas pengaturan masing-masing kabupaten. Banyak perhatian lebih pada pemerintah
daerah aspek kuratif daripada promotf dan tindakan pencegahan. Setelah euforia demokrasi
berakhir, semua sektor termasuk kesehatan mulai menghidupkan kembali dan merevisi prioritas
mereka untuk skala yang lebih baik. Pada tingkat visi misi pusat dan nilai-nilai DepKes
dirumuskan dan dijelaskan ke empat strategi utama, yaitu:
1. Untuk mengaktifkan dan memberdayakan masyarakat hidup sehat
2. Untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan berkualitas
3. Untuk meningkatkan sistem informasi surveilans, monitoring dan kesehatan
4. Untuk meningkatkan pembiayaan kesehatan
1.2 Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Selanjutnya pada tahun 1978, konferensi di Alma Ata menetapkan Primary Health Care
(PHC) sebagai pendekatan atau strategi global untuk mencapai kesehatan bagi semua (KBS) atau
Health for All by The Year 2000 (HFA 2000). Dalam konferensi tersebut Indonesia juga ikut
menandatangani dan telah mengambil kesepakatan global pula dengan menyatakan bahwa untuk
mencapai kesehatan bagi semua tahun 2000 (HFA 2000) kuncinya adalah PHC (Primary Health
Care) dan bentuk operasional dari PHC tersebut di Indonesia adalah PKMD (Pengembangan
Kesehatan Masyarakat Desa).
Pada tahun 1981 setelah diidentifikasi tujuan kesehatan untuk semua dan strategi PHC
untuk merealisasikan tujuan, WHO membuat indikator global untuk pemantauan dan evaluasi
yang dicapai tentang sehat untuk semua pada tahun 1986. indikator tersebut adalah :
Tiga unsur utama yang terkandung dalam PHC adalah sebagai berikut :
1. Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan
2. Melibatkan peran serta masyarakat
3. Melibatkan kerjasama lintas sektoral
2.5 Prinsip PHC
Pada tahun 1978, dalam konferensi Alma Ata ditetapkan prinsip-prinsip PHC
sebagai pendekatan atau strategi global guna mencapai kesehatan bagi semua. Lima prinsip
PHC sebagai berikut :
a. Pemerataan upaya kesehatan
Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip ini yaitu perawatan primer dan layanan
lainnya untuk memenuhi masalah kesehatan utama dalam masyarakat harus diberikan sama
bagi semua individu tanpa memandang
jenis kelamin, usia, kasta, warna, lokasi perkotaan atau pedesaan dan kelas sosial.
b. Penekanan pada upaya preventif
Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang meliputi segala usaha, pekerjaan dan
kegiatan memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dengan peran serta individu agar
berprilaku sehat serta mencegah berjangkitnya penyakit.
c. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan
Teknologi medis harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau, layak dan diterima
budaya masyarakat (misalnya penggunaan kulkas untuk vaksin cold storage).
3.1 Kesimpulan
Primary Health Care (PHC) merupakan hasil pengkajian, pemikiran, pengalaman
dalam pembangunan kesehatan di banyak negara yang diawali dengan kampanye massal
pada tahun 1950-an dalam pemberantasan penyakit menular, karena pada waktu itu banyak
negara tidak mampu mengatasi dan meenanggulangi wabah penyakit TBC, campak, diare
dan sebagainya.
Primary Health Care (PHC) adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan
kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum
baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi mereka
sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk
memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri
(self reliance) dan menentukan nasib sendiri (Self determination).
Di Indonesia, pelaksanaan Primary Health Care secara umum dilaksanakan melalui
pusat kesehatan dan di bawahnya (termsuk sub-pusat kesehatan, pusat kesehatan berjalan)
dan banyak kegiatan berbasis kesehatan masyarakat seperti Rumah BersalinDesa dan
Pelayanan Kesehatan Desa seperti Layanan Pos Terpadu (ISP atau Posyandu). Secara
administratif, indonesia terdiri dari 33 provinsi, 349 Kabupaten dan 91 Kotamadya, 5.263
Kecamatan dan 62.806 Desa.
Di Indonesia, PHC memiliki tiga strategi utama, yaitu kerjassama multisektoral,
partisipasi masyarakat dan penerapan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dengan
pelaksanaan di masyarakat. Sampai saat ini semua penerapan itu telah berjalan meskipun
ada beberapa hambatan dalam pelaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA