Anda di halaman 1dari 76

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) diartikan sebagai bayi yang lahir dengan

berat badan kurang dari 2.500 gram. BBLR menjadi prediktor tertinggi angka

kematian bayi terutama pada bulan pertama kehidupan. Berdasarkan studi

epidemiologi, BBLR mempunyai resiko kematian 35 kali lebih besar

dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal (Mahayana,

2015).

Berat Badan Lahir Rendah disebabkan oleh usia kehamilan yang singkat

(prematuritas), pertumbuhan janin terhambat (PJT) atau dapat juga disebabkan

oleh keduanya. Penyebab tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko seperti

faktor ibu, plasenta, janin dan lingkungan sehingga menyebabakan terganggunya

pemenuhan nutrisi pada janin selama masa kehamilan (Sembiring 2017).

Menurut World Health Organization pada tahun 2015 Kejadian BBLR

diperkirakan sebesar 15,5% dari seluruh kelahiran di dunia atau sebanyak 20,6

juta bayi yag lahir setiap tahunnya adalah BBLR, dan sebesar 96,5% BBLR

terjadi dinegara berkembang. BBLR merupakan salah satu masalah utama di

negara berkembang. India adalah negara dengan tingkat tertinggi prevalensi

BBLR, sekitar 27% bayi yang lahir di India adalah BBLR. Wilayah Asia Selatan

memang tercatat sebagai rekor tertinggi BBLR dengan angka 28% sedangkan

1
yang terendah adalah Asia Timur/Fasifik hanya sebesar 6% dari angka

kelahiran (WHO, 2016).

Berdasarkan hasil utama riset kesehatan dasar Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia ( 2018 ) bahwa grafik proporsi berat badan lahir tahun 2007–

2018 mengalami peningkatan dari angka 5,4% menjadi 6,2% kejadian, yang

dihitung berdasarkan 56,6% bayi yang memiliki catatan lahir. Proporsi berat

badan lahir <2500 gram (BBLR) pada anak umur 0-59 bulan terendah adalah

provinsi Jambi dengan 2.6% dan yang tertinggi adalah di provinsi Sulawesi utara

dengan angka 8,9%, angka ini lebih tinggi dari target Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah Tahun 2019 yakni 8%. Sedangkan provinsi Kepulauan

Riau berada pada peringkat keenam angka BBLR tertinggi di Indonesia (Riset

(Kesehatan Dasar, 2018).

Meskipun bukan merupakan satu-satunya tolok ukur, namun berat badan

bayi merupakan hal pertama yang dinilai untuk menggambarkan derajat atau

status kesehatan bayi baru lahir. Status kesehatan BBLR dipengaruhi oleh

ketidakmemampuan bayi dalam proses adaptasi dari kehiduapan di dalam uterus

ke lingkungan ekstrauterin. Kegagalan adaptasi merupakan konsekuensi dari

anatomi dan fisiologi sistem tubuh yang belum matang. Masalah yang sering

ditemukan adalah ketidakstabilan suhu tubuh, masalah pernafasan, masalah

pencernaan dan immunitas. Oleh karena itu BBLR perlu penatalaksanaan khusus

agar tidak terjadi gangguan tumbuh kembang bahkan kematian. Semakin kecil

2
berat badan bayi dan semakin prematur bayi, maka semakin kompleks perawatan

yang diperlukan (Anisa and Julianti, 2017).

BBLR harus diasuh dalam suatu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya

dipertahankan dengan usaha metabolik yang minimal. Bayi akan berkembang

secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,5 s/d 37°C. Tentu

saja dengan tidak mengesampingkan penalaksanan lainnya seperti pemberian

oksigen apabila diperlukan, pencegahan infeksi dan pemberian nutrisi yang

adekuat (Atika and Pongki 2016).

Pemberian nutrisi secara dini dianjurkan untuk mencegah terjadinya

hipoglikemia, hiperbilirubinia dan membantu pertumbuhan hingga mencapai berat

badan normal. ASI merupakan pilihan nutrisi pertama bagi BBLR sebagaimana

bayi baru lahir secara umumnya. ASI dapat diberikan melalui sonde bagi BBLR

yang reflek hisap dan menelannya masih lemah. BBLR secara relatif memerlukan

lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi dengan berat lahir normal, karena

diperlukan bayi untuk bertumbuh, berkembang dan meningkatkan ketahanan

tubuh bayi terhadap infeksi. Kalori yang lebih banyak juga dibutuhkan bayi dalam

mempertahankan suhu tubuhnya meskipun BBLR harus dibantu dengan

menyediakan lingkungan yang dapat melestarikan suhu tubuh normalnya (Vidia

and Pongki 2016).

Upaya Pelestarian suhu tubuh BBLR dapat dilakukan dengan cara

penggunaan alat radiant warmer, penggunaan inkubator, topi penutup kepala,

plastic warb dan perawatan metode kanguru. Penggunaan radiant warmer dan

3
plastic warb efektif untuk perawatan bayi prematur segera setelah lahir,

sedangkan pengelolaan panas untuk perawatan rutin disarankan penggunaan

inkubator atau perawatan metode kanguru (Anisa and Julianti 2017).

Perawatan BBLR dengan inkubator selain jumlahnya yang terbatas,

perawatan dengan inkubator memerlukan biaya yang tinggi. Di samping itu

potensi kejadian infeksi nosokomial pada BBLR yang dirawat di rumah sakit

cukup tinggi, karena satu inkubator digunakan lebih dari satu orang bayi. Selain

itu penggunaan inkubator dinilai menghambat kontak dini ibu-bayi dan pemberian

air susu ibu (ASI). Oleh karena itu diperlukan suatu metode praktis sebagai

alternatif pengganti inkubator yang secara ekonomis cukup efesien dan efektif,

yaitu dengan melakukan Perawatan Metode Kanguru (Anisa dan Julianti, 2017).

Perawatan Metode Kanguru (PMK) adalah perawatan untuk BBLR dengan

melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu (skin to skin

contact) sehingga terjadi kontak kulit bayi dengan kulit ibu secara kontinyu dan

bayi memperoleh panas (sesuai suhu ibunya) melalui proses konduksi. PMK

pertama kali diperkenalkan oleh Ray dan Martinez di Bogota, Columbia pada

tahun 1979 sebagai metode sederhana untuk mengantikan fungsi inkubator

ditengah tingginya angka BBLR dan terbatasnya fasilitas kesehatan yang ada. Ibu

diidentikan sebagai kanguru yang dapat mendekap bayinya secara seksama,

dengan tujuan mempertahankan suhu bayi secara optimal (36,5-37,5°C). Suhu

yang optimal ini diperoleh dengan adanya kontak langsung antara kulit bayi

dengan kulit ibunya secara kontinu. Ibu berfungsi sebagai host atau indung bagi

4
bayi. Posisi bayi dalam kantung kanguru adalah tegak/vertikal pada siang hari

ketika ibu berdiri atau duduk, dan tengurap/miring pada malam hari ketika ibu

berbaring atau tidur (Erni and Lia 2017).

Pada awalnya PMK hanya merupakan alternatif pengganti inkubator,

namun setelah diterapkan dan kembangkan ditemukan banyak kelebihan PMK

dibanding dengan penggunaan inkubator itu sendiri. PMK merupakan cara yang

efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu adanya

kontak kulit bayi ke kulit ibu, dimana tubuh ibu akan menjadi thermoregulator

bagi bayinya, sehingga bayi akan mendapat kehangatan, PMK memudahkan

pemberian ASI, perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih

sayang. PMK dapat menurunkan kejadian infeksi, penyakit berat, masalah

ketidakpuasan ibu, meningkatnya hubungan antara ibu dan bayi serta

meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi (Erni and Lia, 2017).

Kontak kulit pada PMK dapat meningkatkan berat badan bayi. Ketika bayi

dalam kondisi hangat, bayi tidak perlu menggunakan energi untuk mengatur suhu

tubuh, bayi dapat menggunakan energy untuk tumbuh. Selain itu bayi yang

menerima level menyusu yang meningkat, karena kontak kulit menstimulasi

pelepasan hormon oksitoksin yang meningkatkan produksi ASI. Bahkan pada bayi

yang reflek hisap belum berkembang, bayi dapat menjilat, menyentuh serta

mencium bau payudara ibu, bahkan mulai melakukan perlekatan., sehingga reflek

hisap bayi akan selalu terasah dan terlatih sehingga bayi dapat memenuhi

kebutuhan nutrisinya. Sentuhan kasih sayang akan menyebabkan hormon kortisol

5
pada bayi meningkat dan rasa nyaman berada dalam pelukan ibu membuat bayi

tidak rewel, jarang menangis dan kualitas tidur bayi meningkat, sehingga energi

bayi hanya difokuskan pada pertumbuhan (Kesehatan Masyarakat et al. 2018).

Peningkatan berat badan terjadi juga akibat karena meningkatnya

hubungan emosional ibu dan bayi, dimana bayi mempunyai waktu yang lebih

lama untuk merasakan sentuhan yang dapat mengurangi pengeluaran katekolamin

dalam darah sehingga menurunkan stress fisiologis bayi. Meningkatkan bounding

ibu dan bayi serta merupakan intervensi terapeutik untuk meningkatkan kedekatan

ibu, mempromosikan perilaku alami untuk stimulasi pertumbuhan dan

perkembangan (Kesehatan Masyarakat et al. 2018).

Studi multisenter telah dilakukan oleh WHO Collaborating Center for

Perinatal Care selama setahun pada rumah sakit di Addis Ababa (Ethiopia),

Yokyakarta (Indonesia), dan Merida (Meksiko). Tujuannya, menilai kelayakan,

penerimaan, efektifitas, dan biaya metode kanguru dibanding cara konvensional

(ruang hangat dan inkubator). Hasilnya, kejadian hipotermia pada metode kanguru

signifikan lenih rendah dibanding cara konvensional. Kelompok bayi yang

dirawat dengan metode kanguru juga mendapat ASI lebih baik, pertambahan berat

badan lebih baik, dan lama perawatan di rumah sakit lebih pendek. Perawatan

Metode Kanguru terbukti lebih hemat dari segi perawatan alat dibanding cara

konvensional. Baik ibu maupun petugas kesehatan lebih menyukai metode

kanguru, karena lebih menyenangkan dan aman (Unhas, 2016).

6
Penelitian yang dilakukan oleh Kanodia, Bora, dan Gupta (2016),

menunjukan bahwa peningkatan berat badan harian bayi pada kelompok

intervensi 6-22 gram, sedangkan pada kelompok kontrol 0-10 gram, hasil uji

statistik p= 0,001. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perawatan metode kanguru

merupakan metode yang efektif karena tidak memerlukan peralatan pemanas (

inkubator ), dan juga mengurangi masa rawat di rumah sakit. Kelompok yang

dilakukan perawatan metode kanguru menunjukan peningkatan berat badan yang

lebih baik dan mengurangi insiden hipotermi.

Hasil penelitian Silvia (2015) menunjukan perbedaan rata-rata berat badan

bayi sebelum dilakukan perawatan metode kanguru dengan sesudah perawatan

metode kanguru yaitu 28.30 gram dengan standar deviasi 3,093. Berdasarkan hasil

analisis uji paired T-test didapatkan nilai p= 0,000 (p<0,05), H0 ditolak artinya

ada perbedaan rata-rata berat badan bayi sebelum dan sesudah perawatan metode

kanguru. Peningkatan berat badan bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor banyak

faktor, salah satunya adalah kemampuan bayi dalam menghisap ASI. Dalam

perawatan metode kanguru frekuensi ibu dalam memberikan ASI lebih teratur dan

tepat waktu karena bayi selalu berada dalam dekapan ibu. Dan dalam kondisi bila

bayi sudah merasa haus dan memerlukan ASI maka bayi akan mencari sendiri

puting susu ibu dalam baju kangurunya, sehingga hal ini juga membantu bayi

dam memenuhi kebutuhan akan nutrisi dan cairanya (Silvia, 2015).

Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Dyah Puji Astuti yang

juga dilakukan pada tahun 2015, hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat

7
peningkatan yang signifikan penerapan metode kanguru terhadap peningkatan

berat badan bayi. Hal ini dibuktikan dengan uji t berpasangan pretest eksperimen

dengan posttest eksperimen, dengan t hitung > dari t table dan nilai signifikan

lebih kecil dari 0,05. Penelitian ini menyimpulkan terdapat pengaruh signifikan

penerapan metode kanguru dengan peningkatan berat badan pada BBLR

(Solehati, 2018).

Pada tahun 2018, di wilayah Kabupaten Karimun dilaporkan kejadian

BBLR sebanyak 201 kasus atau sebesar 5%, angka ini menunjukan penurunan

dari tahun laporan tahun 2017 yaitu sebesar 5,9% dari total angka kelahiran bayi.

Jenis kelamin terbanyak bervariasi, tahun 2017 BBLR berjenis kelamin laki-laki

lebih banyak dan terjadi sebaliknya pada tahun 2018. Penyebab kematian bayi

tertinggi tahun 2017 dan 2018 adalah BBLR. Berbanding lurus dengan kejadian

BBLR, angka kematian akibat BBLR juga mengalami penurunan pada tahun 2018

yaitu sebanyak 19 kasus dari tahun sebelumnya sebanyak 27 kasus kematian.

Telah dicatat bahwa kematian itu terjadi pada kurang dari hari ketujuh setelah

kelahiran bayi.

RSUD Muhammad Sani sebagai salah satu Fasilitas Kesehatan Tingkat

Rujukan (FKTL) di Kabupaten Karimun telah merawat 205 BBLR ditahun 2018.

Berbeda dengan data BBLR di wilayah Kabupaten Karimun, di ruang perinatologi

RSUD Muhammad Sani jumlah BBLR justru mengalami kenaikan dari tahun

sebelumnya, yaitu sebanyak 140 kasus saja pada tahun 2017. Salah satu

penatalaksanaan BBLR di RSUD Muhammad Sani adalah dengan PMK. Adapun

8
kriteria keberhasilan PMK sebagaimana disebutkan dalam Standar Operasional

Prosedur yang sudah ditetapkan adalah suhu badan stabil dan optimal yaitu 36,5°-

37,5°C, mampu menetek, produksi ASI cukup dan kenaikan berat badan bayi

stabil (20 gram selama 3 hari berturut). Kriteria terakhir ini sering digunakan

sebagai pertimbangan bagi Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) dalam

mengambil keputusan untuk memperbolehkan bayi melanjutkan perawatan di

rumah dengan PMK.

Survey pendahuluan yang dilakukan di ruangan perinatologi RSUD

Muhammad Sani ditemui empat orang BBLR, satu diantaranya sudah boleh

pulang karena grafik kenaikan berat badan cenderung meningkat dan keluarga

mengatakan akan bergantian melakukan PMK dirumah. Dua diantaranya yang

masih dirawat, mengalamai kenaikan berat badan setelah diberikan PMK. Salah

satu ibu bayi mengatakan bahwa pada awal melakukan PMK dia merasa takut dan

tidak percaya bahwa metode sederhana ini akan membatu menaikan berat badan

bayi lebih cepat, namun setelah PMK dilakukan selama 3 hari dan petugas

mengatakan berat badan bayinya mengalami kenaikan, ibu menjadi yakin dan

bersemangat untuk melakukan PMK. Ibu lainya mengatakan hal yang sama

namun karena kondisinya, bayi harus tetap berada di rumah sakit sedangkan ibu

sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Ibu mengunjungi bayi setiap hari untuk

melakukan PMK dan member ASI. Berbeda halnya dengan bayi ketiga yang

belum menunjukan kenaikan berat badan walaupun sudah dirawat selama 5 hari

dalam inkubator dan dilakukan PMK interminten.

9
Petugas perinatologi mengatakan bahwa sejak PMK diterapkan banyak

dijumpai ibu yang belum yakin dengan manfaat PMK walaupun petugas sudah

melakukan edukasi. Keyakinan ibu dapat timbul setelah melakukan komunikasi

dengan ibu yang sudah membuktikan bahwa PMK dapat meningkatkan berat

badan bayinya. Menurut Kepala Ruangan Perinatologi PMK dapat membantu

meningkatkan berat badan bayi, meskipun pemantauan yang ketat untuk

pemenuhan nutrisi bayi, namun belum pernah dilakukan penelitian untuk menilai

pengaruh PMK tersebut terhadap peningkatan berat badan bayi.

Berdasarkan latar belakang sebagaimana telah diuraikan diatas maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Efektifitas Perawatan Metode

Kanguru (PMK) terhadap berat badan bayi baru lahir rendah di Ruang

Perinatologi RSUD Muhammad Sani Kabupaten Karimun tahun 2019.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas dapat dirumuskan masalah bagaimana Pengaruh

Perawatan Metode Kanguru terhadap peningkatan berat badan BBLR di Ruang

Perinatologi RSUD Muhammad Sani Kabupaten Karimun tahun 2019 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh Perawatan Metode Kanguru terhadap

peningkatan berat badan BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Muhammad

Sani Kabupaten Karimun tahun 2019.

10
2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui rata – rata berat badan BBLR sebelum pelaksanaan

Perawatan Metode Kanguru di Ruang Perinatologi RSUD RSUD

Muhammad Sani Kabupaten Karimun tahun 2019

b. Untuk mengetahui rata – rata berat badan BBLR sesudah pelaksanaan

Perawatan Metode Kanguru di Ruang Perinatologi RSUD RSUD

Muhammad Sani Kabupaten Karimun tahun 2019

c. Untuk menganalisa pengaruh Perawatan Metode Kanguru terhadap

peningkatan berat badan BBLR di Ruang Perinatologi RSUD

Muhammad Sani Kabupaten Karimun tahun 2019

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Bidang Pelayanan Rumah Sakit

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dan informasi bagi

pihak Rumah Sakit tentang efektifitas penerapan PMK sebagai salah satu

penatalaksanaan BBLR. Hasil penelitian ini juga merupakan salah satu

data pendukung untuk kegiatan pengadaan dan pemeliharaan fasilitas di

ruang perinatologi RSUD Muhammad Sani.

2. Bagi Mahasiswa Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan dalam bidang pendidikan keperawatan, khususnya materi

perinatal dalam penatalaksanaan BBLR. Penelitian ini juga diharapkan

dapat menjadi dasar untuk pengembangan kurikulum, pendidikan

11
keperawatan khususnya dalam penatalaksanaan BBLR melalui metode

PMK.

3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi landasan dalam

pengembangan evidence based ilmu keperawatan, khususnya mengenai

pelaksanaan BBLR dengan melihat berbagai manfaat yang terdapat di

dalamnya.

4. Bagi peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dan data

dasar bagi penelitian berikutnya terutama yang terkait pelaksanaan metode

kanguru terhadap bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah.

E. Ruang Lingkup

Objek penelitian ini adalah pengaruh Perawatan Metode Kanguru

terhadap peningkatan berat badan BBLR. Populasi adalah semua bayi

yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram di ruang

perinatologi RSUD Muhammad Sani (total sampling). Pemilihan sampel

dilakukan dengan menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi. Penelitian

dilaksanakan pada bulan April - Juni 2019. Rancangan penelitian yang

digunakan adalah Quasi-eksperimen pre and post test without control, data

dianalisa secara komputerisasi dengan menggunakan uji statistik paired t-

test.

12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasasan Teori

1. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

a. Pengertian

Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru

lahir. Rata-rata berat bayi normal (usia gestasi 37s.d 41 minggu) adalah

3.200 gram. Secara umum, bayi berat lahir rendah dengan berat berlebih

(≥3.800 gram) lebih besar resikonya untuk mengalami masalah. Konsep

bayi berat lahir rendah tidak sinonim dengan prematuritas telah diterima

secara luas pada akhir tahun 1960-an. Tidak semua BBL yang memiliki

berat lahir kurang dari 2.500 gram lahir kurang bulan. Demikian pula

tidak semua BBL dengan berat lahir lebih dari 2.500 gram lahir aterm.

Dokumentasi fenomena penelitian oleh Gruenwald (1960), menunujukan

bahwa sepertiga bayi berat lahir rendah sebenanrnya adalah bayi aterm

(Erni and Lia 2017).

Berikut beberapa pengertian Bayi Berat Lahir Rendah yang

selanjutnya dalam penulisan ini disingkat BBLR :

(1) Menurut Kosim dkk (2014) BBLR adalah bayi baru lahir yang

berat badannya saat lahir kurang dari 2.500 gram/sampai dengan

2.499 gram (Erni and Lia, 2017).

13
(2) BBLR adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gram

tanpa memanda masa gestasi, berat badan bayi ditimbang dalam

satu jam setelah lahir (Sembiring, 2017).

(3) BBLR yaitu keadaan yang disebabkan oleh masa kehamilan kurang

dari 37 minggu dengan berat badan sesuai atau bayi yang beratnya

kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilan (Vidia and

Pongki, 2016).

b. Klasifikasi Bayi Berat Lahir Rendah

(1) Berdasarkan berat badan lahir :

(a) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) : Berat badan < 2.500 gram

(b) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) : Berat badan 1.000

– 1.500 gram

(c) Bayi Berat Lahir Ektrim Rendah (BBLER) : Berat badan <

1.000 gram (Erni and Lia, 2017).

(2) Berdasarkan umur kehamilan :

(a) Prematur

Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37

Minggu atau kurang dari 259 hari hari dari haid terakhir

(Anisa and Erna 2017). Bayi mempunyai berat badan sesuai

dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut

Neonatus Kurang Bulan – Sesuai Masa Kehamilan (Vidia

and Pongki, 2016).


14
Kelahiran prematur dapat di klasifikasikan :

(1) Exremely Premature yaitu bayi yang lahir dengan usia

kehamilan kurang dari 28 minggu. Bayi dengan masa

gestasi 24-27 minggu masih sangat sukar hidup terutama

di negara berkembang. Bayi dengan masa gestasi 28-30

minggu masih mungkin dapat hidup dengan perawatan

yang sangat intensif agar dicapai hasil yang optimum

(2) Very Premature yaitu bayi yang lahir dengan usia 28

minggu sampai kurang dari 32 minggu. Bayi ini

mempunyai sifat premature dan matur. Biasanya berat

seperti bayi matur dan dikelola seperti bayi matur, tetapi

sering timbul masalah seperti bayi prematur.

(3) Moderate to late premature yaitu bayi yang lahir dengan

usia kehamilan 32 minggu samp[ai kurang 37 minggu

(Anisa and Erna, 2017).

Kelahiran Prematur disebabkan oleh :

(1) Faktor ibu : Penyakit, usia ibu, keadaan sosial ekonomi,

Toksemia Gravidarum, kelaianan bentuk uterus,

infeksi, traum masa kehamilan, ibu hamil yang masih

remaja dan anemia.

15
(2) Faktor janin : Kehamilan ganda, hidramion, ketuban

pecah dini, caca bawan, dan inkompabilitas darah ibu

dan janin (Rhesus).

(3) Faktor placenta : Placenta previa, Solusio placenta.

(b) Dismaturitas

Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan

seharusnya untuk masa kehamilan, sismatur dapat terjadi dalam

preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga disebut

Neonatus Kurang Bulan – Kecil Untuk Masa Kehamilan (NKB-

KMK), Neonatus Cukup Bulan – Kecil Masa Kehamilan (NCB-

KMK) (Vidia and Jaya Pongki 2016).

BBLR tipe dismaturitas disebabkan oleh :

(1) Faktor unur ibu, paritas, ras, infertilitas, riwayat kehamilan

tidak baik, lahir abnormal, jarak kehamilan terlalu dekat.

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada anak sebelumnya,

penyakit akut dan kronik, kebiasaan merokok, minum

alkohol, pre eklamsi dan lain-lain.

(2) Faktor placenta tumor, kehamilan ganda.

(3) Faktor janin infeksi bawaan, kelainaan kromosom, prematur,

hidramion, kehamilan ganda.

16
(4) Faktor lingkungan, contohnya tempoat tinggal didaratan

tinggi, radiasi, sosio ekonomi rendah dan paparan zat racun

(Erni and Kamila Lia 2017).

(c) Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NLB-KMK) (Vidia

and Pongki, 2016)

c. Faktor-faktor yang Menyebakan Berat Badan Lahir Rendah

Menurut Hernawati & Kamila (2017) faktor-faktor yang

menyebabkan BBLR adalah:

(1) Faktor Ibu

(a) Penyakit: mengalami komplikasi kehamilan seperti anemia sel

berat, perdarahan antepartum, hipertensi, pre eklampsi berat,

eklampsia, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih dan

ginjal), malaria, Infeksi Menular Seksual, HIV/AIDS, TORCH.

(b) Ibu: kehamilan pada usia kurang dari 20 atau lebih dari 35 tahun,

kehamilan ganda (multigravida), jarak kelahiran yang terlalu

pendek (kurang dari 1 tahun), riwayat BBLR sebelumnya.

(c) Keadaan sosial ekonomi: golongan sosial ekonomi rendah,

mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat, keadaan

gizi yang kurang baik, prematur pada bayi yang lahir dari

perkawinan tidak sah.

(d) Sebab lain: ibu perokok, pecandu alkohol, pecandu obat narkotika,

pengguna obat anti metabolic.


17
(2) Faktor janin

Kelainan kromosom, infeksi janin kronik, radiasi, kehamilan kembar,

aplasia pankreas

(3) Faktor plasenta

Berat plasenta berkurang atau berongga, luas permukaan berkurang,

plasentitis vilus (bakteri, virus, dan parasit), plasenta yang lepas,

sindrom plasenta yang lepas, sindrom tranfusi bayi kembar.

(4) Faktor lingkungan

Bertempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, terpapar zat racun.

d. Manifestasi klinik

(1) Gambaran klinis BBLR prematuritas murni

Antara lain berat lahir kurang dari 2.500 gram, panjang kurang dari

45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari

33 cm, masa gestasi kurang dari 37 minggu, kulit tipis dan

mengkilap, lemak sub kutan kurang, tulang rawan telinga sangat

lunak, lanugo banyak terutama dipunggung, puting susu belum

terbentuk dengan baik, pembuluh darah kulit banyak terlihat, labia

minora belum tertutup labia mayora (pada bayi perempuan), testis

belum turun (pada bayi laki-laki), pergerakan kurang dan lemah,

tonus otot hipotonik, menangis lemah, pernafasan belum teratur

sering mengalami apnoe, reflek tonik leher lemah, serta reflek

menghisap dan menelan belum sempurna (Erni and Lia, 2017).


18
(2) Gambaran klinis BBLR dismatur

Memiliki gambaran yang sama dengan dengan BBLR prematuritas

murni. Bayi dismatur postterm memiliki gambaran klinis berpa kulit

pucat atau bernoda, mekonium kering, kulit keriput dan tipis, verniks

kaseosa ti[is/tidak ada, jaringan lemak dibawah kulit tipis bayi

tampak gesit, aktif dan kuat, serta tali pusat berwarna kuning

kehijauan (Erni and Lia, 2017).

e. Permasalahan Bayi BBLR

Risiko yang dapat terjadi pada bayi Berat Badan lahir Rendah adalah :

(1) Jangka Pendek

(a) Hipotermia. Hipotermia dapat mengakibatkan komplikasi

jangka pendek berupa asidosis, hipoglikemia, dan gangguan

pembekuan darah serta peningkatan risiko untuk distres

pernapasan. Apabila berkepanjangan hipotermia dapat

menyebabkan edema, sklerema, perdarahan hebat (terutama

perdarahan paru), dan ikterus

(b) Hipertermia (suhu bayi >37,5°C) dapat meningkatkan

metabolisme, dan menyebabkan dehidrasi.

(c) Hipoglikemia (Kadar Gula darah kurang dari normal)

(d) Paru belum berkembang (bayi menjadi sesak napas). Kelainan

ini terjadi akibat ketidakmatangan paru dan susunan saraf pusat.

Apneu didefinisikan sebagai periode tak bernapas selama lebih


19
dari 20 detik dan disertai bradikardia. Kelainan ini dapat

ditemukan pada pemantauan yang teliti dan terus menerus.

Semua bayi dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu

harus secara rutin dan terus menerus dipantau sampai apneu itu

hilang selama satu minggu. Pemberian teofilin dapat

mengurangi kejadian apneu sekitar 60-90 %.

(e) Gangguan Pencernaan (mudah kembung karena fungsi usus

belum cukup baik)

(f) Mudah terkena infeksi (Sistem imunitas bayi belum matang).

Bayi berat lahir rendah terutama BKB sangat rentan terhadap

infeksi terutama infeksi nosokomial. Hal ini disebabkan oleh

kadar imunoglobulin serum yang rendah, aktivitas bakterisidal

neutrofil dan efek sitotoksik limfosit juga masih rendah. Risiko

untuk mendapat infeksi nosokomial meningkat apabila beberapa

bayi dirawat bersama dalam satu inkubator –suatu hal yang

masih terjadi di negara berkembang, bayi terlalu lama dirawat di

rumah sakit, serta rasio perawat-pasien yang tidak seimbang.

(g) Anemia (bayi kelihatan pucat oleh karena kadar hemoglobin

darah rendah)

(h) Mudah kuning

(i) Perdarahan otak

(j) Gangguan jantung


20
(2) Jangka panjang

(a) Gangguan pertumbuhan

(b) Gangguan perkembangan

(c) Gangguan penglihatan (retinopati akibat prematur)

(d) Gangguan pendengaran

(e) Penyakit paru kronik (Anisa and Erna, 2017).

f. Kebutuhan BBLR

Bayi berat lahir rendah, dalam hal ini bayi kurang bulan,

kehilangan kesempatan untuk mempersiapkan diri hidup di luar uterus

yang biasanya terjadi pada trimester ketiga. Makin muda usia gestasi,

kemampuan beradaptasi makin berkurang. Agar mendapat peluang

beradaptasi yang sama dengan bayi cukup bulan maka harus diberikan

lingkungan dan kebutuhan yang sama dengan keadaan di dalam uterus.

Kebutuhan tersebut sebagai berikut:

(1) Kebutuhan lingkungan fisik yang sesuai dengan pengaturan suhu,

kelembaban udara, dan kebersihan lingkungan.

(2) Kebutuhan akan perfusi dan oksigenisasi jaringan yang baik agar

fungsi metabolisme dan ekskretorik dapat berlangsung adekuat.

(3) Kebutuhan nutrisi yang sesuai dan adekuat yang menjamin tumbuh

kembang optimal.

(4) Kebutuhan emosional dan sosial yang menunjang tumbuh kembang

yang baik.
21
g. Penanganan BBLR

Semakin kecil bayi dan semakin prematur bayi, maka semakin besar

perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan

sianosis yang lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan

didalam inkubator.

(1) Pengelolaan suhu tubuh

Pengelolaan suhu tubuh BBLR dapat dilakukan dengan cara

penggunaan alat radiant warmer, penggunaan inkubator, topi penutup

kepala, plastic warb dan perawatan metode kanguru. Penggunaan

radiant warmer dan plastic warb efektif untuk perawatan bayi

prematur segera setelah lahir, sedangkan pengelolaan panas untuk

perawatan rutin disarankan penggunaan inkubator atau perawatan

metode kanguru (Anisa and Erna, 2017).

(2) Inkubator

Sebelum memasukan bayi kedalam inkubator, inkubator terlebih

dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4°C untuk bayi dengan berat

badan 1,7 kg dan 32,2°C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat

dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang

adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi

terhadap pernafasan lebih mudah.

(3) Pemberian oksigen

22
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm

BBLR, akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O² yang

diberikan sekitar 30-35% dengan mengunakan head box, konsentrasi

O² yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan

kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan

kebutaan.

(4) Pencegahan infeksi

Bayi term dengan berat rendah, mempunyai sistem imunologi yang

kurang berkembang, hampir ada sedikit/tidak memiliki ketahanan

terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi perawat harus menggunakan

pakaian khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.

(5) Pemberian makanan

Pemberian nutrisi secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah

terjadinya hipoglikemia dan hiperbilirubin. ASI merupakan pilihan

pertama, dapat diberikan melalui kateter (sonde), terutama pda bayi

yang reflek hisap dan menelannya lemah. BBLR secara relatif

memerlukan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi preterm

(Vidia and Pongki, 2016).

23
h. Pemantauan

(1) Terapi

Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan Preparat besi

sebagai suplemen, mulai diberikan pada usia 2 minggu.

(2) Tumbuh kembang

Pantau berat badan secara periodik. Bayi akan kehilangan berat badan

selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk bayi dengan berat lahir ≥

1500 gram dan 15% untu bayi dengan berat lahir <1500 gram. Apabila

bayi sudah mendapat ASI secara penuh (pada semua kategori berat

lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :

(1) Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml / kg / hari sampai tercapai

180 ml / kg / hari.

(2) Tingkatkan julah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi

agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml / kg / hari.

(3) Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah

pemberian ASI hingga 200 ml / kg / hari.

(4) Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala

setiap minggu (Vidia and Pongki, 2016).

24
2. Perawatan Metode Kanguru (PMK)

1. Pengertian

Perawatan Metode Kanguru (PMK) atau Kangaroo Mother

Care (KMC) adalah cara merawat bayi dalam keadaan telanjang

(hanya memakai popok dan topi) diletakan tegak/vertikal didada

diantara kedua payudara ibu (ibu telanjang dada, kemudian

diselimuti). Dengan demikian terjadi kontak kulit bayi dengan kulit

ibu secara kontinyu dan bayi memperoleh panas (sesuai suhu ibunya)

melalui proses konduksi sebagaimana ditunjukan (Vidia and Pongki

2016).

2. Riwayat Metode Kanguru

Metode kanguru atau perawatan bayi lekat ditemukan sejak

tahun 1983. Metode kanguru atau perawatan bayi lekat bukan

berasal dari Australia, melainkan dikembangkan di Kolombia.

Namun kanguru digunakan karena metode penanganannya bagi bayi

prematur atau bayi berat lahir

rendah (BBLR) yaitu kurang dari

2.500 gram ini meniru perilaku

binatang asal Australia yang

menyimpan anaknya di kantong

perutnya sehingga diperoleh suhu

25
optimal bagi kehidupan bayi (Unhas, 2016).

3. Komponen Perawatan Metode Kanguru

Dalam pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru (PMK) perlu

diperhatikan 4 komponen PMK, yaitu :

(a) Kangaroo Position

Posisi kanguru merujuk pada kontak ibu dengan kulit bayi, ibu

tidak menggunakan baju dan bra, bayi tidak menggunakan baju

hanya popok dan topi, bayi diletakan di dada ibu sehingga

terjadi kontak kulit dengan kulit. Posisi seperti kodok kemudian

di sangga dengan kain, kepala nayi posisi ekstensi sehingga

jalan nafas bayi tetap terbuka dan memungkinkan terjadi kontak

mata antara ibu dan bayi.

(b) Kangaroo Nutrition

Merujuk pada praktek pemberian ASI yang diperkuat dengan

kontak kulit ibu dengan kulit bayi. Nutrisi yang paling baik

untuk bayi adalah ASI, setiap ibu memproduksi ASI khusus

untuk bayinya. ASI kaya akan antibodi yang melindungi bayi

dari infeksi. Bayi yang belum punya kemampuan untuk

menghisap atau reflek hisapnya lemah, perah ASI dan letakan

dalam spuit yang dihubungkan dengan pipa sonde lambung,

kemudian letakan pipa di sekitar putting sehinggabbayi dapat

menghisap ASI dari pipa.


26
(c) Kangaroo Discharge

Adalah hal-hal yang berhubungan dengan pemulangan bayi dan

kelanjutan praktek perawatan metode kanguru setelah pulang

dari rumah sakit. Hal yang perlu di perhatikan dalam

pemulangan bayi : kemampuan bayi menyusu, tanda vital stabil,

grafik kenaikan berat badan cenderung naik dan ibu percaya diri

dalam merawat bayinya.

(d) Kangaroo Support

Merupakan bentuk dukungan fisik dan emosiaonal kepada ibu

dalam melakukan praktek PMK. Bayi dan ibu merupakan satu

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, dukungan harus diberikan

agar ibu dan bayi selalu bersama, karena memisahkan bayi

dengan ibunya akan memengaruhi perkembangan bayi. Tenaga

kesehatan harus memfasilitasi ibu dan keluarga agar percaya diri

dalam merawat bayinya. (Udayana, 2016).

4. Manfaat PMK

Manfaat metode kanguru adalah sebagai berikut :

a. Bayi bayi

Manfaat PMK antara lain : mencegah terjadinya hipotermi, bayi

lebih tenang dan rileks sebagai akibat kontak langsung kulit bayi

dengan kulit ibu/pengganti ibu, sehingga denyut jantung bayi


27
akan menjadi lebih stabil dan pernafasan akan lebih teratur,

dengan demikian distribusi oksigen ke seluruh tubuh menjadi

lebih baik. Frekuensi tidur lebih lama karena bayi merasa

nyaman, pemakaian kalori berkurang, kenaikan berat badan

lebih cepat, perkembangan otak lebih cepat. Selain itu, PMK

juga dapat mengurangi kejadian infeksi, dan memperpendek

lama perawatan di rumah sakit.

b. Bagi ibu

PMK akan memudahkan dan meningkatkan pemberian ASI,

berpengaruh terhadap psikologis ibu dengan membantu

menghilangkan stres dan memningkatkan hubungan emosi

antara ibu dan bayi (ibu merasa percaya diri, puas dan senang)

(Madjid, 2015).

Menurut Silvia (2015) keuntungan dari metode kanguru adalah :

a. Meningkatkan hubungan emosi ibu dan anak.

Kontak erat dan interaksi ibu dan bayi akan membuat bayi merasa

nyaman dan aman, serta meningkatkan perkembangan psikomotor

bayi sebagai reaksi rangsangan sensoris dari ibu ke bayi.

b. Menstabilkan suhu tubuh, denyut jantung, dan pernafasan bayi.

Tujuan kontak kulit ke kulit antar ibu dan bayi dapat menurunkan

hilangnya panas sehingga suhu bayi tetap stabil (36,5-37,5 C). Dengan

28
metode kanguru ini bayi pun akan terstimulasi terus untuk bernapas

karena mendengar napas ibunya, begitu juga dengan denyut jantung.

c. Meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi dengan lebih baik.

Pada umumnya berat bayi naik 30 gram/hari, dengan perawatan

metode kanguru bisa naik samapai 50 gram/hari, karena makanan

yang masuk tidak dipakai untuk menghangatkan tubuhnya dan bisa

dipakai untuk menaikkan berat badan (Maria, 2010). Hal ini dapat

terjadi karena posisi kanguru sangat ideal bagi proses menyusui.

Dengan melakukan PMK, proses menyusui lebih berhasil, karena

proses menyusui menjadi lebih lama. PMK dapat meningkatkan

volume ASI yang dihasilkan ibu. Segera setelah bayi menunjukkan

tanda kesiapan untuk menyusu, dengan menggerakkan lidah dan

mulut, dan keinginan untuk menghisap.

d. Mengurangi stress bayi

Bayi yang diberikan metode kanguru, kadar Kortisolnya (hormon

stress) lebih rendah dibandingkan bayi yang diletakkan di inkubator.

Karena di inkubator ia hanya sendirian sedangkan dengan metode

kanguru ia merasa nyaman bersama ibunya seperti waktu dalam

kandungan

e. Meningkatkan produksi ASI.

Untuk metode kanguru lebih didaraskan pada pemberian ASI.

Perawatan kulit ke kulit mendorong bayi untuk mencari puting dan


29
menghisapnya, hal ini membantu keberhasilan pemberian ASI.

Semakin bayi sering menyusu maka produksi ASI akan meningkat.

f. Menurunkan resiko terinfeksi selama perawatan dirumah sakit.

Metode kanguru dapat menurunkan risiko bayi mendapat infeksi

karena flora normal kulit ibu tentu lebih baik daripada kuman resisten

antibiotik diruang rawat rumah sakit.

g. Mempersingkat masa rawat di rumah sakit.

Dengan metode kanguru bayi akan lebih cepat dipulangkan dari

rumah sakit karena peningkatan berat badan yang lebih cepat dan

metode kanguru dapat dilanjutkan di rumah oleh ibu dibantu oleh

anggota keluarga lainnya.

5. Kriteria Bayi untuk Metode Kanguru

a. Bayi dengan berat badan antara 1.500-2.500 gram. Menurut penelitian

Silvia (2014), rata-rata berat badan bayi sebelum dilakukan perawatan

metode kanguru adalah 1.738,6 gram.

b. Tidak ada kelainan atau penyakit yang menyertai.

c. Reflek dan koordinasi isap dan menelan baik.

d. Perkembangan selama di inkubator baik.

e. Orang tua/keluarga menunjukan kesiapan dan peran serta yang

mendukung keberhasilan perawatan metode kanguru.(Unhas, 2016).

6. Hal-hal penting dilakukan untuk memonitor bayi pada PMK adalah:

30
a. Mengajar ibu atau pengganti ibu agar selalu memperhatikan pernapasan

bayi, jika terlalu pelan, sulit, kurang teratur, atau tidak bernafas.

b. Bayi tidak minum/muntah

c. Bayi gelisah, lesu, letargis, panas lebih dari 37,5°C

d. Dingin (hipotermi), suhu kurang dari 36,5°C walau telah dihangatkan

ulang

e. Kejang dan diare

7. Durasi Perawatan Metode Kanguru

a. Dijalankan sampai berat badan bayi 2.500 gram, atau mendekati 40

minggu, atua sampai kurang nyaman dengan PMK, misalnya sering

bergerak, gerakan ekstremitas berlebihan, dan bila akan dilakukan PMK

lagi bayi nangis

b. Bila ibu perlu istirahat, dapat digantikan ayah, saudara atau petugas

kesehatan. Bila tidak ada yang menggantikan, bayi diberi pakaian

hangat dan topi, dan diletakkan di boks bayi dalam ruangan yang

hangat.

c. Bila bayi sudah kurang nyaman dengan PMK, anjurkan ibu untuk

menyapih bayi dari PMK, dan dapat melakukan kondak kulit lagi pada

waktu bayi sehabis mandi, waktu malam yang dingin,a tau kapan saja

dia menginginkan.

Lama waktu metode kanguru, kontak kulit yang berlangsung sejak

dini secara terus menerus dilakukan secara bervariasi dari rata – rata 60
31
menit per hari, kalau mungkin selama 24 jam setiap hari. Tetapi bila ibu

tidak sempat, posisi ibu dapat digantikan oleh anggota keluarga yang lain

(Hasanuddin, 2016). Menurut penelitian Astuti (2015) di Rumah Sakit

PKU Muhammadiyah Gombong, pelaksanaan perawatan metode kanguru

selama 60 menit/hari dalam waktu 10 hari telah mampu meningkatkan

rata-rata berat badan bayi sebanyak 1.257,50 gram. Pada penelitian Sari

(2016) di Medan, dengan dilakukannya perawatan metode kanguru selama

dua jam per hari dalam waktu 10 hari, bisa meningkatkan menunjukkan

rata-rata kenaikan berat badan bayi 180 gram.

8. Tipe Pelaksanaan Metode Kanguru (PMK)

Menurut Yelmi (2015), ada 2 (dua) tipe untuk merawat bayi

dengan metode kangguru yaitu :

a. PMK sewaktu-waktu (intermitten)

Tipe ini dilakukan apabila bayi masih mendapat cairan atau obat-

obatan intravena, bantuan khusus seperti oksigen atau minum melalui

Oral Gastric Tube (OGT). Asuhan harus dilakukan selama 2 (dua)

jam untuk memberikan hasil yang optimal dan mengurangi stress pada

bayi.

b. PMK secara terus menerus (continue)

Tipe ini dilakukan pada bayi yang sudah memenuhi kriteria dan tidak

memerlukan bantuan khusus untuk bernafas. Tipe ini dilakukan untuk

meningkatkan berat badan bayi, meningkatkan kemampuan bayi


32
menyusu dan kemampuan ibu untuk merawat bayinya sampai kriteria

pemulangan bayi terpenuhi, asuhan ini dapat dilakukan dalam waktu

terus – menerus selama 24 jam.

9. Persiapan Metode Kanguru

Tahapan persiapan Perawatan Metode Kanguru (PMK), yaitu: :

a. Persiapan ibu.

(1) Membersihkan daerah dada dan perut dengan cara mandi dengan

sabun 2-3 kali sehari.

(2) Membersihkan kuku dan tangan.

(3) Baju yang dipakai harus bersih dan hangat sebelum dipakai.

(4) Selama Pelaksanaan Metode Kanguru ibu tidak memakai BH.

(5) Bagian bawah baju diikat dengan pengikat baju atau kain.

(6) Memakai kain baju yang dapat direnggang.

b. Persiapan bayi

(1) Bayi jangan dimandikan, tetapi cukup dibersihkan dengan kain

bersih dan hangat

(2) Bayi perlu memakai tutup kepala atau topi dan popok selama

penggunaan metode ini.

(3) Posisi bayi vertikal ditengah payudara atau sedikit ke samping

kanan/kiri sesuai dengan kenyamanan bayi serta ibu. Usahakan

kulit bayi kontak langsung dengan kulit ibunya terus menerus.

(4) Saat ibu duduk atau tidur posisi bayi tetap tegak mendekap ibu
33
(5) Setelah bayi dimasukkan ke dalam baju, ikat kain selendang di

sekeliling atau mengelilingi ibu dan bayi.

10. Prosedur Perawatan Metode Kanguru (PMK)

a. Langkah Kerja

(1) Perkenalkan kepada keluarga bayi BBLR tentang perawatan

metode kanguru. Jelaskan tujuan, manfaat dan cara

pelaksanaannya.

(2) Siapkan Ibu. Bersihkan daerah dada dan perut. Mandi atau

mencuci badan setiap hari sangat diperlukan untuk kebersihan

ibu. Usahakan dada dan perut selalu dalam keadaan bersih.

(3) Siapkan alat dan bahan yang digunakan. Baju kanguru, support

binder/ ikatan/ pembalut, penahan, topi bayi, baju bayi, popok

bayi, kaos kaki bayi, lap atau janduk, sabun, air)

(4) Cuci tangan dan bersihkan kuku. Cuci tangan di bawah air

mengalir dan hindarkan agar kuku tidak melukai bayi

(5) Siapkan bayi. Pakaikan popok, topi yang hangat, dan kaos kaki.

Pakaian bayi tanpa lengan, bagian depan terbuka, popok, topi dan

kaos kaki.

(6) Kenakan baju metode kanguru. Mulai dengan memasukkan

tangan kiri dan selanjutnya tangan kanan

34
(7) Kancingkan baju kanguru, dan sebaiknya sesuaikan dengan

ukuran bayi

(8) Letakkan bayi

di dada ibu. Bayi diletakkan

dengan posisi tegak. Dada bayi

menempel ke dada ibu, kepala

bayi dipalingkan ke sisi kanan

atau kiri dengan sedikit tengadah. Pangkal paha bayi dan tangan

dalam posisi kodok ataa atur posisi senyaman mungkin.

(9) Atur posisi bayi. Sebaiknya berada di sekitar epigastrium ibu.

Sebagai patokan adalah xypoid

bayi bertemu dengan xypoid ibu,

sehingga dada, leher dan kepala

bayi menempati bidang sternum

ibu atau badan bayi menempel

pada badan ibu. Dengan cara ini

bayi dapat melakukan pernapasan perut, nafas ibu akan

merangsang bayi ( Erni & kamila lia, 2017).

(10) Pakaiankan pembalut penahan atau kain untuk mengikat bagian

bawah. Ikatkan kain dengan kuat, pada beberapa jenis baju

kanguru, bagian bawahnya terdapat tali untuk mengikat agar bayi

tidak jatuh ( Erni & kamila, 2017).


35
(11) Ibu mengenakan pakaian/ blus longar sehingga bayi berada dalam

satu pakaian dengan ibu. Jika

perlu gunakan selimut.

Kancing dan ikat bagian

bawah baju dengan kain

/selendang serta perhatikan

posisi bayi sehingga mudah

untuk bernafas (Erni & Kamila, 2017).

(12) Berikan petunjuk cara memasukkan dan mengeluarkan bayi dari

kantong. Bila ibu sudah

terbiasa, hal ini akan

mengurangi ketakutan untuk

melakukannya. Langkah-

langkah yang diajarkan:

(a) Pegang bayi dengan 1 tangan di bawah leher sampai bagian

belakang bayi

(b) Fiksasi dengan lembut rahang bagian bawah untuk mencegah

tertutupnya jalan nafas saat bayi diposisikan tengkurap

(c) Letakkan tangan lainnya pada bokong bayi.

(13) Setelah selesai tindakan, cuci tangan kembali. Mencuci tangan

dengan menggunakan sabun untuk mencegah infeksi.


36
11. Pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru (PMK)

Tahap-tahap pelaksanaan perawatan metode kangguru adalah:

a. Cuci tangan, keringkan dan pakai gel handrub

b. Ukur bayi dengan dengan thermometer

c. Pakaikan baju kangguru pada ibu

d. Bayi dimasukkan dalam posisi kangguru, menggunakan topi, popok,

dan kaos kaki yang telah dihangatkan terlebih dahulu.

e. Letakkan bayi di dada ibu, dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu

dan pastikan kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu. Posisikan

bayi siku dan tungkai tertekuk, kepala dan dada bayi terletak di dada

ibu dengan kepala agak sedikit mendongak atau ekstensi.

f. Dapat pula ibu memakai baju dengan ukuran baju yang lebih besar

dari badan ibu dan bayi diletakkan diantara payudara ibu, baju

ditangkupkan kemudian ibu memakai selendang yang dililitkan di

perut ibu agar bayi tidak jatuh ( Madjid et al., 2015).

g. Bila baju tidak dapat menyokong bayi, dapat digunakan handuk atau

kain lebar yang elastik atau kantong untuk dapat menyangga tubuh

bayi sedemikian juga.

h. Ibu dapat beraktivitas dengan bebas, dapat bebas bergerak walau

berdiri, duduk, jalan, makan dan mengobrol. Pada waktu tidur posisi

ibu setengah duduk dengan meletakkan bantal dibelakang punggung

ibu (Madjid et al., 2015).


37
i. Posisi menyusui bayi saat PMK

Posisi PMK sangat ideal untuk menyusui bayi. Segera setelah bayi

menunjukkan tanda kesiapan

untuk menyusu, bantu ibu untuk

posisi yang nyaman. Langkah

pertama keluarkan bayi dari

kantung kangguru, kemudian

posisikan pada posisi menyusui

yang nyaman dan perlekatan yang adekuat. Pada awal menyusui ibu

bisa mengoleskan sedikit ASI pada areola, hal ini akan melembutkan

area putting dan akan memudahkan bayi untuk menempel. Berikan

penjelasan kepada ibu tentang tanda-tanda perlekatan yang baik, yaitu:

(1) Dagu bayi menempel pada payudara

(2) Mulut bayi terbuka lebar

(3) Sebagian besar areola berada di atas bibir bayi dibandingkan di

bawah (Udayana, 2016).

j. Bila ibu ingin istirahat, dapat digantikan oleh ayah atau anggota

keluarga yang lain (Udayana, 2016).

38
3. Pengaruh Perawatan Metode Kanguru (PMK) terhadap

Peningkatan Berat Badan Bayi

Dengan menggunakan metode kanguru kestabilan suhu dapat

dijaga karena pada metode ini bayi ditempatkan melekat dengan pertu

ibu yang berfungsi sebagai thermogulator, sehingga menurunkan

kejadian hipotermi. Peningkatan pertumbuhan dan berat badan lebih baik

pada BBLR dapat terjadi karena PMK meningkatkan hubungan emosi

ibu dan anak, menstabilkan suhu tubuh dan pernafasan bayi, mengurangi

stress pada ibu dan bayi, mengurangi lama menangis pada bayi,

memperbaiki hubungan emosional ibu dan bayi serta meningkatkan

produksi ASI (Kesmas et al. 2018).

Selain itu Perawatan Metode Kanguru (PMK) dapat mengurangi

pemakaian kalori, mengurangi kerjadian infeksi sehingga dapat

menurunkan resiko kematian dini pada bayi, meningkatkan rasa nyaman

pada saat bayi tidur, menurunkan stres pada bayi karena bayi merasa

aman dan nyaman, sehingga menurunkan respon nyeri pada bayi dan

energi bayi di fokuskan pada pertumbuhan (Kesmas et al. 2018)

Perawatan Metode Kanguru lebih lama mempunyai efek positif

terhadap lama menyusui dan suhu bayi dalam rentang normal sehingga

terjadi peningkatan berat badan. Bayi yang menyusu ke ibu lebih lama

akan membuat bayi merasa tenang dan nyaman sehingga bayi

mendapatkan suplai ASI yang mencukupi serta energi yang diperoleh


39
tuguh hannya difokuskan untuk pertumbuhan. PMK pada bayi juga akan

meningkatkan kadar glukosa yang menyebabkan metabolisme sel

menjadi baik sehingga pertumbuhan sel akan menjadi labih baik pula

(Kesmas et al. 2018).

Peningkatan berat badan bayi juga dapat terjadi karena bayi

dalam keadaan rileks, beristirahat dengan posisi yang menyenangkan,

mirip dengan posisi dalam rahim, sehingga kegelisahan bayi berkurang

dan tidur lebih lama. Pada keadaan demikian konsumsi oksigen dan

kalori berada pada tingkat paling rendah, sehingga kalori yang ada

digunakan untuk menaikkan berat badan. Selain itu peningkatan berat

badan juga disebabkan oleh produksi ASI yang meningkat dan frekuensi

menyusu yang lebih sering (Udayana, 2016).

Dengan Perawatan Metode Kanguru detak jantung bayi stabil

dan pernapasannya lebih teratur, sehingga penyebaran oksigen ke seluruh

tubuhnya pun lebih baik. Selain itu, cara ini mencegah bayi kedinginan.

Bayi lebih tenang, lebih jarang menangis, dan kenaikan berat badannya

menjadi lebih cepat (Silvia, 2015).

4. Peningkatan Berat Badan Bayi Dari Segi Psikologis

Semua bayi memerlukan kasih sayang dan perawatan untuk

pertumbuhannya, akan tetapi BBLR lebih memerlukan perhatian agar

dapat berkembang secara normal disebabkan mereka telah kehilangan

40
atau belum sempat mendapatkan lingkungan intrauterin yang ideal

selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan. PMK adalah metode

ideal sebab bayi diayun-ayun, dipeluk dan mendengarkan suara ibunya

saat melakukan aktivitas sehari-hari. PMK juga dapat memberikan ibu

kepercayaan diri dalam merawat bayinya.

Keunggulan perawatan metode kanguru adalah bayi

mendapatkan sumber panas alami (36 – 370C) terus menerus langsung

dari kulit ibu, mendapatkan kehangatan udara dalam kantung/ baju ibu,

serta ASI menjadi lancar. Dekapan ibu adalah energi bagi bayi. Dengan

cara ini bayi sebisa dan sesering mungkin dibuat bersentuhan dengan

kulit ibu. Dari sentuhan ini bermanfaat secara psikologis yaitu menjalin

kasih sayang antara bayi dan orang tua. Selain itu juga dapat mengurangi

depresi dan ketegangan, sehingga bayi merasa aman dan terlindungi,

membuat bayi dapat tidur dengan lelap, mengurangi rasa sakit,

meningkatkan volume air susu ibu dan meningkatkan berat badan bayi

( Febriani 2015).

Posisi yang nyaman pada pada PMK akan memberikan impuls

pada hypothalamus untuk merespon kelenjar medula adrenal untuk

menekan pengeluaran hormon epineprin dan noreprineprin atau

pelepasan katekolamin dalam darah berkurang, denyut hantung teratur,

dan konsumsi oksigen berkurang dan pernafasan menjadi stabil.

(Kesehatan Masyarakat.,et al)


41
B. Kerangka Teori

Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

dapat disusun kerangka teori sebagai berikut :

42
Skema 2.1
Kerangka Teori Pengaruh Perawatan Metode Kanguru Terhadap
Peningkatan Berat Badan BBLR

Faktor predisposisi BBLR :


1. Faktor Ibu : penyakit, ibu,
sosial ekonomi, penyebab lain
2. Faktor janin
3. Faktor plasenta
4. Faktor lingkungan

BBLR

Penatalaksanaan

Pemberian Pemberian Pelestarian Pencegahan


Oksigen Nutrisi Suhu Tubuh Infeksi

Plastik Radiant PMK Inkubator


Wrap Warmer

Manfaat PMK
1. Menstabilkan Suhu tubuh,
denyut jantung dan pernafasan
bayi
2. Meningkatkan hubungan emosi
ibu dan bayi
3. Mengurangi Stres Bayi
4. Meningkatkan pertumbuhan
berat badan
5. Meningkatkan produksi ASI
= Diteliti 6. Menurunkan resiko infeksi
7. Mempersingkat masa rawat di 43
rumah sakit
= Tidak diteliti

Sumber : Anisa & Erna 2016 dan Erni & Kamila, 2017.
C. Kerangka Konsep

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat

digambarkan kerangka konsep sebagai dasar dalam penelitian ini sebagai berikut :

Skema 2.2
Kerangka Konsep

Pre-test Intervensi Post-test

Berat badan bayi Pelaksanaan Berat badan bayi


Sebelum Perawatan Metode Sesudah
Dilakukan Kanguru (PMK) Dilakukan
Perawatan Metode Perawatan Metode
Kanguru (PMK) Kanguru (PMK)

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konsep diatas maka dapat

dirumuskan hipotesa pada penelitian ini sebagai berikut :

Ha : Ada perbedaan rata-rata berat badan BBLR sebelum dan setelah

pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru di Ruang Perinatologi RSUD

Muhammad Sani Kabupaten Karimun 2019.

44
E. Defenisi Operasional

Tabel 2.1
Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil


Operasional Ukur Ukur
1. Independen Perawatan Melaksanaan SPO Nominal Dilakukan
Perawatan bayi lekat atau Perawatan Perawatan Perawatan
Metode bayi selalu Metode Metode Metode
Kanguru didekap ibu Kanguru Kanguru Kanguru
atau orang (PMK)
lain dengan
kontak
langsung kulit
bayi dengan
kulit ibu
selama 2 jam
per hari dalam
waktu 7 hari

2. Dependen Berat badan Pengukuran Timbangan Rasio Berat


Berat badan bayi baru lahir Berat Badan bayi badan bayi
bayi baru yang Bayi dalam
lahir dinyatakan satuan
dalam gram gram
Naik : >
40 gram

45
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain quasi eksperimen pre and

post test without control, yaitu penelitian yang menguji coba suatu

intervensi/perlakukan pada satu kelompok tanpa adanya kelompok pembanding

dan tidak dilakukan secara random. Pengaruh perlakuan dinilai dengan cara

membandingkan nilai post test dengan pre test (Dharma, 2017).

Bentuk rancangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Skema 3.1
Rancangan Penelitian

R ----------> O1 -----------> X1 -----------> O2

Keterangan :

R = Responden penelitian bayi dengan BBLR

O1 = Pre test berat badan bayi sebelum di lakukan PMK

X1 = Intervensi melalui pelaksanaan PMK sesuai prosedur

O2 = Post test berat badan bayi setelah dilakukan PMK

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah unit dimana suatu hasil penelitian akan diterapkan

((Dharma 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi baru

46
lahir dengan berat badan lahir 1500 - 2500 gram di Ruang Perinatologi

RSUD Muhammad Sani Kabupaten Karimun, berjumlah 205 orang bayi

dengan BBLR pada tahun 2018 (rata-rata 17 bayi per bulan).

2. Sampel

Sampel penelitian adalah sekelompok individu yang merupakan

bagian dari populasi terjangkau dimana peneliti langsung mengumpulkan

data atau melakukan pengamatan/pengukuran pada unit ini. Pada

penelitian ini sampel adalah total sampling, dengan kriteria yang

digunakan adalah sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi :-

1) Neonatus dengan berat badan < 2.500 gram

2) Orang tua bayi bersedia menjadi responden

b. Kriteria eksklusi :

1) Bayi yang sedang dalam perawatan khusus

2) Bayi dengan berat badan < 1.500 gram

3) Ibu dengan penyakit menular.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Ruang Perinatologi RSUD

Muhammad Sani Kabupaten Karimun pada bulan April - Juni 2019.

47
D. Alat Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti untuk

mengobservasi, mengukur atau menilai suatu fenomena ( Dharma, 2017).

Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Standar Prosedur Operasional (SOP) Perawatan metode kanguru RSUD

Muhammad Sani akan digunakan sebagai intrumen penelitian untuk

mengukur variabel dependen.

2. Timbangan Bayi akan digunakan untuk melakukan pengukuran berat

badan bayi dengan BBLR. Timbangan dikategorikan sebagai jenis

instrumen fisiologis yang digunakan untuk mengukur atribut fisik dengan

suatu alat ukur terstandarisasi (Dharma, 2017).

E. Uji Validitas dan Reabilitas

Penetapan Standar Prosedur Operasinal Perawatan metode kanguru dilakukan

dilakukan dengan cara :

1. Membentuk Tim Penyusun yang terdiri dari Dokter Spesialis Anak dan

Perawat yang telah memiliki sertifikat manajemen BBLR. Langkah ini

merupakan uji validitas theory-related validity (validitas berhubungan

dengan teori) dengan tipe content validity atau validitas isi yaitu meminta

pendapat pakar yang sesuai dengan bidang yang diteliti ( Dharma, 2017).

2. Setelah SOP dirumuskan oleh Tim Penyusun dilakukan pengujian

kehandalan dengan kepada beberapa orang pasein dan membuat laporan

48
bahwa telah dilakukan uji coba. Langkah berikutnya adalah mengajukan

penetapan SOP kepada Manajemen Rumah Sakit. Setelah dilakukan

pengujian pada tigkat Manajemen SOP kemudian ditetapkan dan

ditandatangai oleh Direktur. Menurut Dharma (2017), uji reabilitas dapat

dilakukan dengan cara dua kali uji (Two test administration).

F. Prosedur Pengumpulan Data

Penelitian dilaksanakan setelah peneliti mangajukan izin penelitian

tertulis dari Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Awal Bros Batam yang

ditujukan kepada Direktur RSUD Muhammad Sani Kabupaten Karimun. Pada

tanggal 11 Mei 2019 surat izin diterbitkan, peneliti mulai melakukan

pemilihan sampel penelitian sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang

telah ditetapkan. Selanjutnya peneliti memberikan informed consent kepada

orang tua/ ibu calon responden untuk menjelaskan maksud dan tujuan

penelitian.

Setelah responden menyetujui dan menandatangani informed consent

barulah peneliti mulai menjelaskan semua intruksi dan prosedur yang telah

peneliti siapkan. Sebelum melakukan Perawatan Metode Kanguru (PMK),

peneliti menjelaskan aturan yang dipatuhi oleh responden diantaranya

responden dianjurkan untuk mengikuti semua tahap-tahap Pelaksanaan

Metode Kanguru dalam waktu yang telah ditentukan.

49
Tahapan pelaksanaan pengumpulan data diuraikan dalam langkah-

langkah pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru (PMK) sebagai berikut :

1. Pre-test

Melakukan penimbangan bayi sebelum PMK dilakukan untuk

mendapatkan data pre-test dan Peneliti mencatat berat badan pada lembar

observasi

2. Persiapan ibu

a. Memberikan informasi tentang metode kanguru

b. Membersihkan daerah dada dan perut dengan cara mandi.

c. Membersihkan kuku dan tangan.

d. Baju yang dipakai harus bersih dan hangat sebelum dipakai.

e. Selama pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru ibu tidak memakai

BH.

f. Bagian bawah baju diikat dengan pengikat baju atau kain.

g. Memakai kain baju yang longgar

3. Persiapan bayi

a. Bayi jangan dimandikan, tetapi cukup dibersihkan dengan kain bersih

dan hangat

b. Bayi perlu memakai tutup kepala atau topi dan popok selama

penggunaan metode ini.

4. Tahap-tahap pelaksanaan Perawatan Metode Kangguru adalah:

a. Cuci tangan, keringkan dan pakai gel handrub

50
b. Pakaikan baju longgar pada ibu

c. Bayi dimasukkan dalam posisi kangguru, menggunakan topi, popok,

dan kaos kaki yang telah dihangatkan terlebih dahulu.

d. Letakkan bayi di dada ibu, dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu

dan pastikan kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu. Posisikan

bayi siku dan tungkai tertekuk, kepala dan dada bayi terletak di dada

ibu dengan kepala agak sedikit mendongak atau ekstensi.

e. Baju ditangkupkan kemudian ibu memakai selendang yang dililitkan

di perut ibu agar bayi tidak jatuh.

f. Ibu dapat beraktivitas dengan bebas, dapat bebas bergerak walau

berdiri, duduk, jalan, makan dan mengobrol. Pada waktu tidur posisi

ibu setengah duduk dengan meletakkan bantal dibelakang punggung

ibu.

g. Peneliti memberikan dukungan dengan memberikan leaflet tentang

PMK agar ibu termotivasi untuk melakukan PMK.

h. PMK dilakukan selama 2 jam sehari dalam waktu 7 hari.

5. Post-test

Setelah hari ke 8, dilakukan melakukan penimbangan berat badan bayi

dalam hal ini penimbangan dilakukan oleh petugas perinatologi sebagai

Asisiten Peneliti karena sesuai dengan Standar Operasional Prosedur

51
(SOP) penimbangan dilakukan jam 06.00 pagi. Kemudian peneliti

mencatat berat badan pada lembar observasi.

G. Analisis Data

1. Pengolahan Data

a. Melakukan edit data

1) Mengumpulkan data ibu dan bayi kemudian diberi inisial sesuai

dengan nama ibunya.

2) Mengumpulkan lembar observasi berat badan bayi sebelum dan

sesudah pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru dan

melakukan penghitungan kembali.

3) Mengelompokan data karakteristik ibu dan karakteriristik bayi.

4) Mengelompokan berat badan BBLR sebelum dan sesudah PMK

dan mencatatnya pada lembar observasi.

b. Mongkoding (Coding)

Memberi kode tertentu terhadap karakteristik responden

c. Mengentry data (Entry/Tabulating)

Memasukan data ke dalam master table.

d. Pembersihan data (Cleaning)

Setelah data dimasukan ke master tabel, kemudian dilakukan

pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan

kesalahan atau ketidak lengkapan.

e. Pengolahan data dengan SPSS (Procecing)

52
2. Melakukan Uji Normalitas

Uji statistik yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah

Uji Paired T Test yang merupakan uji parametrik beda mean pada dua

data yang berpasangan. Syarat mutlak dari uji parametrik adalah data

harus terdstibusi dengan normal, untuk itu sebelum melakukan uji

statistik peneliti melakukan uji normalitas Shapiro Wilk. Hasil didapat

bahwa nilai pre dan post test berat badan bayi adalah 0,197 dan 0,204.

Nilai tersebut lebih besar dari 0,05, menunjukan data peneltian ini

terdistribusi dengan normal.

3. Analisa Univariat

Analisa ini dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian, yang disajikan dalam bentuk

statistik deskriptif meliputi mean dan standar deviasi.

4. Analisa Bivariat

Menggunakan uji statistik paired t test dengan SPSS untuk

mengetahui beda rerata berat badan BBLR sebelum dan sesudah PMK.

Untuk mengetahui diterima dan ditolaknya hipotesa sesuai dengan

signifikansi yang ditetapkan yaitu menggunakan interval kepercayaan

0,05, hipotesa diterima jika probabilitas ≤ 0,05.

53
H. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin

kepada responden untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah

mendapatkan persetujuan barulah peneliti melakukan penelitian dengan

menegakkan prinsip dasar etik penelitian keperawatan meliputi :

1. Informed Concent (Lembar Persetujuan)

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Lembar persetujuan ini

diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria

inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian. Jika responden

menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-

hak responden sebagai bentuk penghormatan terhadap harkat dan martabat

manusia ( respect for human dignity).

2. Menghormati privasi dan kerahasian subjek (respect for privacy and

confidentiality)

Melengkapi lembar responden tanpa nama pengumpulan data tanpa

nama responden (anonim) dan mengantinya dengan kode tertentu (inisial).

Peneliti menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya, semua informasi yang telah dikumpulkan

dijamin kerahasiaan oleh peneliti (Dharma, 2017).

54
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Lahan Peneltian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Muhammad

Sani Kabupaten Karimun yang merupakan satu-satunya rumah sakit milik

Pemerintah Daerah Kabupaten Karimun bertipe C. Rumah Sakit ini menjadi

salah satu rujukan dari beberapa Faslitas Kesehatan Tingakat Pertama di

Kabupaten Karimun dan dari beberapa Rumah Sakit terdekat. RSUD

Muhammad sani berstatus Badan Layanan Umum Daerah. Berdiri di lahan

seluas 47.889 m², terdiri dari 3 (tiga) bangunan utama, beberapa bangunan

penunjang lainnya dan berkapasitas 176 tempat tidur.

RSUD Muhammad Sani merupakan rumah sakit PONEK yang

memberikan pelayanan 24 jam untuk kegawatdaruratan ibu dan bayi.

Program ini dilengkapi dengan petugas kesehatan serta sarana dan rasarana

yang memadai dalam menangani kasus rujukan yang tidak mampu dilakukan

petugas kesehatan di tingkat layanan primer (Dokter, Perawat, Bidan).

Pelayanan ini disediakan selama 24 jam. Pelayanan PONEK meliputi

stabilisasi di UGD dan persiapan obat definitif, penanganan kasus gawat

darurat oleh tim PONEK RS di ruang tindakan, penanganan operatif tepat dan

cepat (laparotomi dan seksio saesaria), perawatan intensif ibu dan bayi, serta

pelayanan asuhan antenatal risiko tinggi.

55
B. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 17 orang

BBLR yang menjalani perawatan di ruang Perinatologi RSUD Muhammad

Sani Kabupaten Karimun pada Bulan April – Juni 2019 didapat hasil sebagai

berikut :

1.Analisis Univariat

Tabel 4.1
Karakteristik Ibu dengan BBLR berdasarkan Umur, Pendidikan, Paritas
dan Pekerjaan Di ruang perinatologi RSUD Muhammad Sani
Kabupaten Karimun Tahun 2019

No.
Variabel f %
1. Umur Ibu
> 20 tahun 1 orang 5,88
20 – 35 tahun 14 orang 82,35
< 35 tahun 2 orang 11,76

2. Pendidikan Ibu
SD 2 orang 11,76
SLTP 8 orang 47,06
SLTA 7 orang 41,18

3. Kehamilan
Primipara 3 orang 17,65
Multipara 12 orang 70,59
Grande Multipara 2 orang 11,76

4. Pekerjaan Ibu
Tidak Bekerja 9 orang 52,94 %
Bekerja 8 orang 47,06 %

Jumlah Responden 17 Orang

56
Dari tabel 4.1 diatas dapat dilihat responden terbanyak adalah yang

berumur 20 – 35 tahun yaitu sebanyak 14 orang atau sebesar 82,35% dari seluruh

responden, Pendidikan ibu 47,06% tamat SLTP, Paritas terbanyak adalah

Multipara sebesar 70,59% responden dan 52,94 ibu tidak bekerja.

Tabel 4.2
Karakteristik BBLR Menurut Umur Bayi, Umur Kehamilan
dan Jenis Kelamin Di ruang perinatologi RSUD Muhammad Sani
Kabupaten Karimun Tahun 2019

No.
Variabel f %
1. Umur Bayi
1 - 3 hari 10 orang 58,82
4 - 6 hari 5 orang 29,41
7 – 10 hari 2 orang 11,76

2. Umur Kehamilan
Prematur 10 orang 58,82
Dismatur 7 orang 41,18

3. Jenis Kelamin
Laki – laki 9 orang 52,94
Perempuan 8 orang 47,06

Jumlah Responden 17 Orang

Dari tabel 4.2 diatas mengambarkan bayi yang menjadi responden 58,82%

berumur 1-3 hari, bayi prematur lebih banyak daripada bayi dismatur yaitu

58,82%, sedangkan bayi jenis kelamin aki-laki lebih banyak dari bayi perempuan

sebanyak 9 orang (52,984%).

57
Tabel 4.3
Rerata Berat Badan Bayi Baru Lahir Sebelum Pelaksanaan
Perawatan Metode Kanguru (PMK) di Ruang Perinatologi
RSUD Muhammad Sani Kabupaten Karimun
Tahun 2019

Standar
Variabel N Mean
Deviasi
Berat Badan
17 1732,65 194,126
Sebelum

Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan rata-rata berat badan bayi

sebelum dilakukan Perawatan Metode Kanguru (PMK) adalah 1.732,65

gram dengan standar deviasi 194,126 gram. Berat badan terendah adalah

1.410 gram dan berat badan tertinggi 2240. dengan Pvalue 0,000.

Tabel 4.4
Rerata Berat Badan Bayi Baru Lahir Sesudah Pelaksanaan
Perawatan Metode Kanguru (PMK) di Ruang Perinatologi
RSUD Muhammad Sani Kabupaten Karimun
Tahun 2019
Standar
Variabel N Mean
Deviasi
Berat Badan
17 1861,76 164,68
Sesudah

Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan rata-rata berat badan bayi

sesudah dilakukan Perawatan Metode Kanguru (PMK) adalah 1861,76

gram dengan standar deviasi 164,68 gram. Berat badan terendah adalah

1530 gram dan berat badan tertinggi 2290 dengan nilai pvalue 0,000.

58
C. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh Perawatan Metode

Kanguru (PMK) terhadap berat badan bayi baru lahir rendah (BBLR). Hasil

analisis bivariat pada penelitian ini adalah :

Tabel 4.5
Perbedaan Rerata Berat Badan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Sebelum dan Setelah Pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru
di Ruang Perinatologi RSUD Muhammad Sani
Kabupaten Karimun Tahun 2019

Mean
Variabel Mean N P Value
Different
Berat Badan 1732,65
Sebelum
17 129,118 0,000
Berat badan 1861,76
sesudah

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa rata-rata berat badan bayi sebelum

sebelum pelaksanaan perawatan metode kanguru adalah 1732,65 gram.

Sedangkan rata-rata berat badan bayi sesudah perawatan metode kanguru adalah

1861,76 gram. Terlihat perbedaan rata-rata (mean different) berat badan sebelum

dan sesudah pelaksanaan perawatan metode kanguru adalah 129,118 gram. Nilai p

= 0,000 (p < 0,05), disimpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata berat badan bayi

baru lahir rendah sebelum dan setelah pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru

(PMK) di Ruang Perinatologi RSUD Muhammad Sani Kabupaten Karimun tahun

2019.

59
BAB V
PEMBAHASAN

A. Interprestasi dan Diskusi Hasil

1. Berat Badan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Sebelum Perawatan

Metode kanguru (PMK)

Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan rata-rata berat badan bayi

sebelum dilakukan Perawatan Metode Kanguru (PMK) adalah 1733,64

gram dengan standar deviasi 194,12 gram. Berat badan terendah adalah

1410 gram dan berat badan tertinggi 2240 gram.

Menurut Sembiring & Pratiwi (2017) “bayi berat lahir rendah

adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa

memandang masa kehamilan. Secara umum BBLR berhubungan dengan

usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping juga

disebabkan dismaturitas, yaitu bayi cukup bulan (usia kehamilan 38

minggu), tetapi berat badan lebih kecil ketimbang masa kehamilanya, hal

ini dapat disebabkan oleh pertumbuhan janin terhambat (PJT). Penyebab

tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko seperti faktor ibu,

plasenta, janin dan lingkungan sehingga menyebabakan terganggunya

pemenuhan nutrisi pada janin selama masa kehamilan.

Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian Silvia (2015) tentang

Pengaruh Perawatan Metode Kanguru Terhadap Perubahan Berat Badan

60
Bayi Lahir Rendah, di Ruang Perinatology RSUD Dr.Achmad Mochtar

Bukittinggi yang rata-rata berat badan bayi sebelum perawatan metode

kanguru adalah 1.738,60 gram. Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2015)

di Rumah Sakit Umum Haji Medan yang berjudul efektifitas perawatan

metode kanguru dengan support binder (kain panjang batik/jarik) dalam

peningkatan berat badan bayi lahir rendah didapat rata-rata berat badan

bayi pre test yang lebih tinggi yaitu 2.026 gram.

Sebagian besar (58,82%) responden pada penelitian ini merupakan

bayi yang dilahirkan pada kelamilan kurang dari 37 minggu (prematur).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2017)

bahwa 55,6% BBLR di rumah Sakit Umum Mitra Medika Medan adalah

bayi prematur. Berbeda hanya dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sofiana (2016) di rumah Sakit Yokyakarta bahwa terdapat 33 kasus BBLR

dengan usia kehamilan lebih dari 37 minggu dari jumlah seluruh

responden sebanyak 60 bayi. Menurut Nelson dalam Mahayana (2016)

kejadian BBLR dinegara berkembang termasuk Indonesia, lebih banyak

kejadian dismatur dibanding prematur.

Sejalan dengan pendapat Nelson tersebut, pada saat peneltian ini

berlangsung di RSUD Muhammad Sani peneliti menemukan lebih banyak

BBLR kelahiran dismatur daripada prematur. Namun karena rata-rata hari

rawatan BBLR dismatur yang tidak mempunyai masalah kesehatan lebih

singkat yaitu sekitar 4-5 hari saja sedangkan peneliti perlu melakukan

61
intervensi PMK selama 7 hari, maka hasil karakterisitik bayi yang

ditampilkan lebih banyak prematur. Penyebab BBLR dismatur yang

peneliti temukan adalah gemili dan PJT ( perkembangan janin terhambat),

sedangkan pada kehamilan prematur pertumbuhan janin pada intrauteri

belum optimal. Dimana perkembangan dan pertumbuhan janin dalam

intrauteri membutuhkan waktu selama kurang lebih 38 minggu untuk bayi

siap dilahirkan dan menyesuaikan diri dengan lingkungan diluar rahim.

Ibu bayi dengan BBLR pada peneltian ini merupakan kelompok

usia reproduksi sehat yaitu 20 sampai dengan 35 tahun. Ibu pada usia ini

memiliki organ reproduksi yang telah mampu untuk memproses kehamilan

dan persalinan secara baik dan belum mengalami penurunan fungsi organ

reproduksi yang dapat menjadi salah penyebab BBLR. Penelitian yang

dilakukan oleh Susilowati (2016) tentang faktor resiko yang berhubungan

dengan kejadian berat badan lahir rendah pada noenatus yang dirawat di

RSUP Prof. Dr. R. Kandau juga menemukan karakterikstik umur ibu yang

sama dengan hasil penelitian ini yaitu kelompok usia ibu yang paling

banyak melahirkan neonatus dengan BBLR adalah kelompok usia 20-35

tahun dengan jumlah 37 kasus atau sebesar 60% dari total jumah

responden. Hal yang sama juga dapat dilihat dari hasil penelitian Putri

(2017) bahwa 82,29% dari responden yang melahirkan BBLR merupakan

kelompok umur 20-35 tahun.

62
Menurut Mahayana (2016) Saat ini tidak adanya etilogi pasti antara

penyebab PJT dan prematuritas, sehingga banyak faktor resiko yang

dikemukakan dengan berbagai macam patogenesis yang berkeitan dengan

kejadian BBLR. Faktor resiko yang mempengaruhi kedua kejadian

tersebut sulit dipisahkan secara tegas dalam kontribusinya sebagai

penyebab BBLR. Peneltian yang dilakukan di brazil oleh Sclowitz et al,

memberikan hasil bahwa presentase BBLR yang cukup besar (67,6%)

pada ibu yang mengalami anemia dan janin yang berjenis kelamin laki-

laki. Namun terdapat faktor resiko lain yang tidak lebih dari 50% seperti :

usia ibu yang kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun sebesar 13,5%,

paritas grandemultipara sebesar 22,3%, riwayat abortus 22,7%, pendidikan

rendah 23,4% dan status sosiso ekomoni rendah sebesar 15,4%.

Menurut analisa Peneliti bahwa usia ibu bukanlah penyebab utama

kejadian BBLR pada penelitian ini. Karena selain umur masih banyak

faktor resiko yang tidak peneliti ambil datanya. Seperti riwayat kesehatan

ibu, sosioekonomi, dan faktor kebiasaan ibu. Namun ada sebesar 17 %

dari responden penelitian ini yang merupakan ibu dengan kategori

reproduksi yang beresiko (< 20 tahun dan > 35 tahun). Meningkatnya usia

ibu akan menyebabkan terjadinya perubahan - perubahan pada pembuluh

darah dan juga ikut menurunnya fungsi hormon yang mengatur siklus

reproduksi (endometrium). Semakin bertambahnya usia seorang wanita,

maka hormon pengatur siklus reproduksi juga semakin menurun. Apabila

63
kadar esterogen rendah dan perkembangan endometrium tidak sempurna,

maka aliran darah ke uterus juga akan ikut menurun sehingga dapat

mempengaruhi penyaluran nutrisi dari ibu ke janin, yang memicu

terjadinya BBLR.

2. Berat Badan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Sesudah Pelaksanaan

Perawatan Metode Kanguru (PMK)

Hasil peneltian pada tabel 4.4 menunjukan peningkatan rata-rata

berat badan bayi sesudah dilakukan Perawatan Metode Kanguru (PMK)

adalah menjadi 1861,76 gram dengan standar deviasi 164,68 gram. Berat

badan terendah adalah 1530 gram dan berat badan tertinggi 2290 gram.

Terdapat perbedaan rerata berat badan bayi sebelum dan sesudah PMK

sebanyak 129, 12 gram.

Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan perawatan suportif

pengganti inkubator yang dilakukan dengan meletakan bayi diantara kedua

payudara ibu sehingga sehingga terjadi kontak langsung kulit ibu dan kulit

bayi. PMK memiliki keuntungan- keuntungan apabila dibandingkan

dengan inkubar yaitu dapat meningkatkan hubungan emosional ibu dan

anak, menstabilkan suhu tubuh, denyut nadi, jantung dan pernafasan bayi,

mengurangi stress pada ibu dan bayi, mengurangi lama menangis pada

bayi, memperbaiki hubungan emosi antara ibu dan bayi serta

meningkatkan pertumbuhan berat badan karena pemakaian kalori atau

energi berkurang. Proses peningkatan berat badan sangat di dukung oleh

64
terpenuhinya kebutuhan nutrisi bayi. PMK membuat bayi menyusu ke ibu

lebih lama dan sering sehingga bayi menjadi tenang dan mendapat suplay

ASI yang mencukupi. Energi yang diperoleh tubuh hanya difokuskan

untuk pertumbuhan. Bayi yang diberikan PMK mempunyai suhu yang

relatif normal, denyut jantung dan pernafasan teratur, tidur lebih lama dan

sedikit menangis. PMK pada BBLR akan menyebabkan peningkatan kadar

glukosa yang menyebabkan metabolisme sel menjadi baik sehingga

pertumbuhan berat badan akan lebih baik juga (Solehati, 2018).

Hasil penelitian didukung oleh Astuti (2015) yang menelti tentang

Pengaruh Penerapan Perawatan Metode Kanguru Terhadap Peningkatan

Berat Badan Bayi Lahir Rendah, di RS PKU Muihamadiyah Gombong

yaitu dari 18 orang bayi yang diberikan PMK selama 7 (tujuh) hari terjadi

peningkatan berat badan sebesar 1.257,50 gram. Hal yang sama ditunjukan

oleh Mardiani (2017) di Ruang Perinatologi RSUD DR. Rasyidin Padang,

yaitu terdapat kenaikan rerata berat badan bayi setelah PMK selama 10

hari menjadi 2.270 gram dari yang sebelum dilakukan PMK yaitu 1.871,33

gram. Penelitian yang dilakukan oleh Huniyah (2018) juga menunjukan

hasil yang sejalan dengan penelitian ini, terjadi peningkatan berat badan

seluruh responden yang diberikan PMK selama 30 hari yang berkisar

antara 50-350 gram pada BBLR di Ruang Hasyim Asy’ari RSI Sakinah

Mojokerto pada Bulan Juli 2017.

65
Dengan bervariasinya lama pelaksanaan PMK dari beberapa

peneltian tersebut, Peneilti berasumsi bahwa semakin lama waktu PMK

yang dilakukan semakin besar peningkatan berat badan yang dihasilkan.

Perawatan Metode Kanguru dapat membantu pertumbuhan berat badan

disebabkan selama pelaksanaan metode kanguru tersebut bayi akan

merasakan kehangatan dan kedekatan emosional dengan ibu sehingga bayi

mendapat tidur tenang dapat dekapan ibu, dan dengan memaksimalkan

komponen Kangoroo Nutrition yang memberikan nutrisi yang optimal

pada bayi. Perlekatan yang dilakukan dalam PMK membuat bayi dapat

mencium dan menjilat payudara ibu guna memaksimalkan kemampuan

menghisap bayi. Dalam PMK bayi dapat segera menyusu dari ibu ketika

merasakan haus dan lapar dan bayi bisa menyusu sesering mungkin

dengan ibu. Semakin sering bayi menyusu menyebabkan produksi ASI

juga makin meningkat dan bisa mencukupi kebutuhan bayi. Pada saat

peneltian ini berlangsung ibu yang sudah melakukan PMK mengatakan

bahwa produksi ASI nya meningkat karena sering terjadi rembesan ASI.

Peneliti juga mengamati kedaan payudara ibu yang tegang dan terlihat

adanya rembesan ASI pada kain yang digunakan ibu untuk mencegah

rembesan tersebut. Dengan ini penelti menyarankan bagi ibu yang sudah di

perbolehkan pulang kerumah sedangkan bayi masih di ruang perinatologi

agar ibu memompa ASI dan menyimpannya di freezer.

66
Perawatan metode kanguru juga dapat membantu bayi dalam

menstabilkan fungsi fisiologis bayi (suhu tubuh, pernapasan, denyut nadi)

yang akan membantu dalam metabolisme tubuh. Kenaikan berat badan

bayi baru lahir yang mendapatkan PMK dan perawatan dengan inkubator

disebabkan kondisi lingkungan bayi dapat terjaga optimal sesuai

kebutuhan bayi baru lahir dengan berat lahir rendah.

Penelitian yang dilakukan oleh Armi (2015) tentang pengaruh

PMK terhadap perubahan berat badan BBLR pada ruang perina A dan

NICU Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang, didapat hasil yang tidak

sejalan dengan penelitian ini, yaitu berat badan setelah dilakukan PMK

menjadi 1.496 dari yang sebelumnya adalah 1.641 gram. Sedangkan pada

BBLR yang hanya di berikan PMK tanpa terapi murotal selama 3 hari oleh

Putriana di RSU H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tidak mengalami

kenaikan berat badan.

Pada penelitian ini hampir semua bayi mengalami kenaikan berat

badan setelah dilakukan PMK, hanya 3 orang bayi saja dari 17 orang

responden yang tidak mencukupi target kenaian berat badan (40 Gram).

Peningkatan berat badan berbeda antara satu bayi dengan bayi lainnya.

Perbedaan peningkatan berat badan tersebut dapat dipengaruhi oleh umur

bayi pada waktu di berikan PMK kurang dari 10 hari sedangkan menurut

Mutmainah (2015) secara normal bayi yang lahir cukup bulan maupun

bayi berat lahir rendah (BBLR) akan mengalami kehilangan berat badan

67
sekitar 5-10% pada 7 hari pertama kehidupanya, dan berat badan lahir

akan kembali di hari 7-10. Menurut Peneliti hari ke 10 adalah waktu yang

tepat memulai PMK apabila ingin mengukur pengaruhnya terhadap

peningkatan berat badan bayi.

Peningkatan berat badan bayi pada penelitian ini berbeda antara

satu bayi dengan bayi lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan

reseptor mulut bayi. Reflek hisap yang belum berfungsi maksimal serta

keadaan emosional ibu yang mempengaruhi produksi ASI. Semakin baik

daya hisap bayi serta meningkatnya produksi ASI maka semakin terpenuhi

kebutuhan bayi secara optimal, sehingga peningkatan berat badan bayi

lebih banyak dibanding bayi lainnya.

2. Pengaruh Perawatan Metode Kanguru (PMK) terhadap peningkatan

berat badan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa rata-rata berat badan bayi

sebelum sebelum pelaksanaan perawatan metode kanguru adalah 1732,64

gram dengan standar deviasi 194,12. Sedangkan rata-rata berat badan bayi

sesudah perawatan metode kanguru adalah 1861,76 gram dengan standar

deviasi 164,68. Terlihat perbedaan rata-rata berat badan sebelum dan

sesudah pelaksanaan perawatan metode kanguru adalah 129,12 dengan nilai

t = 5, 398. Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata berat badan

bayi baru lahir (1500 – 2500 gram) sebelum dan setelah pelaksanaan

Perawatan Metode Kanguru (PMK) di Ruang Perinatologi RSUD

68
Muhammad Sani Kabupaten Karimun tahun 2019, nilai p = 0,000 (p <

0,05).

Komponen Kanguru Position pada PMK dimana bayi melekat

dengan perut ibu yang berfungsi sebagai termogulator dan juga dapat

meningkatakan saturasi oksigen karena posisi bayi yang tegak dapat

mengoptimalkan fungsi respirasi yang dipengaruhi oleh gravitasi bumi

sehingga berefek pada ventilasi dan perfusi bayi. Hal tersebut didukung

oleh pernyataan bahwa dengan PMK mampu mencegah hipotermi pada

bayi dengan menurunkan kebutuhan metabolik dan oksigen pada bayi.

Peningkatan berat badan bayi jugra dapat terjadi karena bayi dalam

keadaan rileks, beristirahat dengan posisi yang menyenangkan, mirip

dengan posisi dalam rahim, sehingga kegelisahan bayi berkurang dan tidur

lebih lama. Pada keadaan demikian konsumsi oksigen dan kalori berada

pada tingkat paling rendah, sehingga kalori yang ada digunakan untuk

menaikkan berat badan.

Mekanisme kehilangan energi pada bayi prematur dijelaskan oleh

Wilson dan Hockenberry dalam Putriana (2018) bahwa bayi prematur

menghabiskan 70% atau lebih waktunya untuk tidur aktif. Tidur aktif

membutuhkan banyak energi dibandingkan dengan tidur yang tenang.

Banyaknya pemakaian kalori terjadi karena frekuensi jantung biasanya

lebih tinggi pada saat bayi pada periode bangun tetapi lebih bervariasi

selama bayi pada periode tidur aktif. Tekanan darah lebih tinggi pada saat

69
bayi dalam kondisi bangun. Aliran darah otak lebih banyak selama tidur

aktif/lebih banyak dari pada fase tidur tenang. Oksiegn arteri dan

karbondioksida lebih rendah pada tidur aktif daripada tidur tenang atau

dalam kondisi bangun. Hipoventilasi dan koordinasi yang rendah pada

gerakan dinding dada dan gerakan perut terjadi pada fase tidur aktif.

Kondisi apnue lebih dari 20 detik lebih sering terjadi pada tidur aktif

daripada tidur tenang pada bayi prematur. Posisi yang nyaman pada PMK

dapat memberikan impuls pada hypoyhalamus untuk melepas kelenjar

medulla adrenal untuk menekan pengeluaran hormone epineprin dan

noreprineprin atau pelepasan katekobalamin dalam darah berkurang, yang

akhirnya pernafasan bayi menjadi lambat, bayi menjadi rileks dan bayi

mendapatkan tidur yang tenang sehingga penggunaan kalori minimal dan

kalori yang tersimpan dapat diguakan untuk menaikan berat badan

(Solehati, 2018).

Selain hal tersebut diatas peningkatan berat badan juga disebabkan

oleh produksi ASI yang meningkat dan frekuensi menyusu yang lebih

sering. Komponen Kangoroo nutrison merujuk pada praktek pemberian

ASI yang diperkuat dengan kontak kulit ibu dengan kulit bayi. Kebutuhan

nutrisi BBLR merupakan kebutuhan yang paling besar, kebutuhan ini

paling mendasar dalam proses kelangsungan hidup bayi agar dapat

bertumbuh dan berkembang secara optimal. Pemilihan jensi nutrisi sangat

penting dan ASI merupakan pilihan utama dikarenakan keunggulannya.

70
ASI menyediakan semua semua energi dan gizi yang dibutuhkan bayi

selama 6 bulan pertama kehidupanya, dimana komposisi ASI sesuai

kebutuhan bayi, ASI mudah dicerna dan mengandung sitokin, laktoferin,

lisozim dan musin ( Sofiana, 2018).

Proses pembentukan energi pada bayi prematur terjadi melalui

peningkatan kemampuan reseptor mulut. Asupan makanan untuk

meningkatkan berat badan dipengaruhi oleh reseptor mulut dalam hal

termasuk kemampuan menghisap dan menelan pada bayi prematur yang

belum dapat berfungsi secara maksimal. Oleh karena itu pemberian nutrisi

yang optimal pada bayi prematur sering menjadi permasalahan (Putiana,

2018).

Memberikan ASI pada BBLR merupakan tantangan khusus karena

belum maturnya fungsi organ pencernaan. Hal ini dapat berupa tidak ada

atau lemanya reflek hisap dan menelan pada bayi, dan kurangnya pasokan

ASI asupan ASI sesegera mungkin setelah bayi diperolehkan minum.

Dengan PMK memudahkan pemberian ASI karena posisi bayi selalu dekat

dengan payudara ibu, bayi dapat mencium atau menjilat payudara

sehingga muncul gerakan berupa hisap-hisapan kecil serta adanya gerakan

bayi mencari puting susu yang dapat dirasakan oleh ibu yang

menyebabkan produksi ASI meningkat (Syaiful, 2018).

Hasil peneltian ini sejalan dengan peneltian yang dilakukan oleh

Huniyah (2018) menunjukan hasil seluruh responden mengalami

71
peningkatan berat badan yang berkisar antara 50-350 gram setelah

dilakukan PMK di Ruang Hasyim Asy’ari RSI Sakinah Mojokerto pada

Bulan Juli 2017. Hasil uji paired t test diperoleh nilai p = 0,000 dengan

kesimpulan terdapat pengaruh yang signifikan PMK terhadap peningkatan

berat badan BBLR. Hasil berbeda di kemukakan oleh Anggraini (2015)

yang meneliti tentang efektifitas PMK terhadap peningkatan berat badan

BBLR di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang yang diberikan selama

10 hari, berdasarkan uji statistik di dapat nilai p = 0,272 yang berarti tidak

terdapat pengaruh PMK terhadap peningkatan berat badan BBLR.

Berdasarkan analisa peneliti adanya pengaruh pelaksanaan metode

kanguru terhadap berat badan bayi karena selama pelaksanaan metode

kanguru tersebut terjadi kontak erat dan interaksi ibu dan bayi yang

membuat bayi merasa nyaman dan aman, serta meningkatkan

perkembangan psikomotor bayi sebagai reaksi rangsangan sensoris dari

ibu ke bayi. Dengan melakukan PMK, proses menyusui lebih berhasil,

karena proses menyusui menjadi lebih lama. Setelah bayi menunjukkan

tanda kesiapan untuk menyusu, dengan menggerakkan lidah dan mulut,

dan keinginan untuk menghisap, bayi dapat secara langsung menghisap

puting susu ibu dan memperoleh ASI yang dibutuhkannya. Semakin bayi

sering menyusu maka produksi ASI akan meningkat dan dapat mencukupi

kebutuhan nutrisi bayi. Dengan demikian, melalui PMK tersebut maka

kebutuhan nutrisi bayi yang sesuai dan adekuat akan menjamin tumbuh

72
kembang optimal. Pendapat ini didukung oleh study yang dilakukan oleh

Syaiful (2018) yang mengatakan PMK mempunyai pengaruh yang

signifikan dalam meningkatkan keberhasilan pemberian ASI pada BBLR.

Disamping itu, bayi dengan perawatan metode kanguru

mempunyai suhu tubuh relatif normal, denyut jantung dan pernafasan

teratur, sehingga dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa lebih

tinggi pada bayi. Peningkatan kadar glukosa akan menyebabkan sel

melakukan metabolisme dengan baik sehingga proses pertumbuhan sel

menjadi lebih baik. Kenaikan berat badan bayi juga terjadi karena bayi

dalam keadaan rileks dengan posisi kanguru, terjadinya ikatan emosional

antara ibu dan bayi menyebabkan kegelisahan dan stres bayi berkurang,

sehingga bayi lebih banyak istirahat/tidur, sehingga menunjang

pertumbuhan dan perkembangan bayi. Hal ini berdasarkan pengamatan

peneliti setiap bayi yang diberikan PMK akan langsung tertidur dengan

nyaman dalam dekapan ibu.

B. IMPLIKASI PENELTIAN

1. Institusi pendidikan

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh Perawatan

Metode Kanguru (PMK) terhadap kenaikan berat badan BBLR, dapat

dijadikan studi pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan

sebagai tambahan referensi untuk menerapkan komponen PMK secara

kompeherensif.

73
2. Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian memjadi bukti langsung keberhasilan PMK yang

berpengaruh terhadap peningkatan berat badan BBLR. Hal ini dapat

menjadi sebagai bukti dan informasi untuk meningkatkan motivasi

dalam pelaksanaan PMK.

C. KETERBATASAN PENELITIAN

1. Keterbatasan jumlah sampel untuk menemukan penyebab tingginya

kejadian BBLR.

2. Terdapat kesulitan untuk mengetahui pengaruh PMK terhadap BBLR

jenis dismatur karena hari rawat yang relatif singkat sehingga

dibutuhkan waktu lebih lama untuk penelitian.

3. Pelaksanaan PMK dimulai pada bayi umur 1-10 hari dimana

penurunan berat badan bayi secara normal pada minggu pertama

kehidupan dapat menjadi faktor perancu.

4. Karena keterbatasan peneliti, evaluasi pelaksanaan komponen

kangoroo recharge belum dapat dievaluasi.

74
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

1. Rerata berat badan BBLR sebelum dilakukan Perawatan Metode Kanguru

(PMK) adalah 1732,64 gram

2. Rerata berat badan BBLR sesudah dilakukan Perawatan Metode Kanguru

(PMK) adalah 1861,76 gram

3. Ada perbedaan rata-rata berat badan BBLR rendah sebelum dan setelah

pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru di Ruang Perinatologi RSUD

Muhammad Sani Kabupaten Karimun Tahun 2019, nilai p = 0,000 (p <

0,05). Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pelaksanaan perawatan

metode kanguru terhadap peningkatan berat badan BBLR.

B. Saran

Berdasarkan keterbatasan penelitian ini maka peneliti menyarankan :

1. Bagi Rumah Sakit :

a. Mengimplementasikan seluruh komponen PMK dan melakukan

evaluasi atas pelaksanaanya.

b. Melakukan penyegaran tentang praktek pelaksanaan PMK pada saat

pertemuan- pertemuan rutin untuk kesinambungan keterampilan

petugas dalam melaksanakan PMK.

75
2. Bagi peneliti selanjutnya :

a. Dapat melakukan peneltian untuk mengetahui penyebab tingginya

kejadian BBLR di RSUD Muhammad Sani.

b. Melakukan penelitian sejenis untuk membandingan pengaruh PMK

terhadap BBLR jenis prematur dengan dismatur.

c. Agar hasil peningkatan berat badan lebih akurat disarankan untuk

melakukan intervensi PMK pada bayi berumur diatas 10 hari pada

saat penurunan berat badan bayi secara fisiologis tidak lagi terjadi.

d. Melakukan penelitian efektifias komponen kangooro recharge bagi

bayi BBLR dismatur yang masa rawat di Rumah Sakit lebih singkat

dan evaluasi pada saat pasien kontrol ke klinik anak.

76

Anda mungkin juga menyukai