Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di VK Santosa Hospital Bandung


Central pada tanggal 04 Desember 2021 – 30 Desember 2021, mengenai
Hubungan Karakteristik ibu bersalin dengan kejadian Preeklampsi di VK Santosa
Hospital Bandung Central, menggunakan rancangan penelitian cross sectional,
pengambilan data menggunakan total sampling dengan jumlah responden
sebanyak 363 orang. Setelah data tersebut dilakukan pengolahan dan dianalisis
menggunakan analisis univariat dan bivariat maka data tersebut disajikan dalam
bentuk tabel seperti dibawah ini:

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Ibu Hamil yang mengalami Preeklampsi d


i VK Santosa Hospital Bandung Central Tahun 2020

4.2 Pembahasan
4.2.1 Usia Ibu
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di VK Santosa Hospital Bandung
Central Tahun 2020 yaitu diperoleh hasil umur ibu dengan kelompok resiko renda
h (20-35 tahun) yaitu sebanyak 19 orang (63,3%).

Menurut Bobak (2017), usia yang rentan mengalami preeklampsia adalah usia
<20 tahun atau >35 tahun. Keadaan alat reproduksi yang belum siap menerima ke
hamilan mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami kecenderungan naiknya t
ekanan darah, sehingga meningkatkan terjadinya preeklampsia. Sedangakan pada
usia > 35 tahun, rentan terjadinya berbagai penyakit dalam bentuk hipertensi dan e
klampsia. Pada usia ibu lebih dari 35 tahun, dalam tubuh telah terjadi perubahan-p
erubahan akibat penuaan organ.

Berdasarkan Teori Cunningham (2017) bahwa umur yang beresiko terkena hi


pertensi (preeklamsia/eklamsia) pada ibu hamil dengan usia <20 tahun atau>35 ta

55
hun. Hipertensi (preeklamsia/eklamsia) meningkat diumur muda, sehubungan den
gan belum sempurnanya organ-organ yang ada ditubuh wanita bereproduksi, selai
n faktor psikologis yang cenderung kurang stabil juga meningkatkan kejadian pree
klamsia di umur muda. Pada usia ibu lebih dari 35 tahun, dalam tubuh telah terjadi
perubahan-perubahan akibat penuaan organ.

Teori Nugroho (2012) juga menyatakan bahwa komplikasi utama kehamilan


dibawah umur <20 dan >35 tahun ini yakni terjadinya preeklampsia. Ibu hamil ter
jadi hipertensi dan disertai bengkak pada serta ada protein pada air seni. Ibu dikata
kan beresiko tinggi apabila ibu hamil berusia dibawah 20 tahun dan di atas 35 tah
un. umur berguna untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan
yang dilakukan (Walyani, 2015).

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Radjamuda (2014) dik
atakan terdapat hubungan antara usia ibu dengan kejadian hipertensi (preeklamsia/
eklamsia). dari hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Shabara (2016) responde
n yang berusia ˂20 tahun dan ˃35 tahun lebih besar yang mengalami preeklamsia
sebesar 9%, dibandingkan proporsi responden yang tidak mengalami preeklamsia
sebesar 2%. OR = 4.6 (95% CI = 1.3 – 16.7) dengan P value 0.018 yang menunju
kkan bahwa responden yang berusia ˂20 tahun dan ˃35 tahun memiliki risiko 4.6
kali lebih besar untuk mengalami kejadian preeklamsia dibandingkan dengan resp
onden yang berusia 20-35 tahun.

Menurut Hernawati (2017) Diperkirakan 15% kehamilan akan mengalami k


eadaan risiko tinggi dan komplikasi obstetri dalam kehamilan yang dapat membah
ayakan ibu dan janinnya. Teori tersebut menjelaskan bahwa setiap ibu hamil meng
alami risiko sehingga Peran dan fungsi bidan dalam kasus ini sebagai pengelola ya
itu pengembangan pelayanan dasar kesehatan. Pengembangan pelayanan kesehata
n dasar pelayanan kebidanan untuk perorangan, keluarga, kelompok khusus, dan
masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan klien merupakan tugas bidan, diha
rapkan bidan dapat mengayomi masyarakat khususnya ibu hamil akan pentingnya
pemeriksaan antenatal, salah satunya manfaat pemeriksaan antenatal ini untuk me
ndeteksi dini resiko tinggi dalam kehamilan.

56
4.2.2 Paritas
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di VK Santosa Hospital Bandung
Central tahun 2020 yaitu diperoleh hasil Karakteristik ibu Bersalin berdasarkan pa
ritas dengan kelompok multigravida sebanyak 18 orang (60,0%).

Paritas adalah jumlah kehamilan, sekitar 85% hipertensi (preeklamsia/eklamsi


a) terjadi pada kehamilan pertama. Teori imunologik menjelaskan secara gamlang
perihal hubungan paritas dengan kejadian hipertensi (preeklamsia/eklamsia). Teor
i tersebut menyebutkan blocking antibodies terhadap antigen plasenta yang terbent
uk pada kehamilan pertama menjadi penyebab hipertensi dan sampai pada keracu
nan kehamilan (Manuaba, 2013).

Menurut Pribadi (2015) paritas yang paling berpotensi untuk terjadinya preek
lamsia yaitu primigravida atau ibu yang pertama kali hamil lebih beresiko untuk te
rjadinya preeklamsia dikarenakan pertama kali terpajan vili korionik atau pertama
kali implantasi plasenta.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Shabara (2018) primigra
vida lebih besar pada proporsi yang mengalami preeklamsia sebesar 31%, dibandi
ngkan dengan proporsi responden yang tidak mengalami preeklamsia sebesar 11%.
OR = 3.4 (95% CI = 1.8 – 6.4) dengan P value 0.0001 yang menunjukkan bahwa
responden primigravida memiliki risiko 3.4 kali lebih besar untuk mengalami keja
dian preeklamsia dibandingkan dengan responden multigravida. Dari hasil peneliti
an yang dilakukan Saraswati (2014) menunjukan ada hubungan antara status gravi
da dengan kejadian preeklampsia pada ibu hamil dan nilai OR = 2,173 artinya bah
wa responden primigravida berisiko 2,173 kali mengalami preeklamsia dibanding
kan dengan responden multigravida.

Belum ada teori yang menjelaskan secara pasti mengapa preeklamsia dapat te
rjadi pada multigravida. menurut Hernawati (2017) Diperkirakan 15% kehamilan
akan mengalami keadaan risiko tinggi dan komplikasi obstetri dalam kehamilan y
ang dapat membahayakan ibu dan janinnya. oleh sebab itu, setiap ibu hamil dianju
rkan mengunjungi bidan/dokter sedini mungkin semenjak merasa dirinya hamil. P

57
eran dan fungsi bidan dalam kasus ini sebagai pelaksana salah satunya yaitu mene
tapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan yang diberikan dengan mengkaji
status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan klien. Diharapkan tugas bida
n tersebut dapat meminimalisir terjadinya kehamilan risiko tinggi.

4.2.3 Riwayat Hipertensi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan VK Santosa Hospital Bandung


Central yaitu diperoleh hasil ibu hamil yang mengalami preeklamsia tidak memili
ki Riwayat penyakit Hipertensi sebanyak 19 orang (63,3%).

Menurut Rukiyah (2010) Hipertensi Gestasional adalah tekanan darah yang


melebihi 140/90 mmHg yang disebabkan karena kehamilan, yang memiliki potens
i yang menyebabkan gangguan serius pada kehamilan.

Berdasarkan teori Terjadinya vasokontriksi pembuluh darah dan vasavosoru


m sehingga terjadi kerusakan, nekrosis pembuluh darah, dan mengakibatkan perm
eabilitas meningkat serta peningkatan tekanan darah. Trombosit mengadakan agre
gasi dan adhesi dapat disebabkan karena kerusakan dinding pembuluh darah serta
akhirnya mempersempit lumen dan makin mengganggu aliran darah ke organ vital
kerusakan membran endotel pembuluh darah, timbunan trombosit dan vasokontri
ksi pembuluh darah mengakibatkan gangguan perfusi gangguan dan metabolisme
endorgan atau organ vital dalam bentuk ekstravasasi cairan menuju ekstravaskuler
yang menimbulkan edema lokal tibia atau anasarka, penurunan volume darah yan
g menimbulkan hipovolemia, dan terjadi hemokonsentrasi darah. Gangguan metab
olisme endorgan disebabkan oleh vasokonsentrasi yang dapat menyebabkan terjad
i perubahan patologi-anatomi (nekrosis, perdarahan, edema). Perubahan patologi a
natomi akibat nekrosis, edema dan perdarahan organ vital akan menambah beratn
ya manifestasi klinis dari masing-masing organ vital (Manuaba, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2012) terdapat hubun
gan antara riwayat hipertensi dengan kejadian preeklamsia dengan nilai p = 0,000
< α = 0,05 artinya ada hubungan riwayat hipertensi dengan kejadian preeklamsia.
hasil penelitian Shabara (2018) juga menunjukkan bahwa responden yang memili

58
ki riwayat hipertensi memiliki risiko 5.0 kali lebih besar untuk mengalami preekla
msia dibandingkan responden yang tidak memiliki riwayat hipertensi.

Riwayat Hipertensi berarti ibu sudah memiliki hipertensi sebelumnya atau seb
elum terjadinya kehamilan yang disebut hipertensi kronis. Menurut Husin (2014)
Hipertensi kronis merupakan gangguan pada sistem peredaran darah mengalami p
eningkatan dari keadaan normal yang terjadi sebelum kehamilan mencapai usia 20
minggu (ibu telah mengalami gangguan tersebut sebelum hamil) dan berlanjut hin
gga 6 minggu post partum atau menetap serta memiliki kadar protein urin. Kadar
protein urin tersebut merupakan keadaan normal, akibat volume glomerolus yang
menyebabkan permebilitas ginjal menurun. Sehingga pada saat kehamilan sering
ditemukan ibu memiliki kadar protein urin +1. Peran dan fungsi bidan sebagai pen
gelola yaitu pengembangan pelayanan dasar kesehatan. Pengembangkan pelayana
n dasar kesehatan, terutama pelayanan

kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat di wil


ayah kerja dengan melibatkan klien/masyarakat. Karena ibu dengan riwayat penya
kit hipertensi dapat menyebabkan gangguan selama kehamilan.

59

Anda mungkin juga menyukai