Anda di halaman 1dari 17

TUGAS INDIVIDU

CRITICAL APPRAISAL JURNAL KEBIDANAN

DOSEN PENGAMPU:
Amrina Octaviana, S.SiT., M. Keb

Disusun Oleh:
Lutfiatun Munawaroh
2015301018
Str Kebidanan Tanjungkarang
Reguler 1 Tingkat 4

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2024/2025
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA
PADA IBU HAMIL TRIMESTER III

Piska Mariati1 , Helni Anggraini2 , Eka Rahmawati3 , Suprida4


Program Studi S1 Kebidanan, Fakultas Kebidanan dan Keperawatan Universitas
Kader Bangsa Palembang1,2,3,4
okaoka451@gmail.com1 helnianggraini589@gmail.com2
ekarahmawati2516@gmail.com3 suprida@poltekespalembang.ac.id4
DOI : https://doi.org/10.36729

ABSTRAK
Latar Belakang: Angka Kematian Ibu di Indonesia tertinggi kedua di Asia Tenggara setelah
Laos pada Tahun 2015. Preeklamsi/eklamsi sendiri merupakan penyebab langsung kematian ibu
dengan gangguan multisistem yang biasanya mempengaruhi 2% - 5% ibu hamil di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui hubungan usia ibu, paritas, IMT secara simultan terhadap kejadian
preeklampsia pada ibu hamil trimester III. Metode: Yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian observasional yang bersifat analitik dengan desain atau pendekatan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester III di RSUD Dr.H.M. Rabain
Muara Enim tahun 2020, dengan jumlah sampel 284 orang. Tekhnik pengambilan sampel dengan
menggunakan Systematic Random Sampling. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi square.
Hasil: Didapatkan ada hubungan antara usia, paritas dan IMT ibu dengan kejadian preeklampsia
dengan p value 0,000. Saran: Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan
untuk peningkatan mutu pelayanan ibu hamil sehingga dapat menurunkan angka kejadian pre
eklampsia dan sekaligus menurunkan angka kematian ibu.
Kata Kunci: Preeklampsia, Usia Ibu, Paritas, IMT

PENDAHULUAN
Kesehatan ibu dan anak adalah hal penting yang menjadi perhatian pemerintah, sebagaimana
tertuang dalam Sustainable Development Goals (SDG’s) dalam poin ketiga yaitu memastikan
kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua usia. Berdasarkan laporan
World Health Organization (WHO) tahun 2017, dalam sehari ada empat ibu di Indonesia yang
meninggal akibat melahirkan, dengan kata lain, ada satu ibu yang meninggal setiap enam jam.
Angka ini menempatkan Indonesia dengan Angka Kematian Ibu (AKI) tertinggi kedua di Asia
Tenggara. Urutan pertama adalah Negara Laos dengan 359/100.000 KH. Bila dibandingkan
dengan Singapura dan Malaysia, AKI di Indonesia masih sangat besar. Negara Singapura, AKI
pada tahun 2015 adalah 7/100.000 KH, sedangkan Malaysia adalah 24/100.000 KH (WHO,
2015). Penyebab kematian ibu disebabkan oleh dua faktor yakni penyebab langsung (direct
obstetric) dan penyebab tidak langsung (indirect obstetric). Penyebab di Indonesia yaitu
perdarahan 28%, preeklampsi/eklampsi 24% dan infeksi 11% (WHO, 2015). Preeklampsia
adalah gangguan multisistem yang biasanya mempengaruhi 2%-5% wanita hamil dan merupakan
salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal, terutama ketika kondisi
ini terjadi dini. Secara global, 76.000 wanita dan 500.000 bayi meninggal setiap tahun akibat
kelainan ini. Selain itu, wanita di negara dengan sumber daya rendah memiliki risiko lebih tinggi
terkena preeklampsia dibandingkan dengan mereka yang berada di negara dengan sumber daya
tinggi (Bartsch et.al, 2016). Penyebab preeclampsia tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja,
melainkan banyak faktor yang menyebabkan penyakit preeklampsia dan eklampsia (multiple
causation). Paritas, umur lebih dari 35 tahun dan obesitas atau Indeks Massa Tubuh (IMT)
merupakan factor predisposisi terjadinya preeklampsia, apabila salah satu faktor tadi ada pada
ibu hamil maka ibu hamil tersebut dapat mempunyai kerentanan untuk mengalami preeklampsia
dalam kehamilannya. Terkadang ibu hamil tidak sadar dengan keadaan dirinya yang sudah
menderita preeklampsia (Wati dan Widiyanti, 2020). Preeklampsia dapat bermula pada masa
antenatal, intrapartum, atau postnatal. Sekitar 10% ibu mengalami hipertensi langsung seperti
faktor medis dapat dipastikan seperti perdarahan, preeklamsi/eklampsia, partus, sedangkan
penyebab kematian tidak langsung tidak dengan mudah dipastikan penyebabnya. Penyebab
kematian ibu yang paling umum akibat kehamilan selama kehamilan mereka. Dalam kelompok
ini, sekitar 3-4% mengalami pre-eklampsia, 5% mengalami hipertensi akibat kehamilan, dan 1-
2% mengalami hipertensi kronis (Robbson, 2011). Jumlah AKN (Angka Kematian Neonatal)
tahun 2015 adalah 578 kasus, tahun 2016 berjumlah 556 dan 2017 berjumlah 540 kasus,tahun
2018 sebanyak 445 kasus. Penyebab kematian maternal dan neonatal di sebabkan oleh
preeklampsia (Dinkes Provinsi Sumatera Selatan, 2019). Menurut penelitian Agustin dan Indriani
(2012) bahwa Ibu yang berusia35 tahun memiliki kemungkinan 3-4 kali lebih besar untuk
mengalami preeclampsia dibandingkan dengan ibu yang berusia 20-35 tahun. Hal ini dikarenakan
oleh usia dapat mempengaruhi peningkatan dan penurunan fungsi tubuh manusia serta status
kesehatan manusia yang dalam ha lini adalah ibu hamil (Situmorang, Y, A, dan Sukri, 2016).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aidah dkk (2013) membuktikan bahwa ibu hamil primipara
memiliki kemungkinan 4-5 kali lebih besar untuk mengalami preeclampsia dibandingkan dengan
ibu hamil multipara bahkangrande multipara. Hal ini dapat terjadi karena pada kehamilan pertama
cenderung terjadi kegagalan pembetukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta sehingga
timbul responimun yang tidak menguntungkan yang mengarah pada preeklampsia. Ibu hamil
yang obesitas berisiko 4,060 kali terkena preeklampsi dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak
obesitas. Obesitas adalah faktor risikuntuk preeklampsia, kondisi ini mungkin terkait dengan
adanya stres oksidatif, peradangan dan fungsi vaskular yang berubah. Infiltrasi vaskular neutrofil
dan peradangan vaskular yang ekstensif telah dilaporkan pada ibu hamil preeklampsia dan wanita
gemuk (Nursal, Tamela, & Fitrayeni, 2014). Untuk mengatasi masih tingginya angka kejadian
preeklamsi di Indonesia dan untuk menurunkan Angka Kematian Neonatal (AKN), pemerintah
telah melaksanakan Program Pelayanan Obsteri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di tingkat
Puskesmas dan Pelayanan Obsteri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) untuk di Rumah
Sakit. Penyelenggaraan PONED dan PONEK siap sedia selama 24 jam dalam sehari dan 7 hari
dalam seminggu, sehingga diharapkan mampu menanggulangi kasus kegawatdaruratan maternal
dan neonatal (Kementerian Kesehatan RI, 2012). Jumlah kematian ibu yang dihimpun dari
pencatatan program kesehatan keluarga di Kementerian Kesehatan pada tahun 2020
menunjukkan 4.627 kematian di Indonesia. Jumlah ini menunjukkan peningkatan dibandingkan
tahun 2019 sebesar 4.221 kematian. Berdasarkan penyebab, sebagian besar kematian ibu pada
tahun 2020 disebabkan oleh perdarahan sebanyak 1.330 kasus, hipertensi dalam kehamilan
sebanyak 1.110 kasus, dan gangguan sistem peredaran darah sebanyak 230 kasus (Kemenkes RI,
2020). Kematian ibu di provinsi Sumatera Selatan tahun 2018 sebanyak 120 orang meningkat
dari tahun 2017 sebanyak 107 orang. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan, Hipertensi
Dalam Kehamilan (HDK), infeksi, gangguan sistem peredaran Darah (Jantung, Stroke, dan lain-
lain), gangguan metabolik (Diabetes Mellitus, dan lain-lain), dan lain-lain (Dinkes Provinsi
Sumatera Selatan, 2019). Jumlah kematian ibu di Kabupaten Muara Enim mengalami angka yang
fluktuatif selama 5 tahun terakhir, dimana terjadi penurunan yang drastis pada tahun ini namun
sebelumnya meningkat pada 3 tahun berturut-turut yaitu dari 2017-2019. Angka Kematian Ibu di
Kabupaten Muara Enim tidak dapat ditampilkan karena jumlah kelahiran hidup belum mencapai
angka 100.000. Untuk itu, pada profil Dinas Kesehatan Tahun 2020 hanya menampilkan jumlah
kematian ibu setiap tahunnya, yaitu sepuluh kematian ibu pada tahun 2018, 12 kematian ibu pada
tahun 2019, dan tiga kematian ibu pada tahun 2020. Tahun 2020 kematian ibu menurun tajam
dari 2 tahun sebelumnya, dan penyebab kematian masih di dominasi oleh perdarahan dan
hipertensi yang dapat menyebabkan preeklampsi serta penyakit penyerta lainnya (Dinkes
Kabupaten Muara Enim, 2020). Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian
“Hubungan usia, paritas, IMT, terhadap kejadian preeklampsia pada ibu hamil trimester III di
RSUD Dr. H. M. Rabain Muara Enim Tahun 2020”. . METODOLOGI PENELITIAN Penelitian
ini merupakan penelitian observasional yang bersifat analitik dengan desain atau pendekatan
cross sectional yaitu penelitian yang pengukuran variabel independen dan dependen dilakukan
secara bersamaan. (Sastroasmoro, 2014). Variabel independen dalam penelitian adalah usia ibu,
paritas dan Indeks Massa Tubuh, sedangkan variabel dependen adalah kejadian preeklamsia pada
ibu hamil trimester III. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimester tiga di
RSUD Dr H.M Rabain Muara Enim yang tercatat di Instalasi Rekam Medis dari bulan Januari
sampai bulan Desember tahun 2020 yang berjumlah 980 orang. dengan sampel berjumlah 284
orang. Teknik sampel dalam penelitian ini yaitu systematic random sampling. Sampel penelitian
adalah bagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, dimana kriteria
tersebut menentukan dapat atau tidaknya sampel digunakan. Adapun kriteria inklusi didapat dari
data sekunder berupa data ibu hamil trimester III. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2022
di RSUD Dr H.M Rabain Muara Enim. Data dianalisis dengan analisis univariat Analisis
univariat dan analisis bivariat untuk menilai hubungan antara variabel dependen dengan variabel.
independen menggunakan uji statistik chisquare pada α = 0,05. Hubungan dikatakan bermakna
apabila nilai p ≤ 0,05 dan tidak ada hubungan yang bermakna apabila nilai p > 0,05 (Hastono,
2016). HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Untuk mengetahui distribusi frekuensi dari tiap
variabel yaitu variabel independen (usia ibu, paritas, IMT) dan variabel dependen (preeklampsia)
yang akan diuraikan sebagai berikut:

Berdasarkan tabel 1, dari total 284 responden, diketahui responden yang tidak preeklampsia
berjumlah 194 orang (68,31%) dan yang mengalami preeklampsia berjumlah 90 orang (31,69%),
usia ibu yang berisiko rendah berjumlah 236 orang (83,10%) dan yang berisiko tinggi berjumlah
48 orang (16,90%), paritas yang berisiko rendah berjumlah 152 orang (53,52%) dan yang berisiko
tinggi berjumlah 132 orang (46,48%), jumlah responden dengan IMT yang tidak obesitas
berjumlah 189 orang (66,55%) dan obesitas berjumlah 95 orang (33,45%).
Analisis Bivariat

Berdasarkan tabel 2, didapatkan hasil bahwa dari 236 responden pada kategori usia risiko rendah,
terdapat 179 orang (75,85%) yang tidak mengalami preeklampsia, dan 57 orang (24,15%) yang
mengalami preeklampsia. Sedangkan dari 48 responden dengan usia risiko tinggi, terdapat 15
orang (31,25%) yang tidak mengalami preeklampsia, dan 33 orang (68,75%) yang mengalami
preeklampsia. Berdasarkan hasil uji chi square pada batas α= 0,05 dan df=1 didapat p
value=0,000
Berdasarkan tabel 3 didapatkan hasil bahwa dari 152 responden dengan paritas berisiko rendah
terdapat 120 orang (78,95%) yang tidak mengalami preeklampsia, dan 32 orang (21,05%) yang
mengalami preeklampsia. Sedangkan dari 132 responden dengan paritas berisiko tinggi, terdapat
74 orang (56,06%) yang tidak mengalami preeklampsia dan 58 orang (43,94%) yang mengalami
preeklampsia. Berdasarkan hasil uji statistik chi square pada batas α=0,05 dandf=1 didapat nilai p
value=0,000 < α=0,05, hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara paritas ibu dengan
kejadian preeklampsia sehingga dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan yang
bermakna terbukti secara statistik. Hasil Odds Rasio diperoleh nilai 2,939 yang berarti bahwa
responden dengan paritas berisiko tinggi berpeluang 2,939 kali lebih besar mengalami
preeklampsia dibandingkan responden dengan paritas berisiko rendah.

Berdasarkan tabel 4, didapatkan hasil bahwa dari 189 responden dengan IMT tidak obesitas,
terdapat 179 orang (94,70%) yang tidak mengalami preeklampsia, dan 10 orang (5,29%) yang
mengalami preeklampsia, sedangkan dari 95 responden dengan IMT obesitas, terdapat 15 orang
(15,79%) yang tidak mengalami preeklampsia, dan 80 orang (84,21%) yang mengalami
preeklampsia. Berdasarkan hasil uji statistik chi square pada batas α= 0,05 dan df=1 didapat nilai
p value= 0,000 < α=0,05, hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara IMT dengan kejadian
preeklampsia sehingga dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan yang bermakna
terbukti secara statistik. Hasil Odds Rasio diperoleh nilai 95,467 yang berarti bahwa responden
dengan IMT obesitas berpeluang 95,467 kali lebih besar mengalami preeklampsia dibandingkan
responden dengan IMT tidak obesitas.
PEMBAHASAN
Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Preeklampsia
Penelitian ini dilakukan pada 284 responden, dimana usia dibagi menjadi 2 kategori yaitu risiko
rendah jika usia ibu 20-35 tahun, risiko tinggi jika usia ibu 35tahun. Berdasarkan hasil uji chi
square pada batas α= 0,05 dan df=1 didapat nilai p value= 0,000 < α=0,05, hal ini menunjukkan
bahwa ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian preeklampsia sehingga dengan demikian
hipotesis yang menyatakan ada hubungan yang bermakna terbukti secara statistik. Hasil Odds
Rasio diperoleh nilai 6,909yang berarti bahwa responden dengan usia berisiko tinggi berpeluang
6,909 kali lebih besar mengalami preeklampsia dibandingkan responden yang usianya berisiko
rendah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyuni (2020) didapatkan terdapat hubungan
yang bermakna antara usia ibu dengan kejadian preeklamsi dengan p value 0,000. Pendapat ini
juga didukung oleh penelitian Tonasih dan Diyanah (2020) terhadap 1271 responden,
menunjukkan bahwa usia responden memiliki hubungan dengan kejadian preeklampsia, dengan
hasil uji statistik chi square diperoleh p value sebesar 0,000. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
usia memiliki hubungan dengan preeklampsia karena wanita dengan usia 35 tahun organ-organ
sudah mengalami degenerasi sel. Namun berbeda dengan penelitian Lisnawati dan Widiyanti
(2019) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia ibu dengan kejadian
preeklampsia. Hasil analisis didapatkan nilai p value adalah 0,667. Pada penelitian ini kejadian
preeklampsia paling banyak terdapat pada kelompok usia tidak berisiko. Hal ini menjadi tidak
sejalan, dikarenakan oleh beberapa faktor, seperti diantaranya pola makan yang kurang baik, dan
kunjungan Antenatal Care (ANC) yang tidak teratur sehingga preeklampsia juga terjadi pada usia
yang dianggap tidak berisiko. Pada usia 35 tahun bisa mengakibatkan terjadi kegagalan
“remodelingarterispiralis”, dengan akibat plasenta mengalami iskemia. Plasenta yang mengalami
iskemik dan hipoksia akan menghasilkan oksidan yang disebut juga dengan radikal bebas. Oksidan
atau radikal bebas adalah senyawa penerima elektron atau atom/molekul yang mempunyai elektron
yang tidak berpasangan. Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemik adalah
radikal hidroksil yang sangat toksik, khususnya terhadap membran sel endothel pembuluh darah.
Sehingga kejadian tersebut mengakibatkan preeklampsia (Manuaba, 2007). Berdasarkan asumsi
peneliti, usia ibu dapat mempengaruhi preeklampsia karena usia merupakan bagian dari status
reproduksi yang penting. Usia berkaitan dengan peningkatan atau penurunan fungsi tubuh
sehingga mempengaruhi status kesehatan seseorang.

Hubungan Paritas dengan Kejadian Preeklampsia


Penelitian ini dilakukan pada 284 responden, dimana paritas dibagi menjadi 2 kategori yaitu risiko
rendah jika multipara dan grandemultipara, risiko tinggi jika nullipara dan primipara. Hasil
penelitian pada analisis univariat, didapatkan bahwa dari 284 proporsi paritas, yang berisiko
rendah berjumlah 152 orang dan berisiko tinggi berjumlah 132 orang. Berdasarkan hasil analisis
bivariat didapatkan dari 152 responden dengan paritas berisiko rendah terdapat 120 orang
(78,95%) yang tidak mengalami preeklampsia, dan 32 orang (21,05%) yang mengalami
preeklampsia, sedangkan pada responden dengan paritas berisiko tinggi, terdapat 74 orang
(56,06%) yang tidak mengalami preeklampsia dan 58 (43,94%) yang mengalami preeklampsia.
Berdasarkan hasil uji chi square pada batas α= 0,05 dan df=1 didapat nilai p value= 0,000 < α=0,05,
hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara paritas ibu dengan kejadian preeklampsia
sehingga dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan yang bermakna terbukti
secara statistik. Hasil Odds Rasio diperoleh nilai 2,939 yang berarti bahwa responden dengan
paritas berisiko tinggi berpeluang 2,939 kali lebih besar mengalami preeklampsia dibandingkan
responden dengan paritas berisiko rendah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Pitri Subani
mengenai faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian preeklampsia pada ibu bersalin di
RSUD Siti Aisyah Kota Lubuk linggau pada tahun 2016, dimana berdasarkan hasil uji statistik
dengan menggunakan uji chi square diperoleh probabilitas paritas dengan preeklampsi yaitu 0,000
lebih kecil dari tingkat kepercayaan 0,05 maka Ho ditolak. Sehingga ada hubungan antara paritas
dengan kejadian preeklampsia. Pendapat ini juga didukung oleh hasil penelitian Tonasih dan
Diyanah (2020) dengan analisa determinan yang berhubungan dengan preeklampsia berat pada ibu
hamil, yang di lakukan di Ruang Bersalin RSD Gunung Jati Cirebon tahun 2018. Populasi
penelitian ini semua ibu yang dirawat di Ruang Bersalin RSD Gunung Jati Cirebon tahun 2018
sebanyak 1271 orang. Jumlah sampel pada penelitian ini yaitu seluruh populasi yaitu 1271
responden, menggunakan analisis chi square. Hasil penelitian ini didapatkan terdapat hubungan
yang bermakna antara paritas dengan kejadian preeklamsia berat dengan p value 0,000. Penelitian
ini sejalan dengan kedua jurnal tadi, hal ini dapat disebabkan karena ketiganya memiliki sampel
dengan karakteristik yang relatif sama, dan hasil ukur yang tidak jauh berbeda.
Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Situmorang, Y, A, dan Sukri, (2016)
hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kejadian preeklampsia dengan
paritas (p=0,765). Hal ini menjadi tidak sejalan karena terdapat perbedaan hasil ukur, dimana ia
membatasi risiko rendah jika paritas > 3, dan risiko tinggi jika paritas 1-3. Sedangkan pada
penelitian ini, risiko rendah jika paritas 2-4, dan risiko tinggi jika nulipara, primipara dan
grandemultipara(paritas >4). Pada wanita nulipara, peningkatan risiko terjadinya preeklampsia
telah dilaporkan secara luas. Satu tinjauan sistematis melaporkan bahwa risiko preeklampsia
meningkat tiga kali lipat pada wanita nulipara (Duckitt dan Harrington, 2005). Paritas nol atau
wanita yang belum pernah melahirkan merupakan faktor risiko preeklampsia berat. Hal ini karena
pada kehamilan pertama terjadi ketidaksempurnaan pembentukan blocking antibodi terhadap
antigen plasenta, sehingga timbul respon imun yang tidak menguntungkan. Paritas pertama
berhubungan dengan kurangnya pengalaman dan pengetahuan ibu dalam perawatan kehamilan.
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman. Paritas satu dan paritas tinggi (lebih dari tiga)
merupakan paritas beresiko terjadinya preeklampsia. Ibu dengan paritas tinggi (lebih dari 4) sudah
mengalami penurunan fungsisistem reproduksi, selain itu biasanya ibu terlalu sibuk mengurus
rumah tangga sehingga sering mengalami kelelahan dan kurang memperhatikan pemenuhan
gizinya (Henderson dan Jon, 2006). Berdasarkan asumsi peneliti, paritas dapat mempengaruhi
terjadinya preeklampsia karena paritas berkaitan dengan tingkat kecemasan dan kesiapan seorang
ibu hamil. Nulipara sering mengalami stress dalam menghadapi persalinan. Stress emosi
menyebabkan peningkatan homon kortisol. Efek kortisol berespons terhadap semua stressor
dengan meningkatkan respons simpatis, termasuk respon yang meningkatkan curah jantung dan
tekanan darah, yang dapat memicu terjadinya preeklampsia.
Hubungan IMT dengan Kejadian Preeklampsia
Penelitian ini dilakukan pada 284 responden, dimana IMT dibagi menjadi 2 kategori yaitu tidak
obesitas jika IMT < α=0,05, hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara IMT dengan
kejadian preeklampsia sehingga dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan yang
bermaknaterbukti secara statistik. Hasil Odds Rasio diperoleh nilai 95,467 yang berarti bahwa
responden dengan IMT obesitas berpeluang 95,467 kali lebih besar mengalami preeklampsia
dibandingkan responden dengan IMT tidak obesitas. Hal ini sejalan dengan penelitian Nurhasanah
& Indriani (2017) yang meneliti tentang obesitas sebagai faktor resiko terjadinya preeklampsia.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas dengan
kejadian preeklampsia (p<0,05). Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa ibu hamil dengan
obesitas memiliki kemungkinan 2-3 kali lebih besar untuk mengalami preeklampsia dibandingkan
ibu hamil yang tidak obesitas. Hal ini membuktikan bahwa antara teori bahwa obesitas sebagai
faktor risiko preeklampsia sejalan dengan evidence based pada penelitian ini. Namun pendapat ini
tidak sejalan dengan penelitian Wati dan Widiyanti (2020) menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan antara IMT dengan kejadian pre eklampsi, dengan p value 0,463. Hal ini menjadi tidak
sejalan karena perbedaan pada hasil ukur, dimana pada penelitian Lisnawati membagi menjadi
berisiko dan tidak berisiko sedangkan pada penelitian ini membagi hasil ukur dengan obesitas dan
tidak obesitas. Obesitas dikenal sebagai keadaan kronis, peradangan tingkat rendah yang dapat
menginduksi disfungsi endotel dan iskemia plasenta melalui mekanisme yang dimediasi imun,
yang pada gilirannya menyebabkan produksi mediator inflamasi yang menghasilkan respons
inflamasi ibu yang berlebihan dan perkembangan preeklampsia (Spradley et al, 2015).
Berdasarkan asumsi peneliti, IMT berpengaruh terhadap kejadian preeklampsia. Obesitas sangat
erat kaitannya dengan pola makan yang tidak seimbang. Kelebihan berat badan meningkatkan
risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Oleh sebab itu orang yang mengalami obesitas lebih
mudah mengalami hipertensi bahkan preeklampsia, dibandingkan orang dengan IMT normal.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan Dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan hubungan usia, paritas dan IMT ibu
secara parsial dengan kejadian preeklampsia dengan p value 0,000.
Saran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menyusun program
promotif, preventif dan kuratif terhadap ibu hamil dan untuk mengurangi atau menurunkan angka
kejadian preeklampsia.
DAFTAR PUSTAKA

Agustin DP., & Indriani. (2012). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Preeklamsi pada Ibu Hamil di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. STIKES
'Aisiyah Yogyakarta
Aidah, S., Suaesti, & Sulistyaningsih. (2013). Faktor-Faktor Resiko yang Berhubungan
Kejadian Preeklamsi pada Ibu Bersalin di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2010-
2012. Skripsi. STIKES 'Aisiyah Yogyakarta
Dinkes Kabupaten Muara Enim. (2020). Profil Kesehatan. Dinas Kesehatan Kabupaten Muara
Enim Provinsi Sumatera Selatan.
Dinkes Provinsi Sumatera Selatan. (2019). Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan.
Duckitt, K., & Harrington, D. (2005). Risk Factors For Pre-Eclampsia At Antenatal Booking:
Systematic Review Of Controlled Studies. Pubmed Central.
E, B., Ke, M., Al, P., & Jg, R. (2016). Clinical Risk Factors For Preeclamsia Determined In
Early Pregnancy: Systematic Review And Meta -Analysis Of Large Sohort Studies. Bmj
Hastono, S. P. (2016). Analisis Data Pada Bidang Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Henderson, C., & K, J. (2006). Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC
Kemenkes RI. (2020). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2008. Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB. Jakarta : EGC
Nurhasanah, D., & Indriani. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Preeklamsi Pada Ibu Hamil Di Rsud Panembahan Senopati Bantul. Tesis Universitas 'Aisiyah
Yogyakarta.
Nursal, D. G., Tamela, P., & Fitrayeni, F. (2014). Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia Pada
Ibu Hamil Di Rsup Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas (Andalas
Journal Of Public Health)
Sastroasmoro, S. (2014). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto
Situmorang, T., Y, D., A, J., & Sukri. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Preeklamsia pada Ibu Hamil di Poli KIA RSU Anutapura Palu. Jurnal Kesehatan Tadulako,
2(1): 34-44
Spradley, F., Ac, P., & Jp, G. (2015). Immune Mechanism Linking Obesity And Preeclamsia.
Biomolecules. 5: 3142-3176
Tonasih, D. K. (2020). Analisa Determinan yang Berhubungan dengan Preeklampsia Berat
pada Ibu Hamil. Jurnal Smart Kebidanan, 7(1)
Wahyuni, F. (2020). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pre-Eklampsi pada Ibu Hamil
Trimester III di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zubir Mahmud Idi Aceh Timur Tahun 2017.
Excellent Midwifery Journal, 3(2)
Wati, L., & Widiyanti, R. (2020). Faktor Risiko Kejadian Pre Eklampsi di Kota Cirebon
Tahun 2019. Dinamika Kesehatan: Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 11(1)
WHO. (2015). Maternal Mortality. Media Center

Critical Appraisal Jurnal

Judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Preeklampsia Pada Ibu Hamil Trimester III

Penulis Aan Arnani¹, Satra Yunola², Helni Anggraini3


Nama Jurnal Jurnal ‘Aisyiyah Medika
1. Apa Tema Penelitiannya 1. Apa Tema Penelitiannya
a. P (Pasien/Masalah/Populasi) a. P (Pasien/Masalah/Populasi) :
b. I (Intervensi) Pada bagian populasi di cantumkan dengan
c. C (Perbandingan : Pengendalian jumlah 980 orang, pada bagian populasi
atau Alternatif) dijelaskan bahwa populasinya ibu hamil
d. O (Hasil) trimester III yang terdaftar pada RSUD
Dr.H.M. Rabain Muara Enim tahun 2020,
dengan jumlah sampel 284 orang dengan
teknik pengambilan sampel Systematic
Random Sampling. Penelitian ini memenuhi
kelayakan karena populasi yang memenuhi
kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, dimana
kriteria tersebut menentukan dapat atau
tidaknya sampel digunakan. Adapun kriteria
inklusi didapat dari data sekunder berupa data
ibu hamil trimester III. Penelitian dilakukan
pada bulan Januari 2022 di RSUD Dr H.M
Rabain Muara Enim
I (Intervensi)
b. Penelitian ini merupakan penelitian
observasional yang bersifat analitik dengan
desain atau pendekatan cross sectional yaitu
penelitian yang pengukuran variabel
independen dan dependen dilakukan secara
bersamaan. (Sastroasmoro, 2014). Variabel
independen dalam penelitian adalah usia ibu,
paritas dan Indeks Massa Tubuh, sedangkan
variabel dependen adalah kejadian
preeklamsia pada ibu hamil trimester III.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
ibu hamil trimester III di RSUD Dr H.M
Rabain Muara Enim yang tercatat di Instalasi
Rekam Medis dari bulan Januari sampai bulan
Desember tahun 2020 yang berjumlah 980
orang. dengan sampel berjumlah 284 orang.
Teknik sampel dalam penelitian ini yaitu
systematic random sampling. Data dianalisis
dengan analisis univariat Analisis univariat
dan analisis bivariat untuk menilai hubungan
antara variabel dependen dengan variabel
independent.
c. C (Perbandingan : Pengendalian atau
Alternatif)
Penelitian ini tidak memiliki perbandingan
pengendalian alternatif.

d. O (Hasil)
Ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian
preeklampsia sehingga dengan demikian
hipotesis yang menyatakan ada hubungan
yang bermakna terbukti secara statistik.
Ada hubungan antara paritas ibu dengan
kejadian preeklampsia sehingga dengan
demikian hipotesis yang menyatakan ada
hubungan yang bermakna terbukti secara
statistik.
ada hubungan antara IMT dengan kejadian
preeklampsia sehingga dengan demikian
hipotesis yang menyatakan ada hubungan
yang bermaknaterbukti secara statistik.
2. Apa Jenis Studi (Desain) Jenis penelitian ini merupakan analitik, dengan
desain cross sectional. Lokasi penelitian dilakukan di
RSUD Dr.H.M. Rabain Muara Enim tahun 2020.
Sampel dari penelitian ini adalah ibu hamil trimester
III, sejumlah 284 orang dengan teknik pengambilan
sampel Systematic Random Sampling. Penelitian ini
memenuhi kelayakan karena populasi yang memenuhi
kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, dimana kriteria
tersebut menentukan dapat atau tidaknya sampel
digunakan. Adapun kriteria inklusi didapat dari data
sekunder berupa data ibu hamil trimester III.
Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2022 di
RSUD Dr H.M Rabain Muara Enim. Kuesioner ini
telah banyak di pakai dibeberapa penelitian terkait
pengetahuan stunting. Pengolahan data penelitian
dilakukan dalam beberapa tahap yang meliputi
editing, Coding, entri data, cleaning dan analisa.
Tahap analisa data meliputi analisa data univariat dan
bivariat. Analisa univariat ini menampilkan
karateristik setiap variabel dari hasil penelitian. Data
univariatnya meliputi data uisa ibu, paritas, dan IMT.
Kuesioner yang digunakan untuk pre test dan post test
adalah kuesioner yang sama sehingga dapat
dibandingkan bagaimana pengetahuan sebelum dan
sesudah perlakuan. Analisis bivariat menggunakan uji
chi square.

3. Masalah Seleksi Sampel Semua subjek yang ikut dalam penelitian


diperhitungkan dalam hasil dan kesimpulan.
Penelitian ini memenuhi kelayakan karena populasi
yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi,
dimana kriteria tersebut menentukan dapat atau
tidaknya sampel digunakan. Adapun kriteria inklusi
didapat dari data sekunder berupa data ibu hamil
trimester III. Penelitian dilakukan pada bulan Januari
2022 di RSUD Dr H.M Rabain Muara Enim.
Penelitian ini menggunakan sampel Systematic
Random Sampling.

4. Apa saja faktor hasil dan bagaimana Dalam penelitian ini variable sangat
cara mengukurnya mempengaruhi hasil penelitian. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa didapatkan ada hubungan antara
usia, paritas dan IMT ibu dengan kejadian
preeklampsia dengan p value 0,000.
5. Apa saja faktor penelitian dan Untuk mengetahui hubungan usia ibu, paritas,
bagaimana cara mengukurnya IMT secara simultan terhadap kejadian preeklampsia
pada ibu hamil trimester III. Penelitian ini
menggunakan desin cross sectional.
Pengolahan data penelitian dilakukan dalam
beberapa tahap yang meliputi editing, Coding, entri
data, cleaning dan analisa. Tahap analisa data meliputi
analisa data univariat dan bivariat. Analisa univariat
ini menampilkan karateristik setiap variabel dari hasil
penelitian. Data univariatnya meliputi datausia ibu,
paritas, dan IMT. Kuesioner yang digunakan untuk pre
test dan post test adalah kuesioner yang sama sehingga
dapat dibandingkan bagaimana pengetahuan sebelum
dan sesudah perlakuan. Analisis bivariat
menggunakan uji chi square. Cara pengukuran pada
penelitian ini sudah menggunakan alat ukur yang
tepat.

6. Faktor Perancu Tidak didapatkan factor perancu dalam penelitian ini.


7. Apa Metode Statistik dalam Pengolahan data penelitian dilakukan dalam
penelitian ini beberapa tahap yang meliputi editing, Coding, entri
data, cleaning dan analisa. Tahap analisa data meliputi
analisa data univariat dan bivariat. Analisa univariat
ini menampilkan karateristik setiap variabel dari hasil
penelitian. Data univariatnya meliputi data usia ibu,
paritas, dan IMT. Kuesioner yang digunakan untuk pre
test dan post test adalah kuesioner yang sama sehingga
dapat dibandingkan bagaimana pengetahuan sebelum
dan sesudah perlakuan. Analisis bivariat
menggunakan uji chi square.
8. Hasil Statistik Dari perhitungan statistik yang dihasilkan
yaitu didapatkan analisis univariat dengan variabel
usia ibu, paritas, dan IMT.
usia ibu yang berisiko rendah berjumlah 236 orang
(83,10%) dan yang berisiko tinggi berjumlah 48 orang
(16,90%), paritas yang berisiko rendah berjumlah 152
orang (53,52%) dan yang berisiko tinggi berjumlah
132 orang (46,48%), jumlah responden dengan IMT
yang tidak obesitas berjumlah 189 orang (66,55%) dan
obesitas berjumlah 95 orang (33,45%).
Analisis bivariat usia ibu Berdasarkan hasil uji chi
square pada batas α= 0,05 dan df=1 didapat p
value=0,000
Analisa bivariat paritas Berdasarkan hasil uji statistik
chi square pada batas α=0,05 dan df=1 didapat nilai p
value=0,000 < α=0,05, hal ini menunjukkan bahwa
ada hubungan antara paritas ibu dengan kejadian
preeklampsia sehingga dengan demikian hipotesis
yang menyatakan ada hubungan yang bermakna
terbukti secara statistik. Hasil Odds Rasio diperoleh
nilai 2,939 yang berarti bahwa responden dengan
paritas berisiko tinggi berpeluang 2,939 kali lebih
besar mengalami preeklampsia dibandingkan
responden dengan paritas berisiko rendah.
Analis bivariat IMT Berdasarkan hasil uji statistik chi
square pada batas α= 0,05 dan df=1 didapat nilai p
value= 0,000 < α=0,05, hal ini menunjukkan bahwa
ada hubungan antara IMT dengan kejadian
preeklampsia sehingga dengan demikian hipotesis
yang menyatakan ada hubungan yang bermakna
terbukti secara statistik. Hasil Odds Rasio diperoleh
nilai 95,467 yang berarti bahwa responden dengan
IMT obesitas berpeluang 95,467 kali lebih besar
mengalami preeklampsia dibandingkan responden
dengan IMT tidak obesitas.
9. Kesimpulan apa yang dicapai Jurnal dengan judul “Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Preeklampsia Pada
penulis mengenai pertanyaan
Ibu Hamil Trimester III” sudah sesuai dengan
penelitian sistematika penyusunan jurnal penelitian. Untuk
proses pengambilan data dalam penelitian dan hasil
yang didapatkan sudah sesuai dengan tujuan
penelitian yakni untuk mengetahui hubungan usia ibu,
paritas, IMT secara simultan terhadap kejadian
preeklampsia pada ibu hamil trimester III.

10. Apakah masalah etika Dalam penelitian ini menunjukan persetujuan


dipertimbangkan etika karena peneliti menjaga kerahasiaan data. Data
yang didapatkan nantinya akan dipergunakan sebaik-
baiknya dan dijaga kerahasiaannya.

Anda mungkin juga menyukai