Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka Kematian Ibu merupakan indikator keberhasilan pembangunan

dalam bidang kesehatan dan masih cukup tinggi sampai saat ini, salah satu

dari beberapa faktor tidak langsung penyebab kematian ibu adalah

preeklamsia. Preeklamsia merupakan salah satu penyebab angka kesakitan

dan kematian ibu dan janin yang cukup tinggi baik secara sendirian maupun

bersama dengan penyakit lain. Preeklamsia juga termasuk salah satu dari trias

mematikan, bersama perdarahan dan infeksi, yang banyak menimbulkan

morbidilitas dan mortalitas ibu. Indikator yang umum digunakan dalam

kematian ibu yaitu jumlah kematian ibu dalam 100.000 kelahiran hidup.

Angka ini mencerminkan resiko obstetrik yang dihadapi oleh seorang ibu

sewaktu persalinan.

Preeklamsia berakibat buruk pada ibu maupun janin yang

dikandungnya. Penyulit pada kehamilan sering kali terjadi pada usia <20

tahun dan >35 tahun dibandingkan kurun waktu sehat antara 20-35 tahun.

Resiko tinggi yang diakibatkan oleh usia wanita terjadi 5-10% pada wanita

hamil dengan usia <20 tahun dan >35 tahun dan menjadi penyebab 15%

preeklamsia. Sedangkan preeklamsia merupakan penyebab utama

morbidilitas dan mortalitas di seluruh dunia yaitu 60-80%. Angka kejadian

preeklamsia di Indonesia sekitar 19% dan merupakan penyebab kematian

perinatal (Kosim,2008).

1
2

World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa ada

500.000 kematian ibu melahirkan diseluruh dunia setiap tahunnya, 99%

diantaranya terjadi dinegara berkembang, dari angka tersebut diperkirakan

bahwa hampir satu orang ibu meninggal setiap menit akibat kehamilan dan

persalinan. Angka kematian maternal dinegara berkembang diperkirakan

mencapai 100 sampai 1000 lebih per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di

negara maju berkisar antara7 sampai 15 per 100.000 kelahiran hidup (Hasnah,

2012).

Di Indonesia telah diketahui bahwa tiga penyebab utama kematian ibu

dalam bidang obstetri yaitu pendarahan 45%, infeksi 15%, dan hipertensi

dalam kehamilan (preeklamsia) 13%. Penyebab utama kematian ibu

diantaranya adalah perdarahan, infeksi, hipertensi kehamilan (preeklamsia),

partus macet, dan aborsi. Berdasarkan penelitian tersebut maka diketahui

bahwa angka kematian ibu dan perinatal karena preeklamsia masih cukup

banyak terjadi di Indonesia (Prawirohardjo, 2014).

Berdasarkan hasil survei Kesehatan Jawa Timur tahun 2017 AKI

AKB di Propinsi Jawa Timur mengalami penurunan. Saat ini angka untuk

kematian ibu sebanyak 91 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan angka

kematian bayi 23 per 100.000 kelahiran hidup.

Studi pendahuluan di Kabupaten Malang, angka kematian ibu dan

angka kematian bayi mencapai 50% dari tahun 2015. Awal tahun 2016 ada 40

kasus angka kematian ibu, turun diakhir tahun sebanyak 25 kasus menjadi 15

angka kematian ibu. Semester pertama tahun 2016 angka kematian ibu turun
3

menjadi 11 kasus. Sedangkan kasus angka kematian bayi tahun 2016 lebih

rendah dibandingkan tahun lalu sebanyak 247 kasus menurun menjadi 146

kasus.

Sedangkan data yang didapat di RS Brawijaya Lawang pada tahun

2017 terdapat 102 kasus preeklamsia pada ibu hamil. Dari data tersebut

diperoleh prevalensi yang masih cukup tinggi di RS Reva Brawijaya

Lawangyaitu preeklamsia sebesar 7,56%.

Penyebab kematian ibu secara garis besar dapat dikelompokkan

menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung

kematian ibu yaitu faktor yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan,

persalinan dan nifas, misalnya perdarahan, preeklamsia atau eklamsia,

infeksi, persalinan macet, dan abortus. Pelayanan antenatal meliputi

pemeriksaan kehamilan, pesiapan persalinan, informasi tanda bahaya,

pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan kesediaan darah.

Sedangkan penyebab tidak langsung pada kematian ibu antara lain faktor

yang memperberat keadaan ibu hamil (kurang dari 65% kehamilan) berupa

terlalu muda (usia < 20 tahun), terlalu tua (usia > 35 tahun), terlalu sering

melahirkan (jarak kehamilan < 2 tahun) dan terlalu banyak anak (> 3 anak)

serta faktor yang mempersulit proses penanganan kedaruratan kehamilan,

persalinan dan nifas.

Kematian ibu, khususnya di Indonesia sering kali berkaitan dengan

faktor keterlambatan seperti terlambat mengenali tanda bahaya dan

mengambil keputusan (dipengaruhi oleh terlambat mengenali kehamilan


4

dalam situasi gawat, jauh dari fasilitas kesehatan, biaya, persepsi mengenai

kualitas, dan efektivitas dari pelayanan kesehatan), terlambat mencapai

fasilitas kesehatan (dipengaruhi oleh lama pengangkutan, kondisi jalan, dan

biaya transportasi), terlambat dalam penanganan kedaruratan (terlambat

mendapatkan pelayanan pertama kali di rumah sakit rujukan). Keterlambatan

dalam mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan, serta mencapai

fasilitas kesehatan merupakan faktor terbanyak dalam kematian ibu. Di

negara berkembang termasuk Indonesia, seringkali ditemukan

ketidakberdayaan wanita dalam mengambil keputusan, sedangkan peran

suami dan mertua sangat dominan. Hal ini dapat di cegah dengan

meningkatkan pemahaman ibu. Kematian ibu juga disebabkan oleh faktor

dasar, diantaranya keterbatasan pengetahuan, taraf pendidikan, status sosial

ekonomi, dan pengambilan keputusan ditingkat rumah tangga (Riskesdas,

2010).

Upaya kesehatan dalam menurunkan angka kematian ibu diantaranya

adalah pelayanan kesehatan pada ibu dengan melakukan pemeriksaan ANC

secara berkala, P4K, kelas hamil, senam hamil/penyuluhan dan persalinan

ditolong oleh tenaga kesehatan (DepKesRI, 2015).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Usia Ibu Hamil dengan

Kejadian Preeklamsia di RS Brawijaya Lawang”.


5

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah ”Apakah terdapat

hubungan usia ibu hamil dengan kejadian preeklampsia di RS Brawijaya

Lawang?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan usia ibu hamil dengan kejadian

preeklamsia pada ibu hamil.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi usia ibu hamil di RS Brawijaya Lawang.

2. Mengidentifikasi kejadian preeklamsia pada ibu hamil di RS

Brawijaya Lawang.

3. Menganalisis hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian

preeklamsia di RS Brawijaya Lawang.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi peneliti hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah

wawasan tentang hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian

preeklampsia.

2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memberikan

informasi untuk memiliki perhatian terhadap kejadian usia ibu

hamil dengan preeklamsia.


6

1.4.2 Manfaat Aplikatif

1. Bagi rumah sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan

bagi rumah sakit untuk meningkatkan pelayanan khususnya dalam

penatalaksanaan usia ibu hamil dengan preeklamsia.

2. Bagi profesi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan

bagi profesi bidan untuk memberikan penatalaksanaan dan

pencegahan yang tepat terhadap usia ibu hamil dan atau

preeklampsia sehingga dapat menurunkan angka kematian

maternal dan perinatal.

3. Bagi klien dan masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

pada ibu hamil khususnya tentang usia ideal ibu hamil dan

preeklampsia, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran

akan pentingnya menjaga kehamilan dan melakukan

pemeriksaan kehamilan secara rutin.

Anda mungkin juga menyukai