Anda di halaman 1dari 3

BAB VI

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian tentang Hubungan Usia Ibu Hami dengan Kejadian

Preeklamsia di RS Brawijaya Lawang yang akan dilakukan pembahasan sebagai

berikut :

6.1 Usia Ibu Hamil

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.6 sebagian responden ibu

hamil yang mengalami preeklamsia berusia < 20 tahun sebanyak 7 orang

(21%), ibu hamil yang mengalami preeklamsia berusia 20-35 tahun

sebanyak 6 orang (18%), ibu hamil yang mengalami preeklamisa berusia

> 35 tahun sebanyak 20 orang (61%).

Menurut Ruswana (2006) menyatakan bahwa usia seorang wanita

pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu tua.

Umur yang kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, beresiko tinggi

untuk melahirkan. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil harus siap

fisik, emosi, psikologi, sosial dan ekonomi.

Sedangkan ditinjau dari segi pendidikan bahwa sebagian besar

responden berpendidikan terakhir hanya sampai Sekolah Dasar yaitu 18

orang (55%), dan sebagian kecil berpendidkan SMP 7 orang (21%),

berpendidikan SMA 4 orang (12%), perguruan tinggi 4 orang (12%). Hal

ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan akan mempengaruhi

pengetahuan ibu dalam mengambil keputusan. Karena semakin rendah

pendidikan seseorang maka semakin sedikit pengetahuan yang


dimilikinya. Oleh karena itu kemampuan seseorang dalam menerima dan

memahami ditentukan oleh tingkat pendidikannya. Penerimaan dan

pemahaman terhadap suatu informasi yang diterima oleh seseorang yang

berpendidikan tinggi akan lebih baik bila dibandingkan dengan seseorang

yang berpendidikan rendah.

Sedangkan ditinjau dari segi pekerjaan bahwa mayoritas responden

bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 26 responden (79%)

dan sebagian kecil bekerja sebagai wiraswasta 5 responden (15%), PNS 2

responden (6%). Bekerja bagi ibu akan mempengaruhi terhadap keidupan

keluarga sedangkan ibu yang tidak bekerja akan meluangkan lebih

banyak waktunya. Hal ini menunjukkan bahwa seorang ibu mempunyai

tanggung jawab dalam hal merawat anggota keluarga terutama janin yang

dikandungnya.

6.2 Kejadian Preeklamsia

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.7 sebagian kecil

responden mengalami preeklamsia dengan kategori ringan sebanyak 15

responden (45%) dan sebagian besar responden mengalami preeklamsia

dengan kategori berat sebanyak 18 orang (55%).

wanita hamil dinyatakan menderita preeklamsia bila tekanan

darahnya tinggi (hipertensi) dan terdapat protein dalam urine

(proteinuria). Tanda klinis utama dari preeklamsia adalah tekanan darah

yang terus meningkat. Oleh karena itu, memonitor tekanan darah secara

rutin menjadi hal penting untuk dilakukan semasa kehamilan. Jika

tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih, segeralah berkonsultasi dengan


dokter kandungan, terutama bila ditemukan nilai tekanan darah yang

tinggi dalam 2x pemeriksaan rutin yang terpisah.

Gejala preeklamsia biasanya muncul saat usia kehamilan memasuki

minggu ke 20 atau lebih (paling umum usia kehamilan 24-26 minggu),

sampai tak lama setelah bayi lahir. Preeklamsia yang tidak disadari oleh

sang ibu hamil bisa berkembang menjadi eklamsia, kondisi medis serius

yang mengancam keselamatan ibu hamil dan janinnya. Preeklamsia

kadang-kadang bisa berkembang tanpa gejala apapun atau hanya

menimbulkan gejala ringan.

6.3 Hubungan Usia Ibu Hamil dengan Kejadian Preeklamsia di RS

Brawijaya Lawang

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai Pearson Chi-Square =

6.912 dengan df = 2. Dari hasil tersebut dibandingkan denga nilai Chi-

Square tabel = 5.991. Hasil perbandingan tersebut menunjukkan chi-

square hitung lebih besar dari pada chi-square tabel sehingga dapat

disimpulkan H0 di tolak dan H1 diterima artinya ada hubungan usia ibu

hamil dengan kejadian preeklamsia di RS Brawijaya Lawang. Hal ini

menunjukkan usia ibu hamil sangat berpengaruh terhadap kejadian

preeklamsia.

Anda mungkin juga menyukai