PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
terjadi karena kondisi ibu yang lemah, kehamilan yang tidak diinginkan dan
kehamilan di luar nikah. Abortus yang sering terjadi adalah abortus spontan, janin
yang dikandungnya sudah keluar sebagian dan sebagian lagi tertinggal di dalam
rahim. Bila abortus (keguguran) ini terjadi harus segera ditangani untuk mengatasi
di seluruh dunia. Abortus terbagi dua yaitu abortus spontan dan abortus
provokatus. Abortus spontan adalah kehilangan kehamilan pada usia <20 minggu
atau janin dengan berat <500 gram. Frekuensi abortus spontan di Indonesia 10%-
15% dari 6 juta kehamilan setiap tahunnya dan 2500 orang diantaranya berakhir
yang dapat menyebabkan kejadian abortus salah satunya adalah faktor ibu yaitu
1
perkawinan, status ekonomi, berbagai penyakit medis, status gizi ibu dan riwayat
abortus.
(2015), hal ini terjadi karena setiap hari sekitar 830 wanita meninggal akibat
komplikasi kehamilan dan persalinan. Angka Kematian Ibu ini 99% terjadi di
negara-negara berkembang, dan sampai saat ini kematian ibu masih merupakan
masalah utama di bidang kesehatan ibu dan anak, sebab angka kematian ibu dan
bayi merupakan tolak ukur dalam menilai derajat kesehatan suatu bangsa.
lama/persalinan macet (9%) dan penyebab lain (15%). Badan Kependudukan dan
Angka Kematian Ibu (AKI) dimana Indonesia masih tertinggi di Asia Tenggara.
Setiap tahun diperkirakan ada 5 juta ibu hamil di Indonesia, dari jumlah tersebut,
dua meninggal dalam satu jamnya karena komplikasi kehamilan, persalinan dan
nifas.
usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.Di
sebelum 20 minggu didasarkan pada tanggal hari pertama haid normal terakhir.
2
kontraksi. Hal ini terjadi akibat adanya pembukaan dari daerah mulut rahim atau
Secara klinis terdapat beberapa macam abortus yaitu abortus iminens, abortus
untuk hamil, tetapi kehamilannya tidak dapat berlanjut dan akan berhenti sebelum
waktunya. Terkadang muncul pada trimester pertama atau pada kehamilan lebih
lanjut. Dari seluruh kehamilan terdapat 0,4% kejadian abortus habitualis. Faktor
Faktor usia ibu berpengaruh terhadap kejadian abortus. Semakin tua usia
ibu saat hamil, maka risiko mengalami abortus akan semakin meningkat.Kejadian
abortus meningkat pada usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.
Semakin muda usia ibu saat hamil semakin berisiko mengalami abortus, begitu
pula semakin tua usia ibu saat hamil semakin berisiko mengalami abortus.
Angka kematian ibu saat melahirkan yang telah di targetkan dalam MDGs
pada tahun 2015 adala 110, dengan kata lain akselerasi sangat dibutuhkan
sebab pencapaian target tesebut masih cukup jauh. Indonesia dianggap belum
mampu mengatasi tingginya angka kematian ibu yang 307 per 1.000 kelahiran
3
hidup. Berarti setiap tahunnya ada 13.778 kematian ibu data setiap dua jam ada
dua ibu hamil, bersalin, nifas yang meninggal karena berbagai penyebab.
Kecenderungan perbandingan pada tahun 1990 yang masih 450 per 1.000
kelahiran hidup, namun target MDGs yang 125 per 1.000 kelahiran hidup terasa
sangat berat untuk dicapai tanpa upaya percepatan. Salah satu faktor
imunologi, infeksi, dan kelainan kromosom. Rata-rata terjadi 114 kasus abortus
per jam. Beberapa studi menyatakan bahwa abortus spontan terjadi pada 10% -
25% kehamilan pada usia kehamilan antara bulan kedua dan kelima dengan 50% -
usia. Sugiharti (2011) dalam penelitian Resya (2016) menyatakan bahwa pada 105
kasus abortus terdapat 58,5% ibu berusia < 20 tahun, 17,1% berusia antara 20 –
35 tahun, dan 87,5% berusia > 35 tahun. Lu’lul (2015) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa ibu hamil yang berusia < 20 tahun memiliki risiko abortus <
2%, meningkat 10% pada usia ibu > 35 tahun, dan mencapai 50% pada usia ibu >
6% abortus terjadi pada kehamilan pertama atau kedua dan meningkat menjadi
16% pada kehamilan selanjutnya. Riwayat abortus juga merupakan faktor risiko
yang dapat meningkatkan risiko terjadinya abortus pada ibu hamil. Sekitar 21 dari
4
35 ibu hamil dengan riwayat abortus mengalami abortus spontan pada kehamilan
selanjutnya. Ibu hamil dengan riwayat abortus sebelumnya memiliki risiko 1,4
kali lebih besar mengalami abortus pada kehamilan selanjutnya. Data dari
beberapa studi menyatakan bahwa ibu yang pernah mengalami abortus spontan 1
kali memiliki risiko abortus rekuren sebanyak 15%, meningkat menjadi 25%
apabila pernah mengalami abortus sebanyak 2 kali, dan meningkat lagi menjadi
abortus rekuren, dan berat bayi lahir rendah (BBLR). Selain itu, abortus diduga
memberikan dampak negatif pada berbagai aspek tersebut harus dapat dicegah.
penyebab terjadinya abortus adalah umur ibu, usia kehamilan, jumlah paritas,
sebelumnya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Dina, (2015) tentang faktor
Semarang mengungkapkan bahwa ditemukan usia ibu hamil beresiko (<20 dan
5
>35) memiliki peluang 3,451 kali mengalami abortus spontan, jarak
kehamilan beresiko (<2 dan >5) yang dimiliki ibu mempunyai peluang 2,709
kali mengalami abortus spontan, paritas yang dimiliki ibu memliki peluang
8,305 kali tejadi abortus spontan, riwayat abortus sebelumnya yang dimiliki
kebidanan kepada Ny.Z dengan judul “ Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
2022”
1.3 Tujuan
Mampu memberikan asuhan kebidanan Ibu Hamil pada Ny. Z G3P2A0H2 hamil
10-11 mg dengan Abortus Imminens di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Pati.
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah
yaitu :
1. Eastaman
mana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup
diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400-1000 gr, atau
2. Jeffcoat
28 minggu, yaitu fetus belum viable by law. (Mochtar, 1998. Hal: 209)
3. Holmer
7
abortus terjadi secara spontan, istilah keguguran lazim digunakan oleh
minggu atau berat janin 1000 gram. (Manuaba, 2003. Hal : 250)
2.2 Etiologi
faktor ovum sendiri, faktor ibu dan faktor bapak. ( Mochtar, 1998. Hal :
209)
kalau kehamilan lebih dari satu bulan, artinya makin muda kehamilan
konsepsi
8
b) Gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan
3. Pengaruh Luar
konsepsi
d. Malnutrisi
dapat berfungsi
melitus
5. Penyakit Ibu
9
a. Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria,
sifilis
sirkulasi retroplasenter
c. Psikologis ibu
2.3 Patofisiologi
kekurangan nutrisi dan O2. Bagian yang terlepas dianggap benda asing,
10
Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian
memberikan gejala umum seperti sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi
anemis dan daerah ujung (akral) dingin. (Manuaba, 1998. Hal : 216)
dapat terjadi :
11
a. Mola tuberosa : amnion berbenjol-benjol, karena terjadi hematoma
laksana kertas
minggu.
Bila keguguran pada umur kehamilan lebih tua dan tidak dikeluarkan
segera, maka dapat terjadi maserasi dengan ciri kulit mengelupas, tulang
12
a. Tinggi dan besarnya tetap sesuai dengan umur kehamilan
3. Pemeriksaan dalam :
d. Konsistensinya lunak
Pasca Abortus
1. ABORTUS SPONTANEUS
Hal : 211)
13
Menurut kebijakan the American College of Obstetricians
nalar.
pasien.
b. Abortus Kriminalis
14
2. Tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan darah <
3. Bila syok disertai dengan massa lunak di adneksa, nyeri perut bawah,
stabilitasi)
a. Amenorea
f. Serviks tertutup.
15
Penatalaksanaan
pasien:
secara total.
ginekologik.
Batasan Bidan
16
4) Lakukan penanganan awal seperti tersebut disebut diatas.
a. Amenorea
kuat.
c. Perdarahan banyak/menggumpal
d. Terdapat pembukaan
Penatalaksanaan
Batasan Bidan
imminens.
17
2. Bila mungkin lakukan tasbilisasi keadaan umum dengan
cairan infus.
3. Abortus Incomplete
Abortus inkompletus
18
b. Nyeri perut bawah mirip kejang.
Penatalaksanaan
Batasan Bidan
cairan infus.
19
4. Abortus completus (keguguran lengkap) adalah seluruh buah
Abortus kompletus
Pada sebelah kanan gambar terlihat gambaran hasil konsepsi yang keluar
1. Serviks tertutup.
Penatalaksanaan
20
2. Apabila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet Sulfas
antibiotika profilaksis.
Batasan Bidan
1. Amenorea
rendah.
21
4. Pada pemeriksaan dalam, servik tertutup dan ada sedikit darah.
Penatalaksanaan
pertimbangan :
lebih tinggi.
12 jam.
Batasan Bidan
22
Penatalaksanaan
Batasan Bidan
genital.
23
3. Tanda infeksi alat genital : panas/demam, nadi cepat, perdarahan
menggigil, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun sampai syok.
Penatalaksanaan
cukup
kemajuan penderita
Batasan Bidan
24
2. Segera rujuk ke Rumah Sakit atau ke tempat yang memiliki
2.7 Prognosis
Prognosis pada kasus ini adalah mengarah ke baik, dubius ad
bonam karena dengan pemeriksaan penunjang didapatkan kondisi
janin yang baik dan setelah observasi tidak didapatkan keluhan
dan keadaan umum pasien stabil. Selain itu pada pasien ini tidak
didapatkan adanya penyulit atau komplikasi yang berbahaya
25
misalnya perdarahan, perforasi, infeksi dan syok.
1. Pemeriksaan panggul
menit saja.
2. USG Transvaginal
dalam rahim.
3. Tes darah
Tes darah ini bertujuan untuk memeriksa kadar hormn HCG dan
26
2.9 Penatalaksanaan
Pada kasus ini pada saat pasien datang ke rumah sakit keadaan
umumnya stabil, dan tidak didapatkan tanda-tanda syok. Oleh karena
pada pemeriksaan fisik tidak teraba massa jaringan dan perdarahan
berhetnti setelah dilakukan observasi selanjutnya diberikan
medikamentosa berupa tokolitik dan vitamin. Sangat penting selama
kehamilan untuk monitoring vital sign dan adanya keluhan. Maka dari
itu adanya komplikasi seperti perdarahan ringan sampai berat, infeksi,
dan kelainan fungsi pembekuan darah dapat dihindari.
Keadaan pasien stabil dan diberikan pengobatan Isoxsuprine
dan allylesterenol untuk mempertahankan kondisi uterus yang mana
berperan dalam menjaga kandungan dan asam mefenamat untuk
analgetik.
KIE merupakan hal yang sangat penting didalam kasus ini
dimana yang harus dititik beratkan adalah tentang diagnosis
penyakitnya, tindakan apa yang dilakukan terhadap penyakitnya
tersebut, komplikasi apa yang dapat terjadi, rencana monitoring
kehamilan yang (persiapan untuk faktor anatomi dan psikologis ibu),
kontrol atau evaluasi terhadap tindakan (febris, nyeri) dan yang tidak
kalah pentingnya adalah mencari penyebab abortus (untuk persiapan
kehamilan beikutnya), disamping itu juga terhadap faktor sosial
dimana harapan masih bisa hamil lagi, prognosis abortus yang
berulang atau tidak.
27
Beberapa wanita mungkin ingin hamil langsung setelah
mengalami abortus. Ibu tersebut sebaiknya diminta untuk menunda
kehamilan berikut sampai benar-benar pulih. Untuk ibu dengan
riwayat abortus tidak aman, konseling merupakan hal yang penting.
Jika kehamilan tersebut merupakan kehamilan tidak diinginkan,
beberapa metode kontrasepsi (Tabel 14.3, hal M-14) dapat segera
dimulai (dalam waktu 7 hari) dengan syarat:
1. Tidak terdapat komplikasi berat yang membutuhkan penanganan
lebih lanjut
2. Ibu menerima konseling dan bantuan secukupnya dalam memilih
metode kontrasepsi yang sesuai.
Tabel: Kontrasepsi Pasca abortus
28
anemia telah telah diperbaiki
Sediakan metode alternatif seperti
kondom
29
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN DATA
A. DATA SUBJEKTIF
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Z Nama : Tn. N
Umur : 30 tahun Umur : 36 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Minang Suku/Bangsa :Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani
Alamat : Lubuak Batingkok
2. Alasan Datang
Pasien mengeluh keluar darah berwarna kecoklatan dari jalan lahir
3. Keluhan Utama
Ibu merasa cemas karena keluar darah berwarna kecoklatan dari jalan lahir
kurang lebih 4 jam yang lalu.
4. Status Perkawinan
a. Kawin : sah secara agama maupun negara
b. Pernikahan ke- :1
c. Umur saat menikah : 21 tahun
d. Lamanya pernikahan : 18 tahun
5. Data Kebidanan
a. Riwayat Menstruasi
30
1) Menarche : 12 tahun
2) Siklus : 28 hari
3) Sifat darah : Cair dengan sedikit gumpalan pada hari
pertama dan ke dua
4) Banyaknya : 3-5 x ganti pembalut / hari
5) Bau : amis khas darah
6) Keluhan : Dismenorhoe di hari pertama haid
7) Keteraturan : teratur
8) Lama : 5-7 hari
9) HPHT : 23-6-2022
10) HPL : 30-3-2023
11) UK : 10-11 minggu
b. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Persalinan Nifas Kead
anak
Th UK Tempat Penolon JK/ Penyul IM Penyuli Asi
Jenis sekaran
persalinan g BB it D t eksklusif
g
L/ Tidak Tidak
10 th Aterm Normal BPM Bidan - Ya Sehat
3200 ada ada
P/ Tidak Tidak
4 th Aterm Normal BPM Bidan Ya Ya Sehat
3500 ada ada
31
8. Riwayat Alergi : Ibu mengatakan tidak ada alergi dengan apapun
9. Riwayat Operasi : ibu mengatakan tidak pernah melakukan operasi
10. Riwayat Keturunan Kembar : Tidak ada riwayat keturunan kembar
11. Data kebutuhan dasar
a. Nutrisi
1) Makan
a) Frekuensi : 3x/hari
b) Jenis : Nasi, sayur, lauk pauk, buah, dan makanan ringan.
c) Jumlah : ½ piring, tidak habis.
d) Keluhan : nafsu makan menurun selama kehamilan ini.
2) Minum:
a) Jenis : Air mineral
b) Jumlah : ±6 gelas
c) Keluhan : tidak ada keluhan
b. Eliminasi
1) BAK
a) Frekuensi : ± 8x/hari
b) Warna : Kuning jernih
c) Bau : khas urine
d) Jumlah : ± 1000 cc/hari
e) Konsistensi : cair
f) Keluhan : tidak ada keluhan
2) BAB
a) Frekuensi : 1-2x/hari
b) Warna : kuning kecoklatan
c) Bau : khas feses
d) Jumlah : normal
e) Konsistensi : lembek
f) Keluhan : tidak ada keluhan
c. Pola tidur/ istirahat
Ibu mengatakan tidur malam ± 8 jam, dan jarang tidur siang.
d. Aktivitas
32
Ibu mengatakan selama hamil ini tetap melakukan pekerjaan rumah tangga
dan dibantu oleh suaminya.
e. Pola seksual
Tidak ada masalah dalam pola seksual
12. Data psikososial
Suami dan keluarga sangat mendukung kehamilan ini. Suami Ny. Z sangat
memperhatikan kehamilan istrinya dan ingin istrinya mendapat perawatan
yang terbaik untuk kehamilannya.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Sedang
b. Kesadaran : Composmentis
c. TB : 153 cm
d. BB sekarang : 55 kg BB sebelum hamil : 58 kg
e. TTV : TD : 100/60 mmHg S : 36,9 ˚C
N : 90 x/mnt RR : 22 x/mnt
2. Pemeriksaan Fisik
a. Muka : Tidak pucat, tidak oedem
b. Mata : Simetris kanan dan kiri, konjungtiva merah muda,
sklera putih
c. Mammae : Tidak dilakukan pemeriksaan.
d. Abdomen : Bentuk normal, tidak ada massa abnormal, tidak ada
luka maupun bekas luka operasi, TFU belum teraba
e. Genetalia : Pemeriksaan inspekulo tampak flek kecoklatan di portio
f. Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan.
g. Ekstremitas atas : Simetris, tidak oedema, tidak ada varises.
h. Ekstremitas bawah : Simetris, tidak oedema, tidak ada varises.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. HB : 11.2 gr %
b. Golongan darah : B
33
c. Planotes : + ( positif )
2. ANALISA DATA
a. Diagnosa Kebidanan
Ibu G3P2001 UK 10-11 minggu dengan Abortus Immimens
b. Data Dasar
- Data Subjektif
1.Ibu mengatakan 4 jam yang lalu keluar flek berwarna
kecoklatan dari jalan lahir
2. Ibu mengatakan perutnya mules
3. HPHT 23-6-2022
- Data Objektif
1. Ku ibu : Sedang
2. Pemeriksaan Inspekulo : tampak bercak darah berwarna
kecoklatan di portio
c. Masalah
Ibu merasa cemas terhadap kehamilannya.
d. Kebutuhan segera
1. Kolaborasi dengan dokter Obgyn
2. Beri ibu dorongan moril dan informasi mengenai keadaan yang
dialaminya bahwa Abortus Imminens adalah suatu kejadian dalam
kehamilan bahwa kehamilan masih dapat di pertahankan
3. DIAGNOSA POTENSIAL
Potensial terjadinya Abortus Incipiens
4. PERENCANAAN
1. KIE tentang Abortus Imminens kepada ibu dan keluarga
2. Anjurkan ibu dan keluarga melakukan pemeriksaan dengan dokter Obgyn
3. Anjuran agar ibu bedrest
4. Anjuran ibu untuk mengkomsumsi makanan yang bergizi
5. Anjurkan agar ibu tetap tenang, tidak stres dan cemas dengan kondisinya
34
5. PENATALAKSANAAN
1. Memberi tahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan dan kondisi ibu
saat ini.
2. Kolaborasi dengan dokter Obgyn untuk terapy dan tindakan selanjutnya
Evaluasi : karena darah yang keluar sedikit maka oleh dokter Obgyn ibu di
anjurkan untuk di rawat dan di lakukan pemantauan di rumah saja. Ibu mau
menerima saran yang diberikan
3. Menganjurkan ibu untuk bedrest total
4. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi
a. Makan dalam porsi kecil tapi sering. Termasuk camilan diantara
makanan utama. Lebih baik makan 6 porsi kecil daripada 2-3 porsi yang
lebih besar.
b. Makan makanan yang mengandung tinggi kalori, protein, vitamin dan
mineral contoh nasi, lauk pauk, sayur dan buah-buahan
5. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene dengan mengganti
pembalut 2 kali sehari
6. Menganjurkan ibu untuk menghindari stres atau merasa terbebani dengan
kondisinya saat ini.
7. Menganjurkan ibu untuk mengkomsumsi obat yang di berikan oleh dokter
Obgyn
8. Menganjurkan ibu untuk konsultasi kembali ke dokter kandungan jika
masih belum membaik
C. EVALUASI
1. Hasil pemeriksaan sudah di sampaikan dan ibu sudah memahami kondisi
kehamilannya.
2. Ibu bersedia bedrest total tanpa melakukan kegiatan apapun.
3. Ibu dan suami bersedia untuk tidak melakukan hubungan suami istri dulu
demi keselamatan kehamilannya dan sampai kondisi ibu membaik.
4. Ibu bersedia untuk makan makanan yang bergizi untuk menunjang kesehatan
ibu dan janin.
5. Ibu bersedia menjaga personal hygiene dan keluarga bersedia membantu ibu
35
6. Ibu telah konsul dengan dokter Obgyn terapi yang di berikan yaitu :
- Asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet
- Asam Folat 400 mg 2 x 1 tablet
- Allystrenol 10 mg 2 x 1 tablet
7. Ibu dan keluarga akan konsultasi kembali dengan dokter Obgyn bila keadaan
ibu tidak membaik.
36
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
a. Pengkajian
b. Interpretasi data
37
yang diberikan adalah pendidikan kesehatan tentang Abortus
c. Diagnosa potensial
d. Perencanaan
dan praktik.
e. Penatalaksanaan
x 1.
38
f. Evaluasi
39
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah
kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan. (Saifuddin dkk, 2006.
Hal : 145)
antara lain :
3. Kolaborasi dengan tim medis atau tenaga yang lebih ahli dalam
penanganan abortus.
40
5.2 Saran
41
5.2.4 Bagi Penulis
teori dan prosedur, karena teori dan prosedur yang mendasari setiap
42
DAFTAR PUSTAKA
Syaifudin, Abdul Bakri. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
43