PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
ISI
2.1. Definisi
Ibu hamil dengan kehamilan resiko tinggi adalah ibu hamil yang mempunyai
resiko atau bahaya dan komplikasi yang lebih besar pada
kehamilan/persalinannnya baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang
dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas dibandingkan
dengan ibu hamil dengan kehamilan/persalinan normal.
1. Umur ibu
Jarak kehamilan yang terlalu dekat yakni kurang dari dua tahun dapat
meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas ibu-bayi. Jarak persalinan
sebaiknya 2-3 tahun.
Tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah merupakan hambatan bagi
upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Tingkat pendidikan dan status
ekonomi hampir selalu sejalan dengan pengetahuan ibu tentang kehamilan.
Pengetahuan ibu yang rendah menyebabkan seorang ibu sering tidak sadar akan
keadaan dan juga tanda-tanda bahaya yang timbul selama kehamilannya. Pada
kelompok ini sering ditemui ibu hamil yang kekurangan zat gizi. Hal ini juga
berpengaruh terhadap persiapan hidup bagi anak yang akan dilahirkan kelak.
4. Status perkawinan
Mencakup kasus dengan perkawinan luar nikah, atau POW (Pregnacy Out of
Wedlock), perceraian, kasus perkawinan dari istri simpanan dan sebagainya. Pada
kasus-kasus ini perlu diajukan pertanyaan-pertanyaan yang terarah untuk
mendapat petunjuk tentang usaha-usaha yang telah dilakukan untuk kehamilannya
tersebut. Jenis kasus seperti ini perlu kerjasama dengan bagian psikiatri, terlebih
bila sudah ada pernyataan penolakan terhadap kehamilan tersebut
5. Primigravida.
Pada primigravida kekakuan jaringan dan organ-organ dalam panggul akan
banyak menentukan kelancaran proses kehamilannya dan persalinan. Harus
dilakukan penilaian yang cermat akan keseimbangan ukuran panggul dan kepala
janin. Penilaian perlu dikerjakan oleh dokter pada minggu ke 34 usia kehamilan.
6. Grandemultipara.
Pada keadaan ini sering kali ditemukan perdarahan sesudah persalinan akibat dari
kemunduran kemampuan kontraksi uterus. Kontraksi uterus diperlukan untuk
menghentikan perdarahan sesudah persalinan. Sering pula ditemukan inersia uteri
(tidak cukupnya tenaga/HIS untuk mengeluarkan janin). Penyulit lainnya yang
juga sering ditemukan yaitu kecenderungan untuk terjadinya kelainan letak janin,
kelainan plasenta, serta kelainanan pada perlekatan plasenta pada dinding uterus.
7. Riwayat obstetri
a. Jejas atau bekas luka dalam pada alat-alat kandungan, ataupun jalan lahir yang
ditimbulkan oleh persalinan terdahulu akan memberikan akibat buruk pada pada
kehamilan sekarang.
b. Pernah mengalami abortus (sengaja atau tidak, dengan atau tanpa tindakan
kerokan/kuretase), terlebih lagi bila mengalami abortus ulangan, makin besar
kemungkinan terjadi pada kehamilan berikut dan kemungkinan perdarahan.
c. Pernah mengalami gangguan organik daerah panggul seperti adanya
peradangan, tumor ataupun kista.
d. Pernah mengalami penyulit kehamilan seperti hiperemesis gravidarum,
kematian janin, preeklampsia-eklampsia, hidramnion, kelainan letak janin,
kelainan janin bawaan, janin kembar (gemelli) .
e. Pernah mengalami penyakit seperti gangguan endokrin (diabetes melitus,
hyperthyroid), penyakit jantung, penyakit paru (asthma, TBC), penyakit ginjal,
penyakit hati, sendi dan penyakit kelamin seperti siphilis serta infeksi lainnya baik
oleh virus, bakteri maupun parasit.
f. Pernah mengalami persalinan dengan tindakan seperti ekstraksi forcep ataupun
vakum, seksio sesar, pengeluaran plasenta dengan tangan (manual plasenta).
Tanda-tanda dan gejala lain yang mendapat perhatian khusus dan diperlakukan
sebagai KRT antara lain :
1. Asuhan antenatal yang baik dan bermutu bagi setiap wanita hamil.
2. Peningkatan pelayanan, jaringan pelayanan dan sistem rujukan kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan gawat darurat sampai ke lini terdepan.
4. Peningkatan status wanita baik dalam pendidikan, gizi, masalah kesehatan
wanita dan reproduksi dan peningkatan status sosial ekonominya.
5. Menurunkan tingkat fertilitas yang tinggi melalui program keluarga
berencana.
BAB III
KESIMPULAN
Ibu hamil dengan kehamilan resiko tinggi adalah ibu hamil yang
mempunyai resiko atau bahaya dan komplikasi yang lebih besar pada
kehamilan/persalinannnya baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang
dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas dibandingkan
dengan ibu hamil dengan kehamilan/persalinan normal. Untuk menentukan suatu
kehamilan resiko tinggi, dilakukan penilaian terhadap wanita hamil untuk
menentukan apakah dia memiliki keadaan yang menyebabkan dia ataupun
janinnya lebih rentan terhadap penyakit atau kematian yakni:
1. Umur ibu
2. Jarak antara kehamilan
3. Tingkat pendidikan dan sosial ekonomi
4. Status perkawinan
5. primigravida
6. Grandemultipara
7. Riwayat obstetri, meliputi:
a. Bekas luka dalam pada alat-alat kandungan
b. Pernah mengalami abortus
c. Gangguan organik daerah panggul seperti adanya peradangan, tumor
ataupun kista
d. Penyulit kehamilan seperti hiperemesis gravidarum, kematian janin,
preeklampsia-eklampsia, hidramnion, kelainan letak janin, kelainan
janin bawaan, janin kembar (gemelli)
e. Penyakit seperti gangguan endokrin (diabetes melitus, hyperthyroid),
penyakit jantung, penyakit paru (asthma, TBC), penyakit ginjal,
penyakit hati, sendi dan penyakit kelamin seperti siphilis serta infeksi
lainnya baik oleh virus, bakteri maupun parasit
f. Persalinan dengan tindakan seperti ekstraksi forcep ataupun vakum,
seksio sesar, pengeluaran plasenta dengan tangan (manual plasenta).
8. Tanda-tanda dan gejala lain meliputi:
a. Tinggi badan kurang dari 145(150) cm.
b. Kurang gizi atau BB kurang dari 40 kg.
c. Kelainan tulang belakang dan panggul, termasuk untuk diperhatikan
khusus adanya asimetri tungkai.
d. Gangguan penglihatan atau keluhan subyektif lain.
e. Ketidak sesuaian antara besar dan umur kehamilan
f. Pada keadaan molahidatidosa, hamil ganda, hidramnion.
g. Ketidak sesuaian besar panggul dan janin (CPD).
h. Ketidakserasian golongan darah (rhesus) suami dan istri
i. Riwayat penggunaan obat-obatan dalam kehamilan.
Faktor lain yang tidak kalah penting yang mempengaruhi kehamilan
adalah lingkungan dimana ibu hamil bertempat. Tempat tinggal secara tidak
langsung juga berperan dalam timbulnya penyulit pada kehamilan. Tempat
tinggal yang pengap, kurang udara segar, lingkungan yang kotor merupakan
faktor penyebab tingginya morbiditas dan mortalitas pada ibu hamil dan janin.