Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

(Irwansyah,R.2013.Kehamilan Resiko Tinggi.tersedia di


http://www.scribd.com/doc/61637963/KEHAMILAN-RESIKO-TINGGI diakses
pada tanggal 20 Agustus 2014

1.1. Latar Belakang

Bagi kebanyakan wanita, proses kehamilan dan persalinan adalah


proses yang dilalui dengan kegembiraan dan suka cita. Tetapi 5-10% dari
kehamilan termasuk kehamilan dengan resiko tinggi. Wanita dengan kehamilan
resiko tinggi harus mempersiapkan diri dengan lebih memperhatikan perawatan
kesehatannya dalam menghadapi kehamilan dengan resiko tinggi ini.

Kematian ibu, kematian yang berhubungan dengan kehamilan,


merupakan kejadian yang jarang bila dibandingkan dengan kematian bayi. Angka
yang rendah ini disebabkan oleh sifat kematian ibu yang tersembunyi. Sekitar
99% kematian ibu didunia berasal dari negara berkembang, sering terjadi dirumah
dan tidak pernah tercatat dalam sistem pelayanan kesehatan. WHO
memperkirakan setiap tahunnya 500.000 ibu meninggal sebagai akibat langsung
dari kehamilan. Sebagian kematian itu sebenarnya dapat dicegah. Lima penyebab
kematian ibu saat ini adalah perdarahan, sepsis, hipertensi dalam kehamilan,
partus lama, dan abortus terinfeksi.

Dengan perawatan yang baik, 90-95% ibu hamil yang termasuk


kehamilan dengan resiko tinggi dapat melahirkan dengan selamat dan
mendapatkan bayi yang sehat. Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah dan diatasi
dengan baik bila gejalanya ditemukan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan
tindakan untuk memperbaikinya, dan kenyataannya, banyak dari faktor resiko ini
sudah dapat diketahui sejak sebelum konsepsi terjadi.
Jadi semakin dini masalah dideteksi, semakin baik untuk memberikan
penanganan kesehatan bagi ibu hamil maupun bayi. Juga harus diperhatikan
bahwa pada beberapa kehamilan dapat mulai dengan normal, tetapi mendapatkan
masalah kemudian. Oleh karenanya sangat penting bagi setiap ibu hamil untuk
melakukan ANC atau pemeriksaan kehamilan secara teratur, yang bermanfaat
untuk memonitor kesehatan ibu hamil dan bayinya, sehingga bila terdapat
permasalahan dapat diketahui secepatnya dan diatasi sedini mungkin.

1.2. Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada pasien


yang datang berobat ke poli ibu hamil RSUP Haji Adam Malik Medan dan
sebagai syarat untuk mengikuti kegiatan P3D bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
BAB II

ISI

2.1. Definisi

Ibu hamil dengan kehamilan resiko tinggi adalah ibu hamil yang mempunyai
resiko atau bahaya dan komplikasi yang lebih besar pada
kehamilan/persalinannnya baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang
dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas dibandingkan
dengan ibu hamil dengan kehamilan/persalinan normal.

2.2. Faktor Resiko

Secara garis besar, kelangsungan suatu kehamilan sangat bergantung


pada keadaan dan kesehatan ibu, plasenta dan keadaan janin. Jika ibu sehat dan
didalam darahnya terdapat zat-zat makanan dan bahan-bahan organis dalam
jumlah yang cukup, maka pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan
akan berjalan baik. Dalam kehamilan, plasenta akan befungsi sebagai alat
respiratorik, metabolik, nutrisi, endokrin, penyimpanan, transportasi dan
pengeluaran dari tubuh ibu ke tubuh janin atau sebaliknya. Jika salah satu atau
beberapa fungsi di atas terganggu, maka pertumbuhan janin akan terganggu.
Demikian juga bila ditemukan kelainan pertumbuhan janin baik berupa kelainan
bawaan ataupun kelainan karena pengaruh lingkungan, maka pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam kandungan dapat mengalami gangguan.

Sebelum hamil, seorang wanita bisa memiliki suatu keadaan yang


menyebabkan meningkatnya resiko selama kehamilan. Selain itu, jika seorang
wanita mengalami masalah pada kehamilan yang lalu, maka resikonya untuk
mengalami hal yang sama pada kehamilan yang akan datang adalah lebih besar.
Untuk menentukan suatu kehamilan resiko tinggi, dilakukan penilaian terhadap
wanita hamil untuk menentukan apakah dia memiliki keadaan yang menyebabkan
dia ataupun janinnya lebih rentan terhadap penyakit atau kematian yakni:

1. Umur ibu

Usia wanita mempengaruhi resiko kehamilan. Anak perempuan berusia 15 tahun


atau kurang lebih rentan terhadap terjadinya pre-eklamsi (suatu keadaan yang
ditandai dengan tekanan darah tinggi, protein dalam air kemih dan penimbunan
cairan selama kehamilan) dan eklamsi (kejang akibat pre-eklamsi). Mereka juga
lebih mungkin melahirkan bayi dengan berat badan rendah.Pada umur ini belum
cukup dicapai kematangan fisik, mental dan fungsi dari calon ibu. Wanita yang
berusia 35 tahun atau lebih, lebih rentan terhadap tekanan darah tinggi, diabetes
atau fibroid di dalam rahim serta lebih rentan terhadap gangguan persalinan.
Diatas usia 35 tahun, resiko memiliki bayi dengan kelainan kromosom (misalnya
sindroma Down) semakin meningkat. Pada wanita hamil yang berusia diatas 35
tahun bisa dilakukan pemeriksaan cairan ketuban (amniosentesis) untuk menilai
kromosom janin.

2. Jarak antara kehamilan

Jarak kehamilan yang terlalu dekat yakni kurang dari dua tahun dapat
meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas ibu-bayi. Jarak persalinan
sebaiknya 2-3 tahun.

3. Tingkat pendidikan dan sosial ekonomi

Tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah merupakan hambatan bagi
upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Tingkat pendidikan dan status
ekonomi hampir selalu sejalan dengan pengetahuan ibu tentang kehamilan.
Pengetahuan ibu yang rendah menyebabkan seorang ibu sering tidak sadar akan
keadaan dan juga tanda-tanda bahaya yang timbul selama kehamilannya. Pada
kelompok ini sering ditemui ibu hamil yang kekurangan zat gizi. Hal ini juga
berpengaruh terhadap persiapan hidup bagi anak yang akan dilahirkan kelak.

4. Status perkawinan

Mencakup kasus dengan perkawinan luar nikah, atau POW (Pregnacy Out of
Wedlock), perceraian, kasus perkawinan dari istri simpanan dan sebagainya. Pada
kasus-kasus ini perlu diajukan pertanyaan-pertanyaan yang terarah untuk
mendapat petunjuk tentang usaha-usaha yang telah dilakukan untuk kehamilannya
tersebut. Jenis kasus seperti ini perlu kerjasama dengan bagian psikiatri, terlebih
bila sudah ada pernyataan penolakan terhadap kehamilan tersebut

5. Primigravida.
Pada primigravida kekakuan jaringan dan organ-organ dalam panggul akan
banyak menentukan kelancaran proses kehamilannya dan persalinan. Harus
dilakukan penilaian yang cermat akan keseimbangan ukuran panggul dan kepala
janin. Penilaian perlu dikerjakan oleh dokter pada minggu ke 34 usia kehamilan.
6. Grandemultipara.
Pada keadaan ini sering kali ditemukan perdarahan sesudah persalinan akibat dari
kemunduran kemampuan kontraksi uterus. Kontraksi uterus diperlukan untuk
menghentikan perdarahan sesudah persalinan. Sering pula ditemukan inersia uteri
(tidak cukupnya tenaga/HIS untuk mengeluarkan janin). Penyulit lainnya yang
juga sering ditemukan yaitu kecenderungan untuk terjadinya kelainan letak janin,
kelainan plasenta, serta kelainanan pada perlekatan plasenta pada dinding uterus.
7. Riwayat obstetri
a. Jejas atau bekas luka dalam pada alat-alat kandungan, ataupun jalan lahir yang
ditimbulkan oleh persalinan terdahulu akan memberikan akibat buruk pada pada
kehamilan sekarang.
b. Pernah mengalami abortus (sengaja atau tidak, dengan atau tanpa tindakan
kerokan/kuretase), terlebih lagi bila mengalami abortus ulangan, makin besar
kemungkinan terjadi pada kehamilan berikut dan kemungkinan perdarahan.
c. Pernah mengalami gangguan organik daerah panggul seperti adanya
peradangan, tumor ataupun kista.
d. Pernah mengalami penyulit kehamilan seperti hiperemesis gravidarum,
kematian janin, preeklampsia-eklampsia, hidramnion, kelainan letak janin,
kelainan janin bawaan, janin kembar (gemelli) .
e. Pernah mengalami penyakit seperti gangguan endokrin (diabetes melitus,
hyperthyroid), penyakit jantung, penyakit paru (asthma, TBC), penyakit ginjal,
penyakit hati, sendi dan penyakit kelamin seperti siphilis serta infeksi lainnya baik
oleh virus, bakteri maupun parasit.
f. Pernah mengalami persalinan dengan tindakan seperti ekstraksi forcep ataupun
vakum, seksio sesar, pengeluaran plasenta dengan tangan (manual plasenta).
Tanda-tanda dan gejala lain yang mendapat perhatian khusus dan diperlakukan
sebagai KRT antara lain :

a. Tinggi badan kurang dari 145(150) cm.


b. Kurang gizi atau BB kurang dari 40 kg.
c. Kelainan tulang belakang dan panggul, termasuk untuk diperhatikan
khusus adanya asimetri tungkai.
d. Gangguan penglihatan atau keluhan subyektif lain.
e. Ketidak sesuaian antara besar dan umur kehamilan
f. Pada keadaan molahidatidosa, hamil ganda, hidramnion.
g. Ketidak sesuaian besar panggul dan janin (CPD).
h. Ketidakserasian golongan darah (rhesus) suami dan istri.
i. Riwayat penggunaan obat-obatan dalam kehamilan. Bahkan perlu diusut
jenis obat, jumlah serta lamanya pemakaian , oleh karena dewasa ini
banyak ditemukan jenis obat-obatan yang berpengaruh buruk bagi ibu dan
anak dalam kehamilan.

Faktor lain yang tidak kalah penting yang mempengaruhi kehamilan


adalah lingkungan dimana ibu hamil bertempat. Tempat tinggal secara tidak
langsung juga berperan dalam timbulnya penyulit pada kehamilan. Tempat
tinggal yang pengap, kurang udara segar, lingkungan yang kotor merupakan
faktor penyebab tingginya morbiditas dan mortalitas pada ibu hamil dan janin.

2.3. Manajemen Kehamilan Resiko Tinggi

Pada ibu hamil pemeriksaan antenatal memegang peranan penting


dalam perjalanan kehamilan dan persalinan. Penelitian pada ibu hamil di Jawa
Tengah pada tahun 1989 1990 menemukan bahwa ibu hamil dan bersalin yang
tidak memeriksakan kehamilannya pada tenaga medis akan mengalami resiko
kematian 3-7 kali dibandingkan dengan ibu yang memeriksakan kehamilannya.
Menurut Hanafiah pada penelitiannya di RS. Dr. Pirngadi Medan, ditemukan
kematian maternal pada 93,9% kelompok tidak terdaftar. Sedangkan Tobing pada
tahun 1984-1989 menemukan kematian maternal pada 67,9% kelompok tidak
terdaftar.

Yang dimaksud dengan kelompok tidak terdaftar adalah kelompok


ibu hamil yang memeriksakan dirinya kurang dari 4 kali selama kehamilannya.
Akibat kurangnya pemeriksaan antenatal yang dilakukan oleh tenaga medis
terlatih (bidan, dokter dan dokter ahli ) banyak kasus dengan penyulit kehamilan
tidak terdeteksi.

Hal ini tentu saja akan menyebabkan terjadinya komplikasi yang


lebih besar dalam perjalanan kehamilan dan persalinannya sehingga pada
akhirnya akan mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang lebih besar pada ibu
dan janin. Disamping itu karena pelayanan obstetri di lini terdepan masih sangat
terbatas cakupannya dan belum mampu menanggulangi kasus gawat darurat,
ditambah dengan transportasi yang masih sulit dan tidak mampu membayar
pelayanan yang baik, banyak kasus rujukan yang diterima di Rumah Sakit
sudah sangat terlambat dan gawat sehingga sulit ditolong.

Dengan perawatan yang baik, 90-95% ibu hamil yang termasuk


kehamilan dengan resiko tinggi dapat melahirkan dengan selamat dan
mendapatkan bayi yang sehat. Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah dan diatasi
dengan baik bila gejalanya ditemukan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan
tindakan perbaikan, dan kenyataannya, banyak dari faktor resiko ini sudah dapat
diketahui sejak sebelum konsepsi terjadi.

Semakin dini masalah dideteksi, semakin baik penanganan yang dapat


diberikan bagi kesehatan ibu hamil maupun bayi. Juga harus diperhatikan bahwa
pada beberapa kehamilan dapat mulai dengan normal, tetapi mendapatkan
masalah kemudian. Oleh karenanya sangat penting bagi setiap ibu hamil untuk
melakukan ANC atau pemeriksaan kehamilan secara teratur, yang bermanfaat
untuk memonitor kesehatan ibu hamil dan bayinya, sehingga bila terdapat
permasalahan dapat diketahui secepatnya dan diatasi sedini mungkin. Juga
hiduplah dengan cara yang sehat (hindari rokok, alcohol, dll),serta makan
makanan yang bergizi sesuai kebutuhan anda selama kehamilan.

2.4. Upaya Pencegahan

Usaha untuk pencegahan penyakit kehamilan dan persalinan


tergantung pada berbagai faktor dan tidak semata-mata tergantung dari sudut
medis atau kesehatan saja. Faktor sosial ekonomi juga sangat berpengaruh.
Karena pada umumnya seseorang dengan keadaan sosial ekonomi rendah seperti
diuraikan di atas, tidak akan terlepas dari kemiskinan, dan ketidaktahuan sehingga
mempunyai kecenderungan untuk menikah pada usia muda dan tidak
berpartisipasi dalam keluarga berencana.
Disamping itu keadaan sosial ekonomi yang rendah juga akan
megakibatkan gizi ibu dan perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan yang jelek.
Transportasi yang baik disertai dengan ketersediaannya pusat-pusat pelayanan
yang bermutu akan dapat melayani ibu hamil untuk mendapatkan asuhan anenatal
yang baik, cakupannya luas, dan jumlah pemeriksaan yang cukup.

Di negara maju setiap wanita hamil memeriksakan diri sekitar 15 kali


selama kehamilannya. Sedangkan di Indonesia pada kehamilan resiko rendah
dianggap cukup bila memeriksakan diri 4-5 kali. Jadi secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa usaha yang dapat dilakukan untuk pencegahan penyulit pada
kehamilan dan persalinan adalah:

1. Asuhan antenatal yang baik dan bermutu bagi setiap wanita hamil.
2. Peningkatan pelayanan, jaringan pelayanan dan sistem rujukan kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan gawat darurat sampai ke lini terdepan.
4. Peningkatan status wanita baik dalam pendidikan, gizi, masalah kesehatan
wanita dan reproduksi dan peningkatan status sosial ekonominya.
5. Menurunkan tingkat fertilitas yang tinggi melalui program keluarga
berencana.

BAB III
KESIMPULAN
Ibu hamil dengan kehamilan resiko tinggi adalah ibu hamil yang
mempunyai resiko atau bahaya dan komplikasi yang lebih besar pada
kehamilan/persalinannnya baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang
dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas dibandingkan
dengan ibu hamil dengan kehamilan/persalinan normal. Untuk menentukan suatu
kehamilan resiko tinggi, dilakukan penilaian terhadap wanita hamil untuk
menentukan apakah dia memiliki keadaan yang menyebabkan dia ataupun
janinnya lebih rentan terhadap penyakit atau kematian yakni:
1. Umur ibu
2. Jarak antara kehamilan
3. Tingkat pendidikan dan sosial ekonomi
4. Status perkawinan
5. primigravida
6. Grandemultipara
7. Riwayat obstetri, meliputi:
a. Bekas luka dalam pada alat-alat kandungan
b. Pernah mengalami abortus
c. Gangguan organik daerah panggul seperti adanya peradangan, tumor
ataupun kista
d. Penyulit kehamilan seperti hiperemesis gravidarum, kematian janin,
preeklampsia-eklampsia, hidramnion, kelainan letak janin, kelainan
janin bawaan, janin kembar (gemelli)
e. Penyakit seperti gangguan endokrin (diabetes melitus, hyperthyroid),
penyakit jantung, penyakit paru (asthma, TBC), penyakit ginjal,
penyakit hati, sendi dan penyakit kelamin seperti siphilis serta infeksi
lainnya baik oleh virus, bakteri maupun parasit
f. Persalinan dengan tindakan seperti ekstraksi forcep ataupun vakum,
seksio sesar, pengeluaran plasenta dengan tangan (manual plasenta).
8. Tanda-tanda dan gejala lain meliputi:
a. Tinggi badan kurang dari 145(150) cm.
b. Kurang gizi atau BB kurang dari 40 kg.
c. Kelainan tulang belakang dan panggul, termasuk untuk diperhatikan
khusus adanya asimetri tungkai.
d. Gangguan penglihatan atau keluhan subyektif lain.
e. Ketidak sesuaian antara besar dan umur kehamilan
f. Pada keadaan molahidatidosa, hamil ganda, hidramnion.
g. Ketidak sesuaian besar panggul dan janin (CPD).
h. Ketidakserasian golongan darah (rhesus) suami dan istri
i. Riwayat penggunaan obat-obatan dalam kehamilan.
Faktor lain yang tidak kalah penting yang mempengaruhi kehamilan
adalah lingkungan dimana ibu hamil bertempat. Tempat tinggal secara tidak
langsung juga berperan dalam timbulnya penyulit pada kehamilan. Tempat
tinggal yang pengap, kurang udara segar, lingkungan yang kotor merupakan
faktor penyebab tingginya morbiditas dan mortalitas pada ibu hamil dan janin.

Dengan perawatan yang baik, 90-95% ibu hamil yang termasuk


kehamilan dengan resiko tinggi dapat melahirkan dengan selamat dan
mendapatkan bayi yang sehat. Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah dan diatasi
dengan baik bila gejalanya ditemukan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan
tindakan perbaikan, dan kenyataannya, banyak dari faktor resiko ini sudah dapat
diketahui sejak sebelum konsepsi terjadi.

Semakin dini masalah dideteksi, semakin baik penanganan yang dapat


diberikan bagi kesehatan ibu hamil maupun bayi. Juga harus diperhatikan bahwa
pada beberapa kehamilan dapat mulai dengan normal, tetapi mendapatkan
masalah kemudian. Oleh karenanya sangat penting bagi setiap ibu hamil untuk
melakukan ANC atau pemeriksaan kehamilan secara teratur, yang bermanfaat
untuk memonitor kesehatan ibu hamil dan bayinya, sehingga bila terdapat
permasalahan dapat diketahui secepatnya dan diatasi sedini mungkin. Juga
hiduplah dengan cara yang sehat (hindari rokok, alcohol, dll),serta makan
makanan yang bergizi sesuai kebutuhan anda selama kehamilan. Usaha yang
dapat dilakukan untuk pencegahan penyulit pada kehamilan dan persalinan
adalah:
a. Asuhan antenatal yang baik dan bermutu bagi setiap wanita hamil.
b. Peningkatan pelayanan, jaringan pelayanan dan sistem rujukan kesehatan.
c. Peningkatan pelayanan gawat darurat sampai ke lini terdepan.
d. Peningkatan status wanita baik dalam pendidikan, gizi, masalah kesehatan
wanita dan reproduksi dan peningkatan status sosial ekonominya.
e. Menurunkan tingkat fertilitas yang tinggi melalui program keluarga
berencana.
DAFTAR PUSTAKA

1. Tim Pengajar Obstetri dan Ginekologi UNPAD. Kehamilan dan persalinan


dengan risiko. Dalam: Obstetri patologi. Bandung: Elstar Offset, 1984;
260-2
2. Wiknjosastro H. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 1999
3. Ibu hamil risiko tinggi. Available from:

http:///www.hanyawanita.com/mother_child/pregnancy. Last updated, 2010

Anda mungkin juga menyukai