TINJAUAN PUSTAKA
1. Sejarah Partograf
Pada tahun 1954, Friedman melakukan penelitian pada sejumlah besar ibudi Amerika
Serikat dan menghasilkan pola pembukaan serviks normal.Friedman membagi persalinan
secara fungsional menjadi dua, yaitu fase latenyang berlangsung selama 8-10 jam sampai
pembukaan 3 cm, yang dikuti denganfase aktif yang ditandai dengan akselerasi dari
pembukaan 3-10 cm dan berakhir dengan fase deselerasi.
Tahun 1969 Hendriks mendemonstrasikan bahwa pada fase aktif persalinan normal,
kecepatan pembukaan pada primigravida dan multipara hampir tidak berbeda, selain itu tidak
ditemukan fase deselerasi pada akhir kalaI persalinan. Sedangkan pada tahun 1972, Philpott
meneliti secara ekstensif pasien primigravida yang berada di Afrika Tengah dan Selatan,
kemudia nmenciptakan sebuah normogram pembukaan serviks untuk populasi tersebut yang
mampu
mengidentifikasi
penyimpangan
dari
keadaan
normal
yang
dapat
sederhana berdasarkan penelitian dari semua karya partograf yang telah dipublikasikan,
berdasarkan prinsip-prinsip berikut :
Partograf yang biasanya digunakan pada negara berkembang tersebut, kemudian mengalami
modifikasi pada tahun 1994 sebagai usaha memperoleh penanganan obstetri yang lebih
optimal. Modifikasi partograf terlihat dengan tidak tercantumnya fase laten pada grafik
pencatatan, melainkan langsung pada pencatatan fase aktif persalinan yang dimulai pada
pembukaan 4 cm. Pencatatan fast laten dilakukan pada lembar data antenatal dan setiap
pencatatan diharapkan menggunakan tinta berwarna hitam.
2. Definisi Partograf
Partograf adalah alat pencatatan persalinan, untuk menilai keadaan ibu, janin dan
seluruh proses persalinan. Partograf digunakan untuk mendeteksi jika ada penyimpangan /
masalah dari persalinan, sehingga menjadi partus abnormal dan memerlukan tindakan
bantuan lain untuk menyelesaikan persalinan.
Partograf merupakan lembaran form dengan berbagai grafik dan kode yang
menggambarkan berbagai parameter untuk menilai kemajuan persalinan. Gambaran partograf
dinyatakan dengan garis tiap parameter (vertikal) terhadap garis perjalanan waktu
(horisontal).
Partograf dirancang untuk dipakai pada berbagai tingkat pelayanan kebidanan dengan
berbagai fungsi yang berbeda. Di Puskesmas fungsi utamanya adalah memberikan peringatan
awal bahwa persalinan akan berlangsung lama, sehingga harus segera dirujuk ke rumah sakit
(fungsi garis waspada). Sedangkan di rumah sakit, bergesernya grafik pembukaan ke
sebelahkanan garis waspada mengingatkan penolong untuk meningkatkan kewaspadaan, dan
bila melewati garis tindakan harus segera melakukan tindakan.
Pada pemakaian partograf WHO terdapat beberapa protokol yang harus diperhatikan.
Partograf tidak dibuat pada partus prematurus (Usia kehamilan kurang dari 34 minggu), saat
masuk rumah sakit dengan pembukaan > 9 cm, akan dilakukan seksio sesar elektif maupun
darurat, dengan ketentuan penatalaksanaan sebagai berikut:
Fase laten
Tidak dilakukan akselerasi, terapi suportif (pemberian semangat), hidrasi adekuat
yang terdiri dari glukosa dan elektrolit, pengosongan kandung
Fase aktif
1. Sebelah kiri garis waspada: akselerasi dan terapi suportif dilakukan bila ada
indikasi, sedangkan amniotomi boleh dilakukanatau tidak.
2. Sebelah kanan garis waspada : akselerasi dan terapi suportif dilakukan atas
indikasi, sedangkan amniotomi haras dilakukan.
3. Sebelah kanan garis bertindak : akselerasi dilakukan bila ada indikasi, terapi
suportif dan amniotomi harus dilakukan.
4. Monitoring Partograf
Pencatatan Lembar Depan
Partograf yang, dianjurkan oleh World Health Organization (WHO) pada dasarnya
merupakan kurva yang menunjukkan hubungan antara pernbukaan serviks terhadap waktu,
yang terdiri dari 3 komponen.
A. Rekaman dan catatan kemajuan persalinan
1. Pembukaan serviks uteri
2. Penurunan kepala
3. His
B. Rekaman dan catatan tentang kondisi janin
1. Denyut jantung janin
2. Selaput ketuban dan air ketuban
3. Molase
C. Rekaman dan catatan tentang kondisi ibu
1. Tanda vital: Nadi, tekanan darah, suhu
2. Urin: volume, protein, dan aseton
3. Obat-obatan dan cairan infus
4. Pemberian oksitosin
Partograf dapat digunakan untuk setiap persalinan tanpa penyulit yang tidak
memerlukan tindakan segera. Di Puskesmas dapat dipakai untuk persalinan risiko rendah
yang diharapkan akan berakhir dergan persalinan spontan pervaginam, sedangkan pasien
risiko tinggi sebaiknya segera dirujuk ke rumah sakit. Jadi partograf dirancang untuk
memantau penyimpangan dari keadaan normal yang timbul sewaktu persalinan berlangsung.
Pembukaan serviks
Penilaian pembukaan serviks didapatkan dari hasil pemeriksaan dalam. Pencatatan
dilakukan pada grafik di bagian tengah partograf yang sepanjang sisi kirinya
terdapat angka 0-10 pada setiap kotak. Setiap kotaknya menunjukkan pembukaan
1 cm dan sepanjang sisi horisontal terdapat angka 0-24 yang setiap kotaknya
menunjukkan waktu 1 jam.
Pembukaan diukur dalam satuan sentimeter (cm) dan dicatat dengan tanda 'X'.
Periksa dalam pertama dilakukan sewaktu masuk kamar bersalin, yang juga
mencakup pemeriksaan panggul. Periksa dalam selanjutnya dilakukan setiap 4
jam, kecuali bila pembukaan >7 cm atau ada indikasi lain seperti ibu ingin
mengejan atau ketuban pecah dengan kecurigaan adanya tali pusat menumbung.
Pada persalinan yang sudah lanjut pemeriksaan dalam dilakukan lebih sering,
terutama pada multipara dimana pembukaan serviks lebih cepat dibandingkan
dengan primipara. Pada persalinan yang normal, tanda 'X' untuk pembukaan akan
selalu terdapat pada garis waspada atau sebelah kirinya. Dan kalau ibu masuk
kamar bersalin dalam fase aktif, maka pembukaan sewaktu masuk langsung
dicatat pada garis waspada, sedangkan ibu yang ketika persalinan dalam fase laten
dan beralih ke fase aktif, catatan pembukaan langsung dipindah dari daerah fase
laten ke garis waspada, yang pada partograf WHO dihubungkan oleh garis
terputus-putus. Pada partograf modifikasi WHO, ibu yang masuk saat fase laten
dicatat pada kolom keduagrafik pencatatan waktu pembukaan serviks partograf,
sedangkan ibu yang masuk saat fase aktif, pencatatan dilakukan sesuai dengan
partograf WHO.
garis
waspada
menunjukkan
adanya
hambatan
yang
berlangsung
di
rumah
sakit
memerlukan
sudah
terdapat
kaput
suksedaneum
sehingga
yang
diraba
His
Pada persalinan normal his semakin lama akan semakin sering , semakin lama,
dan semakin kuat. Pengamatan his dilakukan setiap jam dalarn fase laten dan
setiap setengah jam dalarn fase aktif, dengan mengamati frekuensi (jumlah his/10
menit) dan lamanya (detik) dari permulaan his terasa pada palpasi perut sampai
hilang. His dicatat pada partograf di bawah garis waktu sesuai dengan penulisan
waktu pada partograf, yaitu pada 5 kotak kosong melintang sepanjang partograf
yang sisi kirinya tertulis 'his/10 menit'. Satu kotak menggambarkan satu his, dan
bila ada 2 his dalam 10 menit, maka ada 2 kotak yang diarsir. Berikut cara dan
contoh pencatatan his :
mekonium kental maupun air ketuban yang sudah pecah atau dipecahkan maka pencatatan
bunyi jantung janin harus lebih sering dilakukan karena hal itudapat merupakan tanda gawat
janin.
3
besar, oleh karena itu moulage yang hebat dengan kepala janin jauh di atas pintu atas panggul
merupakan petunjuk adanya disproporsi kepala panggul padaibu. Pencatatan dibuat di bawah
catatan keadaan air ketuban dengan tanda sebagai berikut:
0: tulang kepala teraba terpisah satu sama lain dan sutura mudah teraba
+: tulang-tulang kepala saling menyentuh satu sama lain
++: tulang-tulang kepala saling tumpang tindih
+++ : tulang-tulang kepala saling tumpang tindih berat.
2
3
4
a)
Data dasar
Mulai dari tanggal persalinan berlangsung hingga pendamping padasaat merujuk.
Data diisi pada masing-masing tempat yang telah disediakan ataudengan memberi
tanda di samping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaannomor 5 jawaban yang
sesuai dilingkari, sedangkan pertanyaan nomor 8 bisalebilh dari satu jawaban.
b) Kala I
Berisi pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati gariswas pada, masalahmasalah yang dihadapi, penatalaksanaan, dan hasil dari penatalaksanaan tersebut.
c) Kala II
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu,
masalah penyerta, penatalaksanaan, dan hasilnya. Di samping jawaban yangsesuai
diberi tanda ", sedangkan untuk pertanyaan nomor 13 jika jawaban "ya",maka
indikasinya harus ditulis, dan untuk nomor 15 dan 16 jika jawaban "ya", jenis
tindakan yang telah dilakukan harus ditulis. Pertanyaan nomor l4 bisa lebihdari satu
jawaban
d) Kala III
Terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusatterkendali,
pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir dalamwaktu lebih dari
30
menit,
laserasi,
atonia
uteri,
jumlah
perdarahan,
masalah penyerta,
3 cm) dengan waktu lebih dari 20 jam pada primi dan14 jam pada multi, maka kemajuan
persalinannya dianggap abnormal dan harussegera dirujuk ke rumah sakit untuk tindakan
selanjutnya. Hal ini yangmenyebabkan dibuatnya garis tebal pada jam ke-8 dari fase laten
dini pada partograf.
Kemajuan persalinan, keadaan janin, maupun ibu harus dicatat secaralengkap, dan
bila persalinan belum dimulai, dimana his kurang dari 2 kali dalam10 menit dengan lama
kurang dari 20 detik, maka partograf dibatalkan dan ibu boleh pulang. Pilihan lain adalah
akselerasi persalinan dengan amniotomi dan pemberian oksitosin, serta pemeriksaan dalam
tiap 4 jam sampai 12 jam, biladalam 8 jam (2 kali periksa dalam) belum masuk fase aktif atau
fase aktif dicapai dalarn waktu 8 jam tetapi kemajuan persalinan kurang dari 1 cm/jamatau
adanya gawat janin, disproporsi kepala panggul, ataupun kontraindikasioksitosin,
dipertimbangkan untuk melakukan terminasi dengan cara seksiosesar.
2
waspada atau sedikit bergeser ke sebelah kirinya, dan bila bergeser kesebelah kanan melewati
garis waspada menunjukkan persalinan berlangsung lamadan perlu segera dirujuk ke rumah
sakit, kecuali jika pembukaan hampir lengkap,tetapi bila kepala janin masih tinggi walaupun
his baik dan pembukaanmemuaskan, ibu harus tetap dirujuk ke rumah sakit. Sedangkan di
rumah sakitdengan fasilitas kebidanan dapat dilakukan pemeriksaan ulang persalinan
secaracermat dan keputusan diambil untuk penanganan selanjutnya.
3
berada 4 jam di sebelah kanan garis waspada Kalau persalinanmencapai garis tindakan,
keputusan untuk mengakhiri persalinan harusdiambil karena persalinan akan berlangsung
lama dan pada akhirnya akanmemerlukan tindakan juga. Keputusan dan tindakan ini harus
diambil di rumahsakit yang memiliki fasilitas memadai untuk menangani penyulit
persalinan.Evaluasi medis dilakukan secara lengkap, mulai dari his, penurunan kepala, bunyi
jantung janin, keadaan air ketuban, molase kepala, keadaan umum ibu, obat maupun cairan
yang diberikan, yang disertai dengan terapi suportif, pemberiananalgetika/sedativa, dan
pengosongan kandung kemih. Pilihan lain dapat berupa :- Mengakhiri persalinan dengan
seksio sesar bila terdapat tanda gawat janin,disproporsi kepala panggul, ataupun
kontraindikasi pemakaian oksitosin- Penatalaksanaan konservatif dengan terapi suportif dan
analgetika bila keadaanibu maupun his baik, atau akselerasi dengan pemberian oksitosin,
dengan melakukan pemeriksaan dalam setelah 3 jam, 2 jam kemudian, dan 2 jam
setelahnya,selain pemeriksaan bunyi jantung janin setiap 30 menit. Bila tidak
terdapatkemajuan dari salah satu pemeriksaan tersebut, maka persalinan diterminasidengan
seksio sesaria. Sebelum memulai infus oksitosin dilakukan pemecahan ketuban kalau selaput
ketuban masih utuh.
Pada pasien dengan his yang kurang efisien dapat dilakukan hidrasisecukupnya dan
dilanjutkan dengan analgesi, masing-masing dicatat padakolom Pemberian cairan iv maupun
obat-obatan pada partograf. Pemberianinfus oksitosin adalah dengan cara drip yang
ditingkatkan setiap setengah jam sampai tercapai his yang optimal, yaitu terdapatnya 3-4 his
dalam 10menit dengan lama 40-50 detik, atau maksimal 40 tetes/menit pada primidan 60
tetes/menit pada multi. Kemudian tetesan dipertahankan denganmencatat dosis serta
kecepatan pemberian pada partograf. Selain itu dilakukan pemantauan dari kemajuan
persalinan, keadaan janin maupun ibu. Batas waktuuntuk mengakhiri persalinan adalah 6-8
jam setelah dimulainya infusoksitosin, dan bila terjadi hipertonia uterus ataupun tanda gawat
janin makainfus oksitosin harus dikurangi atau dihentikan sama sekali.
Pada persalinan presentasi bokong atau kehamilan ganda, pemberian oksitosin baru
boleh dilakukan saat berada di sebelah kanan garis waspada, sedangkan pada persalinan
bekas seksio sesar, uterotonika tidak boleh diberikan,amniotomi dilakukan pada fase aktif,
dan pemanjangan fase laten (lebih dari 8 jam) maupun pemantauan yang mencapai atau di
luar dari garis bertindak memerlukan tindakan seksio sesar kembali, dengan menyingkirkan
terlebihdahulu indikasi seksio sesar akibat kemungkinan adanya disproporsi kepala panggul
maupun bekas seksio sesar klasik atau dua kali seksio sesar pada persalinan sebelumnya.
Pencatatan partograf pada pasien dengan selaput ketuban yang sudah pecahdimulai
saat pasien mulai masuk persalinan spontan atau saat pemberianoksitosin, dan ketuban yang
sudah pecah lebih dari 6 jam dengan persalinanyang masih lama merupakan indikasi
pemberian antibiotik profilaksis secara intravena.