Abstract
Hasil
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Kejadian Abortus, Usia, Paritas, Abortus Sebelumnya di
RSUD Cibinong Kabupaten Bogor Tahun 2017
Berdasarkan pada tabel 1 menunjukan karakteristik responden dapat dilihat bahwa yang
mengalami kejadian abortus berjumlah 62,8% (54 responden). yang tidak mengalami kejadian abortus
berjumlah 37.2% (32 responden). Berdasarkan pada tabel 1 menunjukan karakteristik responden usia
di RSUD Cibinong Kabupaten Bogor dapat dilihat bahwa usia tidak berisiko 20-30 thn berjumlah
62,8% (54 responden). usia berisiko <20->35 thn berjumlah 37.2% (32 responden). Berdasarkan pada
tabel 1 menunjukan karakteristik responden paritas di RSUD Cibinong Kabupaten Bogor dapat dilihat
bahwa paritas primipara berjumlah 23.3% (20 responden), paritas multipara berjumlah 55,8% (48
responden). sedangkan paritas grande multipara berjumlah 20.9% (18 responden). Berdasarkan pada
tabel 1 menunjukan karakteristik responden abortus sebelumnya di RSUD Cibinong dapat dilihat
bahwa ibu yang pernah abortus sebelumnya berjumlah 43% (37 responden). yang tidak pernah abortus
sebelumnya berjumlah 57% (49 responden).
Tabel 2. Hubungan Usia, Paritas, Abortus Sebelumnya terhadap Kejadian Abortus Inkomplit di
RSUD Cibinong Kabupaten Bogor
Berdasarkan tabel 2 dibawah ini didapatkan bahwa dari 86 responden didapatkan bahwa 13
responden (24.1%) dari 54 responden yang memiliki usia berisiko kejadian abortus inkomplit serta
memiliki kemungkinan kejadian abortus inkomplit, serta 19 responden (59.4%) dari 32 memiliki usia
berisiko kejadian abortus inkomplit serta memiliki kemungkinan kejadian abortus inkomplit.
Kemudian didapatkan bahwa 41 responden (75.9) dari 54 responden yang memiliki usia risiko
kejadian abortus inkomplit namun masuk kedalam usia tidak berisiko mendapatkan kejadian abortus
inkomplit. Dan 13 responden (40.6%) dari 32 responden yang memiliki usia risiko kejadian abortus
inkomplit namun masuk kedalam usia tidak berisiko mendapatkan kejadian abortus inkomplit. Hasil
uji statistik diperoleh p-value = 0,001 dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05. Sehingga dapatkan
disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara usia dengan kejadian abortus inkomplit. Dari
nilai Odd Ratio yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa usia dan kejadian abortus inkomplit dapat
berpeluang sebesar 0.217.
Berdasarkan tabel 2 diatas didapatkan bahwa dari 86 responden didapatkan bahwa dari 54
responden paritas primipara yang terjadi abortus inkomplit sebanyak 8 responden (14.8%), sedangkan
dari 32 responden tidak paritas primipara yang terjadi abortus inkomplit sebanyak 12 responden
(37.5%). Kemudian dari 54 responden paritas multipara yang terjadi abortus inkomplit sebanyak 36
responden (66.7%), serta dari 32 responden tidak paritas multipara yang terjadi abortus inkomplit
sebanyak 12 responden (37.5%). Kemudian dari 54 responden paritas grandemultipara yang terjadi
abortus inkomplit sebanyak 10 responden (18.5%), serta dari 32 responden tidak paritas
grandemultipara yang terjadi abortus inkomplit sebanyak 8 responden (25.0%). Hasil uji statistik
diperoleh p value = 0,019 dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05. Sehingga dapatkan disimpulkan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian abortus inkomplit.
Berdasarkan tabel 2 diatas didapatkan bahwa dari 86 responden didapatkan bahwa dari 54
responden yang pernah memiliki riwayat abortus sebelumnya yang terjadi abortus inkomplit sebanyak
29 responden (53.7%), sedangkan dari 32 responden pernah memiliki riwayat abosrtus sebelumnya
yang terjadi abortus inkomplit sebanyak 8 responden (25.0%). Kemudian dari 54 responden yang
tidak pernah memiliki riwayat abortus sebelumnya yang terjadi abortus inkomplit sebanyak 25
responden (46.3%), serta dari 32 responden tidak pernah memiliki riwayat abortus sebelumnya yang
terjadi abortus inkomplit sebanyak 24 responden (75.0%). Hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,009
dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05. Sehingga dapatkan disimpulkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara abortus sebelumnya dengan kejadian abortus inkomplit. Dari nilai Odd Ratio yang
Pembahasan
Dari hasil penelitian ini distribusi frekuensi usia di RSUD Cibinong Kabupaten Bogor yaitu
usia berisiko <20 dan >35 tahun sebanyak 32 orang 37.2 % dan usia tidak berisiko 20 – 20 tahun
sebanyak 54 orang 62.8%. Usia dalam penelitian ini mayoritas berada pada usia 20 – 35 tahun. Dari
hasil penelitian ini distribusi frekuensi paritas di RSUD Cibinong Kabupaten Bogor bervariasi yaitu
primipara sebanyak 20 orang 23.3%, paritas multipara sebanyak 48 orang 55 55.8%, paritas
grandemultipara sebanyak 18 orang 20.9%. Mayoritas paritas dalam penelitian ini berada pada paritas
multipara. Dari hasil penelitian ini distribusi frekuensi abortus sebelumnya di RSUD Cibinong
Kabupaten Bogor yang pernah memiliki riwayat abortus sebanyak 37 orang 43.0%, sedangkan yang
tidak memiliki riwayat abortus sebanyak 49 orang 57%.
Hubungan Usia dengan Abortus terhadap Kejadian Abortus Inkomplit di RSUD Cibinong
Kabupaten Bogor
Analisis bivariat yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Chi Square untuk mengetahui
apakah ada hubungan usia dengan abortus terhadap kejadian abortus inkomplit di Rsud Cibinong
Kabupaten Bogor.
Hasil penilitian ini diperoleh yaitu ada hubungan yang signifikan antara usia dengan abortus
terhadap kejadian abortus inkomplit, hasil uji statistik diperoleh P-value = 0,001 dengan tingkat
kemaknaan (α) = 0,05. Dengan kata lain P-value < 0,05 dapat diambil kesimpulan bahwa Ho ditolak
dan Ha diterima yang artinya ada hubungan yang signifikan antara ada hubungan usia dengan abortus
terhadap kejadian abortus inkomplit di RSUD Cibinong Kabupaten Bogor. Berdasarkan nilai Odd
Ratio yang diperoleh yaitu 0.217 dapat disimpulkan bahwa usia terhadap kejadian abortus inkomplit
mempunyai peluang 0.217 kali.
Hal ini sesuai dengan teori S. Prawirohardjo yang menjelaskan bahaya kehamilan pada ibu
muda, dimana kehamilan yang terjadi diusia muda tanpa adanya persiapan akan mengakibatkan stress
pada ibu, dalam hal ini juga akan menyebabkan kondisi tidaka stabil dan tidak terpelihara dengan
baik yang menjadi peluang abortus meningkat setiap tahunnya. Dari ibu hamil dengan usia 35 tahun,
42,9% diantaranya mengalami abortus, selanjutnya usia 30 tahun sampai dengan 25-29 tahun. Hal
tersebut dikarenakan pada usia 35 tahun rawan akan hamil terjadi pada ibu, dalam hal ini juga ibu
akan kehilangan kasih sayangnya karena sebelumnya telah mengalmai kehamilan dana tidak terjadi
apa-apa
Kesehatan reproduksi seorang wanita berkaitan dengan usianya, sesuai dengan yang dijelaskan
oleh Bobak, (2010) bahwa usia yang aman untuk hamil yaitu pada usia 20-35 tahun. Sedangkan usia
diatas 35 tahun adalah usia rentang untuk terkena penyakit dan daya tahan tubuh pada usia tersebut
mulai menurun. Sama halnya untuk melahirkan, usia yang efektif atau memiliki resiko rendah untuk
abortus yaitu pada usia 25-35 tahun. Pada usia tersebut telah dinilai siap dan mampu untuk melahirkan
dan merawat bayi, serta memiliki kasih sayang yang besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu
yang melahirkan dan anak yang dilahirkan dipengaruhi oleh umur ibu.
Hubungan Paritas dengan Abortus terhadap Kejadian Abortus Inkomplit di RSUD Cibinong
Kabupaten Bogor
Hasil penilitian ini diperoleh yaitu ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan abortus
terhadap kejadian abortus inkomplit, hasil uji statistik diperoleh P-value = 0,019 dengan tingkat
kemaknaan (α) = 0,05. Dengan kata lain P-value < 0,05 dapat diambil kesimpulan bahwa Ho ditolak
dan Ha diterima yang artinya ada hubungan yang signifikan antara ada hubungan paritas dengan
abortus terhadap kejadian abortus inkomplit di RSUD Cibinong Kabupaten Bogor.
Abortus juga harus diwaspadai pada ibu yang sering melahirkan. Sesuai dengan teori yang
disebutkan pada tahun 2009 oleh S. Prawirohardjo, ia mengungkapkan bahwa ibu yang telah
melahirkan sampai 4 kali atau lebih rahimnya akan teregang oleh adanya janin yanag berkelanjutan.
Kesimpulan
Ada hubungan usia dengan kejadian abortus inkomplit di RSUD Cibinong Kabupaten Bogor.
Ada hubungan paritas dengan kejadian abortus inkomplit di RSUD Cibinong Kabupaten Bogor. Ada
hubungan abortus sebelumnya dengan kejadian abortus inkomplit Di Rsud Cibinong Kabupaten
Bogor.
Saran bagi peneliti, agar peneliti dapat meneliti lebih luas lagi variabel yang akan diteliti dan
agar dapat menambah wawasan pengetahuan khususnya pada Abortus Inkomplit. Bagi pendidikan,
dari hasil penelitian yang didapatkan dilapangan agar dapat dijadikan masukan bagi pengembangan
ilmu dan pengetahuan serta menjadi sumber pustaka bagi mahasiswa yang akan datang. Bagi Lahan
Peneliti, Perlunya penyebaran informasi secara merata tentang kesehatan reproduksi terutama kaum
wanita sehingga mereka memiliki kesadaran akan dampak yang akan ditimbulkan karena abortus.
Konflik Kepentingan
Penelitian ini tidak ada konflik kepentingan apapun baik secara individu maupun organisasi
Pendanaan
Sumber pendanaan pada penelitian ini adalah individu.
References
1. WHO. Maternal Mortality: World Health Organization; 2014.
2. Badan Pusat Statistik. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Jakarta: Badan Pusat Statistik.
2015.
3. Dinas Kesehatan JABAR. Profil Kesehatan Tahun 2015.
4. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2014.
5. Hanifa Wiknjosastro. Ilmu Kandungan. Edisi 2. EGC : Jakarta. 2008.