Anda di halaman 1dari 12

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH SITI AISYAH KOTA LUBUKLINGGAU
Choralina Eliagita1*, Pitri Subani1, Suhita Tri Oklaini1,Siti Zulhijjah1
1
Jurusan Kebidanan STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu
Jln Hibrida Raya No. 03 Kota Bengkulu, 38229
Choralinaeliagita08@gmail.com
*corresponding author

ABSTRAK
Dampak yang ditimbulkan dari plasenta previa adalah bahaya pada ibu terjadi
perdarahan yang hebat, infeksi sepsis, emboli udara, sementara pada janinnya
akan terjadi hipoksia, perdarahan dan syok. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian plasenta previa di
Rumah Sakit Umum Daerah Siti Aisyah Lubuklinggau Tahun 2019. Teknik
penelitian menggunakan survey analitik dengan desain Cace Control. Populasi
Penelitian adalah semua ibu yang melahirkan di Rumah Sakit Umum Daerah Siti
Aisyah Kota Lubuklinggau tahun 2019 yang berjumlah 35 responden. Teknik
pengambilan sampel secara Total Sampling yang mengalami kejadian plasenta
previa dan 35 responden yang tidak mengalami plasenta previa sampel kasus
yaitu semua ibu multigravida yang di rawat di Rumah sakit Umum Daerah Siti
Aisyah Kota Lubuklinggau yaitu berjumlah 70 kasus. Teknik Pengumpulan data
menggunakan data sekunder. Analisis uji statistik Chi-Square. Hasil penelitian
didapatkan ada hubungan yang signifikan antara riwayat keguguran,riwayat
operasi cesar dan jarak kehamilan dengan kejadian plasenta previa di Rumah Sakit
Umum Daerah Siti Aisyah Lubuklinggau. Perlunya tenaga kesehatan dapat
memberikan perhatian kepada ibu hamil saat melakukan ANC sehingga ibu dapat
penanganan yang tepat saat terjadinya perdarahan anterpartum serta untuk
mengurangi resiko pada ibu dan bayi.
Kata Kunci: jarak kehamilan; kejadian plasenta previa; riwayat keguguran;
riwayat operasi cesar

The Factors Associated with the Incidence of Placenta Previa in the Siti Aisyah
Regional General Hospital, Lubuklinggau City

ABSTRACT
The impact caused by placenta previa is the danger to the mother of severe
bleeding, sepsis infection, air embolism, while the fetus will experience hypoxia,
bleeding and shock. The purpose of this study was to determine the factors
associated with the incidence of placenta previa at the Siti Aisyah Lubuklinggau
Regional General Hospital in 2019. The research technique used an analytical
survey with a Cace Control design. The study population was all mothers who
gave birth at the Siti Aisyah Regional General Hospital in Lubuklinggau City in
2019, totaling 35 respondents. The sampling technique was Total Sampling who
experienced placenta previa and 35 respondents who did not experience placenta
previa sample cases, namely all multigravida mothers who were treated at the Siti
Aisyah Regional General Hospital, Lubuklinggau City, amounting to 70 cases.
Data collection techniques using secondary data. Chi-Square statistical test
analysis. The results showed is a significant relationship between history of
miscarriage, history of cesarean section and pregnancy distance with the
incidence of placenta previa at the Siti Aisyah Lubuklinggau Regional General
Hospital. The need for health workers to pay attention to pregnant women when
doing ANC so that mothers can get proper treatment when anterpartum bleeding
occurs and to reduce the risk to mothers and babies.
Keywords : pregnancy interval; incidence of placenta previa; history of
miscarriage; history of c-section

PENDAHULUAN
Menurut WHO, 2019 kematian ibu sangat tinggi, sekitar 295.000 wanita
meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan pada tahun 2017,
mayoritas besar dari kematian ini 94% terjadi di rangkaian sumber daya rendah,
dan sebagian besar bisa dicegah. Afrika Sub-Sahara dan Asia Selatan
menyumbang sekitar 86% dari 254.000 dari perkiraan kematian ibu global pada
tahun 2017. Sub-Sahara Afrika sendiri menyumbang sekitar dua pertiga 196.000
dari kematian ibu, sementara Asia Selatan menyumbang hampir seperlima 58.000.
Secara keseluruhan, rasio kematian ibu (AKI) di negara – negara berkembang
menurun hanya di bawa 50%, disebabkan oleh abrotio plasenta dapat
mengklasifikasikan abruption plasenta sebagai kehilangan darah, janin atau bayi
baru lahir yang dipengaruhi oleh bentuk lain dari pemisahan plasenta dan
pendarahan, kondisi ibu seperti sepsis, komplikasi anestesi, hipertensi, komplikasi
medis dan bedah, atau infeksi yang tidak berhubungan dengan kehamilan selain
abrupio placenta atau plasenta previa serta eklampsia (WHO, 2019).
Berdasarkan data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 359/100.000
kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 32/1000 kelahiran
hidup. Sedangkan menurut data dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN 2015-2019, Perpres NO.2/2015), salah satu upaya untuk
meningkatkan status kesehatan ibu dan anak adalah menurunkan angka kematian
ibu menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2019 dan angka
kematian bayi menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup (INDONESIA, 2014).
Plasenta previa adalah implementasi plasenta sebagian atau seluruhnya di
segmen bawah rahim. Hal ini diklasifikasikan sebagai kecil atau besar plasenta
previa. Mayor plasenta previa adalah ketika tepi plasenta menyentuh atau
mencakup os serviks internal. Ibu dengan plasenta previa hadir dengan
pendarahan vagina tanpa rasa sakit setelah dua puluh empat minggu tetapi
sebelum melahirkan bayi. Perdarahan biasanya ringan dan berulang tapi kadang-
kadang bisa menjadi besar dan mengancam nyawa (Afrika, 2013).
Plasenta previa merupakan salah satu penyebab utama perdarahan di
trimester ketiga, plasenta previa memiliki satu penyebab khas, yaitu perdarahan
tanpa rasa sakit. Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi
pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi
sebagian atau seluruh jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian
terendah sering kali terkendala memasuki pintu atas panggul (PAP) atau
menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Angka kejadian dari plasenta previa
adalah 0,3 atau 1 diantara 200 persalinan. Di RS. Cipto Mangunkusumo terjadi 37
kasus plasenta previa diantara 4781 persalinan (Fauziah, 2014).
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya plasenta previa belum diketahui
secara pasti, namun ada beberapa faktor yang meningkatkan kemungkinan
terjadinya plasenta previa yaitu umur, banyaknya jumlah kehamilan dan
persalinan (paritas), jarak kelahiran, riwayat abortus, tumor-tumor (seperti mioma
uteri, polip endometrium), endometrium cacat (seksio cesarean, kuretase, dan
manual plasenta) kehamilan kembar, serta riwayat plasenta sebelumnya (Fauziah,
2014)
Menurut Elisabeth, 2015 abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh
akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu
atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan. Menurut
Prawihardjo (2009) riwayat abortus pada penderita merupakan factor predposisi
terjadinya abortus berulang, dengan kejadiannya sekitar 3-5%. Riwayat abortus
merupakan faktor resiko plasenta previa, wanita dengan riwayat abortus
mempunyai resiko plasenta previa 4 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita
tanpa riwayat abortus (Wardhana, 2013).
Bedah ceasar atau operasi ceasar adalah suatu persalinan yang dilakukan
tanpa melalui jalan lahir dengan cara menginsinisi dinding perut bagian bawah
pusat atau secara spesifik biasa disebut dinding rahim untuk mengeluarkan janin
dalam keadaan utuh serta berat badan janin diatas 500 gram. Faktor-faktor yang
memerlukan tindakan operasi ceasar meliputi usia, paritas, jarak kelahiran,
kelainan plasenta (plasenta previa) dan penyakit ibu serta riwayat operasi ceasar.
Riwayat operasi caesar adalah wanita yang sudah melakukan dua kali atau lebih
operasi caesar (Mochtar, 2013)
Menurut hasil penelitian (Farzani, 2017) di RSIA Pertiwi Kota Makasar
menunjukan adanya hubungan signifikan antara riwayat seksio sesarea atau
operasi ceasar dengan kejadian plasenta previa dan penelitiannya sejalan dengan
penelitian sebelumnya yang mendapatkan hasil dengan riwayat seksio sesarea 1
kali lebih berisiko mengalami plasenta previa di bandingkan dengan ibu yang
tidak memiliki riwayat seksio sesarea atau operasi ceasar.
Jarak kelahiran rentang waktu antara kelahiran anak pertama dengan
kelahiran anak sebelumnya. Jarak kelahiran yang sangat dekat akan meningkatkan
resiko operasi cesar yang akan berdampak pada kesehatan ibu dan bayi di
kemudian hari. Ibu yang sehat akan memberi pola asuh berkualitas pada anak-
anak dan keluarganya. Badan kesehatan dunia merekomendasikan minimal jarak
kelahiran adalah 24 bulan atau 2 tahun. Jika kehamilan terjadi dalam waktu
kurang dari 24 bulan banyak resiko kesehatan yang akan terjadi, salah satunya
adalah rupture uteri atau robekan uterus yang akan berdampak pada kehamilan
selanjutnya seperti kelainan letak plasenta (plassenta previa) (INDONESIA, 2014)
Hasil penelitian yang di lakukan oleh (Haifa, 2019)menunjukan kejadian
plasenta previa yang paling banyak terjadi pada ibu dengan jarak kehamilan
kurang dari 24 bulan. Dimana sesuai dengan teori jarak kehamilan adalah waktu
sejak ibu hamil sampai terjadinya kelahiran berikutnya.Jarak kelahiran yang
terlalu dekat menyebabkan terjadinya komplikasi persalinan, dikarenakan kondisi
ibu yang belum pulih dan pemenuhan kebutuhan nutrisi janin di kandungnya.
Hubungan umur, jarak kehamilan, Riwayat Abortus Dan Riwayat Operasi
Cesar Dengan Kejadian Plasenta Previa di RSUP Dr.M.Djamil Padang, hasil uji
statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara Jarak
Kelahiran dengan kejadian Plasenta Previa (Fitria, 2015). Sedangkan hasil dari
penelitian (Siti, 2018) di RSUD Polewali Mandar factor proktetif terhadap
kejadian plasenta previa bahwa paritas merupakan 2 kali beresiko terjadi plasenta
previa, sedangkan riwayat abortus berisiko 6 kali terjadinya plasenta previa.
Jumlah Kematian ibu maternal di Provinsi Sumatra Selatan sampai dengan
bulan Desember 2017 mencapai 107 kasus. Jumlah Kematian Ibu maternal
tertinggi terjadi di Kab.Banyuasin (18 Kasus), Kab.OKU Timur (11 kasus), dann
Kab.OKU (10 kasus), kemudian di ikuti Kab.Musi BanyuAsin (9 kasus).
Sedangkan jumlah kematian ibu maternal terendah terjadi di Kab OKI, PALI dan
Kota Lubuklinggau masing – masing ( 2 kasus), diikuti Pagar Alam (1kasus) dan
Kab. OKU Selatan (1 kasus), namun masih perlu perhatian kita karena target
tahun 2019 Angka Kematian Ibu 304/100.000 KH (Selatan, 2017).
Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Selatan Tahun 2017,
beberapa faktor yang menyebabkan kematian maternal pada tahun 2017 adalah
perdarahan (Uterine Antony, Plasenta Previa, dll) 37 kasus, hipertensi dalam
kehamilan 35 kasus, faktor lain-lain 21 kasus, dan di ikuti oleh gangguan system
peredaran darah 8 kasus (Jantung, Stroke,dll), infeksi 4 kasus dan gangguan
metabolic (Diabetes Melitus, dll) 2 kasus (Selatan, 2017)
Dari 3 kasus kematian ibu pada tahun 2018 di kota lubuklinggau terjadi
pada ibu < 20 tahun. Kematian ibu disebabkan karena perdarahan , hipertensi pada
kehamilan dan penyakit penyerta lainnya (Linggau, 2018).
Berdasarkan data dari RS. AR Bunda Kota Lubuklinggau pada tahun 2017
terdapat 1415 persalinan dengan kasus plasenta previa berjumlah 34 orang, yang
mana pada tahun 2018 dari 1351 persalinan kasus plasenta previa meningkat
menjadi 44 orang serta pada tahun 2019 terjadi peningkatan jumlah persalinan
yaitu 1480 orang dengan kasus plasenta previa 51orang (Bunda, 2018).
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian plasenta previa di Rumah SakitUmum Daerah Siti
Aisyah Kota Lubuklinggau? Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan kejadian plasenta previa di Rumah SakitUmum Daerah
Siti Aisyah Kota Lubuklinggau.

METODE PENELITIAN
Jenis metode yang digunakan dalam penelitian adalah Survey Analitik
observasional dengan pendekatan secara Case Control. Populasi dalam penelitian
ini adalah semua ibu yang melahirkan di Rumah Sakit Umum Daerah Siti Aisyah
Kota Lubuklinggau dari bulan Januari sampai Desember. jumlah kasus plasenta
previa 70 kasus seluruh termasuk primigravida, yang multigravida dan grande 35
kasus dari 1560 persalinan dan jumlah 1525 kasus yang tidak plasenta previa.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini mengunakan teknik Systematic Random
Sampling dengan jumlah sampel 70 responden. Sampel Case diambil secara Total
Sampling sebanyak 35orang, sampel untuk Control diambil dari 1525 ibu yang
tidak dengan kejadian plasenta previa sebanyak 35 orang dengan teknik
pengambilan sampel secara Systematic Random Sampling. Teknik Pengumpulan
data menggunakan data sekunder. Analisis menggunakan analisis univariat dan
analisis bivariate. Untuk mengetahui keeratan hubungannya menggunakan uji
statistik Chi-Square.

HASIL PENELITIAN
A. Hasil
1. Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan distribusi frekuensi riwayat
keguguran, riwayat operasi caesar, jarak kelahiran sebagai variable independent
dengan Kejadian Plasenta Previa sebagai variable dependent. setelah penelitian
dilaksanakan maka diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Plasenta Previa di Rumah
Sakit Umum Daerah Siti Aisyah Kota Lubuklinggau

Kejadian Plasenta Previa Frekuensi (f) Persentase (%)


Kasus 35 50,0
Kontrol 35 50,0
Jumlah 70 100,0
Berdasarkan Tabel 1 untuk kejadian Plasenta Previa sebanyak 35 ibu dan
sebanyak 35 ibu tidak mengalami kejadian plasenta previa.

Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Keguguran di Rumah Sakit
Umum Daerah Siti Aisyah Kota Lubuklinggau

Riwayat Keguguran Frekuensi (f) Persentase (%)


Ya 25 35,7
Tidak 45 64,3
Jumlah 70 100,0

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 70 ibu sebagian besar tidak
ada riwayat keguguran yaitu sebanyak 45 ibu dan pernah mengalami keguguran
sebanyak 25 ibu.
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat SC di Rumah Sakit Umum
Daerah Siti Aisyah Kota Lubuklinggau

Riwayat SC Frekuensi (f) Persentase (%)


Ya 21 30,0
Tidak 49 70,0
Jumlah 70 100,0

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 70 ibu sebagian besar tidak
ada riwayat SC sebanyak 49 ibu dan yang pernah mengalami SC sebanyak 21
ibu.

Tabel 4
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan jarak kehamilan di Rumah Sakit
Umum Daerah Siti Aisyah Kota Lubuklinggau

Jarak Kehamilan Frekuensi (f) Persentase (%)


< 2 tahun 31 44,3
>2 Tahun 39 55,7
Jumlah 70 100,0

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa dari 70 ibu sebagian besar


memiliki jarak kehamilan > 2 tahun sebanyak 49 ibu dan jarak kehamilan < 2
tahun sebanyak 31 ibu.

2. Analisis Bivariat
Analisis ini untuk melihat hubungan riwayat keguguran, riwayat operasi
caesar, jarak kelahiran sebagai variable independent dengan Kejadian Plasenta
Previa sebagai variable dependent. Tabel ini merupakan tabel tabulasi silang
untuk melihat Hubungan riwayat keguguran, riwayat operasi caesar, jarak
kelahiran dengan Kejadian Plasenta Previa.

Tabel 5
Hubungan antara Riwayat Keguguran dengan kejadian Plasenta Previa di Rumah
Sakit Umum Daerah Siti Aisyah Kota Lubuklinggau

Kejadian Plasenta
Riwayat
No
Keguguran
Previa Total % χ2  C OR
Ya % Tidak %
1 Ya 18 51,4 7 20,0 25 35.7
6.222 0.013 0.312 4.235
2 Tidak 17 48,6 28 80,0 45 64,3
Jumlah 35 35 70 100,0
Berdasarkan tabel 5 di atas dari 35 responden yang kejadian plasenta previa
terdapat 18 responden yang memiliki riwayat keguguran dan 17 responden ada
yang tidak memiliki riwayat keguguran dan dari 35 responden yang tidak
mengalami plasenta previa sebanyak 7 responden memiliki riwayat keguguran dan
sebanyak 28 responden tidak memiliki riwayat keguguran.
Berdasarkan hasil chi-square terlihat bahwa χ 2hitung yakni 6.222 hal ini
juga terlihat pada nilai p 0,013 (p value= 0,05) sehingga bisa dikatakan Ho ditolak
dan Ha diterima. Artinya ada hubungan antara riwayat keguguran dengan kejadian
plasenta previa, sehingga hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara riwayat
keguguran dengan kejadian plasenta previa di Rumah Sakit Umum Daerah Siti
Aisyah Kota Lubuklinggau Tahun 2019 terbukti secara statistik.
Hasil uji contingency coefficient didapat nilai C=0,312 dengan approx, sig=
0,013< α=0,05 artinya signifikan. Nilai C tersebut dibandingkan dengan nilai C
max=0,707. Jadi nilai = = 0,441 maka kategori hubungan sedang maka
kategori hubungan sedang. Dengan nilai OR 4.235yang berarti bahwa responden
yang memiliki riwayat keguguran berisiko 4,2 kali untuk mengalami plasenta
previa dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki riwayat keguguran.
Tabel 6
Hubungan antara Riwayat cesar dengan kejadian Plasenta Previa di Rumah Sakit
Umum Daerah Siti Aisyah Kota Lubuklinggau
Kejadian Plasenta
Riwayat Previa Total
No
SC Ya Tidak
χ2  C OR
F % F % F %
1 Ya 16 45,7 5 14,3 21 30.0
6.803 0.009 0.324 5.053
2 Tidak 19 54,3 30 85,7 49 70,0
Jumlah 35 35 70 100,0
Berdasarkan Tabel 6 di atas dari 35 responden yang mengalami plasenta
previa terdapat 16 responden memiliki riwayat SC dan 19 responden tidak
memiliki riwayat dan dari 35 responden yang tidak mengalami plasenta previa
sebanyak 5 responden memiliki riwayat SC sedangkan 30 responden tidak
mengalami plasenta previa dan tidak memiliki riwayat cesar.
Berdasarkan hasil chi-square terlihat bahwa χ 2hitung yakni 6.803, hal ini
juga terlihat pada nilai p 0,009 (p value= 0,05) sehingga bisa dikatakan Ho ditolak
dan Ha diterima. Artinya adahubungan antara riwayat SC dengan kejadian
plasenta previa, sehingga hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara riwayat
SC dengan kejadian plasenta previa di Rumah Sakit Umum Daerah Siti Aisyah
Kota Lubuklinggau Tahun 2019 terbukti secara statistik.
Hasil uji contingency coefficient didapat nilai C=0,324 dengan approx, sig=
0,013< α=0,05 artinya signifikan. Nilai C tersebut dibandingkan dengan nilai C
max= 0,707. Jadi nilai = =0,458 maka kategori hubungan sedang.
Dengan nilai OR 5.053 yang berarti bahwa responden yang memiliki riwayat
operasi cesar berisiko 5,0 kali untuk mengalami plasenta previa dibandingkan
dengan responden yang tidak memiliki riwayat operasi cesar.
Tabel 7
Hubungan antara Jarak Kehamilan dengan Kejadian Plasenta Previa di Rumah
Sakit Umum Daerah Siti Aisyah Kota Lubuklinggau

Kejadian Plasenta
Jarak Previa Total
No
Kehamilan Ya Tidak
χ2  C OR
F % F % F %
1 < 2 tahun 23 65,7 8 22,9 31 44.3
11.348 0.001 0.396 6.469
2 > 2 tahun 12 34,3 27 77,1 39 55,7
Jumlah 35 35 70 100,0
Berdasarkan Tabel 7 di atas dari 35 responden yang mengalami plasenta
previa yang memiliki jarak kehamilan < 2 tahun sebanyak 23 responden dan
mengalami plasenta previa ada 12 responden memiliki jarak kelahiran > 2 tahun.
Serta dari 35 responden yang tidak mengalami plasenta previa 8 responden
memiliki jarak kelahiran ≤ 2 tahun dan sebanyak 27 responden memiliki jarak
kelahiran > 2 tahun.
Berdasarkan hasil chi-square terlihat bahwa χ2 hitung yakni 11.348, hal ini
juga terlihat pada nilai p 0,001 (p value= 0,05) sehingga bisa dikatakan Ho ditolak
dan Ha diterima. Artinya ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian
plasenta previa, sehingga hipotesis yang menyatakan ada hubungan anbtara jarak
kehamilan dengan kejadian plasenta previa di Rumah Sakit Umum Daerah Siti
Aisyah Kota Lubuklinggau Tahun 2019 terbukti secara statistik.
Hasil uji contingency coefficient didapat nilai C=0.396 dengan approx, sig=
0,001< α=0,05 artinya signifikan. Nilai C tersebut dibandingkan dengan nilai C
max= 0,707. Jadi nilai = = 0,560 maka kategori hubungan sedang.
Dengan nilai OR 6.496 yang berarti bahwa responden yang memiliki jarak
kehamilan < 2 tahun memiliki resiko 6,4kali mengalami plasenta previa
dibandingkan dengan responden yang memiliki jarak kehamilan > 2 tahun.

B. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan bahwa dari 70 responden sebanyak
35 responden mengalami kejadian plasenta previa dan sebanyak 35 responden
yang tidak mengalami plasenta previa. Hal ini dikarenakan setangah dari
responden yang dirawat di rumah sakit memiliki kejadian atau diagnosa lain
seperti ketuban pecah dini, preeklamsia, atania uteri dan lain-lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian dari 70 responden terdapat 25 responden
memiliki riwayat keguguran dan 45 responden tidak memiliki riwayat keguguran
dengan demikian sebagian besar responden tidak memiliki riwayat keguguran
yang dirawat di RSUD Siti Aisyah. Hal ini dikarenakan responden yang tidak
memiliki riwayat keguguran memiliki faktor lainnya seperti memiliki riwayat
operasi cesar, jarak kelahiran ≤ 2tahun atau > 2 tahun.
Berdasarkan hasil penelitian dari 70 responden terdapat 21 responden
memiliki riwayat operasi cesar dan 49 responden tidak memiliki riwayat sc. Pada
penelitian ini mayoritas responden yang di rawat di rumah sakit tidak memilki
riwayat operasi cesar, tetapi di karenakan memiliki riwayat predposisi lainnya,
misalnya memiliki riwayat keguguran, jarak kelahiran, paritas atau pun usia.
Berdasarkan hasil penelitian dari 70 responden terdapat 31 responden
memiliki jarak kelahiran ≤ 2 tahun dan sebanyak 39 responden memiliki jarak
kelahiran > 2 tahun. Hal ini sebagian responden yang dirawat memilikifaktor
predposisi jarak kelahiran kurang dari ≤ 2 tahun lebih sedikit dibandingkan
responden yang memiliki jarak anak > 2 tahun. Jarak kelahiran yang telalu dekat
atau kurang dari 2 tahun dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada kehamilan
berikutnya. Seperti terjadi nya plasenta previa, pada saat melahirkan bisa
menyebabkan kelahiran yang tidak normal misalnya dilakukan operasi ceasar
serta pada pola asuh anak yang tidak terkontrol.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat 35 responden yang mengalami
plasenta previa yang memiliki riwayat keguguran 18 responden 17 responden
tidak memiliki riwayat keguguran tetapi memiliki faktor lain seperti riwayat Sc 10
responden, kemudian 9 responden memiliki riwayat sc dan jarak anak ≤2 tahun
dan 1 responden jarak kelahiran ≤ 2 tahun dan 35 responden yang tidak
mengalami plasenta previa 7 responden memilki riwayat keguguran 3 diantaranya
mengalami ketuban pecah dini, 2 responden mengalami atonia uteri, 1 responden
mengalami preeklamsia berat dan 1 responden mengalami retensio plasenta dan
28 responden lainnya tidak memilki riwayat keguguran.
Berdasarkan hasil chi-square terlihat bahwaχ2hitung yakni 2,863, hal ini
juga terlihat pada nilai p 0,013 (p value= 0,05)sehingga bisa dikatakan Ho ditolak
dan Ha diterima. Artinya ada hubungan antara riwayat keguguran dengan kejadian
plasenta previa, sehingga hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara riwayat
keguguran dengan kejadian plasenta previa di Rumah Sakit Umum Daerah Siti
Aisyah Kota Lubuklinggau Tahun 2019 terbukti secara statistik.
Hasil uji contingency coefficient didapat nilai C=0,312 dengan approx, sig=
0,013< α=0,05 artinya signifikan. Nilai C tersebut dibandingkan dengan nilai C
max=0,707. Jadi nilai = = 0,441 maka kategori hubungan sedang. Hal
ini dikarenakan ada faktor yang lainnya mempengaruhi misalnya riwayat sc, jarak
kehamilan dan lain-lain.
Dari penelitian in di dapat nilai OR 4.235yang berarti bahwa responden
yang memiliki riwayat keguguran berisiko 4,2 kali untuk mengalami plasenta
previa dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki riwayat keguguran.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 35 responden yang
mengalami plasenta previa 16 responden memiliki riwayat sc dan 19 responden
tidak memiliki riwayat Operasi Cesar tetapi faktor lainnya seperti 7 responden
memiliki riwayat keguguran, 1 responden memiliki jarak kelahiran ≤ 2 tahun dan
11 responden memiliki riwayat keguguran dan jarak kelahiran ≤ 2 tahun. Serta 35
responden yang tidak mengalami plasenta previa terdapat 5 responden memiliki
riwayat operasi cesar tetapi mengalami 3 responden ketuban pecah dini, 1
responden retensio plasenta dan 1 responden mengalami atonia uteri dan 30
responden tidak memiliki riwayat sc.
Berdasarkan hasil chi-square terlihat bahwaχ2hitung yakni 3,010, hal ini
juga terlihat pada nilai p 0,009 (p value= 0,05) sehingga bisa dikatakan Ho ditolak
dan Ha diterima. Artinya ada hubungan antara riwayat SC dengan kejadian
plasenta previa, sehingga hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara riwayat
operasi cesar dengan kejadian plasenta previa di Rumah Sakit Umum Daerah Siti
Aisyah Kota Lubuklinggau Tahun 2019 terbukti secara statistik.
Hasil uji contingency coefficient didapat nilai C=0,324 dengan approx, sig=
0,013< α=0,05 artinya signifikan. Nilai C tersebut dibandingkan dengan nilai C
max= 0,707. Jadi nilai = =0,458 maka kategori hubungan sedang. Hal
ini dikarenakan ada beberapa faktor lainnya yang mempengaruhi, seperti usia,
paritas, riwayat abortus, jarak kehamilan dan lain-lain.
Dari penelitian ini didapat nilai OR 5.053 yang berarti bahwa responden
yang memiliki riwayat operasi cesar berisiko 5,0 kali untuk mengalami plasenta
previa dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki riwayat operasi cesar.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat 35 responden yang memiliki jarak
kehamilan < 2 tahun sebanyak 23 orang dan memiliki jarak kelahiran > 2 tahuan
sebanyak 12 orang dimana terdapat faktor lain diantaranya 6 memiliki riwayat
keguguran dan 6 memiliki riwayat operasi cesar dan 35 responden yang tidak
mengalami kejadian plasenta previa ada sebanyak 8 responden memiliki riwayat
jarak kelahiran ≤ 2 tahun dimana mengalami 5 ketuban pecah didni, 2 responden
atonia uteri dan 1 responden dengan retensio plasenta serta 27 responden memiliki
jarak anak > 2tahun serta mengalami ketuban pecah dini, pre eklamsi berat, atonia
uteri, retensio plasenta abortus dan ekstraksi vakum.
Berdasarkan hasil chi-square terlihat bahwaχ2hitung yakni 11.348, hal ini
juga terlihat pada nilai p 0,001 (p value= 0,05)sehingga bisa dikatakan Ho ditolak
dan Ha diterima. Artinya ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian
plasenta previa, sehingga hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara jarak
kehamilan dengan kejadian plasenta previa di Rumah Sakit Umum Daerah Siti
Aisyah Kota Lubuklinggau Tahun 2019 terbukti secara statistik.
Hasil uji contingency coefficient didapat nilai C=0.396 dengan approx, sig=
0,001< α=0,05 artinya signifikan. Nilai C tersebut dibandingkan dengan nilai C
max= 0,707. Jadi nilai = = 0,560 maka kategori hubungan sedang. Hal
ini dikarenakan ada beberapa faktor yang menjadi penyebab seperti riwayat
abortus, riwayat sc dan lain-lain.
Dari penelitian ini didapat nilai OR 6.496 yang berarti bahwa responden
yang memiliki jarak kehamilan < 2 tahun memiliki resiko 6,4kali mengalami
plasenta previa dibandingkan dengan responden yang memiliki jarak kehamilan >
2 tahun.

SIMPULAN
1. Dari 70 ibu terdapat 35 (50,0%) ibuyang mengalami kejadian plasenta previa.
2. Dari 70 ibu terdapat 45 (64,3%) ibu tidak memiliki riwayat keguguran.
3. Dari 70 ibu terdapat 49 (70,0%) ibu tidak memiliki riwayat operasi cesar.
4. Dari 70 ibu terdapat 39 (55,7%) ibu yang memiliki jarak kelahiran > 2 tahun
5. Ada hubungan antara riwayat keguguran dengan kejadian plasenta previa di
Rumah Sakit Umum Daerah Siti Aisyah Kota Lubuklinggau Tahun 2019
terbukti dengan katagori sedang.
6. Ada hubungan antara riwayat operasi cesar dengan kejadian plasenta previa
di Rumah Sakit Umum Daerah Siti Aisyah Kota Lubuklinggau terbukti
dengan katagori sedang.
7. Ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian plasenta previa di
Rumah Sakit Umum Daerah Siti Aisyah Kota Lubuklinggau terbukti dengan
katagori sedang.

DAFTAR PUSTAKA

Afrika. (2013). Patologi Kehamilan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press


Dinkes Kota Lubuklinggau (2018). Profil Kesehatan Kota Lubuklinggau 2018.
Lubuklinggau: Dinas Kesehatan Kota
Dinkes Provinsi Sumatra Selatan. (2017). Profil Kesehatan 2017.Palembang :
Dinas Kesehatan Provinsi.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://ppid-
dinkes.sumselprov.go.id/unggah/41756680-
Profil2520kesehatan252020172520Data%25202016.pdf&ved=2ahUKEwj9v
eKxjMznAhWfwzgGHUhyD44QFjAAegQ1AxAB&usg=A0vVaw3L2zmxc
xkh9LdhcWviCTLi. Diakses Tanggal 12 Februari 2020
Farzani. (2017). Hubungan Frekuensi Riwayat Seksio Seasarea dengan Kejadian
Plsenta Previa di RSIA Pertiwi Kota Makasar.https://stikesmu-sidrap.e-
journal.id/JIKI/article/download/118/100/.Diakses Tanggal 16 Februari
2020.
Fauziah, (2014). Obstetri Patologi, Yogyakarta: Nuha Medika
Fitria. (2015). Hubungan Riwayat Operasi Sesarea, Riwayat Abortus dan
Kehamilan Kembar Dengan Kejadian Plasenta Previa. Jurnal Kebidanan.
Volume 4, Nomor 2 Jurnal Kesehatan. Vol. 1 No. 2 : (1-11) Diunduh dari
https://media.neliti.com/media/publications/195280-ID-hubungan-riwayat-
operasi-sesarea.pdf.
Haifa. (2019). Faktor- factor Yang Berhubungan dengan Kejadian Plasenta
Previa. Jurnal Kesehatan. Vol. 1 No. 3 : (1-9) Diunduh dari
https://media.neliti.com/media/publications/195280-ID-faktor-faktor-yang-
berhubungan-kejadian.pdf. Diakses Tanggal 12 Februari 2020
Kemenkes RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta :
Kemenkes RI; 2014.
Mochtar. (2013). Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi edisi 2. EGC : Jakarta.
Prawirohardjo.(2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Profil RS.AR Bunda, (2019). Data Kasus Persalinan. RS.AR Bunda, 2019
Sitti, Aras (2018). Analisis Faktor Yang Beresiko Terhadap Kejadian Plasenta
Previa di RSUD Polewali Mandar. Jurnal Kebidanan. Vol. 2 No. 1 : (129-
135). Diunduh dari
https://pdfs.semanticscholar.org/623d/00e5370f5c69be13411431e0aaea23b
38bf7.pdf di Akses Tanggal 22 Desember 2019.
Wardhana, (2013). “Register Analysis In Action Figure Trading Forum On
Kaskus”. Thesis. Universitas Brawijaya.
WHO. (2019).Newborn: reducing mortality. Geneva: World Health
Organization.https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/newborns-
reducing-mortality. Diakses Tanggal 22 Desember 2019

Anda mungkin juga menyukai