Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

World Health organization (WHO) memperkirakan 800 perempuan

meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses kelahiran.

Sekitar 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang.Menurut

WHO tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa.

Amerika Serikat yaitu 9300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa, dan Asia Tenggara

16.000 jiwa. Angka kematian ibu di negara-negara Asia Tenggara yaitu, Indonesia

214 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup,

Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran

hidup, Brunei 60 per kelahiran hidup, dan Malaysia 39 per kelahiran hidup.

[ CITATION Wor14 \l 1057 ]

Berbagai upaya penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka

Kematian Ibu (AKI) semakin gencar dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas

kesehatan di setiap negara. Pada saat ini kematian ibu dan bayi baru lahir di dunia

masih sangat tinggi.Pelaksanaan program kesehatan membutuhkan sumber daya

manusia yang kompeten untuk mencapai tujuan yang telah dibuat.Tenaga

kesehatan terampil adalah pelaku yang mampu menjaga serta menyelamatkan ibu

dan bayi baru lahir dari kematian atau kesakitan yang seharusnya dapat dicegah

atau dihindarkan.Faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan yaitu,

perdarahan, hipertensi dalam kehamilan atau pre eklamsi dan infeksi.

1
2

Perdarahan pasca persalinan yaitu merupakan perdarahan per vaginam

yang melebihi 500 ml setelah bersalin dan biasanya menyebabkan kehilangan

banyak darah adalah masalah kegawatdaruratan yang serius di bidang

kebidanan.Bidan sering kali menjadi orang pertama dan satu-satunya professional

yang hadir saat perdarahan tersebut terjadi sehingga tindakan yang segera dan

kompeten merupakan hal yang sangat penting dalam mengendalikan perdarahan

dan menurunkan risiko morbiditas, atau bahkan kematian maternal. [ CITATION

Mar121 \l 1057 ]

Frekuensi perdarahan post partum berdasarkan laporan-laporan baik di

negara maju maupun di negara berkembang angka kejadian berkisar antara 5%

sampai 15%. Dari angka tersebut, diperoleh gambaran etiologi antara lain: atonia

uteri (50-60%), sisa plasenta (23-24%), retensio plasenta (16-17%), laserasi jalan

lahir (4-5%), kelainan darah (0,5-0,8%). [ CITATION Tau15 \l 1057 ]

Data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia jumlah kematian ibu pada

tahun 2014 di Provinsi Sumatera Utara ialah sebesar 131 orang dimana jumlah ini

menduduki peringkat ke-7. Jumlah kematian terbanyak terdapat di provinsi Papua

Barat sebesar 2.500 orang, Jawa Tengah 462 orang, Jawa Timur 441 orang,

Sumatera Selatan 195 orang dan Banten 142 orang.[ CITATION Pro14 \l 1057 ]

Retesio plasenta adalah belum lepasnyaplasenta dengan melebihi waktu

setengah jamsetelah bayi lahir. Keadaan ini dapat diikutiperdarahan yang banyak,

artinya hanya sebagianplasenta yang telah lepas sehingga memerlukantindakan

plasenta manual dengan segera.Bilaretensio plasenta tidak diikuti perdarahan


3

makaperlu diperhatikan ada kemungkinan terjadi plasenta adhesive, plasenta

akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta.[ CITATION Zau12 \l 1057 ]

Perdarahan dengan retensio plasenta merupakan sebagian kecil dari kasus

perdarahan postpartum, akan tetapi kejadian retensio plasenta menyumbang dari

angka kematian ibu karena perdarahan. Menurut WHO dilaporkan bahwa 15-20%

kematian ibu karena retensio plasenta dan insidennya adalah 0,8-1,2% untuk

setiap kelahiran. Penyebab terjadinya retensio plasenta antara plasenta belum

lepas dari dinding uterus dan plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan.

[ CITATION Umm12 \l 1057 ]

Paling tidak ada “empat terlalu” yang menyebabkan risiko tinggi terhadap

kehamilan dan persalinan ibu sehingga medukung AKI tinggi, yaitu terlalu tua

hamil (di atas usia 35 tahun), terlalu muda untuk hamil (di bawah usia 20 tahun),

terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 4), dan terlalu dekat (jarak antara kelahiran

kurang dari 2 tahun). Juga “tiga terlambat”, yaitu terlambat mengenali tanda

bahaya persalinan dan pengambilan keputusan, terlambat dirujuk ke fasilitas

pelayanan kesehatan, dan terlambat ditangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas

pelayanan kesehatan.[ CITATION Ani15 \l 1057 ]

Berdasarkan hasil penelitian jurnal Intan Marifatul Arifin tentang

hubungan paritas dengan retensio plasenta pada ibu bersalin di RSUD

Panembahan Senopati Kabupaten Bantul tahun 2012 ada hubungan antara paritas

dengan kejadian retensio plasenta.[ CITATION Int12 \l 1057 ]

Berdasarkan hasil penelitian jurnal Ummiati tentang karakteristik

terjadinya retensio plasenta pada ibu bersalindi RSUD Syekh Yusuf Kabupaten
4

Gowa tahun 2012 dengan metode penelitian pada penelitian ini adalahdeskriptif.

Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa dari faktor umur 68%,faktor paritas

60,8%, faktor jarak kehamilan 63,9% mengalami resiko tinggi retensio plasenta.

Dalampenelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin tua umur ibu, semakin

tinggi jumlah paritas dansemakin dekat jarak kelahiran akan semakin tinggi resiko

terjadinya retensio plasenta pada ibubersalin.[ CITATION Umm12 \l 1057 ]

Klinik Hj. Dermawati Nasution merupakan klinik Pratama yang didirikan

pada tahun 1990 oleh ibu Hj. Dermawati Nasution. Klinik ini terletak di Gg.

Sahabat Pasar IX No.72 Jl.Tembung Kabupaten Deli Serdang. Klinik ini

memberikan pelayanan pemeriksaan kehamilan, persalinan, KB (Keluarga

Berencana), dan berobat jalan. Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh

peneliti di Klinik Hj. Dermawati Nasution Medan tahun 2014-2016 dari 528

persalinan terdapat33 ibu yang mengalami kejadian retensio plasenta.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Paritas dan Jarak

Kehamilan Ibu dengan Retensio Plasenta di Klinik Hj. Dermawati Nasution

Periode 2014-2016”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah ada hubungan paritas dan jarak kehamilan ibu dengan

retensio plasenta di klinik Hj. Dermawati Nasution Medan periode 2014-2016.

1.3. Tujuan Penelitian


5

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi paritas ibu dengan retensio

plasenta di klinik Hj. Dermawati Nasution Medanperiode 2014-2016.

2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi jarak kehamilan ibu dengan

retensio plasenta di klinik Hj. Dermawati Nasution Medanperiode

2014-2016.

3. Untuk mengetahui hubungan paritas ibu dengan retensio plasenta di

klinik Hj. Dermawati Nasution Medan periode 2014-2016.

4. Untuk mengetahui hubungan jarak kehamilan ibu dengan retensio

plasenta di klinik Hj. Dermawati Nasution Medan periode 2014-2016.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan dan sumber bacaan di perpustakaan Akademi Kebidanan Helvetia

Medan serta menjadi bahan masukan bagi peneliti sebelumnya.

1.4.2. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi tenaga

kesehatan di klinik Hj. Dermawati Nasution Medan untuk mengetahui hubungan

paritas dan jarak kehamilan ibu dengan retensio plasenta, sehingga dapat

memberikan pelayanan dan tindakan yang lebih baik lagi kepada pasien.

1.4.3. Bagi Peneliti

Penelitian ini untuk menambah wawasan pengetahuan peneliti dalam

penerapan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan khususnya tentang retensio

plasenta.
6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Penelitian terdahulu

Hasil penelitian Mitadaini Af-idah Nasution dengan judul Hubungan

Paritas dan Umur Ibu dengan Kejadian Retensio Plasenta di Rumah Sakit Haji

Medan Tahun 2015, terdapat ibu bersalin dengan kejadian retensio plasenta

sebanyak 36 kasus.Dari hasil analisa didapat hasil bahwa ada hubungan yang

bermakna antara paritas dan umur ibu dengan kejadian retensio plasenta.

Hasil survei yang dilakukan oleh peneliti di Klinik Hj. Dermawati

Nasution Medan periode 2014-2016 dari beberapa persalian terdapat 33 orang

yang mengalami persalinan dengan kejadian retensio plasenta.Oleh karena itu

penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Paritas dan Jarak

Kehamilan Ibu dengan Retensio Plasenta di Klinik Hj. Dermawati Nasution

periode 2014-2016”.

2.2. Perdarahan Post Partum

2.2.1. Defenisi Perdarahan Post Partum

Perdarahan postpartum didefenisikan sebagai perdarahan berlebihan dari

traktus genital setelah bayi lahir hingga 6 minggu setelah persalinan. Jika terjadi

selama kala tiga persalinan atau dalam waktu 24 jam setelah melahirkan,

perdarahan ini disebut perdarahan postpartum primer. Jika terjadi setelah 24 jam

pertama hingga minggu keenam pascapartum, perdarahan ini disebut perdarahan

postpartumsekunder.(9)

7
8

Perdarahan pascapersalinan adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml

yang terjadi setelah bayi lahir.Perdarahanprimer pascapersalinan dini terjadi

dalam 24 jam sedangkan perdarahan sekunder (perdarahan masa nifas) terjadi

setelah 24 jam persalinan.(10)

2.2.2. Klasifikasi Perdarahan Post Partum

Perdarahan post partumdibagi menjadi dua:

1. Perdarahan post partum dini/ perdarahan post partum primer (early post

partum hemorrhage) adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama

setelah kala III (tiga).

2. Perdarahan masa nifas/ perdarahan post partum sekunder (late post partum

hemorrhage) adalah perdarahan yang terjadi pada masa nifas (purperium)

yang terjadi antara 24 jam dan 6 minggu setelah anak lahir.(11)

2.2.3. Penyebab Perdarahan Post Partum

Penyebab perdarahan post partum dibagi menjadi lima dengan angka

kejadian yaitu: atonia uteri (50-60%), sisa plasenta (23-24%), retensio plasenta

(16-17%), laserasi jalan lahir (4-5%), kelainan darah (0,5-0,8%).

Atonia uteri merupakan penyebab utama terjadi perdarahan

pascapersalinan. Atonia uteri adalah suatu kondisi kegagalan uterus dalam

berkontraksi dengan baik setelah persalinan.(3)

Rest plasenta adalah tertinggalnya sisa plasenta dan membrannya dalam

cavum uteri, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini

dapat menimbulkan perdarahan.


9

Retensio plasenta adalah tertahannya plasenta atau belum lahirnya plasenta

hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir.Keadaan ini dapat

diikutiperdarahan yang banyak, artinya hanya sebagianplasenta yang telah lepas

sehingga memerlukantindakan plasenta manual dengan segera.

Laserasi jalan lahir merupakan penyebab kedua dari perdarahan pasca

persalinan. Perdarahan pasca persalinan dengan kontraksi uterus yang baik

umummnya disebabkan oleh robekan jalan lahir (rupture perineum dinding vagina

dan rupture serviks), hal ini dapat didentifikasi dengan cara melakukan

pemeriksaan yang cermat dan seksama pada jalan lahir.

Kelainan darah atau kelainan sistem koagulasi darah biasanya tidak

menyebabkan perdarahan yang banyak, hal ini bergantung pada kontraksi uterus

untuk mencegah perdarahan. Deposit fibrin pada tempat perlekatan

plasentamemiliki peran penting beberapa jam hingga beberapa hari persalinan.

Kelainan pada darah ini dapat menyebabkan perdarahan post partumsekunder.(12)

2.2.4. Penilaian Klinik Perdarahan Post Partum

Penilaian klinik untuk menentukan penyebab perdarahan post partum

dapat digolongkan berdasarkan tabel berikut.(3)

TABEL 2.1
Gambaran Penilaian Klinik Perdarahan Post Partum
Gejala dan Tanda Penyulit Diagnosis Kerja
Uterus tidak berkontraksi dan Syok. Atonia uteri
lembek. Bekuan darah pada serviks atau
Perdarahan segera setelahbayi posisi telentang akan
baru lahir. menghambat aliran darah keluar.

Darah segar mengalir setelah Pucat, lemah dan menggigil, Robekan jalan lahir
bayi lahir.
Uterus berkontraksi dan keras.
Plasenta lahir lengkap.
10

Plasenta belum lahir setelah 30 Tali pusat putus akibat tarikan Retensio plasenta
menit. yang berlebihan.
Perdarahan segera. Inversio uteri akibat tarikan.
Uterus berkontraksi dan keras. Perdarahan lanjutan.

Plasenta atau sebagian selaput Uterus berkontraksi tetapi tinggi Retensio sisa
tidak lengkap. fundus tidak berkurang. plasenta
Perdarahan segera.

Uterus tidak teraba. Neurogenik syok. Inversio uteri


Lumen vagina terisi massa. Pucat dan limbung.
Tampak tali pusat (bila
plasenta belum lahir).

2.3. Retensio Plasenta

2.3.1. Defenisi Retensio Plasenta

Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga

atau lebih dari 30 menit. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta

disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus.(17)

Plasenta tertahan jika tidak dilahirkan dalam 30 menit setelah janin lahir.

Plasenta mungkin terlepas tetapi terperangkap oleh serviks, terlepas sebagian,

secara patologis melekat (plasenta akreta, increta dan perkreta).(14)

2.3.2. Anatomi Plasenta

Plasenta berbentuk bundar atau oval, berdiameter 15-20 cm, memiliki

tebal2-3 cm dan berat 500-600 gram. Biasanya, plasentaakan terbentuk lengkap

pada kehamilan kira-kira 16 minggu; saat itu, ruang amnion telah mengisi seluruh

rongga rahim. Plasenta terdiri atas tiga bagian, yaitu:

1. Bagian janin (fetal portion) yang terdiri dari korion frondosum dan vili. Vili

dari plasenta yang matang terdiri atas vili koriales dan ruang terdapat ruang-

ruang intervili.Darah ibu yang berada dalam ruang intervili berasal dari arteri
11

spiralis yang berada di desidua basalis.Saat sistol, darah dipompa dengan

tekanan 70-80 mmHg ke dalam ruang interviler, sampai ke lempeng korionik

(chorionic plate) pada pangkal kotiledon-kotiledon.Darah tersebut membanjiri

vili koriales dan kembali perlahan-lahan ke pembuluh balik di desidua dengan

tekanan 8 mmHg.Pada bagian permukaan janin, plasenta diliputi oleh amnion

yang kelihatan licin.Di bawah lapisan amnion tersebut, berjalan cabang-

cabang pembuluh darah tali pusat. Tali pusat akan berinsersi pada plasenta

bagian permukaan janin.

2. Bagian maternal (maternal portion). Terdiri atas desidua kompakta yang

terbentuk dari beberapa lobus dan kotiledon (15-20 buah).Desidua basalis

pada plasenta matang disebut lempeng korionik (basal), tempat sirkulasi utero-

plasenta berjalan ke ruang-ruang inervili melalui tali pusat.Jadi, sebenarnya

peredaran darah ibu dan janin terpisahpertukaran terjadi melalui sinsitium

membrane, berlangsung secara osmosis dan alterasi fisiko-kimia.

3. Tali pusat, merentang dari pusat janin ke plasenta bagian permukaan janin.

Panjangnya rata-rata 50-55 cm dan berdiameter 1-2,5 cm. Struktur tali pusat

terdiri atas 2 (dua) arteri umbilikalis, 1 (satu) vena umbilikalisdan jeli

Wharton.(13)

2.3.3. Fisiologis Pelepasan Plasenta

Pemisahan plasenta ditimbulkan dari kontraksi dan retraksi myometrium

sehingga mempertebal dinding uterus dan mengurangi ukuran area plasenta.Area

plasenta menjadi lebih kecil, sehingga plasenta mulai memisahkan diri dari

dinding uterus dan tidak dapat berkontraksi atau berintriksi pada area pemisahan
12

bekuan darah retroplasenta terbentuk. Berat bekuan darah ini menambah

pemisahan kontraksi uterus berikutnya akan melepaskan keseluruhan plasenta dari

uterus dan mendorongnya keluar vagina disertai dengan pengeluaran selaput

ketuban dan bekuan darah retroplasenta.(14)

2.3.4. Patofisiologi Retensio Plassenta

Proses kala III di dahului dengan tahap pelepasan / separasi plasenta akan

ditandai oleh perdarahan pervaginam atau plasenta sudah lepas sebagian tetapi

tidak keluar pervaginam, sampai akhirnya tahap ekspulsi dan plasenta lahir. Pada

retensio plasenta, selama plasenta belum terlepas maka tidak akan menimbulkan

perdarahan. Sebagian plasenta yang sudah lepas dapat menimbulkan perdarahan

yang cukup banyak (perdarahan kala III) dan harus diantisipasi dengan segera

melakukan manual plasenta.(15)

2.3.5. Penyebab Retensio Plasenta

1. Plasenta belum terlepas dari dinding uterus karena tumbuh melekat lebih

dalam. Perdarahan tidak akan terjadi jika plasenta belum lepas sama sekali dan

akan terjadi perdarahan jika hanya terlepas sebagian. Hal ini merupakan

indikasi untuk segera mengeluarkan plasenta secara manual. Menurut tingkat

perlekatannya dibagi menjadi: plasenta adhesive, plasenta inkreta, plasenta

akreta dan plasenta perkreta.

2. Plasenta sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan

oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala

III, sehingga terjadi lingkaran kontriksi pada bagian bawah uterus yang

menghalangi keluarnya plasenta (plasenta inkarserata).(16)


13

2.3.6. Klasifikasi Retensio Plasenta

Retensio plasenta terdiri dari beberapa jenis, antara lain:

1. Plasenta adhesive adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta

sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.

2. Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai

lapisan miometrium.

3. Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/

melewati lapisan miometrium.

4. Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus

lapisan miometrium hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.

5. Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri,

disebabkan oleh kontriksi ostium uteri.(17)

TABEL 2.2
Gambaran dan Dugaan Penyebab Retensio Plasenta
Separasi/ akreta Plasenta
Gejala Plasenta akreta
parsial inkarserata
1. Konsistensi Kenyal Keras Cukup
uterus

2. Tinggi fundus Sepusat 2 jari di bawah pusat Sepusat

3. Bentuk uterus Diskoid Agak globuler Diskoid


4.Perdarahan Sedang sampai Sedang Sedikit/ tidak ada
banyak

5. Tali pusat Terjulur sebagian Terjulur Tidak terjulur

6. Ostium uteri Terbuka Konstriksi Terbuka

7. Separasi plasenta Lepas sebagian Sudah lepas Melekat


seluruhnya
8. Syok Sering Jarang Jarang sekali
14

2.3.7. Penatalaksanaan Retensio Plasenta

Plasenta yang belum lepas sama sekali tidak akan menyebabkan

perdarahan, tetapi bila sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi

perdarahan dan ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya dari kavum

uteri.

Manual plasenta adalah tindakan untuk melepas secara manual

(menggunakan tangan) dari tempat implantasinya dan melahirkan keluar dari

kavum uteri.

Prosedur penatalaksanaan manual plasenta:

1. Persiapan

1) Pasang set dan cairan infuse

2) Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan

3) Lakukan anastesi verbal atau analgesik per rectal

4) Siapkan dan jelaskan prosedur pencegahan infeksi

2. Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri

1) Pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong

2) Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan

dengan satu tangan sejajar lantai

3) Secara obstetric masukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap

ke bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat

4) Setelah mencapai bukaan serviks, minta seorang asisten/ penolong lain

untuk menegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar

untuk menahan fundus uteri


15

5) Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan ke dalam kavum uteri

sehingga mencapai tempat implantasi plasenta

6) Bentangkan tangan obstetric menjadi datar seperti bersalaman (ibu jari

merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat.

3. Melepas plasenta dari dinding uterus

7) Tentukan implantasi, temukan tepi plasenta paling bawah

(1) Bila plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetap di

sebelah atas dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan

dinding uterus dimana punggung tangan menghadap ke bawah.

(2) Bila di korpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat

dan sisipkan ujung jari-jari tangan di antara plasenta dan dinding

uterus dimana punggung tangan menghadap ke atas.

8) Setelah ujung-ujung jari masuk di antara plasenta dan dinding uterus maka

perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan

ke kiri sambil digeser ke atas (cranial ibu) hingga semua perlekatan

plasenta terlepas dari dinding uterus.

4. Mengeluarkan plasenta

9) Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan ekplorasi

untuk menilai tidak ada sisa plasenta yang tertinggal.

10) Pindahkan tangan yang di luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segmen

bawah uterus) kemudian instruksikan asisten untuk menarik tali pusat

sambil tangan yang di dalam membawa plasenta keluar.

11) Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan supra simfisis) uterus
16

kearah dorso cranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di

dalam wadah yang telah disediakan.

5. Pencegahan infeksi pasca tindakan

12) Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain

yang digunakan

13) Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit

14) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir

15) Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering

6. Pemantauan pasca tindakan

16) Periksa kembali tanda vital ibu

17) Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan

18) Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dari asuhan

lanjutan

19) Beritahukan pada ibu dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai tetapi

ibu masih memerlukan pemantauan dan asuhan lanjutan

20) Lanjutkan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan sebelum

dipindahkan ke ruang rawat gabung.(18)

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi terjadinya Retensio Plasenta

2.4.1. Paritas

Paritas adalah keadaan wanita berkaitan dengan jumlah anak yang

dilahirkan.Paritas anak kedua dan anak ketiga merupakan paritas paling aman

ditinjau dari sudut kematian maternal.Paritas tinggi mempunyai risiko terjadinya


17

peningkatan jumlah darah pada kala III dan kala IV. Jumlah paritas yang

mempunyai risiko terjadi peningkatan jumlah darah pada persalinan adalah paritas

diatas lima (grandemultipara).Hal ini disebabkan oleh karena adanya gangguan

elastisitas otot-otot uterus akibat berulang-ulang mengalami peregangan karena

kehamilan sehingga terjadi gangguan pada otot-otot uterus untuk berkontraksi

sesaat setelah kelahiran bayi yang mengakibatkan timbulnya perdarahan.(19)

Klasifikasi paritas dibagi dalam beberapa istilah yaitu:

1. Nulipara : Seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang

dapat hidup

2. Primipara : Seorang wanita yang pernah sekali melahirkan bayi yang

mencapai viabilitas (yang mampu hidup diluar rahim/

aterm).

3. Multipara : Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi viable

(dapat hidup di luar kandungan) beberapa kali (sampai 5

kali).

4. Grandemultipara : Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau

lebih hidup ataupun mati.(20)

2.4.2. Jarak Kehamilan

Jarak kehamilan adalah jarak intervalwaktu antara dua kehamilan yang

berurutandari seorang wanita. Jarak kehamilan yangpendek secara langsung akan

memberikanefek terhadap kesehatan wanita maupunkesehatan janin yang

dikandungnya.Seorangwanita setelah bersalin membutuhkan waktu 2sampai 3

tahun untuk memulihkan tubuhnyadan mempersiapkan diri untuk kehamilan


18

danpersalinan berikutnya.Bila jarak kehamilanterlalu dekat(<2 tahun) maka ibu

akan cenderungmengalami kerusakan sistem reproduksi baiksecara fisiologis

maupun patologis.Jarakkehamilan akan mempengaruhi kejadianretensio plasenta.

Semakin dekat jarak kehamilan ibu maka semakin tinggi resiko ibu mengalami

retensio plasenta, maka jarak kehamilan yang aman adalah 2-5 tahun. (6)

Jadi semakin sering ibu hamil dan melahirkan, semakin dekat jarak

kehamilan dan kelahiran, elastisitas uterus semakin terganggu, akibatnya uterus

tidak berkontraksi secara sempurna dan dapat mengakibatkan terjadinya retensio

plasenta dan perdarahan.(21)

2.5. Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan tentatif (sementara) mengenai

kemungkinan hasil dari suatu penelitian. Hipotesis merupakan jawaban yang

sifatnya sementara terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian. Tidak

semua penelitian memunculkan hipotesis secara eksplisit dirumuskan. Biasanya

dalam penelitian kuantitatif yang melibatkan lebih dari satu variabel perlu

memunculkan secara eksplisit hipotesisnya.

Hipotesis dalam penelitian ini ”Ada HubunganParitas dan Jarak

Kehamilan Ibu dengan Retensio Plasenta di Klinik Hj. Dermawati Nasution

Medan Periode 2014-2016”


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan

pendekatan Cross Sectional.Desain Cross Sectional adalah penelitian yang

mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena itu terjadi.Kemudian

melakukan analisa dinamika korelasi antara fenomena, baik antara faktor risiko

dan faktor efek. Faktor efek adalah suatu akibat dari adanya faktor risiko,

sedangkan faktor risiko yaitu suatu fenomena yang mengakibatkan terjadinya efek

(pengaruh).(22)

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di klinik Hj. Dermawati Nasution MedanTahun

2017 di Tembung pasar IX Gg. Sahabat.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang dilakukan di klinik Hj. Dermawati Nasution Medan

mulai bulan Januari sampai bulan Juli tahun 2017.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/objek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.Dalam penelitian ini populasi

19
20

adalah keseluruhan ibu bersalin yang mengalami retensio plasentadi klinik Hj.

Dermawati Nasution MedanPeriode 2014-2016 dengan jumlah 33 responden.

3.3.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Sedangkan sampling berarti mengambil sampel atau mengambil

suatu bagian dari populasi atau semesta sebagai wakil (representasi).(22) Dalam

penelitian ini peneliti mengambil teknik pengambilan sampel dengan

menggunakan teknik total populasi yaitu seluruh populasi dijadikan sampel,

dimana sampel yang diambil adalahkeseluruhan ibu bersalin yang mengalami

retensio plasenta di klinik Hj. Dermawati Nasution MedanPeriode 2014-2016

dengan jumlah 33 responden.

3.4. Kerangka Konsep

Adapun judul penelitian ini adalah hubungan paritas dan jarak kehamilan

ibu dengan retensio plasenta di klinik Hj. Dermawati Nasution Medan periode

2014-2016, dimana terdiri dari 2 variabel, variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel bebas Variabel terikat

1. Paritas
2. Jarak Kehamilan Retensio Plasenta

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.5. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran

Definisi Operasional adalah batasan yang digunakan untuk mendefinisikan

variabel-variabel atau faktor-faktor yang memengaruhi.


21

Aspek pengukuran adalah aturan-aturan yang meliputi cara dan alat ukur

(instrumen), hasil pengukuran, kategori, dan skala ukur yang digunakan untuk

menilai suatu variabel.

TABEL 3.1.
Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran
Variabel Hasil
Definisi Operasional Kategori Skala Ukur
Bebas Pengukuran
Jarak Jarak kehamilan 1. < 2 tahun 1 Ordinal
Kehamilan adalah jarak 2. 2-5 tahun 2
intervalwaktu antara 3. >5 tahun 3
dua kehamilan yang
berurutandari
seorang wanita
Paritas Jumlah anak yang telah 1. Primipara (1) 1 Ordinal
dilahirkan seorang ibu 2. Multipara (2-5) 2
baik hidup ataupun mati 3. Grandemultipara 3
(>5)
Variabel Hasil
Definisi Operasional Kategori Skala Ukur
Terikat Pengukuran
Kejadian Ibu yang mengalami 1. Plasenta 1 Ordinal
Retensio kejadian retensio adhesiva(Retensi 2
Plasenta plasenta oplasenta yang
dapat dilakukan
tindakan manual
plasenta).
2. Plasenta akreta,
plasenta
inkreta,
plasenta
perkreta(Retensi
o plasenta yang
tidakdapat
dilakukan
tindakan manual
plasenta).

Variabel penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu variabel dependen

(terikat) dab variabel independen (bebas). Variabel dependen (terikat) adalah ibu
22

bersalin yang mengalami retensio plasenta, sedangkan yang menjadi variabel

independen (bebas) adalah paritas dan jarak kehamilan.

3.6. Metode Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data tertentu harus sesuai dengan sifat atau

karakteristik penelitian itu sendiri. Jenis pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data sekunder dengan cara pengambilan data dari rekam

medik yang di ambil dari data ibu bersalin di klinik Hj. Dermawati Nasution

Medan periode 2014-2016.

3.7. Pengelolaan Data

3.7.1. Secara komputerisasi

Pada masa sekarang penggunaan aplikasi komputerisasi dalam proses

pengolahan data sudah semakin mudah. Data terkumpul ialah dengan

komputerisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Collecting

Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner angket maupun observasi.

2. Checking

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan lembar observasi dengan tujuan

agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data memberikan hasil

yang valid dan realiabel dan terhindar dari bias.

3. Coding

Pada langkah ini peneliti melakukan pemberian kode pada variabel-variabel

yang diteliti.
23

4. Entering

Data entry, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang masih

dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) di masukkan ke dalam program

komputer yang digunakan peneliti yaitu program SPSS for Windows.

5. Data Processing

Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi komputer akan diolah sesuai

dengan kebutuhan dari penelitian.

3.8. Teknik Analisa Data

3.8.1. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk mendiskripsikan data yang dilakukan

untuk mendeskripsikan data yang dilakukan pada setiap variabel dari hasil

penelitian.Melakukan analisa pada setiap variabel untuk mengetahui distribusi

frekuensi dari variabel yang diteliti yaitu paritas dan jarak kehamilan.

3.8.2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua

variabel yaitu variabelindependent(umur dan jarak kehamilan ibu) dan variabel

dependent(retensio plasenta).Setelah diketahui karakteristik masing-masing

variabel pada penelitian ini maka analisis akan dilanjutkan pada tingkat

bivariat.Untuk mengetahui hubungan (korelasi) antara variabel bebas

(independent variable) dengan variabel terikat (dependent variable).


24

Untuk membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara variabel

bebas dengan variabel terikat digunakan analisis Chi-square dengan tingkat

kepercayaan 95% dan pada batas kemaknaan perhitungan statistik p value (0,05).

Apabila hasil perhitungan menunjukkan nilai p < p value (0,05) maka

dikatakankedua variabel secara statistik mempunyai hubungan yang signifikan.

Kemudian untuk menjelaskan adanya asosiasi (hubungan) antara variabel terikat

dengan variabel bebas digunakan analisis tabulasi silang.(23)


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambar Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Sejarah, Visi dan Misi Klinik Hj. Dermawati Nst

1. Sejarah

Klinik Hj.Dermawati Nasution didirikan pada Tahun 1990 oleh ibu Hj.

Dermawati Nst.Klinik ini terletak di Gg. Sahabat Pasar IX No.72 Jl.Tembung

Kabupaten Deli Serdang. Klinik ini memberikan pelayanan pemeriksaan

kehamilan, persalinan, KB (Keluarga Berencana).

2. Visi

Menjadi rumah bersalin pilihan dengan memberikan pelayanan terbaik.

3. Misi

Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, cepat, tepat, ramah, dan

informatif kepada masyarakat dengan biaya terjangkau.

4.1.2. Batas Geografis

Penelitian ini dilakukan di klinik Hj. Dermawati Nst Tembung Jalan.

Medan Batang Kuis Pasar IX Gg. Sahabat No. 72 Tembung Kecamatan Percut Sei

Kabupaten Deli Serdang dengan batas-batas klinik sebagai berikut.

Sebelah Barat : Gg. Fadli

Sebelah Timur : Gg. Kutilang

Sebelah Utara : Jl. Sudomulyo

Sebelah Selatan : Jl.Cempaka

25
26

4.1.3. Demografis Wilayah Kerja Klinik Hj. Dermawati Nst Medan Tahun
2017

Klinik Hj.Dermawati Nst Jalan. Medan Batang Kuis Pasar IX Gg. Sahabat

No. 72 Tembung Kecamatan Percut Sei Kabupaten Deli Serdang, dengan luas

lingkungan tempat penelitian adalah 5,27 km² dengan jumlah Penduduk laki-laki

berjumlah 48.127 jiwa, perempuan berjumlah 48,935 jiwa. Mayoritas

pendudukbermata pencaharian sebagai wiraswasta dan petani.

4.1.4. Struktur Organisasi Klinik Hj. Dermawati Nst Medan

Struktur organisasi tempat penelitian

Hj. Dermawati Nst


Pemilik klinik

Pegawai

4.1.5. Fasilitas Klinik Hj. Dermawati Nst Medan

Keseluruhan fasilitas yang tersedia di Klinik Hj. Dermawati Nst Medan

adalah sebagai berikut.

1. Ruang bersalin (VK)

2. Ruang rawat inap

3. Ruang berobat
27

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Analisis Univariat

TABEL 4.1.
Distribusi Frekuensi paritas ibu bersalin yang mengalami retensio plasenta di
klinik Hj. Dermawati Nasution Medan Periode 2014-2016.

Jumlah
No. Paritas
F %
1 Primipara 10 30,3 %
2 Multipara 21 63,6 %
3 Grandemultipara 2 6,1 %
Total 33 100
Sumber : data penelitian Tahun 2014-2016.

Berdasarkan tabel 4.1. dapat diketahui bahwa dari 33 responden ibu

bersalin yang mengalami retensio plasenta, ibu dengan paritas primipara sebanyak

10 orang (30,3%), ibu dengan paritas multipara sebanyak 21 orang (63,6%) dan

ibu dengan paritas grandemultipara sebanyak 2 orang (6,1%).

TABEL 4.2.
Distribusi Frekuensi jarak kehamilan ibu yang mengalami retensio plasenta di
klinik Hj. Dermawati Nasution Medan Periode 2014-2016.

No Jumlah
Jarak Kehamilan
. F %
1 <2 Tahun 19 57,6
2 2-5 Tahun 12 36,4
3 >5 Tahun 2 6,1
Total 33 100
Sumber : data penelitian Tahun 2014-2016.

Berdasarkan tabel 4.2. dapat diketahui bahwa dari 33 responden ibu

bersalin yang mengalami retensio plasenta, ibu dengan jarak kehamilan <2 tahun

sebanyak 19 orang (57,6%), ibu dengan jarak kehamilan 2-5 tahun sebanyak 12

orang (36,4%) dan ibu dengan jarak kehamilan >5 tahun sebanyak 2 orang

(6,1%).
28

4.2.2. Analisa Bivariat

TABEL 4.3.
Distribusi Frekuensi paritas ibu dengan retensio plasenta di klinik Hj. Dermawati
Nasution Medan Tahun 2014-2016.

Retensio Plasenta
Plasenta akreta,
Plasenta
plasenta inkreta Jumlah
No Paritas adhesiva P
atau plasenta
perkreta
f % f % F %
1 Primipara 2 6,1 8 24,2 10 30,3
2 Multipara 15 45,5 6 18,2 21 63,6
0,027
3 Grandemultipara 1 3,0 1 3,0 2 6,1
Total 18 54,5 15 45,5 33 100
Sumber : data penelitian Tahun 2014-2016.

Berdasarkan tabel 4.3. dapat diketahui bahwa dari 33 responden yang

mengalami retensio plasenta, ibu dengan paritas primipara sebanyak 10 orang

(30,3%), yang mengalami plasenta adhesiva sebanyak 2 orang (6,1%) dan yang

mengalami plasenta akreta, plasenta inkreta atau plasenta perkreta sebanyak 8

orang (24,2%). Ibu dengan paritas multipara seluruhnya mengalami retensio

plasenta sebanyak 21 orang (63,6%), yang mengalami plasenta adhesiva sebanyak

15 orang (45,5%) dan yang mengalami plasenta akreta, plasenta inkreta atau

plasenta perkreta sebanyak 6 orang (18,2%), dan pada Ibu dengan paritas

grandemultipara seluruhnya mengalami retensio plasenta sebanyak 2 orang

(6,1%).

Hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa p = 0,000< 0,027, artinya

terdapat hubungan yang signifikan antara paritasibu bersalin dengan retensio

plasenta di klinik Hj. Dermawati Nasution Medan Tahun 2014-2016.


29

TABEL 4.4.
Distribusi Frekuensi Jarak Kehamilan ibu dengan retensio plasenta di klinik Hj.
Dermawati Nasution Medan Tahun 2014-2016.

Retensio Plasenta
Plasenta akreta,
Plasenta
Jarak plasenta inkreta Jumlah
No adhesiva P
Kehamilan atau plasenta
perkreta
f % f % F %
1 <2 Tahun 7 21,2 12 36,4 19 57,6
2 2-5 Tahun 10 30,3 2 6,1 12 36,4
0,040
3 >5 Tahun 1 3,0 1 3,0 2 6,0
Total 18 54,5 15 45,5 33 100
Sumber : data penelitian Tahun 2014-2016.

Berdasarkan tabel 4.4. dapat diketahui bahwa dari 33 responden yang

mengalami retensio plasenta, ibu dengan jarak kehamilan <2 tahun sebanyak 19

orang (57,6%), yang mengalami plasenta adhesiva sebanyak 7 orang (21,2%) dan

yang mengalami plasenta akreta, plasenta inkreta atau plasenta perkreta sebanyak

12 orang (36,4%). Ibu dengan jarak kehamilan 2-5 tahun seluruhnya mengalami

retensio plasenta sebanyak 12 orang (36,4%),plasenta adhesiva sebanyak 10 orang

(30,3%) dan mengalami plasenta akreta, plasenta inkreta atau plasenta perkreta

sebanyak 2 orang (6,1%), dan pada ibu dengan jarak kehamilan >5 tahun

seluruhnya mengalami retensio plasenta sebanyak 2 orang (6,0%).

Hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa p = 0,000< 0,040, artinya

terdapat hubungan yang signifikan antara Jarak kehamilanibu dengan retensio

plasenta di klinik Hj. Dermawati Nasution Medan Tahun 2014-2016.


30

4.3. Pembahasan

4.3.1. Hubungan paritas ibu dengan retensio plasenta di klinik


Hj.Dermawati Nasution Medan Tahun 2014-2016.

Berdasarkan Tabel 4.3. menunjukkan bahwa tabulasi silang antara paritas

ibu dengan terjadinya retensio plasenta di klinik Hj. Dermawati Nasution Medan

Tahun 2014-2016, ibu yang mengalami retensio plasenta dengan paritas primipara

sebanyak 10 orang (30,3%), ibu dengan paritas multipara sebanyak 21 orang

(63,6%),dan pada ibu dengan paritas grandemultipara sebanyak 2 orang

(6,1%).Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan

tingkat kepercayaan 95% dengan α = 0,05, dapat diperoleh nilai p value 0,027

yang berarti lebih kecil dari α value 0,05. Dengan demikian dapat ditarik

kesimpulan bahwa ada hubungan paritas ibu dengan retensio plasenta di klinik Hj.

Dermawati Nasution Medan Tahun 2014-2016.

Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga

atau lebih dari 30 menit. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta

disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa multiparitas dan grandemultiparitas memililiki resiko lebih besar untuk

terjadinya retensio plasenta, hal ini sesuai dengan teori bahwa paritas tinggi (lebih

dari tiga) mempunyai angka kejadian perdarahan pasca persalinan lebih tinggi, hal

ini di hubungkan dengan fungsi reproduksi ibu bersalin yang mengalami

penurunan karena seringnya hamil atau melahirkan dan menyebabkan parut pada

dinding uterus. Jika plasenta melekat pada bekas parut maka plasenta akan

berimplantasi dengan sangat kuat, sehingga kemungkinan akan terjadi retensio

plasenta.(15)
31

Penelitian yang dilakukan peneliti sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Intan Ma’rifatul Ifah Arifin (2013) dengan judul “Hubungan

paritas dengan retensio plasenta pada ibu bersalin di RSUD Panembahan Senopati

Kabupaten Bantul” dimana nilai p value (0,000) lebih kecil dari α value (0,05)

yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara paritas ibu hamil dengan

terjadinya retensio plasenta.(8)

Menurut peneliti dari hasil penelitian yang didapat sesuai dengan tinjauan

pustaka bahwa wanita paritas tinggi (lebih dari tiga) mempunyai risiko tinggi

terjadinya retensio plasenta karena sampai dengan paritas tiga rahim ibu bisa

kembali seperti sebelum hamil. Setiap terjadi kehamilan maka rahim mengalami

pembesaran, terjadi peregangan otot-otot rahim selama 9 bulan kehamilan, akibat

regangan tersebut elastisitas otot-otot rahim tidak kembali sepenuhnya seperti

sebelum hamil setelah persalinan. Elastisitas otot-otot uterus yang menurun

menyebabkan uterus tidak berkontraksi secara sempurna sesaat setelah kelahiran

bayi yang dapat menganggu proses pelepasan plasenta dari dinding rahim

sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis. Elastisitas otot-

otot uterus yang terganggu juga menyebabkan penurunan sel-sel desidua yang

membuat implantasi plasenta yang lebih dalam dan kuat pada lapisan otot-otot

rahim maka terjadilah retensio plasenta.(21)

4.3.2. Hubungan jarak kehamilan ibu dengan retensio plasenta di klinik


Hj.Dermawati Nasution Medan Tahun 2014-2016.

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 33 responden yang

mengalami retensio plasenta, ibu dengan jarak kehamilan <2 tahun sebanyak 19

orang (57,6%), Ibu dengan jarak kehamilan 2-5 tahun sebanyak 12 orang (36,4%),
32

dan pada ibu dengan jarak kehamilan >5 tahun sebanyak 2 orang (6,0%).

Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat

kepercayaan 95% dengan α = 0,05, dapat diperoleh nilai p value 0,040 yang

berarti lebih kecil dari α value 0,05. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan

bahwa ada hubungan jarak kehamilan ibu dengan retensio plasenta di klinik Hj.

Dermawati Nasution Medan Tahun 2014-2016.

Jarak kehamilan adalah jarak interval waktu antara dua kehamilan yang

berurutan dari seorang wanita. Jarak kehamilan yang pendek secara langsung akan

memberikan efek terhadap kesehatan wanita maupun kesehatan janin yang

dikandungnya. Seorang wanita setelah bersalin membutuhkan waktu 2sampai 3

tahun untuk memulihkan tubuhnya dan mempersiapkan diri untuk kehamilan dan

persalinan berikutnya. Bila jarak kehamilan terlalu dekat (<2 tahun) maka ibu

akan cenderung mengalami kerusakan sistem reproduksi baik secara fisiologis

maupun patologis. Semakin dekat jarak kehamilan ibu maka semakin tinggi resiko

ibu mengalami retensio plasenta, maka jarak kehamilan yang aman adalah 2-5

tahun.(6)

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ummiati tentang karakteristik terjadinya retensio plasenta pada ibu

bersalindi RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2012 dengan metode

penelitian pada penelitian ini adalahdeskriptif. Dari hasil penelitian ini diperoleh

hasil bahwa dari faktor umur 68%,faktor paritas 60,8%, faktor jarak kehamilan

63,9% mengalami resiko tinggi retensio plasenta.Berarti terdapat hubungan yang

signifikan antara paritas ibu hamil dengan terjadinya retensio plasenta.


33

Menurut peneliti dari hasil penelitian yang didapat sesuai dengan tinjauan

pustaka bahwa ibu yang jarak kehamilannya kurang dari dua tahun mempunyai

resiko tinggi terjadinya retensio plasenta karena seorangwanita setelah bersalin

membutuhkan waktu 2sampai 3 tahun untuk memulihkan tubuhnyadan

mempersiapkan diri untuk kehamilan dan persalinan berikutnya.Selepas masa

nifas yang rata-rata berdurasi 40 hari, secara fisiologi kondisi alat reproduksi

wanita sudah pulih tetapi belum sepenuhnya. Semuanya kembali pada kesiapan

fisik psikis, terutama dari pihak wanita. Wanita yang melahirkan dengan jarak

yang sangat berdekatan (dibawah 2 tahun) akan mengalami peningkatan resiko

perdarahan pada saat kehamilan dan persalinan.

Jarak melahirkan yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu

singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi

sebelumnya sehingga ibu akan cenderung mengalami kerusakan sistem reproduksi

baiksecara fisiologis maupun patologis. Uterus belum sepenuhnya siap untuk

menerima kehamilan karena elastisitas otot-otot uterus yang belum pulih sehinnga

uterus tidak berkontraksi secara sempurna sesaat setelah kelahiran bayi yang dapat

menganggu proses pelepasan plasenta dari dinding rahim sehingga menyebabkan

kegagalan mekanisme separasi fisiologis mengakibatkan terjadinya retensio

plasenta.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil analisis data menggunakan chi-square dan pembahasan yang telah

dilakukan mengenai hubungan paritas dan jarak kehamilan ibu dengan retensio

plasenta di Klinik Hj. Dermawati Nasution Medan periode tahun 2014-2016,

maka penulis mengambil kesimpulan bahwa:

1. Berdasarkan uji chi-square, menunjukkan bahwa ada hubungan paritas ibu

dengan retensio plasenta di Klinik Hj. Dermawati Nasution Medan Periode

2014-2015. Hal ini dibuktikan dengan nilai sig p 0,027< 0,05.

2. Berdasarkan uji chi-square, menunjukkan bahwa ada hubungan jarak

kehamilan ibu dengan retensio plasenta di Klinik Hj. Dermawati Nasution

Medan Periode 2014-2015. Hal ini dibuktikan dengan nilai sig p 0,040< 0,05.

5.2. Saran

1. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan bagi tenaga kesehatan khususnya para bidan yang bekerja di

klinik Hj. Dermawati Nasution Medan untuk lebih meningkatkan

kompetensi pelayanan kesehatan khususnya dalam penanganan pasien

yang mengalami retensio plasenta.

2. Bagi Institusi Akademi Kebidanan Helvetia Medan

Diharapkan bagi Institusi Akademi Kebidanan Helvetia Medan untuk

lebih mengembangkan kompetensi mahasiswa tentang retensio plasenta

34
35

serta penanganan segera retensio plasenta, baik melalui teori maupun

praktek sehingga mahasiswa lebih memahami dan mampu dalam

menangani kasus retensio plasenta.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk melalukan penelitian yang

lebih mendalam tentang faktor-faktor resiko penyebab retensio plasenta

sehingga bisa menambah wawasan baik bagi ibu hamil, tenaga

kesehatan dan mahasiswa kebidanan tentang kasus retensio plasenta.


DAFTAR PUSTAKA

1. Maryunani A, Y. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan. In Wijaya N,


editor.. jakarta: CV. Trans Info Media; 2012.
2. Trends in Maternal Mortality. [Online].; 2014 [cited 2017 Februari 15.
Available from: www.academia.edu/9825392/minikti_trenpersalinan.
3. Taufan N. Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan Yogyakarta:
Nuha Medika; 2015.
4. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. [Online].; 2012 [cited 2017
Januari 20. Available from: http://www.depkes.go.id.
5. Zau E. Hubungan antara Umur dan Paritas Ibu dengan Kejadian Retensio
Plasenta di Puskesmas Jagir Surabaya Tahun 2012. 2012.
6. Maryunani A. Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal Terpadu Jakarta:
Trans Info Media; 2015.
7. Intan M. Hubungan Paritas dengan Retensio Plasenta Pada Ibu Bersalin di
RSUD Panembahan Senopati Kabupaten Bantul Tahun 2012. 2012.
8. Ummiati. Karakteristik Terjadinya Retensio Plasenta Pada Ibu Bersalin di
RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa Tahun 2012. 2012.
9. Fraser D. Myles Textbook for Midwives Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
2009.
10. Sukarni I. Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus Risiko Tinggi
Yogyakarta: Nuha Medika; 2014.
11. Imron R. Asuhan Kebidana Patologi Jakarta: Trans Info Media; 2016.
12. Puspita ES. Asuhan Kebidanan Persalinan Jakarta: Trans Info Media; 2014.
13. Sofian A. Sinosis Obstetri Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2013.
14. Yeyeh AR. Asuhann Kebidanan IV (Patologi) Jakarta: Trans Info Media;
2015.
15. Maryunani A. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal Jakarta:
Trans Info Media; 2013.
16. Nugroho T. Kasus Emergency Kebidanan Yogyakarta: Nuha Medika; 2014.
17. E. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Patologi Yogyakarta: Pustaka Pelajar;
2013.
18. Siwi EW. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal Yogyakarta:
Nuha Medika; 2015.
19. Fauziah Y. Obstetri Patologi Yogyakarta: Nuha Medika; 2012.
20. MR. Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
2012.
21. Maryunani A. Buku Praktis Kehamilan dan Persalinan Patologis (Risiko
Tinggi dan Komplikasi) dalam Kebidanan Jakarta: Trans Info Media; 2016.
22. Muhammad I. Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan
Medan: Ciptapustaka; 2013.
23. Muhammad I. Pemanfaatan SPSS Dalam Penelitian bidan Kesehatan &
umum Medan: Ciptapustaka; 2014.
x

Anda mungkin juga menyukai