PENDAHULUAN
WHO tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa.
Amerika Serikat yaitu 9300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa, dan Asia Tenggara
16.000 jiwa. Angka kematian ibu di negara-negara Asia Tenggara yaitu, Indonesia
214 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup,
Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran
hidup, Brunei 60 per kelahiran hidup, dan Malaysia 39 per kelahiran hidup.
Kematian Ibu (AKI) semakin gencar dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas
kesehatan di setiap negara. Pada saat ini kematian ibu dan bayi baru lahir di dunia
kesehatan terampil adalah pelaku yang mampu menjaga serta menyelamatkan ibu
dan bayi baru lahir dari kematian atau kesakitan yang seharusnya dapat dicegah
1
2
yang hadir saat perdarahan tersebut terjadi sehingga tindakan yang segera dan
Mar121 \l 1057 ]
sampai 15%. Dari angka tersebut, diperoleh gambaran etiologi antara lain: atonia
uteri (50-60%), sisa plasenta (23-24%), retensio plasenta (16-17%), laserasi jalan
tahun 2014 di Provinsi Sumatera Utara ialah sebesar 131 orang dimana jumlah ini
Barat sebesar 2.500 orang, Jawa Tengah 462 orang, Jawa Timur 441 orang,
Sumatera Selatan 195 orang dan Banten 142 orang.[ CITATION Pro14 \l 1057 ]
setengah jamsetelah bayi lahir. Keadaan ini dapat diikutiperdarahan yang banyak,
angka kematian ibu karena perdarahan. Menurut WHO dilaporkan bahwa 15-20%
kematian ibu karena retensio plasenta dan insidennya adalah 0,8-1,2% untuk
lepas dari dinding uterus dan plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan.
Paling tidak ada “empat terlalu” yang menyebabkan risiko tinggi terhadap
kehamilan dan persalinan ibu sehingga medukung AKI tinggi, yaitu terlalu tua
hamil (di atas usia 35 tahun), terlalu muda untuk hamil (di bawah usia 20 tahun),
terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 4), dan terlalu dekat (jarak antara kelahiran
kurang dari 2 tahun). Juga “tiga terlambat”, yaitu terlambat mengenali tanda
Panembahan Senopati Kabupaten Bantul tahun 2012 ada hubungan antara paritas
terjadinya retensio plasenta pada ibu bersalindi RSUD Syekh Yusuf Kabupaten
4
Gowa tahun 2012 dengan metode penelitian pada penelitian ini adalahdeskriptif.
Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa dari faktor umur 68%,faktor paritas
60,8%, faktor jarak kehamilan 63,9% mengalami resiko tinggi retensio plasenta.
Dalampenelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin tua umur ibu, semakin
tinggi jumlah paritas dansemakin dekat jarak kelahiran akan semakin tinggi resiko
pada tahun 1990 oleh ibu Hj. Dermawati Nasution. Klinik ini terletak di Gg.
Berencana), dan berobat jalan. Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh
peneliti di Klinik Hj. Dermawati Nasution Medan tahun 2014-2016 dari 528
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Paritas dan Jarak
Periode 2014-2016”.
penelitian ini adalah apakah ada hubungan paritas dan jarak kehamilan ibu dengan
2014-2016.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi tenaga
paritas dan jarak kehamilan ibu dengan retensio plasenta, sehingga dapat
memberikan pelayanan dan tindakan yang lebih baik lagi kepada pasien.
penerapan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan khususnya tentang retensio
plasenta.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Paritas dan Umur Ibu dengan Kejadian Retensio Plasenta di Rumah Sakit Haji
Medan Tahun 2015, terdapat ibu bersalin dengan kejadian retensio plasenta
sebanyak 36 kasus.Dari hasil analisa didapat hasil bahwa ada hubungan yang
bermakna antara paritas dan umur ibu dengan kejadian retensio plasenta.
penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Paritas dan Jarak
periode 2014-2016”.
traktus genital setelah bayi lahir hingga 6 minggu setelah persalinan. Jika terjadi
selama kala tiga persalinan atau dalam waktu 24 jam setelah melahirkan,
perdarahan ini disebut perdarahan postpartum primer. Jika terjadi setelah 24 jam
postpartumsekunder.(9)
7
8
1. Perdarahan post partum dini/ perdarahan post partum primer (early post
2. Perdarahan masa nifas/ perdarahan post partum sekunder (late post partum
kejadian yaitu: atonia uteri (50-60%), sisa plasenta (23-24%), retensio plasenta
cavum uteri, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini
hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir.Keadaan ini dapat
umummnya disebabkan oleh robekan jalan lahir (rupture perineum dinding vagina
dan rupture serviks), hal ini dapat didentifikasi dengan cara melakukan
menyebabkan perdarahan yang banyak, hal ini bergantung pada kontraksi uterus
TABEL 2.1
Gambaran Penilaian Klinik Perdarahan Post Partum
Gejala dan Tanda Penyulit Diagnosis Kerja
Uterus tidak berkontraksi dan Syok. Atonia uteri
lembek. Bekuan darah pada serviks atau
Perdarahan segera setelahbayi posisi telentang akan
baru lahir. menghambat aliran darah keluar.
Darah segar mengalir setelah Pucat, lemah dan menggigil, Robekan jalan lahir
bayi lahir.
Uterus berkontraksi dan keras.
Plasenta lahir lengkap.
10
Plasenta belum lahir setelah 30 Tali pusat putus akibat tarikan Retensio plasenta
menit. yang berlebihan.
Perdarahan segera. Inversio uteri akibat tarikan.
Uterus berkontraksi dan keras. Perdarahan lanjutan.
Plasenta atau sebagian selaput Uterus berkontraksi tetapi tinggi Retensio sisa
tidak lengkap. fundus tidak berkurang. plasenta
Perdarahan segera.
atau lebih dari 30 menit. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta
Plasenta tertahan jika tidak dilahirkan dalam 30 menit setelah janin lahir.
pada kehamilan kira-kira 16 minggu; saat itu, ruang amnion telah mengisi seluruh
1. Bagian janin (fetal portion) yang terdiri dari korion frondosum dan vili. Vili
dari plasenta yang matang terdiri atas vili koriales dan ruang terdapat ruang-
ruang intervili.Darah ibu yang berada dalam ruang intervili berasal dari arteri
11
cabang pembuluh darah tali pusat. Tali pusat akan berinsersi pada plasenta
pada plasenta matang disebut lempeng korionik (basal), tempat sirkulasi utero-
3. Tali pusat, merentang dari pusat janin ke plasenta bagian permukaan janin.
Panjangnya rata-rata 50-55 cm dan berdiameter 1-2,5 cm. Struktur tali pusat
Wharton.(13)
plasenta menjadi lebih kecil, sehingga plasenta mulai memisahkan diri dari
dinding uterus dan tidak dapat berkontraksi atau berintriksi pada area pemisahan
12
Proses kala III di dahului dengan tahap pelepasan / separasi plasenta akan
ditandai oleh perdarahan pervaginam atau plasenta sudah lepas sebagian tetapi
tidak keluar pervaginam, sampai akhirnya tahap ekspulsi dan plasenta lahir. Pada
retensio plasenta, selama plasenta belum terlepas maka tidak akan menimbulkan
yang cukup banyak (perdarahan kala III) dan harus diantisipasi dengan segera
1. Plasenta belum terlepas dari dinding uterus karena tumbuh melekat lebih
dalam. Perdarahan tidak akan terjadi jika plasenta belum lepas sama sekali dan
akan terjadi perdarahan jika hanya terlepas sebagian. Hal ini merupakan
2. Plasenta sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan
oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala
III, sehingga terjadi lingkaran kontriksi pada bagian bawah uterus yang
1. Plasenta adhesive adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta
lapisan miometrium.
TABEL 2.2
Gambaran dan Dugaan Penyebab Retensio Plasenta
Separasi/ akreta Plasenta
Gejala Plasenta akreta
parsial inkarserata
1. Konsistensi Kenyal Keras Cukup
uterus
perdarahan, tetapi bila sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi
perdarahan dan ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya dari kavum
uteri.
kavum uteri.
1. Persiapan
2) Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan
sebelah atas dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan
(2) Bila di korpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat
8) Setelah ujung-ujung jari masuk di antara plasenta dan dinding uterus maka
4. Mengeluarkan plasenta
10) Pindahkan tangan yang di luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segmen
11) Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan supra simfisis) uterus
16
yang digunakan
13) Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam
18) Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dari asuhan
lanjutan
19) Beritahukan pada ibu dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai tetapi
2.4.1. Paritas
dilahirkan.Paritas anak kedua dan anak ketiga merupakan paritas paling aman
peningkatan jumlah darah pada kala III dan kala IV. Jumlah paritas yang
mempunyai risiko terjadi peningkatan jumlah darah pada persalinan adalah paritas
dapat hidup
aterm).
kali).
Semakin dekat jarak kehamilan ibu maka semakin tinggi resiko ibu mengalami
retensio plasenta, maka jarak kehamilan yang aman adalah 2-5 tahun. (6)
Jadi semakin sering ibu hamil dan melahirkan, semakin dekat jarak
2.5. Hipotesis
dalam penelitian kuantitatif yang melibatkan lebih dari satu variabel perlu
METODE PENELITIAN
melakukan analisa dinamika korelasi antara fenomena, baik antara faktor risiko
dan faktor efek. Faktor efek adalah suatu akibat dari adanya faktor risiko,
sedangkan faktor risiko yaitu suatu fenomena yang mengakibatkan terjadinya efek
(pengaruh).(22)
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
19
20
adalah keseluruhan ibu bersalin yang mengalami retensio plasentadi klinik Hj.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
suatu bagian dari populasi atau semesta sebagai wakil (representasi).(22) Dalam
Adapun judul penelitian ini adalah hubungan paritas dan jarak kehamilan
ibu dengan retensio plasenta di klinik Hj. Dermawati Nasution Medan periode
2014-2016, dimana terdiri dari 2 variabel, variabel bebas dan variabel terikat.
1. Paritas
2. Jarak Kehamilan Retensio Plasenta
Aspek pengukuran adalah aturan-aturan yang meliputi cara dan alat ukur
(instrumen), hasil pengukuran, kategori, dan skala ukur yang digunakan untuk
TABEL 3.1.
Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran
Variabel Hasil
Definisi Operasional Kategori Skala Ukur
Bebas Pengukuran
Jarak Jarak kehamilan 1. < 2 tahun 1 Ordinal
Kehamilan adalah jarak 2. 2-5 tahun 2
intervalwaktu antara 3. >5 tahun 3
dua kehamilan yang
berurutandari
seorang wanita
Paritas Jumlah anak yang telah 1. Primipara (1) 1 Ordinal
dilahirkan seorang ibu 2. Multipara (2-5) 2
baik hidup ataupun mati 3. Grandemultipara 3
(>5)
Variabel Hasil
Definisi Operasional Kategori Skala Ukur
Terikat Pengukuran
Kejadian Ibu yang mengalami 1. Plasenta 1 Ordinal
Retensio kejadian retensio adhesiva(Retensi 2
Plasenta plasenta oplasenta yang
dapat dilakukan
tindakan manual
plasenta).
2. Plasenta akreta,
plasenta
inkreta,
plasenta
perkreta(Retensi
o plasenta yang
tidakdapat
dilakukan
tindakan manual
plasenta).
Variabel penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu variabel dependen
(terikat) dab variabel independen (bebas). Variabel dependen (terikat) adalah ibu
22
karakteristik penelitian itu sendiri. Jenis pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder dengan cara pengambilan data dari rekam
medik yang di ambil dari data ibu bersalin di klinik Hj. Dermawati Nasution
1. Collecting
2. Checking
agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data memberikan hasil
3. Coding
yang diteliti.
23
4. Entering
5. Data Processing
Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi komputer akan diolah sesuai
untuk mendeskripsikan data yang dilakukan pada setiap variabel dari hasil
frekuensi dari variabel yang diteliti yaitu paritas dan jarak kehamilan.
variabel pada penelitian ini maka analisis akan dilanjutkan pada tingkat
kepercayaan 95% dan pada batas kemaknaan perhitungan statistik p value (0,05).
HASIL PENELITIAN
1. Sejarah
Klinik Hj.Dermawati Nasution didirikan pada Tahun 1990 oleh ibu Hj.
2. Visi
3. Misi
Medan Batang Kuis Pasar IX Gg. Sahabat No. 72 Tembung Kecamatan Percut Sei
25
26
4.1.3. Demografis Wilayah Kerja Klinik Hj. Dermawati Nst Medan Tahun
2017
Klinik Hj.Dermawati Nst Jalan. Medan Batang Kuis Pasar IX Gg. Sahabat
No. 72 Tembung Kecamatan Percut Sei Kabupaten Deli Serdang, dengan luas
lingkungan tempat penelitian adalah 5,27 km² dengan jumlah Penduduk laki-laki
Pegawai
3. Ruang berobat
27
TABEL 4.1.
Distribusi Frekuensi paritas ibu bersalin yang mengalami retensio plasenta di
klinik Hj. Dermawati Nasution Medan Periode 2014-2016.
Jumlah
No. Paritas
F %
1 Primipara 10 30,3 %
2 Multipara 21 63,6 %
3 Grandemultipara 2 6,1 %
Total 33 100
Sumber : data penelitian Tahun 2014-2016.
bersalin yang mengalami retensio plasenta, ibu dengan paritas primipara sebanyak
10 orang (30,3%), ibu dengan paritas multipara sebanyak 21 orang (63,6%) dan
TABEL 4.2.
Distribusi Frekuensi jarak kehamilan ibu yang mengalami retensio plasenta di
klinik Hj. Dermawati Nasution Medan Periode 2014-2016.
No Jumlah
Jarak Kehamilan
. F %
1 <2 Tahun 19 57,6
2 2-5 Tahun 12 36,4
3 >5 Tahun 2 6,1
Total 33 100
Sumber : data penelitian Tahun 2014-2016.
bersalin yang mengalami retensio plasenta, ibu dengan jarak kehamilan <2 tahun
sebanyak 19 orang (57,6%), ibu dengan jarak kehamilan 2-5 tahun sebanyak 12
orang (36,4%) dan ibu dengan jarak kehamilan >5 tahun sebanyak 2 orang
(6,1%).
28
TABEL 4.3.
Distribusi Frekuensi paritas ibu dengan retensio plasenta di klinik Hj. Dermawati
Nasution Medan Tahun 2014-2016.
Retensio Plasenta
Plasenta akreta,
Plasenta
plasenta inkreta Jumlah
No Paritas adhesiva P
atau plasenta
perkreta
f % f % F %
1 Primipara 2 6,1 8 24,2 10 30,3
2 Multipara 15 45,5 6 18,2 21 63,6
0,027
3 Grandemultipara 1 3,0 1 3,0 2 6,1
Total 18 54,5 15 45,5 33 100
Sumber : data penelitian Tahun 2014-2016.
(30,3%), yang mengalami plasenta adhesiva sebanyak 2 orang (6,1%) dan yang
15 orang (45,5%) dan yang mengalami plasenta akreta, plasenta inkreta atau
plasenta perkreta sebanyak 6 orang (18,2%), dan pada Ibu dengan paritas
(6,1%).
TABEL 4.4.
Distribusi Frekuensi Jarak Kehamilan ibu dengan retensio plasenta di klinik Hj.
Dermawati Nasution Medan Tahun 2014-2016.
Retensio Plasenta
Plasenta akreta,
Plasenta
Jarak plasenta inkreta Jumlah
No adhesiva P
Kehamilan atau plasenta
perkreta
f % f % F %
1 <2 Tahun 7 21,2 12 36,4 19 57,6
2 2-5 Tahun 10 30,3 2 6,1 12 36,4
0,040
3 >5 Tahun 1 3,0 1 3,0 2 6,0
Total 18 54,5 15 45,5 33 100
Sumber : data penelitian Tahun 2014-2016.
mengalami retensio plasenta, ibu dengan jarak kehamilan <2 tahun sebanyak 19
orang (57,6%), yang mengalami plasenta adhesiva sebanyak 7 orang (21,2%) dan
yang mengalami plasenta akreta, plasenta inkreta atau plasenta perkreta sebanyak
12 orang (36,4%). Ibu dengan jarak kehamilan 2-5 tahun seluruhnya mengalami
(30,3%) dan mengalami plasenta akreta, plasenta inkreta atau plasenta perkreta
sebanyak 2 orang (6,1%), dan pada ibu dengan jarak kehamilan >5 tahun
4.3. Pembahasan
ibu dengan terjadinya retensio plasenta di klinik Hj. Dermawati Nasution Medan
Tahun 2014-2016, ibu yang mengalami retensio plasenta dengan paritas primipara
tingkat kepercayaan 95% dengan α = 0,05, dapat diperoleh nilai p value 0,027
yang berarti lebih kecil dari α value 0,05. Dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan bahwa ada hubungan paritas ibu dengan retensio plasenta di klinik Hj.
atau lebih dari 30 menit. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta
terjadinya retensio plasenta, hal ini sesuai dengan teori bahwa paritas tinggi (lebih
dari tiga) mempunyai angka kejadian perdarahan pasca persalinan lebih tinggi, hal
penurunan karena seringnya hamil atau melahirkan dan menyebabkan parut pada
dinding uterus. Jika plasenta melekat pada bekas parut maka plasenta akan
plasenta.(15)
31
dilakukan oleh Intan Ma’rifatul Ifah Arifin (2013) dengan judul “Hubungan
paritas dengan retensio plasenta pada ibu bersalin di RSUD Panembahan Senopati
Kabupaten Bantul” dimana nilai p value (0,000) lebih kecil dari α value (0,05)
yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara paritas ibu hamil dengan
Menurut peneliti dari hasil penelitian yang didapat sesuai dengan tinjauan
pustaka bahwa wanita paritas tinggi (lebih dari tiga) mempunyai risiko tinggi
terjadinya retensio plasenta karena sampai dengan paritas tiga rahim ibu bisa
kembali seperti sebelum hamil. Setiap terjadi kehamilan maka rahim mengalami
bayi yang dapat menganggu proses pelepasan plasenta dari dinding rahim
otot uterus yang terganggu juga menyebabkan penurunan sel-sel desidua yang
membuat implantasi plasenta yang lebih dalam dan kuat pada lapisan otot-otot
mengalami retensio plasenta, ibu dengan jarak kehamilan <2 tahun sebanyak 19
orang (57,6%), Ibu dengan jarak kehamilan 2-5 tahun sebanyak 12 orang (36,4%),
32
dan pada ibu dengan jarak kehamilan >5 tahun sebanyak 2 orang (6,0%).
kepercayaan 95% dengan α = 0,05, dapat diperoleh nilai p value 0,040 yang
berarti lebih kecil dari α value 0,05. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan
bahwa ada hubungan jarak kehamilan ibu dengan retensio plasenta di klinik Hj.
Jarak kehamilan adalah jarak interval waktu antara dua kehamilan yang
berurutan dari seorang wanita. Jarak kehamilan yang pendek secara langsung akan
tahun untuk memulihkan tubuhnya dan mempersiapkan diri untuk kehamilan dan
persalinan berikutnya. Bila jarak kehamilan terlalu dekat (<2 tahun) maka ibu
maupun patologis. Semakin dekat jarak kehamilan ibu maka semakin tinggi resiko
ibu mengalami retensio plasenta, maka jarak kehamilan yang aman adalah 2-5
tahun.(6)
dilakukan oleh Ummiati tentang karakteristik terjadinya retensio plasenta pada ibu
bersalindi RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2012 dengan metode
penelitian pada penelitian ini adalahdeskriptif. Dari hasil penelitian ini diperoleh
hasil bahwa dari faktor umur 68%,faktor paritas 60,8%, faktor jarak kehamilan
Menurut peneliti dari hasil penelitian yang didapat sesuai dengan tinjauan
pustaka bahwa ibu yang jarak kehamilannya kurang dari dua tahun mempunyai
nifas yang rata-rata berdurasi 40 hari, secara fisiologi kondisi alat reproduksi
wanita sudah pulih tetapi belum sepenuhnya. Semuanya kembali pada kesiapan
fisik psikis, terutama dari pihak wanita. Wanita yang melahirkan dengan jarak
menerima kehamilan karena elastisitas otot-otot uterus yang belum pulih sehinnga
uterus tidak berkontraksi secara sempurna sesaat setelah kelahiran bayi yang dapat
plasenta.
BAB V
5.1. Kesimpulan
dilakukan mengenai hubungan paritas dan jarak kehamilan ibu dengan retensio
Medan Periode 2014-2015. Hal ini dibuktikan dengan nilai sig p 0,040< 0,05.
5.2. Saran
34
35