Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN

DISKUSI REFLEKSI KASUS


“PLASENTA PREVIA”

KELOMPOK 2

Penyusun :

Rizka Dwiyanti Wirdaningsih


Lilik Purwaningsih Rizka Permata S
Romi Jumiati
Nor Kholidah Yuyun Puspita
Husia Ulfah

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR


PROGRAM STUDI D-IV ALIH JENJANG KEBIDANAN
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat
menyusun Laporan Manajemen Kebidanan tentang “Plasenta Previa”
berdasarkan kasus yang didapatkan dilapangan. Didalam penyusunan
laporan ini terdapat teori, pembahasan, dan manajemen sesuai dengan
kasus yang diberikan pada klien.
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat
bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini kami
menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan penyusunan
laporan ini.
Akhir kata semoga dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik
dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
penulisan selanjutnya.

Samarinda, 30 Oktober 2019

Tim Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian ibu dan angka kematian bayi menurut World Health
Organization (WHO) di seluruh dunia, terdapat kematian ibu sebesar 500.000
jiwa per tahun dan kematian bayi khususnya neonatus sebesar 10.000.000 jiwa per
tahun. WHO memperkirakan jika ibu hanya melahirkan rata–rata 3 bayi, maka
kematian ibu dapat diturunkan menjadi 300.000 jiwa dan kematian bayi sebesar
5.600.000 jiwa per tahun (Manuaba, 2010).
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (2012) tercatat
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini masih menduduki peringkat
tertinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. Pada tahun 2007 AKI di
Indonesia mencapai 228 per 100 ribu kelahiran hidup. dibandingkan dengan AKI
di Singapura hanya 6 per 100 ribu kelahiran hidup, Brunei 33 per 100.000
kelahiran hidup, Filipina 112 per 100.000 kelahiran hidup, serta Malaysia dan
Vietnam sama-sama mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup. Tren angka AKI
(Angka Kematian Ibu) ini meningkat menjadi 359 kematian per 100 000
kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015).
Angka kematian ibu di Indonesia menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara
yaitu sebanyak 214 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2010. Di Indonesia
kematian ibu disebabkan oleh penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab
langsung antara lain perdarahan 35,1%, hipertensi 27,1%, infeksi 7,3%, abortus
4,7%, persalinan lama 1,8%, dan lain-lain 40,8% (Kemenkes RI, 2014).
Menurut kementrian kesehatan RI tahun 2010, tiga faktor utama penyebab
pada ibu melahirkan adalah perdarahan 28%, eklamsia 24%, infeksi 11%.
Perdarahan obstetrik yang sampai menyebabkan kematian maternal terdiri atas
solusio plasenta 19%, koagulopati 14%, robekan jalan lahir termasuk ruptur uteri
16%, plasenta previa 7% dan plasenta akreta atau inkreta dan perkreta 6% dan
atonia uteri (Prawirohardjo, 2011).
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang
berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan
perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan anterpartum. Menurut
Manuaba (2010) Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam yang
terjadi pada kehamilan diatas 28 minggu. Perdarahan Antepartum adalah
perdarahan jalan lahir setelah kehamilan usia 20 minggu dengan insiden 2-5%.
(Alamsyah, 2012). Oleh karena itu perlu penanganan yang cukup berbeda.

3
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan
plasenta, Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus selalu
dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta.
Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi disekitar segmen bawah
rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum
(Manuaba, 2010). Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu
pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum (Nugroho, 2012).
Penyebab terjadinya plasenta previa secara pasti sulit ditentukan namun ada
beberapa faktor yang meningkatkan terjadinya plasenta previa seperti umur,
paritas, bekas persalinan berulang dengan jarak pendek, bekas operasi, bekas
kuretase, pada keadaan malnutrisi (Manuaba, 2010).
Plasenta previa dapat menimbulkan berbagai komplikasi pada ibu maupun
bayi. Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan. Anemia
karena perdarahan plasenta, dan endometritis pascapersalinan. Pada janin
komplikasi yang terjadi adalah prematuritas dan komplikasi seperti asfiksia berat.
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapa faktor
yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa yaitu usia ibu, paritas,
riwayat operasi sectio caesaria, mioma uteri, polip endometrium, dan ibu perokok
(Sukarni, 2013).
Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai resiko
yang tinggi untuk hamil. Pada ibu usia kurang dari 20 tahun memiliki resiko lebih
tinggi mengalami perdarahan karena plasenta previa, hal ini disebabkan alat
reproduksi yang belum matang atau sempurna. Sedangkan pada usia lebih dari 35
tahun fungsi ovarium sudah mulai menurun hal tersebut dapat berdampak pada
sel-sel endometrium menjadi tipis apabila terjadi implantasi plasenta, maka
plasenta akan selalu mengadakan perluasan sehingga menyebabkan terjadinya
plasenta previa (Manuaba, 2010). Semakin tua umur ibu maka kemungkinann
untuk mendapatkan plasenta previa lebih besar.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anita (2017) bahwa paritas berpengaruh
terhadap terjadinya plasenta previa yang disebabkan jaringan parut pada uterus
akibat kahamilan berulang, dimana dapat menyebabkan cakupan nutrisi ke
plasenta tidak adekuat sehingga plasenta menjadi lebih tipis dan memperluas
permukaannya sehingga menutupi permukaan jalan lahir. Ibu multigravida
memiliki resiko 5,25 kali lebih besar untuk mengalami plasenta previa
dibandingkan dengan primigravida (Fitria, 2014).
Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau
setelah usia kehamilan, namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-
sedikit kemungkinan tidak akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan
pertolongan karena disangka sebagai tanda permulaan persalinan biasa. Baru

4
setelah perdarahan yang berlangsung banyak, mereka datang untuk mendapatkan
pertolongan.
Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak
pada permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai perdarahan
anterpartum apapun penyebabnya, penderita harus segera dibawah ke rumah sakit
dengan fasilitas transfusi darah dan operasi. Perdarahan anterpartum diharapkan
penanganan yang adekuat dan cepat dari segi medisnya maupun dari aspek
keperawatannya yang sangat membantu dalam penyelamatan ibu dan janinnya.
Dampak yang ditimbulkan dari kasus Plasenta Previa tersebut menambah
deret Angka Kematian Ibu (AKI). Kasus ini ,masih menarik untuk dipelajari
terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, karena faktor predisposisi
yang masih sulit dihindari, prevalensinya masih tinggi serta punya andil besar
dalam angka kematian maternal dan perinatal yang merupakan parameter
pelayanan kesehatan.
Dengan kata lain penanganan yang dapat kita lakukan untuk mencegah
deretan kasus palsenta previa yaitu dengan meningkatkan konseling pada ibu
selama kehamilan, dengan memperhatikan pola nutrisi. Diharapkan upaya
promotif, preventif, dan kuratif tersebut dapat menambah pemahaman ibu
terhadap pentingnya menjaga kesehatan serta bahaya saat kehamilan dan
persalinan akibat perdarahan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendiskripsikan pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada Ibu hamil dengan
Plasenta Previa menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan
manajemen Kebidanan menurut Varney dan mendokumentasikannya dalam
bentuk catatan SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori Ibu hamil dengan Plasenta Previa
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen kebidanan pada Ibu hamil dengan
Plasenta Previa.
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada Ibu hamil dengan Plasenta Previa
dengan pendekatan Varney yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian pada Ibu hamil dengan Plasenta Previa
2) Menginterpretasikan data dasar

5
3) Mengidentifikasikan diagnosa dan masalah potensial pada Ibu
hamil dengan Plasenta Previa
4) Mengidentifikasikan kebutuhan segera pada Ibu hamil dengan
Plasenta Previa
5) Merancang intervensi pada Ibu hamil dengan Plasenta Previa
6) Melakukan implementasi pada Ibu hamil dengan Plasenta Previa
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan
d. Mendokumentasikan asuhan dalam bentuk catatan SOAP

C. Manfaat

Memberikan pengetahuan, kemampuan menganalisa, berpikir kritis,


mengembangkan pola pikir ilmiah serta pengalaman bagi penulis untuk dapat
melakukan asuhan kebidanan berdasarkan kondisi dan kebutuhan klien.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Plasenta Previa
1. Definisi
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada kehamilan
yang lebih tua terutama setelah melewati Trimester III (Prawirohardjo, 2010).
Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi disekitar segmen
bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum (Manuaba, 2010).
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada
segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum (Nugroho, 2012).
2. Klasifikasi

Menurut Prawirohardjo (2010), klasifikasi plasenta previa adalah sebagai


berikut:
a. Plasenta previa totalis
Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh
ostium uteri internum.
b. Plasenta previa parsialis
Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium
uteri internum.
c. Plasenta previa margnalis
Plasenta previa margnalis adalah plasenta yang tepinya berada pada
pinggir ostium uteri internum.
d. Plasenta previa letak rendah
Plasenta previa letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada
jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum.Jarak yang lebih dari 2
cm dianggap plasenta letak normal.

7
Menurut Browne dalam sofian (2012), klasifikasi plasenta previa didasarkan
atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu
tertentu, yaitu:
a. Plasenta Previa Totalis
Bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir pada tempat implantasi, jelas
tidak mungkin bayi dilahirkan in order to vaginam (normal/spontan/biasa),
karena risiko perdarahan sangat hebat.
b. Plasenta Previa Parsialis
Bila hanya sebagian/separuh plasenta yang menutupi jalan lahir. Pada
tempat implantasi inipun risiko perdarahan masih besar dan biasanya tetap
tidak dilahirkan melalui pervaginam.
c. Plasenta Previa Marginalis
Bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir bisa
dilahirkan pervaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.
d. Low Lying Placenta (Plasenta Letak Rendah)
Lateralis plasenta, tempat implantasi beberapa millimeter atau cm dari
tepi jalan lahir risiko perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan
bisa dilahirkan pervaginam dengan aman. Pinggir plasenta berada kira-kira
3 atau 4 cm diatas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada
pembukaan jalan lahir.
3. Etiologi
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belumlah
diketahui dengan pasti. Mungkin kebetulan saja blastokista menimpa desidua
di daerah segmen bawah rahim tanpa latar belakang lain. Teori lain
mengemukakan salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang
tidak memadai sebagai akibat proses radang atau atrofi. Paritas tinggi, usia
lanjut, cacat rahim misalnya bekas SC, kuretase, miomektomi, dan sebagainya
berperan dalam proses peradangan dan kejadian atrofi endometrium yang
dipandang sebagai factor resiko terjadinya plasenta previa. Hipoksemia akibat
karbon mono-oksida hasil pembakaran rokok menyebabkan plasenta menjadi
hipertrofi sebagai upaya kompensasi. Plasenta terlalu besar pada kehamilan

8
ganda dan eritroblastosis fetalis menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar
ke segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum (Sarwono, 2010)
Menurut Mochtar dalam Norma (2013), ada beberapa penyebab terjadinya
plasenta previa diantaranya adalah mencakup:
1. Perdarahan
2. Usia >35 tahun
3. Multiparitas/ Grande multipara
1) Pengertian Paritas dan Grande multipara

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh

seorang wanita atau keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih

dari satu. Paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan

grande multipara (Manuaba, 2013).

Grande multipara adalah wanita yang telah melahirkan janin aterm

lebih dari 5 kali (Manuaba, 2010).

2) Pengaruh atau Komplikasi

a) Komplikasi ibu hamil dengan grande multipara

Komplikasi dapat dialami oleh grande multipara dalam kehamilan,

intrapartum dan pasca partum seperti presentasi abnormal,

persalinan dan perlahiran yang dipercepat atau keduanya, distosia

persalinan karena tonus otot yang buruk, bayi besar pada masa

kehamilan, perdarahan pasca partum. Komplikasi yang dapat

dijumpai pada ante partum antara lain adalah obesitas, hipertensi,

9
plasenta previa dan anemia terutama bila jarak kehamilan kurang

dari 1 tahun (Geri, Morgan dan Carol Hamilton. 2009).

Komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil antara lain

perdarahan antepartum (perdarahan yang terjadi setelah usia

kandungan 28 minggu), solusio plasenta (lepasnya sebagian atau

semua plasenta dari rahim), plasenta previa (jalan lahir tertutup

plasenta), Abortus (keguguran), dan intra uteri growth retadation

(IUGR), atau pertumbuhan bayi yang buruk dalam rahim (Sungkar,

2012 dalam Wahyuningrum, 2012).

b) Komplikasi ibu bersalin dengan grande multipara

Grande multipara adalah kehamilan lebih dari 4 kali. Grande

multipara merupakan resiko tinggi baik dalam kehamilan maupun

persalinan, dalam persalinan komplikasi yang mungkin terjadi

yaitu atonia uteri, perdarahan dan ruptur uteri (Manuaba, 2010).

c) Komplikasi ibu nifas dengan grande multipara

Ibu dengan grande multipara pada masa nifas memiliki berbagai

komplikasi diantaranya terjadi sub involusi uteri meliputi

perdarahan post partum, mudahnya ibu terjangkit infeksi

puerperium (Kusmiyati, 2009).

4. Multiple gestation
5. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya
6. Jarak antar kehamilan yang dekat

10
D. Tanda dan Gejala
Gejala Utama
Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang
berwarna merah segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri.
Gejala Klinik
a. Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi
pertama kali biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan
berikutnya hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan
pertama sering terjadi pada triwulan ketiga.
b. Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta previa tidak
mengeluh adanya rasa sakit.
c. Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
d. Warna darah merah segar.
e. Anemia atau renjatan sesuai dengan darah yang keluar.
f. Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak
jarang terjadi letak kelainan letak janin (letak lintang atau letak sungsang)
g. Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya
perdarahan, sebagian besar kasus, janinnya masih hidup. (Sarwono, 2010)
E. Diagnosis
Penegakan diagnosis plasenta previa adalah sebagai berikut:

1. Gejala klinis Pertama ialah kita mengetahui gejala klinisnya terlebih


dahulu, gejala diantaranya yaitu:
a. Gejala utama plasenta previa adalah pendarahan tanpa sebab tanpa rasa
nyeri dari biasanya, berulang, darah biasanya berwarna merah segar.
b. Bagian terdepan janin tinggi (floating) sering di jumpai kelainan letak
janin.
c. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak
fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga
pasien sempat dikirim ke rumah sakit. Tetapi perdarahan berikutnya

11
(reccurent bleeding) biasanya lebih banyak. Janin biasanya masih baik.
(Maryunani, 2013).
2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan luar bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu
atas panggul (Nugroho, 2011)
b. Pemerksaan inspekulo : pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui
apakah perdarahan berasal dari ostium uteri internum atau dari
kelainan serviks dan vagina. Apabila perdarahan berasal dari ostium
uteri internum, adanya plasenta previa harus di curigai (Fauziyah, Y,
2012).
3. Pemeriksaan penunjang
a. USG untuk diagnosis pasti, yaitu menentukan letak plasenta.
b. Pemeriksaan darah: hemoglobin, hematokrit (Nugroho, 2011)
F. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil dengan
plasenta previa, di antaranya dapat menimbulkan perdarahan yang cukup
banyak dan fatal.
a. Karena pembentukan segmen bawah rahim terjadi secara ritmik, pelepasan
plasenta dari tempat implantasi dapat berulang dan semakin banyak,
perdarahan yang terjadi tidak dapat dicegah sehingga penderita menjadi
anemia bahkan syok.
b. Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim yang
tipis maka mudahlah jaringan trofoblas menerobos ke dalam miometrium
bahkan sampai ke perimetrium dan menyebabkan plasenta inkreta bahkan
plasenta perkreta, paling ringan adalah plasenta akreta.
c. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah
sangat potensial robek dengan perdarahan banyak. Oleh karena itu kehati-
hatian pada semua tindakan manual di tempat ini misalnya saat
mengeluarkan anak melalui insisi segmen bawah rahim ataupun waktu
mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta. Apabila
salah satunya tejadi perdarahan tidak terkendali dengan cara-cara

12
sederhana seperti penjahitan segmen bawah rahim, ligasi arteria uterine,
ligasi arteria ovarika, pemasangan tampon, atau ligasi arteria hipogastrika,
maka pada keadaan yang sangat gawat ini jalan keluarnya adalah
melakukan histerektomi total. Morbiditas semua tindakan ini tentu
merupakan komplikasi tidak langsung plasenta previa.
d. Kelainan letak sering terjadi. Hal ini memaksa pengambilan tindakan
operasi dengan segala konsekuensinya.
e. Kelahiran premature dan gawat janin sulit terhindarkan karena tindakan
terminasi kehamilan yang terpaksa dilaukan dalam kehamilan belum
aterm. Pada kehamilan <37 minggu dapat dilakukan amniosentesis untuk
mengetahui kematangan paru janin dan pemberian kortikosteroid untuk
mempercepat pematangan paru janin sebagai upaya antisipasi.
f. Komplikasi lain selain perawatan yang lebih lama adalah resiko tinggi
untuk solusi plasenta (Resiko Relatif 13,8), SC (RR 3,9), kelainan letak
janin (RR 2,8), perdarahan pasca persalinan (RR 1,7), kematian maternal
akibat perdarahan (50%), dan disseminated intravascular coagulation
(DIC) 15,9%. (Sarwono, 2010)
G. Penanganan
Penanganan pada kasus perdarahan dengan plasenta previa dapat dibagi
menjadi 2 yaitu :
1. Terapi konservatif
Agar janin tidak terlahir prematur dan upaya diagnosis dilakukan secara
noninvasif.
 Syarat terapi ekspektatif :
o Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti dengan atau tanpa pengobatan tokolitik
o Belum ada tanda inpartu
o Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dalam batas normal )
o Janin masih hidup dan kondisi janin baik
 Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotika profilaksis
 Lakukan pemeriksaan USG untuk memastikan letak plasenta

13
 Berikan tokolitik bila ada kontraksi
o Perbaiki anemia dengan sulfas ferosus atau ferous fumarat peroral 60
mg selama 1 bulan
o Pastikan tersedianya sarana tranfusi
o Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu
masih lama, ibu dapat dirawat jalan dengan pesan segera kembali
kerumah sakit jika terjadi perdarahan.

2. Terapi Aktif
 Rencanakan terminasi kehamilan jika :
o Usia kehamilan cukup bulan
o Janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang mengurangi
kelangsungan hidupnya (misalnya anesefali)
o Pada perdarahn aktif atau banyak, segera dilakukan terapi aktif tanpa
memandang usia kehamilan
 Jika terdapat plasenta letak rendah, perdarahan sangat sedikit, dan
presentasi kepala, maka dapat dilakukan pemecahan ketuban dan
persalinan pervaginam masih dimungkinkan. Jika tidak, lahirkan
dengan seksio sesarea.
 Jika persalinan dilakukan dengan seksio sesarea (SC) dan terjadi
perdarahan dari tempat plasenta :
o Jahit lokasi perdarahan dengan benang,
o Pasang infus oksitosin 10 unit 500ml cairan IV (NaCl 0,9% atau
Ringer Laktat) denagn kecepatan 60 tetes/menit.
o Jika perdarahan terjadi pascasalin, segera lakukan penanganan yang
sesuai, seperti ligasi dan histerektomi.
Indikasi untuk melakukan seksio caesarea adalah:
a. Plasenta previa totalis
b. Perdarahan banyak tanpa henti
c. Presentase abnormal
d. Panggul sempit

14
e. Keadaan serviks tidak menguntungkan (belum matang)
f. Gawat janin

Cara Menyelesaikan Persalinan pada Kehamilan dengan Plasenta


Previa
Menurut Prawirohardjo (2010), cara menyelesaikan persalinan pada
kehamilan dengan plasenta previa adalah sebagai berikut:
1. Seksio caesarea
Prinsip utama dalam melakukan seksio caesarea adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak
punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap di laksanakan. Tujuan
seksio caesarea yaitu melahirkan janin dengan segera sehingga uterus
dapat segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan dan
menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada servik uteri, jika
janin di lahirkan pervaginam.
Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi
sehingga serviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan
mudah robek, selain itu, bekas tempat implantasi plasenta sering
menjadi sumber perdarahan karena adanya perbedaan vaskularisasi dan
susunan serabut otot dengan korpus uteri. Siapkan darah pengganti
untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu.Lakukan perawatan lanjut
pasca bedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi dan
keseimbangan cairan masuk dan cairan keluar.
2. Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Penekanan
tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Amniotomi dan akselerasi Umunya dilakukan pada plasenta previa
lateralis/marginalis dengan pembukaan lebih dari 3 cm serta
presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, plasenta akan
mengikuti segmen bawah rahim dan di tekan oleh kepala janin.

15
Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah, akselerasi
dengan infus oksitosin.
b. Versi baxton hicks Tujuan melakukan versi braxton hicks ialah
mengadakan temponade plasenta dengan bokong (dan kaki) janin.
Versi braxton hicks tidak dilakukan pada pada janin yang masih
hidup.

Bagan 2.1 Alur Penatalaksanaan Plasenta Previa


PLASENTA PREVIA
Perdarahan tanpa nyeri Konsentrasi Hb
Tanda vital Jenis dan uji silang salah
Denyut jantung bayi L/S rasio dan usia gestasi
Profil biofisik bayi
Rawat

Inspekulo

Perdarahan dinding vagina Dari kavum uteri


atau serviks
Tentukan usia gestasi

Sedikit Di bawah 37 minggu Di atas 37 minggu


Intermiten

Banyak dan aktif Sedikit


Intermiten
Tirah baring
Pantau ketat

Konfirmasi USG PDMO

Profil biofisik

Implantasi atau migrasi Plasenta previa Plasenta previa marginalis atau


plasenta parsialis/totalis plasenta letak rendah

EKSPEKTATIF Perdarahan ulang SEKSIO INDUKSI atau


SESAREA AKSELERASI

16
B. Skrining/Deteksi Dini Ibu Resiko Tinggi

Kartu Skor Poedji Rochajti (KSPR) adalah alat untuk mendeteksi dini

kehamilan berisiko dengan menggunakan skoring. Jumlah skor kehamilan dibagi

menjadi tiga kelompok yaitu Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah

skor 2, Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10, dan Kehamilan

Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor 12. Skor yang digunakan

adalah angka bulat dibawah angka 10 yaitu 2, 4, 8. Skor awal ibu hamil adalah 2

dan tiap faktor risiko memiliki skor 4 kecuali pada riwayat sectio caesarea, letak

sungsang, letak lintang, perdarahan antepartum, preeklampsia berat dan eklampsia

(Prawirohardjo, 2010).

Berdasarkan jumlah skor, kehamilan dibagi menjadi tiga kelompok:

1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) jumlah skor 2 dengan kode warna hijau,

selama hamil tanpa FR (Faktor Resiko).

2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) jumlah skor 6-10, kode warna kuning dapat

dengan FR tunggal dari kelompok FR I, II, III, dan dengan FR ganda 2 dari

kelompok FR I dan II.

3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) ibu dengan jumalh skor ≥ 12 kode

warna merah, ibu hamil dengan FR ganda dua atau tiga dan lebih (Rochjati,

2003).

17
Tabel 2.1 Skrining /Deteksi Dini Ibu Risiko Tinggi

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

PUSKESMAS JONGGON JAYA

KECAMATAN LOA KULU

JL. POROS II RT. XII DS. JONGGON JAYA

Alamat :
Nama ibu : Ny. HPHT :

Umur : TP :

Pend : Jml Anak :

Nama suami : Tn. Jarak anak :

Umur : Penolong :

Pekerjaan : Cara pers :

Agama : KB terakhir :

G P A H1 HB…..gr/dl TB…..cm LILA cm

SKRINING/DETEKSI DINI IBU RISIKO TINGGI

I II III IV

TRIWULAN
Masalah / Faktor
KEL NO Risiko SKO III.
I II III.2
F.R R 1

Skor Awal Ibu Hamil 2 2

I Terlalu muda, hamil


1 4
< 16 th

Terlalu lambat
2 4
hamil I kawin

18
> 4 th

Terlalu tua, hamil I >


4
35 th

Terlalu cepat hamil


3 4
lagi < 2 th

Terlalu lama hamil


4 4
lagi > 10 th

Terlalu banyak
5 4
anak, 4/lebih

Terlalu tua, umur >


6 4
35 th

Terlalu pendek <


7 4
145 cm

Pernah gagal
8 4
kehamilan

Pernah melahirkan
dengan :
9 4
A. Tarikan Tang /
Vakum

B. Uri dirogoh 4

C. Diberi infus /
4
transfusi

Pernah operasi
10 8
sesar

II Penyakit pada ibu


hamil :
4
A. Kurang darah B.
11 Malaria

C. TBC Paru D.
4
Payah Jantung

E. Kencing manis
4
(Diabetes)

19
F. Penyakit Menular
4
Seksual

Bengkak pada
muka/tungkai dan
12 4
tekanan darah
tinggi

Hamil kembar 2
13 4
atau lebih

Hamil kembar air


14 4
(Hidramnion)

Bayi mati dalam


15 4
kandungan

Kehamilan lebih
16 4
bulan

17 Letak sungsang 8

18 Letak lintang 8

III Perdarahan dalam


19 8
kehamilan ini

Preeklamsi
20 8
berat/kejang2

Jumlah skor 2

Tabel 2.2 KIE Faktor Resiko Ibu Janin-Persiapan/Perencanaan:

Tempat dan Penolong Persalinan

Kehamilan Persalinan
Warna Jmlh Skor Kel. Risiko Perawatan Rujuka Tempat Penolon Rujukan
n g
Hijau 2 KRR Bidan Tidak Rumah Bidan RTW
Polindes
Kuning 6-10 KRT Bidan, dr Bidan, PKM/ Bidan, dr RDB/RTW
PKM RS
Merah >12 KRST Bidan, dr RS RS Bidan, dr RDB/RTW

20
Sumber: (Rochjati, 2003)

Ket : RTW : Rujukan Tepat Waktu

RDB : Rujukan Dini Berencana

Ibu dengan factor resiko I dan II : PKM/RS (Rujukan Dini Berencana)

Ibu dengan factor resiko III : RS (Rujukan Tepat Waktu)

C. Program Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi (P4k)


P4K adalah merupakan suatu kegitan yang difasilitasi oleh Bidan di desa dalam
rangka meningkatkan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam
merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapai komplikasi bagi
ibu hamil.

Tujuan P4K untuk meningkatkan mutu dan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil
dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat
dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi
dan tanda bahaya kebidanan bagi ibu sehingga melahirkan bayi yang sehat.
(Depkes R.I, 2009)

Gambar 2.1 Sticker P4K

21
D. Konsep Dasar Manajeman Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan
Plasenta Previa

I. PENGKAJIAN
Tanggal : Jam : Oleh :
DATA SUBYEKTIF
A. IDENTITAS
1. Biodata
Nama Ibu : Nama Suami :
Umur : Umur :
frekuensi plasenta previa pada primigravida usia >35 tahun kira-kira
10x lebih sering dibandingkan dengan primigravida usia <25 tahun,
pada grande multipara usia >35 tahun kira-kira 4x lebih sering
dibandingkan dengan grande multipara usia <25 tahun.
Agama : Agama :
Suku : Suku :
negara tempat lahir, agama, dan asal etnik digunakan untuk
mengantisipasi kebiasaan cultural dan religious yang berkaitan dengan
kehamilan, kelahiran dan kesediaan menjalani tindakan medis
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Penghasilan : Penghasilan :
Alamat : Alamat :
No. Register :

B. ANAMNESA
1. Alasan kunjungan/Keluhan Utama
perdarahan berwarna merah segar tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri
2. Riwayat kesehatan klien
a. Riwayat Kesehatan Sekarang

22
Diperlukan untuk mengetahui kemungkinan penyakit yang diderita
saat ini yang berhubungan dengan bayinya (Ambarwati, 2009)
 Erythroblastosis : eritroblastosis fetalis menyebabkan
pertumbuhan plasenta melebar ke
segmen bawah rahim sehingga
menutupi sebagian atau seluruh ostium
uteri internum (Sarwono, 2010)
 Gemeli : Multiple gestation merupakan penyebab
terjadinya plasenta previa (Manuaba,
2010)
b. Riwayat Kesehatan yang Lalu
 Riwayat pembedahan : Riwayat operasi/pembedahan uterus
sebelumnya merupakan penyebab
plasenta previa (Manuaba, 2010)
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Informasi khususnya tentang riwayat kehamilan kembar dalam
keluarga ibu maupun ayah dapat digunakan untuk menegakkan
diagnosis yang lebih dini karena pada kehamilan ganda plasenta terlalu
besar. (Sarwono, 2010)
4. Riwayat Haid
 HPHT : Merupakan dasar untuk menentukan usia kehamilan
 Menarche : kapan ibu haid pertama kali
 Siklus : 28 Hari. Wanita dengan siklus 35 hari, HPHT + 14
hari, dan wanita dengan siklus 21 hari HPHT tidak
perlu ditambah.
 Teratur/tidak : Teratur
 Lama haid : 3-8 hari (Mochtar, 2011)
5. Riwayat Obstetri

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


Suami Ank UK Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny JK BB/PB H M Abnor Laktasi Peny

23
Kehamilan
UK : plasenta previa biasa terjadi pada kehamilan sekitar 28
minggu atau mendekati akhir trimester kedua atau
sesudahnya.
Penyulit : penyakit yang diderita saat kehamilan yang lalu dapat
terjadi pada kehamilan saat ini. Misalnya :erythroblastosis.
Keguguran berulang merupakan penyebab terjadinya
plasenta previa
Persalinan
Jenis : plasenta previa terjadi pada 3,9% wanita yang pernah
mengalami SC dibandingkan dengan angka 1,9% untuk
keseluruhan populasi obstetric
Penolong: penolong persalinan menggambarkan kepercayaan wanita
dan/ keluarganya pada orang tersebut.
Tempat : terdapat kecenderungan wanita akan mendatangi tempat
yang sama dengan persalinan terdahulu untuk melahirkan
Penyulit : terjadinya komplikasi saat persalinan terdahulu yang
mengharuskan persalinan SC dapat menyebabkan cacat
pada rahim.
Anak
Usia : jarak antar kehamilan yang pendek merupakan penyebab
terjadinya plasenta previa (Manuaba, 2010)
6. Riwayat Ginekologi
Kuretase, miomektomi, berperan dalam proses peradangan dan
kejadian atrofi endometrium yang dipandang sebagai factor resiko
terjadinya plasenta previa. (Sarwono, 2010)
7. Riwayat Kontrasepsi
Kontrasepsi yang digunakan oleh ibu pada riwayat sebelumnya, lama
pemakaian kontrasepsi.
8. Riwayat Kehamilan Sekarang

24
Dikaji untuk mendeteksi komplikasi, beberapa ketidaknyamanan, dan
setiap keluhan seputar kehamilan yang dialami klien sejak
terhitungnya HPHT; keluhan tiap Trimester, Quickening, pemeriksaan
kehamilan, PenKes yang sudah didapat, dan imunisasi (Kusmiyati, et
al. 2009).
9. Pola Fungsional Kesehatan :
Kebutuhan Dasar Keterangan
Nutrisi Social ekonomi yang rendah dapat menyebabkan defisiensi gizi
Ibu hamil trimester III konstipasi sering terjadi karena penurunan
motilitas usus sehingga perlu waktu untuk menyerap cairan, usus
Eliminasi
dapat saling berdesakan karena tekanan uterus yang membesar dan
frekuensi BAK meningkat.
Saat kehamilan dengan plasenta previa penilaian baik, perdarahan
sedikit, janin masih hidup belum inpartu, usia kehamilan <37
Istirahat minggu, kehamilan dapat dipertahankan dengan tirah baring,
pemberian obat-obatan dan observasi dengan teliti. (sarwono,
2010)
Menjaga kebersihan diri dengan mandi 2atau 3 kali sehari.
Personal Hygiene Menjaga kebersihan daerah genetalia karena pada masa kehamilan
wanita ph vagina mengalami peningkatan
Ibu perokok merupakan penyebab terjadinya plasenta previa
Kebiasaan
(Manuaba, 2010)
Kehamilan dengan plasenta previa yang masih dapat
Aktivitas dipertahankan mengharuskan ibu istirahat tirah baring (Sarwono,
2010)
Selama masa pemulihan atau perawatan dilarang melakukan
Seksualitas
hubungan seksual pada pasien dengan plasenta previa
10. Riwayat Psikososiokultural Spiritual
a. Psikologis
Psikis ibu pada kehamilan
b. Social

25
1) Riwayat pernikahan
Pernikahan keberapa, lama menikah, status pernikahan sah/tidak.
2) Respon keluarga terhadap kehamilan.
Kehamilan direncanakan/ tidak, diterima/ tidak. menyatakan
bahwa kehamilan yang tidak diinginkan berdampak pada
kesehatan mental baik ibu maupu janinnya.
c. Cultural
Adat istiadat yang merugikan dan masih dilakukan oleh ibu dan
keluarga yang dapat merugikan kesehatan ibu dan janinnya.
d. Spiritual
Tradisi keagamaan yang merugikan dan masih dilakukan oleh ibu
dan keluarga yang dapat merugikan kesehatan ibu dan janinnya.
DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum
 Kesadaran : (x) CM ( ) Apatis ( ) Somnolent
( ) Sopor ( ) Sopocoma ( ) Coma
 Ekspresi wajah: ceria/sedih/cemas

b. Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : Normal (110/70 - 120/80 mmHg).
 Suhu : Normal (36,0 – 37,5 oC).
 Nadi : Normal (60-100 x/menit).
 Pernafasan : Normal (16-24 x/menit).
Apabila perdarahan tidak banyak (10-25% pasien), TTV biasanya
normal dan pasien tampak sehat. Pada kasus perdarahan hebat,
hipotensi dan takikardia merupakan petunjuk dari hipovolemia ibu.
c. Tinggi badan, berat badan sebelum/sekarang, LILA
 TB : > 145 cm.

26
 BB sebelum hamil : .....kg. Klien yang menurut BMI berada pada
rentang obesitas lebih beresiko mengalami
komplikasi kehamilan, (Fraser&Cooper, 2009)
 BB sekarang : .....kg. Bertambah 5Kg
 LILA : ≥ 23,5 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
 Kulit
periksa warna, ruam, massa, lesi, jaringan parut, tanda penganiayaan,
tato dan luka tusuk.
 Skeleton dan persendian
banyak yang mengalami lordosis yang terlihat saat berdiri dan
berjalan, punggung melengkung dan kedua bahu tertarik ke belakang
menjelang akhir kehamilan. Perubahan jaringan ikat persendian
panggul yang melunak untuk persiapan persalinan dan mobilitas
simpisis pubis serta persendian sakro-iliaka bertambah hingga
rongga panggul melebar menimbulkan gerakan meluncur tidak stabil
saat berjalan dan nyeri punggung
 Kepala
Kulit kepala bersih, tidak ada lesi, oedem, konstruksi rambut
kuat/tidak, distribusi rambut merata/ada kebotakan, tekstur rambut
kasar/halus.
 Muka
Cloasma gravidarum ada/tidak, tidak ada oedem, pucat. Pucat
merupakan tanda anemia dan dehidrasi (Kusmiyati, et al. 2009).
 Mata
Simetris, tidak ada kelainan, Konjunctiva pucat, sclera tidak ikterik,
penglihatan jelas.
Pada kasus plasenta previa anemia terjadi sesuai darah yang keluar
(Sarwono, 2010)
 Hidung

27
Tidak ada pernapasan cuping hidung, bersih, tidak ada polip ataupun
peradangan
 Mulut dan gigi
Bibir simetris, warna merah muda, mukosa bibir lembab
Gigi lengkap, tidak ada caries dentis, geraham tidak radang, lidah
merah muda, tidak ada stomatitis, dan tremor, tonsil dan uvula tidak
mengalami peradangan.
 Telinga/pendengaran
Simetris, bersih
 Leher
Simetris, ada/tidak hiperpigmentasi
 Thorax
Bentuk normal, tidak ada retraksi dinding dada.
 Payudara
Simetris, membesar, ada pengeluaran colostrum.Areolla Terdapat
hiperpigmentasi, Puting susu lebih besar, lebih tegak dan lebih gelap
warnanya tidak ada retraksi (Kusmiyati, et al. 2009).
 Abdomen
Ada linea nigra Tidak semua ibu hamil memiliki striae, bekas operasi
Mengidentifikasi pelahiran melalui SC atau pelahiran operatif per
vaginam sebelumnya (Sulistyawati, Ari. 2009)
 Genetalia
Ada pengeluaran darah berwarna merah segar (Sarwono, 2010)
 Ekstremitas
Atas: simetris, tidak ada oedem dan varises
Bawah: simetris, tidak ada oedem dan varises
b) Palpasi
 Mata
Tidak teraba oedem pada palpebra
 Leher

28
Tidak teraba pembesaran kelenjar limfe, vena jugularis, dan kelenjar
tiroid.
 Payudara
Tidak teraba massa, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
kelenjar susu tambahan
 Abdomen
1. TFU
28 mg (3 jari atas pusat)
32 mg (pertengahan Px-pusat)
36 mg (sampai arcus costarum/3 jari bawah px)
40 mg (pertengahan Px-pusat) primigravida
(tetap setinggi arcus costarum dan menonjol kedepan) multigravida
TFU dalam cm UK dalam bulan
26 7
30 8
33 9
2. Presentasi : letak janin tidak dalam letak memanjang,
tidak jarang terjadi kelainan letak janin
(letak lintang atau letak sungsang)
3. Leopod I : apa yang teraba di Fundus uteri
4. Leopod II : apa yang teraba pada sisi kanan dan kiri
uterus
5. Leopod III : bagian yang teraba di segmen bawah uterus
6. Leopold IV : konvergen, berhubung plasenta terletak di
bagian bawah, maka sering ditemui bagian
terbawah janin masih tinggi di atas simpisis
(Sarwono, 2010)
7. Kontraksi uterus : perut tidak tegang atau tidak terjadi his
(Sarwono, 2010)
 Ekstremitas
Atas: tidak oedem, cavilary refill kembali <2 detik

29
Bawah: tidak oedem, cavilary refill kembali <2 detik
c) Auskultasi
 Jantung : Irama 90% ditemukan murmur jantung sistolik tapi
bila murmur sistolik >2/6 atau terdengar bunyi murmur
lain lakukan ekokardium jika ada dana. Frekuensi 60 –
100 x/menit
 Paru-paru : nafas teratur dan tidak ada suara nafas tambahan
 Bising usus : <5 x/menit. Konstipasi sering terjadi karena penurunan
motilitas usus sehingga perlu waktu untuk menyerap
cairan, usus dapat saling berdesakan karena tekanan
uterus yang membesar
 DJJ : DJJ masih terdengar, frekuensi 120-160x/menit
d) Perkusi
 Dada : sonor

 Ekstremitas
1. Ekstremitas atas
 Refleks Bisep : (+)
 Refleks Trisep
 : (+)
2. Ekstremitas bawah
 Refleks Babinski: (+)
 Refleks patella : (+)
3. Pemeriksaan dalam (bila perlu)
Tidak boleh dilakukan untuk menegakkan diagnosis kecuali dilakukan di
kamar operasi menjelang tindakan, Apabila pasien datang dengan keluhan
perdarahan pervaginam tanpa nyeri pada trimester ketiga, bidan dilarang
keras melakukan pemeriksaan dalam sampai diketahui posisi plasenta
dengan pasti. Saat VT akan ada atau tidak bantalan antara jari dengan
bagian terbawah janin (Sarwono, 2010).

30
4. Pemeriksaan penunjang
 Hb : Pemeriksaan penunjang diagnosis anemia
 Darah lengkap : harus dilakukan terhadap setiap pasien dengan
tujuan menilai derajat anemia
 Urinalisis : biasanya normal
 Golda dan Rhesus : 2-4 unit darah harus disiapkan untuk kemungkinan
transfuse. Kecepatan dan luasnya perdarahan
menentukan perlunya penggantian darah.
 USG : Plasenta previa dapat didiagnosis dengan USG
sebelum suatu gejala muncul. Apabila sonogram
yang dilakukan sebelum usia kehamilan 28 minggu
memberi kesan plasenta berada di bagian bawah,
maka perlu dilakukan pemeriksaan ulang pada
trimester ketiga. Catatan hasil USG terdahulu akan
sangat bermanfaat dan akan diperlukan penapisan
darurat ketika pertolongan persalinan diberikan.
Apabila ternyata bukan placenta previa, maka
pemeriksaan dalam dapat dilakukan dengan aman.
Pada pasien yang pernah seksio sesarea perlu
diteliti dengan USG, Color Doppler, atau MRI
untuk melihat kemungkinan adanya plasenta
akreta, inkreta atau perkreta. (Sarwono, 2010)

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : G-Papah ,UK >28 mgg
Janin tunggal/ganda, Hidup/mati, Intrauterin dengan Plasenta
Previa
Masalah : tidak ada

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL

31
Komplikasi ibu:
a. Anemia sampai syok.
b. Plasenta inkreta bahkan plasenta perkreta, paling ringan adalah plasenta
akreta.
c. Solusi plasenta (Resiko Relatif 13,8), SC (RR 3,9), perdarahan pasca
persalinan (RR 1,7), kematian maternal akibat perdarahan (50%), dan
disseminated intravascular coagulation (DIC) 15,9%.
Komplikasi janin:
a. Kelainan letak.
b. Kelahiran premature dan gawat janin. (Sarwono, 2010)

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Tidak ada

V. INTERVENSI
1. Berikan KIE tentang kehamilan dengan plasenta previa
R/ pemberian KIE dapat meningkatkan pengetahuan ibu.
Usia kehamilan <37 minggu perdarahan sedikit dan intermiten:
1. Berikan steroid selama perawatan antenatal
R/ Pada kehamilan antara 24 minggu sampai 34 minggu diberikan steroid
dalam perawatan antenatal untuk pematangan paru janin. (Sarwono, 2010)
2. Lakukan pemantauan TTV pada ibu selama perawatan
R/ hipotensi dan takikardia merupakan suatu gejala hipovolemia
3. Konfirmasi USG
R/ Plasenta previa dapat didiagnosis dengan USG sebelum suatu gejala
muncul. Apabila sonogram yang dilakukan sebelum usia kehamilan 28
minggu memberi kesan plasenta berada di bagian bawah, maka perlu
dilakukan pemeriksaan ulang pada trimester ketiga.
Usia kehamilan <37 minggu dan >37 minggu perdarahan ulangan atau
perdarahan banyak dan aktif:
a. Berikan transfusi darah

32
b. R/ Jika ada gejala hipovolemia seperti hipotensi dan takikardia,
pasien tersebut mungkin telah mengalami perdarahan yang cukup
berat, lebih berat daripada penampakan secara klinis. Transfusi
darah yang banyak perlu segera diberikan.
c. Persiapan prosedur tindakan SC
d. R/ pasien dengan semua klasifikasi plasenta previa dalam trimester
ketiga yang dideteksi dengan ultrasonografi transvaginal belum ada
pembukaan pada serviks persalinannya dilakukan melalui seksio
sesarea. seksio sesarea juga dilakukan apabila perdarahan banyak
yang mengkhawatirkan.
e. Lakukan histerektomi sesarea
f. R/ diindikasikan apabila plasenta previa dipersulit oleh plasenta
akreta.
Usia kehamilan >37 minggu perdarahan sedikit dan intermiten:
a. Lakukan induksi persalinan
R/ induksi persalinan dengan oksitasin IV dan amniotomi
dilakukan pada setiap persalinan apabila plasenta marginalis
terhadap ostium uteri dan tidak mengenai daerah dilatasi serviks,
perdarahan minimal, presentasi kepala, gawat janin (-), dan
diantisipasi persalinan cepat.

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan
yang telah di susun. Pelaksanaan ini bisa di lakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan yang lainnya .

VII. EVALUASI

33
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefekitfan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP

BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal pengkajian : 28 Oktober 2019


Waktu : 10.00 WITA
Tempat : Ruang Mawar Nifas Obstetri

34
Oleh : Mahasiswa DIV Alih Jenjang Kebidanan Samarinda Kel. II

S:

1. Identitas
Nama ibu : Ny. A Nama suami : Tn. K
Umur : 39 th Umur : 40 th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Bugis Suku/bangsa : Jawa
Pendidikan : SMK Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : swasta
Penghasilan : - Pengahasilan : ±3.000.000
Alamat : Jl. Mangkujenang Palaran
No. register : 01.08.09.**
2. Alasan kunjungan/keluhan utama
Ibu mengatakan pagi ini keluar flek-flek berwarna merah segar tanpa nyeri
3. Riwayat kesehatan klien
a. Riwayat kesehatan sekarang
Tanggal 27 Oktober 2019 sekitar jam 12.00 WITA saat ibu mendapati flek
kecoklatan yang keluar pervaginam, semakin lama flek kecoklatan
bertambah banyak dan darah segar yang keluar seperti orang haid namun
tanpa disertai rasa nyeri. Ibu pergi menuju ke fasilitas kesehatan terdekat
yaitu RSUD I.A Moeis, sesampainya disana pada pukul 21.00 wita
dilakukan pemeriksaan pada ibu, dan dokter menyarankan agar ibu dirujuk
ke RSUD AWS. Dan pada pukul 23.20 wita ibu sampai di IGD RSUD
Abdul Wahab Sjahranie dan dilakukan pemeriksaan oleh dokter serta
dilakukan pemeriksaan laboratorium dan pemasangan infus ditangan
kanan. Dari hasil pemeriksaan tadi dokter mengatakan kondisi janin baik
dan hasil laboratorium dalam batas normal. Kemudian ibu mendapatkan
pronalges supp II tab/rectal. Setelah di observasi di IGD pada jam 01.15
wita ibu dipindah ke ruang mawar nifas.

35
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu tidak pernah/sedang memiliki riwayat penyakit yang berpotensi
menurun, menahun, atau menular lainnya.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Di keluarga ibu tidak ada yang pernah/sedang memiliki riwayat penyakit
menurun, menular dan menahun. Tidak memiliki riwayat kehamilan kembar.
5. Riwayat menstruasi
HPHT : ? April 2019
TP : 26 Januari 2020
Riwayat menstruasi teratur, siklus 28 hari, lama 7 hari, setiap harinya 3-4x
ganti pembalut, warna darah merah, encer, kadang bergumpal. Tidak ada
keputihan.

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


No Pnl
Suami Ank UK Peny Jenis Tmpt Peny JK BB/PB H M Abnr Lktasi
g
Bd
1. 1 1 Aterm - spontan BPM - L 2700gr/47cm 20th - - 2th
n
Bd
2 2 2 Aterm - spontan BPM - P 2500gr/49cm 14th - - 6bln
n

3 3 3 Aterm - spontan Bd BPM - P 2700gr/49cm 13th - - 2th


n
4 4 4 Aterm - spontan Bd BPM - P 2700gr/48cm 7th - - 1th
n
5 5 5 Aterm - spontan Dk Rumah perdarahan L 2700gr/49cm 2th - - 2th
28 Placenta
6 6 6 - - - - - - - - - -
Minggu Previa

6. Riwayat ginekologi
Ibu tidak pernah mengalami kuretase, miomektomi dan tidak pernah/sedang
mengalami pengobatan infertilitas.
7. Riwayat Kontrasepsi
Ibu pernah menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan setelah kehamilan ke 3
selama 6 bulan dan beralih kembali ke pil andalan.

36
8. Riwayat kehamilan sekarang
Ini merupakan kehamilan keenam ibu. Ibu jarang memeriksakan
kehamilannya di Puskesmas dekat rumah. Ibu sudah merasakan gerakan
janinnya sejak hamil 4-5 bulan, gerak anak aktif hingga sekarang. Selama
hamil ini ibu memiliki beberapa keluhan, diantaranya saat usia kehamilan 2-3
bulan ibu mengalami pusing, mual dan muntah, namun dapat teratasi dengan
terapi yang diberikan, istirahat dan seiring dengan adaptasi terhadap
kehamilannya. Pendidikan kesehatan yang pernah didapat antara lain
kebutuhan nutrisi dan istirahat ibu hamil. Ibu sudah mendapat imunisasi TT
lengkap..
9. Data fungsional kesehatan

Kebutuhan Dasar Keterangan


Nutrisi Nafsu makan ibu baik. Ibu biasa makan 4-5x sehari, dengan
porsi sedang berisi nasi, sayur, dan lauk. Ibu suka makan
buah seperti pisang, papaya atau jeruk. Ibu tidak suka
minum susu. Ibu minum 8-10 gelas sehari.
Aktivitas Ibu tidak bekerja, Ibu rumah tangga, sehari-hari mengurus
pekerjaan rumah.
Istirahat Ibu istirahat cukup, kadang tidur siang 1-2 jam, tidur malam
7-8 jam.
Eliminasi Ibu BAK lebih sering selama hamil, 5-6x sehari, tidak ada
keluhan
Ibu BAB lancar setiap hari, tidak ada keluhan
Personal hygiene Ibu mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, ganti baju 2-3x/hari,
ganti celana dalam setiap kali basah, minimal 2x/hari.
Seksual Selama hamil, ibu tidak melakukan hubungan dengan
suami..
Kebiasaan Ibu tidak merokok, tidak pernah minum minuman keras,
tidak memiliki ketergantungan obat, tidak minum jamu-
jamuan, dan tidak memiliki binatang peliharaan di rumah.

37
10. Riwayat psikososiokultural spiritual
b. Psikologis
1) Psikis ibu pada kehamilan
Ibu tidak senang dengan kehamilan ini, karena ini adalah kehamilan
yang tidak direncanakan, dan saat ini sudah pisah dengan suami
2) Respon keluarga terhadap kehamilan.
keluarga menerima kehamilan yang sedang berlangsung
c. Sosial
1) Riwayat pernikahan
Ini merupakan pernikahan pertama ibu, lama menikah 22 tahun, status
pernikaha sah.
c. Cultural
Ibu dan keluarga tidak pernah melakukan tradisi adat istiadat yang dapat
merugikan kesehatan diri dan janinnya.
d. Spiritual
Ibu dan keluarga tidak pernah melakukan tradisi keagamaan yang dapat
merugikan kesehatan diri dan janinnya.
O:
1. Pemeriksaan umum
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36,8 0C
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Tinggi badan : 156 cm
BB sebelum hamil : 55 kg
BB sekarang : 61 kg
LILA : 25 cm
2. Pemeriksaan fisik
Kulit : Warna sawo matang, tidak ada ruam dan tato

38
Kepala : bersih, rambut halus tidak mudah rontok, distribusi merata, tidak
ada odem/ massa
Wajah : tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada odem, pucat
Mata : simetris, konjungtiva pucat, sclera tidak ikterik, penglihatan jelas,
tidak teraba oedem pada palpebra
Telinga : bersih
Hidung : tidak ada pernapasan cuping hidung, bersih, tidak ada polip
Mulut : bersih, bibir merah muda, tidak ada peradangan, gigi lengkap
tidak ada caries
Leher : tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid dan limfe, tidak terjadi
undulasi pada vena jugularis, tidak terjadi hiperpigmentasi
Dada : dada tampak simetris, tidak ada retraksi, BJ I murmur, frekuensi
nafas 20 x/menit tidak ada suara nafas tambahan
Payudara : simetris, tidak tampak retraksi, tidak teraba massa, areola
mengalami hiperpigmentasi, putting susu menonjol
Abdomen : ada linea nigra, tidak ada striae dan ada luka bekas operasi, DJJ
sudah terdengar frekuensinya 148 x/menit, bising usus 15
x/menit
1. TFU: Leopold I : TFU sepusat, pada fundus teraba bagian
kurang bulat, dan kurang melenting..
Leopold II : Teraba bagian keras dan memanjang di
sebelah kiri ibu dan teraba bagian-bagian kecil
janin di sebelah kanan ibu.
Leopold III : Bagian terendah janin teraba keras, bulat dan
melenting. Bagian masih dapat digoyangkan.
Leopold IV : Konvergen
2. TFU Mc Donald : 20 cm
Genitalia : ada pengeluaran flek darah segar, tidak ada odema atau varises.
Ekstremitas:

39
Atas : simetris, tidak ada odem/varises, cavilari revil kembali <2 detik,
reflek bisep dan trisep (+), terpasang infus RL 20 tpm ditangan
kanan.
Bawah : simetris, tidak ada odem/varises, cavilari revil kembali <2 detik,
reflek patella dan babinski (+). Homan sign (-)
3. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : 27 Oktober 2019, pukul 24.00 wita
Leukosit 13.100 BT’ 3’
Eritrosit 4.300 CT’ 9’
Hb 12 g/dL Natrium 136
HT 36,6% Kalium 4,24,2
PLT 273.000 Calsium 106
Ab HIV NR HbsAg NR

USG : 28 Oktober 2019, Pukul 09.00 wita


janin tunggal, hidup, intrauterine, jenis kelamin laki-laki,
letak kepala, dengan perkiraan UK 27-29 minggu, cairan
amnion cukup, plasenta letak rendah, dengan EFW 769 gram,
EDD 24/01/2020

Data Tambahan :
Terapi Dosis Jadwal Pemberian Obat
Inf. RL drip 40 tpm 22.30
priterin
Inj. Kalnex 500 mg IGD
Pronalgess Supp II Ekstra
Inf. RL 20 tpm Ruang mawar nifas
Inj. Kalnex 3x500 mg 09.00 17.00 24.00
Histolan 3x1 tab 06.00 12.00 18.00

40
A:
Diagnosis : GVIP5000 ,usia kehamilan 28 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterine
dengan plasenta letak rendah
Masalah : - Ibu tampak cemas
Diagnosa Potensial : - Ibu : - Anemia pada kehamilan
- Syok Haemoragic
- Janin : - Kelainan presentasi janin
- BBLR
- Hipoksia Janin
P:

Waktu Pelaksanaan Pelaksana


28 Okt 2019 Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa usia kehamilan Mahasiswa
10.00 wita
28 minggu dan DJJ sudah terdengar frekuensinya 148
x/menit, presentasi kepala dan punggung di sebelah
kiri sehingga kaki ada di sebelah kanan, perdarahan
pervaginam berupa flek berwarna merah segar.
Perdarahan tanpa nyeri terjadi karena ari-ari berada
dekat dengan jalan lahir ; Ibu dan keluarga
mengetahui kondisinya saat ini
10.30 wita Menganjurkan ibu untuk tirah baring ditempat tidur, Mahasiswa
sebagai langkah untuk mengurangi perdarahan
pervaginam yang terjadi ; Ibu bersedia mengikuti
saran yang diberikan dan mengurangi aktifitas.
10.45 wita Menganjurkan makan dan minum yang adekuat. Mahasiswa
Makan 3x/hari dengan porsi yang cukup terdiri dari
nasi, sayur, lauk, dan buah, serta makanan selingan
guna memenuhi kebutuhan ibu dan janin ; Ibu
memahami akan kebutuhan nutrisi yang harus
dipenuhi.
11.00 wita Mengajarkan ibu tentang cara memeriksa gerakan Mahasiswa

41
janinnya, yaitu dimulai pada pagi hari pukul 09.00
wita s/d 21.00 wita minmal gerakan janin yang ibu
rasakan tidak kurang dari 10 kali, serta menganjurkan
ibu segera pergi ke faskes terdekat jika gerakan janin
yang dirasa berkurang ; Ibu paham tentang bagaimana
cara menghitung gerakan janin dan bersedia pergi ke
faskes terdekat jika ada keluhan yang dirasa.
11.20 wita Menganjurkan ibu untuk lapor dengan petugas medis, Mahasiswa
jika ada keluhan tambahan atau perdarahan
pervaginam bertambah banyak ; Ibu bersedia untuk
lapor jika ada keluhan tambahan
12.00 wita Melakukan pemantauan TTV, TD 120/90 mmHg, N Mahasiswa
85 x/mnt, Rr 20 x/mnt, Suhu 36,5 0C dan menjelaskan
hasil pemeriksaan pada ibu bahwa kondisi ibu dalam
batas normal ; Ibu dan keluarga mengetahui
kondisinya saat ini.
12.15 wita Memberikan obat oral histolan ; Ibu tidak mengalami Mahasiswa
reaksi alergi maupun efek samping obat seperti
jantung berdebar.
13.00 wita Melakukan pemantauan his, DJJ dan perdarahan
pervaginam. Hasil pemantauan DJJ adalah 145
x/menit, His : Tidak ada, perdarahan pervaginam
tampak flek darah merah sedikit.

Catatan Perkembangan

42
Hari/Tanggal/Waktu : Senin, 28 Oktober 2019 (15.00 wita)

Pelaksana : Mahasiswa DIV Alih Jenjang Kebidanan Samarinda


Kel. II

S:

Keluhan utama
Ibu mengatakan masih ada keluar flek kecoklatan dan tidak ada kram perut.
O:
Pemeriksaan umum
Kondisi Umum : Baik
Kesadaran : composmentis
Pemeriksaan fisik
Abdomen : ada linea nigra, tidak ada striae dan ada luka bekas operasi, DJJ
sudah terdengar frekuensinya 131 x/menit, bising usus 15
x/menit
1. TFU: Leopold I : TFU sepusat pada fundus teraba bagian
kurang bulat, dan kurang melenting..
Leopold II : Teraba bagian keras dan memanjang di
sebelah kiri ibu dan teraba bagian-bagian kecil
janin di sebelah kanan ibu.
Leopold III : Bagian terendah janin teraba keras, bulat dan
melenting. Bagian masih dapat digoyangkan.
Leopold IV : Konvergen
2. TFU Mc Donald : 20 cm
Ekstremitas:
Atas : Terpasang infus RL 20 tpm ditangan kanan.
Genitalia : Terdapat pengeluaran pervaginam berupa flek kecoklatan, tidak
ada odema atau varises.

A:

43
Diagnosis : GVIP5000 ,usia kehamilan 28 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterine
dengan plasenta letak rendah
Masalah : - Ibu tampak cemas
Diagnosa Potensial : - Ibu : - Anemia pada kehamilan
- Syok Haemoragic
- Janin : - Kelainan presentasi janin
- BBLR
- Hipoksia Janin

P:

Waktu Pelaksanaan Pelaksana


28 Okt 2019 Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa usia kehamilan Mahasiswa
15.00 wita
28 minggu dan DJJ sudah terdengar frekuensinya 131
x/menit, presentasi kepala dan punggung di sebelah kiri
sehingga kaki ada di sebelah kanan, terdapat perdarahan
pervaginam berupa flek kecoklatan. Pengeluaran
pervaginam berupa Flek kecoklatan tanpa nyeri terjadi
karena ari-ari berada dekat dengan jalan lahir ; Ibu dan
keluarga mengetahui kondisinya saat ini
15.30 wita Menganjurkan ibu untuk tirah baring ditempat tidur, Mahasiswa
sebagai langkah untuk mengurangi perdarahan
pervaginam yang terjadi ; Ibu bersedia mengikuti saran
yang diberikan dan bersedia untuk mengurangi aktifitas.
16.55 wita Menganjurkan makan dan minum yang adekuat jika Mahasiswa
makanan ibu telah datang ; Ibu makan 1 porsi nasi
beserta lauk, sayur dan buah pisang.
17.00 wita Memberikan obat injeksi kalnex 500mg (IV) ; Ibu tidak Perawat
dan
merasakan mual dan tidak terdapat reaksi alergi maupun
mahasis
efek samping obat wa
17.20 wita Melakukan pemantauan TTV, perdarahan, HIS, dan Mahasiswa
gerakan janin. TD 110/90 mmHg, N 85 x/mnt, Rr 20

44
x/mnt, Suhu 36,2 0C, DJJ 130x/menit, His: tidak ada,
gerakan janin aktif lebih dari 10 kali, masih terdapat
flek berupa kecoklatan dan menjelaskan hasil
pemeriksaan pada ibu bahwa kondisi ibu dan janin
dalam batas normal ; Ibu dan keluarga mengetahui
kondisinya saat ini.
18.00 wita Memberikan obat oral histolan 1 tab ; Ibu tidak Mahasiswa
mengalami reaksi alergi maupun efek samping obat
seperti jantung berdebar
18.10 wita Menganjurkan ibu untuk lapor dengan petugas medis, Mahasiswa
jika ada keluhan tambahan atau perdarahan pervaginam
bertambah banyak ; Ibu bersedia untuk lapor jika ada
keluhan tambahan

Catatan Perkembangan

Hari/Tanggal/Waktu : Senin, 28 Oktober 2019 (22.00 wita)


Pelaksana : Mahasiswa DIV Alih Jenjang Kebidanan Samarinda Kel.
II Dan Mahasiswa Tk. II Kebidanan Samarinda

S:
Keluhan utama
Ibu mengatakan ketika ke kamar mandi masih ada keluar flek kecoklatan
sedikit dan tidak ada kram perut.
O:
Pemeriksaan umum
Kondisi Umum : Baik
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg

45
Suhu : 36,0 0C
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Pemeriksaan fisik
Abdomen : ada linea nigra, tidak ada striae dan ada luka bekas operasi, DJJ
sudah terdengar frekuensinya 141 x/menit, bising usus 15
x/menit
1. TFU: Leopold I : TFU Sepusat, pada fundus teraba bagian
kurang bulat, dan kurang melenting..
Leopold II : Teraba bagian keras dan memanjang di
sebelah kiri ibu dan teraba bagian-bagian kecil
janin di sebelah kanan ibu.
Leopold III : Bagian terendah janin teraba keras, bulat dan
melenting. Bagian masih dapat digoyangkan.
Leopold IV : Konvergen
2. TFU Mc Donald : 20 cm
Ekstremitas:
Atas : Terpasang infus RL 20 tpm ditangan kanan.
Genitalia : terdapat pengeluaran pervaginam berupa flek kecoklatan, tidak
ada odema atau varises.
A:
Diagnosis : GVIP5000 ,usia kehamilan 28 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterine
dengan plasenta letak rendah
Masalah : - Ibu tampak cemas
Diagnosa Potensial : - Ibu : - Anemia pada kehamilan
- Syok Haemoragic
- Janin : - Kelainan presentasi janin
- BBLR
- Hipoksia Janin

46
P:

Waktu Pelaksanaan Pelaksana


28 Okt 2019 Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa usia kehamilan 28 Mahasiswa
22.00 wita
minggu dan DJJ sudah terdengar frekuensinya 141
x/menit, presentasi kepala dan punggung di sebelah kiri
sehingga kaki ada di sebelah kanan, terdapat perdarahan
pervaginam berupa flek kecoklatan. Pengeluaran
pervaginam berupa Flek kecoklatan tanpa nyeri terjadi
karena ari-ari berada dekat dengan jalan lahir ; Ibu dan
keluarga mengetahui kondisinya saat ini
22.15 wita Menganjurkan ibu istirahat yang cukup, tidur malam 6-8 Mahasiswa
jam, tidur siang 1-2 jam ; Ibu bersedia mengikuti saran
yang diberikan
24.00 wita Memberikan obat injeksi kalnex 500mg (IV) ; Ibu tidak Mahasiswa
merasakan mual dan tidak terdapat reaksi alergi maupun
efek samping obat
06.00 wita Melakukan pemantauan TTV. DJJ, Peradarahan Mahasiswa
pervaginam dan gerakan janin, TD 110/80 mmHg, N 80
x/mnt, Rr 20 x/mnt, Suhu 36,0 0C, DJJ 135 x/menit, His:
tidak ada, tidak ada flek kecoklatan maupun darah segar
yang keluar pada pagi ini, gerakan janin sudah ada 10
kali dan menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa
kondisi ibu serta janin dalam batas normal ; Ibu dan
keluarga mengetahui kondisinya saat ini.
06.00 wita Memberikan obat oral histolan 1 tab ; Ibu tidak Mahasiswa
mengalami reaksi alergi maupun efek samping obat
seperti jantung berdebar..
06.30 wita Menganjurkan ibu untuk lapor dengan petugas medis, Mahasiswa
jika ada keluhan tambahan atau perdarahan pervaginam
bertambah banyak ; Ibu bersedia untuk lapor jika ada

47
keluhan tambahan

Catatan Perkembangan

Hari/Tanggal/Waktu : Selasa, 29 Oktober 2019 (09.00 wita)


Pelaksana : Mahasiswa DIV Alih Jenjang Kebidanan Samarinda Kel.
II

S:

Keluhan utama
Ibu mengatakan pagi ini sudah tidak ada flek darah maupun kecoklatan dan
tidak ada kram perut.
O:
Pemeriksaan umum
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36,5 0C
Nadi : 90 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Pemeriksaan fisik
Abdomen : ada linea nigra, tidak ada striae dan ada luka bekas operasi, DJJ
sudah terdengar frekuensinya 148 x/menit, bising usus 15
x/menit
2) TFU: Leopold I : TFU sepusat, pada fundus teraba bagian
kurang bulat, dan kurang melenting..
Leopold II : Teraba bagian keras dan memanjang di
sebelah kiri ibu dan teraba bagian-bagian kecil
janin di sebelah kanan ibu.

48
Leopold III : Bagian terendah janin teraba keras, bulat dan
melenting. Bagian masih dapat digoyangkan.
Leopold IV : Konvergen
3. TFU Mc Donald : 20 cm
Ekstremitas:
Atas : Sudah tidak terpasang infus
Genitalia : terdapat pengeluaran pervaginam berupa flek kecoklatan, tidak
ada odema atau varises.

A:
Diagnosis : GVIP5000 ,usia kehamilan 28 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterine
dengan plasenta letak rendah
Masalah : - Ibu tampak cemas
Diagnosa Potensial : - Ibu : - Anemia pada kehamilan
- Syok Haemoragic
- Janin : - Kelainan presentasi janin
- BBLR
- Hipoksia Janin

P:

Waktu Pelaksanaan Pelaksana


29 Okt 2019 Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa usia kehamilan Mahasiswa
09.00 wita
28 minggu dan DJJ sudah terdengar frekuensinya 148
x/menit, presentasi kepala dan punggung di sebelah
kiri sehingga kaki ada di sebelah kanan, tidak terdapat
perdarahan pervaginam maupun flek kecoklatan ; Ibu
dan keluarga mengetahui kondisinya saat ini

11.45 wita Melakukan pemantauan TTV, TD 120/80 mmHg, N Mahasiswa


90 x/mnt, Rr 20 x/mnt, Suhu 36,5 0C dan menjelaskan
hasil pemeriksaan pada ibu bahwa kondisi ibu dalam
batas normal ; Ibu dan keluarga mengetahui

49
kondisinya saat ini.
12.00 wita Menganjurkan makan dan minum yang adekuat jika Mahasiswa
makanan ibu telah datang ; Ibu makan 1 porsi nasi
beserta lauk, sayur dan buah pisang.
12.10 wita Memberikan obat oral histolan 1 tab dan kalnex Mahasiswa
500mg ; Ibu tidak merasakan mual dan tidak terdapat
reaksi alergi maupun efek samping obat seperti
jantung rasa berdebar
12.15 wita Memberikan ibu KIE tentang nutrisi yang baik bagi Mahasiwa
ibu hamil, dimana ibu makan 3x/hr dengan 1 porsi
nasi, beserta lauk, sayur, dan buah yang didalamnya
terkandung karbohidrat, mineral, vitamin, dan protein
guna pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi ibu dan janin
; Ibu bersedia untuk makan dan minum yang bergizi
agar nutrisinya terpenuhi
12.30 wita Memberikan KIE ibu tentang istirahat yang cukup Mahasiswa
yakni tidur malam 6-8 jam, istirahat siang 1-2 jam ;
Ibu bersedia menerapkan pola istirahat yang cukup
ketika dirumah.
12.45 wita Mengevaluasi pengetahuan ibu tentang bagaimana Mahasiswa
cara menghitung gerakan janin dan frekuensi gerakan
janin dalam sehari ; Ibu mampu menyebutkan ulang
bagaimana cara menghitung dan berapa frekuensi
minimal gerakan janin dalam sehari yakni 10x/hr
13.30 wita Memberikan KIE ibu tentang penanganan lanjutan Mahasiswa
ketika ibu keluar dari RS. Menganjurkan ibu untuk
rutin kontrol ke faskes terdekat, segera pergi ke faskes
terdekat jika ada keluar darah pervaginam atau jika
ada keluhan pada kehamilan ini ; Ibu bersedia untuk
rutin memeriksakan diri ke faskes terdekat

50
13.45 wita Menganjurkan ibu untuk tidak lupa minum obat dan Mahasiswa
melakukan jadwal kunjungan ulang di poli kandungan
tanggal 6 November 2019 ; Ibu bersedia untuk minum
obat dengan teratur dan melakukan kunjungan ulang
sesuai jadwal.

BAB IV
PEMBAHASAN

51
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada kehamilan yang
lebih tua terutama setelah melewati Trimester III. Dimana plasenta previa adalah
plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sedemikian rupa sehingga
menutupi seluruh atau sebagian ostium internum (Prawirohardjo, 2010). Placenta
previa juga terbagi dalam beberapa jenis salah satunya adalah placenta letak
rendah. Placenta letak rendah (Low Lying Placenta) merupakan Lateralis plasenta,
tempat implantasi beberapa millimeter atau cm dari tepi jalan lahir, risiko
perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa dilahirkan pervaginam
dengan aman. Pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm diatas pinggir
pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.
Placenta letak rendah inilah kasus yang dialami ny.A. Dimana ny.A
merupakan ibu dengan paritas lebih dari 4x, dengan jarak kurang lebih 5 tahun
dari kehamilan sebelumnya, ny. A dalam kategori usia yang merupakan faktor
resiko terjadinya kehamilan dengan komplikasi yaitu usia 39 tahun. Dari ciri-ciri
yang ada pada ny.A, kita dapat menyimpulkan adanya keselarasan antara teori
yang ada dengan kasus nyata lapangan dimana hal tersebut merupakan etiologi
daripada terjadinya kehamilan dengan placenta letak rendah.
Dalam kasus komplikasi dalam kehamilan dengan placenta letak rendah ini,
kita sebagai bidan dapat melakukan asuhan konservatif dan aktif. Dimana dalam
asuhan konservatif inilah peran bidan sangat dibutuhkan, seperti dalam kasus
Ny.A ini peran dan fungsi bidan sangat berpengaruh terhadap penatalaksaan
kehamilan dengan komplikasi ini. Seorang bidan dapat menerapkan fungsinya
sebagai edukator dan fasilitator, dimana peran bidan sebagai edukator dengan
senantiasa mengingatkan dan memberikan KIE pada ibu bagaimana cara
menjalani kehamilan ini dan sebagai fasilitator dimana bidan sebagai tenaga
kesehatan yang dekat dengan ibu serta keluarga dapat memfasilitasi atau
memberikan pelayanan kesehatan berupa pemantauan kesehatan ibu dan janin.
Sehingga tingkat kecemasan ibu dengan kondisi diri dan janin yang ada dalam
kandungan berkurang.
Tingkat kecemasan ini juga dapat menjadi salah satu faktor pemberat
komplikasi dalam kasus placenta letak rendah. Dimana faktor psikologis ini dapat

52
mengubah pola hidup ibu, yang tadinya senang akan kehamilan ini menjadi
khawatir pada kehamilan ini, yang nantinya berpengaruh terhadap pola keseharian
ibu. Pada tingkat asuhan konservatif inilah bidan harus berperan aktif, karena
dengan asuhan yang kita berikan kita dapat memantau perkembangan ibu dan
janin, serta mendeteksi dini adanya komplikasi. Terapi konservatif yang bisa kita
lakukan sebagai bidan adalah dengan melakukan pendekatan personal sehingga
ibu mau dan aktif dalam memantau perkembangan kehamilannya saat ini, serta
memberikan KIE sesuai kebutuhan ibu.
Pada kasus Ny. A dengan kehamilan placenta letak rendah ini, apa yang ibu
dapatkan dan ibu terima selama perawatan di rumah sakit RSUD abdul wahab
sjahranie adalah terapi konservatif mengingat usia kandungan ibu yang masih
dalam 28 minggu serta kondisi ibu dan janin yang dalam kondisi baik, selaras
dengan apa yang ada pada teori, dimana pada kasus placenta letak rendah yang
disertai perdarahan pervaginam yang cukup banyak dan disertai kontraksi
immatur adalah terapi farmakologis dalam pemberian obat tokolitik yaitu
proterine drip pada penatalakasaan awal dan pemberian histolan, dimana kedua
jenis terapi ini berfungsi sebagai penghambat terjadinya kontraksi immatur. Dan
hal ini sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Prawirohardjo pada tahun
2010.
Dalam kasus ini model yang ingin kami terapkan terhadap ibu dengan
kehamilan placenta letak rendah adalah pendekatan melalui manual rujukan.
Dimana manual rujukan merupakan alur rujukan yang dikembangkan oleh pokja
atau tim rujukan di sebuah kabupaten atau kota. Manual rujukan bertujuan untuk
menjalankan sistematika rujukan pelayanan ibu dan bayi dikaitkan dengan sumber
pembiayaan. Manual rujukan tersusun dari kejadian yang dapat dialami oleh ibu
dan bayi dalam proses kehamilan serta persalinan. Dimana dalam
penatalaksanaanya kita dapat menggunakan skor poeji rohayati sebagai acuan
dalam menjalankan manual rujukan sehingga tepat pada sasarannya.

53
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

54
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan plasenta previa sebagai berikut:
1. Pengkajian data yang dilakukan dalam kasus tersebut telah terfokus pada
data-data yang dibutuhkan dalam membantu menegakkan diagnosis.
2. Proses analisis data atau interpretasi data, telah sesuai dengan data-data
yang menunjang serta sesuai dengan ketetapan nomenklatur dalam
kebidanan.
3. Rencana dan pelaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan dalam kasus
kehamilan dengan plasenta previa ini telah sesuai dengan kebutuhan klien
dan terfokus terhadap kebutuhan klien.
4. Evaluasi yang dilakukan dalam asuhan kebidanan dilakukan secara langsung
setelah pelaksanaan asuhan kebidanan, hal ini dilakukan untuk menilai
secara langsung keberhasilan dan keefektifan asuhan yang diberikan.

B. Saran
1. Diharapkan bidan dapat terus memotivasi untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya.
2. Diharapkan penulis dapat menambah referensi agar informasi lebih up to
date.

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, (2012). “Manajemen Pelayanan Kesehatan”. Yogyakarta: Nuha

55
Medika.

Anik Maryunani. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. Jakarta :

Trans Info Medika.

Anita, W. (2017) “Hubungan Paritas Dan Riwayat Sectio Cesarea Dengan

Kejadian Placenta Previa Di Rsud Arifin Achmad Pekanbaru,” Jurnal Endurance,

2(February), hal. 68–73. doi: 10.22216/jen.v2i1.1673.

Bari, Abdul. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta: Yayasan Prawirohardjo

Cooper, Fraser. 2009. Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC.

Depkes R.I (2009) “Pedoman program perencanaan dan pencegahan komplikasi

(p4k) dengan stiker,” 2009, hal. 1 of 50.

Fauziyah, Y. (2012). Obstetri Patologi Untuk Mahasiswa Kebidanan dan

Keperawatan. Yogyakarta: Nuha medika

Geri, Morgan dan Carol Hamilton. 2009. Obstetri dan Ginekoligi Panduan

Praktik. Jakarta: EGC.

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kemenkes RI;

2015.

Kusmiyati, et al. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitramaya.

Manuaba, IAC., I Bagus, dan IB Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit

Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. Edisi kedua. Jakarta: EGC.

56
Manuaba, IAC., I Bagus, dan IB Gde. 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit

Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. Edisi kedua. Jakarta: EGC.

Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Norma, Nita,dkk. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan Tinjauan Kasus.

Yogyakarta : Nuha Medika.

Nugroho, T. 2011. Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Nugroho. Taufan. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo

Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

R. James, dkk. 2002. Buku saku Obstetri dan Genekologi. Jakarta: Widya Medika

Rochjati, Poedji. 2003. Skrinning Antenatal pada Ibu Hamil. Surabaya :

Airlangga University Press.

Sofian, Amru. 2012. Sinopsis Obstetri Edisi 3. Jakarta: EGC

Sukarni, I dan Margareth, Z.H. (2013). Kehamilan, Persalinan dan Nifas,

Yogyakarta: Nuha Medika

Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :


Salemba Medika.

Wahyuningrum, Y. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ny. S Di Puskesmas Tirto

Kota Pekalongan : Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan 2012.

57
58

Anda mungkin juga menyukai