Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN

KASUS PADA IBU BERSALIN


DENGAN PLASENTA PREVIA TOTALIS
DI RUANG OK RSD IDAMAN BANJARBARU

Di Susun Oleh :
Ni iloh sridanti
NIM: 11194441920096

UNIVERSITAS SARI MULIA FAKULTAS KESEHATAN


DIPLOMA TIGA KEBIDANAN
BANJARMASIN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan
hidayahnya kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya saya dapat menyelesaikan
laporan kasus berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin dengan plasenta previa Di
ruang OK RSD Idaman Banjarbaru “.
Dalam penulisan ini penulis banyak mendapat bantuan bimbingan baik secara
langsung maupun tidak langsung sehingga laporan ini dapat selesai pada waktunya. Oleh
karena itu pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H.R Soedarto W.W.SpOG selaku Rektor Universitas Sari Mulia Banjarmasin
2. Ibu Anggrita Sari.,S.Si,T.,M.Pd.,M.Kes selaku Wakil Rektur 1 Universitas Sari Mulia
Banjarmasin
3. Ibu Ika Mardiatul Ulfa selaku Ketua Jurusan Kebidanan Unversitas Sari Mulia Banjarmasi
4. Ibu Dewi Pusparani Sinambela, SST., M.Kes sebagai sekertaris Universitas Sari Mulia
Banjarmasin
5. Ibu Nurul Hidayah, SST., M.Kes selaku penanggung jawab Praktik Klinik
6. Laurensia Yunita, SST., M.Kes selaku Pembimbing Pendidikan, yang telah berkenan
membimbing mulai dari tahap awal sampai dengan penyelesaian laporan kasus ini.
7. Tiurma BR. Sitampull, Amd.Keb. dan Karu selaku Pembimbing Praktik, di lahan pada saat
berdinas di Ruang OK RSD Idaman Banjarbaru, yang telah berkenan membimbing mulai
dari tahap awal sampai dengan penyelesaian laporan kasus ini.
8. Serta seluruh staf tenaga kesehatan di Ruang OK RSD Idaman Banjarbaru yang telah
banyak memberikan masukan dan bimbingan.
9. Teman-teman sejawat yang telah ikut berpartisipasi dan memberiksn motivasi dalam
penyusunan menyelesaikan laporan ini.

Penulisan laporan ini penulis rasakan masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis
memohon saran dan kritiknya dari pembaca sekalian. Akhir kata penulis berharap penulisan
laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Banjarmasin, November 2019

Ni Iloh Sridianti
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdarahan sebagai penyebab kematian maternal disebabkan oleh


beberapa faktor, salah satunya yaitu disebabkan karena plasenta previa.
Plasenta Previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uterus interna.
Karena plasenta menutupi seluruh jalan lahir, jelas tidak mungkin bayi
dilahirkan secara normal.
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi
sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh
karenanya bagian terendah sering kali terkendala memasuki Pintu Atas
Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan
normal plasenta umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau
belakang agak ke arah fundus uteri. (Saifuddin, 2014).
Faktor lain yang dapat mempengaruhi frekuensi pasenta previa yaitu
paritas. Ibu dengan multipara dikarenakan berkurangnya vaskularisasi dan
perubahan kondisi desidua menjadi atrofi karena persalinan sebelumnya
(Halimi, 2011). Plasenta dengan vaskularisasi yang tidak cukup kemudian
melakukan perluasan sampai menutupi seluruh bagian jalan lahir (Cresswell,
2013). Hasil penelitian oleh Ahmed tentang kejadian plasenta previa di
Sudan dan Saudi Arabia pada ibu multipara >3 memiliki risiko 28.75% untuk
mengalami kejadian plasenta previa (Ahmed, 2017).

Menurut data world health organization (WHO), angka kematian ibu di


dunia pada tahun 2015 adalah 216 per 100.000 kelahiran hidup atau
diperkirakan jumlah kematian ibu adalah 303.000 kematian dengan jumlah
tertinggi berada di negara berkembang yaitu sebesar 302.000 kematian, angka
kematian ibu 20 kali lebih tinggi dibandingkan angka kematian ibu di negara
maju hanya 239 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan di negara maju hanya
12 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (WHO,2015).
Kemenkes RI tahun 2017, Angka Kematian Bayi (AKB) turun dari
33.278 di tahun 2015 menjadi 32.007 pada tahun 2016, dan di tahun 2017 di
semester I sebanyak 10.294 kasus. Demikian pula dengan Angka Kematian
Ibu (AKI) turun dari 4.999 tahun 2015 menjadi 4912 di tahun 2016 dan di
tahun 2017 (semester I) sebanyak 1712 kasus. (kemenkes, 2017).
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan mencatat kasus
kematian ibu dan anak tahun 2016 tercatat ada 92 kasus kematian ibu dan 811
kasus kematian bayi. Sejak Januari hingga Agustus 2017, terjadi penurunan
yaitu 48 kasus kematian ibu serta 441 kasus kematian bayi.
Berdasarkan dinas kesehatan kota banjarmasin, kematian ibu pada
tahun 2011 mencapai 12 orang, meningkat menjadi 14 orang pada tahun 2012,
kemudian tahun2013 naik lagi menjadi 17 orang lalu turun menjadi 14 orang
pada tahun 2014 pada tahun 2015 angka kematian ibu juga 14 orang
sedangkan sampai juli tahun 2016 sudah ada 4 ibu meninggal di Rumah sakit.
Kematian ibu dikarenakan preeklams, pendarahan, dan lainnya. (Supriani,
2016)
Bayi dengan ibu yang mengalami kasus plasenta previa tidak dapat
dilahirkan secara normal dikarenakan plasenta menutupi seluruh jalan lahir.
Selain dikarenakan plasenta menutupi jalan lahir, pada kasus plasenta previa
ini seringkali ditemukan komplikasi lain. Menurut Manuaba (2010) komplikasi
yang bisa terjadi pada ibu hamil dengan plasenta previa adalah persalinan
prematur dan kelainan letak lintang. Persalinan prematur ini terjadi karena
tindakan penanganan aktif yaitu persalinan yang dilakukan untuk menghindari
perdarahan. Sedangkan komplikasi letak lintang terjadi karena pada usia
kehamilan sebelum aterem janin masih berotasi dan juga karena segmen
bawah rahim ditempati oleh plasenta.
Sectio Caesarea (SC) merupakan tindakan bedah untuk melahirkan
bayi yang dilakukan dengan cara insisi pada dinding abdomen ibu (WHO,
2010). Sebanyak 18.5 juta SC dilakukan setiap tahunnya di seluruh dunia dan
sekitar 10 % dari negara-negara di dunia memiliki tingkat SC 10-15 % (WHO,
2011).
Persalinan sectio caesarea menjadi salah satu faktor dalam
meningkatkan keselamatan ibu dalam persalinan (Nankali et al, 2014).
Riwayat persalinan sectio caesarea dapat menjadi salah satu faktor kejadian
plasenta previa, dikarenakan jaringan parut yang terbentuk pada endometrium
kelak mengakibatkan endometrium tidak siap sebagai tempat implantasi
plasenta (Rao et al, 2012).

Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk membuat laporan kasus
asuhan kebidanan pada ibu bersalin patologis sectio caesarea dengan kejadian
plasenta previa, di ruang OK RSD Idaman Banjarbaru.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas maka dapat di rumuskan masalah
pada kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada ibu bersalin Dengan
plasenta previa di RSD idaman Banjarbaru ?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan kebidanan pada Ny.M 26 tahun G3P2A0 hamil (28
minggu) dengan persalinan patologis di RSD Idaman Banjarbaru
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data subjektif dan data objektif pada Ny. M 26
tahun G3P2A0 hamil (28 minggu) dengan persalinan patologis di RSD
Idaman Banjarbaru
b. Merumuskan diagnosa kebidanan berdasarkan data subjektif dan data
objektif pada Ny. M 26 tahun G3P2A0 hamil (28 minggu) dengan
persalinan patologis di RSD Idaman Banjarbaru
c. Melakukan penatalaksanaan berdasarkan diagnosa, masalah, dan
kebutuhan pada Ny. M 26 tahun G3P2A0 hamil (28 minggu) dengan
persalinan patologis di RSD Idaman Banjarbaru
d. Melakukan pendokumentasian tindakan asuhan kebidanan pada Ny. M
26 tahun G3P2A0 hamil (28 minggu) dengan persalinan patologis di
RSD Idaman Banjarbaru.

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat mengaplikasikan serta menerapkan ilmu dan wawasan di lapangan
dalam memberikan asuhan kebidanan pada Ibu bersalin dengan plasenta
previa
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai tambahan informasi bagi tenaga kesehatan khususnya bidan
dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan
plasenta previa.
3. Bagi Institusi
a. Rumah Sakit
Sebagai referensi tambahan dalam upaya lebih peningkatan
mutu pelayanan asuahan kebidanan pada ibu bersalin dengan plasenta
previa dalam memberikan pelayanan yang optimal di dalam ruang
lingkup pelayanan maternal, serta mengoptimalkan tatalaksana dalam
pencegahan dan penanganan.
b. Pendidikan
Sebagai tambahan referensi pendidikan kebidanan khususnya dalam
penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan plasenta
previa.
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai


bentuk bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan
beratnya 500 gram. Plasenta merupakan organ yang sangat aktif dan
memiliki mekanisme khusus untuk menunjang pertumbuhan dan ketahanan
hidup janin. Hal ini termasuk pertukaran gas yang efisien, transport aktif zat-
zat energi, toleransi imunologis terhadap imunitas ibu pada alograft dan
akuisisi janin. Melihat pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi
kelainan pada plasenta akan menyebabkan kelainan pada janin ataupun
mengganggu proses persalinan. Salah satu kelainan pada plasenta adalah
kelainan implantasi atau disebut dengan plasenta previa. (Manuaba, 2010).
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi
sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh
karenanya bagian terendah sering kali terkendala memasuki Pintu Atas
Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan
normal plasenta umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau
belakang agak ke arah fundus uteri. (Saifuddin, 2014).

B. Klasifikasi Plasenta Previa


Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan
plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, karena
klasifikasi tidak didasarkan pada keadaan anatomi melainkan pada keadaan
fisiologis yang dapat berubah-ubah, maka klasifikasi ini dapat berubah setiap
waktu misalnya pada pembukaan yang masih kecil, seluruh pembukaan yang
lebih besar, keadaan ini akan menjadi plasenta previa lateralis. Ada juga
penulis yang menganjurkan bahwa menegakkan diagnose sewaktu atau
moment opname yaitu saat penderita diperiksa (Amru Sofian, 2011).
Klasifikasi plasenta previa menurut De Snoo dalam buku Amru Sofian
(2011), berdasarkan pembukaan 4-5 cm dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba
plasenta menutupi seluruh ostium.
2. Plasenta previa lateralis, bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian
pembukaan ditutupi oleh plasenta, dapat dibagi menjadi:
a. Plasenta previa lateralis posterior, bila sebagian menutupi ostium
bagian belakang.
b. Plasenta previa lateralis anterior, bila sebagian menutupi ostium
bagian depan
c. Plasenta previa lateralis marginalis, bila sebagian kecil atau hanya
pinggir ostium yang ditutupi plasenta.
Dalam buku Saifuddin (2014), secara umum plasenta previa dapat dibagi
menjadi empat, yaitu :
1. Plasenta previa totalis adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium
uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium
uteri internum.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya terletak pada
pinggir ostium uteri internum.
4. Plasenta previa letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih
kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm
dianggap plasenta letak normal.

C. Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Plasenta Previa


Penyebab plasenta dalam buku Amru Sofian (2011) belum diketahui
secara pasti, namun ada beberapa faktor yang meningkatkan kemungkinan
terjadinya plasenta previa, antara lain :
1. Umur
2. Keguguran berulang
3. Banyaknya jumlah kehamilan dan persalinan (paritas)
4. Hipoplasia endometrium
5. Korpus luteum bereaksi lambat
6. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium
7. Endometrium cacat, seksio cesarea, kuretase, dan manual plasenta
8. Kehamilan kembar
9. Riwayat plasenta previa sebelumnya

D. Patofisiologi
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-
kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus,
dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah
agak merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha
mencapaidilatasi serviks dan kelainan anak, pemisahan plasenta dari dinding
uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihidari sehingga terjadi pendarahan.

E. Gambaran Klinik
Gambaran klinik plasenta previa dalam buku Manuaba (2010) adalah
sebagai berikut :
1. Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester kedua
atau awal trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta previa.
Perdarahan pertama biasanya tidak banyak sehingga tidak akan
berakibat fatal, tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak
dari perdarahan sebelumnya.
2. Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan
tanpa nyeri yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati
akhir trimester kedua atau sesudahnya.
3. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang,
perdarahan yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan
waktu yang singkat, dapat menimbulkan anemia sampai syok.
4. Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas
Panggul (PAP) akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin
dalam rahim, dan dapat menimbulkan aspiksia sampai kematian janin
dalam rahim.

F. Komplikasi Plasenta Previa


Dalam buku Manuaba (2010) ada beberapa komplikasi yang bisa
terjadi pada ibu hamil yang menderita plasenta previa, yaitu :
1. Komplikasi pada ibu
a. Dapat terjadi anemia bahkan syok
b. Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang
rapuh
c. Infeksi karena perdarahan yang banyak
2. Komplikasi pada janin
a. Kelainan letak janin.
b. Prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi
c. Asfiksia intra uterin sampai dengan kematian

G. Cara Persalinan
Dalam buku Amru Sofian (2011) pada umumnya yang
menentukan tindakan dalam memilih cara persalinan yang terbaik
tergantung dari:
1. Jenis plasenta previa
2. Jumlah perdarahan : banyak atau sedikit tapi berulang-ulang
3. Keadaan umum ibu hamil
4. Keadaan janin: hidup, gawat, atau meninggal
5. Pembukaan jalan lahir
6. Paritas atau jumlah anak hidup
7. Fasilitas penolong dan rumah sakit
Setelah memperhatikan faktor-faktor tersebut di atas, ada dua pilihan
persalinan, yaitu :
Amniotomi atau pemecahan selaput ketuban adalah cara yang
terpilih untuk melancarkan persalinan pervaginam. Persalinan
pervaginam dengan melakukan amniotomi bertujuan agar bagian
terbawah janin menekan plasenta sehingga perdarahan berkurang atau
berhenti. Pemecahan selaput ketuban adalah cara yang terpilih untuk
melancarkan persalinan pervaginam, karena bagian terbawah janin akan
menekan plasenta yang berdarah, persalinan berlangsung lebih cepat,
dan bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti cincin
gerakan dan regangan segmen bawah rahim. (Amru Sofian, 2011).
Dalam buku Amru Sofian (2011) amniotomi dilakukan dengan
indikasi :
a. Plasenta previa lateralis atau marginalis atau letak rendah, bila telah
ada pembukaan.
b. Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau marginalis
dengan pembukaan 4 cm atau lebih.
c. Plasenta previa lateralis/marginalis dengan janin yang sudah
meninggal.
Persalinan Perabdominam dengan Seksio Cesarea
Persalinan dengan seksio cesarea bertujuan untuk secepatnya
mengangkat sumber perdarahan dengan demikian memberikan
kesempatan kepada uterus untuk berkontraksi menghentikan
perdarahannya dan untuk menghindari perlukaan serviks dan
segmen-segmen uterus apabila dilakukan persalinan pervaginam
(Saifuddin, 2014).
Dalam buku Amru Sofian (2011) seksio cesarea pada plasenta previa
dilakukan dengan indikasi :
a. Semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau meninggal;
semua plasenta previa lateralis, posterior, karena perdarahan
yang sulit di kontrol.
b. Semua plasenta previa lateralis posterior, karena perdarahan
yang sulit dikontrol dengan cara-cara yang ada.
c. Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan
tidak berhenti dengan tindakan-tindakan yang ada.
d. Plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang.
Perdarahan pada bekas insersi plasenta kadang-kadang
berlebihan dan tidak dapat diatasi dengan cara-cara yang ada.
H. Penanganan
Dalam buku Manuaba (2010) tindakan yang dapat
dilakukan bidan pada kasus plasenta previa adalah dengan cara :
1. Pasang infus dengan cairan pengganti (chloret, laktat ringer,
glukosa ringer)
2. Jangan melakukan pemeriksaan dalam karena akan
berakibat perdarahan bertambah banyak.
3. Segera melakukan tindakan rujukan ke rumah sakit dengan
fasilitas yang cukup untuk tindakan operasi dan sebagainya.
4. Pada kasus prematurus, setelah pemeriksaan dilakukan
pemecahan ketuban untuk menghentikan perdarahan.
Tekanan bagian terendah janin akan menekan plasenta
previa sehingga perdarahan berhenti.
5. Semua pasien dengan perdarahan per vagina pada kehamilan
trimester ketiga, dirawat di rumah sakit tanpa periksa dalam.
Bila pasien dalam keadaan syok karena pendarahan yang
banyak, harus segera diperbaiki keadaan umumnya dengan
pemberian infus atau tranfusi darah.
a. Keadaan umum pasien, kadar HB
b. Jumlah perdarahan yang terjadi
c. Umur kehamilan/taksiran BB janin
d. Jenis plasenta previa
e. Paritas clan kemajuan persalinan
1. Penanganan Ekspektif

Kriteria :

a. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu


b. Perdarahan sedikit
c. Belum ada tanda-tanda persalinan
d. Keadaan umum baik,
kadar Hb 8 gr% atau
lebih.
Rencana Penanganan :
a. Istirahat baring mutlak.
b. Infus D 5% dan elektrolit
c. Spasmolitik. tokolitik, plasentotrofik, roboransia.
d. Periksa Hb, HCT, COT, golongan darah.
e. Pemeriksaan USG.
f. Awasi perdarahan terus-menerus, tekanan darah, nadi
dan denyut jantung janin.
g. Apabila ada tanda-tanda plasenta previa tergantung
keadaan pasien ditunggu sampai kehamilan 37 minggu.
2. Penanganan Ekspektif

Kriteria :
a. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
b. Perdarahan sedikit
c. Belum ada tanda-tanda persalinan
d. Keadaan umum baik,
kadar Hb 8 gr% atau lebih.
Rencana Penanganan :
a. Istirahat baring mutlak.
b. Infus D 5% dan elektrolit
c. Spasmolitik. tokolitik, plasentotrofik, roboransia.
d. Periksa Hb, HCT, COT, golongan darah.
e. Pemeriksaan USG.
f. Awasi perdarahan terus-menerus, tekanan darah,
nadi dan denyut jantung janin.
g. Apabila ada tanda-tanda plasenta previa tergantung
keadaan pasien ditunggu sampai kehamilan 37
minggu
3. Penanganan Aktif
Kriteria
a. Umur kehamilan >/ = 37 minggu, BB janin >/ = 2500
gram.
b. Perdarahan banyak 500 cc atau lebih.
c. Ada tanda-tanda persalinan.
d. Keadaan umum pasien tidak baik ibu anemis Hb <8 gr%.
Untuk menentukan tindakan selanjutnya SC atau
partus pervaginam, dilakukan pemeriksaan dalam kamar
operasi, infusi transfusi darah terpasang. Indikasi Seksio
Cesarea :
a. Plasenta previa totalis.
b. Plasenta previa pada primigravida.
c. Plasenta previa janin letak lintang atau letak sungsang
d. Anak berharga dan fetal distres
e. Plasenta previa lateralis jika :
1. Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak.
2. Sebagian besar OUI ditutupi plasenta.
3. Plasenta terletak disebelah belakang (posterior).
4. Profause bleeding, perdarahan sangat banyak dan
mengalir dengan cepat.

I. Beberapa Pengaruh plasenta previa


terhadap kehamilan
1. karena terhalang oleh plasenta maka bagian terbawah janin tidak
dapat masuk PAP. Kesalahan-kesalahan letak, letak sungsang,
letak lintang, letak kepala mengapung.
2. Sering terjadi partus prematur, rangsangan koagulum darah pada
serviks, jika banyak plasenta yang terlepas kadar progesterone
menurun dan dapat terjadi his, pemeriksaan dalam.
terhadap partus
1. Letak janin yang tidak normal: partus akan menjadi patologis
2. Bila pada placeta previa lateralis ketuban pecah atau dipecahkan
dapat terjadi Prolaps funkuli.
3. Sering dijumpai insersi primer
4. Perdarahan

terhadap persalinan
1. Seksio sesarea
Seksio sesarea merupakan metode persalinan janin yang bisa
diterima hampir semua kasus pada plasenta previa. Jika letak
janin plasenta cukup jauh di posterior sehingga segmen bawah
uterus dapat di insisi tranversal tanpa mengenai jaringan plasenta
dan jika posisi sefalik, maka insisi yang disukai adalah insisi
transversal.
2. Pronosis
Prematuritas merupakan penyebab utama kematian perinatal,
sekalipun penatalaksanaan plasenta previa seperti yang
diharapkan sudah dilakukan.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tempat Praktik : RSD Idaman Banjarbaru


(Ruang OK)
Hari/ Tanggal Pengkajian : Senin, 05 november 2019
Jam Pengkajian : 11.00 WITA
Nomor RM : 302xxx
A. Data Subjektif
1. Identitas
Istri (Pasien) Suami (Penanggung Jawab)
Nama Ny. M Tn. R
Umur 26 tahun 29 tahun
Agama Islam Islam
Suku/bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Pedidikan SMU SMA
Pekerjaan IRT Karyawan Swasta
Alamat Jl. Sei XX Jl. Sei XX

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil 7 bulan, dengan mengeluh keluar darah segar lewat
jalan lahir tidak disertai dengan nyeri sejak jam 05:00 pagi. Hal ini
dirasakan dapat mengganggu aktivitas ibu.

3. Riwayat Perkawinan
Ibu kawin 1 kali, kawin pertama kali umur 20 tahun dengan suami
sekarang sudah 6 tahun.
4. Riwayat Haid
a. Menarche umur : 12 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Teratur / tidak : Teratur
d. Lamanya : 7 hari
e. Banyaknya : 3-5 kali ganti pembalut /hari
f. Dismenorhoe : pernah
g. HPHT : 30 april 2019
h. Taksiran Partus : 06 februari 2019

5. Riwayat Obstetri
G3P2A0

Kehamilan Persalinan Bayi Penyulit


No Tahun Nifas Ket
Tempat/ Keadaan
UK penyulit Cara Penyulit BB B K
Penolong Lahir

Tidak
1. 2014
atrm
Tidak ada Normal RS/bidan Tidak ada 3055 50 H
L idup
ada
Hidup

Plasentapre
2. 2016 pretrm
via
SC RS/Dokter T.A 2500 48 P T.A Hidup

3 2019

6. Riwayat Keluarga Berencana : ibu mengatakan tidak pernah


menggunakan KB
7. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Ibu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti
asma dan diabetes mellitus, penyakit menular seperti hepatitis dan
HIV/AIDS maupun penyakit kronis seperti jantung dan lainnya.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan bahwa keluarganya pernah menderita penyakit
keturunan seperti asma dan diabetes mellitus, dan tidak ada penyakit
menular seperti hepatitis dan HIV/AIDS maupun penyakit kronis
seperti jantung dan lainnya.
8. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. Selama hamil ibu periksa di : Puskesmas
b. Mulai periksa sejak usia kehamilan : 10 minggu
c. Frekuensi periksa kehamilan
Trimester I : 1 kali
Trimester II : tidak ada
Trimester III : 1 kali
d. TT 1 : Sudah diberikan sebelum menikah
TT II : Sudah diberikan setelah menikah
e. Keluhan / masalah yang dirasakan ibu
Keluhan/ Usia
No Tindakan Oleh ket
Masalah Kehamilan
Muntah
1 Pusing 10 minggu
KIE dan pemberian vitamin B6 -
dan asmef

11. Pola Kebutuhan Sehari-hari


a. Nutrisi
Makan
Jenis yang dikonsumsi : Nasi, lauk, sayur, susu dan air putih
Porsi makan : 1/2 porsi
Terakhir makan : 8 jam yang lalu
b. Eliminasi
1) BAB
Terakhir BAB : Tadi pagi
Konsistensi : Lembek
Warna : Kuning kecoklatan
2) BAK
Terakhir BAK : 1 jam yang lalu
Bau : Khas
Warna : Kuning jernih
3) Personal Hygiene
Terakhir mandi : Tadi pagi
Terakhir gosok gigi : Tadi pagi
Terapi ganti pakaian : Tadi pagi
4) Aktivitas
Selama merasakan nyeri perut ibu sering merubah-rubah posisinya
seperti berbaring terlentang, miring kanan kiri dan berjalan-jalan.
5) Tidur dan Istirahat
Selama merasakan nyeri perut mules dan ibu tidak bisa tidur.
6) Pola Seksual
Tidak ditanyakan

11 Data Psikososial dan Spiritual


a. Ibadah yang dilakukan ibu saat ini : Berdoa dan berdzikir
b. Perasaan ibu terhadap proses persalinan yang akan dilaluinya : Cemas
c. Yang diharapkan ibu menjadi pendamping persalinan : Suami dan
keluarga
d. Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami dan keluarga

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Berat badan
Berat badan sebelum hamil : 57 kg
Berat badan sekarang : 61 kg
d. Kenaikan BB : 10 kg
e. Tinggi badan : 147 cm
f. LILA : 26,5 cm
g. Tanda vital : TD : 110/80 mmHg Nadi : 82x/menit
Suhu : 36,7ºC Respirasi : 22x/menit
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
1) Kepala : Kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, rambut
tidak rontok, rambut berwarna hitam.
2) Muka : Muka tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum,
tidak ada odema.
3) Mata : Bentuk mata kiri dan kanan simetris, konjungtiva
kiri dan kanan tidak pucat, sklera kiri dan kanan
tidak kekuningan.
4) Hidung : Hidung bersih, tidak ada polip, tidak ada sekret.
5) Mulut : Bibir tidak pucat, lidah bersih, tidak sariawan,
tidak ada karies gigi.
6) Telinga : Bentuk telinga kiri dan kanan simetris, tidak ada
pengeluaran cairan atau serumen di telinga kiri
dan kanan.
7) Leher : Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid dan
vena jugularis.
8) Dada : Bentuk simetris saat inspirasi dan ekspirasi serta
tidak ada retraksi dada
9) Payudara : Pada payudara kiri dan kanan bentuknya simetris,
tidak ada dan tidak teraba massa pada kiri dan
kanan payudara, kedua puting susu menonjol,
tampak hiperpigmentasi pada areola kiri dan
kanan. Tampak pengeluaran colostrum.
10) Abdomen : Tidak tampak jaringan parut, tampak bekas
luka operasi, tampak linea nigra dan striae
gravidarum.
11) Vulva : Teradapat perdarahan berwarna merah segar tidak
ada jaringan paru dan parises pada vagina
12) Ekstremitas : Atas (tangan kanan dan kiri) dan bawah (kaki
kanan dan kiri) tampak simetris dan tidak tampak
odema.
b. Palpasi
1) Leher : Tidak teraba pembesaran klenjar tyroid dan vena
jugularis
2) Dada : Tidak teraba nyeri tekan dan benjolan
3) Mamae : Tidak teraba nyeri tekan, tidak ada
benjolan
abnormal, sudah ada pengeluaran colostrum
4) Abdomen
a) Leopold I : TFU 3 jari di atas pusat teraba bagian atas
perut ibu lunak, bundar, dan tidak melenting
(bokong janin)
b) Leopold II : Bagian kiri perut ibu teraba keras, memanjang
(pu-ki) dan bagian kanan perut ibu teraba
bagian-bagian kecil janin(ekstremitas).
c) Leopold III : Bagian terbawah janin teraba bulat, keras,
melenting dan tidak bisa digoyangkan (pres-kep).
d) Leopold IV : Bagian terendah janin belum masuk
PAP(konvergen)

Mc. Donald : TFU 28 cm


TBJ : (TFU – 12) x 155 = (28-12) x 155 = 2.480gr
His : 2x dalam 10 menit durasi 30 detik
5) Ekstremitas
Atas : Kiri dan kanan simetris dan tidak ada odema
Bawah : Kiri dan kanan simetris dan tidak ada odema
6) Pemeriksaan Panggul Luar
Tidak Dilakukan
7) Pemeriksaan Dalam tidak dilakukan karena plasenta berada di
jalan lahir
c. Auskultasi
DJJ (+) : 142x/menit, frekuensi teratur
d. Perkusi
Reflex patela : kiri/kanan, (+)/(+)
Cek ginjal : kiri/kanan, (-)/(-)
3. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Hb : 10,5 gr %
USG : Hasilnya terlihat plasenta menutupi jalan lahir.

C. Analisa Data
1. Diagnosa : G3P2A0 umur kehamilan 28 minggu inpartu janin
tunggal hidup intra uteri dengan plasenta previa
2. Masalah : Ibu merasa kawatir dalam menghadapi persalinan SC
3. Kebuuhan : KIE dan tindakan SC.

D. Penatalaksanaan
1. Memebantu ibu mengganti pakaian yang sudah disiapkan diruang operasi
“Baju ibu sudah diganti”
2. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan dari kepala sampai kaki
terdapat perdarahan di daerah vulva, umur kehamilan 28 minggu, dengan
TD : 110/80 mmHg, Nadi : 82 x/menit, Pernapasan : 22 x/menit, dan Suhu
36,7 oC, IMT: 25,2 , DJJ :142x/menit, HB: 10,5gr/dl dan hasil USG
terlihan plasenta menutupi jalan lahir sehingga menyebabkan perdarahan.
TFU 3 jari diatas pusat persentassi bokong, punggung kiri, taksiran
persalinan ibu 06 februari 2019 dihitung dari HPHT 30 april 2019 taksiran
persalinan bisa maju seminggu dan bisa mundur satu minggu kondisi ibu
dan janin dalam keadaan baik
“Ibu mengetahui keadaan ibu dan janin baik dan semua hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan bidan”
3. Kalaborasi dengan dokter specialis obstretic dan ginekologi untuk
pemberian O2 sebanyak 2 liter dan pemberian terapi infus RL drip oxy 10
IU sebanyak 20 tpm.
“Terapi sudah diberikan”
4. Meminta inforn consent kepada ibu dan keluarga untuk tindakan SC
“Ibu dan keluarga setuju untuk dilakukan tindakan”
5. Melakukan tindakan keselamatan pembedahan sign in (tindakan sebelum
induksi anastesi), time out (perkenalan diri dari masing masing tim yang
akan melakukan tindakan ), sign aout (tim bedah akan meninjau operasi
yang telah dilakukan)
“Tindakan keselamatan kerja telah dilakukan”
6. Menjaga privasi ibu dengan cara menggunakan sampiran menyelimuti
pasien dan tidak menghadirkan orang lain tanpa seizin dan sepengetahuan
ibu yang dapat membuat ibu menjadi merasa kurang nyaman.
” Ibu merasa nyaman”
7. Memantau keadaan umum ibu sebelum proses operasi dimulai
“pemantauan sudah dilakukan”
8. Mengantar ibu masuk keruang operasi OK untuk dilakukan SC (Sectio
caesaria).
“ibu sudah diantar keruangan operasi opersi OK”
9. Mengobservasi tindakan anastesi secara spinal anastesi blok atau bius
setengah badan sampai ibu setengah sadar dan selanjutnya dilakukan
tindakan sectio caesaria.
“Ibu siap untuk melakukan operasi abdominan SC”
10. Setelah pasien selesai operasi SC pasien di bawa keruangan RR (recovery
room) untuk monitoring keadaan ibu sekitar 1-2 jam diruang RR hingga
keadaan ibu menjadi stabil dengan pemantauan nadi dan oksigen dalam
darah menggunakan alat monitor. serta mengobservasi TTV, mengatur
posisi ibu berbaring dan tidak menganjurkan ibu menggunakan bantal dan
duduk
“keadaan Ibu mulai membaik di ruang pemulian “
11. Memberikan edukasi terhadap ibu seperti menganjurkan ibu mobilisasi
miring kiri kanan setelah reaksi obat bius stabil. 4 jam setelah operasi ibu
di boleh makan dan minum.
“Edukasi kepada ibusudah di sampaikan”
12. Setelah keadaan ibu stabil ibu langsung dipindahkan keruangan perawatan
“ibu diantar keruangan perawat”
BAB IV
PEMBEHASAN

Pada langkah ini penulis dapat mengkaji data pada Ny. M G3P2A0 uk
28 minggu dengan kehamilan plasenta previa. Hal ini sesuai teori yang
didasari dari Plasenta previa adalah sebagai keadaan dimana plasenta
berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium
uteri internal) dan oleh karenanya bagian terendah sering kali terkendala
memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin
dalam rahim. Pada keadaan normal plasenta umumnya terletak di korpus
uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus uteri. (Saifuddin,
2014).
Berdasarkan data Subjektif Ny. M umur 26 tahun uk 28 minggu
mempunyai keluhan utama Ibu mengeluh keluar darah segar lewat jalan
lahir dan dari riwayat persalinan sebelumnya ibu mengatakan pernah
mengalami kehamilan dengan plasenta previa hal ini sesuai dengan teori
(Manuaba (2010) yaitu Darah berwarna merah terang pada umur
kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga merupakan tanda
utama plasenta previa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak
sehingga tidak akan berakibat fatal, tetapi perdarahan berikutnya hampir
selalu lebih banyak dari perdarahan sebelumnya.
Berdasarkan data Objektif ditemukan hasil pemeriksaan penunjang USG
terlihat plasenta menutupi jalan lahir sehingga menyebabkan perdarahan
dari jalan lahir sehingga ibu tidak dapat melahirkan secara normal,
dikarenakan dapat menyebabkan komplikasi lainnya seperti perdarahan
terus menerus. Ini sesuai dengan teori dari manuaba 2010. Sehingga
tidak ada kesenjangan teori.
Sesuai teori Amru Sofian (2011) yang mengatkana Semua plasenta
previa sentralis, janin hidup atau meninggal; semua plasenta previa
lateralis, posterior, karena perdarahan yang sulit di kontrol maka Ny. M
umur 26 tahun uk 28 minggu dengan kehamilan patologis plasenta
previa totalis tidak dapat melakukan persalinan secara normal
dikarenakan plasenta menutupi jalan lahir dan bisa menyebabkan
perdarhan maka Persalinan Perabdominam dengan Seksio Cesarea
bertujuan untuk secepatnya mengangkat sumber perdarahan dengan
demikian memberikan kesempatan kepada uterus untuk berkontraksi
menghentikan perdarahannya dan untuk menghindari perlukaan serviks
dan segmen-segmen uterus apabila dilakukan persalinan pervaginam
(Saifuddin, 2014).
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu hamil dengan plasenta
previa yaitu memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan dari kepala
sampai kaki terdapat perdarahan di daerah vulva, umur kehamilan 28
minggu, dengan TD : 110/80 mmHg, Nadi : 82 x/menit, Pernapasan : 22
x/menit, dan Suhu 36,7 oC, IMT: 25,2, DJJ :142x/menit, HB: 10,5gr/dl
dan hasil USG terlihan plasenta menutupi jalan lahir sehingga
menyebabkan perdarahan. TFU 3 jari diatas pusat persentassi bokong,
punggung kiri, taksiran persalinan ibu 06 februari 2019 dihitung dari
HPHT 30 april 2019 taksiran persalinan bisa maju seminggu dan bisa
mundur satu minggu kondisi ibu dan janin dalam keadaan baik. Untuk
memenuhi kebutuhan cairan pada ibu maka berkalaborasi dengan dokter
specialis obstretic dan ginekologi untuk pemberian O2 sebanyak 2 liter
dan pemberian terapi infus RL drip oxy 10 IU sebanyak 20 tpm,
kemudian Meminta inforn consent kepada ibu dan keluarga untuk
tindakan SC, Melakukan tindakan keselamatan pembedahan sign in
(tindakan sebelum induksi anastesi), time out (perkenalan diri dari masing
masing tim yang akan melakukan tindakan ), sign aout (tim bedah akan
meninjau operasi yang telah dilakukan), Memantau keadaan umum ibu
sebelum proses operasi dimulai, Mengobservasi tindakan anastesi secara
spinal anastesi blok atau bius setengah badan sampai ibu setengah sadar
dan selanjutnya dilakukan tindakan sectio caesaria, Setelah pasien selesai
operasi SC pasien di bawa keruangan RR (recovery room) untuk
monitoring keadaan ibu sekitar 1-2 jam diruang RR hingga keadaan ibu
menjadi stabil dengan pemantauan nadi dan oksigen dalam darah
menggunakan alat monitor. serta mengobservasi TTV, mengatur posisi
ibu berbaring dan tidak menganjurkan ibu menggunakan bantal serta
duduk, Memberikan edukasi terhadap ibu seperti menganjurkan ibu
mobilisasi miring kiri kanan setelah reaksi obat bius stabil. 4 jam setelah
operasi ibu di boleh makan dan minum, Setelah keadaan ibu stabil ibu
bisa dipindahkan keruangan perawatan. Dari penatalaksanaan yang
diberikan terdapat ke sesuai dengan Teori Manuaba 2010 yang
mengatakan tindakan yang dapat dilakukan bidan pada kasus plasenta
previa adalah dengan cara Pasang infus dengan cairan pengganti (chloret,
laktat ringer, glukosa ringer) Jangan melakukan pemeriksaan dalam
karena akan berakibat perdarahan bertambah banyak. Semua pasien
dengan perdarahan per vagina, dirawat di rumah sakit tanpa periksa
dalam. Bila pasien dalam keadaan syok karena pendarahan yang banyak,
harus segera diperbaiki keadaan umumnya dengan pemberian infus atau
tranfusi darah.
Penatalaksanaan Persalinan sectio caesarea menjadi salah satu faktor
dalam meningkatkan keselamatan ibu dalam persalinan sesuai teori
(Nankali et al, 2014). Ibu dengan Riwayat persalinan sectio caesarea
dapat menjadi salah satu faktor kejadian plasenta previa, dikarenakan
jaringan parut yang terbentuk pada endometrium kelak mengakibatkan
endometrium tidak siap sebagai tempat implantasi plasenta sesuai
dengan teori (Rao et al, 2012).
Dari penatalaksanaan yang telah dilakukan pada Ny.M sudah sesuai
dengan teori plasenta previa. Hasil analisis yang dilakukan pada Ny. M
di ruang OK RSD Idaman Banjarbaru dapat saya simpulkan bahwa ada
terdapat kesesuaian antara teori dengan kenyataan yang terjadi dilahan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Plasenta previa didefinisikan sebagai keadaan dimana plasenta
berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir
(ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian terendah sering kali
terkendala memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) atau menimbulkan
kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan normal plasenta umumnya
terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah
fundus uteri. (Saifuddin, 2014).
Dari pengkajian data subjektif dan objektif diatas dapat ditegakkan bahwa
Ny. M umur 26 tahun G3P2A0 UK 28 minggu pada tanggal 05
november 2019 di ruang ok di RSD IDAMAN Banjarbaru inpartu kala
I fase aktif dengan kehamilan patologis. Menurut teori (Manuaba
(2010) penatalaksanaan sebelum masuk ruang operasi memberikan
KIE Konseling, kebutuhan dasar selama persalinan kala I yaitu
mengatur posisi ibu dengan menyarankan miring kiri, pemberian
cairan intravena. Pada saat melakukan pengkajian data didapatkan dari
keluhan ibu mengalami perdarahan lewat jalan lahir dan kalaborasi
dengan tenaga medis lain.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu hamil dengan plasenta previa
yaitu memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan dari kepala sampai
kaki terdapat perdarahan di daerah vulva, umur kehamilan 28 minggu,
dengan TD : 110/80 mmHg, Nadi : 82 x/menit, Pernapasan : 22
x/menit, dan Suhu 36,7 oC, IMT: 25,2, DJJ :142x/menit, HB: 10,5gr/dl
dan hasil USG terlihan plasenta menutupi jalan lahir sehingga
menyebabkan perdarahan. TFU 3 jari diatas pusat persentassi bokong,
punggung kiri, taksiran persalinan ibu 06 februari 2019 dihitung dari
HPHT 30 april 2019 taksiran persalinan bisa maju seminggu dan bisa
mundur satu minggu kondisi ibu dan janin dalam keadaan baik.
Dari penatalaksanaan yang telah dilakukan pada Ny.M sudah sesuai
dengan teori plasenta previa. Hasil analisis yang dilakukan pada Ny. M
di ruang OK RSD Idaman Banjarbaru dapat saya simpulkan bahwa ada
terdapat kesesuaian antara teori dengan kenyataan yang terjadi dilahan.

B. Saran
1. Bagi Penulis
Dapat mengaplikasikan serta menerapkan ilmu dan wawasan di
lapangan dalam memberikan asuhan kebidanan pada Ibu bersalin
dengan plasenta previa
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai tambahan informasi bagi tenaga kesehatan khususnya bidan
dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan
plasenta previa.
3. Bagi Institusi
a. Rumah Sakit
Sebagai referensi tambahan dalam upaya lebih peningkatan
mutu pelayanan asuahan kebidanan pada ibu bersalin dengan
plasenta previa dalam memberikan pelayanan yang optimal di
dalam ruang lingkup pelayanan maternal, serta mengoptimalkan
tatalaksana dalam pencegahan dan penanganan.
b. Pendidikan
Sebagai tambahan referensi pendidikan kebidanan khususnya
dalam penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan
plasenta previa.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, M. F ., A. S. Rao.,S. R. Ahemad., M. Ibrahim. (2017). Phytochemical


studies and antioxidant Activity of Melia azedarach linn leaves bDpph
scavenging assy. Internasional jornal of pharmaceutical applications
3(1): 271-276.

Amru, Sofian. 2011. Rustam mochtar synopsis obstretri: Obsteri Operatif,


Obstretri Social Edisi 3 jilid 1&2. EGC: Jakarta.

Depkes RI 2010. Departemen Kesehatan RI: jakarta.

Manuaba, I.B.G.,2010. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan obstretri


Ginekologi Sosial untuk profesi Bidan. Jakarta: EGC Rao et al, 2012

Sulistyawati, Ari. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta : EGC


2015. Buku Propil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

Saifuddin dkk. 2014 , Buku Acuan Nasional Pelayanan Keshatan Maternal


dan Neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

World Health Organization. 2015. Trends in Maternal Mortality 1990 to 2015


Estimates by WHO, UNICEF UNFPA, World Bank Group and
the Untited Nations Population Division: World Health
Organization.

Anda mungkin juga menyukai