PROPOSAL
OLEH
ELLA RAHMADANI
NIM:P00320218009
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Plasenta previa merupakan salah satu risiko dalam kehamilan. Apabila plasenta
previa ini tidak ditangani dengan baik, maka akan menyebabkan perdarahan
yang dapat membahayakan jiwa ibu maupun janin (Santoso, 2015) dalam
depan ;vias : (jalan).jadi yan di mkasud adalah plasenta yang implantasi tidak
normal ialah rendah sekali sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium
internum. Implantasi plasenta yang normal adalah pada dinding depan atau
segmen bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium
2008 prevalensi plasenta previa sekitar 458 dari 100.000 kelahiran setiap
sekitar 320 dari 100.000 kelahiran (Setriani (2011) dalam Wahyu dkk, 2019).
Prevalensi plasenta previa tertinggi terdapat wilayah Asia yaitu sekitar
kasus plasenta previa berkisar antara 2,4% sampai 3,56% dari seluruh
kehamilan (Fitrianingsih (2014) dalam Wahyu dkk, 2019). Untuk kematian ibu
WHO dilaporkan berkisar 15% sampai 20% kematian ibu dan insidennya
berkembang berkisar antara 1% sampai 2,4% dan di negara maju lebih rendah
yaitukurang dari 1%. Angka kejadian pada beberapa rumah sakit umum
antara 1,7% sampai 2,9% (Maesaroh (2016) dalam Diana dkk, 2018).
plasenta previa sebelumnya ibu hamil dengan usia muda atau kurang dari 20
tahun dan usia tua atau lebih dari 35 tahun memiliki risiko lebih besar untuk
kasus plasenta previa sebanyak 2% (Prasanth (2016) dalam Diana dkk, 2018).
Sedangkan di Indonesia dilaporkan oleh beberapa peneliti kasus plasenta
antara usia kehamilan dengan kejadian plasenta preveia di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo. Kehamilan usia > 35 tahun merupakan salah satu faktor
Riwayat Kuretase dan Sectio Caesarea pada Pasien dengan Plasenta Previa di
plasenta previa yaitu prolaps tali pusat, prolaps plasenta, robekan pada jalan
lahir, plasenta terlalu melekat sehingga harus dikeluarkan manual dan bahkan
dan bahkan bayi dapat lahir dengan premature atau lahir mati (Maryunani
Kematian ibu dan perinatal hampir seluruhnya terjadi pada ibu hamil
dengan risiko tinggi yang disertai komplikasi atau keadaan kegawat daruratan.
Adapun komplikasi yang terjadi pada masa kehamilan karena perdarahan salah
satunya yaitu plasenta previa (Maryunani (2016) dalam Diana dkk, 2018).
Menurut WHO tahun 2015 ada sekitar 830 perempuan meninggal setiap
tahun 2007. Mortality rate pada SC adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran hidup.
dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Hal ini tidak terlepas dari kondisi
ibu yang dirujuk ke rumah sakit, kualitas penanganan kehamilan risiko tinggi,
menyebabkan risiko pada ibu ataupun pada janin seperti proses persalinan
normal lama atau kegagalan proses persalinan normal, plasenta previa, panggul
sempit, distosia serviks, pre eklamsi berat, ruptur uteri iminen, perdarahan
antepartum, ketuban pecah dini, janin letak lintang, letak bokong, fetal distres
masih tinggi, sehingga angka ini harus ditekan dengan upaya tindakan SC
SC yang tepat.
penyuluhan kepada klien, maupun bentuk desiminasi ilmu pada peserta didik
A. BATASAN MASALAH
Masalah pada studi kasus di atas pada asuhan keperawatan pada Pasien
keperawatan pada pasien post sectio caesarea dengan indikasi plasenta previa di
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Penulisan
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian mulai dari data subjektif pada ibu pos
buat pada Pasien Post Sectio Caesarea dengan indikasi Plasenta Previa.
Plasenta Previa.
C. MANFAAT
1. Manfaat Teoritis
dapt di jadikan bahan penulisan lebih lanjut sebgi dasar untuk peningktsn
2. Manfaat praktis
a. Bagi Perawat
Previa.
d. Bagi Ibu
Hasil yang di harapkan dapt memberikan pemahaman pada Ibu
Previa.
tugaskan di lapangan.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta yant letaknya abnormal yaitu pada semen
bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau ostum uteri internum. Plasenta
previa adalah plasenta yan letak abnormal, yaitu pada semen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau pembukaan jalan lahir. (Manjoer, arief,
letaknya abnormal yaitu pada semen bawah uterus sehingga menutupi sebagian
rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi sebagian
Plasenta previa adalah kondisi dimana plasenta yang melekat pada bagian
bawah uterus menutupi sebagian atau seluruh leher rahim (cervix) sehingga
pembuluh darah besar berada di sekitar mulut rahim. (Anik maryunani 2016).
Plasenta Previa adalah plasenta yan letaknya abnormal yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir. Pada keadaan normal Plasenta terletak di baian atas uterus. Plasenta Previa
tidak tertanam dalam korpus uteri jauh dari ostium internus servis, tetapi terletak
sanat dekat pada ostum internus tersebut. Menurut Prawiroharjo, Plasenta previa
adalah plasenta yan ada didepan jalan (prae= di depan ; vias = jalan). Jadi yang di
maksud plasenta previa ialah plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah
jalan lahir
c. Anatom fisiologi
d. Etiologi
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit di tentukan, tetapi ada beberapa
e. Faktor predisposisi
Menurut mochtar (1998), dalam ayu (2016) faktor prediposisi dan presipitasi
3. Terlambatnya implantasi:
f. Patofisiologi
20 minggu.
b. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan luar bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas
panggul.
2. Pemeriksaan inspekulo: perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum.
timbulnya penyulit pada ibu yaitu anemia sampai kematian janin dralam
rahaim, bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul dan atau di
(norma, 2017).
h. Tindakan medis
a. Terapi ekspektatif
1) Pengantar
kemudian berhenti.
batas normal.
d) Uji pemantangan paru janin dengan es kocok (bubble test) dari test
amniosentsis.
(kecuali apabila rumah pasien di luar kota dan jarak untuk mecapai
b. Prosedur diagnostic
22 minggu.
c. Pemeriksaan obstetrik:
a. Pemeriksaan luar :
b. Pemeriksaan inspekulo:
darin osteum uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina.
ultrasonografi (USG).
c. Diet
a. Pengertian
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram
(Aspiani, 2017).
sayatan pada dinding depan perut; seksio sesarea juga dapat di definisikan
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Nurarif &
Kusuma, 2016)
Menurut Ferrer (2001), ada beberapa tipe sectio caesarea, yaitu :
caesarea.
b. Etiologi / Indikasi
a. Indikasi Ibu :
2) Panggul sempit.
4) Partus lama
5) Ruptur uteri mengancam
7) Distosia serviks.
9) Disfungsi uterus.
1) Letak lintang
2) Letak bokong
4) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dengan cara-
(shoulder presentation)
d) Gawat janin.
6) Kelainan uterus :
a) Uterus arkuatus
b) Uterus septus
c) Uterus duplektus
d) Terdapat tumor di pelvis minor yang mengganggu masuk kepala
a. Ibu
2) Disfungsi uterus
4) Plasenta previa
b. Anak
1) Janin besar
2) Gawat janin
3) Letak lintang.
b. Panggul sempit
e. Partus lama
g. Distosia serviks
h. Pre eklamsia dan hipertensi
i. Malpresentasi janin
c. Komplikasi
sering kita jumpai pada partus terlantar, sebelum timbul infeksi nifas,
telah terjadi infeksi partum karena ketuban yang telah pecah terlalu
lama.
b. Perdarahan karena :
2) Antonia uteri.
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada ibu sectio caeasarea menurut Nurarif
b. Pemantauan EKG
d. Elektrolit
e. Hemoglobin/Hematokrit
f. Golongan darah
g. Urinalis
1. pengkajian
caesarea karena kehamilan plasenta previa adalah sebagai berikut adalah sebaai
berikut: Tinjuan ulang catatan prenatal dan intraoperatif dan adanya indikasi
situasi baru.
epidural.
h. Pernafasan: bunyi paru jelas dan vesicular tidak ada wheezing maupun
ronchi.
i. Keamanan: balutan abdomen dapat tampak sedikit noda atau kerinh dan
nyeri tekan.
2.Diagnosa keperawatan
muncul pada klien post sectio caesarea karena kehamilan plasenta previa adalah
sebagai berikut:
peroistiwa kehidupan,
perineal/reltal.
efek anestesi.
diagnosa keperawatan yang muncul pada klien pasca prtum adalah sebagai
berikut:
tubuh ( striae ).
individu.
yang tidak realistik terhadap diri, bayi, dan pasangan, anak yan tidak
pelahiran.
3.Intervensi keperawatan
kopin terhdap klien akan menendong bayi bila kondisi ibu dan neonatus
tepat. Mulai secara mengikuti tugas keperawatan bayi baru lahitr dengan
tepat.
Mandiri
ikatan keluarga terjadi karena karena ibu dan bayi secara emosional,
klien dari rasa kecewa atau tidak adekuat. (catat: meskipun klien telah
anak serta bantu klien dan perawatan bayi, sesuai kemungkinan situasi.
bayi baru lahir pada waktu dimana prosedur dan kebutuhan fisiknya
Perkirakan.
kelahiran.
keluarga).
Rasional : Meningkatkan kesatuan keluarga, dan membantu sibling
11) Beritahu anggota tim perawat yang tepat (mis, staf ruang perawatan
pemecahan pulang.
b. Nyeri (akut) ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma pembedahan
abdomen.
tepat.
Recana tindakan :
kuat dan teratur, dan ini berlanjut selama 2-3 hari berikutnya,
terdengar.
indwelling.
otak turun ke dasar tengkorak bila klien pada posisi tegak. HKK
lebih agresif.
tidak nyeri tekan, dengan puting bebas dari area pecah-pecah atau
lebih serius/
otot.
16) Anjurkan klien mulai memberi makan dari puting yang tidak
17) Berikan kompres es pada area aksila payudara bila klien tidak
18) Berikan analgesik setiap 3-4 jam, berlanjut dari rute Intra Vena
(IV) atau Intra Muscular sampai ke rute oral. Berikan obat pada
setelah tanda vital stabil dan tidak lebih cepat dari 4 jam setelah
mencegah kebocoran.
Mandiri
pengungkapan masalah
kegagalan dalam hidup oleh klien/ pasangan dan hal tersebut dapat
MK: klien pada 4jam sampai 3 hari paska partum. Dk: resiko tinggi
kebutuhan kusus)
bayi.
malu/bersalah).
Mandiri
secsio sesaria
membuat klien tidak adekuat dan lelah gagal sebagai wanita. Ayah
prenatal anterpratal.
mempersalahkan.
reaksi maladaptif.
lanjut.
Mandiri
2) Pantau TD, nadi dan suhu. Catat kulit dingin, basah, nadi lemah,
berkelanjutan.
terjadinya komplikasi.
sebaliknya.
tersebut.
8) Minta klien duduk dilantai atau kursi dengan kepala diantara kaki,
10) Perhatikan efek-efek MgS04 bila diberikan. Kaji respon patella dan
tromboemboli.
ekstremitas bawah.
14) Evaluasi status rubella (cacar) klien pada grafik pranatal (titer
alergi pada telur atau kulit; bila ada, tunda vaksin. Berikan
melalui infus secara intra vena pada periode intra operasi dan awal
cairan).
19) Berikan kaus kaki penyokong atau balutan elastis untuk kaki bila
tidak demam, tidak ada bunyi nafas adventisiusis, urine jernih kuning
pucat.
Mandiri
infeksi.
c, dan besi.
meningkatkan penyembuhan.
uterus bahwa sembuhnya lebih cepat dari pada insisi klasik dan
pseudomonas.
8) Bantu sesuai kebutuhan pada pengangkatan jahitan kulita atau
klips.
sampai 38,3 C pada hari kedua dalam 10 hari pasca partum adalah
bermakna.
sering.
meningkatkan hygiene.
penyembuhan.
18) Inspeksi sekitar infuse IV terhadap tanda eritema atau nyeri tekan.
lain.
19) Evaluasi kondisi puting, perhatikan adanya pecah-pecah,
yang tepat.
resiko mastitis.
20) Kaji bunyi paru dan pernafasan mudah atau susah. Perhatikan
mukopurulen.
setelah pembedahan.
produktif.
mengeluarkan bekuan-bekuan/membran.
23) Pantau hasil tes laboratorium, seperti nitrogen urea darah (BUN)
dan urine 24 jam terhadap protein total, klirens kreatinin, dan asam
sesuai kebutuhan.
28) Dapatkan kultur darah, vagina, dan urine bila inveksi di curigai.
pecah ketuban selama 6 jam atau lebih lama dari pada klien yang
teridentifikasi.
Mandiri
bising usus tidak terdengar samar pada hari kedua, dan aktif pada
hari ketiga.
ambulasi dini.
sumber-sumber.
Mandiri
menimbulkan konflik.
istirahat.
menerima penyuluhan.
4) Perhatikan status psikologis dan respon terhadap kelahiran sesaria
tempat tidur untuk posisi berdiri, klien dapat mengurangi stres pada
insisi.
baru.
untuk memberi makan bayi secara bergantian pada kanan dan kiri
bayi.
pemulihan.
Mandiri
urine.
sangkatatn kateter.
hangat diatas perinium dan diulanng sebayak dua kali atau lebih).
10) Pantau hasil tes laboratorium, seperti blood urea nitrogen (Bun)
dan urine 24 jam untuk protein total. Klireus kreatinin, dan asam
Mandiri
kenyamanan terpenuhi.
mendapatkan otonomi.
diarahkan untuk berbaring datar dan tanpa bantal untuk 6-8 jam
4) Ubah posisi klien setiap 1-2 jam, bantu dalam latihan paru,
kesejahteraan.
(misalnya, antibiotik).
Menurut judith M. Wilkinson (2016) perencaan keperawatan klien
Tujuan/Kriteria Hasil
1) Mendemonstrasikan saebelum pelahiran, orang tua akan
sejajar dengan kontak mata; orang tua akan bermain dengan bayi;
orang tua akan memberi respons terhadap isyarat; orang tua akan
menghibur dan menenangkan bayi; orang tua akan menjaga bayi tetap
kering, bersih dan hangat; bayi akan melihat orang tuanya; bayi akan
Intervensi:
baru lahir.
lain.
kerlainan.
terdapat
Orang tua.
15) Usahakan bayi tetap bersama orang tua setelah lahir, jika
memunkinkan.
17) Dorong orang tua yang neenyetuh dan berbicara dengan bayi baru
lahir.
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kurang informasi yang akurat
tubuh ( striae ).
Tujuan/kriteria Hasil
positif.
4) Pasien akan menenali dampak situsi pada hubunan personal dan gaya
hidup.
linkungan.
9) Pasien akan mengungkapkan keinginan untuk mengunakan sumber
11) Pasien sakan memelihara interaksi sosial yang dekat dan hubungan
personal.
Intervensi
ke putusan.
konsep diri.
payudara, faktor bayi (mis, ketidak mampuan untuk menempel pada atau
menisap payudara).
ASI.
2) Bayi akan menunjukkan kemantapan pemberian ASI bayi, yan di
sesuai usia.
pemberian ASI.
Intervensi
untuk bayi yang tertidur atau bayi berat badan lahir rendah
(BBLR).
6) Tawarkan makanan atau cairan untuk ibu selama siang dan sore
Tujuan/Kriteria Hasil
selama terapi.
keluarga.
lebih efektif.
Intervensi
secara verbal.
kunjungan keluarga.
yang efektif.
diharapkan.
kesehatan.
menatalaksananya.
Intervensi
untuk perubahan.
perilaku
atau perawat
yang sakit
Intervensi
rumah.
pemeliharaan rumah.
mudah
7) Beri saran layanan untuk mengedalikan hewan peliharaan, jika tau
9) Diskusi biaya jika perlu yang dibutuhkan untuk peliharaan dan yan
tersedia
tidak ada gangguan): jumlah jam tidur (setidaknya 5 jam per 24 jam
istirahat.
Intervensi
terselesaikan
kebutuhan tidur
menyusui
bersikut (sebutkan 1-5 gangguan ektrem, berat, sedang, ringan, atau tidak
batas normal
Intervensi
dsri rumah
3) Bantu pasien menulis tujuan mingguan yang realita untuk latihan fisik dan
asupan makanan
5) Tawarkan makanan porsi besar di siang hari karna nafsu makab tinggi
10) Ajarkan pasien tentang cara membuat catatan harian makanan, jika perlu
11) Yakinkan pasien dan berikan lingkungan yang tenang selama makan
12) Minimalkan faktor yang dapat menimbulkan mual dan muntah sebutkan
faktor nya
13) Tawarkan kain basah, dingin untukn di letakkan di atas dahi atau belakang
leher.
15) Batasi diet tehadap es batu dan air putih jika gejala parah; tingkatkan diet
bila perlu
17) Berikan makanan yan sesuai dengan pilihan pribadi, budaya, dan agama
pasien.
18) Tawarkan kudapan (misalnya, minuman dan buah-buahan jus segar) jika
perlu
19) Berikan makanan berizi, tinggi kalori, dan bervariasi yang dapat dipilih
oleh pasien
kebutuhan pasien
makan yan tepat, tetapi jangan memokuskan interaksi pada makan dan
minum
26) Gali bersama pasien dan orang terdekat isu pribadi (mis, citra tubuh) yang
yang tidak realistis terhadap diri bayi, dan pasangannya, anak yang tidak
bayi, oran tua mengunjungi kamar anak, orang tua, berbicara kepada bayi,
kontruksi
7) Orang tua akan berpatisipasi aktif dalam konseling dan kelas menjadi
orang tua
11) Anak akan mencapai penanda perkembangab fisik, konitif, dan psikososial
Intervensi
1) Dukungan pengungkapan perasaan, (mis, rasa bersalah, marah dan
orang tua
6) Beri penguatan pada ketakutan dan keterampilan peran menjadi orang tua
13) Berikan kesempatan kepada ayah untuk memegang anak di area pelahiran
15) Berikan privasi keluarga selama melakukan interaksi dengan bayi baru
lahir
16) Dukung orang tua untuk menyentuh dan bicara kepada bayi baru lahir
baru
Tujuan / kriteria hasil
pemulangan
Intervensi
dukacita
pelahiran
abdomen
intervensi
1) Bantu pasien memilih pakaian yan tepat atau pembalut untuk manajemen
3) Batasi ingesti zat yang menyebabkan iritasi kandung kemih (mis, kopi,
sama sekaali)
Intervensi
2) Bagi cairan dalam sehari untuk menjamin asupan yang adekuat tanpa
3) Anjurkan pasien untuk mengosumsi cairan peroral (ml) untuk siang hari
6) Stimulus refleks kandung kemih dengan dalam bagian dalam paha atau
mengalirkan air
4.implementasi
profesional mendukung partisipasi klien dan keluarga, seperti pada semua fase
Misalmya, seorang pria yang tidak sadar tidak mampu berpartisipasi dalam
mungkin memerlukan perawatan yang sangat sedikit dari perawat dna melakukan
5. EVALUASI
Mengevaluasi adalah menilai atau menghargai. Evaluasi adalah fase kelima dan
fase terakhir proses keperawatan. Dalam konteks ini, evaluasi adalaah yang di
menentuikan (a) kemajuan klien menuju pencapaian tujuan hasil dan (b)
Evaluasi berjalan kontinu. Evaluasi yang dilakukan kletika atau se4gera setelah
segera memodifikasi intervensi. Evaluasi pada interval tertentu (mis, satu kali
Evaluasi pada saat pulang mencakup stastus pencapaian tujuan dan kemampuan
dan menujukkan keinginan untuk tidak meneruskan tidakan yang tidak efektif,
BAB III
METODE PENULISAN
A.Cara Penulisan
RSUD langsa
B.Batasan istilah
Plasenta previa adalah plasenta yant letaknya abnormal yaitu pada semen
bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau ostum uteri internum. Plasenta
previa adalah plasenta yan letak abnormal, yaitu pada semen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau pembukaan jalan lahir. (Manjoer, arief,
letaknya abnormal yaitu pada semen bawah uterus sehingga menutupi sebagian
atau seluruh pembukaan jalan lahir. Manuaba (1998) menemukakan bahawa
rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi sebagian
Plasenta previa adalah kondisi dimana plasenta yang melekat pada bagian
bawah uterus menutupi sebagian atau seluruh leher rahim (cervix) sehingga
pembuluh darah besar berada di sekitar mulut rahim. (Anik maryunani 2016).
Plasenta Previa adalah plasenta yan letaknya abnormal yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir. Pada keadaan normal Plasenta terletak di baian atas uterus. Plasenta Previa
tidak tertanam dalam korpus uteri jauh dari ostium internus servis, tetapi terletak
sanat dekat pada ostum internus tersebut. Menurut Prawiroharjo, Plasenta previa
adalah plasenta yan ada didepan jalan (prae= di depan ; vias = jalan). Jadi yang di
maksud plasenta previa ialah plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah
4.Pengumpulan Data
a. Wawancara (hasil anamnesa berisi tentang identitas klien, keluhan utama,
c. Studi dokumentasi dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data
lain yg relavan).
5.Analisa Data
analisa digunakan dengan cara observasi pleh peneliti dan sturi dokumentasi yang
tersebut.
a. Pengumpulan Data
b. Mereduksi Data
Data dari wawancara yang terkumpul dikelompokkan menjadi data subyektif,
moral.
c. Penyajian Data
Penyajian data dapat dialkukan dengan tabel, gambar, maupun tekls naratif,
d. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data di bahas dan di bandingkan dengan
evaluasi.