Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL POST SECTIO CAESAREA DENGAN

TERAPI MUROTAL UNTUK MENURUNKAN SKALA NYERI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan


Program Studi Profesi Ners

Disusun Oleh :
PRIYO BUDI DANU NUGROHO
NIM :21317096

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
YATSI TANGERANG
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sectio caesarea didefinisikan sebagai suatu persalinan buatan, dimana janin
dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram. Persalinan sectio caesarea 25 kali
lebih besar berisiko kematian, dibandingkan dengan persalinan pervaginam, karena
infeksi setelah operasi dapat mengancam jiwa sehingga perawatan setelah operasi
memerlukan perhatian khusus (Sugeng dan Weni, 2012).
Menurut WHO (2019) angka kejadian sectio caesarea di Mexiko dalam 10
tahun terakhir dari tahun 2007–2017 mengalami peningkatan. Tingkat nasional
persalinan sectio caesarea sebanyak 45,3% dan sisanya adalah persalinan pervaginam.
Tingkat kelahiran sectio caesarea di Mexiko meningkat dari 43,9% menjadi 45,5.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 angka kejadian
persalinan sectio caesarea di Indonesia adalah sebesar 17,6% tertinggi di wilayah DKI
Jakarta sebesar 31,3% dan terendah di Papua sebesar 6,7% (KEMENKES RI, 2019).
Berdasarkan Dinkes Provinsi Banten mengungkapkan bahwa komplikasi dalam
kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat diduga sebelumnya, oleh karenanya semua
persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan agar komplikasi kebidanan dapat
segera dideteksi dan ditangani. Kabupaten/kota dengan persentase penanganan
komplikasi tertinggi adalah Kabupaten Serang yaitu 105,9%. Berdasarkan data SIRS
(Sistem Informasi Rumah Sakit) di Dinas Kesehatan Provinsi Banten, dari total
persalinan dengan komplikasi di Banten sebanyak 21.965 pada pada tahun 2015, sekitar
58,5% dilakukan lewat operasi sectio caesarea. Menurut data SIRS, selama tahun 2015,
kasus kelahiran melalui sectio caesarea terbanyak terjadi di kota Serang 4.915 kasus,
disusul kemudian kabupaten Serang sebanyak 2.567 kasus (Dinkes Banten, 2017).
Menurut Winkjosastro (2011), dampak atau komplikasi yang terjadi jika
dilakukan operasi sectio caesarea yaitu dampak pada ibu terjadi infeksi puerperal
seperti kenaikan suhu beberapa hari selama masa nifas, perdarahan yang disebabkan
karena pada saat pembedahan cabang-cabang arteri uterina ikut terbuka atau karena
atonia uteri, dan kurang kuatnya parut pada dinding uterus sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruture uteri. Sedangkan dampak pada janin yaitu terjadi asfiksia,
trauma tindakan, aspirasi oleh air ketuban, meconium dan cairan lambung serta
terjadinya infeksi sampai sepsis yang dapat menyebabkan kematian.
Terdapat dua faktor penyebab dilakukannya sectio caesarea diantaranya yaitu
faktor yang berasal dari ibu dan faktor yang berasal dari janin. Adapun penyebab sectio
caesarea yang berasal dari ibu yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primipara
tua disertai kelainan letak ada, disporporsi sefalo pelvik (disproporsi janin/panggul),
ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul,
placenta previa terutama pada primigravida, solusio placenta tingkat I - II, komplikasi
kehamilan yaitu pre-eklampsi - eklampsia, atas permitaan, kehamilan yang disertai
penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri
dan sebagainya). Sedangkan penyebab sectio caesarea yang berasal dari janin yaitu,
fetal distress (gawat janin), mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus
tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi
(Hardhi, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dengan demikian rumusan masalah
yang dapat disimpulkan adalah ‘bagaimana pemenuhan asuhan keperawatan pada
pasien Post Op Sectio Caesarea ’
1.3 Tujuan Karya Tulis Ilmiah
1.3.1 Tujuan Umun
Mampu menganalisa asuhan keperawatan dengan relaksasi bensol dapat
menurunkan nyeri pada pasien Post Op Sectio Caesarea.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mampu melakukan pengkajian kasus kelolaan pada pasien dengan Post Op
Sectio Caesarea.
2. Mampu menegakan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Post Op
Sectio Caesarea.
3. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan Post Op
Sectio Caesarea.
4. Mampu menganalisis tindakan keperawatan pada pasien dengan Post Op
Sectio Caesarea dan menganalisis relaksasi bensol dapat menurunkan nyeri
pada pasien Post Op Sectio Caesarea.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah


4.1.1 Manfaat Bagi Stikes Yatsi
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan atau referensi
akademi untuk pengembangan pembelajaran studi kasus selanjutnya.
4.1.2 Manfaat Bagi profesi Keperawatan
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Profesi Keperawatan agar dapat
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Post Op Sectio Caesarea
dengan baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Sectio Cassarea


Sectio cessarea berasal dari bahasa latin “caedere” yang berarti
memotong atau menyayat. Istilah itu disebut dalam ilmu obstetrik mengacu
pada tindakan pembedahan yang bertujuan melahirkan bayi dengan membuka
dinding perut ibu (Anggorowati & Sudiharjani, 2017)
Sectio Caesarea atau SC adalah suatu metode bedah persalinan untuk
melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. Resiko
yang mengancam keselamatan jiwa ibu maupun bayi serta intervensi medis
merupakan potensi stressor yang dapat menyebabkan pasien pre operasi sectio
caesarea (SC) mengalami kecemasan.
Mennurut (Forte & Oxorn, 2010), sectio cessarea merupakan suatu
pembedahan untuk melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan
uterus yang disebabkan oleh dua faktor indikasi yaitu faktor ibu dan faktor janin.
Faktor ibu seperti panggul sempit dan disosia mekanis.
Pembedahan sebelumnya pada uterus, riwayat SC, pendarahan dan toxemia
gravidarum. Juga karena gawat janin, cacat atau kematian janin sebelumnya,
plasenta, malpresentasi, janin besar, infeksi virus dll.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa secreto cesasarea
merupakan jalan alternatif untuk ibu melahirkan dengan menyayat atau insisi
dinding abdomen dan uterus dengan sebab beberapa faktor seperti faktor non
medis dan faktor medis.

2.2 Etiologi Sectio Cassarea


Menurut Amin & Hardi (2013) operasi Sectio Caesarea dilakukan atas indikasi
sebagai berikut :
1. Indikasi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, Cefalo Pelvik
Disproportion (disproporsi janin/ panggul), ada sejarah kehamilan dan
persalinan yang buruk, ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul
ibu, keracunan kehamilan yang parah, komplikasi kehamilan yaitu pre
eklampsia dan eklampsia berat, atas permitaan, kehamilan yang disertai
penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium,
mioma uteri dan sebagainya).
2. Indikasi yang berasal dari janin
Fetal distress/ gawat janin, mal persentasi dan mal posisi kedudukan janin
seperti bayi yang terlalu besar (giant baby), kelainan letak bayi seperti
sungsang dan lintang, kelainan tali pusat dengan pembukaan kecil seperti
prolapsus tali pusat, terlilit tali pusat, adapun faktor plasenta yaitu plasenta
previa, solutio plasenta, plasenta accreta, dan vasa previa. kegagalan
persalinan vakum atau forseps ekstraksi, dan bayi kembar (multiple
pregnancy).
2.3 Manifestasi Klinis
Perlu adanya perawatan yang lebih komprehensif pada ibu yang melahirkan
melelui persalinan section caesaria yaitu dengan perawatan post partum serta
perawaan post operatif. Doenges (2010) mengemukakan, manifestasi klinis
section caesarea meliputi:
1. Nyeri yang disebabkan lukahasil bedah
2. Adanya luka insisi dibagian abdomen
3. Di umbilicus, fundus uterus kontraksi kuat
4. Aliran lokea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak
banyak)
5. Ada kurang lebih 600-800ml darah yang hilang selama porses
pembedahanEmosi yang labil atau ketidakmampuan menghadapisituasi
baru pda perubahan emosional
6. Rata-rata terpasang kateter urinarius
7. Tidak terdengarnya auskultasi bising usus
8. Pengaruh anestesi dapat memicu mual dan muntah
9. Status pulmonary bunyi paru jelas serta vesikuler
10. Biasanya ada kekurang pahaman prosedur pada kelahiran SC yang tidak
direncanaka
11. Pada anak yang baru dilahirkan akan dibonding dan attachment

2.4 Patway

2.5 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
2. Pemantauan EKG
3. Elektrolit
4. Hemoglobin /hematokrit
5. Golongan darah
6. Urinalisis
7. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
8. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi
9. Ultrasound sesuai pesanan
(tucker dkk, 1998 dalam Nurarif & Hardhi, 2015).

2.6 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri Akut
2. Gangguan Pola Tidur
3. Gangguan Mobilitas Fisik
2.7 Kriteria Hasil

No Standar Luaran Keperawatan Indonesia


1 Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 30 menit.
Maka tingkat nyeri menurun, dengan kriteria hasil :
Tingkat Nyeri (L.08066)
- Keluhan nyeri menurun
- Meringis menurun
- Gelisah menurun
- Kesulitan tidur menurun
2 Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 30 menit.
Maka pola tidur membaik, dengan kriteria hasil :
Pola Tidur (L.005045)
- Keluhan sulit tidur meningkat
- Keluhan tidak puas tidur meningkat
- Keluhan pola tidur berubah meningkat
- Keluhan istirahat tidak cukup meningkat

3 Setelah dilakukan interensi keperawatan selama 30 menit.


Maka mobilitas fisik meningkat, dengan kriteria hasil :
Mobilitas Fisik (L.05042)
- Kekuatan otot meningkat
- Nyeri menurun
- Gerakan terbatas menurun
- Kelemahan fisik menurun

2.8 Rencana Keperawatan

No Standar intervensi keperawatan indonesia


1 Manajemen Nyeri (I.08238)
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi
musik,biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu rungan, pencahayaan, kebisingan)
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan stategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 Dukuangan Tidur (I.05174)
Observasi
- Identifikasi pola aktivitas dan tidur
- Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau
psikologis)
- Identifikasi makanan dan minuman yang
menggangu tidur (mis.kopi, the, alkohol, makan
mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum
tidur)
Terapeutik
- Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur)
- Batasi waktu tidur siang, jika perlu
- Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untukmeningkatkan kenyamanan
( mis. Pijat, pengaturan posisi,terapi akupresur)
- Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan
untuk menunjang siklus tidur-terjaga
Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
- Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
- Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak
mengandung supresor terhadap tidur REM
- Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya
3 Dukungan Mobilisasi (I.05173)
Observasi
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- Monitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
Terapeutik
- Fasilitasi aktiitas mobilisasi dengan alat bantu (mis.
Pagar tempat tidur)
- Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
(mis. Duduk di tempat tidur, duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
ANAMNESA
Seorang perempuan bernama Ny.K dengan usia 27 tahun dirawat di rumah
sakit dengan diagnosa medis Post Op Sectio Caesarea, keluhan utama pasien masuk
rumah sakit, pasien mengatakan karena berat badan bayi rendah setelah di usg di poli
rumah sakit dan tekanan darah pasien tinggi sehingga pasien disarankan oleh pihak
poli rumah sakit harus di operasi Sectio Caesarea. Pasien mengatakan keluarganya
ada riwayat penyakit hipertensi. Keadaan umumpasien tampak lemah. Pemeriksaan
tanda-tanda vital TD : 130/90 mmhg, Rr : 21 X/menit, S : 36,6◦C, N : 73 X/menit.

3.2 Analisa Data

No Data Fokus Masalah Keperawatan


1 Ds :
- Pasien mengatakan nyeri
dibagian bekas operasi
- Pasien mengatakan skala
nyerinya 6 Kategori Psikologis
Do : Subkategori : Nyeri dan
- P : karena luka sc Kenyamanan
- Q : seperti tertusuk-tusuk Nyeri Akut (D.0077)
- R : dibagian perut
- S : skala nyeri 6
- T : hilang timbul
- Pasien terlihat meringis
kesakitan karena nyeri yang
dirasakan
2 Ds :
- Pasien mengatakan kurang
tidur karena nyeri bekas
operasi sering dirasakan
- Pasien mengatakan kurang
tidur karena tidak nyaman
dengan ruangnya dikarenakan
ruangannya panas
- Pasien mengatakan kurang Kategori : Psikologis
tidur karena anaknya sering Subkategori : Aktiitas/Istirahat
menangis Gangguan Pola Tidur (D.0055)
Do :
- Pasien terlihat lemas
- Pasien telihat matanya sayu
- Pasien terlihat mengatuk
- Tanda-Tanda Vital
− TD : 130/90 mmhg
− S : 36,6 ◦C
− N : 73 X/menit
− RR : 21 X/menit
3 Ds :
- Pasien mengatakan sulit
menggerakan ekstremitas
- Pasien mengatakan nyeri saat Kategori : Fisiologis
menggerakan tubuhnya Subkategori : Aktiitas/Istirahat
Do : Gangguan mobilitas Fisik (D.0054)
- Pasien terlihat adanya
keterbatasan rentang gerak
- Pasien telihat meringis
kesakitan saat menggerakan
tubuhnya

3.3 Diagnosa Keperawatan (NANDA)


1. Nyeri Akut
2. Gangguan Pola Tidur
3. Gangguan Mobilitas Fisik

3.4 Diagnosa Keperawatan (PRIORITAS)


1. Nyeri Akut
2. Gangguan Pola Tidur
3. Dangguan Mobilitas Fisik

3.5 Kriteria Hasil


No Standar Luaran Keperawatan Indonesia
1 Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 30 menit. Maka
tingkat nyeri menurun, dengan kriteria hasil :
Tingkat Nyeri (L.08066)
- Keluhan nyeri menurun
- Meringis menurun
- Gelisah menurun
- Kesulitan tidur menurun
2 Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 30 menit. Maka
pola tidur membaik, dengan kriteria hasil :
Pola Tidur (L.005045)
- Keluhan sulit tidur meningkat
- Keluhan tidak puas tidur meningkat
- Keluhan pola tidur berubah meningkat
- Keluhan istirahat tidak cukup meningkat

3 Setelah dilakukan interensi keperawatan selama 30 menit. Maka


mobilitas fisik meningkat, dengan kriteria hasil :
Mobilitas Fisik (L.05042)
- Kekuatan otot meningkat
- Nyeri menurun
- Gerakan terbatas menurun
- Kelemahan fisik menurun
3.6 Intervensi Keperawatan

No Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


1 Manajemen Nyeri (I.08238)
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi
musik,biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu rungan, pencahayaan, kebisingan)
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
stategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 Dukuangan Tidur (I.05174)
Observasi
- Identifikasi pola aktivitas dan tidur
- Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau
psikologis)
- Identifikasi makanan dan minuman yang menggangu tidur
(mis.kopi, the, alkohol, makan mendekati waktu tidur,
minum banyak air sebelum tidur)
Terapeutik
- Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisingan,
suhu, matras, dan tempat tidur)
- Batasi waktu tidur siang, jika perlu
- Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untukmeningkatkan kenyamanan ( mis.
Pijat, pengaturan posisi,terapi akupresur)
- Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk
menunjang siklus tidur-terjaga
Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
- Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
- Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
- Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi
lainnya
3 Dukungan Mobilisasi (I.05173)
Observasi
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik
- Fasilitasi aktiitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar
tempat tidur)
- Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis.
Duduk di tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke kursi)

3.7 Implementasi Keperawatan


Hari pertama
No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan
1 Kategori Psikologis
Subkategori : Nyeri dan
Kenyamanan
Nyeri Akut (D.0077)
2 Kategori : Psikologis
Subkategori :
Aktiitas/Istirahat
Gangguan Pola Tidur
(D.0055)
3 Kategori : Fisiologis
Subkategori :
Aktiitas/Istirahat
Gangguan mobilitas
Fisik (D.0054)
Hari Kedua
No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan
1 Kategori Psikologis
Subkategori : Nyeri dan
Kenyamanan
Nyeri Akut (D.0077)
2 Kategori : Psikologis
Subkategori :
Aktiitas/Istirahat
Gangguan Pola Tidur
(D.0055)
3 Kategori : Fisiologis
Subkategori :
Aktiitas/Istirahat
Gangguan mobilitas
Fisik (D.0054)

Hari Ketiga
No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan
1 Kategori Psikologis
Subkategori : Nyeri dan
Kenyamanan
Nyeri Akut (D.0077)
2 Kategori : Psikologis
Subkategori :
Aktiitas/Istirahat
Gangguan Pola Tidur
(D.0055)
3 Kategori : Fisiologis
Subkategori :
Aktiitas/Istirahat
Gangguan mobilitas
Fisik (D.0054)

3.8 Evaluasi Keperawatan


Hari pertama
No Hari/Tanggal Daignosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan
1 Kategori Psikologis
Subkategori : Nyeri dan
Kenyamanan
Nyeri Akut (D.0077)
2 Kategori : Psikologis
Subkategori :
Aktiitas/Istirahat
Gangguan Pola Tidur
(D.0055)
3 Kategori : Fisiologis
Subkategori :
Aktiitas/Istirahat
Gangguan mobilitas
Fisik (D.0054

Hari Kedua
No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan
1 Kategori Psikologis
Subkategori : Nyeri dan
Kenyamanan
Nyeri Akut (D.0077)
2 Kategori : Psikologis
Subkategori :
Aktiitas/Istirahat
Gangguan Pola Tidur
(D.0055)
3 Kategori : Fisiologis
Subkategori :
Aktiitas/Istirahat
Gangguan mobilitas
Fisik (D.0054

Hari Ketiga
No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan
1 Kategori Psikologis
Subkategori : Nyeri dan
Kenyamanan
Nyeri Akut (D.0077)
2 Kategori : Psikologis
Subkategori :
Aktiitas/Istirahat
Gangguan Pola Tidur
(D.0055)
3 Kategori : Fisiologis
Subkategori :
Aktiitas/Istirahat
Gangguan mobilitas
Fisik (D.0054

Anda mungkin juga menyukai