PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah melakukan asuhan
keperawatan pada klien Post Sectio caesarea dengan Nyeri Akut di
Ruang Melati 2A RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya secara langsung
dan komprehensif dalam karya tulis.
1.4.2. Praktis
1. Bagi Perawat
Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan
wawasan perawat tentang pengaruh terapi non-farmakologi
terhadap klien Post Sectio caesarea dengan masalah keperawatan
Nyeri Akut.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan dalam pengelolaan
masalah yang berhubungan dengan Nyeri di Rumah Sakit.Bagi
Institusi Pendidikan
1. Atonia uteri
2. Plasenta accrete
3. Myoma uteri
4. Infeksi intra uteri berat
2. Adaptasi Fisiologis Post Partum
Akhir dari persalinan, hampir seluruh sistem tubuh mengalami perubahan
secara progresif. Semua perubahan pada ibu post partum perlu dimonitor oleh
perawat, untuk menghindari terjadinya komplikasi. Menurut Varney ( 2004),
perubahan-perubahan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Sistem Respirasi
a. CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara normal. Tulang-tulang panggul merupakan susunan
beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan
yang harus dilalau oleh janin ketika akan lahir secara normal. Bentuk panggul
yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan
kesulitan dalam proses persalinan normal sehingga harus dilakukan tindakan
operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi
asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
d. Bayi kembar, tak selamanya bayi kembar dilahirkan secara sectio caesarea.
Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang
lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat
mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk
dilahirkan secara normal.
e. Faktor hambatan jalan lahir, adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya
jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor
dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit
bernafas.
1. Kelainan letak janin Kelainan pada letak kepala
c) Presentasi dahi, posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada
pada posisi terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan
dagu, biasnya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka
atau letak belakang kepala.
Involusi uteri adalah pengecilan yang normal dari suatu organ setelah
organ tersebut memenuhi fungsinya, misalnya pengecilan uterus setelah
melahirkan. Involusi uteri adalah mengecilnya kembali Rahim setelah
persalinan kembali kebentuk asal. Involusi atau pengerutan uterus
merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil
dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta
lahir akibat kontraksi otot polos uterus.
Involusio Tinggi fundus uteri Berat uterus
8. Lochea
Lochea adalah nama yang diberikan pada pengeluaran cairan dari uterus
yang terlepas melalui vagina selama masa nifas. Dengan adanya involusi
uterus, maka lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan
menjadi necrotic (layu/mati). Desidua yang mati akan keluar bersama dengan
sisa cairan. Campuran antara darah dan desidua tersebut dinamakan lokia,
yang biasanya berwarna merah muda atau putih pucat (Varney, 2004:253).
Menurut Rustam Mochtar (1998) pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan
jumlah dan warna sebagai berikut :
1. Lokia rubra berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, verniks kaseosa. Lanugo dan mekoneum selama 2 hari pasca
persalinan.
2. Lokia sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari
ke 3-7 pasca persalinan.
3. Lokia serosa berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke
7-14 pasca persalinan.
4. Lokia alba cairan putih, setelah 2 minggu.
5. Lokia purulenta terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
6. Lokia astastis lokia tidak lancar keluarnya.
9. Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu
(ASI), yang merupakan makanan pokok terbaik bagi bayi yang bersifat
alamiah. Bagi setiap ibu yang melahirkan akan tesedia makanan bagi bayinya,
dan bagi si anak akan merasa puas dalam pelukan ibunya, merasa aman,
tenteram, hangat akan kasih sayang ibunya. Hal ini merupakan faktor yang
penting bagi perkembangan anak selanjutnya. Produksi ASI masih sangat
dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan,
sedih, kurang percaya diri dan berbagai ketegangan emosional akan
menurunkan volume ASI bahkan tidak terjadi produksi ASI. Ibu yang sedang
menyusui juga jangan terlalu banyak dibebani urusan pekerjaan rumah tangga,
urusan kantor dan lainnya karena hal ini juga dapat mempengaruhi produksi
ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang.
Menurut Varney ( 2004), ada 2 reflek yang sangat dipengaruhi oleh keadaan jiwa
ibu, yaitu:
a. Refleks Prolaktin
Pada waktu bayi menghisap payudara ibu, ibu menerima rangsangan
neurohormonal pada putting dan areola, rangsangan ini melalui nervus
vagus diteruskan ke hypophysa lalu ke lobus anterior, lobus anterior akan
mengeluarkan hormon prolaktin yang masuk melalui peredaran darah
sampai pada kelenjarkelenjar pembuat ASI dan merangsang untuk
memproduksi ASI.
b. Refleks Let Down
Refleks ini mengakibatkan memancarnya ASI keluar, isapan bayi akan
merangsang putting susu dan areola yang dikirim lobus posterior melalui
nervus vagus, dari glandula pituitary posterior dikeluarkan hormon
oxytosin ke dalam peredaran darah yang menyebabkan adanya kontraksi
otot-otot myoepitel dari saluran air susu, karena adanya kontraksi ini maka
ASI akan terperas ke arah ampula.
10. Manifestasi Klinik
manifestasi klinis terbagi atas 4 bagian yaitu :
a. Pusing
b. Mual muntah
c. Nyeri sekitar luka operasi
d. Peristaltic usus menurun
11. Patofisiologis
Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di
atas 500 gram dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi
dilakukan tindakan sc yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia
jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah
gawat janin. Janin besar dan janin lintang setelah dilakukan SC ibu akan
mengalami adaptasi post partum baik aspek kognitif berupa kurang
pengetahuan. Akibat kurang informasi dari aspek fisiologis yaitu produk
oxitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya
sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena
itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri
adalah salah satu utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa
nyaman.
Kurang proteksi
Tidak rawat gabung
Involusi uterus
Sensitifitas
Saraf sensori Invasi bakteri
Menyusui tidak efektif
Terdapat kontraksi
D.0029
Uterus(mules-mules)
Respon otak Risiko Infeksi
D.0142
Respon otak
Meringis
Ketidaknyamanan
Pasca partum Nyeri akut
D.0075 D.0077
Pada pengkajian klien dengan sectio caesarea, data yang ditemukan meliputi
distres janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali
pusat, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
Meliputi : nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, pekerjaan,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, nomor registrasi, dan diagnosa
keperawatan.
b. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien pada saat ini dikumpulkan untuk menentukan
prioritas intervensi keperawatan, keluhan utama pada post operasi SC biasanya
adalah nyeri dibagian abdomen, pusing dan sakit pinggang.
2. Riwayat kesehatan
b. Riwayat Kelahiran
3. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
a. Rambut
b. Mata
c. Telinga
2. Leher
3. Thorak
a. Payudara
Simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan pada payudara, areola
hitam kecoklatan, putting susu menonjol, air susu lancer dan
banyak keluar.
b. Paru-paru
I : Simetris / tidak kiri dan kanan, ada / tidak terlihat
pembengkakan.
P : Ada / tidak nyeri tekan, ada / tidak teraba massa
P : Redup / sonor
A : Suara nafas Vesikuler / ronkhi / wheezing
c. Jantung
I : Ictus cordis teraba / tidak P
: Ictus cordis teraba / tidak P :
Redup / tympani
A : Bunyi jantung lup dup
4. Abdomen
I : Terdapat luka jahitan post op ditutupi verban, adanya strie
gravidarum
P : Nyeri tekan pada luka,konsistensi uterus lembek / keras
P : Redup
A : Bising usus
5. Genetalia
Pengeluaran darah bercampur lender, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
6. Eksremitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarkan uterus, karena pre eklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.
7. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada post partum tekana darah turun, nadi
cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektroensefalogram (EEG)
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
b. Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
c. Magneti Resonance Imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan
gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah-daerah otak
yang tidak jelas terlihat bila menggunakan pemindaian CT.
d. Uji laboratorium
1. Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
2. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
3. Panel elektrolit
4. Skrining toksik dari serum dan urin
5. AGD
6. Kadar kalsium darah
7. Kadar natrium darah
8. Kadar magnesium darah
5. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1. Data Mayor Sectio Caesarea Nyeri akut
DS: D.0077
Mengeluh nyeri Terputusnya
DO: jaringan
Tampak meringis
Bersikap Protektik
Gelisah
Frekuensi nadi meningkat Sensitifitas ujung
Sulit tidur saraf nyeri
payudara
bengkak dan
keras
Menyusui Tidak
Efektif
4. Faktor risiko Sectio Caesarea Risiko infeksi
DS:
Pasien mengatakan nyeri Terputusnya
pada luka operasi jaringan
DO:
Terdapat luka operasi tertutup Terdapat lupa
perban operasi
Risiko Infeksi
6. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik ditandai dengan
tampak meringis
2) Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan Involusi uterus
ditandai dengan terdapat kontraksi uterus (mules – mules)
3) Menyusui Tidak Efektif berhubungan dengan payudara bengkak ditandai
dengan ASI tidak menetes
4) Risiko Infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
7. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan (SDKI) (SLKI) (SIKI)
Nyeri akut berhubungan dengan
Setelah dikakukan tindakan
Manajemen Nyeri
agen pencidera fisik keperawatan 1x24 jam diharapkan
Observasi :
ditandai dengan tampak Tingkat nyeri menurun. Identifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi,
meringis intensitas nyeri
Kriteria Hasil : Identifikasi skala nyeri
Keluhan nyeri menurun (5) Identifikasi factor penyebab nyeri
Tampak meringis menurun Monitor efek samping penggunaan analgetik
(5)
Sikap protektif menurun (5)
Terapeutik :
Berikan teknik nonfarmakologis (tarik nafas
dalam, kompre hangat atau dingin)
Kontrok lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (suhu, pencahayaan, kebisingan)
Fasilitas istirahat dan tidur
Edukasi :
Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi pereda nyeri
Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
Anjurkan teknik nonfarkamkologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik (jika perlu)
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil
Intervensi Keperawatan
Keperawatan (SDKI) (SLKI)
(SIKI)
2 Ketidaknyamanan pasca partum Setelah dikakukan
tindakan
Perawatan Pasca Seksio Sesarea
berhubungan dengan keperawatan 2x24 jam diharapkan
Observasi :
Involusi uterus ditandai Tingkat kenyamanan meningkat.
dengan terdapat kontraksi Identifikasi riwayat kehamilan dan persalinan
uterus (mules – mules) Kriteria Hasil :
Monitor tanda – tanda vital ibu
Keluhan tidak nyaman
menurun Monitor respon fisiologis (nyeri, perubahan
uterus, kepatenan jalan napas, dan lokea)
kontraksi uterus menurun
Payudara bengkak menurun Monitor kondisi luka dan balutan
Terapeutik :
Diskusikan perasaan, pertanyaan dan perhatian
pasien terkait pembedahan
Berikan dukungan menyusui yang memadai, jika
dimungkinkan
Edukasi :
Informasikan pada ibu dan keluarga tentang
kondisi ibu dan bayi
Anjurkan latihan ekstremitas, perubahan posisi,
batuk dan napas dalam
Anjurkan ibu cara menyusui, jika memungkinkan
Anjurkan ibu mengkonsumsi nutrisi TKTP
Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan (SDKI) (SLKI) (SIKI)
Menyusui Tidak Efektif
Setelah dikakukan tindakan
Edukasi Menyusui I.12393
berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam diharapkan
Observasi :
payudara bengkak ditandai status menyusui meningkat: Edukasi kesiapan dan kemampuan menerima
dengan ASI tidak menetes informasi
Kriteria Hasil : Identifikasi tujuan dan keinginan menyusui
Tetesan/pancaran asi
meningkat Terapeutik :
Sumpai ASI adekuat Berikan konseling menyusui
meningkat Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
Kelelahan maternal menurun Ajarkan 4 posisi munyusui dan peletakan (latch
Kecemasan maternal menurun on) dengan benar
Ajarkan perawatan payudara antepartum dengan
mengkompres dengan kapas yang telah diberikan
minyak kelapa
Ajarkan perawatan payudara postpartum
(memerah ASI, pijat payudara, pijat oksitoksin)
Edukasi :
Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
Berikan kesempatan untuk bertanya
Dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri
dalam menyusui
Libatkan sistem pendukung : suami, keluarga,
tenaga kesehatan dan masyarakat
Edukasi:
Kolaborasi:
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. Y
Umur : 23 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Sunda / Indonesia
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya
Diagnosa Medis : P1A1 dengan inpartu letak muka
Tanggal Pengkajian : 30 Januari 2023
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Nyeri
e. Riwayat Menstruasi
Umur Menarche : 15 Tahun
Siklus Haid : 28 Hari
Lama Haid : 6 Hari
Jumlah Darah Haid : 3 kali ganti pembalut
Keluhan Saat Haid : Tidak Ada
f. Riwayat Perkawinan
Menikah Pada Usia : 20 Tahun
Usia Perkawinan : 2 Tahun
Pernikahan Ke- :1
g. Riwayat Kehamilan
Status Obstetri : P1A1 (41 Minggu)
HPHT : Lupa
HPL : 9 Januari 2023
Tempat ANC : Puskesmas Cikapomas
Keluhan Saat Hamil : Trimester 1 : mual, muntah sesekali
Trimester 2 : Tidak Ada Keluhan
Trimester 3 : Sering BAK, sulit tidur dan pinggang terasa sakit
h. Riwayat Kehamilan lalu :
Riwayat abortus pada usia kandungan 2 bulan pada tahun 2021
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis (E4,M5,V6)
Tanda-Tanda Vital : TD : 120/70 mmHg R : 22 x/Menit
P : 108 x/Menit S : 36,20C
6. Pemeriksaan Penunjang
7. Analisa Data
- TD 120/70
mmHg Tidakefektifan pasca
Payudara bengkak
8. Masalah Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan tampak
meringis
2) Ketidak nyamanan pasca partum berhubungan dengan invasi uterus ditandai
dengan kontraksi uterus (mules)
3) Menyusui tidak efektif berhubungan dengan payudara bengkak ditandai dengan
ASI tidak memancar
4) Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
9. Intervensi Keperawatan
12 :3Hasil :
0 Pasien diberikan ceftriaxone
WIB IV 2x1
6) Menjelaskan tanda
dan gejala infeksi
Hasil :
Pasien dapat memahami
tanda dan gejala
infeksi
16.20
WIB
4 01/02/2 S: Pasien mengatakan tidak ada demam/panas, lukanya sudah
023 tidak nyeri
14.00 O:
WIB - Terdapat luka post operasi SC
- Luka terlihat bersih tidak ada rembes
- TD: 110/70mmHg N: 86x/m
RR: 20x/m S: 36,2 C
A: Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilakukan
I:
- Memberikan vitamin c 1000mg/hari
Hasil :
Pasien bersedia
- Memberikan terapi antibiotik ceftnaxoni 2x20mg
Hasil:
Pasien bersedia
E:
- Nyeri dirasakan berkurang skala 3
- Luka tidak rembes
R : Perawatan luka
1 02/02/2 S: Pasien mengatakan nyeri berkurang
023 O:
- Skala nyeri I ringan (1-10)
08.00 - Tidak ada meringis
WIB - TD: 105/80 mmHg RR: 21x/menit
N: 90x/menit S: 36,2 C
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
2 02/02/2 S: Pasien mengatakan mules hilang
023 O:
08.00 - Wajah meringis (-)
WIB - Darah nifas ±20 cc dalam pembalut
Lochea rubra
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
3 02/02/2 S: Pasien mengatakan payudara bengkak berkurang
023 O:
08.00 - Payudara bengkak keras
WIB - Asi keluar sedikit
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi diteruskan
I: Melakukan perawatan brascate
Hasil :
10.00
Pasien bersedia dilakukan brascate
WIB
E: Asi keluar (dilakukan pemompaan keluar 100cc)
A. SIMPULAN
1. Hasil pengkajian didapat keluhan pasien mengeluh nyeri
2. Diagnostic yang didapat dari hasil pengkajian yaitu Nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan tampak
meringis, Ketidak nyamanan pasca partum berhubungan dengan invasi
uterus ditandai dengan kontraksi uterus (mules), Menyusui tidak efektif
berhubungan dengan payudara bengkak ditandai dengan ASI tidak
memancar, Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
3. Rencana yang dapat dilakukan dalam kasus pots of sc dengan Nyeri akut :
Identifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi, Identifikasi skala nyeri
Berikan Teknik non farmakologi (Teknik nafas dalam), Pemberian
analgetik (jikaperlu), Ketidak nyamanan pasca partum Identifikasi
riwayat kehamilan, Monitor TTV, Berikan dukungan menyusui yang
memadai jika dimungkinkan Anjurkan ibu cara menyusui, Menyusui
tidak efektif : identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi,
Identifikasi tujuan dan keinginan menyusui, Ajarkan 4 posisi menyusui
dan peletakan (latch on) dengan benar, Risiko infeksi berhubungan :
Monitor karakteristik luka, Monitor tanda-tanda infeksi Bersihkan
jaringan nekrotik Berikan salep, Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein, Pemberian
antibiotic jika perlu
4. Tindakan yang dapat dilakukan dalam kasus pots of sc dengan diagnose
Nyeri akut : Mengidentifikasi (lokasi, karakteristik, frekuensi),
Mengidentifikasi skala nyeri Memberikan teknik non farmakologi (teknik
nafas dalam), Melakukan pemberian analgetik (jika perlu), Ketidak
nyamanan pasca partum : Mengidentifikasi riwayat kehamilan,
Memonitor TTV, Memberikan dukungan menyusui yang memadai jika
dimungkinkan, menganjurkan ibu cara menyusui, Menyusui tidak
efektif : Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi,
Mengidentifikasi tujuan dan keinginan menyusui, Mengajarkan 4 posisi
menyusui dan peletakan (latch on) dengan benar, Risiko infeksi
berhubungan : Memonitor karakteristik luka, Memonitor tanda-tanda
infeksi, Membersihkan jaringan nekrotik, Memberikan salep,
Menjelaskan tanda dan gejala infeksi, Menganjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan protein, Melakuan pemberian antibiotic (jika
perluk)
5. Hasil dari tindakan yang diberikan kepada pasien selalama 3 hari
didapatkan penurunan skala nyeri dari skala 7 menjadi 1 dari rentang (0-
10), tidak ada mules, pengeluaran asi lancar (200cc), luka baik ditandai
luka bersih tiadak ada tanda infeksi