Anda di halaman 1dari 67

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU D.

DENGAN P1001 POST SECTIO


CESARIA HARI KE-0 OLEH KARENA CPD + KALA II LAMA DI
RUANG BELIMBING RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG
TANGGAL 28 S/D 30 OKTOBER 2019

Disusun oleh :
Ni Luh Putu Pratiwi Puspa Sari 19J10094
Ni Luh Putu Whulan Candra Dhewi 19J10112
Ni Luh Ari Suandewi 19J10121
Ida Ayu Gita Septi Dwi Utami 19J10138
Ni Kadek Citra Inggriani 19J10180
I Gusti Ayu Novia Intari 19J10208
Made Ayu Widyaningsih 19J10113
Luh Putu Yasintha Devi 19J10115
Putu Julyani Puspita Chandra 19J10198

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2019
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang
cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran
plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu ( Mitayani, 2012). Setiap wanita
menginginkan persalinannya berjalan lancer dan dapat melahirkan bayi
dengan sempurna. Persalinan bisa saja berjalan secara normal, namun
tidak jarang proses persalinan mengalami hambatan dan harus dilakukan
dengan operasi (Kasdu dalam Nustion, 2012). Sectio Caesarea merupakan
suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding perut dan dinding rahim dengan saraf rahim dalam keadaan utuh
serta berat diatas 500 gram (Mitayani, 2009).
Penelitian oleh Salfariani (2012) menyatakan, keadaan yang
memerlukan persalinan SC dengan indikasi medis yaitu seperti gawat
janin, kelainan pada tali pusat, berat badan bayi terlalu besar atau bayi
kembar, kelainan letak janin (Sungsang dan melintang), ketuban pecah
dini, usia ibu hamil, hambatan jalan lahir dan riwayat SC
sebelumnnya/LMR (locus menorus resisten). Persalinan SC harus
dilakukan dengan diagnose medis karena dapat berisiko kepada kematian
ibu dan risiko komplikasi pada saat proses persalinan. Persalinan dengan
operasi memiliki kemungkinan risiko 5 kali lebih besar terjadi komplikasi
dibandingkan persalinan normal (Salfariani dan Saidah, 2012). Angka
kematian ibu (AKI) dengan persalinan SC sebesar 40-80 setiap 100.000
kelahiran hidup, sementara risiko kematian ibu pada persalinan SC
meningkat 25 kali dan risiko infeksi 80 kali lebih tinggi dibandingkan
persalinan normal (Suhartatik, 2014).
Jumlah persalinan SC di Indonesia, terutama di Rumah Sakit
pemerintah adalah sekitar 20-25% dari total jumlah persalinan, sedangkan
di rumah sakit swasta jumlahnya lebih tinggi yaitu sekitar 30-80% dari
total jumlah persalinan ( Mulyawati, 2011). Hasil penelitian Sitorus pada
tahun 2009 menyatakan bahwa dirumah sakit pemerintah persalinan SC
oleh karena indikasi medis adalah 69,3% dan persalinan SC non medis
29,1%. Berbeda dengan rumah sakit swasta persalinan SC oleh indikasi
medis lebih rendah yaitu 30,7% dan angka persalinan non medis yaitu
70,9%. Menurut penelitian Sitorus pada tahun 2009 tentang persalinan SC
dirumah sakit pemerintah lebih focus dengan indikasi medis dimana
permintaan pelayanan lebih mengandalkan jaminan pelayan kesehatan
masyarakat (JPKM) dan askes, sedangkan di rumah sakit swasta
persalinan SC non medis (on request) lebih tinggi dalam peningkatan
CSR.
Penelitian yang dilakukan oleh Gondo dan Sugiharta di RSUP
Sanglah Denpasar Bali mencatat adanya peningkatan persalinan bedah SC
dari tahun 2001 yang berjumlah 5,8% menjadi 14,8 % dari total persalinan
di tahun 2006. Juga dilaporkan ada peningkatan persentase SC non medis
antara tahun 2001 dan tahun 2006, yaitu dari 2,5% pada tahun 2001
menjadi 5% pada tahun 2006. Untuk rumah sakit swasta seperti Rumah
Sakit Kasih Ibu Denpasar Bali, selama tahun 2015 terdapat 618 total
persalinan, angka persalinan normal sebesar 199 (32,2 % ) dan angka
persalinan SC sebesar 419 (67,7% ) dan SC tersebut semua dilakukan
dengan indikasi medis.
Adapun kerugian dari persalinan yang dijalani melalui bedah caesarea
yaitu adanya komplikasi yang dapat terjadi saat tindakan bedah caesarea
antara lain nyeri, gangguan mobilisasi,, cedera kandung kemih cedera
rahim, cedera pada pembuluh darah, cedera pada usus dan infeksi, yaitu
infeksi rahim, endometritis, dan ifeksi akibat luka operasi. (Depkes RI,
2013). Berdasarkan uraian di atas maka kelompok tertarik melakukan
asuhan keperawatan pada Ibu dengan Post partum Sectio Caesarea di
ruang Belimbing RSUD Kabupaten Klungkung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka diangkat rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil pengkajian pada pasien post partum sectio cacsarea di
Ruang Belimbing RSUD Kabupaten Klungkung?
2. Apa sajakah diagnosa keperawatan pada pasien post partum sectio
caesarea di Ruang Belimbing RSUD Kabupaten Klungkung?
3. Apa sajakah perencaan keperawatan pada pasien post partum sectio
caesarea di Ruang Belimbing RSUD Kabupaten Klungkung?
4. Bagaimanakah implementasi keperawatan pada pasien post partum
sectio caesarea di Ruang Belimbing RSUD Kabupaten Klungkung?
5. Bagaimanakah evaluasi keperawatan pada pasien post partum sectio
cacsarea di Ruang Belimbing RSUD Kabupaten Klungkung?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien post partum
sectio caesarea di Ruang Belimbing RSUD Kabupaten Klungkung.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien post partum
sectio caesarea di Ruang Belimbing RSUD Kabupaten Klungkung.
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnose keperawatan pada
pasien post partum sectio caesarea di Ruang Belimbing RSUD
Kabupaten Klungkung.
c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien post
partum sectio caesarea di Ruang Belimbing RSUD Kabupaten
Klungkung.
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien post
partum sectio caesarea di Ruang Belimbing RSUD Kabupaten
Klungkung.
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien post
partum sectio caesarea di Ruang Belimbing RSUD Kabupaten
Klungkung.
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis untuk menambah
pengetahuan dan wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien post partum sectio caesarea
2. Bagi Pasien
Meningkatkan pasien tentang sectio caesarea dalam
manajemen nyeri, mobilisasi dan perawatan agar tidak terjadi
komplikasi.
3. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan pimpinan rumah sakit dapat meneruskan kepada
perawat ruangan dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan post
partum sectio caesarea.
4. Bagi Instalasi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai bahan atau masalah yang dapat
diangkat dalam penyuluhan kesehatan bagi pasien, keluarga,
masyarakat yang akan atau sudah melakukan persalinan dengan sectio
caesarea agar dapat meningkatkan pengetahuan dan menggunakan
pelayanan kesehatan yang telah disediakan.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI POST PARTUM
DENGAN SECTIO CAESARIA

A. TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Masa Nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung
selama 6- 8 minggu (Moctar, 1998). Masa Nifas adalah masa sesudah
persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan
yang lamanya 6 minggu. (Obstetri Fisiologi, 1983)
Periode Masa Nifas
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telh di perbolehkan
berdiri dan berjalan jalan.
2. Pueperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat alat
genetalis yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium waktu yang di perlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. (Sarwono , 2005).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau
vagina. Atau disebut juga histerotomia untuk melahirkan janin dari
dalam rahim. (Mochtar, 1998).
Sectio Caesaria adalah tindakan untuk melahirkan janin
dengan berat badan diatas 500 gram melalui sayatan pada
dinding uterus yang utuh (Gulardi &Wiknjosastro, 2006).
Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk
mempersingkat lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya
robekan serviks dan segmen bawah rahim. Sectio caesarea dilakukan
pada plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya jika
perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi pada
plasenta previa, sectio caesarea juga dilakukan untuk kepentingan ibu,
sehingga sectio caesarea dilakukan pada placenta previa walaupun
anak sudah mati.
Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)
1. Abdomen (SC Abdominalis)
a) Sectio Caesarea Transperitonealis
Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang
pada corpus uteri yang m e m p u n ya i kelebihan
mengeluarkan janin lebih c e p a t , tidak
mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik,
dan sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal .
Sedangkan kekurangan dari cara ini adalah infeksi
mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada
reperitonealisasi yang baik danuntuk persalinan berikutnya
lebih sering terjadi ruptura uteri spontan.
b) Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen bawah
rahim dengan kelebihan penjahitan luka lebih
mudah, penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik,
perdarahan kurang dan kemungkinan rupture uteri spontan
kurang/lebih kecil. Dan memiliki kekurangan luka dapat
melebar kekiri, bawah, dan kanan sehingga mengakibtakan
pendarahan yang banyak serta keluhan pada kandung kemih.
c) Sectio caesarea ekstraperitonealis
Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum
parietalis dan dengan demikian tidak membuka kavum
abdominalis.

2. Vagina (sectio caesarea vaginalis)


Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan
apabila :
a) Sayatan memanjang (longitudinal)
b) Sayatan melintang (tranversal)
c) Sayatan huruf T (T Insisian)
3. Sectio Caesarea Klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri
kira-kira 10cm. berikut adalah Kelebihanya :
a) Mengeluarkan janin lebih memanjang
b) Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
c) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan :
a) Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak
ada reperitonial yang baik.
b) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri
spontan.
c) Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi
dibandingkan dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena
luka bekas SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir
kehamilan, sedangkan pada luka bekas SC profunda biasanya
baru terjadi dalam persalinan.
d) Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan
supaya ibu yang telah mengalami SC jangan terlalu lekas
hamil lagi. Sekurang -kurangnya dapat istirahat selama 2
tahun. Rasionalnya adalah memberikan kesempatan luka
sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini maka dipasang akor
sebelum menutup luka rahim.

4. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)


Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada
segmen bawah rahim kira-kira 10cm
Kelebihan :
a) Penjahitan luka lebih mudah
b) Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
c) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk
menahan isi uterus ke rongga perineum
d) Perdarahan kurang
e) Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri
spontan lebih kecil
Kekurangan :
a) Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga
dapat menyebabkan arteri uteri putus yang akan menyebabkan
perdarahan yang banyak.
b) Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.

2. Etiologi
a) Indikasi Ibu
1) Panggul sempit absolute
2) Placenta previa
3) Ruptura uteri mengancam
4) Partus Lama
5) Partus Tak Maju
6) Pre eklampsia, dan Hipertensi

b) Indikasi Kelainan Letak Janin


1) Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah
jalan/cara yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala
letak lintang yang janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua
primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan sectio
caesarea walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit.
Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan
cara lain.
2) Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang
bila panggul sempit, primigravida, janin besar.
3) Gawat Janin
4) Janin Besar
Kontra Indikasi dilakukanya SC
a) Janin Mati
b) Syok, anemia berat.
c) Kelainan congenital Berat

3. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi
cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak
maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi
tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu
Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan
menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan
sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga
timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan,
penyembuhan, dan perawatan post operasi akan menimbulkan
masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan
juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah,
dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang
pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa
nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi
akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat
dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.

4. Manifestasi Klinik Post Sectio Caesaria


Persalinan dengan Sectio Caesaria, memerlukan perawatan yang
lebih koprehensif yaitu: perawatan post operatif dan
perawatan post partum.Manifestasi klinis sectio caesarea
menurut Doenges (2001),antara lain :
a. Nyeri akibat ada luka pembedahan
b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
d. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan
(lokhea tidak banyak)
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira -kira
600-800ml
f. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan
ketidakmampuan menghadapi situasi baru
g. Biasanya terpasang kateter urinarius
h. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
i. P e n g a r u h a n e s t e s i d a p a t m e n i m b u l k a n m u a l d a n
muntah
j. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler

k. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya kurang


paham prosedur
l. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.

5. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang


a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan
dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah
pada pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d. Urinalisis / kultur urine
e. Pemeriksaan elektrolit

6. Penatalaksanaan
a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan
mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau
komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan
biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan
jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah
diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah
penderita flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan
peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah
boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan
air teh.

c. Mobilisasi
1) Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
2) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah
operasi
3) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar
4) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya.
5) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
6) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5
pasca operasi.
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri
dan tidak enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan
menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam
/ lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
e. Pemberian obat-obatan
a) Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-
beda sesuai indikasi
b) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran
pencernaan
1. Supositoria : ketopropen sup 2x/24 jam
2. Oral : tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3. Injeksi : penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam
bila perlu
c) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita
dapat diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
f. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila
basah dan berdarah harus dibuka dan diganti
g. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah
suhu, tekanan darah, nadi,dan pernafasan.
h. Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu
memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara
yang mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan
kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.(Manuaba, 1999)
B. TINJAUAN ASKEP

1. Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam,
alamat, status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record,
diagnosa medik, yang mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan
umum tanda vital.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien
multipara
d. Data Riwayat penyakit
1) Riwayat kesehatan sekarang.
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau
penyakit dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah
pasien operasi.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit
sekarang, Maksudnya apakah pasien pernah mengalami penyakit
yang sama (Plasenta previa).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
4) Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga
pasien ada juga mempunyai riwayat persalinan plasenta previa.
e. Keadaan klien meliputi :
1) Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi.
Kemungkinan kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-
kira 600-800 Ml
2) Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda
kegagalan dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai
wanita. Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan,
ketakutan, menarik diri, atau kecemasan.
3) Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).
4) Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal
epidural.
5) Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma
bedah, distensi kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan
uterus mungkin ada.
6) Pernapasan
Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.
7) Keamanan
8) Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh
9) Seksualitas
10) Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea
sedang.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin,
prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section
caesarea)
b. Intoleransi aktivitas b/d tindakan anestesi, kelemahan, penurunan
sirkulasi
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka
kering bekas operasi.
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur
pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi.
e. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik akibat tindakan anestesi
dan pembedah
3. PERENCANAAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN Tujuan dan kriteria Hasil Intervensi Rasional


DX
1 NNyeri akut berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan 1. Lakukan pengkajian 1. Mempengaruhi pilihan
pelepasan mediator nyeri (histamin, keperawatan selama …. x 24 secara komprehensif pengawasan
prostaglandin) akibat trauma jam diharapkan nyeri klien tentang nyeri meliputi keefektifan intervensi
jaringan dalam pembedahan (section berkurang / terkontrol dengan lokasi, karakteristik,
caesarea) kriteria hasil : durasi, frekuensi,
a) Mengungkapkan nyeri dan kualitas, intensitas
tegang di perutnya berkurang nyeri dan faktor

b) Skala nyeri 0-1 ( dari 0 – 10 ) presipitasi.

c) TTV dalam batas normal ;


2. Observasi respon 2. Tingakat ansietas
Suhu : 36-37 0 C, TD : 120/80
nonverbal dari dapat mempengaruhi
mmHg, RR :18-20x/menit,
ketidaknyamanan persepsi atau reaksi
Nadi : 80-100 x/menit
(misalnya wajah terhadap nyeri
d) Wajah tidak tampak meringis meringis) terutama
e) Klien tampak rileks, dapat ketidakmampuan untuk
berisitirahat, dan beraktivitas berkomunikasi secara
sesuai kemampuan efektif.
3. Kaji efek pengalaman 3. Mengetahui sejauh
nyeri terhadap kualitas mana pengaruh nyeri
hidup (ex: beraktivitas, terhadap kualitas hidup
tidur, istirahat, rileks, pasien
kognisi, perasaan, dan
hubungan sosial)

4. Ajarkan menggunakan
4. Memfokuskan kembali
teknik nonanalgetik
perhatian,
(relaksasi, latihan
meningkatkan kontrol
napas dalam,, sentuhan
dan meningkatkan
terapeutik, distraksi.)
kemampuan harga diri
dan kemampuan
koping

5. Kontrol faktor - faktor


5. Memberikan
lingkungan yang yang
ketenangan kepada
dapat mempengaruhi pasien sehingga nyeri
respon pasien terhadap tidak bertambah
ketidaknyamanan
(ruangan, suhu, cahaya,
dan suara)

6. Kolaborasi untuk 6. Analgetik dapat


penggunaan kontrol mengurangi mediator
analgetik, jika perlu. kimiawi nyeri pada
reseptor nyeri sehingga
dapat mengurangi rasa
nyeri
2 Intoleransi aktivitas b/d tindakan Tujuan : setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Untuk mengukur
anestesi, kelemahan, penurunan asuhan keperawatan selama kemampuan klien untuk tingakat kemampuan
sirkulasi … x 24 jam di harapkan beraktivitas klien berkativitas dan
kllien dapat melakukan menentukan intervensi
aktivitas mandiri tanpa yang tepat
adanya komplikasi
2. Kaji pengaruh aktivitas 2. Aktivitas memberikan
Kriteria Hasil : klien mampu terhadap kondisi luka dampak yang
melakukan aktivitasnya dan kondisi tubuh signifikan pada kondisi
secara mandiri umum luka

3. Bantu klien untuk 3. Kondisi pasca operasi


memenuhi kebutuhan dan pasca anastesi
aktivitas sehari-hari. memberikan
kelemahan fisik dan
perlunya diberikan
batuan untuk
memenuhi kebutuhna
sehari hari

4. Memenuhi kebutuhan
4. Bantu klien untuk
ADL
melakukan tindakan
sesuai dengan
kemampuan /kondisi
klien
5. Evaluasi perkembangan 5. Identifiksi keefektifan
kemampuan klien intervensi yang telah
melakukan aktivitas diberikan

3 Resiko tinggi infeksi berhubungan Tujuan : Setelah diberikan 1. Tinjau ulang kondisi 1. Kondisi dasar seperti
dengan trauma jaringan / luka asuhan keperawatan selama .. dasar / faktor risiko diabetes atau hemoragi
kering bekas operasi. x 24 jam diharapkan klien yang ada sebelumnya. menimbulakan
tidak mengalami infeksi Catat waktu pecah potensial resiko infeksi
dengan kriteria hasil : ketuban atau penyembuhan
a) Tidak terjadi tanda - luka yag buruk. Pecah
tanda infeksi (kalor, ketuban yg terjadi
rubor, dolor, tumor, sebelum pembedahan
fungsio laesea) 24 jam dapat
b) Suhu dan nadi dalam menimbukan
batas normal ( suhu = koriamnionitis
36,5 -37,50 C, frekuensi sebelum intervensi
nadi = 60 -100x/ menit) bedah dan dapat
c) WBC dalam batas mempengaruhi proses
normal (4,10-10,9 10^3 penyembuhan luka.
/ uL)
2. Kaji adanya tanda 2. Mengetahui secara dini
infeksi (kalor, rubor, terjadinya infeksi
dolor, tumor, fungsio sehingga dapa
laesa) dilakukan pemilihan
intervensi secara tepat
dan cepat

3. Lakukan perawatan 3. Meminimalisir adanya


luka dengan teknik konaminasi pada luka
aseptic yang dapat
menimbulkan infeksi

4. Inspeksi balutan 4. Balutan steil menutupi


abdominal terhadap luka dan melindungi
eksudat / rembesan. luka dari cedera atau
Lepaskan balutan kontaminasi. rembesan
sesuai indikasi dapat menandakan
terjadinya hematoma
yang memerlukan
intervensi lanjut

5. Anjurkan klien dan 5. Cuci tangan


keluarga untuk mencuci menurunkan resiko
tangan sebelum / terjadinya infeksi
sesudah menyentuh nosokomial
luka

6. Pantau peningkatan 6. Peningkatan suhu, nadi


suhu, nadi, dan dan WBC merupakan
pemeriksaan salah satu data
laboratorium jumlah penunjang yang dapat
WBC / sel darah putih mengidentifikasi
adanya bakteri di
dalam darah. Proses
tubuh untuk melawan
bakteri akan
memproduksi panas
dan frekuensi nadi. Sel
darah putih akan
meningkat sebagai
kompensasi untuk
melawan bakteri di
dalam tubuh

7. Kolaborasi untuk 7. Resiko infeksi pasca


pemeriksaan Hb dan melahirkan dan proses
Ht. Catat perkiraan penyembuhan akan
kehilangan darah buruk bila kada Hb
selama prosedur rendah danterjadinya
pembedahan kehilangan darah
berlebih

8. Kolaborasi penggunaan 8. Antibiotic dapat


antibiotik sesuai menghambat proses
indikasi infeksi
4 Ansietas berhubungan dengan Tujuan : Setelah diberikan 1. Kaji respon psikologis 1. Keberadaan sistem
kurangnya informasi tentang asuhan keperawatan selama terhadap kejadian dan pendukung klien (
prosedur pembedahan, … x 6 jam diharapkan ketersediaan sistem misalnya pasangan)
penyembuhan dan perawatan ansietas klien berkurang pendukung dapat memberikan
post operasi. dengan kriteria hasil : dukungan secara
a) Klien terlihat lebih psikologis dan
tenang dan tidak gelisah membantu klien dalam
b) Klien mengungkapkan mengungkapkan
bahwa ansietasnya berkurang masalahnya.

2. Tetap bersama klien, 2. Keberadaan perawat


bersikap tenang dan dapat memberikan
menunjukkan rasa dukungan dan
empati perhatian pada klien
ehingga klie
merasanyaman dan
mengurangi ansietas
yang dirasakan
3. Observasi respon 3. Ansietas sering kali
nonverbal klien tidak dilaporkan secara
(misalnya: gelisah) verbal namun pada
berkaitan dengan pola prilaku klien
ansietas yang dirasakan secara non verbal

4. Dukung dan arahkan 4. Mendukung


kembali mekanisme mekanisme koping
koping dasar, meningkatkan
rasa percaya diri klien
shingga menurunkan
ansietas

5. Berikan informasi yang 5. Kurangnya informasi


benar mengenai dan miss intervensi
prosedur pembedahan, terhadap informasi
penyembuhan, dan yang di miliki
perawatan post operasi. sebelunya dapat
mempengaruhi nrasa
ansietas yang
dirasakan

6. Diskusikan 6. Klien dapat mengaami


pengalaman / harapan penyimpangan memori
kelahiran anak pada dari melahirkan. Masal
masa lalu lalu atau persepsi yang
tidak realistis dan
abnormalitas
mengenai proses
persalinan sc akan
meningkatkan ansietas

7. Evaluasi perubahan 7. Identifiksi keefektifan


ansietas yang dialami intervensi yang telah
klien secara verbal diberikan

5 Defisit perawatan diri berhubungan Tujuan setelah di berikan 1. Kaji tingkat kemapuan 1. Mungkin klien tidak
dengan kelemahan fisik akibat asuhan keperawatan selama .. klien untuk merawat mengalami perubahan
tindakan anatesi dan pembedahan x 24 jam di harapkan klien diri berarti, tetapi
mampu memenuhi kebutuhan perdarahan massif
perawatan dirinya dengan perlu di waspadai
kriteria hasil: untuk mencegah
1. Klien terlihat bersih kondisi klien lebih
dan terawatt buruk
2. Klien dapat memenuhi
kebutuhan 2. Kaji pengaruh aktifitas 2. Aktifitas merangsang
perawatanya secara kondisi luka dan aktivitas vaskularisai
mandiri kondisi tunuh umum dan pulsasi organ
reproduksi, tetapi
dapat mempengaruhi
londisi luka post
operasi dan
mempengaruhi
kurangnya energy

3. Bantu klien untuk 3. Menginstirahatkan


memenuhi kebutuhan klien secara optimal.
aktifitas sehari hari

4. Bantu klien untuk 4. Mengoptimalkan


melakukan tindakan kondisi klien, pada
sesuai dengan tingkat abortus iminens,
kemampuan atau istirahat mutlak sangan
kondisi klien diperlukan

5. Evaluasi 5. Menilai kondisi umum


perkembangan kondisi klien
klien melakukan
aktifitas
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang di siapakan

5. EVALUASI
DX 1:
a) Mengungkapkan nyeri dan tegang di perutnya berkurang
b) Skala nyeri 0-1 ( dari 0 – 10 )

c) TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37 0 C, TD : 120/80 mmHg, RR :18-


20x/menit, Nadi : 80-100 x/menit
d) Wajah tidak tampak meringis S

e) Klien tampak rileks, dapat berisitirahat, dan beraktivitas sesuai


kemampuan
DX 2:
a) klien mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri
DX 3:
a) Tidak terjadi tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio
laesea)
b) Suhu dan nadi dalam batas normal ( suhu = 36,5 -37,50 C, frekuensi nadi
= 60 -100x/ menit)
c) WBC dalam batas normal (4,10-10,9 10^3 / uL)
DX 4
a) Klien terlihat lebih tenang dan tidak gelisah
b) Klien mengungkapkan bahwa ansietasnya berkurang
DX 5
a) Klien terlihat bersih dan terawatt
b) Klien dapat memenuhi kebutuhan perawatanya secara mandiri
C. WOC
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU D. DENGAN P1001


POST SECTIO CESARIA HARI KE-0 OLEH
KARENA CPD + KALA II LAMA

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan tanggal 28 Oktober 2019, pukul 13.00 WITA di
Ruang Belimbing RSUD Kabupaten Klungkung dengan teknik
wawancara, pemeriksaan fisik, dan dokumentasi.

Pengumpulan Data
1. Identitas Pasien Penanggung Jawab
Nama : Ibu D Ny. A
Umur : 22 Tahun 40 Tahun
Pendidikan : SMP SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Wirausaha
Status Perkawinan : Menikah Menikah
Agama : Hindu Hindu
Suku/Bangsa : Indonesia Indonesia
Alamat : Klungkung Klungkung
No CM : 2555xxx -
Tanggal MRS : 28 Oktober 2019 -
Tanggal Pengkajian: 28 Oktober 2019 -
Sumber Informasi : Pasien -

2. Keluhan Utama
a. Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Ibu dating dengan rujukan dari Puskesmas Banjarangkan II
dengan G1P0000 UK 39-40 mg T/H + letak kepala U puki + PK
II lama + CPD.
b. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Ibu mengatakan nyeri pada luka operasi, nyeri saat bergerak,
intensitas nyeri hilang timbul, skala nyeri 4 dari 1-10 skala nyeri
yang diberikan.

3. Riwayan Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
- Menarche : 13 Tahun
- Siklus : Teratur
- Banyaknya : 2-3 kali mengganti pembalut, lamanya 5 hari
- Keluhan : Sakit Perut
- HPHT : 17 Januari 2019
- TP : 24 Oktober 2019
b. Riwayat Perkawinan
- Menikah : 1 kali, lamanya 6 bulan
c. Riwayat Kontrasepsi
Tidak memakai alat kontrasepsi
d. Riwatat Kehamilan, Persalinan, Nifas Terdahulu
Anak Kehamilan Persalinan Komplikasi Nifas Anak
Ke
No Th UK Penyulit Jenis Penolong Penyulit Laktasi Involusi Perdarahan JK BB PB
1. Ini 39- CPD SC Dokter - - - - P 2150 40
40 gram cm
mg

e. Riwatat Kehamilan, Persalinan, Nifas Sekarang


1) Riwayat Kehamilan
- Trimester I : Ibu mengatakan mengalami mual
muntah, ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya
pada 2 bulan usia kehamilannya di puskesmas.
- Trimester II : Ibu mengatakan tidak mengalami
masalah seperti pusing, mual muntah. Dari pemeriksaan
didapatkan hasil TD: 100/60 mmHg, BB: 53,5 kg, TFU:
18 cm, DJJ: 140x/menit, dilakukan imunisasi TT1 pada
usia kehamilan 16 minggu.
- Trimester III : ibu mengatakan sedikit susah buang
BAB dan sering kencing. Ibu diberikan imunisasi TT2
pada usia kehamilan 24 minggu. Dari hasil pemeriksaan
didapatkan TD: 110/70 mmHg, BB: 56 kg, TFU: sepusat,
DJJ: 145x/menit.

2) Riwayat Persalinan
Tanggal 28 Oktober 2019, pukul 06.00 Wita. Ibu rujukan
dari Puskesmas Banjarangkan II dengan diagnosa G1P0000
UK 39-40 mg T/H + PK II lama. Di puskesmas sudah
observasi persalinan dan pasien sudah dilakukan suhan
persalinan selama 2 jam. Karena bayi tidak lahir juga sekitar
2 jam. Akhirnya dokter jaga puskesmas menyarankan untuk
merujuk pasien ke Ruang Ponek RSUD Kabupaten
Klungkung. Bidan jaga melakukan pemeriksaan dan
didapatkan hasil Keadaan umum pasien baik, kesadaran
compos mentis, TD: 110/70 mmHg, Nadi: 61x/menit, Suhu:
36,50C, RR: 20x/menit, TFU: 34 cm, DJJ: 144x/menit. Dari
hasil pemeriksaan bidan jaga ruang ponek melaporkan ke
dokter jaga SpOG adalah:
- Siapkan SC sito
- IC
- Propilax cefotaxime 2 gr

Pada pukul 09.00 Wita pasien dibawa ke Ruang IBS untuk


dilakukan tindakan operasi.

3) Riwayat Nifas Sekarang


Pukul 13.00 Wita pasien tiba di Ruang Belimbing dan
dilakukan pemeriksaan, didapatkan hasil keadaan umum
pasien baik, kesadaran compos mentis, TFU: 1 jari dibawah
pusat, uterus teraba keras, perdarahan 50cc, putting susu
tampak menonjol namun belum bisa mengeluarkan ASI,
pasien tampak terpasang DC (Dower Chateter) dengan
produksi urin 300cc, TTV pasien TD: 100/60 mmHg, Suhu:
36,50C, Nadi: 76x/menit, RR: 18x/menit. Pasien kemudian
mendapatkan terapi:
- IVFD + Drip Oxytocin 2 amp (20 mg) 28 tpm untuk 12
jam.
- Cefotaxime 3x1 gr
- Vitamin A 1x200.000 IV

4) Riwayat Kesehatan Masa Lalu


a) Imunisasi
Ibu mengatakan mendapatkan imunisasi TT.
b) Riwayat Alergi
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat atau
makanan.
c) Riwayat Kecelakaan
Ibu mengatakan tidak mengalami riwayat kecelakaan.
d) Riwayat dirawat di Rumah Sakit
Ibu mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat di
rumah sakit.
e) Riwayat Pemakaian Obat
Ibu mengatakan tidak pernah memakai obat-obatan
terlarang sejenis narkotika dan lainnya.

5) Riwayat Penyakit Keluarga


Pesien mengatakan di keluarga tidak ada memiliki riwayat
penyakit seperti kanker, DM, TBC.

6) Pola Kebiasaan
a) Bernafas
Sebelum dirawat:
Pasien mengatakan tidak memiliki masalah dalam
pernafasan.

Saat Pengkajian :
Pasien mengatakan tidak memiliki masalah dalam
pernafasan.
b) Makan dan Minum
Sebelum dirawat:
Pasien mengatakan saat hamil tidak memiliki masalah
nutrisi, frekuensi makan 5x/hari, jenis makanan yaitu
nasi, sayur, lauk pauk.
Saat Pengkajian :
Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam nutrisi.
c) Eliminasi
Sebelum dirawat:
Pasien mengatakan tidak mengalami masalah dalam
eliminasi, pasien BAK 3-5 kali/hari, BAB 4x/hari.
Saat Pengkajian :
Pasien mengatakan saat ini belum bisa BAB dan BAK
masih terpasang DC dengan pengeluaran urin 1.500-
2.000cc/hari.
d) Gerak dan Aktivitas
Sebelum dirawat:
Pasien mengatakan tidak mengalami masalah dalam
gerak dan aktivitasnnya.
Saat Pengkajian :
Pasien mengatakan geraknya terbatas akibat nyeri yang
dirasakan pada perut.
e) Istirahat dan Tidur
Sebelum dirawat:
Pasien mengatakan pada saat hamil tidak mengalami
masalah dalam istirahat dan tidur.
Saat Pengkajian :
Pasien mengatakan tidak mengalami masalah dalam
istirahat dan tidur.
f) Kebersihan diri
Sebelum dirawat:
Pasien mengatakan mandi secara mandiri, mandi 2x
sehari.
Saat Pengkajian :
Pasien tampak dibantu saat melakukan ADL.
g) Pengaturan Suhu
Sebelum dirawat:
Pasien mengatakan tidak memiliki masalah dalam
pengaturan suhu tubuh.
Saat Pengkajian :
Pasien mengatakan tidak memiliki masalah dalam
pengaturan suhu tubuh., suhu: 36,50C.
h) Rasa Nyaman
Sebelum dirawat:
Pasien mengatakan tidak memiliki masalah dalam rasa
nyaman.
Saat Pengkajian :
Pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan, skala nyeri 4
dari 1-10 skala yang diberikan, nyeri dirasakan hilang
timbul, nyeri dirasakan saat bergerak, nyeri dirasakan
seperti tertusuk-tusuk.
i) Rasa Aman
Sebelum dirawat:
Pasien mengatakan tidak mengalami masalah dalam rasa
aman.
Saat Pengkajian :
Pasien mengatakan tidak mengalami masalah dalam rasa
aman.
j) Data Sosial
Sebelum dirawat:
Pasien mengatakan memiliki hubungan yang baik dengan
keluarga.
Saat Pengkajian :
Pasien mengatakan memiliki hubungan baik dengan
perawat dan pasien lainnya.
k) Prestasi dan Produktivitas
Sebelum dirawat:
Pasien biasa bekerja membantu mertuanya.
Saat Pengkajian :
Pasien tampak di bantu ADL nya.
l) Rekreasi
Sebelum dirawat:
Pasien mengatakan saat libur selalu meluangkan waktu
bersaman keluarganya.
Saat Pengkajian :
Pasien mengatakan tidak bisa jalan-jalan karena dirawat
di rumah sakit.
m) Belajar
Sebelum dirawat:
Pasien mengatakan biasa mencari ilmu baru melalui
internet.
Saat Pengkajian :
Pasien mengatakan biasa mencari ilmu baru melalui
internet.
n) Ibadah
Sebelum dirawat:
Pasien mengatakan biasa sembahyang di rumah.
Saat Pengkajian :
Pasien mengatakan hanya bisa sembahyang di tempat
tidur.

7) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
1. Kesadaran : Compos mentis
2. Bangun Tubuh : Sedang
3. Postur Tubuh : Tegak
4. Cara Berjalan : Terganggu
5. Gerak Motorik : Normal
6. Keadaan Kulit : Normal, bersih, dan
elastis
7. Tanda-tanda Vital : TD: 120/70 mmHg, S:
0
36 C, N: 80x/menit, RR: 20x/menit.
8. BB sebelum hamil : 46 kg
9. BB saat hamil : 62 kg
10. BB setelah melahirkan :-
11. Tinggi Badan : 156 cm
12. Lingkar Lengan : 29 cm

b) Head to Toe
1. Kepala
a. Kulit kepala : Bersih
b. Rambut : Hitam, panjang
c. Nyeri tekan : Tidak ada
d. Luka : Tidak ada
2. Mata
a. Konjungtiva : Anemis
b. Sclera : Putih
c. Kelopak mata : Tidak ada lesi
d. Pupil : Reflek pupil baik
3. Hidung
a. Keadaan : Bersih
b. Penciuman : Baik
c. Nyeri tekan : Tidak ada
d. Luka : Tidak ada
4. Telinga
a. Keadaan : Bersih
b. Nyeri tekan : Tidak ada
c. Pendengaran : Baik/normal
d. Pemeriksaan : Tidak terkaji
5. Mulut
a. Mukosa bibir : Pucat
b. Gusi : Tidak berdarah
c. Gigi : Tidak ada caries
6. Leher
a. Inspeksi : Keadaan normal
b. Palpasi : Tidak ada pembengkakan
kelenjar tiroid dan kelenjar limfe.
7. Thoraks
a. Inspeksi : Bentuk simetris, payudara
simetris dan membengkak, putting susu menonjol.
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,
pengeluaran ASI masih sedikit.
c. Perkusi : Suara sonor/resonan
d. Auskultasi : Suara vesikuler/normal
8. Abdomen
a. Inspeksi : Tidak ada distensi abdomen,
tidak ada ascites, tampak luka operasi
b. Auskultasi : Peristaltik usus 20x/menit
c. Palpasi : Ada nyeri tekan, TFU: 1 jari
dibawah pusat, kontraksi uterus (+).
d. Perkusi : Bunyi tympani
9. Genetalia
a. Keadaan : Tampak keluar darah dari vagina
b. Letak uretra : Normal
c. Prosedur invasive: Terpasang DC
10. Anus
Tidak terkaji
11. Ekstremitas
Atas : Terpasang infus RL 28 tpm pada lengan kiri
a. Oedema : Tidak ada
b. Varises : Tidak ada
c. CRT : < 2 detik

Bawah

a. Oedema : Tidak ada


b. Varises : Tidak ada
d. CRT : < 2 detik
c. Pemeriksaan reflek : Reflek patella (+)

8) Data Bayi
Tanggal lahir bayi : 28 Oktober 2019
Lahir melalui operasi : Sectio caesaria
Berat bayi lahir : 2150 gram
Panjang badan : 40 cm
LK/LD : 31 cm / 32 cm
Jenis kelamin : Perempuan
Laktasi : ASI belum lancar

9) Pemeriksaan Penunjang
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hematologi
Darah Lengkap
Hemoglobin 13.2 g/dL 10.8-14.2
Leukosit 27.14 ribu/UL 3.5-10
Hitung Jenis Leukosit
Neutrofil 91 % 79.3-73.7
Limfosit 4.8 % 10.0-48.3
Monosit 4.3 % 4.4-12.7
Eosinofil 0.05 % .600-7.30
Basofil 0.12 % 0.00-1.70
Eritrosit 4.5 Juta/UL 3.5-5.5
Hematokrit 40.9 % 35-55
Index Eritrosit 91.5 fL 81.1-96
MCV 29.6 pg 27.0-35.0
MCH 32.4 % 31.5-35.0
MCHC 11.98 % 6.90-10.5
RDW-CV 244 Ribu/UL 1-3
Trombosit 6.9 fL 6-15
MPV 6.9 fL 6-15
ANALISA DATA PADA IBU D. DENGAN P1001
POST SECTIO CESARIA HARI KE-0 OLEH KARENA CPD
( CEPHALOPELVIC DISPROPORTION ) + KALA II LAMA DI RUANG
BELIMBING RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG
TANGGAL 28 – 30 OKTOBER 2019

Data Subjektif Data Objektif Kesimpulan


- Ibu mengatakan - Ibu terlihat Nyeri Akut
nyeri pada luka menahan nyeri
operasi
- Ibu mengatan
nyerinya seperti
teriris-iris
- Ibu mengatakan
nyeri timbul
akibat
pembedahan
pasca operasi
- Ibu mengatakan
skala nyeri 4 dari
1-10 skala nyeri
yang diberikan
- Ibu mengatakan
nyeri jika ingin
bergerak

- Ibu mengatakan - Ibu tampak Hambatan Mobilitas


kesulitan untuk dibantu ADL nya Fisik
bergerak karena - Ibu tampak lemak
nyeri pada perut - Ibu hanya
berbaring di
tempat tidur

- - Tampak luka
bekas operasi di Resiko Infeksi
perut bagian
bawah
- Lekosit 27,14
ribu/ul
- Suhu pasien
36,50C
Rumusan Masalah

1. Nyeri Akut
2. Hambatan Mobilitas Fisik
3. Resiko Infeksi
Analisa Masalah

1. P : Nyeri Akut
E : Agen cedera

S : Ibu mengatakan nyeri pada perut bagian luka operasi, pasien mengatakan
nyeri seperti tertusuk-tusuk, pasien mengatakan nyeri timbul akibat dari
pembedahan pasca operasi, pasien mengatakan skala nyeri 4 dari 1-10 skala
yang diberikan, pasien mengatakan nyeri jika ingin bergerak.

2. P : Hambatan Mobilitas Fisik


E : Ketidaknyamanan

S : Ibu mengatakan kesulitan bergerak karena nyeri pada perut, pasien tampak
dibantu ADLnya, pasien tampak lemah, pasien hanya berbaring di tempat
tidur

3. P : Resiko Infeksi
E:-

S : Tampak bekas luka operasi di perut bagian bawah. Lekosit 27,14 ribu/ul,
suhu pasien 36,50C

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera ditandai dengan pasien


mengatakan nyeri pada luka operasi, pasien mengatakan nyeri seperti teriris-
iris, pasien mengatakan nyeri timbul akibat pembedahan operasi, pasien
mengatakan skala nyeri 4 dari 1-10 skala nyeri yang diberikan, pasien
mengatakan nyeri jika ingin bergerak.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidaknyamanan ditandai
dengan pasien mengatakan sulit bergerak karena nyeri pada perut, pasien
tampak dibantu ADLnya, pasien tampak lemah, pasien hanya berbaring di
tempat tidur
3. Resiko infeksi ditandai dengan tampak bekas operasi di perut pada bagian
bawah, lekosit 27,14 ribu/ul
PERENCANAAN PADA IBU D. DENGAN P1001
POST SECTIO CESARIA HARI KE-0 OLEH KARENA CPD
( CEPHALOPELVIC DISPROPORTION ) + KALA II LAMA
DI RUANG BELIMBING RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG
TANGGAL 28 – 30 OKTOBER 2019

Prioritas Masalah Keperawatan


1. Nyeri Akut
2. Hambatan Mobilitas Fisik
3. Risiko Infeksi

Rencana Keperawatan

No. Hari/Tanggal Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


/Jam Keperawatan Hasil
1. Senin, 22 Nyeri akut Setelah diberikan 1. Kaji skala nyeri 1. Membantu mengatasi
Oktober berhubungan asuhan keperawatan 2 x dengan teknik derajat nyeri dan
2019 dengan agen 24 jam diharapkan PQRST terjadinya komplikasi
Pukul : 13.00 cedera. masalah keperawatan 2. Observasi tanda-tanda 2. Mengetahui keadaan
WITA teratasi dengan kriteria vital umum pasien
hasil: 3. Ajarkan teknik 3. Mengurangi intensitas
1. Mampu mengontrol distraksi dan relaksasi nyeri
nyeri 4. Kolaborasi pemberian 4. Mengurangi nyeri
2. Mampu mengenali obat analgetik sesuai dengan cepat
nyeri indikasi
3. Nyeri berkurang
dan di ukur
menggunakan
manajemen nyeri

2. Hambatan mobilitas Setelah diberikan 1. Kaji kemampuan 1. Mengetahui


fisik berhubungan asuhan keperawatan 2 x pasien dalam kemampuan pasien
dengan 24 jam diharapkan mobilisasi dalam mobilitas dan
ketidaknyamanan. masalah keperawatan menentukan intervensi
teratasi dengan kriteria 2. Latih pasien dalam 2. Mempercepat proses
hasil: pemenuhan kebutuhan pemenuhan dan
1. Aktifitas klien ADL secara mandiri penyembuhan ADL
meningkat 3. Ajarrkan pasien 3. Membantu memberi
2. Mengerti tujuan merubah posisi dan kenyamanan pada
dari peningkatan berikan bantuan jika pasien
mobilitas diperlukan
3. ADL pasien
mandiri

3. Risiko Infeksi Setelah diberikan 1. Monitor tanda dan 1. Mengontrol terjadinya


asuhan keperawatan 2 x gejala infeksi infeksi
24 jam diharapkan 2. Cuci tangan setiap 2. Mencegah terjadinya
masalah tidak terjadi sebelum dan sesudah infeksi nosocomial
dengan kriteria hasil: melakukan tindakan
1. Klien bebas dari 3. Ajarkan pasien dan 3. Mencegah terjadinya
tanda dan gejala keluarga tentang tanda infeksi
infeksi dan gejala infeksi
2. Menunjukkan 4. Delegatif pemberian 4. Mempercepat proses
kemampuan untuk obat antibiotic sesuai penyembuhan infeksi
mencegah indikasi akibat bakteri
timbulnya infeksi
3. Jumlah leukosit
dalam batas normal
INTERVENSI KEPERAWATAN
PADA IBU D. DENGAN P1001 POST SECTIO CESARIA HARI KE-0
OLEH KARENA CPD ( CEPHALOPELVIC DISPROPORTION ) + KALA II LAMA
DI RUANG BELIMBING RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG
TANGGAL 28 – 30 OKTOBER 2019

Prioritas Masalah Keperawatan


4. Nyeri Akut
5. Hambatan Mobilitas Fisik
6. Risiko Infeksi
No Hari/Tanggal Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
/Jam Keperawatan Hasil
1. Senin, 22 Nyeri akut Setelah diberikan 1. Kaji skala nyeri 1. Membantu
Oktober berhubungan asuhan keperawatan 2 x dengan teknik mengatasi derajat
2019 dengan agen 24 jam diharapkan PQRST nyeri dan
Pukul : 13.00 cedera. masalah keperawatan terjadinya
WITA teratasi dengan kriteria komplikasi
hasil: 2. Observasi tanda- 2. Mengetahui
1. Mampu tanda vital keadaan umum
mengontrol pasien
nyeri 3. Ajarkan teknik 3. Mengurangi
2. Mampu distraksi dan intensitas nyeri
mengenali nyeri relaksasi
3. Nyeri berkurang 4. Kolaborasi 4. Mengurangi nyeri
dan di ukur pemberian obat dengan cepat
menggunakan analgetik sesuai
manajemen indikasi
nyeri

2. Hambatan Setelah diberikan 1. Kaji kemampuan 1. Mengetahui


mobilitas fisik asuhan keperawatan 2 x pasien dalam kemampuan pasien
berhubungan 24 jam diharapkan mobilisasi dalam mobilitas
dengan masalah keperawatan dan menentukan
ketidaknyama teratasi dengan kriteria intervensi
nan. hasil: 2. Latih pasien dalam 2. Mempercepat
1. Aktifitas klien pemenuhan proses pemenuhan
meningkat kebutuhan ADL dan penyembuhan
2. Mengerti tujuan secara mandiri ADL
dari 3. Ajarkan pasien 3. Membantu
peningkatan merubah posisi dan memberi
mobilitas berikan bantuan jika kenyamanan pada
3. ADL diperlukan pasien
pasienmandiri

3. Risiko Infeksi Setelah diberikan 1. Monitor tanda dan 1. Mengontrol


asuhan keperawatan 2 x gejala infeksi terjadinya infeksi
24 jam diharapkan 2. Cuci tangan setiap 2. Mencegah
masalah tidak terjadi sebelum dan sesudah terjadinya infeksi
dengan kriteria hasil: melakukan tindakan nosocomial
1. Klien bebas dari 3. Ajarkan pasien dan 3. Mencegah
tanda dan gejala keluarga tentang terjadinya infeksi
infeksi tanda dan gejala
2. Menunjukkan infeksi
kemampuan 4. Delegatif pemberian 4. Mempercepat
untuk mencegah obat antibiotic sesuai proses
timbulnya indikasi penyembuhan
infeksi infeksi akibat
3. Jumlah leukosit bakteri
dalam batas
normal
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
PADA IBU D. DENGAN P1001 POST SECTIO CESARIA HARI KE-0
OLEH KARENA CPD ( CEPHALOPELVIC DISPROPORTION ) + KALA II LAMA
DI RUANG BELIMBING RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG
TANGGAL 28 – 30 OKTOBER 2019

Hari/ Tanggal / No Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf


Jam Diagnosa
Senin/ 28 Dx 1 1. Mengkaji nyeri secara DS =
.Oktober 2019 komprahensif - Pasien mengatakan nyeri pada
Jam 13.00 wita luka bekas jahitan SC
- Pasien mengatakan rasa nyeri
tertusuk –tususk
- Pasien mengatakan skala nyeri
5 dari 1-10 skala yang diberikan
- Pasien mengatakan nyeri hilang
timbul
- Pasien mengatakan nyeri jika
ingin bergerak
DO = Pasien tampak meringis

14.00 wita Dx 1 2. Mengobservasi trias nifas DS = -


DO =
- TFU 2 jari di bawah pusat
(involusi)
- Darah berwarna merah segar
( lokhea)
- ASI tidak / belum keluar
(Laktasi)
15.00 wita Dx 1 3. Mengajarkan teknik non DS = -
farmakologi DO = Pasien tampak kooperatif dalam
intruksi yang diberikan

15.30 wita Dx 1,2 4. Mengobservasi tanda-tanda vital DS = -


DO =
- TD : 120/70 mmHg
- N : 80x/menit
- S : 37,0 º C
- RR : 22x/menit

Selasa , 29 Dx 1 5. Mengobservasi tria nifas DS = -


Oktober 2019 DO =
08.00 wita - Involusi uteri (uterus teraba
keras)
- Lokhea berwarna merah segar
- Laktasi, ASI tampak sudah
mulai keluar
Dx 1,2 6. Mengobservasi tanda-tanda vital DS = -
DO =
- TD : 110/70 mmHg
- N : 76x/menit
- S : 36,0 º C
- RR : 20x/menit
09.00 wita Dx 1 7. Mengajarkan teknik DS = -
nonfarmakologis relaksasi DO = Pasien tampak kooperatif dalam
instruksi yang di berikan
10.00 wita Dx 2 8. Mengkaji kemampuan klien dalam DS = Pasien mengatakan belum bisa
mobilisasi duduk/ miring kiri dan kanan
DO = Pasien tanpak masih dibantu
ADL nya oleh keluarga

11.000 wita Dx 1,2 9. Mengobservasi tanda-tanda vital DS = -


DO =
- TD : 110/70 mmHg
- N : 80/menit
- S : 36,5 º C
- RR : 20 x/menit

12.00 wita Dx 1 10. Mengobservasi trias nifas DS = -


DO =
- Laktasi, pengeluaran ASI
mulai ada
- Involusi uteri : 1 jari di
bawah pusat
- Lokhea : tampak merah

13.00 wita Dx 3 11. Delegatif dalam pemberian DS = -


Cefotaxime 1 gr melalui IV/set DO = Obat masuk melalui IV/set dan
tidak ada tanda-tanda alergi
Rabu, 30 Dx 1 12. Mengkaji nyeri secara DS = - Pasien mengatakan nyeri sudah
Oktober 2019 komprehensif mulai berkurang
08.00 wita - Pasien mengatakan skala
nyeri 3 dari 1-10 skala yang
diberikan
DO = Pasien tampak meringis sesekali

Dx 1,2 13. Mengobservasi tanda-tanda vital DS = -


DO =
- TD : 110/80 mmHg
- N : 76/menit
- S : 36 º C
- RR : 20 x/menit

Dx 3 14. Mengkaji kemampuan pasien DS = Pasien mengatakan sudah bisa


dalam mobilisasi duduk dan mobilisasi sendiri
DO = Pasien tampak sudah bisa
melakukan ADL secara mandiri
EVALUASI KEPERAWATAN
PADA IBU D. DENGAN P1001 POST SECTIO CESARIA HARI KE-0
OLEH KARENA CPD ( CEPHALOPELVIC DISPROPORTION ) + KALA
II LAMA DI RUANG BELIMBING RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG
TANGGAL 28 – 30 OKTOBER 2019

Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi


(SOAP)
Rabu/ 30 Nyeri akut berhubungan dengan agen S:
Oktober cedera ditandai dengan pasien P = Nyeri dirasakan
2019/ 13.00 mengatakan nyeri pada perut bagian karena bekas luka
WITA bawah pasca operasi, pasien tampak pasca operasi
meringis, skala nyeri 4 dari 1-10 skala, Q = Seperti teriris namun
intensitas nyeri hilang timbul saat masih bias di tolerir
ingin beraktivitas R = Pada perut bagian
bawah
S = Skala nyeri 3 dari 1-
10 skala yang
diberikan
T = Intersitas hilang
timbul

O :Tampak meringis
sesekali
A : Masalah teratasi,
tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi
pasien

Hambatan mobilitas fisik S:


berhubungan dengan - Pasien
ketidaknyamanan ditandai dengan mengatakan
pasien mengatakan kesulitan sudah bisa miring
melakukan gerakan karena pusing, kanan dan kiri
pasien dibantu ADLnya, pasien serta berjalan
tampak lemah O:
- Tanda-tanda vital
TD : 110/80
mmHg
N : 76 x/menit
S : 360C
RR : 20 x/menit
A : masalah teratasi,
tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi
pasien

S : Pasien mengatakan
Resiko infeksi ditandai dengan tampak lukanya tertutup
luka bekas operasi pasca operasi sc, perban
lekosit pasien 27,14 ribu/ul O:
- Luka masih
tertutup kasa
steril
- Tidak tampak
kemerahan
(Rubor)
- Tidak tampak
panas (Kalor)
- Tidak ada
benjolan (Tumor)
- Tidak ada nyeri
(Dolor)
- Fungsi jaringan
baik (Fungsio
laesa)
A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan kondisi
pasien
BAB IV

PEMBAHASAN

Selama memberikan asuhan keperawata, kelompok menemukan beberapa


kesenjangan antara konsep teoritis dan kasus yang ditemukan. Dalam bab ini
kelompok akan membahasnya sesuai dengan asuhan keperawatan yang sudah
diterapkan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan
, implementasi keperaatan dan evaluasi keperawatan. Dalam bab ini dibahas
tentang “Asuhan Keperawatan Pada Ibu. D Dengan P1001 Post Sectio Cesaria
Hari ke 0 Oleh Karena CPD+Kala II Lama Di Ruang Belimbing RSUD
Kabupaten Klungkung”. Dari pengkajian, rencana keperawatan, tindakan
keperawatan, evaluasi keperawatan, serta kesenjangan yang terjadi antara konsep
teori dengan kasus yang ada di lapangan.

A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal untuk melakukan suatu asuhan
keperawatan yang berguna untuk mengumpul data sebagai dasar untuk
mengetahui kebutuhan klien sehingga dapat menentukan asuhan
keperawatan yang akan dilakukan. Dalam pengumpulan data, kelompok
menggunakan metode wawancara / tanya jawab dengan keluarga pasien
dan pasien serta observasi dengan menggunakan pemeriksaan fisik dan
menggunakan studi dokumentasi pada status pasien. Hasil pengkajian
berupa data dasar, data khusu, data penunjang, pemeriksaan fisik, catatan
medis dan catatan keperawatan.
Selama melakukan pengkajian kelompok tidak banyak menemui
kesulitan, hal ini berkaitan dengan kerjasama dan pasrtisipasi dari pasien
dan keluarga dalam memberikan informasi yang diperlukan, berkaitan
dengan penyakit yang diderita pasien. Dalam penulisan asuhan
keperawatan tidak di temukan kesenjangan pada pengkajian kasus Ibu D
dengan pengkajian teori.

B. Diagnosa Keperawatan
Pada teori, terdapat 5 diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
diantaranya :
1. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin,
prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section
caesarea)
2. Intoleransi aktivitas b/d tindakan anestesi, kelemahan, penurunan
sirkulasi
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka
kering bekas operasi.
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur
pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi.
5. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik akibat tindakan anestesi dan
pembedah

Pada tinjauan kasus, klompok mengangkat 3 diagnosa keperawatan di


mana 2 diantaranya sesuai dengan teori yaitu Nyeri Akut berhubungan
dengan pelepasan mediator nyeri (histamine, prostaglandin) akibat trauma
jaringan dalam pembedahan (section caesarea) dan Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering bekas oprasi. Diagnosa
keperawatan lainnya tidak ditemukan karena tidak sesuai dengan data
pengkajian yang kelompok dapatkan dari pasien , keluarga pasien ataupun
rekam medis. Adapun 1 diagnosa keperawatan tambahan yang tidak
terdapat dalam teori yaitu Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
ketidaknyamanan, maka kelompok mendapatkan kesenjangan antara
tinjauan teori dan tinjauan kasus. Kelompok mengangkat diagnosa utama
yaitu nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamine,
prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section
caesarea).

C. Intervensi Keperawatan
Setelah diganosa keperawatan telah ditegakkan, maka perlu
penetapan rencana keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan
tersebut. Kegiatan perencanaan ini meliputi: memprioritaskan masalah,
merumuskan tujuan dan kriteria hasil, merumuskan perencanaan dan
rasional dari perencanaan tersebut. Kelompok membuat seluruh intervensi
sesuai dengan NANDA NOC NIC. Adapun factor pendukung dari
penulisan asuhan keperawatan ini adalah terdapat kerjasama yang baik
dalam melaksanakan perencanaan yang telah dibuat antara mahasiswa dan
perawat di ruangan sedangkan factor penghambat dalam penulisan asuhan
keperawatan ini adalah singkatnya waktu asuhan keperawatan yang
kelompok lakukan pada pasien.

D. Implementasi Keperawatan
Dalam tahap implementasi, kelompok dapat melaksanakan semua
rencana keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
Semua tidnakan dapat dilaksanakan pada waktu yang menyesuaikan, hal
ini didukung oleh kerjasama yang baik kelompok dengan perawat ruangan
dalam melakukan tindakan keperawatan.

E. Evaluasi Keperawatan
Pada evaluasi keperawatan merupakan tahap dan alat ukur untuk
menilai keberhasilan pemberian asuhan keperawatan apakah tujuan
tersebut berhasil atau tidak. Pada ketiga diagnose keperawatan yang
kelompok angkat, evaluasi yang didapatkan seluruh tujuan tercapai dan
masalah teratasi. Dalam hal ini, kelompok selalu melibatkan keluarga
pasien dalam asuhan keperawatan, melakukan komunikasi terapeutik,
memberikan kesempatan lebih banyak pada keluarga untuk
mengungkapkan perasaan sehingga kelompok lebih mudah untuk
mengevaluasi keadaan Ibu.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil keperawatan Ibu D dengan Post SC, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Melakukan pengkajian pada Ibu D. Penulis tidak hanya melakukan
wawancara pada Ibu saja, tetapi juga melakukan pemeriksaan fisik
kepada Ibu D.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Ibu D, dari hasil
pengkajian yang di lakukan oleh penulis, penulis memprioritaskan
3 diagnosa yaitu Nyeri akut, Hambatan mobilitas fisik, Resiko
infeksi.
3. Melakukan perencanaan terhadap Ibu D. Perencanaan yang di buat
disesuaikan dengan kondisi pasien. Sehingga intervensi yang di
lakukan dapat terlaksana dengan baik.
4. Melakukan tindakan keperawatan pada Ibu D. Telah sesuai dengan
rencana yang di tentukan pada rencana keperawatan yang telah
dibuat.
5. Melakukan evaluasi keperawatan untuk memberikan tindakan
keperawatan selama 3 hari, untuk diagnose pertama sampai ketiga
teratasi.
6. Melakukan dokumentasi keperawatan pada keluarga Ibu D. Setelah
melakukan tindakan keperawatan, penulis mendokumentasikan
tindakan tersebut dalam catatan yang penulis buat.
B. Saran
1. Bagi Instansi
a. RSUD Kabupaten Karangasem
Diharapkan memberikan pelayanan kepada Ibu seoptimal
mungkin dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
b. Pendidikan ITEKES Bali
Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana prasarana
yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilannya
dalam melakukan peraktek klinik dan pembuatan laporan.
c. Kepada Ibu D. Dan keluarga
Di harapkan agar melaksanakan segala petunjuk dari petugas
kesehatan dan apabila sudah diijinkan pulang agar tetap
melakukan perawatan di rumah dengan baik dan Ibu di
harapkan control setelah pulang dari Rumah Sakit.

2. Bagi penulis selanjutnya


Diharapkan penulis dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu
seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan pada Ibu secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, I.J. 2001. Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC


Doengoes, Marylinn. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi.
Jakarta : EGC
Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
dan KB. Jakarta : EGC
Manuaba, I.B. 1999. Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana
Untuk Dokter Umum. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 2. Jakarta : EGC
Sarwono, Prawiroharjo,. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT
Gramedia

Anda mungkin juga menyukai