Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD)

STASE ASUHAN KEBIDANAN NIFAS


“ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN PRE EKLAMSIA BERAT”
DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
TAHUN AKADEMIK 2023/2024

Dosen Pembimbing Pendidikan : Dwi Ernawati, S.ST., M.Keb

Disusun Oleh :
Arlista Fitrah
2310106103

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN

STASE ASUHAN KEBIDANAN NIFAS


“ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN PRE EKLAMSIA BERAT”
DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
TAHUN AKADEMIK 2023/2024

Yogyakarta, 30 November 2023

Pembimbing Pendidikan Preceptor Mahasiswa

Dwi Ernawati, S.ST., M.Keb Sri Utami, S.ST., Bdn Arlista Fitrah

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3
Latar Belakang........................................................................................................................3
Tujuan.....................................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................................................5
Masa Nifas..............................................................................................................................5
Preeklamsia Berat.................................................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................15
DOKUMENTASI SOAP DAN RENCANA TINDAK LANJUT...........................................15
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................................25
BAB V PENUTUP...................................................................................................................27
BAB VI REFERENSI..............................................................................................................28

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks dan janin
turun kedalam jalan lahir kemudian berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hampir cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan disusul dengan
pengeluaran plasenta dan slaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Sulfianti et al, 2020).
PEB (Pre-eklampsia berat) adalah salah satu penyebab komplikasi kehamilan
yang ditandai dengan tekanan darah > 160/110 mmHg disertai proteinuria, sehingga
harus dilakukan persalinan secara SC, bahkan dapat terjadi kasus kematian jika tidak
segera ditangani (Rahmaningtyas, 2018). Menurut WHO (2019), angka kejadian pre-
eklampsia di seluruh dunia berkisar 0,51-38,4%. Kasus pre-eklampsia di Indonesia
sekitar 1,8%-18%. Pre-eklampsia dan eklampsia menempati urutan kedua sebagai
penyebab kematian di Indonesia.
Menurut World Health Organization(WHO) pada tahun 2020 menyatakan
bahwa Angka kematian ibu (AKI) akibat pre-eklamspsi sangat tinggi, setiap harinya
terdapat 810 wanita meninggal dunia karena komplikasi kehamilan dan persalinan
dan sekitar 295 000 wanita meninggal dunia setelah persalinan atau dalam masa
nifas. Data yang disampaikan WHO di negara maju mengalami AKI sebesar
11/100.000Kelahiran Hidup dengan angka kejadian preeklampsiaberkisar 6-7% dan
eklampsia0,1-0,7% (Abik, Mamlukah, D, Lely, 2021). Data yang disampaikan
WHO di negara maju mengalami AKI sebesar 11/100.000Kelahiran Hidup dengan
angka kejadian preeklampsia berkisar 6-7% dan eklampsia0,1-0,7% (Abik,
Mamlukah, D, Lely, 2021).Angka kematian ibu (AKI) di negara berkembang sebesar
462/100.000 kelahiran hidup (WHO, 2020). Di Indonesia, prevalensi hipertensi
berkisar antara 6-15% (Slamet,Tophan 2022). Pada tahun 2020 AKI di Jawa Tengah
yaitu 98,6 per 100.000 Kelahiran Hidupakan terus meningkat dari sebelumnya
(Salsabila R, Diana H, Hema D A, 2022). Sedangkan angka kejadian preeklamsia di
Brebes mencapa 536 kasus. Angka kejadian preeklamsia di Puskesmas Kaliwadas
sebanyak 6 kasus pada tahun 2022 (Puskesmas Kaliwadas, 2022).Selain itu, World
Health Organization(WHO) menetapkan standar rata-rata persalinan operasi sesar
di sebuah negara adalah sekitar 5-15 persen per 1000 kelahiran di dunia

3
(WHO, 2021). Di negara Asia peningkatan persalinan dengan operasi Sectio
caesaradi seluruh negara terjadi semenjak tahun 2007-2008 yaitu 110.000 per
kelahiran diseluruh Asia (ASEAN, 2021).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada Ny.F usia 36 Tahun
dengan Preeklamsia Berat (PEB) di Ruang Pergiwati RSUD Penembahan
Senopati Bantul.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengkaji data meliputi data obyektif pada Ny.F usia 36
Tahun dengan Preeklamsia Berat (PEB) di Ruang Pergiwati RSUD
Penembahan Senopati Bantul.
b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa
kebidanan dan masalah pada Ny.F usia 36 Tahun dengan Preeklamsia Berat
(PEB) di Ruang Pergiwati RSUD Penembahan Senopati Bantul.
c. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan asuhan kebidanan secara
komprehensif pada Ny.F usia 36 Tahun dengan Preeklamsia Berat (PEB) di
Ruang Pergiwati RSUD Penembahan Senopati Bantul..

4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Masa Nifas
1. Definisi Masa Nifas
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti
sebelum hamil dan waktu kurang lebih 6 minggu (Walyani & Purwoastuti, 2015).
2. Periode Masa Nifas
Adapun tahapan atau periode masa nifas menurut Walyani & Purwoastuti (2015)
menjadi 3, yaitu :
a. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri atau
berjalan, serta beraktivitas layaknya wanita normal.
b. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya sekitar 6-8 minggu.
c. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna, terutaa bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi
3. Perubahan Fisiologis pada Ibu Nifas
Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi
postpartum. Organ-organ tubuh ibu yang mengalami perubahan menurut
(Wulandari, 2017) setelah melahirkan antara lain :
a. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Uterus
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi
sebelum hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU-nya (Tinggi Fundus
Uteri).
2) Perubahan Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami pebekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dalam beberapa hari pertama setelah
partus keadaan vulva dan vagina masih kendur, setelah 3 minggu secara
perlahan akan kembali ke keadaan sebelum hamil.
3) Perubahan Perineum
Perineum akan menjadi kendur karena sebeumnya teregang oleh

5
tekanan kepala bayi dan tapak terdapat robekan jika dilakukan episiotomi
yang akan terjadi masa penyembuhan selama 2 minggu.
4) Perubahan Serviks
Serviks mengalami involusi bersama uterus, setelah persalinan ostium
eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tenagh, setelah 6 minggu
persalinan serviks menutup.
5) Perubahan Pada Payudara
Suplai darah ke payudara meningkat dan menyebabkan pembengkakan
vaskular sementara, air susu saat diproduksi diispan di alveoli dan harus
dikeluarkan dengan efektif dengan cara dihisap oleh bayi untuk pengadaan
dan keberlangsungan laktasi.
b. Perubahan Pada Abdomen
Pada ibu yang melahirkan dengan cara operasi Sectio Caesarea
biasanya terdapat luka post Sectio Caesarea dengan berbagai bentuk insisi.
Selain luka insisi terdapat perubahan pada pola pencernaan ibu post nifas yang
biasanya membutuhkan waktu sekitar 103 hari agar fungsi saluran cerna dan
nafsu makan dapat kembali normal. Dibandingkan ibu yang melahirkan secara
spontan lebih cepat lapar karena telah mengeluarkan energi yang begitu
banyak pada proses persalinan.
c. Perubahan Pada Genetalia
Lokhea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea berbau
amis atau anyir dengaan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita.
Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Pengeluaran
lokhea dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya sebagai berikut :
1) Lokhea Rubra
Lockea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa postpartum.
Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan
sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan
mekonium.
2) Lokhea Sanguinolent
Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta berlangsung
dari hari ke-4 sampai hari ke-7 postpartum.
3) Lokhea Serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung serum,

6
leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai
hari ke-14
4) Lokhea Alba
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir
serviks, dan serabut jaringan yang mati, berupa cairan putih. Lokhea alba
dapat berlangsung selama 2-6 minggu postpartum
5) Lokhea Purulenta Lokhea ini disebabkan karena terjadinya infeksi, cairan
yang keluar seperti nanah yang berbau busuk.
6) Lochiostatis
Pengeluaran lokhea yang tidak lancar
d. Perubahan Sistem Perkemihan
Buang air kecil sulit selama 24 jam, urine dalam jumlah besar akan
dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Keadaan ini
meyebabkan dieresis, ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam
tempo 6 minggu. Maka hal ini baisanya di perlukan katerisasi pada ibu karena
kondisi organ reproduksi ibu belum berfungsi secara optimal pasca operasi
e. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus, pembuluh darah
yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit, sehingga akan
menghentikan perdarahan. Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah
komplikasi dan mempercepat proses involusi. Pada umumnya ambulasi
dimulai 4-8 jam postpartum.
f. Perubahan Sistem Hematologi
Pada minggu-minggu terakhir kehailan, kadar fibrogen dan plasma
serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama
postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah
lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan
fakktor pembekuan darah.
g. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Kardiak output meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai
kala III ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada
beberapa hari pertama postpartum dan akan kembali normal pada akhir
minggu ke 3 postpartum.

7
h. Perubahan Sistem Endokrin
Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam postpartum,
progesteron turun pada hari ke 3 postpartum, kadar prolaktin dalam darah
berangsur-angsur hilang.
i. Perubahan Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda vital yang sering digunakan sebagai indikator bagi tubuh
yang mengalami gangguan atau masalah kesehatan adalah nadi, pernafasan,
suhu dan tekanan darah. Denyut nadi normal berkisar antara 60-80 kali
permenit. Pada proses persalinan biasanya akan 24 mengalami peningkatan,
tetapi pada masa nifas denyut nadi akan kemabli normal. Frekuensi pernafasan
normal berisar antara 18-24 kali permenit. Setelah persalinan, frekuensi
pernafasan akan kembali normal, keadaan pernafasan biasanya berhubungan
dengan suhu dan denyut nadi. Suhu tubuh dapat meningkat sekitar 0,5o C dari
keadaan normal 36o - 37,5o C, hal ini disebabkan karena meningkatnya
metabolisme tubuh pada saat proses persalinan. Tekanan darah normal untuk
sistol berkisar antara 110-140 mmHg dan untuk diastol antara 60-80 mmHg,
setelah persalinan tekanan darah sedikit menurun karena terjadinya perdarahan
pada saat proses persalinan.
j. Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas
1) Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan, pada fase ini ibu sedang
berfokus terutama pada dirinya sendiri, ibu akan berulang kali
menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir.
2) Fase taking hold
Fase taking hold adalah periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan, pada fase ini timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan
rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.
3) Fase letting go
Fase letting go adalah periode menerima tanggung jawab akan peran
barunya sebagai orang tua, fase ini berlangsung 10 hari setelah
melahirkan.
4. Kebutuhan dasar Ibu Nifas

8
Dalam masa nifas, alat-alat reproduksi khususnya post sectio caesarea belum
bisa berangsur pulih di bandingkan dengan ibu nifas yang melahirkan normal.
Untuk membantu proses penyembuhan maka diperlukan beberapa kebutuhan
dasar ibu saat nifas menurut (Wulandari, 2017), diantaranya :
a. Nutrisi dan Cairan
Nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui
akan meningkat sekitar 25%, pada masa nifas masalah diit perlu mendapat
perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik mempercepat
penyembuhan ibu dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk
menyehatkan bayi. Diit yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi,
cukup kalori, tinggi protein dan banyak mengandung cairan. Konsumsi
cairan sebanyak 8 gelas perhari. Minum sedikitnya 3 liter tiap hari.
b. Ambulasi Dini (Early Ambulation)
Pada pasien post sectio caesarea biasanya mulai ambulasi 24-36 jam
sesudah melahirkan, jika pasien menjalani analgesia epidural pemulihan
sensibilitas yang total harus dibuktikan dahulu sebelum ambulasi dimulai.
Adapun manfaat ambulasi dini pada ibu post sectio caesarea, yaitu :
1) Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
2) Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
3) Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli dengan mobilisasi
sirkulasi darah normal sehingga resiko terjadinya trombosis dan
tromboemboli dapat dihindari.
c. Istirahat
Istirahat merupakan salah satu kebutuhan dasar masa nifas yaitu
dengan menganjurkan ibu untuk :
1) Istirahat yang cukup untuk mengurangi rasa lelah
2) Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.
3) Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan.
4) Menyediakan waktu untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam, dan
malam 7-8 jam.
d. Kebutuhan Eliminasi
1) Buang Air Kecil (BAK).

9
Kebanyakan pada pasien postpartum normal dapat melakukan BAK
secara spontan dalam 8 jam setelah melahirkan. Ibu diminta untuk
buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam
postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum
melebihi 100cc, maka dilakukan katerisasi. Tetapi apabila kandung
kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk katerisasi (Saleha,
2013).
2) Buang Air Besar (BAB).
Biasanya 2-3 hari postpartum masih sulit buang air besar. Jika pasien
belum juga BAB pada hari ketiga maka perlu diberi obat pencahar per
oral atau per rectal.
e. Aktivitas Seksual
Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu nifas harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
1) Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu-satu dua jarinya
kedalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk melakukan
hubungan suami istri.
2) Berbagai budaya mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri
sampai waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah
persalinan. Keputusan ini bergantung pada keputusan pasangan yang
bersangkutan (Saleha, 2013).
f. Personal Hygiene
Pada ibu pada masa postpartum sangat rentan terhadap infeksi. Oleh
karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya
infeksi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada ibu nifas dalam
personal hygiene adalah sebagai berikut :
1) Perawatan Perineum
Apabila setelah buang air kecil atau besar perineum dibersihkan
secara rutin, dengan lembut dari sekitar vulva terlebih dahulu dari
depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Untuk cara mengganti pembalut yaitu bagian dalam jangan sampai
terkontamitasi dengan tangan. Pembalut yang sudah kotor harus
diganti paling sedikit 4 kali sehari.

10
2) Perawatan Payudara
Sebaiknya perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil
supaya puting lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk
menyusui bayinya
g. Senam Nifas
Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami perubahan
fisik, kegiatan seperti ini akan meningkatkan paru-paru, meningkatkan otot
kandung kemih dan usus besar yang agak lamban kerjanya akibat
pembiusan pada saat menjalani sectio caesarea. Sebelum luka dinyatakan
sembuh oleh dokter, ibu cukup melakukan gerakan ringan seperti
menggerakan ujung jari dan tumit sedikit demi sedikit, latihan ini cukup
dilakukan di minggu-minggu pertama setelah persalinan. Lalu miringkan
tubuh kekanan tekuk kaki kiri serta letakkan tangan kiri ketempat tidur
bangun secara perlahan dengan kedua tangan sebagai penyangga.
Turunkan kaki perlahan dari tempat tidur, untuk membantu ibu
mengurangi rasa sakit, peganglah bantal kecil yang ditempelkan dibagian
yang dioperasi.
h. Keluarga Berencana
Keluarga berencana adalah salah satu usaha membantu keluarga/individu
merencanakan kehidupan berkeluarganya dengan baik, sehingga dapat
mencapai keluarga berkualitas.
B. Preeklamsia Berat
1. Definisi Preeklamsia Berat
Pre-eklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai protein uria dan atau
oedema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Rahyani, 2020).
2. Tanda Gejala Pre Eklampsia Berat
a. Tekanan darah sistolik 160 atau lebih diastole 110 atau lebih, diukur 2 kali
dengan antara sekurangnya 6 jam dan pasien dalam istirahat.
b. Proteinuria lebih 5g/24 jam atau 4+ pemeriksaan kualitatif bisa disertai dengan
oliguria produksi urine kurang 500 cc/24 jam
c. Kenaikan kadar kreatinin plasma > 1,1 mg/dl
d. Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma
dan pandangan kabur

11
e. Nyeri perut bagian kanan atas, terutama dibawah tulang rusuk sisi kanan
akibat tegangnya kapsula glisson
f. Oedem paru-paru dan sianosis
g. Hemolysis mikroangiopatik
h. Trombositopenia berat : <100.000 sel/mm atau penurunan trambosit dengan
cepat
i. Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular) : peningkatan kadar alanine
dan aspartate aminotransferase
j. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes dan low platelet count )
yaitu kerusakan multisystem yang terjadi pada ginjal dan hati
3. Patofisiologi
Preeklamsia didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah dan proteinuria,
namun preeklamsia dapat memengaruhi sistem tubuh yang berbeda dan
mengakibatkan terjadinya berbagai macam gejala preeklamsia. Perubahan yang
terjadi pada preeklamsia tampaknya disebabkan oleh gabungan kompleks antara
abnormalitas genetik, faktor imunologis, dan faktor plasenta. Akibat plasentasi
yang buruk, terjadi disfungsi organ dan terjadi gambaran klasik preeklamsia
disertai dengan gejalanya seperti sakit kepala, gangguan penglihatan, dan nyeri
epigastrik (Mochtar, 2013). Pada preeklamsia terjadi spasme pembuluh darah
disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat
arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah
merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan
darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar
oksigenisasi jaringan dapat dicukupi. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme
arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Mochtar, 2013).
Patofisiologi preeklamsi merupakan suatu disfungsi/ kerusakan sel endotel
vaskuler secara menyeluruh dengan penyebab multifaktor, seperti: imunologi,
genetik, nutrisi (misalnya defisiensi kalsium) dan lipid peroksidasi. Kemudian
berlanjut dengan gangguan keseimbangan hormonal prostanoid yaitu peningkatan
vasokonstriktor (terutama tromboxan) dan penurunan vasodilator (prostasiklin),
peningkatan sensitivitas terhadap vasokonstriktor agregasi platelet (trombogenik),
koagulopati dan aterogenik. Perubahan level seluler dan biomolekuler di atas telah
dideteksi pada umur kehamilan 18-20minggu, selanjutnya sekurang-kurangnya
umur kehamilan 24 minggu dapat diikuti perubahan/ gejala klinis seperti

12
hipertensi, oedema dan proteinuria (mochtar, 2013).

Preeklamsia didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah dan proteinuria,


namun preeklamsia dapat memengaruhi sistem tubuh yang berbeda dan
mengakibatkan terjadinya berbagai macam gejala preeklamsia. Perubahan yang
terjadi pada preeklamsia tampaknya disebabkan oleh gabungan kompleks antara
abnormalitas genetik, faktor imunologis, dan faktor plasenta. Akibat plasentasi
yang buruk, terjadi disfungsi organ dan terjadi gambaran klasik preeklamsia
disertai dengan gejalanya seperti sakit kepala, gangguan penglihatan, dan nyeri
epigastrik ( Nugroho, 2012).
4. Faktor Penyebab dan Dampak Pre Eklamsia
Faktor penyebab preeklamsia yaitu riwayat preeklamsia, IMT, obesitas dan
riwayat genetik (Hinelo et al, 2021), dan dampak dari preeklamsia menurut
Menurut Maria, (2021) pada ibu yaitu meningkatnya resiko stroke, hipertensi,
diabetes mlitus, kelainan ginjal hingga kelainan jantung. Sedangkan, faktor resiko
atau dampak yang bisa terjadi pada janin akibat preeklamsia selama kehamilan
yaitu dapat mengakibatkan berat badan lahir rendah akibat spasme arteriol spiralis
desidua menurunkan aliran darah ke plasenta, yang mengakibatkan gangguan
fungsi plasenta. Kerusakan plasenta ringan dapat menyebabkan hipoksia janin,
keterbatasan pertumbuhan intrauterine (IUGR), dan jika kerusakan makin parah
maka dapat berakibat prematuritas, dismaturitas dan IUFD atau kematian janin
dalam kandungan (Nur & Yunita, 2021).
5. Penatalaksanaan Pre Eklampsia Berat
Menurut Maternity et all (2016), penatalaksanaan preeklamsi berat dibagi menjadi
dua yaitu :
a) Penatalaksanaan preeklamsi berat kurang dari 37 minggu janin belum
menunjukkan tanda maturitas paru-paru dengan pemeriksaan shake dan
rasio L/S maka penanganannya adalah sebagai berikut :
1. Berikan suntikan 4 gr MgSO4 40% (10 ml MgSO4 40% dilarutkan
dengan 10 ml aquades) diberikan secara IV dalam waktu 20 menit
secara perlahan
2. Jika adanya perbaikan jalannya penyakit, pemberian magnesium
sulfat dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria
preekalamsi (kecuali jika ada kontraindikasi)

13
3. Jika dengan terapi diatas tidak ada perbaikan dilakukan terminasi
kehamilan induksi partus atau cara lain, melihat keadaan.
4. Jika pada preeklamsi telah dijumpai tanda kematangan paru janin,
penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehmailan diatas 37
minggu.
b) Preeklamsi berat kehamilan 37 minggu ke atas yaitu :
1. Penderita rawat inap
a. Istirahat mutlak dan ditempatkan dalam kamar isolasi
b. Berikan diet rendah garam dan tinggi protein
c. Berikan suntikan 4 gr MgSO4 40% (10 ml MgSO4 40%
dilarutkan dengan 10 ml aquades) diberikan secara IV dalam
waktu 20 menit secara perlahan. Syarat pemberian MgSO4
adalah reflek patella (+), produksi urine >80cc dalam 4 jam
sebelumnya (0,5 cc/kgBB/jam), respirasi >16 kali per menit
dan harus tersedia antidotum kalsium glukonas 10%.
d. Infus laktat ringer dan ringer asetat
e. Obat antihipertensi : Nifedipine 10-20 mg, dosis maksimum
120mg dalam 24 jam, Metildopa 250-500 mg, dosis maksimum
1500mg dalam 24 jam
f. Kala II harus dipersingkat dengan ektraksi vakum dan forsep,
jadi ibu dilarang mengedan
g. Jangan berikan methergin postpartum
h. Bila ada indikasi obstetric dilakukan SC
c) Dosis pemeliharaan atau Post Partum :
Lanjutkan dengan 6 g MgSO4 (15 ml larutan MgSO4 40%) dan
larutkan dalam 500 ml Ringer Laktat selama 6 jam 28 tpm sampai 24 jam
pasca persalinan atau kejang berakhir, teruskan terapi antihipertensi jika
tekanan diastolik > 110mmHg dan lakukan pemantauan urine.
d) Hentikan MgSO4 jika :
Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, hipotensi, refleks
fisiologis menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP, kelumpuhan
dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian karena kulumpuhan otot-
otot pernafasan karenaadanya serum 10 U magnesium pada dosis yang
adekuat adalah 4-7 mEq/ Liter. Refleks fisiologis menghilang pada kadar

14
8-10 mEq/Liter. Kadar 12-15 mEq terjadi kelumpuhan otot- otot
pernafasan dan lebih 15 mEq/Liter terjadi kematian jantung.

BAB III
DOKUMENTASI SOAP DAN RENCANA TINDAK LANJUT

Nama Mahasiswa : Arlista Fitrah


Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan Preeklamsia Berat (PEB) di Ruang Pergiwati
RSUD Penembahan Senopati Bantul

Masuk BPS
Tanggal/Jam : 29-11-2023 Jam : 19.10 WIB
Register : 72-28-xx

Pengkajian
Tanggal/Jam : 30-11-2023 Jam : 08.40 WIB
Tempat/Ruang: Rsud Panembahan Senopati / Pergiwati
Oleh : Arlista Fitrah

Biodata
Ibu Suami
Nama : Ny.F Nama : Tn.S
Umur : 36 Tahun Umur : 38 Tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat : Sawahan Tamantirto Alamat : Sawahan Tamantirto
Bantul Bantul

A. SUBYEKTIF
1. Alasan masuk ruang perawatan nifas :
Ibu post partum pervaginam hari ke 1

15
2. Keluhan :
Ibu mengatakan masih terasa sedikit pusing dan nyeri pada bagian luka jahitan
3. Riwayat Menstruasi
Menarche usia : 12 tahun
Siklus : 30 hari
Banyak : 3-4 kali ganti pembalut dalam sehari
Lama : 7 hari
Warna : Merah khas darah haid
Dismenorrhea : Tidak
Flour albus : Tidak ada
HPHT : 03-03-2023
HPL : 10-12-2023

4. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu :


No Tanggal Umur Jenis Penolong/tempat BBL Komplikasi Hidup/
lahir kehamilan persalinan lahir nifas mati
1 - Aterm Spontan Bidan/RSUD 2900 gr Tidak ada Hidup/
11th
2 - Aterm Spontan Bidan/RSUD 3000 gr Tidak ada Hidup/
6th
3 Abortus - - - - - -
4 29-11-2023 38 minggu Spontan Bidan/RSUD 3450 gr PEB Hidup
5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Sekarang
ANC : 8 kali
Trimester 1 : 1 kali di BPM
Trimester 2 : 1 kali di BPM
Trimester 3 : 6 kali di BPS dan RS
Penyulit : Tidak ada
Tanggal Persalinan : 29 November 2023 / Jam : 17.40 WIB
Tempat Persalinan : Ruang Kunthi RSUD Panembahan Senopati
Jenis Persalinan : Pervaginam
Penolong Persalinan : Bidan
Penyulit Persalinan : Ibu mengalami preeklamsia berat (PEB)

16
6. Keadaan Bayi Baru Lahir
Lahir tanggal : 29 November 2023/ Jam : 17.40 WIB
BB/PB : 3450 gram/51
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kelainan : Tidak ada
Pola tidur : By.Ny.F dirawat di ruang bayi
Pola nutrisi : By.Ny.F belum diberikan ASI
Masalah menyusui : Tidak ada
Pola eliminasi
- BAK
Konsistensi : By.Ny.F dirawat di ruang bayi
Warna : By.Ny.F dirawat di ruang bayi
Bau : By.Ny.F dirawat di ruang bayi
- BAB
Konsistensi : By.Ny.F dirawat di ruang bayi
Warna : By.Ny.F dirawat di ruang bayi
Bau : By.Ny.F dirawat di ruang bayi
7. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit yang pernah/sedang diderita :
Ibu mengatakan tidak menderita penyakit seperti Hipertensi, DM, asma, TBC,
HIV, Hepatitis, kanker, penyakit jantung, hemofilia
b. Penyakit yang sedang/pernah diderita keluarga :
Ibu mengatakan keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit penyakit
seperti Hipertensi, DM, asma, TBC, HIV, Hepatitis, kanker, penyakit jantung,
hemofilia
8. Riwayat Pernikahan
a. Menikah : 1 kali tercatat
b. Usia menikah : Ibu 24 tahun dan suami 27 tahun
c. Lama pernikahan : 12 tahun
9. Riwayat Kontrasepsi yang digunakan
Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya
10. Riwayat Psikososial
Orang terdekat : Suami dan orangtua
Tinggal serumah dengan : Suami dan anak-anak

17
Penerimaan terhadap anak ini : Senang dan bahagia
Dukungan keluarga : Keluarga sangat mendukung
Perasaan ibu saat ini : Senang
Rencana menyusui : Ibu akan memberikan ASI eksklusif untuk
anaknya
Pemberian nama bayi : Ibu dan suami telah menyiapkan nama untuk
bayinya
Rencana aqiqah : Ibu mengatakan anaknya akan di aqiqah
seminggu setelah lahir dan setelah keadaan
bayi sudah membaik
Rencana perawatan bayi : Ibu mengatakan akan merawat bayinya berdua
dengan suami, anak dan dibantu oleh orangtua
Kebiasaan spiritual : Ibu mengatakan rajin menunaikan sholat 5
waktu dan mengikuti pengajian di mesjid
Pendapatan : Ibu mengatakan pendapatan suaminya cukup
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
11. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Nutrisi (Sebelum)
 Makan
Frekuensi : 2-3 kali/hari
Porsi : 1 piring sedang
Macam : Nasi, ikan, sayur, daging (kadang-kadang)
Keluhan : Tidak ada
 Minum
Frekuensi : +-9 gelas/hari
Porsi : 1 gelas penuh
Macam : Air putih dan jus buah
Keluhan : Tidak ada
 Makan dan minum (Sesudah)
Ibu mengatakan makan-makanan dari RS dan selalu habis serta minum air
putih sudah sampai +-9 gelas

b. Istirahat (Sebelum)

18
Lamanya : 9 jam perhari saat malam dan tidur siang 2 jam perhari
Keluhan : Tidak ada
Istrahat (Sesudah)
Lamanya : 7 jam saat malam
Keluhan : Kurang nyenyak dikarenakan masih ada rasa nyeri bagian
luka jahitan
c. Aktifitas
Mobilisasi : Ibu mengatakan sudah bisa duduk dan berjalan perlahan-lahan
Pekerjaan : Ibu mengatakan belum bisa bekerja
d. Aktifitas merawat diri dan bayi dibantu/mandiri
Ibu mengatakan dibantu suami dan keluarga
e. Eliminasi (Sebelum)
 BAK
Konsistensi : Cair
Warna : Jernih kekuningan
Frekuensi : 7-8 x/hari
Bau : Khas urine
Keluhan : Tidak ada
 BAB
Konsistensi : Lunak
Warna : Kuning kecoklatan
Frekuensi : 2 x/hari
Bau : Khas fases
Keluhan : Tidak ada
Eliminasi (Sesudah)
 BAK : Ibu mengatakan sudah BAK 4 kali setelah melahirkan
 BAB : Ibu mengatakan belum BAB setelah melahirkan
f. Personal hygiene (Sebelum)
Ibu mengatakan selalu menjaga kebersihan diri dengan selalu mandi dan
mengganti celana dalam
Personal hygiene (Sesudah)
Ibu mengatakan sudah mandi 1 kali dan mengganti pembalut setiap 4 jam sekali
g. Kebutuhan seksual (Sebelum)

19
Ibu mengatakan melakukan hubungan suami istri 3 kali dalam seminggu dan
tidak ada keluhan
Kebutuhan seksual (Sesudah)
Ibu mengataka belum boleh berhubungan karena masih masa nifas
h. Menyusui
Pengalaman menyusui : Ibu mengatakan sudah memiliki pengalaman
menyusui
Kebiasaan menyusui : Ibu mengatakan sudah terbiasa untuk menyusui
Perawatan payudara : Ibu mengatakan untuk membersihkan payudara
dengan air bersih setelah itu di lap dengan tisu kering
Masalah : Tidak ada
i. Pola kebiasaan
Merokok : Ibu mengatakan tidak merokok
Alkohol : Ibu mengatakan tidak pernah mengonsumsi alkohol
Narkoba : Ibu mengatakan tidak pernah mengonsumsi narkoba
Jamu-jamuan : Ibu mengatakan tidak pernah mengonsumsi jamu-jamuan

B. OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda Vital
Tekanan Darah : 115/80 mmhg
Nadi : 98 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36°C
SpO2 : 97%
d. BB : 69 kg
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan Leher
Wajah : Simetris, tidak oedema, tidak pucat
Mata : Simetris, konjungtiva sedikit pucat, sclera tidak ikterik
Hidung : Simetris, tidak ada nyeri tekan pada hidung dan tidak
ada polip

20
Mulut : Simetris, bibir lembab, lidah bersih, gigi tidak ada
karies, gusi berwarna kemerahan tidak ada stomatitis,
kelenjar tonsil normal
Telinga : Simetris, terdapat sedikit serumen, bagian kanan dan
kiri berfungsi dengan baik
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, kelenjar
thyroid dan vena jugularis
b. Dada dan Payudara
Bentuk : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, suara jantung
teratur, dan penafasan normal tidak terdengar
wheezing dan ronchi
Benjolan : Tidak ada benjolan
Puting susu : Menonjol
Pengeluaran : Sudah keluar sedikit
Keluhan : Tidak ada

c. Abdomen
Bekas luka : Ada luka bekas operasi
TFU : 2 Jari dibawah pusat
Kontraksi : Keras
d. Tangan dan Kaki
Oedem : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Reflek patella : Kanan (+), Kiri (+)
Kuku : Bersih dan jari tangan serta kaki lengkap
Warna : Tidak pucat
e. Genetalia Luar
Oedem : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Bekas luka : Terdapat luka bekas episiotomi saat persalinan
Jahitan : Derajat 2
Jahitan dalam :-
Jahitan luar :-
Pengeluaran lochea : Merah (lochea rubra)

21
f. Anus : Tidak ada hemoroid

C. ANALISA
Ny.F usia 36 tahun P3A1Ah3 Post Partum Pervaginam dengan diagnosa Pre Eklamsia
Berat

D. PENATALAKSANAAN
Tanggal/jam : 30-11-2023 Jam : 09.00 WIB

1. Memberikan MgsO4 20% secara intravena


Evaluasi : Ibu telah diberikan pada tanggal 29-11-2023
2. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik yaitu hasil
pemeriksaan tekanan darah sudah normal 115/80 mmhg, nadi 98 x/menit, pernapasan
20 x/menit, suhu 36.0 °C, SpO2 97%, pengeluaran lokhea berupa lokhea rubra.
Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
3. Mengobservasi KU, vital sign, kontraksi uterus, lochea
Evaluasi : Ibu mengerti
4. Memberitahukan pada ibu bagaimana upaya mengatasi nyeri pada area jahitan luka
jalan lahir yaitu dengan melakukan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi
rasa nyeri
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.
5. Memberikan penkes nifas pada ibu seperi :
a. Nutrisi
Ibu boleh makan apa saja tidak ada pantangan makan, dan lebih baik banyak
makan yang mengandung tinggi protein seperti telur 6-7 butir/hari, tahu, tempe,
ikan laut agar mempercepat perbaikan luka jahitan serta menganjurkan ibu untuk
minum air putih setidaknya sehari 8-12 gelas/hari.
b. Istrahat
Menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup seperti tidur siang disela-sela
saat bayi tertidur dan tidur malam supaya ibu tidak kelelahan dan mempercepat
proses pemulihan.
c. Kebersihan diri

22
Menganjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan diri agar luka perineum
terhindar dari bakteri dan infeksi dengan cara mandi 2 kali sehari, ganti pembalut
dan celana dalam 4 jam sekali (tetapi jika sudah tidak merasa nyaman ibu boleh
segera mengganti), jika BAB/BAK untuk ceboknya bisa dari depan ke belakang.
d. Produksi ASI
Memberikan konseling untuk menyusui bayinya setiap 2 jam sekali, kemudian
memberikan ASI eksklusif pada bayi selama 6 bulan dan dilanjut dengan
memberikan MPASI sampai berusia 2 tahun
e. Tanda bahaya masa nifas
Memberikan ibu konseling tentang tanda bahaya pada masa nifas yaitu kontraksi
uterus buruk, perdarahan abnormal dari jalan lahir, pengeluaran lokhea berbau
menusuk, kemerahan pada payudara/infeksi, suhu tubuh tinggi. Apabila ibu
mengalami tanda bahaya masa nifas segera lapor.
f. Keluarga berencana (Kb)
Memberikan konseling terkait dengan kb/alat kontrasepsi seperiti macam-macam
Kb, cara kerjanya, manfaat, keuntungan, kerugian, jangka waktu pemakaian dan
efek samping penggunaan Kb
Evaluasi : Ibu mengerti terkait penkes masa nifas yang telah diberikan
6. Menginformasikan pada ibu bahwa hari ini atas keinginan dan persetujuan dari ibu,
ibu akan dilakukan operasa MOW
Evaluasi : Ibu mengatakan siap untuk operasi
7. Diberikan obat sesuai advis dari dokter berupa :
a. Injeksi MgSO4 1 gram/jam s/d 24 jam mulain jam 21.00 WIB s/d jam 07.00
b. Furosemide 40 mg
c. Asam mefenamat 3x500 mg
d. Ferrous sulfate (SF) 1x1 tablet
e. Captopril 2x25 mg
Evaluasi : Obat telah diberikan sesuai anjuran dokter
8. Pendokumentasian tindakan yang telah dilakukan.
Evaluasi : Pendokumentasian telah dilakukan

23
Tanggal/jam : 30-11-2023 Jam : 12.30 WIB
1. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada ibu dengan Pre Eklamsia
Supermposed seperti tekanan darah : 104/67, nadi : 97x/menit, suhu : 36,5 °C, SpO2 :
98%, TFU : 2 jari dibawah pusat
Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Memberitahukan pada ibu bagaimana upaya mengatasi nyeri pada area jahitan luka
jalan lahir dan luka post operasi MOW yaitu dengan melakukan teknik relaksasi nafas
dalam untuk mengurangi rasa nyeri
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.
3. Diberikan obat sesuai advis dari dokter berupa :
a. Infus RL 15 tpm
b. Captoprill 2x25 mg
c. Injeksi furosemide 20 mg/8jam diganti furosemide 1x40 mg
d. Asam mefenamat 3x500 mg
e. Ferrous sulfate (SF) 1x1 tablet
Evaluasi : Obat telah diberikan sesuai anjuran dokter
4. Pendokumentasian tindakan yang telah dilakukan.
Evaluasi : Pendokumentasian telah dilakukan

24
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada BAB ini, penulis menyajikan hasil pemeriksaan dan tindakan yang dilakukan
pada Ny.F P3A1Ah3 Usia 35 tahun Postpartum hari ke-1 dengan Preeklamsia Berat di Ruang
Rawat Pergiwati RSUD Panembahan Senopati Bantul. Pengkajian dilakukan pada tanggal 30
November 2023/Jam 10.20 WIB di Ruang Rawat Pergiwati RSUD Panembahan Senopati
Bantul. Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny.F sebelum dirujuk dari puskesmas telah
diberikan injeksi MgSO4 4 gram dan di ruang utari mendapat injeksi MgSO4 1 gram/1 jam
lanjut 6 jam, dari hasil data yang didapatkan Ny.F telah dilakukan penanganan segera
langsung setelah persalinan seperti telah diberikan injeksi furosemid 20mg/8jam dan
tambahan obat yang harus diberikan seperti : catopril 2x25mg, asamefenamat 3x500, Vit A
1x200.000.
Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan di ruang pergiwati RSUD Panembahan
Senopati Bantul tanggal 30 Desember 2023/jam 09.00 WIB didapatkan bahwa keadaan
umum ibu baik, kesadaran composmentis, tekanan darah sudah normal yaitu 115/80 Mmhg,
nadi 98 x/menit, pernapasan 20 x/menit, suhu 36 °C, SpO2 97%, BB : 69 kg, wajah tidak ada
oedem, konjungtiva sedikit pucat, sklera tidak ikterik, tidak ada benjolan kelenjar tiroid,
limfe dan vena jugularis, puting susu menonjol, tidak ada nyeri tekan, ASI (-/-), abdomen
terdapat bekas luka operasi, tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, pada tangan kanan telah
terpasang infus RL500 ml dengan pemberian 12 tpm dan MgSO4 sudah dilepas jam 07.00
WIB, tidak ada oedem pada ekstremitas bawah, tidak ada varises, refleks patella (+/+). Hasil
pemeriksaan penunjang didapatkan kadar Hb 10,7 g/dL dan kalium 3,90. Ny.F telah
diberikan penkes nifas terkait pola nutrisi, istirahat, kebersihan diri, produksi asi, tanda
bahaya masa nifas dan KB. Pada jam 09.20 WIB Pasien dibawa ke Ruang Operasi untuk
dilakukan Operasi MOW dan selanjutnya diserahkan kepada petugas di Ruang Operasi.
Pengkajian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Diana Putri 2020 dan Dwi
Sulistyo Ratnaningdiyah 2023 yang menjelaskan terkait “Hipertensi lebih sering terjadi
pada wanita, saat hamil tekanan darah wanita bisa mencapai 150/100 mmHg
dan hasilnya : Karakteristik pasien preeklamsia berat berdasarkan umur paling banyak
pada kelompok usia > 35 tahun, saat merujuk ke Rumah sakit PONEK untuk

25
pasien dengan PEB wajib memberikan terapi MgSO 4 dan dilakukan penangan segera
dengan memberikan advis obat dan tindakan dari dokter ”.

Pengkajian dilakukan kembali pada jam 12.33 WIB setelah Ny.F dilakukan operasi
MOW, dari hasil pengkajian ibu mengatakan nyeri pasca bersalin berkurang dan terdapat
nyeri pasca operasi, dari hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD: 104/67 mmhg,
Nadi : 97x/menit, Pernapasan : 19x/menit, Suhu : 36,5 °C, SpO2 : 98%, terpasang infus
dengan cairan RL 15 tpm, dan diberikan obat sesuai advis dari dokter berupa : Captopril 2x25
mg, Injeksi furosemide 20 mg/8jam, Asam Mefenamad 3x500mg, sulfas ferosus 1x1 tablet.
Dari hasil pemeriksaan fisik kembali didapatkan pada ekstremitas bawah terdapat edema.
Ny.F telah diberikan penkes nifas untuk menangani atau mengurangi rasa nyeri pasca operas
seperti melakukan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi rasa nyeri dan pemberian
KIE nutrisi serta pola istirahat yang cukup . Pengkajian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh jerita yusriani markus “Preeklampsia ditandai dengan hipertensi (tekanan
darah tinggi), proteinurea (protein dalam urin), edema (pembengkakan) umum, dan kenaikan
berat badan secara tiba-tiba” dan penelitian Baiq Yuni Fitri yaitu “keluhan masih sedikit
nyeri dibagian bekas luka operasi (MOW) dan memberikan asuhan mobilisasi dini,
perawatan bekas luka operasi dan pemberian KIE nutrisi serta pola istirahat yang cukup”.

26
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan kebidanan dapat meningkatkan efektivitas perawatan kesehatan
pada ibu secara menyeluruh sehingga tidak membahayakan ibu serta
meningkatkan kepuasan pasien dalam mendapatkan pelayanan kebidanan.
Berdasarkan hasil dokumentasi SOAP yang telah dilakukan tentang ibu dengan Pre
Eklamsia Berat di ruang Pergiwati RSUD Panembahan Senpati Bantul dapat
disimpulkan bahwa prosedur telah dilaksanakan sesuai Standar Operasional Prosedur
(SOP) tindakan kebidanan, dan dalam melakukan pemantauan observasi juga sudah
dilakukan sesuai (SOP) seperti, memberikan asuhan pada ibu nifas, pemantauan
keadaan ibu, observasi tanda-tanda vital, serta pemberian obat sesuai advis dari dokter
langsung.

B. Saran
Saran untuk tenaga kesehatan di Ruang Pergiwati RSUD Panembahan
Senopati Bantul untuk tetap mempertahankan pelayanan yang diberikan sesuai
dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) tindakan kebidanan maupun
keperawatan.

27
BAB VI
REFERENSI

Baiq Yuni Fitri Hamidiyanti, et al. “Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Pada Ny. A
Akseptor KB MOW.” INDONESIAN HEALTH ISSUE Volume 2 (July 2023): 2828-
2809.
Diana Putri, et al. “Profil pemberian nifedipine kombinasi metildopa dan MgSO4 pada pasien
pre-eklamsi berat di Rumah Sakit Daerah Mangusada Badung.” Intisari Sains Medis
(DiscoverSys) Volume 11, no. Number 3 (2020): 1222-1229.
Dwi Sulistyo Ratnaningdiyah, et al. “Penanganan Pada Ibu Bersalin Dengan Pre Eklamsia
Berat di Ruang Bersalin RS Roemani Muhammadiyah Semarang.” Semnas
Kebidanan, Februari 2023: 624-629.
Ida Bagus Giri Sena Putra, et all. “Indikasi Tindakan Sectio Caesarea di RSUD Sanjiwani
Gianyar Tahun 2017-2019.” e-Journal AMJ (Aesculapius Medical Journal) (Terbit:
30/10/2021) Vol. 1 No.1 (Oktober 2021): 63-69.
Jelita Yusriani Markus. “Asuhan Kebidanan Pada Ny “N” Pada Ibu 2 Jam Post Partum
dengan Preeklamsia di RS Amelia Pare Kediri Tahun 2022.” Jurnal Vokasi
Kesehatan, 2022: 65-70.
Khairita Silvana Sofyan. ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS POST SECTIO
CAESAREA DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA. Karya Tulis
Ilmiah, Kalimantan Timur : 27 Mei 2019, 2019.
Naya Ainun Aprilia, et all. “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. M Umur 37 Tahun
Dengan Riwayat Pre Eklampsia Berat Dan Sectio Caesarea Di Puskesmas Kaliwadas
Kabupaten Brebes Tahun 2023.” Jurnal Anestesi: Jurnal Ilmu Kesehatan dan
Kedokteran Vol. 2 No. 1 , no. 12 (January 2023): 315-321.
Ria Pertiwi, et all. “ASUHAN KEPERAWATAN POST-PARTUM SECTIO CAESAREA
DENGAN PEB (PRE-EKLAMPSIA BERAT).” Studi Kasus. JIM FKep Volume VII,
no. 12 (2023): 84-91.

28

Anda mungkin juga menyukai