Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN OBSTETRI DAN


NEONATUS PADA NY. ED 27 TAHUN G1P0A0 GRAVIDA 32-33
MINGGU DENGAN PERDARAHAN ANTEPARTUM
DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG

Disusun Oleh :
Novita Rotua Sari
H522081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatus


pada Ny ED 27 tahun G1P0A0 gravida 32-33 minggu dengan Perdarahan
Antepartum di RS Santo Borromeus Bandung, telah disahkan oleh Tim
Pembimbing pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 28 Juni 2023
Tempat : Kampus 2 Institut Kesehatan Rajawali

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Penanggung Jawab


Prodi Pendidikan Profesi Bidan Prodi Pendidikan Profesi Bidan
Fakultas Kebidanan Fakultas Kebidanan
Institut Kesehatan Rajawali Institut Kesehatan Rajawali

Iga Retia M., S.S.T., Bd., M.Kes. Lia Kamila, S.S.T., Bd., M.Keb.
NIK 307.107.005 .NIK 307.102.020
KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa karena atas berkat, rahmat dan kasihNya Penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatus pada
Ny E 27 tahun dengan G1P0A0 gravida 32-33 minggu dengan perdarahan
antepartum di Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung. Laporan ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat hasil pelaksanaan praktik asuhan kebidanan
kegawatdaruratan obstetri dan neonatus program studi Pendidikan Profesi Bidan
Fakultas Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali.
Penulis menyadari kelemahan serta keterbatasan yang ada, sehingga dalam
menyelesaikan laporan kasus ini memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Dalam
kesempatan ini Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Tonika Tohri, S. Kp., M. Kes selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali.
2. dr. Chandra Mulyono, Sp.N., selaku Direktur Utama Rumah Sakit Santo
Borromeus Bandung.
3. Erni Hernawati, S.S.T., Bd., M.M., M.Keb., selaku Dekan Fakultas
Kebidanan
Institut Kesehatan Rajawali Bandung.
4. Lia Kamila, S.S.T., Bd., M.Keb., selaku Penanggung Jawab Program Studi
Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali Bandung.
5. Iga Retia M., S.S.T., Bd., M.Kes., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan masukan-masukan positif dalam penyusunan laporan.
6. Ns. Rosalia Susanti, S.Kep., selaku Kepala Biro Pengembangan dan
Pembelajaran yang senantiasa memotivasi Penulis untuk terus berkarya
dan mengembangkan diri melalui pendidikan berkelanjutan.
7. Ns. Nanis Sutatik, S. Kep., M. Kep., selaku Ketua Komite Keperawatan
yang telah banyak mendukung Penulis untuk terus berkarya dan
mengembangkan diri melalui pendidikan berkelanjutan.
8. Apt. Mustika Novi Arini, S. Farm., M. Farm., selaku Ketua Komite
Tenaga Kesehatan Lain yang telah banyak mendukung Penulis untuk terus
berkarya dan mengembangkan diri melalui pendidikan berkelanjutan.
9. Ns. Diana Chandra, S. Kep., yang telah banyak mendukung Penulis untuk
terus berkarya dan mengembangkan diri melalui pendidikan berkelanjutan.
10. Meity Widiastuti, Am.Keb., selaku Kepala Bagian Elisabeth 4 Ranap
Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung.
11. Dwi Wijayanti, Amd. Keb selaku pembimbing praktik klinik di Elisabeth
4 Rumah Sakit Santo Borromeus yang telah membimbing dan membantu
dalam penyusunan laporan selama pelaksanaan praktik klinik.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat menulis
dengan lebih baik. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca khususnya dalam pengembangan ilmu kebidanan.

Bandung, Desember 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Penyebab kematian terbesar ibu di Indonesia adalah karena adanya
komplikasi dalam kahamilan, salah satu komplikasi tersebut yaitu
perdarahan pada hamil lanjut yang disebabkan oleh plasenta previa.
Kehamilan yang berulang umur ibu < 20 dan > 35 tahun,paritas jarak
kehamilan, pekerjaan, beresiko 2 kali mengalami plasenta previa. Plasenta
previa lebih sering terjadi pada ibu yang sudah beberapa kali melahirkan
dari pada ibu yang baru sekali melahirkan (Primipara). semakin tua umur
ibu kemungkinan untuk mendapatkan plasenta previa semakain besar. pada
ibu yang melahirkan pada usia > 35 tahun berresiko untuk terjadinya
plasenta previa (Nugroho, 2017 ).
Menurut World Health Organizaton(WHO) Angka Kematian Ibu
(AKI) di dunia pada tahun 2015 yaitu mencapai 303.000 jiwa, Asia
tenggara 13.000 jiwa dan Amerika 7.300 jiwa. dimana terdapat 830
kematian akibat kehamilan dan persalinan setiap harinya. Sekitar 99%
angka kematian ibu terjadi di negara berkembang sedangkan angka
kematian ibu di negara maju sebesar 1% . Penyebab langsung kematian ibu
di Indonesia adalah perdarahan 40-60%, preeklamsi dan eklamsi 20- 30%
dan infeksi 20-30%.Kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan
khususnya akibat plasenta previa menurut WHO dilaporkan berkisar 15-
20% kematian ibu dan insidennya adalah 0,8-1 ,2% untuk setiap kelahiran.
Berdasarkan Standar Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2015 Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu mencapai 305 per 100.000
kelahiran hidup. Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia
adalah Perdarahan (40-60). Kemudian pada kelompok umur > 35 tahun
sebesar 28,89% dan pada kelompok umur < 20 tahun sebesar 5,99%
(Sugihantono A, 2011). Berdasarkan Profil kesehatan Pada tahun 2016
angka kematian ibu di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan
dari 29 menjadi 39 kasus. Kasus terbanyak terjadi di Kabupaten Bantul
dimana angka kematian ibu pada tahun 2016 yaitu sebesar 97,5/100.000
kelahiran hidup dengan jumlah kasus sebanyak 12 kasus).

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan kebidanan kegawatdaruratan obstetri dan
neonatus pada Ny. ED 27 tahun dengan G1P0A0 gravida 32-33
minggu dengan perdarahan antepartum di Rumah Sakit Santo
Borromeus Bandung.

1.2.2. Tujuan Khusus


1. Mampu mengkaji data subjektif pada Ny. ED 27 tahun dengan
G1P0A0 gravida 32-33 minggu dengan perdarahan antepartum
di Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung.
2. Mampu mengkaji data objektif pada Ny. ED di Rumah Sakit
Santo Borromeus Bandung.
3. Mampu menyusun diagnosa kebidanan pada Ny. ED 27 tahun
dengan G1P0A0 gravida 32-33 minggu dengan perdarahan
antepartum di Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung.
4. Mampu melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada
Ny. ED 27 tahun dengan G1P0A0 gravida 32-33 minggu
dengan perdarahan antepartum di Rumah Sakit Santo
Borromeus Bandung.
5. Mampu melakukan pendokumentasian kebidanan sesuai SOAP
pada Ny. ED 27 tahun dengan G1P0A0 gravida 32-33 minggu
dengan perdarahan antepartum di Rumah Sakit Santo
Borromeus Bandung.
1.3. MANFAAT
1.3.1 Bagi Intitut Kesehatan Rajawali
Penulisan laporan kasus ini dapat menjadi referensi kepustakaan
untuk menambah ilmu pengetahuan terutama dalam bidang
kesehatan khususnya asuhan kebidanan kegawatdaruratan obstetri
dan neonatus pada kasus plasenta previa.
1.3.2 Bagi Penulis
Laporan kasus ini dapat dijadikan referensi bagi penulis untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan praktik klinik mengenai
asuhan kebidanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatus pada
kasus plasenta previa.
1.3.3 Bagi pasien
Pasien mendapatkan asuhan kebidanan yang bermutu pada asuhan
kebidanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatus pada kasus
plasenta previa.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. DEFINISI DAN KLASIFIKASI PLASENTA PREVIA


Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir (Wiknjosastro, 2014). Plasenta previa adalah kondisi dimana
plasenta berimplantasi menutupi sebagian atau seluruh segmen bawah rahim
(Sataloff dkk, 2014). Plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta
melalui jalan lahir diklasifikasikan menjadi plasenta previa totalis yaitu
implantasi plasenta menutupi seluruh pembukaan jalan lahir, plasenta previa
partialis yaitu plasenta yang implantasinya menutupi sebagian pembukaan
jalan lahir, plasenta previa marginalis yaitu plasenta yang implantasinya
berada tepat di pinggir pembukaan jalan lahir dan plasenta letak rendah yaitu
implantasi plasenta yang terletak 3-4 cm dari pembukaan jalan lahir.

Plasenta previa berdasarkan derajat invasinya, dibagi menjadi tiga


(Cunningham, 2014), yaitu :
a. Plasenta Akreta Melekatnya vili korion plasenta hingga memasuki
sebagian lapisan miometrium. Tanda khas dari plasenta akreta pada
pemeriksaan luar adalah ikutnya fundus, apabila tali pusat ditarik.
b. Plasenta Inkreta Melekatnya vili korion plasenta hingga
memasuki/mencapai lapisan miometrium, sehingga tidak mungkin
dapat lepas dengan sendirinya. Perlu dilakukan plasenta manual dengan
tambahan kuretase tajam dan dalam hingga histerektomi.
c. Plasenta Perkreta Melekatnya vili korion hingga menembus lapisan otot
hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
Ibu hamil yang terdiagnosis mengalami plasenta previa pada
kehamilan kurang dari 28 minggu, harus mendapatkan pemeriksaan
ultrasonografi ulangan pada usia kehamilan antara 32 minggu hingga 35
minggu untuk mendeteksi ulang letak plasenta karena letak plasenta masih
bisa berubah seiring dengan membesarnya kehamilan. Pada ibu hamil
dengan plasenta previa yang memiliki riwayat seksio sesarea
membutuhkan pemeriksaan ulangan untuk memastikan ada tidaknya
plasenta akreta (Berghella, 2016). Silver,dkk (2018) menyebutkan plasenta
akreta adalah salah satu kondisi paling berbahaya yang terkait dengan
kehamilan, karena perdarahan dapat mengakibatkan kegagalan multi
sistem organ, kebutuhan untuk masuk ke unit perawatan intensif,
histerektomi, dan bahkan kematian. Berghella (2016) menyebutkan faktor
risiko terjadinya plasenta previa yaitu ibu dengan riwayat seksio sesarea,
riwayat tindakan kuretase, multiparitas dan 9 riwayat merokok.
Qatrunnada, dkk (2018) mendapatkan hubungan yang bermakna pada usia,
paritas, riwayat seksio sesarea, dan plasenta previa (p<0,05)

2.2. FAKTOR PREDISPOSISI PLASENTA PREVIA


Faktor penyebabnya antara lain :
a. Berusia 35 tahun atau lebih
b. Merokok saat hamil atau menyalahgunakan kokain
c. Memiliki bentuk Rahim yang tidak normal
d. Bukan kehamilan pertama
e. Kehamilan sebelumnya juga mengalami plasenta previa
f. Posisi janin tidak normal, misalnya sungsang atau lintang
g. Hamil bayi kembar
h. Pernah keguguran i. Pernah menjalani operasi pada pada Rahim,
seperti kuret, pengangkatan miom, atau operasi Caesar
2.3. PATOFISIOLOGI PLASENTA PREVIA
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan
mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen
bawah rahim, plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui
dasar plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis
yang bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya isthmus uteri
menjadi segmen bawah Rahim, maka plasenta yang berimplantasi sedikit
banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai
tapak plasenta. Pada saat serviks mendatar dan membuka ada bagian tapak
plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi akan terjadi perdarahan yang
berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervillus dari plasenta.
Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan
10 minggu saat segmen bawah uterus membentuk dari mulai melebar serta
menipis, umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah
uterus lebih banyak mengalami perubahan pelebaran segmen bawah uterus
dan pembukaan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya
plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari
plasenta. Pendarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan
serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta
letak normal. Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan
gejala utama dan pertama dari plasenta previa. Dengan bertambah tuanya
kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi dan serviks akan
lebih membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus,
pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti
oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari
dinding uterus, pada saat itulah mulailah terjadi perdarahan. Darahnya
berwarna merah segar, berlainan dengan darah yang disebabkan solusio
plasenta yang berwarna kehitam-hitaman.
Sumber perdarahannya adalah sinus uterus yang terobek karena
terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus
marginalis dari plasenta. Perdarahannya tidak dapat dihindarkan karena
ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi
mengehentikan perdarahan itu tidak sebagaimana serabut otot uterus
menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya
normal. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan
terjadi lebih dini dari plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah
setelah persalinan dimulai.

2.4. TANDA DAN GEJALA PLASENTA PPREVIA


1. Gejala plasenta previa :
a. Perdarahan tanpa nyeri, sering terjadi pada malam hari saat
pembentukan segmen bawah Rahim, bagian terendah masih tinggi
di atas pintu atas panggul (kelainan letak)
b. Perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak
berbeda dari abortus, perdarahan pada plasenta previa di sebabkan
karena pergerakan antara plasenta dan dinding Rahim
c. Tidak jarang perdarahan pervaginam baru terjadi pada saat
inpartu. Biasanya kepala janin sangat tinggi karena plasenta
terletak pada kutub bawah Rahim, kepala tidak dapat mendekati
pintu atas panggul, karena hal tersebut diatas, juga ukuran
Panjang Rahim berkurang maka plasenta previa lebih sering
terdapat kelainan letak
2. Tanda plasenta previa :
a. Perdarahan tanpa sebab dan tanpa rasa nyeri serta perdarahan
berulang berwarna merah segar.
b. Bagian terdepan janin tinggi (floating) dan sering dijumpai
kelainan letak
c. Perdarahan berikutnya biasanya akan lebih banyak dari
perdarahan sebelumnya.
2.5. KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi utama yang bias terjadi pada ibu hamil yang
menderita plasenta, diantaranya ada yang bias menimbulkan perdarahan yang
cukup banyak dan fatal.
a. Oleh karena pembentukan segmen Rahim terjadi ritmik, maka pelepasan
plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang dan semakin
banyak, dan perdarahan yang terjadi itu tidak dapat dicegah sehingga
penderita menjadi anemia bahkan syok.
b. karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah Rahim dan sifat
segmen ini yang tipis mudahlah jaringan trofoblas dengan kemampuan
invasinya menerobos ke dalam myometrium bahkan sampai ke
perimetrium dan menjadi sebab dari kejadian plasenta inkreta dan bahkan
sampai ke perimetrium dan menjadi sebab plasenta akreta yang
perlekatannya lebih kuat tetapi vilinya masih belum masuk ke dalam
myometrium. Walaupun biasanya tidak seluruh permukaan maternal
plasenta mengalami akreta atau inkreta akan tetapi dengan demikian
terjadi retensio plasenta dan pada bagian plasenta yang sudah terlepas
timbulah perdarahan dalam kala tiga. Komplikasi ini lebih sering terjadi
pada uterus yang pernah seksio sesarea 3 kali.

c. Serviks dan segmen bawah Rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah
sangat potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak.
d. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi.
e. Kelahiran premature dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian
oleh karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam
kehamilan belum aterm. Pada kehamilan

2.6. PENATALAKSANAAN PLASENTA PREVIA


1. Terapi Ekspetatif
a. Tujuan terapi ekspetatif ialah supaya janin tidak terlahir premature,
penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui
kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non-invasif.
Pemantauan klinis dilaksanakan secara ketat dan baik.
Syarat-syarat terapi ekspetatif :
 Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti
 Belum ada tanda-tanda inpartu

 Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas


normal),
 Janin masih hidup
b. Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotic profilaksis.
c. Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta,
usia kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin
d. Berikan tokolitik bila ada kontraksi :
 MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam.

 Nifedipin 3x20 mg/hari

 Betamethasone 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru


janin.
 Uji pematangan paru janin dengan tes kocok (Bublle Test) dari
hasil amniosentesis
 Bila setelah usia kehamilan daitas 34 minggu, plasenta masih
berada di sekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta
previa semakin jelas, sehingga perlu dilakukan observasi dan
konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat
darurat.
 Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu
masih lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali
apabila rumah pasien di luar kota dan jarak untuk mencapai
rumah sakit lebih dari 2 jam) dengan pesan untuk segera
kembali ke rumah sakit apabila terjadi perdarahan ulang.
2. Terapi Aktif (Tindakan segera)
a. Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam
yang aktif dan benyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa
memandang maturitas janin.
b. Untuk diagnosis plasenta previa dan menemukan cara menyelesaikan
persalinan, setelah semua persyaratan terpenuhi, lakukan PDMO jika
:
 Infus/ transfuse setelah terpasang kamar dan tim operasi telah
siap
 Kehamilan > 37 minggu (berat badan > 2500 gram) dan in partu,
atau
 Janin telah meninggal atau terdapat anomaly kengenital mayor
(missal, anensefali)
 Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati
pintu atas panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar).

Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa ialah seksio sesarea.


Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu,
sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup tindakan
ini tetap dilaksanakan. Tujuan seksio sesarea :
1. Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi
dan menghentikan perdarahan.
2. Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika janin
dilahirkan pervaginam.
3. Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi sehingga
serviks uteri dan segmen bawah Rahim menjadi tipis dan mudah robek, selain
itu, bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber perdarahan
karena adanya perbedaan vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan
korpus uteri.
4. Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu.
5. Lakukan perawatan lanjut pasca bedah termasuk pemantauan perdarahan,
infeksi dan keseimbangan cairan masuk-keluar
BAB III
TINJAUAN KASUS

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN


KEGAWATDARURATAN OBSTETRI DAN NEONATUS
pada Ny. ED G1P0A0 32-33 minggu dengan perdarahan antepartum, janin
tunggal hidup intrauterine dengan kondisi normal

No Medrec : 00-58-34-92
Tgl Masuk : 02-12-2022
Tgl & jam pengkajian : 02-12-2022 jam 15:00
Nama Pengkaji : Novita Rotua Sari

A. IDENTITAS ISTRI SUAMI


Nama : Ny. ED Tn FNH
Umur : 27 tahun 26 tahun
Suku : Sunda Sunda
Agama : Islam Islam
Pendidikan : S1 S1
Pekerjaan : Perawat RS Borromeus Karyawan Swasta
Alamat : Kp Balakasap Citapen Cihampelas Bandung Barat
No.Tlp : 0812212090** 0821234544**

B. DATA SUBJEKTIF
1 Alasan datang ke Faskes
Pasien datang ke IGD kebidanan merasa hamil 31-32 minggu mengeluh
keluar flek berwaarna kemerahan sejak pagi, bertambah banyak sejak siang
sepulang dinas pagi di rumah sakit.
2 Keluhan utama
Keluar flek berwarna merah dan bertambah banyak setelah bekerja dinas
pagi di rumah sakit
3 Riwayat Obstetri
a. Riwayat Kehamilan Sekarang : G1 P0 A0
b. HPHT :22-04-2022 UK : 32-33 minggu TP : 29-01-2023
c. Gerakan janin : Aktif dirasakan ibu sekitar 1 jam sekali
d. Keluhan saat hamil muda : perdarahan pervaginam berulang
e. Imunisasi TT : TT 2
f. Obat yang dikonsumsi : Proterine 3x1/2 tab ; Microgest2x200mg
Maltrofer chew 1x1 tab ; Folamil genio 1x1 cap
4 Riwayat Haid

a. Menarche : 12 tahun d. Banyaknya :


b. Siklus : 28 hari Normal
c. Lamanya : 4-7 hari e. Dismenorhoe :-

5 Riwayat Kehamilan, Nifas dan Persalinan yang Lalu

Peny Anak Nifas


u
l
i
t
K
e
Tah
Jeni h
u
s a
n
m
P i
P
e l
e
U r a
H r Pe
s n BB P
s JK PB ASI
a
a
l &
l
i
i
n P
n
a e
a
n r
n
s
a
l
i
n
a
n
1 Ham
i
l
i
n
i

6 Riwayat Ginekologi

a. Infertilitas : Tidak ada


b. Massa : Tidak ada
c. Penyakit : Tidak ada
d. Operasi : Tidak ada
e. Lainnya : Tidak ada
7 Riwayat KB

a. Kontrasepsi yang dipakai: - d. Lamanya pemakaian : -


b. Keluhan :- e. Alasan berhenti
c. Kontrasepsi yang lalu : -

8 Riwayat Penyakit yang Lalu :-


9 Pola Nutrisi
a. Makan : 2-3X/hari teratur
b. Pantang Makan : Tidak ada
c. Minum : 8-10 gelas/hari
10 Pola Eliminasi
a. BAB : 1 X/hari
b. BAK : 5-7 X/hari
c. Masalah : Sering kencing di malam hari dan mengganggu tidur
11 Pola Tidur
a. Malam : 6-7 jam
b. Siang : jarang
c. Masalah : sering terganggu karena BAK di malam hari
12 Data Sosial
a. Dukungan Suami : Suami mendukung dan ikut mendampingi
kehamilan saat ini sebagai pengganti
anak kedua yang meninggal
b. Dukungan keluarga: Keluarga senantiasa mendukung kehamilan ibu
saat ini.
c. Masalah :-

C. DATA OBJEKTIF
1 Kesadaran : Composmentis
2 Antopometri

a. Berat badan : 58 kg d. IMT : 22,65 kg/m2


b. Tinggi badan : 160 cm e. LILA : 28. cm
c. Berat badan sebelum hamil : 48kg

3 Tanda-tanda vital

a. TD : 110/70 mmHg c. Suhu : 36,0. X / menit


b. Nadi : 89 X / menit d. Pernafasan : 22 X / menit

4 Kepala
a. Rambut : Kulit kepala normal, rambut tidak mudah rontok, tidak ada benjolan
b. Mata : Konjungtiva : merah muda
Sklera : putih
Pengelihatan : normal, tidak ada riwayat miopia
c. Telinga : simetris, tidak ada pengeluaran cairan
d. Hidung : tidak ada benjolan, tidak ada pernafasan cuping hidung
e. Mulut : bibir kemerahan, tidak ada caries pada gig
5 Leher : Tidak ada perbesaran kelenjar limfe maupun kelenjar
tiroid
6 Dada : Bentuk simetri : Ya (v) Tidak (__)
a. Paru – paru : tidak ada retraksi dinding dada, ronchi (-), wheezing (-)
b. Jantung : tidak ada murmur
c. Mamae :
 Bentuk simetris : Ya (v) Tidak (__)
 Putting susu : menonjol
 Benjolan :-
 Ekskresi : kolostrum (+)
6 Abdomen

a. Inspeksi

 Bentuk : simetris memanjang di sebelah


 Striae : (-) kiri perut ibu

 Luka operasi : Tidak ada  Leopold III : teraba


b. Palpasi bagian bulat, lunak

 Tinggi fundus uteri : 27 dan tidak melenting,

cm belum masuk PAP

 TBBJ : 2.170 gram  Leopold IV :

 Posisi janin konvergen

 Leopold I : Teraba  Kontraksi uterus : -

bagia keras, bulat, 

melenting c. Auskultasi

 Leopold II : Teraba  DJJ : 149 x/menit

bagian besar  Bising usus : Normal

7. Genitalia Luar

a. Bentuk : Tidak ada kelainan d. Massa / Kista :-


b. Varices : - e. Pengeluaran lendir
c. Oedema : - kemerahan

9 Ekstremitas (tangan & kaki) b. Kuku : Kaki : tidak


a. Bentuk : Kaki : simetris pucat Tangan : tidak
Tangan : simetris pucat
c. Refleks patella : +/+
d. Oedema : -/-
10. Kulit  HIV Elisa :
a. Warna : tidak pucat non reaktif
 TORCH Non reaktif
b. Turgor : cepat kembali
 SARS Cov Antigen :
CRT <1’' Negatif
11. Data Penunjang (Laboratorium)
a. Pemeriksaan darah b. CTG : Kategori I

 Hb: 12 gr/dl
 Golongan darah : O +
 VDRL / TPHA : non
reaktif
 HbsAg Kualitatif: non
reaktif
D. ANALISA
G1P0A0 gravida 32-33 minggu dengan perdarahan antepartum, janin tunggal
hidup intrauterine kondisi normal

E. PENATALAKSANAAN
1 Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
Evaluasi : Ibu dan keluarga mengerti.
2 Melakukan kolaborasi dengan DSOG untuk penatalaksanaan selanjutnya
Evaluasi : Advis DSOG Infus 2 amp proterine dalam 500 cc RL 20gtt, hari ini USG
kandungan, pasien bedrest, proterine tablet dihentikan, terapi lainnya dilanjutkan, tambahan
terapi dexamethasone 2x5 mg (IV) untuk 2 hari pemberian, cek urine rutin
3 Menjelaskan rencana perawatan sesuai advis DSOG
Evaluasi : pasien mengerti dan mau mengikuti rencana perawatan, sudah memberikan
pernyataan pada lembar informed concent.
4 Memasang infus RL + 2 ampul proterin drip 20gtt
Evaluasi : tidak ada reaksi pemberian terapi
5 Mempersiapkan rencana USG kandungan dan pemeriksaan laboratorium (urine)
Evaluasi : suudah terjadwal, sampel urine sudah diambil.
6 Memberikan edukasi perawatan, ibu bedrest dan tidak boleh turun dari tempat tidur.
Evaluasi : Ibu mengerti dan keluarga akan membantu aktivitas ibu selama dalam perawatan
7 Memberitahu kapan pasien harus menghubungi bidan dan meletakkan bel di dekat pasien.
Evaluasi : pasien dan keluarga mengerti
8 Mendokumentasikan asuhan.
Catatan perkembangan :
Tgl 6 Desember 2022 : Pasien pulang rawat inap
Tgl 12 Desember 2022 :
Pk. 08:00 Pasien kontrol ke poliklinik DSOG, dilakukan anamnesa awal oleh
bidan. Keluhan utama pergerakan janin berkurang sejak kemarin, pasien segera
diminta datang langsung ke IGD kebidanan untuk dilakukan NST. NST DJJ tidak
terdengar, dilakukan USG sederhana, didapatkan hasil tidak tampak detak jantung
janin. Dilakukan cito USG kandungan, didapatkan hasil IUFD.
Tgl 13 Desember 2022 :
Jam 15:45 dilakukan induksi dengan gastrul per fornix posterior ulang setiap 6
jam noprostol
Jam 18:17 bayi lahir dengan spontan brach IUFD
Tgl 14 Desember 2022 : Pasien pulang rawat inap, dilakukan bebat
payudara dan mendapatkan terapi : Cripsa, Staforin, Sincronik, Maltrofer

Pembimbing Lapangan
Pembimbing Akademik

Lia Kamila, S.S.T., Bd., M. Keb


Dwi Wiajyanti, Amd.
Keb.

Mahasiswa

Novita Rotua Sari


BAB IV
PEMBAHASAN

Pada Bab ini Penulis akan menguraikan pembahasan secara narasi


berdasarkan SOAP dan manajemen asuhan kebidanan dengan
menggunakan 7 langkah varney yang dilakukan di RS Santo
Borromeus Bandung. Penulis akan membandingkan antara tinjauan
kasus pada Ny. ED G1P0A0 gravida 32-33 minggu dengan perdarahan
antepartum dan teori serta kewenangan bidan kemudian dibahas
berdasarkan pendekatan manajemen asuhan kebidanan dengan tujuh
langkah, yaitu pengumpulan data dasar, identifikasi diagnosa/masalah
aktual, identifikasi diagnos/masalah potensial, melaksanakan tindakan
segera/kolaborasi, merencanakan tindakan asuhan kebidanan,
melaksanakan asuhan kebidanan dan mengevaluasi asuhan kebidanan.
Dalam penerapan proses manajemen asuhan kebidanan
kegawatdaruratan obstetri dan neonatus pada Ny. N dilakukan melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut:
Pengumpulan data dasar merupakan proses manajemen asuhan
kebidanan yang ditujukan untuk pengumpulan informasi. Data ini
dikumpulkan berdasarkan pengkajian dan pengevaluasian pasien secara
lengkap. Pengkajian data dasar pada kasus kehamilan dilakukan pada
saat pengamatan pertama kali ketika pasien datang ke RS Santo
Borromeus Bandung. Pengkajian meliputi data subjektif yang
didapatkan dari hasil anamnesis kepada pasien dan mencakup identitas
pasien, keluhan utama, riwayat penyakit saat ini dan sebelumnya, serta
riwayat penyakit keluarga. Data objektif mencakup data hasil
pemeriksaan fisik.
a. Subjektif
Pasien datang ke IGD kebidanan merasa hamil 31-32 minggu mengeluh
keluar flek berwaarna kemerahan sejak pagi, bertambah banyak sejak siang
sepulang dinas pagi di rumah sakit dengan keuhan utama keluar flek
berwarna merah dan bertambah banyak setelah bekerja dinas pagi di rumah
sakit
b. Objektif
KU baik, tidak ada kontraksi tampak pengeluaran pervaginam berwarna
merah segar.
c. Analisa Masalah Potensial
Setelah interpretasi data dasar selesai dilakukan, berdasarkan langkah
tersebut akan ditetapkan diagnosis dan masalah potensial pada pasien.
Apabila diagnosa potensial terjadi maka langkah ini membutuhkan antisipasi
yang cukup dan jika memungkinkan dilakukan proses pencegahan atau
segera dilakukan tindakan. Pada kasus ini, dapat ditarik Analisa bahwa klien
mengalami masalah potensial persalinan premature disertai perdarahan
pasca salin.
d. Penatalaksanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi, dan pada langkah ini reformasi / data dasar yang tidak lengkap
dapat dilengkapi. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah
merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana
bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum
melaksanakannya. Membuat rencana tindakan asuhan kebidanan hendaknya
menentukan tujuan tindakan yang akan dilakukan yang berisi sasaran/target
dan hasil yang akan dicapai dalam penerapan asuhan kebidanan
kegawatdaruratan obstetri dan neonatus pada Ny. ED Pada kasus ini,
Kewenangan bidan dalam kasus ini adalah memberikan dukungan
emosional dan penjelasan yang dapat dipahami oleh klien dan keluarga
mengenai keadaan saat ini dan komplikasi yang mungkin terjadi serta
melakukan kolaborasi interdisiplin dalam penanganan kasus ini.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1 Pada pengkajian kasus kehamilan pada Ny. ED dengan data subjektif
yaitu keluar flek berwarna kemerahan.
2 Pada interpretasi data didapat diagnosa kebidanan Ny. ED didapatkan
pengeluaran pervaginam berwarna kemerahan.
3 Pada kasus ini, perencanaan yang diberikan sesuai dengan keadaan Ny.
ED yang meliputi penjelasan pada klien tentang keadaannya, penjelasan
dan cara menangani keluhan yang dialami, serta perencanaan persalinan
yang nyaman dan tepat bagi ibu dengan berkolaborasi dengan dokter
spesialis kandungan yang menangani ibu
4 Pelaksanaan yang dapat penulis lakukan adalah sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat.
5 Evaluasi dilakukan selama 1 minggu untuk mengetahui perkembangan
kondisi dan keluhan yang dialami ibu serta memberikan edukasi tanda
bahaya

5.2. Saran
1. Bagi rumah Sakit
Diharapkan bagi lahan praktek untuk terus meningkatkan mutu
pelayanan dan mengutamakan upaya promotif, khususnya dalam kasus
kehamilan, salah satunya dengan memberikan KIE, serta pemberian
pendidikan kesehatan tentang kehamilan yang aman dan nyaman
sehingga ibu hamil dan keluarga dapat diberdayakan dalam proses
kehamilan.
2. Bagi pasien
Diharapkan ibu hamil dapat memeriksakan kehamilannya sesuai dengan
anjuran, dan mengenali tanda bahaya kehamilan khususnya plasenta
previa.
RFERENSI

Ariyani, F. et al. (2021) „Peran Bidan Dalam Pelayanan Antenatal Pada Masa
Pandemi Covid 19‟, Jurnal Kesehatan Mercusuar, 4(1), pp. 32–37. doi:
10.36984/jkm.v4i1.175.

Bobak,M.Irene.2004. Perawatan Maternitas dan Gynekologi.Bandung: VIA PKP

Citra Hadi Kurniati (2020) „Hubungan Antara Kualitas Bidan Dalam Pelayanan
Antenatal Care Terhadap Persepsi Ibu Hamil‟, Infokes: Jurnal Ilmiah
Rekam Medis dan Informatika Kesehatan, 10(1), pp. 36–40. doi:
10.47701/infokes.v10i1.846.

Ersila, W., Setyaningsih, P. and A, A. (2015) „Motivasi Bidan Dalam Pelaksanaan


Antenatal Care Terpadu‟, Jurnal Ilmiah Kesehatan, 8(2), p. 96802.

Hamidah M.Kes, dkk (2020) Asuhan kebidanan kegawatdaruratan obstetri dan


neonatus Responsif Gender.

Jannah, M. (2015) „Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemanfaatan Buku KIA di


UPTD Pondok Gede Bekasi‟, Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan, 6(2), pp.
347–355. Available at:
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/kesehatan/article/view/127/112.

Jehanara (2017) „Penagruh Ruangan Bersalin konsep “Hommy” pada tingkat


kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan di klinik utama rawat
inap depok jaya‟, Jurnal Ilmiah Bidan.\

Manuaba, Ida Bagus Gde.2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan


Keluarga untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde.1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan


Keluarga untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Marjati, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta :


Salemba Medika

K.H Endah Widhi Astuti (2016) „Konsep Kebidanan Dan Etikolegal Dalam
Praktik Kebidanan‟, Certified Academic Clinical Nurse Educator (CNE ®
cl) Review Manual, 148, pp. 148–162.

Oktalia, J. and Herizasyam (2016) „Kesiapan Ibu Menghadapi Kehamilan Dan


Faktor- Faktor Yang Mempengaruhinya‟, Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kesehatan, 3(2), pp. 147–159.
Potter, Patricia A, Anne Griffin Perry.2005.Buku Ajar Fundamental
Keperawatan:Konsep, Proses, dan Praktik.Jakarta:EGC

Prawirohardjo,Sarwono.2007.Ilmu Kebidanan.Jakarta:PT Bina Pustaka

Salmah,dkk.2006.AsuhanKebidanan Antenatal.Jakarta:EGC

Sulistyawati, Ari.2009.Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan.Jakarta:Salemba


Medika

Tyastuti S, W. H. (2016) „modul bahan ajar cetak kebidanan asuhan kebidanan


kegawatdaruratan obstetri dan neonatus‟, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 148, pp. 148–162.

Ummi Hani,dkk.2006. . Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis.Jakarta:


Salemba Medika

Unpad I.1983.Obstetri fisiologiI.Bandung:Eleman

Varney,Helen.2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume I.Jakarta: EGC

Wittmann-Price, R. A., Wilson, L. and Gittings, K. K. (2019) Kebidanan


Komunitas, Certified Academic Clinical Nurse Educator (CNE ® cl)
Review Manual.

Anda mungkin juga menyukai