Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWAT DARURATAN MATERNAL PADA


NY. E USIA 37 TAHUN G3P2AB0AH2 USIA KEHAMILAN 29 MINGGU
4 HARI DENGAN KETUBAN PECAH DINI PRETERM DAN POST
CURATAGE EMERGENCY ATAS INDIKASI RETENSIO SISA
PLASENTA DI RUMAH SAKIT SOEDIRMAN KEBUMEN

Oleh :

NOVI RAHMADANI
P07124523066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES YOGYAKARTA
2024
LEMBARAN PENGESEHAN

Laporan Komprehensif
“Asuhan Kebidanan Kegawat Daruratan Maternal Pada Ny. E Usia 37
Tahun G3P2AB0AH2 Usia Kehamilan 29 Minggu 4 Hari Dengan Ketuban
Pecah Dini Preterm Dan Post Curatage Emergency Atas Indikasi
Retensio Sisa Plasenta Di Rumah Sakit Soedirman Kebumen”

Oleh:

NOVI RAHMADANI
P07124523066

Menyetujui,

Pembimbing Klinik

Nastiti Agustanti.,S.ST.,Bdn (…………..…………………….)


NIP. 197608152006042028

Pembimbing Akademik

Dr. Yani Widyastuti.,S.SiT.,M.Keb (…………..…………………….)


NIP. 197601032001122001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Munica Rita Hernayanti, S.SiT.,Bdn.,M.Kes


NIP. 198005142002122001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif yang
berjudul “Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Pada Ny. E Usia 37
Tahun G3P2AB0AH2 Usia Kehamilan 29 Minggu 4 Hari Dengan Ketuban Pecah
Dini Preterm Dan Post Curatage Emergency Atas Indikasi Retensio Sisa
Plasenta Di Rumah Sakit Soedirman Kebumen”. Tersusunnya laporan
Komprehensif ini tentunya tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Heni Puji Wahyuningsih, S.SiT.,M.Keb, selaku ketua jurusan kebidanan
yang telah memberikan kesempatan atas terlaksananya Praktik Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal.
2. Munica Rita Hernayanti, S.SiT.,Bdn.,M.Kes, selaku ketua prodi pendidikan
yang telah memberikan kesempatan atas terlaksananya Praktik Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal.
3. Dr. Yani Widyastuti.,S.SiT.,M.Keb, selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan arahan serta bimbingan selama Praktik Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal.
4. Nastiti Agustanti.,S.ST.,Bdn, selaku pembimbing lahan yang telah
memberikan arahan serta bimbingan selama Praktik Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal.
Demikian yang bisa penulis sampaikan, semoga Laporan Komprehensif ini
dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk
masyarakat luas.

Yogyakarta, Maret 2024

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESEHAN ............................................................................... ii


KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Tujuan ............................................................................................................ 3
C. Ruang Lingkup ............................................................................................... 4
D. Manfaat .......................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN KASUS DAN TEORI ............................................................ 6
A. Kajian Kasus .................................................................................................. 6
B. Kajian Teori ................................................................................................... 8
C. Wewenang bidan .......................................................................................... 21
BAB III PEMBAHASAN...................................................................................... 21
A. Pengkajian Subjektif .................................................................................... 18
B. Pengkajian Objektif ...................................................................................... 19
C. Analisa ......................................................................................................... 19
D. Penatalaksanaan ........................................................................................... 19
BAB IV PENUTUP ............................................................................................... 21
A. Kesimpulan .................................................................................................. 21
B. Saran ............................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................
LAMPIRAN ..............................................................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian maternal merupakan kematian wanita sewaktu hamil, melahirkan
atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan. Kematian maternal dibagi
menjadi 2, yaitu kematian maternal secara langsung dan tidak langsung terhadap
persalinan (Herawati & Oktavianti, 2017). Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan
salah satu indikator penting dalam menilai derajat kesehatan masyarakat. Menurut
Word Health Organization tahun 2014 AKI di dunia yaitu 289.000 jiwa. Indonesia
adalah negara di Asia Tenggara yang menempati urutan pertama AKI yaitu 214 per
100.000 kelahiran hidup, Philipina 170 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160
per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup
(Wulandari et al., 2019). AKI untuk Provinsi Jawa Tengah tahun 2021 mencapai
199 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan AKI untuk Kabupaten Kebumen
mencapai 165,3 per 100.000 kelahiran hidup.
Penyebab AKI di Indonesia adalah perdarahan 42%, eklamsia 13%, aborsi
11%, Infeksi 10%, partus lama 9% dan lain-lain 15% (Kurnia & Satriyandari,
2017). Hasil sensus Kependudukan tahun 2010 menunjukan bahwa 90% kematian
ibu terjadi saat atau segera setelah proses persalinan salah satu penyebabnya adalah
infeksi. Infeksi pada ibu bisa terjadi pada masa antenatal, intranatal dan postnatal
(Alim & Safitri, 2016). Infeksi pada masa intranatal sebagian besar disebabkan oleh
ketuban pecah dini sebanyak 65% (Jannah, 2018).
Ketuban pecah dini (KPD) atau Premature Rupture of Membrane (PROM)
merupakan keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Namun, apabila
ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu, maka disebut sebagai
ketuban pecah dini pada kehamilan premature atau Preterm Premature Rupture of
Membrane (PPROM). Pecahnya selaput ketuban tersebut diduga berkaitan dengan
perubahan proses biokimiawi yang terjadi dalam kolagen matriks ekstraseluler
amnion, korion dan apoptosis membrane janin.
KPD merupakan salah satu masalah dalam kasus kedaruratan obstetrik.
Setelah ketuban pecah, kuman yang berada di servik mengadakan invasi ke dalam

1
2

saccus amnion dan dalam waktu 24 jam cairan amnion akan terinfeksi. Masalah
KPD memerlukan perhatian yang lebih besar, karena prevalensinya yang cukup
besar dan cenderung meningkat. Kejadian KPD aterm terjadi pada sekitar 6,46-
15,6% kehamilan aterm dan PPROM terjadi pada terjadi pada sekitar 2-3% dari
semua kehamilan tunggal dan 7,4% dari kehamilan kembar.
Angka kejadian KPD di dunia mencapai 12,3% dari total angka persalinan,
semuanya tersebar di negara berkembang di Asia Tenggara seperti Indonesia,
Malaysia, Thailand, Myanmar, dan Laos. Angka kejadian KPD di Indonesia pada
tahun 2013 sebanyak 35% - 55% dari 17.665 kelahiran (WHO, 2014). Angka
kejadian KPD di provinsi Bali 3,4% (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Angka
KPD berkisar diantara 3-18% yang terjadi pada kehamilan preterm, sedangkan pada
kehamilan aterm sekisar 8-10% (Ernawati, 2020).
Kejadian KPD preterm dapat menimbulkan dampak bagi ibu dan janin,
yaitu dapat menyebabkan infeksi korioamnionitis, infeksi peuerperalis, perdarahan
post partum, serta dry-labor pada ibu (Manuaba, 2014). Potensial masalah yang
muncul pada janin yaitu infeksi perinatal, dan kompresi tali pusat in utero. KPD
preterm berhubungan dengan sekitar 18-20% kematian perinatal di Amerika Serikat
(POGI, 2016). Oleh sebab itu penatalaksanaan KPD memerlukan tindakan yang
rinci sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematuris dan infeksi dalam
rahim.
Banyak penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa infeksi (65%)
sebagai penyebabnya. Selain itu, coitus saat hamil dengan frekuensi lebih dari 3
kali seminggu, posisi coitus yaitu suami diatas dan penetrasi penis yang sangat
dalam sebesar 37,50%, aktivitas berat sebesar 43,75%, infeksi genitalia sebesar
37,50%, paritas (multipara) sebesar 37,59%, riwayat KPD sebesar 18,75% dan usia
ibu yang lebih dari 35 tahun merupakan faktor yang mempengaruhi KPD.
Oleh sebab itu, klinisi yang mengawasi pasien harus memiliki pengetahuan
yang baik mengenai anatomi dan struktur membrane fetal, serta memahami
pathogenesis terjadinya ketuban pecah dini, sehingga mampu menegakkan
diagnosis ketuban pecah dini secara tepat dan memberikan terapi secara akurat
3

untuk memperbaiki luaran/outcome dan prognosis pasien ketuban pecah dini dan
bayinya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan
kebidanan pada Kegawatdaruratan Maternal Neonatal menggunakan pola pikir
manajemen kebidanan serta mendokumentasikan hasil asuhannya dalam bentuk
SOAP
2. Tujuan Khusus
a. Dilaksanakannya pengkajian data subjektif dan objektif pada Asuhan
Kebidanan kegawatdaruratan maternal pada Ny. E usia 37 tahun
G3P2AB0AH2 usia kehamilan 29 minggu 4 hari dengan ketuban pecah dini
preterm dan post curatage emergency atas indikasi retensio sisa plasenta
di Rumah Sakit Soedirman Kebumen.
b. Dilaksanakannya interpretasi data dasar pada Asuhan Kebidanan
kegawatdaruratan maternal pada Ny. E usia 37 tahun G3P2AB0 AH2 usia
kehamilan 29 minggu 4 hari dengan ketuban pecah dini preterm dan post
curatage emergency atas indikasi retensio sisa plasenta di Rumah Sakit
Soedirman Kebumen.
c. Dilaksanakannya identifikasi diagnosa potensial dan/atau masalah pada
Asuhan Kebidanan kegawatdaruratan maternal pada Ny. E usia 37 tahun
G3P2AB0AH2 usia kehamilan 29 minggu 4 hari dengan ketuban pecah dini
preterm dan post curatage emergency atas indikasi retensio sisa plasenta
di Rumah Sakit Soedirman Kebumen.
d. Dilaksanakannya penetapan kebutuhan tindakan segera bila diperlukan
pada Asuhan Kebidanan kegawatdaruratan maternal pada Ny. E usia 37
tahun G3P2AB0AH2 usia kehamilan 29 minggu 4 hari dengan ketuban
pecah dini preterm dan post curatage emergency atas indikasi retensio sisa
plasenta di Rumah Sakit Soedirman Kebumen..
4

e. Dilaksanakannya penyusunan rencana asuhan yang menyeluruh pada


Asuhan Kebidanan kegawatdaruratan maternal pada Ny. E usia 37 tahun
G3P2AB0AH2 usia kehamilan 29 minggu 4 hari dengan ketuban pecah dini
preterm dan post curatage emergency atas indikasi retensio sisa plasenta
di Rumah Sakit Soedirman Kebumen..
f. Dilakukannya penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Asuhan Kebidanan
kegawatdaruratan maternal pada Ny. E usia 37 tahun G3P2AB0 AH2 usia
kehamilan 29 minggu 4 hari dengan ketuban pecah dini preterm dan post
curatage emergency atas indikasi retensio sisa plasenta di Rumah Sakit
Soedirman Kebumen.
g. Dilakukannya evaluasi penatalaksanaan yang telah diberikan pada Asuhan
Kebidanan kegawatdaruratan maternal pada Ny. E usia 37 tahun
G3P2AB0AH2 usia kehamilan 29 minggu 4 hari dengan ketuban pecah dini
preterm dan post curatage emergency atas indikasi retensio sisa plasenta
di Rumah Sakit Soedirman Kebumen.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan komprehensif ini adalah pelaksanaan pelayanan
kebidanan yang berfokus pada masalah kegawatdaruratan maternal dan neonatal
yang berkaitan dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) preterm dan curatage
emergency atas indikasi retensio sisa plasenta.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman
secara langsung, sekaligus penanganan dalam menerapkan ilmu yang diperoleh
selama pendidikan. Selain itu, menambah wawasan dalam menerapkan asuhan
kebidanan terhadap kasus Kegawatdaruratan maternal dan neonatal.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Dapat memahami teori, memperdalam ilmu, dan menerapkan
asuhan yang akan diberikan pada Kasus Kegawatdaruratan maternal dan
5

neonatal.
b. Bagi Bidan di Rumah Sakit Soedirman Kebumen
Laporan komprehensif ini dapat dijadikan dokumentasi di Rumah
Sakit Soedirman Kebumen, dapat juga menjadi bahan update keilmuan.
BAB II
TINJAUAN KASUS DAN TEORI

A. Kajian Kasus
Pada hari jumat tanggal 23 februari 2024 pukul 10.30 WIB, Ny. E datang
bersama suaminya ke Poliklinik Kebidanan Rumah Sakit Soedirman Kebumen
mengatakan ingin kontrol post opname atas indikasi PPI (Partus Prematurus
Iminens). Ibu juga mengatakan cemas dengan keadaanya saat ini karena masih ada
rembesan. HPHT: 31-07-2023, HPL: 07-05-2024, Usia kehamilan 29 minggu 4
hari, ini adalah kehamilan yang ke 3, anak pertama berusia 9 tahun, anak kedua
berusia 5 tahun, riwayat pernikahan klien ini adalah pernikahan pertama dan
menikah pada tahun 2014. Riwayat haid klien siklus 28 hari, tidak ada keluhan,
riwayat kontrasepsi yang digunakan KB suntik.
Riwayat kesehatan klien dan keluarga dari garis keturunan bapak maupun
ibu tidak mempunyai dan tidak menderita penyakit menurun seperti hipertensi,
diabetes, jantung dan asma. Untuk riwayat penyakit menular klien dan keluarga
tidak pernah menderita penyakit infeksi maupun penyakit menular yang lain. Pola
nutrisi klien makan 2-3 kali sehari, nasi,lauk, sayur dan buah. Klien selalu konsumsi
protein nabati ataupun hewani pada setiap menu makan.
Pada data objektif didapatkan hasil TB 150 cm, Berat sebelum hamil 43 kg,
berat sekarang 48 kg, Lila 23,5 cm, TD 116/74 MmHg, N: 80 x/menit, R: 20
x/menit, SpO2: 98%, HB: 11,3 gr/dl, DJJ: 140 x/menit. Pada pemeriksaan fisik mata
tidak anemis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis, tidak ada
oedema dan reflek patella positif. Pada palpasi TFU 24 cm, Leopold I teraba bulat,
melenting kemungkinan kepala, Leopold II sebelah kanan teraba panjang dan
memapan kemungkinan punggung janin sebelah kiri teraba seperti tonjolan kecil
seperti ekstremitas, Leopold III bulat tidak melenting seperti bokong janin,Leopold
IV Divergen.
Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif dapat diambil
analisis kasus Ny.E Usia 37 Tahun G3P2A0H2 umur kehamilan 29 minggu 4 hari
dengan Ketuban Pecah Dini Preterm.

6
7

Rencana tatalaksana kasus diatas yaitu Memberi informasi mengenai


kondisi ibu, memberikan motivasi dan semangat pada pasien dan keluarga.
Memberikan informasi pada ibu bahwa kehamilan ibu harus dilakukan terminasi
untuk keselamatan ibu dan bayi. Melakukan pemasangan infus dan kateter pada ibu,
memberikan informasi pada ibu untuk puasa pada jam 12 malam karena besok akan
dilakukan operasi SC selektif. Memberikan KIE mengenai KB dan ibu ingin
menggunakan IUD.
Pada tanggal 24-02-2024 pukul 04.00 WIB ibu mengatakan terasa kenceng-
kenceng dan merasa ada sesuatu yang keluar dari jalan lahir dan ingin mengejan.
Dilakukan pemeriksaan fisik keadaan umum ibu baik, kesadaran Composmentis,
o
TD: 110/75 MmHg, N: 84 x/menit, R: 24 x/menit, S: 36 C, SPO2: 98%, His:
4x10’x40”, DJJ tidak dapat dikaji tampak 1 kaki keluar sampai perut, dan terdapat
denyut tali pusat. Analisis kasusnya yaitu Ny.E usia 37 tahun G3P2A0H2 usia
kehamilan 29 minggu 5 hari dengan presentasi kaki kala II. Rencana tatalaksana
kasus tersebut yaitu memindahkan pasien keruangan bersalin dan melakukan
pimpin persalinan.
Pada pukul 09.00 WIB ibu sudah kembali ke ruangan bougenvil, mobilisasi
ibu baik, BAK dan BAB ibu dalam batas normal. Ibu mengatakan nyeri perut
bagian bawah, sedikit pusing dan pandangan tidak kabur. Ibu masih puasa dari jam
00.00 WIB karena akan dilakukan curettage emergency atas indikasi retensio sisa
plasenta. Dilakukan pemeriksaan fisik keadaan umum ibu baik, kesadaran
o
Composmentis, TD: 118/85 MmHg, N: 90 x/menit, R: 20 x/menit, S: 36,5 C,
SPO2: 98%. Analisis kasus Ny.E usia 37 tahun P3A0H3 dengan post partus spontan
dengan Ketuban Pecah Dini Preterm. Penatalaksanaannya yaitu terpasang infus dan
drip oksitosim 18 tpm, kontraksi uterus keras, darah dalam batas normal serta
dilakukan pemindahan pasien ke ruangan IBS (Instalasi Bedah Sentral).
Pada pukul 11.00 WIB ibu sudah kembali ke ruangan bougenvil, ibu
mengatakan habis curatage. Keadaan umum ibu baik, kesadaran Composmentis,
TD: 120/80 MmHg, N: 87 x/menit, R: 22 x/menit, S: 36,6o C, SPO2: 99%. Analisis
kasusnya yaitu Ny.E usia 37 tahun P3A0H3 dengan post partus spontan dengan
Ketuban Pecah Dini Preterm dan Curatage Emergency atas indikasi retsiplas
8

(Retensio Sisa Plasenta). Penatalasanaan yang dilakukan adalah memberikan


infromasi mengenai hasil pemeriksaan, memberikan informasi mengenai nutrisi,
memberikan informasi mengenai mobilisasi, memberikan informasi mengenai
personal hygiene , memberitahu ibu untuk perencanaan dilakukan USG pada sore
nanti serta melakukan kolaborasi dengan dokter untuk terapi.
Pada tanggal 25-02-2024 pukul 11.00 WIB ibu mengatakan tidak ada
keluhan, ibu juga mengatakan sudah bisa buang air kecil 2 kali setelah lepas kateter.
Keadaan umum ibu baik, kesadaran Composmentis, TD: 120/80 MmHg, N: 87
x/menit, R: 22 x/menit, S: 36,6o C, SPO2: 99%. Analisis kasusnya yaitu Ny.E usia
37 tahun P3A0H3 dengan post partus spontan dengan Ketuban Pecah Dini Preterm
dan Curatage Emergency atas indikasi retsiplas. Penatalasanaan yang dilakukan
adalah memberikan infromasi mengenai hasil pemeriksaan, memberikan informasi
mengenai nutrisi, memberikan informasi mengenai mobilisasi, memberikan
informasi mengenai personal hygiene, memberitahu ibu untuk melengkapi berkas
perencanaan untuk pulang serta melakukan kolaborasi dengan dokter untuk terapi.

B. Kajian Teori
1. Defenisi Kegawatdaruratan
Gawat adalah mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu
mendapatkan penanganan atau tindakan segera untuk menghilangkan ancaman
nyawa pasien. Jadi gawat darurat adalah keadaan yang mengancam nyawa yang
harus dilakukan tindakan segera untuk menghindari kecacatan bahkan kematian
pasien. Kegawatdaruratan dalam obstetri adalah suatu keadaan atau penyakit
yang menimpa seorang wanita hamil atau dalam persalinan atau akibat
komplikasi dari kehamilan atau persalinan yang mengancam nyawa ibu tersebut
dan atau bayi dalam kandungannya apabila tidak secepatnya mendapat tindakan
yang tepat.1
Kegawatdaruratan obstetrik adalah suatu keadaan yang datangnya tidak
diharapkan, mengancam nyawa sehingga perlu penanganan yang cepat dan tepat
untuk mencegah morbiditas maupun mortalitas. Kegawatdaruratan neonatal
adalah situasi yang membutuhkan evaluasi dan manajemen yang tepat pada bayi
9

baru lahir yang sakit kritis (≤ 28 hari) membutuhkan pengetahuan yang dalam
mengenali perubahan psikologis dan kondisi patologis yang mengancam nyawa
yang bisa saja timbul sewaktu-waktu.
Ukuran keberhasilan dari pertolongan ini adalah waktu tanggap (respon
time) dari penolong. Pengertian lain dari penderita gawat darurat adalah
penderita yang bila tidak ditolong segera akan meninggal atau menjadi cacat,
sehingga diperlukan tindakan diagnosis dan penanggulangan segera. Karena
waktu yang terbatas tersebut, tindakan pertolongan harus dilakukan secara
sistematis dengan menempatkan prioritas pada fungsi vital sesuai dengan urutan
ABC, yaitu :2
A (Air Way) : yaitu membersihkan jalan nafas dan menjamin nafas bebas
hambatan.
B (Breathing) : yaitu menjamin ventilasi lancer.
C (Circulation) : yaitu melakukan pemantauan peredaran darah

Istilah kegawatan dan kegawatdaruratan adalah suatu keadaan yang serius,


yang harus mendapatkan pertolongan segera. Bila terlambat atau terlantar akan
berakibat buruk, baik memburuknya penyakit atau kematian. Kegawatan atau
kegawatdaruratan dalam maternal adalah kegawatan atau kegawatdaruratan
yang terjadi pada wanita hamil, melahirkan atau nifas. Kegawatdaruratan dalam
kebidanan dapat terjadi secara tiba tiba, bisa disertai dengan kejang, atau dapat
terjadi sebagai akibat dari komplikasi yang tidak dikelola atau dipantau dengan
tepat.

2. Cara mencegah dan merespon kegawatdaruratan


a. Cara mencegah kegawatdaruratan
Cara mencegah terjadinya kegawatdaruratan adalah dengan
melakukan perencanaan yang baik, mengikuti panduan yang baik dan
melakukan pemantauan yang terus menerus terhadap klien/ibu. Apabila
terjadi kegawatdaruratan, anggota tim seharusnya mengetahui peran
mereka dan bagaimana team seharusnya berfungsi untuk berespon terhadap
kegawatdaruratan secara paling efektif.
10

b. Cara merespon kegawatdaruratan


Apabila terjadi kegawatdaruratan, anggota tim seharusnya
mengetahui peran mereka dan bagaimana tim seharusnya berfungsi untuk
merespon terhadap kegawatdaruratan secara paling efektif. Anggota tim
seharusnya mengetahui situasi klinik dan diagnose medis, juga tindakan
yang harus dilakukannya. Selain itu, juga harus memahami obat-obatan dan
penggunaanya, juga cara pemberian dan efek samping obat tersebut.
Anggota tim seharusnya mengetahui peralatan emergensi dan dapat
menjalankan atau mengfungsikannya dengan baik.

3. Penatalaksanaan awal terhadap kasus kegawatdaruratan kebidanan


Bidan seharusnya tetap tenang, jangan panik, jangan membiarkan ibu
sendirian tanpa penjaga/penunggu. Bila tidak ada petugas lain, berteriaklah
untuk meminta bantuan. Jika ibu tidak sadar, lakukan pengkajian jalan nafas,
pernafasan dan sirkulasi dengan cepat. Jika dicurigai adanya syok, mulai segera
tindakan membaringan ibu miring ke kiri dengan bagian kaki ditinggikan,
longgarkan pakaian yang ketat seperti BH/Bra. Ajak bicara ibu/klien dan bantu
ibu/klien untuk tetap tenang. Lakukan pemeriksaan dengan cepat meliputi
tanda tanda vital, warna kulit dan perdarahan yang keluar.

4. Peran bidan pada kegawatdaruratan kebidanan


Bidan mempunyai peranan penting dalam menurunkan angka kesakitan
dan kematian ibu melalui kemampuannya untuk melakukan pengawasan,
pertolongan pada ibu, pengawasan bayi baru lahir (neonates) dan pada
persalinan, ibu postpartum serta mampu mengidentifikasi penyimpangan dari
kehamilan dan persalinan normal dan melakukan penanganan yang tepat
termasuk merujuk ke fasilitas pelayanan yang tepat.
Pengenalan dan penanganan kasus yang gawat seharusnya mendapat
prioritas utama dalam usaha menurunkan angka kesakitan lebih lagi angka
kematian ibu, walaupun tentu saja pencegahan lebih baik dari pada pengobatan.

Dalam kegawatdaruratan peran anda sebagai bidan antara lain:


11

a. Melakukan pengenalan segera kondisi gawat darurat


b. Stabilisasi klien dengan oksigen, terapi cairan dan medikamentosa dengan:
1) Menjamin kelancaran jalan nafas, memperbaiki fungsi system
respirasi dan sirkulasi.
2) Menghentikan perdarahan.
3) Menggantikan cairan tubuh yang hilang
4) Mengatasi nyeri dan kegelisahan
c. Ditempat kerja, menyiapkan sarana dan prasarana di kamar bersalin, yaitu:
1) Menyiapkan radiant/warmer/lampu pemanas untuk mencegah
kehilangan panas pada bayi.
2) Menyiapkan alat resusitasi kit untuk ibu dan bayi.
3) Menyiapkan alat pelindung diri
4) Menyiapkan obat-obatan emergenci
d. Memiliki ketrampilan klinik, yaitu:
1) Mampu melakukan resusitasi pada ibu dan bayi dengan peralatan yang
berkesinambungan. Peran organisasi sangat penting di dalam
pengembangan sumber daya manusia (SDM) untuk meningkatkan
keahlian.
2) Memahami dan mampu melakukan metode efektif dalam pelayanan
ibu dan bayi baru lahir, yang meliputi making pregnancy safer, safe
motherhood, bonding attachment, inisiasi menyusu dini dan lain-lain.

5. Ketuban Pecah Dini


a. Pengertian
Ketuban pecah dini merupakan pecahnya selaput ketuban sebelum
ibu mengalami proses persalinan atau adanya tanda-tandapersalinan.
Apabila ketuban pecah sebelum umur kehamilan 37 minggu makan
disebut dengan ketuban pecah dini dengan kehamilan prematur, pada
umumnya dalam keadaan yang normal 8-10 % wanita hamil akan
mengalami ketuban pecah dini. Pada kehamilan cukup bulan 90% terjadi
dalam 24 jam setelah ketuban pecah, pada kehamilan 28-34 minggu 50%
12

persalinan dalam 24 jam.Sedangkan pada kehamilan kurang dari 26


minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu (Prawirohardjo, 2010 : 678).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapattanda
mulai persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu (Manuaba,
2009 : 119). Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktu
persalinan pada usia kehamilan lebih dari 37 minggu (EGC, 2012 : 659).
Ketuban pecah dini merupakan penyebab terbesar persalinan
prematur dengan berbagai akibatnya. Ketuban pecah dini adalah pecahnya
ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan setelah ditunggu satu jam
belum dimulainya tanda persalinan (Manuaba, 2010:281).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten)
(taufan, 2010 : 95).

b. Macam-Macam Ketuban Pecah Dini


Ketuban pecah premature yaitu pecahnya membrane chorion-
amniotik sebelum onset persalinan dan melampaui usia kehamilan 37
mingguatau disebut juga Premature Rupture Of Membrane = Prelabour
Rupture Of Membrane = PROM.
Ketuban pecah premature pada preterm yaitu pecahnya membrane
Chorion- amniotik sebelum onset persalinan pada usia kehamilan kurang
dari 37 minggu atau disebut juga Preterm Premature Rupture Of
Membrane = Preterm Prelabour Rupture Of Membrane (PPROM)
(Yeyeh, 2010)

c. Etiologi
Menjelang usia kehamilan cukup bulan kelemahan fokal terjadi pada
selaput janin diatas serviks internal yang memicu robekan dilokasi ini.
Beberapa proses patologis (termasuk perdarahan dan infeksi) dapat
menyebabkan terjadinya KPD (Yulianti, 2010 :230).
Menurut Anik Maryuni (2013 : 209) penyebab KPD masih belum
diketahui dan tidak dapat di tentukan secara pasti, namun factor-faktor
13

mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi


faktor predisposisinya adalah :
1) Infeksi : infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban
maupun dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa
menyebabkan terjadinya KPD.
2) Serviks yang inkompetensi, kanalis servikalis yang sealu terbuka oleh
karena kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan, curetage).
3) Hipoksia dan Asfiksia : dengan pecahnya ketuban terjadi
oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau
hipoksia. Terdapat hubungan anatara terjadinya gawat janin dan
derajat oligihidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin
gawat
4) Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkatkan secara
berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemeli.
Trauma oleh beberapa ahli di sepakati sebagai factor predisisi atau
penyebab terjadinya KPD. Trauma yang di dapat misalnya hubungan
seksual, pemeriksaan dalam, maupun amnosintetis menyebabkan
terjadinya KPD karena biasanya disertrai infeksi.
5) Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian
terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah.

d. Tanda dan Gejala


Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan air ketuban yang merembes
melalui vagina. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri-ciri :
1) Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes malalui
vagina.
2) Aroma air ketuban manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah.
3) Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi
14

sampai kelahiran. Tetapi bila duduk atau berdiri, kepala janin yang
sudah terletak di bawah biasanya “ mengganjal ” atau “ menyumbat ”
kebocoran untuk sementara.
4) Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi. ( Yeyeh,
2010 ).

e. Patofisiologi
Menurut Anik Maryuni (2013 :209), mekanisme terjadinya ketuban
pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :
1) Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.
2) Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan
mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
3) Pecahnya ketuban menyebabkan ada hubungan langsung antara ruang
intra amnion dengan dunia luar.
4) Infeksi intra amnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau
dengan penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin,
kemudian ke ruang intra amnion.
5) Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterine
menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal).
6) Tindakan hygine buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang sering.

f. Diagnosis
Diagnosa ketuban pecah dini dengan cara menentukan ketuban yang
pecah dan dilihat ada cairan ketuban yang keluar dari jalan lahir atau tidak.
Kemudian dilakukan tes dengan lakmus merah akan berubah menjadi biru,
menentukan usia kehamilan, dan USG terdapat adanya oligohidramnion.
Menentukan adanya tanda-tanda infeksi dengan cara ada peningkatan pada
suhu badan ibu lebih dari 38 oC dan cairan berbau, pemeriksaan dalam
dilakukan apabila penanganan sudah mulai aktif (Prawirohardjo, 2010
:680).
15

Dengan speculum, lakukan pemeriksaan inspekulo.Nilai apakah


cairan keluar melalui ostium uteri atau terkumpul di forniks posterior. Jika
mungkin lakukan: Test lakmus (test nitrazin). Jika kertas lakmus berubah
menjadi biru menunjukkan adanya cairan ketuban (Yulianti, 2010 :231).

g. Komplikasi
Menurut Prawirohardjo penanganan pada kasus ketuban pecah dini di bagi
dalam menjadi 2 yaitu :
1) Konservatif :
a) Rawat di rumah sakit.
b) Berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin) bila
tidak tahan ampisilin berikan metronidazol 2 x 500 mg selama 7
hari.
c) Jika umur kehamilan kurang dari 32 – 34 minggu dirawat selama.
air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d) Jika usia kehamilan 32 – 37 minngu, belum inpartu, tidak ada
infeksi, tes busa negatif maka berikan deksametason dan observasi
tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan jnain, terminasi pada
kehamilan 37 minggu.
e) Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu sudah in partu, tidak ada
infeksi berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi
sesudah 24 jam.
f) Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu ada infeksi beri antibiotik dan
lakukan induksi.
g) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi
intrauterin)
h) Pada usia kehamilan 32 – 37 minggu berikan steroid untuk
memacu kematangan paru janin dan bila memungkinkan periksa
kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu, dosis deksametason
IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
2) Aktif
16

Kehamilan lebih dari 37 minggu induksi dengan oksitosin.Bila


gagal lalukan seksio sesaria.Dapat pula di berikan misoprostol 25µg –
50 µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda
infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri.
a) Bila skor pelvik kurang dari 5 lakukan pematangan serviks,
kemuian lakukan induksi. Jika tidak berhasil akhiri persalinan
dengan seksio sesaria.
b) Bila skor pelvik lebih dari 5 lakukan induksi persalinan Menurut
Oxon (2008 :119).

Komplikasi yang sering terjadi pada kasus dengan ketuban pecah dini
terbagi menjadi dua yaitu:
a) Komplikasi pada neonatus berhubungan erat dengan prematuritas,
termasuk juga sindrom gawat nafas (respiration distress
syndrome).
b) Komplikasi pada ibu mencakup peningkatan kejadian persalinan
melalui bedah sesar (akibat malpresentasi, prolaps tali pusat),
infeksi intra-amnion (15-30%), dan endometritis pasca persalinan.

Menurut Prawirohardjo (2010; h. 678-679).Komplikasi yang sering


terjadi pada kasus dengan ketuban pecah dini terbagi menjadi dua yaitu:
a) Pada bayi dapat terjadi septicemia, pneumonia, omfalitis, umumnya
terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi.
b) Pada ibu yang akan timbul akibat ketuban pecah dini bergantung
pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal, persalinan
premature, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin,
meningkatkan insiden seksio sesaria, atau gagalnya persalinan
normal.

h. Penatalaksanaan
Menurut Anik Maryuni (2013 :213) penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini
pada aterm meliputi:
17

1) Rawat rumah sakit dan tirah baring.


2) Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.
3) Umur kehamilan kurang 37 minggu.
4) Antibiotic profilaksis dengan amoksilin 3 x 500 mg selama 5 hari.
5) Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan
kortikosteroid untuk mematangkan fungsi paru janin.
6) Jangan melakukan pemeriksaan dalam vagina kecuali ada tanda- tanda
persalinan.
7) Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksinatau
gawat janin.
8) Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi
uterus maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air
berlangsung terus, maka lakukan terminasi kehamilan.

Menurut Anik Maryuni (2013 :214) penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini


pada preterm meliputi :
1) Bila di dapatkan infeksi berat maka berikan antibiotic dosis tinggi.
Bila di temukan tanda-tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka
lakukan terminasi kehamilan.
2) Induksi atau akselerasi persalinan.
3) Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan
mengalami kegagalan.
4) Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat
ditemukan.

Menurut Manuaba (2008 :112) penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini


meliputi:
1) Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya
kematangan paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan
perkembangan paru yang sehat dan bila sudah mencapai berat 2000
gram dapat dipertimbangkan untuk diinduksi.
2) Memberikan kortikosteroid dengan pertimbangan akan menambah
18

reseptor pematangan paru,menambah maturitas paru janin.


3) Memberikan tokolitik untuk mengurangi kontraksi uterus, dapat
diberikan bila sudah dapat di pastikan tidak terjadi infeksi
korioamnionitis. Pemberian antiobiotik profilaksis dengan triple drug
untuk menghindari terjadinya infeksi.

i. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina diperiksa dengan Tes Lakmus (tes
nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan
adanya air ketebuan atau bisa melakukan pemeriksaan Mikroskopik
(tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering.Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran
daun pakis (Hidayat, 2009:16).
2) Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG untuk memeriksa oligohidramnion sangat
membantu apabila belum jelas tentang adanya tanda-tanda ketuban
sudah pecah (Mustika, 2013:250).

6. Retensio plasenta
Retensio plasenta (placental retention) merupakan plasenta yang belum
lahir dalam setengah jam setelah janin lahir. Sedangkan sisa plasenta (rest
placenta) merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam rongga rahim yang
dapat menimbulkan perdarahan postpartum dini (early postpartum
hemorrhage) atau perdarahan post partum lambat (late postpartum
hemorrhage) yang biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan.

a. Jenis-Jenis Retensio Plasenta


1) Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion
plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi
fisiologis.
2) Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
19

memasuki sebagian lapisan miometrium.


3) Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
mencapai/memasuki miometrium.
4) Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang
menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding
uterus .
5) Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum
uteri, disebabkan olehkonstruksi ostium uteri.

b. Sebab-sebabnya plasenta belum lahir bisa oleh karena :


1) Plasenta belum lepas dari dinding uterus
2) Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan.
Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan;
jika lepas sebagian, terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk
mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena:
1) Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta
adhesiva).
2) Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis
menembus desidua sampai myometrium sampai di bawah
peritoneum (plasenta akreta-perkreta).
3) Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum
keluar, disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau
karena salah penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran
konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya
plasenta (inkarserasio plasenta).

c. Etiologi
1) Faktor maternal
a) Gravida berusia lanjut
b) Multiparitas
2) Faktor uterus
a) Bekas sectio caesaria, sering plasenta tertanam pada jaringan
20

cicatrix uterus.
b) Bekas pembedahan uterus.
c) Anorrali dan uterus.
d) Tidak efektif kontraksi uterus.
e) Pembentukan kontraksi ringan.
f) Bekas curetage uterus, yang terutama dilakukan setelah abortus.
g) Bekas pengeluaran plasenta secara manual.
h) Bekas endometritis

3) Faktor plasenta
a) Plasenta previa
b) Implantasi corneal
c) Plasenta akreta
d) Kelainan bentuk plasenta

d. Penatalaksanaan
Penanganan retensio plasenta atau sebagian plasenta adalah:
a) Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan
kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid
(sodium klorida isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat,
apabila memungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan
saturasi oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang
dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.
b) Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer
laktat atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.
c) Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil
lanjutkan dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus.
d) Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta.
Indikasi manual plasenta adalah: Perdarahan pada kala tiga
persalinan kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit
anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep
tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi
21

jalan lahir, tali pusat putus.


e) Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat
dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa
plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan
dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan
hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan
kuretase pada abortus.
f) Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan
dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.
g) Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk
pencegahan infeksi sekunder.

C. Wewenang bidan
Bidan bertugas memberikan pelayanan dalam penyelenggaraan praktik
kebidanan salah satunya pelayanan kesehatan ibu menurut pasal 49 ayat 2, UU
Kebidanan No. 4 tahun 2019. Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan
kesehatan ibu, bidan berwenang dalam memberikan asuhan kebidanan pada masa
kehamilan normal dan berwenang dalam melakukan deteksi dini kasus resiko dan
dan komplikasi pada masa kehamilan, masa persalinan, pasca persalinan, masa
nifas serta asuhan pasca keguguran dan dilanjutkan rujukan. Pasal 19 UU PMK No.
28 tahun 2017 tentang pelayanan kesehatan ibu diberikan pada masa sebelum
hamil,, masa hamil, masa persalinna, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara
dua kehamilan. 3,4
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengkajian Subjektif
Pada hari jumat tanggal 23 februari 2024, Ny.E datang bersama suaminya
ke ruangan bougenvil tranferan dari poliklinik Rumah Sakit Soedirman Kebumen,
mengatakan sekarang berusia 37 tahun dan ingin melakukan perawatan di Rumah
Sakit karena tanggal 24 februari 2024 akan dilakukan terminasi pada kehamilannya.
Dari pengkajian umur didapatkan usia Ny.E 37 tahun. Hal ini sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa usia ibu termasuk usia yang beresiko dalam kehamilan
karena fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami kemunduran atau
degenerasi dibandingkan fungsi normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya
komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan lebih besar.
Ibu juga mengatakan cemas dengan keadaannya saat ini karena masih ada
rembesan. HPHT: 31-07-2023, HPL: 07-05-2024, Usia kehamilan 29 minggu 4
hari, pada perhitungan usia kehamilan menggunakan HPHT didapatkan 29 minggu
4 hari dimana usia kehamilan tersebut belum termasuk ke dalam usia kehamilan
aterm. Aterm adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan usia kehamilan
yang ideal dan matang dengan durasi waktu kehamilan sekitar 37–40 minggu.
Secara umum, kehamilan aterm atau cukup bulan diketahui merupakan durasi yang
optimal untuk janin berkembang di dalam kandungan.
Riwayat kesehatan klien dan keluarga dari garis keturunan bapak maupun
ibu tidak mempunyai dan tidak menderita penyakit menurun seperti hipertensi,
diabetes, jantung dan asma. Untuk riwayat penyakit menular klien dan keluarga
tidak pernah menderita penyakit infeksi maupun penyakit menular yang lain. Pola
nutrisi klien makan 2-3 kali sehari, nasi,lauk, sayur dan buah. Klien selalu konsumsi
protein nabati ataupun hewani pada setiap menu makan. Sesuai dengan teori Ibu
hamil membutuhkan sekitar 60 gram setiap harinya atau 10 gram lebih banyak dari
kondisi sebelum hamil. Kebutuhan protein bisa didapat dari nabati maupun hewani.
Sumber protein hewani seperti daging tak berlemak, ikan, telur, susu. Sedangkan
sumber nabati seperti tahu, tempe dan kacang-kacangan.

18
B. Pengkajian Objektif
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap Ny. E didapatkan hasil
hasil TD 116/74 MmHg, N: 123 x/menit, R: 20 x/menit, SpO2: 98%, TB 150 cm,
Berat sebelum hamil 43 kg, Berat Sekarang 48 kg, IMT : 19,11 kg/m berada dalam
batas normal. Sesuai dengan teori IMT (Indeks Mas Tubuh) normal 18,5-24,9 kg/m,
Lila 23,5 cm, HB: 11,3 gr/dl, DJJ: 140 x/menit.
Pada pemeriksaan fisik mata tidak anemis, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid dan vena jugularis, tidak ada oedema dan reflek patella positif. Pada palpasi
TFU 24 cm, Leopold I teraba bulat, melenting kemungkinan kepala, Leopold II
sebelah kanan teraba panjang dan memapan kemungkinan punggung janin sebelah
kiri teraba seperti tonjolan kecil seperti ekstremitas, Leopold III bulat tidak
melenting seperti bokong janin,Leopold IV Divergen.

C. Analisa
Diagnosa pada kasus ini yaitu Ny.E Usia 37 Tahun G3P2A0H2 umur
kehamilan 29 minggu 4 hari dengan Ketuban Pecah Dini Preterm. Sesuai dengan
teori Ketuban pecah dini (KPD) atau Premature Rupture of Membrane (PROM)
merupakan keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Namun, apabila
ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu, maka disebut sebagai
ketuban pecah dini pada kehamilan premature atau Preterm Premature Rupture of
Membrane (PPROM).
Pada kasus ini terdapat masalah yang muncul yaitu ibu cemas dengan
keadaannya saat ini. Pada langkah antisipasi masalah potensial, dalam kasus ini
ditemukan adanya masalah potensial yaitu pada ibu infeksi puerparalis/ masa nifas,
partus lama,perdarahan post partum, serta meningkatkan tindakan operatif obstetric
(khususnya SC). Dalam identifikasi kebutuhan segera dalam kasus ini memerlukan
tindakan yang khusus, cepat dan segera untuk menangani ibu agar tidak terjadi
kematian dan pada kasus ini sudah di rencanakan operasi SC untuk terminasi
kehamilan.

19
19

D. Penatalaksanaan
Pada kasus Ny.E Usia 37 Tahun G3P2A0H2 umur kehamilan 29 minggu
4 hari dengan Ketuban Pecah Dini Preterm. Penatalaksaaan yang dilakukan bidan
yaitu:
1. Bidan memberikan KIE mengenai kondisi ibu sekarang mengalami ketuban
pecah dini preterm dimana pada usia kehamilan 29 minggu belum usia
kehamilan yang ideal dan matang dalam melahirkan bayi. Ketuban pecah
premature yaitu pecahnya membrane chorion-amniotik sebelum onset
persalinan dan melampaui usia kehamilan 37 mingguatau disebut juga
Premature Rupture Of Membrane = Prelabour Rupture Of Membrane =
PROM. Ketuban pecah premature pada preterm yaitu pecahnya membrane
Chorion- amniotik sebelum onset persalinan pada usia kehamilan kurang dari
37 minggu atau disebut juga Preterm Premature Rupture Of Membrane =
Preterm Prelabour Rupture Of Membrane (PPROM)
2. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk melakukan USG. Jika
diagnosis ketuban pecah dini belum dapat ditegakkan karena anamnesis dan
pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan mikroskopik, pemeriksaan pH, dan ultrasonografi (USG). Pada
kasus ketuban pecah dini, USG dilakukan untuk mengevaluasi indeks cairan
ketuban.
3. Pada kasus ini kita sebagai bidan juga harus memberikan motivasi dan
semangat pada ibu dan suami serta selalu tegar menghadapi masalah dan ujian
apapun yang sedang dihadapi. Dalam hal agama kita juga dapat berdoa dan
berserah diri kepada Allah SWT untuk di perlancar segala ujian yang sedang
dihadapi ini.
4. Melakukan pemeriksaan darah lengkap. Pemeriksaan darah lengkap adalah tes
darah yang dilakukan untuk mengetahui jumlah sel darah merah, sel darah
putih, dan trombosit dalam tubuh. Jumlah sel darah dapat menggambarkan
kondisi kesehatan, sehingga bisa membantu dokter dalam menentukan
diagnosis dan pengobatan.
20

5. Melakukan kelola intake dan output cairan pasien. Pemasangan infus dilakukan
untuk memperbaiki keadaan umum ibu agar ibu tidak dehidrasi karena cairan
ketuban ibu merember terus. Pemasangan kateter pada ibu dilakukan guna
untuk membantu ibu dalam buang air kecil tidak perlu berjalan karena pada
kondisi ibu saat ini sangat dianjurkan badrest agar air ketuban ibu tidak
semakin banyak keluar.
6. Memberikan KIE pada ibu untuk mulai puasa pada jam 12 malam karena besok
akan dilakukan operasi SC selektif. Karena jika perut dalam kondisi terisi
makanan selama operasi, pasien dapat muntah sementara di bawah pengaruh
bius. Hal ini terjadi karena ketika pasien berada di bawah anestesi, refleks
tubuh akan dihentikan untuk sementara. Kemudian, kombinasi anestesi yang
melumpuhkan tubuh dan intubasi (prosedur memasukkan lubang atau pipa
melalui mulut atau hidung untuk pertukaran udara) akan memungkinkan tubuh
untuk menghirup muntahan dan isi perut ke dalam paru-paru. Hal ini disebut
dengan istilah aspirasi paru. Aspirasi paru ini tidak bisa disepelekan, karena
dapat menyebabkan komplikasi serius seperti infeksi, pneumonia, dan
kesulitan bernapas.
7. Memberikan KIE mengenai KB. Keluarga Berencana adalah usaha untuk
mengukur jumlah dan jarak anak yang di inginkan. Untuk dapat mencapai hal
tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun
menunda kehamilan. Alat kontrasepsi dibagi menjadi dua, yaitu metode MKJP
(Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) dan non MKJP. MKJP adalah metode
kontrasepsi yang sekali pemakaiannya untuk 3 tahun hingga seumur hidup,
sedangkan non MKJP pemakainnya berkisar 1 sampai 3 bulan saja.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kasus ini, kami memahami kasus secara nyata tentang asuhan yang
diberikan pada Asuhan Kebidanan kegawatdaruratan maternal pada Ny. E usia 37
tahun G3P2AB0AH2 usia kehamilan 29 minggu 4 hari dengan ketuban pecah dini
preterm dan curatage emergency atas indikasi retensio plasenta di Rumah Sakit
Soedirman Kebumen berjalan sesuai teori. Selain itu dari penatalaksanaan kasus ini
:
1. Mahasiswa sudah mampu melakukan pengkajian data secara subjektif dan
objektif pada Ny. E. Berdasarkan data yang subjektif dan objektif yang
diperoleh, menunjukkan bahwa Ny.E usia 37 tahun G3P2Ab0AH2 usia
kehamilan 29 minggu 4 hari dengan Ketuban Pecah Dini Preterm dan curatage
emergency atas indikasi retensio.
2. Mahasiswa sudah mampu menentukan diagnosa, masalah, dan kebutuhan
berdasarkan data subjektif dan objektitif pada Ny. E. Setelah mengkaji data
subjektif dan objektif didapatkan diagnosa bahwa Ny.E usia 37 tahun
G3P2Ab0AH2 usia kehamilan 29 minggu 4 hari dengan Ketuban Pecah Dini
Preterm dan curatage emergency atas indikasi retensio di Rumah Sakit
Soedirman Kebumen.
3. Mahasiswa sudah dapat menentukan diagnosa potensial dan masalah potensial,
berdasarkan hasil pengkajian data pada Ny.E usia 37 tahun G3P2Ab0AH2 usia
kehamilan 29 minggu 4 hari dengan Ketuban Pecah Dini Preterm dan curatage
emergency atas indikasi retensio di Rumah Sakit Soedirman Kebumen.
4. Mahasiswa sudah dapat melakukan antisipasi kebutuhan dan tindakan segera
berdasarkan diagnosa potensial yang telah ditetapkan pada kasus Ny.E usia 37
tahun G3P2Ab0 AH2 usia kehamilan 29 minggu 4 hari dengan Ketuban Pecah
Dini Preterm dan curatage emergency atas indikasi retensio di Rumah Sakit
Soedirman Kebumen diperlukannya tindakan segera yaitu terminasi kehamilan
ibu.

21
5. Mahasiswa sudah dapat melakukan asuhan kebidanan berdasarkan rencana
asuhan yang telah disusun. Pada kasus Ny. E asuhan kebidanan yang diberikan
sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
6. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi berdasarkan penatalaksanaan yang telah
dilakukan pada Ny.E usia 37 tahun G3P2Ab0 AH2 usia kehamilan 29 minggu 4
hari dengan Ketuban Pecah Dini Preterm dan curatage emergency atas indikasi
retensio di Rumah Sakit Soedirman Kebumen.
7. Mahasiswa sudah dapat melakukan dokumentasi Ny.E usia 37 tahun
G3P2Ab0AH2 usia kehamilan 29 minggu 4 hari dengan Ketuban Pecah Dini
Preterm dan curatage emergency atas indikasi retensio di Rumah Sakit
Soedirman Kebumen menggunakan metode SOAP.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan teori tentang Kegawat
daruratan maternal dan neonatal terutama Ketuban Pecah Dini Preterm dan
curatage emergency atas indikasi retensio.
2. Bagi Bidan di Rumah Sakit Soedirman
Diharapkan dapat mempertahankan mutu pelayanan dalam memberikan
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Issabella et al. Kegawat Daruratan Maternal Dan Neonatal. (2020).


2. Almeida, C. S. de et al. Bahan Ajar Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan
Maternal Neonatal. Rev. Bras. Linguística Apl. 5, 1689–1699 (2016).
3. Soewarto, S. 2015. Ketuban Pecah Dini. Dalam : Winkjosastro H.,
Saifuddin A.B., dan Rachimhadhi T. (Editor). Ilmu Kebidanan. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal. 677-682.
4. Putri MS, Dewi R. Ketuban Pecah Dini pada Kehamilan Preterm. Lampung:
FK Universitas Lampung. 2018.
5. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran: Ketuban Pecah Dini.
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia: Himpunan Kedokteran
Feto Maternal. 2020.
6. Kusuma AA. Ketuban Pecah Dini dan Peranan Amniopatch dalam
Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini Preterm. Denpasar: FK UNUD/RSUP
Sanglah Denpasar. 2018.
7. Prawiroharjo, Sarwono. 2016. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP.
8. Saifuddin, A.B. 2016. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal.Edisi 2. Cetakan 2. Jakarta: YBP-SP
9. RI, M. K. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2017. BMC Public Health 5, 1–8
(2017).
10. Undang-undang RI. Undang-undang RI No. 4 Tahun 2019. Tentang
Kebidanan 2–4 (2019).
11. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indo-nesia. Pusdatin.Kemenkes.Go.Id
(2022).
LAMPIRAN

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWAT DARURATAN MATERNAL PADA NY. E


USIA 37 TAHUN G3P2AB0AH2 USIA KEHAMILAN 29 MINGGU 4 HARI
DENGAN KETUBAN PECAH DINI PRETERM DAN CURATAGE
EMERGENCY ATAS INDIKASI RETENSIO DI RUMAH SAKIT
SOEDIRMAN KEBUMEN

Hari/Tanggal : Jumat/ 23-02-2024


Pukul : 10.30 WIB
Tempat : Ruangan Bougenvil Rumah Sakit Soedirman Kebumen

A. Data Subjektif
1. Identitas / Biodata :
(Istri) (Suami)
Nama : Ny. E Nama : Tn. M
Umur : 37 Tahun Umur : 37 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Karyawan Swasta
No. HP : 085850993406 No.HP : 085740009117
Alamat : Krajan RT 01 RW 02, Pagedangan, Ambal, Kabupaten
Kebumen

2. Alasan kunjungan ini :


Ny.E pasien transfer internal dari poliklinik kebidanan Rumah Sakit Soedirman
Kebumen
3. Riwayat perkawinan
Kawin 1 kali. Kawin pertama saat umur 27 tahun. Dengan suami sekarang 9
tahun.
4. Riwayat kehamilan
G3P2Ab0 Ah2
Ha Persalinan Nifas
mil Umur Jenis Komplikasi BB
Tgl lahir Penolong JK Laktasi Komplikasi
ke kehamilan Persalinan Ibu Bayi Lahir
1. 2015 Aterm Spontan Bidan Tidak Ada Tidak Ada L 2700 ya tidak ada
2. 2019 Aterm Spontan Bidan Tidak ada Tidak ada P 2600 ya Tidak ada
3. 2024 Hamil Ini

5. Riwayat kotrasepsi yang digunakan

Jenis Mulai memakai Berhenti/Ganti Cara


No Kontrasep
Tanggal Oleh tempat Keluhan Tanggal Oleh Tempat Alasan
si
Suntik
1. 2019 bidan Bidan Tidak Ada - - - -
progestin

6. Riwayat kesehatan
a. Penyakit sistemik yang pernah/sedang diderita
Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit seperti
jantung, asma, hipertensi, diabetes melitus, hepatitis
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga
Ibu mengatakan keluarganya tidak pernah dan tidak sedang menderita
penyakit seperti jantung, asma, hipertensi, diabetes melitus, hepatitis
c. Riwayat penyakit ginekologi
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit seperti kista, myoma
uteri, kanker serviks
7. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Pola Nutrisi Makan Minum
Frekuensi 3-4 kali/hari 7-8 kali/hari
Macam nasi, sayur, lauk, buah air putih, teh
Jumlah 1 piring 1 gelas
Keluhan tidak ada tidak ada
b. Pola Eliminasi BAB BAK
Frekuensi 1 kali/hari 5-6 kali/hari
Warna kuning kecoklatan kuning jernih
Bau khas feses khas urin
Konsisten kadang keras cair
c. Pola aktivitas
Kegiatan sehari-hari : Memasak, merawat anak, membersihkan
rumah
Istirahat/Tidur : Malam 5-7 jam. Siang 1-2 jam
Seksualitas : Frekuensi 1 Kali/Minggu
Keluhan : Tidak Ada

d. Personal Hygiene
1) Kebiasaan mandi 2 kali/hari
2) Kebiasaan membersihkan alat kelamin setelah BAK dan BAB, saat
mandi
3) Kebiasaan mengganti pakaian dalam 2 kali sehari
4) Jenis pakaian dalam yang digunakan katun.

B. Data Objektif (Pemeriksaan Fisik)


1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. Status emosional : Baik
d. Tanda Vital
Tekanan darah : 116/74 mmHg
Nadi : 80 kali /menit
Pernafasan : 20 kali /menit
Suhu : 36,5 ○C
SpO2 : 98%
e. BB sebelum hamil : 43 kg
f. BB sekarang : 48 kg
g. TB : 150 cm
h. IMT : 19,11 kg/m
i. Lila : 23,5 cm
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Kepala : Normal, tidak ada benjolan, rambut bersih, hitam dan tebal,
tidak ada nyeri tekan.
Muka : Muka tidak terlihat pucat, tidak ada pembengkakan dan
tidak ada nyeri tekan dan tidak terdapat cloasma gravidarum.
Mata : Tampak simetris antara kanan dan kiri, konjungtiva tidak
pucat dan sklera tidak kuning
Telinga : Tampak simetris antara kanan dan kiri, tidak terdapat
serumen dan peradangan.
Hidung : Tampak bersih, tidak ada polip dan tidak ada pergerakan
cuping hidung.
Mulut : Bibir tampak tidak pucat, tidak ada sariawan maupun bibir
pecah-pecah dan tidak ada karies pada gigi.
Leher : Tidak ada pembengkakan vena jugularis, kelenjar tyroid
dan kelenjar limfe.
Mammae : Tampak simetris antara kanan dan kiri, tidak ada massa,
terdapat hiperpigmentasi pada areola, putting susu menonjol,
dan tidak ada nyeri tekan.
Perut : Perut tampak membesar, tidak ada bekas luka operasi, tidak
terdapat bekas luka jahitan, dan terdapat linea nigra dan
striae gravidarum.
Genetalia : Tidak dilakukan
Tungkai : Simetris tidak ada oedem, dan tidak ada varises.
b. Palpasi Abdomen
Leopold I : TFU 24 cm, teraba bulat, lunak tidak melenting
kemungkinan bokong janin.
Leopold II : Sebelah kanan teraba seperti panjang, keras, memapan
kemungkinan punggung janin, sebelah kiri terba tonjolan-
tonjolan seperti ekstremitas janin.
Leopold III : Teraba bulat keras dan melenting kemungkinan kepala janin
Leopold IV : Konvergen
c. Auskultasi
DJJ : 140 x/menit
Irama : Teratur

d. Perkusi

Refleks Patella : Kiri / Kanan, (+)/(+)

3. Pemeriksaan penunjang :
1) Hemoglobin ( Hb) : 11,3 gr/dL
2) Gula Darah Sewaktu : 70 mg/dL
3) Golongan Darah :O
4) HbSAG : Non Reaktif

C. Analisa
Diagnosa : Ny.E usia 37 tahun P3A0H3 dengan ketuban pecah dini
preterm
Masalah : Cemas
Diagnosa Potensial : Hipoksia Janin
Masalah potensial : Lemas
Tindakan segera : Pemasangan infus RL, Pemantauan detak jantung janin
serta Kolaborasi dengan dokter Obgyn untuk dilakukan
terminasi kehamilan dengan cara operasi SC

D. Penatalaksanaan
1. Memberikan KIE mengenai kondisi ibu saat ini mengalami ketuban pecah dini
preterm dimana pada usia kehamilan 29 minggu belum termasuk usia
kehamilan yang ideal dan matang dalam melahirkan bayi.
E : Ibu dan suami paham dengan kondisinya saat ini

2. Memberikan ibu dan suami KIE mengenai tindakan atau penanganan yang
akan dilakukan pada ibu yaitu dilakukan rawat inap hari ini dan akan
dilaksanakan operasi SC pada besok harinya serta untuk itu ibu atau suami
harus melakukan tanda tangan inform consent guna untuk menyetujui semua
tindakan yang dilakukan terhadap ibu maupun janin.
E: ibu dan suami paham serta sudah tanda tangan inform consent.

3. Memberikan motivasi dan semangat pada ibu dan suami serta selalu tegar
menghadapi masalah dan ujian apapun yang sedang dihadapi. Dalam hal agama
kita juga dapat berdoa dan berserah diri kepada Allah SWT untuk di perlancar
segala ujian yang sedang dihadapi ini.
E : ibu dan suami paham dan akan berusaha tegar dalam menghadapinya

4. Menginformasikan pada ibu bahwa akan dilakukan pemeriksaan darah


lengkap. Pemeriksaan darah lengkap adalah tes darah yang dilakukan untuk
mengetahui jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit dalam
tubuh. Jumlah sel darah dapat menggambarkan kondisi kesehatan, sehingga
bisa membantu dokter dalam menentukan diagnosis dan pengobatan.
E: Ibu paham dan darah sudah diperiksa.

5. Melakukan kelola intake dan output cairan pasien. Pemasangan infus dilakukan
untuk memperbaiki keadaan umum ibu agar ibu tidak dehidrasi karena cairan
ketuban ibu merember terus. Pemasangan kateter pada ibu dilakukan guna
untuk membantu ibu dalam buang air kecil tidak perlu berjalan karena pada
kondisi ibu saat ini sangat dianjurkan badrest agar air ketuban ibu tidak
semakin banyak keluar.
E: Infus dan kateter sudah terpasang

6. Menganjurkan ibu untuk Bed rest/ tirah baring. Bed rest merupakan kondisi
yang mengharuskan seseorang berbaring atau beristirahat, sehingga ia harus
membatasi aktivitas fisiknya selama beberapa waktu. Guna bed rest pada
pasien yang mengalami ketuban pecah dini yaitu untuk mengurangi gerakan
yang akan menyebabkan pengeluaran air ketuban terus mengalir.
E : Ibu paham dan akan melakukan bed rest

7. Memberikan KIE pada ibu untuk mulai puasa pada jam 12 malam karena besok
akan dilakukan operasi SC selektif. Karena jika perut dalam kondisi terisi
makanan selama operasi, pasien dapat muntah sementara di bawah pengaruh
bius. Hal ini terjadi karena ketika pasien berada di bawah anestesi, refleks
tubuh akan dihentikan untuk sementara. Kemudian, kombinasi anestesi yang
melumpuhkan tubuh dan intubasi (prosedur memasukkan lubang atau pipa
melalui mulut atau hidung untuk pertukaran udara) akan memungkinkan tubuh
untuk menghirup muntahan dan isi perut ke dalam paru-paru. Hal ini disebut
dengan istilah aspirasi paru. Aspirasi paru ini tidak bisa disepelekan, karena
dapat menyebabkan komplikasi serius seperti infeksi, pneumonia, dan
kesulitan bernapas.
E : Ibu paham dan mengerti serta akan melakukan puasa

8. Memberikan KIE mengenai KB. Keluarga Berencana adalah usaha untuk


mengukur jumlah dan jarak anak yang di inginkan. Alat kontrasepsi dibagi
menjadi dua, yaitu metode MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) dan
non MKJP. MKJP adalah metode kontrasepsi yang sekali pemakaiannya untuk
3 tahun hingga seumur hidup, sedangkan non MKJP pemakainnya berkisar 1
sampai 3 bulan saja.
E : Ibu sudah paham dengan KB dan ia ingin menggunakan KB IUD
CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/Tanggal : Sabtu / 24-02-2024


Pukul : 09.00 WIB
Tempat : Ruangan Bougenvil Rumah Sakit Soedirman Kebumen

A. S (Subjektif)
Ibu mengatakan :
1. Nyeri perut bagian bawah.
2. Sedikit pusing dan lemas tetapi pandangan tidak kabur.
3. Sudah BAK dan BAB
4. Masih puasa dari pukul 00.00 WIB
5. Bayinya lahir spontan pukul 04.10 WIB diruangan bersalin

B. O (Objektif)
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. Status emosional : Baik
d. Tanda Vital
Tekanan darah : 118/85 mmHg
Nadi : 90 kali /menit
Pernafasan : 20 kali /menit
Suhu : 36,5 ○C
SpO2 : 98%
e. BB sebelum hamil : 43 kg
f. BB sekarang : 48 kg
g. TB : 150 cm
h. IMT : 19,11 kg/m
i. Lila : 23,5 cm
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Kepala : Normal, tidak ada benjolan, rambut bersih, hitam dan tebal,
tidak ada nyeri tekan.
Muka : Muka tidak terlihat pucat, tidak ada pembengkakan dan
tidak ada nyeri tekan dan tidak terdapat cloasma gravidarum.
Mata : Tampak simetris antara kanan dan kiri, konjungtiva tidak
pucat dan sklera tidak kuning
Telinga : Tampak simetris antara kanan dan kiri, tidak terdapat
serumen dan peradangan.
Hidung : Tampak bersih, tidak ada polip dan tidak ada pergerakan
cuping hidung.
Mulut : Bibir tampak tidak pucat, tidak ada sariawan maupun bibir
pecah-pecah dan tidak ada karies pada gigi.
Leher : Tidak ada pembengkakan vena jugularis, kelenjar tyroid
dan kelenjar limfe.
Mammae : Tampak simetris antara kanan dan kiri, tidak ada massa,
terdapat hiperpigmentasi pada areola, putting susu menonjol,
dan belum ada pengeluaran ASI.
Perut : Fundus 3 jari dibawah pusat, kontraksi keras
Genetalia : Pengeluaran darah dalam batas normal, Lochea Rubra
Tungkai : Simetris tidak ada oedem, dan tidak ada varises.

3. Pemeriksaan penunjang (23-02-2024):


a. Hemoglobin ( Hb) : 11,3 gr/dL
b. Gula Darah Sewaktu : 70 mg/dL
c. Golongan Darah :O
d. HbSAG : Non Reaktif
e. USG : Tampak massa dan tampak sisa plasenta

C. Analisa
Diagnosa :Ny.E usia 37 tahun P3 A0H3 dengan Post Partum Ketuban
Pecah Dini Preterm dan retensio sisa palsenta
Masalah : Ibu lemas dan cemas
Diagnose potensial : Perdarahan postpartum
Tindakan segera : Kolaborasi dengan dokter Obgyn untuk dilakukan curatage

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa pada saat melahirkan plasenta
belum seluruhnya dilahirkan masih ada sisa plasenta yang tertinggal dan
dibuktikan juga dalam pemeriksaan USG ditemukan massa dan tampak sisa
plasenta
E : Ibu mengerti dan paham dengan kondisinya

2. Memberikan KIE pada ibu mengenai dampak dari sisa palsenta


Sisa plasenta adalah dimana suatu bagian dari plasenta (satu atau dua
lobus) tertinggal dalam uterus sehingga uterus tidak dapat berkontraksi secara
efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Eksplorasi cavum uteri
secara manual telah dilakukan tetapi tidak bisa dikeluarkan sehingga akan
dilakukan kuretase sebagai tindakan lanjutan
E : Ibu memahami dan mengerti dengan apa yang dijelaskan.

3. Memberikan ibu KIE mengenai kuret. Kuret atau kuretase adalah prosedur
untuk mengeluarkan jaringan dari dalam rahim. Kuret biasanya diawali dengan
dilatasi, yaitu tindakan untuk melebarkan leher rahim (serviks). Oleh karena
itu, prosedur ini sering kali disebut dilatasi dan kuretase (dilation & curettage).
E : Ibu dan keluarga paham dengan penjelasan yang diberikan

4. Menginformasikan pada ibu dan keluarga untuk melakukan tanda tangan


inform consent untuk dilakukan tindakan terhadap ibu
E : Tn.M telah melakukan Tanda tangan persetujuan

5. Melakukan pemasangan infus RL dengan drip oksitosin 18 tpm


E: infus RL dan drip oksitosin sudah dilakukan
6. Memberikan ibu dan keluarga motivasi agar ibu dan keluarga tetap kuat dan
tegar dalam menghadapi situasinya saat ini dan meyakinkan ibu dan keluarga
bahwa semuanya akan baik-baik saja.
E : ibu dan keluarga mengerti dan akan tetap kuat dan tegar.

7. Memberikan KIE pada ibu dan keluarga untuk tetap puasa sampai selesei
tindakan kuretase.
E : ibu masih puasa sejak 00.00 WIB

8. Melakukan transfer pasien internal ke ruangan IBS untuk melakukan tindakan


kuretase.
E : Pasien sudah di pindahkan.
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal : Minggu/ 25-02-2024
Pukul : 11.00 WIB
Tempat : Ruangan Bougenvil Rumah Sakit Soedirman Kebumen

A. Data Subjektif
Ibu mengatakan:
1. Habis dilakukan tindakan curatage
2. Ibu sudah bisa BAK 2 kali setelah kateter dilepas

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. KU ibu : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Status Emosional Ibu: Stabil
d. TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 87 kali/ menit
P : 22 kali/ menit
S : 36,6o C
SpO2 : 98%
e. Kepala dan leher
Hiperpigmentasi : Tidak ada hiperpigmentasi
Mata : Sklera putih, konjungtiva merah muda,
Mulut : Bersih, tidak ada sariawan
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena
jugularis
f. Payudara
Bentuk : Simetris, tidak ada luka atau kerutan seperti kulit
jeruk
Putting susu : Menonjol, belum ada pengeluaran ASI
Massa/ tumor : Tidak teraba massa
g. Abdomen : TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi uterus keras
h. Pengeluaran darah lochea rubra dalam batas normal
i. Ekstremitas
Oedem : Tidak ada oedem
Varises : Tidak ada varises
j. Anus/ Hemoroid : Tidak terdapat hemoroid.

C. Analisis
Diagnosa :Ny.E usia 37 tahun P3A0H3 dengan post Ketuban Pecah Dini
Preterm dan post curatage EMM atas indikasi retsiplas

D. Penatalaksanaan
1. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga bahwa tindakan curatage sudah
dilakukan dan telah dibersihkan sisa plasenta pada Rahim ibu
E : Ibu dan keluarga paham serta merasa tenang karena sudah tidak ada lagi
sisa palsenta

2. Menginformasikan pada ibu untuk melakukan mobilisasi dini dengan


melakukan miring kiri dan kanan, duduk serta berjalan secara pelan-pelan agar
mempercepat pemulihan ibu.
E: ibu paham dan akan melakukan mobilisasi

3. Memberikan KIE kepada Ibu dan keluarga tentang ASI Eksklusif dan
menganjurkan suami untuk mendampingi dan memberikan dukungan kepada
ibu.
E : ibu akan memberikan ASI ekslusif kepada bayinya dan suami
menyemangati ibu.

4. Memberikan KIE kepada ibu tentang perawatan payudara


Perawatan payudara merupakan suatu tindakan untuk merawat
payudara terutama pada masa nifas untuk memperlancar pengeluaran ASI.
langkah-langkah perawatan payudara yaitu cuci tanagn dengan sabun dan air
mengalir, buka pakaian ibu, letakkan handuk yang telah direndam kedalam air
hangat lalu air dingin secara bergantian kira-kira 5 menit tutuplah payudara
dengan handuk, buka handuk pada daerah payudara dan taruk di pundak,
kompres putting susu dengan menggunakan kapas yang telah diberikan baby
oil selama 3-5 menit lalu bersihkan putting susu serta tariklah putting susu
keluar terutama untuk putting susu yang datar, mengurut payudara dengan sisi
kelingking dari arah pangkal kearah putting susu (pijat bentuk melingkar dan
spiral kearah aerola sebanyak 3-4 kali tiap payudara, membuat gerakan
memutar sambal menekan dari pangkal payudara dan berakhir pada putting
susu pada kedua payudara, dan meletakkan kedua tangan diantara payudara,
mengurut dari tengah ke atas sambil mengangkat kedua payudara dan lepaskan
keduanya perlahan.
E: ibu mengerti dan akan melakukan perawatan payudara

5. Memberitahu ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya yang bertujuan untuk


meningkatkan tenaga ibu serta menunjang produksi ASI. Ibu harus
mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, kalsium, makanan
berserat, buah-buahan serta sayuran hijau yang banyak mengandung zat besi.
E : ibu paham dan akan memenuhi kebutuhan nutrisinya.

6. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan organ genetalianya dengan


membersihkan kemaluan dari depan ke belakang, ganti pembalut minimal 2-3
kali sehari serta gunakan pakaian dalam yang bersih dan kering.
E : ibu paham dan akan melakukan sesuai anjuran bidan

7. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya pada masa nifas yaitu perdarahan
pervaginam yang banyak, keluar cairan berbau dari jalan lahir, demam tinggi,
sakit kepala yang berat, penglihatan kabur, kejang, serta payudara bengkak
kemerahan disertai sakit dan juga menjelaskan pada ibu cara mengetahui baik
tidaknya kontraksi uterus. Hal ini sebagai langkah deteksi perdarahan
postpartum yang dapat diajarkan pada ibu. Apabila terdapat salah satu tanda
bahaya tersebut, ibu harus memberitahu bidan dan apabila ibu sudah pulang
ibu harus datang ke fasilitas kesehatan.
E: Ibu mengerti dan bersedia datang ke fasilitas kesehatan terdekat apabila ada
keluhan.

8. Memberikan terapi sesuai dengan advice dokter DPJP yaitu cefadroxil 2x 500
mg, asam mefenamat 3x 500 mg serta etabion 2x1.
E : ibu akan mengkonsumsi obtanya tepat waktu

9. Melakukan pendokumentasian asuhan yang telah diberikan.


E : Pendokumentasian sudah dilakukan

Anda mungkin juga menyukai