Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KOMPREHENSIF

PRAKTIK KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN


NEONATAL (BD 7008)

Disusun oleh:

DAMAR ASIH PRAMARTANINGTYAS

NIM. P07124523032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES YOGYAKARTA

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Komprehensif

“Asuhan Kebidanan pada Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal pada


Ny E Umur 25 Tahun G2 P1 A0 Umur Kehamilan 37 Minggu 3 Hari dengan
Ketuban Pecah Dini di Puskesmas Sruwohrejo Purworejo”

Oleh:

DAMAR ASIH PRAMARTANINGTYAS

NIM. P07124523032

Menyetujui,

Pembimbing Klinik
Evita Istriana, S.Tr.Keb.,Bdn
NIP. 198608052017042003 (………………………………….)
Pembimbing Akademik
Dr.Heni Puji Wahyuningsih,SSiT,M.Keb
NIP. 197511232002122002 (………………………………….)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Munica Rita Hernayanti, S.SiT,M.Kes


NIP 198005142002122001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif ini, dengan
judul “Asuhan Kebidanan Holistik Pada Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
pada Ny E Umur 25 Tahun G2 P1 A0 Umur Kehamilan 37 Minggu 3 Hari dengan
Ketuban Pecah Dini di Puskesmas Sruwohrejo, Purworejo”. Penulisan Laporan
Komprehensif ini disusun untuk memenuhi tugas Praktik Asuhan Kebidanan
Holistik pada Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
Bersama ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan
hati yang tulus kepada :
1. Dr. Heni Puji Wahyuningsih, S.Si.T, M.Keb. selaku Ketua Jurusan Program
Studi Pendidikan Profesi Bidan yang telah memberikan kesempatan untuk
membuat laporan Laporan Pendahuluan ini.
2. Munica Rita Hernayanti, S.SiT, Bdn, M.Kes. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Profesi Bidan yang telah memberikan kesempatan untuk membuat
Laporan Pendahuluan ini.
3. Dr. Heni Puji Wahyuningsih, S.Si.T, M.Keb . selaku Pembimbing Akademik
yang telah memberi arahan dan bimbingan untuk membuat Laporan
Pendahuluan ini.
4. Evita Istriana, S.Tr.Keb.,Bdn selaku Pembimbing Klinik yang telah memberi
ijin dan bimbingan selama menjalankan praktik klinik di Puskesmas
Sruwohrejo Kabupaten Purworejo.
5. Teman-teman kebidanan yang telah banyak membantu saya dalam
menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, akan tetapi besar
harapan kami semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar belakang......................................................................................... 1
B. Tujuan..................................................................................................... 3
C. Ruang Lingkup....................................................................................... 3
D. Manfaat................................................................................................... 4
BAB II KAJIAN DAN KASUS TEORI..................................................... 5
A. Kajian Masalah Kasus............................................................................ 5
B. Kajian Teori............................................................................................ 6
C. Ketuban Pecah Dini................................................................................ 6
BAB III PEMBAHASAN............................................................................ 18
A. Pengkajian............................................................................................... 18
B. Analisis................................................................................................... 20
C. Pelaksanaan............................................................................................. 21
BAB IV PENUTUP...................................................................................... 25
A. Kesimpulan............................................................................................. 25
B. Saran....................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 26
LAMPIRAN.................................................................................................. 29

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketuban pecah dini atau PROM adalah pecahnya ketuban sebelum
waktunya tanpa disertai tanda inpartu dan setelah 1 jam tetap tidak di ikuti
dengan proses inpartu sebagaimana mestinya. Ketuban pecah dini
didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum kehamilan 37
minggu. Kondisi ini merupakan 2-4% dengan semua persalinan tunggal dan
7-20% pada kehamilan kembar serta berhubungan dengan > 60% persalinan
premature. Ketuban pecah dini berhubungan dengan penyulit kelahiran
prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis yang dapat meningkatkan
angka morbiditas dan mortalitas perinatal.1
Korioamnionitis merupakan infeksi akut pada cairan ketuban, janin
dan selaput korioamnion yang disebabkan terutama oleh bakteri.
Korioamnionitis sering dihubungkan dengan ketuban pecah dini dan
persalinan lama. Korioamnionitis mengakibatkan mortalitas perinatal yang
signifikan, saat ini mencapai 5-25% terutama pada neonatus dengan berat
lahir rendah. Dampak yang dapat terjadi pada janin akibat infeksi ini
diantaranya sepsis, respiratory distress, kejang, perdarahan intraventrikular
dan cedera neurologis. Sedangkan dampak yang dapat terjadi pada ibu
diantaranya sepsis, endometritis pasca persalinan, dan tromboflebitis pelvik.2,3
Pemeriksaan rutin hitung leukosit dapat dilakukan sebagai langkah
awal untuk skrining pada ibu hamil trimester ketiga. Leukositosis dengan
jumlah leukosit lebih dari 15.000/mm3 merupakan salah satu penanda
terjadinya korioamnionitis pada kasus KPD.2
Survei Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2012 (SDKI 2012),
melaporkan wanita yang mengalami komplikasi ketuban pecah dini sebelum
persalinan dialami oleh 15% persalinan. Diantara ibu yang bayinya
meninggal pada umur satu bulan melaporkan 40% komplikasi, termasuk
persalinan lama (28%), KPD (14%) dan perdarahan (9%). Angka Kematian
Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi.4 Data yang diperoleh dari
Kemenkes Indonesia tahun 2015 sebesar 375 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka tersebut masih sangat jauh dari target SDG’s tahun 2037 yaitu 70 per
100.000 kelahiran hidup. Menurut data Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2015, Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 22,23/1000
kelahiran hidup. Angka tersebut masih cukup jauh dari target SDG’s
(Sustainable Development Goals) tahun 2037 sebesar 12 per 1000 kelahiran
hidup.5
Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan kejadian paling sering
sebelum persalinan prematur dan terjadi pada 37-40% kasus.6 Komplikasi
KPD mengarah pada persalinan prematur (37-40%), hal ini tentunya akan
meningkatkan risiko prematuritas dan komplikasi perinatal serta neonatal,
termasuk 1-2% risiko kematian bayi.7 Ketuban pecah dini seringkali
menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan morbiditas dan
mortalitas pada ibu maupun bayi terutama kematian perinatal yang cukup
tiggi. Kematian perinatal yang cukup tinggi antara lain disebabkan karena
kematian akibat kurang bulan dan kejadian infeksi yang meningkat karena
partus tak maju, partu lama, dan partus buatan yang sering dijumpai pada
pengelolaan kasus KPD terutama pada pengelolaan konservatif.6
Diperkirakan 20 persen ibu hamil akan mengalami komplikasi
kebidanan. Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat
diduga sebelumnya, oleh karenanya semua persalinan harus ditolong oleh
tenaga kesehatan agar komplikasi kebidanan dapat segera dideteksi dan
ditangani. Kabupaten/kota dengan persentase penanganan ibu hamil
komplikasi tertinggi adalah Purworejo sebesar 178,9 persen, diikuti
Pekalongan (175,1 persen), dan Temanggung (173,9 persen). Kabupaten/kota
dengan persentase penanganan ibu hamil komplikasi terrendah adalah Kota
Semarang yaitu 26,6 persen, diikuti Kota Salatiga (73,9 persen) dan
Sukoharjo (81,4 persen).8

2
Berdasarkan Laporan Puskesmas Sruwohrejo Purworejo Tahun 2023
menyebutkan jumlah ANC sebanyak 720 orang, persalinan sebanyak 121
orang, ibu nifas sebanyak 121 orang dan bayi baru lahir sebanyak 121 orang.
Dari 720 ibu yang ANC sebanyak 60 yang dirujuk ke RS dengan tanda
bahaya kehamilan, 6 diantaranya dengan KPD. Sedangkan 121 ibu
melahirkan ada sebanyak 21 orang merupakan persalinan dengan komplikasi
sehingga memerlukan rujukan ke Rumah Sakit.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan
kebidanan pada kegawatdaruratan maternal dan neonatal menggunakan
pola pikir manajemen kebidanan untuk mendapatkan luaran yang optimal
bagi kesehatan ibu dan janin.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melaksanakan pengkajian data subyektif pada
kegawatdaruratan maternal dan neonatal.
b. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian data objektif pada
kegawatdaruratan maternal dan neonatal
c. Mahasiswa dapat membuat analisa pada kegawatdaruratan maternal
dan neonatal
d. Mahasiswa dapat melakukan penatalaksanaan pada kegawatdaruratan
maternal dan neonatal.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan komprehensif ini adalah pelaksanaan pelayananan
kesehatan kebidanan yang berfokus pada kegawatdaruratan maternal dan
neonatal.

3
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman secara
langsung, sekaligus penanganan dalam menerapkan ilmu yang diperoleh
selama pendidikan. Selain itu, menambah wawasan dalam menerapkan
asuhan kebidanan pada kegawatdaruratan maternal dan neonatal.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa Profesi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Dapat memahami teori, memperdalam ilmu, dan menerapkan asuhan
yang akan diberikan pada kegawatdaruratan maternal dan neonatal.
b. Bagi Bidan di Puskesmas Sruwohrejo
Laporan komprehensif ini dapat digunakan sebagai acuan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada kegawatdaruratan maternal dan
neonatal.
c. Bagi Pasien
Laporan komprehensif ini diharapkan menambah pengetahuan untuk
perawatan dalam kegawatdaruratan maternal dan neonatal.

4
BAB II
KAJIAN KASUS DAN TEORI

A. Kajian Masalah Kasus


Kasus kegawadaruratan ditemukan pada tanggal 21 Februari 2024 jam
16.00 WIB di Puskesmas Sruwohrejo, Pasien datang untuk memeriksakan
kehamilannya. Pasien atas nama Ny. E, umur 25 tahun. Alamat pasien di
Wonorejo Kulon RT 01, RW 02, Kecamatan Butuh.
Hasil pengkajian pada Ny. E, ibu mengeluh keluar cairan bening dari
jalan lahir sejak jam 09.00 WIB dan belum merasakan kenceng – kenceng.
Ibu mengatakan tadi malam berhubungan seksual dengan suami. Pasien
mengatakan ini merupakan kehamilan yang kedua, umur kehamilannya 9
bulan. HPHT: 3 Juni 2023 HPL: 10 Maret 2024. Ibu mengatakan persalinan
anak pertama juga dengan ketuban pecah terlebih dahulu. Pasien tidak
memiliki riwayat penyakit berat seperti Asma, Jantung, Hepatitis, Hipertensi
maupun TBC. Dalam keluarga pasien maupun suami tidak ada riwayat
penyakit berat seperti asma, jantung, hipertensi, hepatitis maupun TBC.
Hasil pengkajian pada Ny. E didapatkan bahwa pasien merasa cemas
karena air ketuban telah keluar sedangkan ibu belum merasakan kenceng. Ibu
juga khawatir kalau nanti akan bersalin secara induksi lagi diRS. Ny. E
mengatakan bahwa suaminya mempunyai jaminan kesehatan.
Pada data obyektif ditemukan bahwa keadaan umum baik, tanda vital
normal, LILA 27 Cm, palpasi abdominal didapatkan TFU 32 Cm, presentasi
kepala, sudah masuk panggul, DJJ 140 kali permenit dan teratur, his belum
ada. Pemeriksaan dalam didapatkan dinding vagina licin, portio belum ada
pembukaan, mencucu, kepala masih floating, selaput ketuban sulit dinilai, air
ketuban mengalir, lendir darah -. Tes lakmus didapatkan hasil positif serta
tidak ada keputihan.

5
Setelah dilakukan pemeriksaan maka ditegakkan diagnosa kebidanan
yaitu Ny E, 25 tahun, G2 P1 A0 hamil 37 minggu 3 hari, janin hidup, intra
uteri dengan Ketuban Pecah Dini.
Penatalaksanaan terhadap kasus Ny. E adalah memberi konseling
terperinci hasil pemeriksaan, memberikan edukasi tentang komplikasi yang
akan terjadi, memberi dukungan moril agar ibu tidak merasa cemas tentang
keadaannya, memberikan terapi sesuai kebutuhan, melakukan rujukan ke
rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut terkait terapi dan perawatan
kehamilan dengan Ketuban Pecah Dini.

B. Kajian Teori
1. Definisi
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban (amnion dan
korion) tanpa diikuti persalinan pada kehamilan aterm atau pecahnya
ketuban pada kehamilan preterm. Berdasarkan usia kehamilan apabila
keadaan tersebut terjadi pada usia kehamilan ≥ 37 minggu disebut
premature rupture of membrane (PROM), sedangkan jika usia kehamilan
< 37 minggu disebut dengan preterm premature rupture of membrane
(PPROM).28 Ketuban pecah dini terjadi pada 6-20% dari seluruh
kehamilan, dimana kurang lebih dua pertiga dari pasien dengan ketuban
pecah sebelum kehamilan 37 minggu akan bersalin dalam waktu 4 hari dan
kurang lebih 90% akan bersalin dalam waktu satu minggu.2,3

2. Etiologi
Pada kehamilan aterm, kelemahan dari membran janin merupakan
salah satu penyebab terjadinya pecahnya selaput ketuban. Prosedur
pemeriksaan invasif yang dilakukan selama persalinan (amniosintesis,
chorionic villus sampling, fetoskopi, dan sirklase) dapat merusak membran
ketuban, dan menyebabkan pecahnya selaput ketuban, namun hal ini
sangat jarang dilakukan.

6
Terdapat beberapa faktor yang diduga dapat menyebabkan terjadinya
ketuban pecah dini. berdasarkan penelitian terhadap berbagai kasus
ketuban pecah dini, yang menjadi faktor predisposisi adalah: 9
a. Penurunan tensile strength dari selaput ketuban secara generalisata
b. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenden dari vagina. Penelitian menunjukkan infeksi sebagai
penyebab utama ketuban pecah dini.
c. Defek lokal pada selaput ketuban. Defek ini disebabkan oleh trauma
didapat, misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam maupun
amniosintesis.
d. Penurunan kadar kolagen dalam cairan ketuban dan perubahan
struktruk kolagen dalam selaput ketuban, meliputi degradasi dan
apoptosis kolagen
e. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh
karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, kuretase).
f. Tekanan intra uterin yang meningkat secara berlebihan (overdistensi
uterus) misalnya tumor, hidramnion, gemelli.
g. Kelainan letak misalnya lintang, sehingga tidak ada bagian terendah
yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi
tekanan terhadap membran bagian bawah.
h. Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami
ketuban pecah dini kembali. Hal ini karena akibat adanya penurunan
kandungan kolagen dalam membrane sehingga memicu terjadinya
ketuban pecah dini dan pada preterm terutama pada pasien yang
beresiko tinggi karena membran yang menjadi mudah rapuh dan
kandungan kolagen yang semakin menurun pada kehamilan
berikutnya.
i. Keadaan sosial ekonomi yang berhubungan dengan rendahnya
kualitas seperti Chlamydia trachomatis dan Neischeria gonorrhoe.
j. Faktor lain yaitu:
1) Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu

7
2) Faktor multi gravidita, merokok dan perdarahan antepartum
3) Defisiensi gizi dari tembaga dan vitamin C.

3. Patofisiologi
Data dari penelitian in vitro yang telah dilakukan didapatkan bukti
yang menyatakan bahwa infeksi bakteri akan menyebabkan terjadinya
ketuban pecah dini dan persalinan prematur. Invasi bakteri pada rongga
korio desidua akan melepaskan endotoksin dan eksotoksin, mengaktivasi
desidua dan membran janin untuk menghasilkan sejumlah sitokin,
termasuk tumor necrosis factor, interleukin-1, interleukin-1ß, interleukin-
6, interleukin-8, dan granulocyte colony-stimulating factor. Sitokin,
endotoksin, dan eksotoksin merangsang sintesis dan pelepasan
prostaglandin, mengaktifkan neutrophil kemotaksis, infiltrasi, dan aktivasi,
yang memuncak dalam sintesis dan pelepasan matrix metalloproteinases
(MMPs) dan zat bioaktif lainnya. Prostaglandin merangsang kontraksi
uterus sedangkan MMPs menyerang membran korioamnion yang
menyebabkan pecah ketuban. MMPs juga meremodeling kolagen dalam
serviks dan melembutkannya.11,17
Prostaglandin dehidrogenase dalam jaringan korionik
menginaktivasi prostaglandin yang dihasilkan dalam amnion yang
mencegahnya mencapai miometrium dan menyebabkan kontraksi. Infeksi
korionik menurunkan aktivitas dehidrogenase ini yang memungkinkan
peningkatan kuantitas prostaglandin untuk mencapai miometrium.11,12
Pada janin dengan infeksi, peningkatan aktivasi pada hipotalamus
fetus dan produksi corticotropin-releasing hormone (CRH) menyebabkan
meningkatnya sekresi kortikotropin janin, yang kembali meningkatkan
produksi kortisol adrenal fetus. Meningkatnya sekresi kortisol akan
menyebabkan meningkatnya produksi prostaglandin. Ketika fetus
terinfeksi, produksi sitokin fetus meningkat dan waktu persalinan
berkurang. Kontribusi relatif kompartemen maternal dan fetal terhadap
respons peradangan secara keseluruhan belum diketahui.13

8
Penyebab lain Penyebab lain

Ketuban pecah dini

Kontraksi miometrium Kelemahan selaput ketuban

PGE2 dan PGF2α Enzim metalloproteinase,


peroksidase, katepsin B,
katepsin N
Asam arachidonat ↑

IL-1, IL-6, IL-8, TNF


Fosfolipid A2 dan C

Infeksi sistemik Infeksi/ inflamasi kuman aerob/


anarob pada serviks / vagina

Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini 3


Infeksi intrauterin dapat terjadi kronik dan biasanya asimptomatik
hingga persalinan dimulai atau pecah ketuban. Bahkan selama persalinan,
sebagian besar wanita dengan korioamnionitis yang dibuktikan dengan
temuan histologis dan kultur tidak menunjukkan gejala klinis (demam,
leukositosis, uterine tenderness, takikardia ibu, dan takikardia janin) selain
terjadinya ketuban pecah dini.11 Deteksi adanya suatu infeksi intrauterin
dapat dilakukan dengan memeriksa cairan amnion. Pada cairan amnion
wanita dengan infeksi intrauterin maka akan didapatkan kadar glukosa
yang rendah, jumlah sel leukosit yang tinggi, konsentrasi komplemen C3
yang tinggi, dan berbagai sitokin dibandingkan dengan cairan amnion dari
wanita yang tidak terinfeksi. Namun, deteksi bakteri atau pengukuran
sitokin dan komponen lain dalam cairan amnion memerlukan tindakan
amniosintesis.12

9
Prostaglandin akan menstimulasi kontraksi uterus saat metalloprotease
menginvasi membran korioamnion yang akan menyebabkan pecahnya
membran. Metalloprotease juga akan membentuk kolagen di serviks yang
menyebabkan terjadinya perlunakan serviks.13

4. Penegakan Diagnosa
Menegakkan diagnosa KPD secara tepat sangat penting. Karena
diagnose yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti
melahirkan bayi terlalu awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak
ada indikasinya. Sebaliknya diagnose yang negatif palsu berarti akan
membiarkan ibu dan janin mempunyai resiko infeksi yang akan
mengancam kehidupan janin, ibu atau keduanya. Oleh karena itu
diperlukan diagnosa yang cepat dan tepat. Pada pasien hamil yang datang
dengan keluhan “keluar cairan” harus dipikirkan diagnosa KPD. Tujuan
umum diagnosis awal adalah untuk konfirmasi diagnose, menilai keadaan
janin, menentukan apakah pasien dalam keadaan inpartu aktif,
menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi.14
Diagnosa ketuban pecah dini ditegakkan dengan cara :
a. Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang
banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir atau ngepyok. Cairan berbau
khas dan perlu juga diperhatikan warna, keluarnya cairan tersebut
tersebut his belum teratur atau belum ada, dan belum ada pengeluaran
lendir darah.
b. Konfirmasi usia kehamilan
c. Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari
vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak,
pemeriksaan ini akan lebih jelas.
d. Pemeriksaan dengan speculum
Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan
dariorifisium uteri eksternum (OUE), kalau belum juga tampak keluar,

10
fundus uteri ditekan, penderita diminta batuk, megejan atau megadakan
manuvovervalsava, atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak
keluar cairan dariostium uteri dan terkumpul pada fornik anterior.
e. Pemeriksaan Dalam
Didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada
lagi. dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan yang belum
dalam persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam. Karena pada
waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen
bawah rahim dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme
tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen. Pemeriksaan dalam vagina
hanya dilakukan kalau KPD yang sudah dalam persalinan atau yang
dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sedikit mungkin.
Pemeriksaan vaginal (vaginal toucher) harus sangat dibatasi termasuk
untuk pemeriksaaan diagnostik awal:
1) VT sebelum persalinan meningkatkan kejadian infeksi neonatus
dan memperpendek periode laten.
2) Dengan menghindari VT, usaha mempertahankan kehamilan
menjadi semakin lama.34
Pemeriksaan inspekulo harus terlebih dahulu dilakukan meskipun
pasien nampak sudah masuk fase inpartu oleh karena dengan
pemeriksaan inspekulo dapat dilakukan penentuan dilatasi servik. Oleh
karena infeksi intra amniotic subklinis juga sering terjadi dan keadaan
ini adalah merupakan penyebab utama dari morbiditas ibu dan anak,
maka evaluasi gejala dan tanda infeksi pada pasien harus dilakukan
secara teliti. Tanda infeksi yang jelas terdapat pada infeksi lanjut antara
lain demam, takikardi, uterus tegang, getah vagina berbau dan
purulent.14
f. Deteksi infeksi cairan amnion dilakukan dengan amniosentesis
g. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium

11
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa yaitu warna,
konsentrasi, bau dan pH nya. Cairan yang keluar dari
vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine atau secret
vagina. Sekret vagina ibu hamil pH: 4-5, dengan kertas nitrazin
tidak berubah warna, tetap kuning.
a) Tes lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah
menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air
ketuban 7-7.5. Darah dan infeksi vagina dapat meghasilkan tes
yang positif palsu.
b) Mikroskopis (tes pakis) dengan meneteskan air ketuban pada
gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik
menunjukkan gambaran daun pakis.
2) Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban
yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahn pada penderita
oligohidromnion. Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup
banyak macam dan caranya, namun pada umumnya KPD sudah bisa
terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana.

5. Komplikasi
Komplikasi terjadinya Ketuban Pecah Dini antara lain :
a. Persalinan premature
Ketuban Pecah Dini merupakan penyebab pentingnya persalinan
premature dan prematuritas janin. Setelah ketuban pecah biasanya
diikuti dengan persalinan. Pada kasus ketuban pecah dini preterm
biasanya 50% persalinan akan terjadi dalam kurun waktu 24 jam.
b. Infeksi fetal/neonatal
Pada bayi dapat terjadi septicemia, pneumonia, omfalitis.
c. Infeksi maternal

12
Resiko terjadinya ascending infection akan lebih tinggi jika
persalinan dilakukan setelah 24 jam onset pecahnya ketuban. Infeksi
pada ketuban pecah dini preterm lebih tinggi dibandingkan ketuban
pecah dini aterm. Infeksi pada ibu biasanya adalah korioamnionitis,
sementara umumnya, korioamnionitis terjadi sebelum janin terinfeksi.
d. Kompresi tali pusat/ prolapse
Pecahnya ketuban dapat menyebabkan terjadinya oligohidramnion
yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Insiden
prolaps talipusat (cord prolapse) akan meningkat bila dijumpai adanya
malpresentasi. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin
dengan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, semakin
gawat janinnya.
e. Failed induction resulting in cesarean section
f. Pulmonary hypoplasia (early, severeoligohydramnions)
g. Fetal deformation
Ketuban pecah dini yang terjadi pada kehamilan preterm atau aterm
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan yang
disebabkan oleh kompresi muka dan anggota badan janin, serta
hipoplasia pulmonal. Hipoplasia pulmonal janin sangat mengancam
janin, khususnya pada kasus oligohidramnion.14

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini tergantung pada usia kehamilan.
Penanganan berdasarkan usia kehamilan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Penanganan konservatif
Jika dirawat di rumah sakit, maka diberikan:
1) Antibiotik (Ampisilin 4x500 mg atau Eritromisin bila alergi
terhadap Ampisilin) selama 7 hari.
2) Metronidazol 2x500 mg selama 7 hari 14
Jika usia kehamilan:

13
1) <32-34 minggu: Dirawat selama air ketuban masih keluar, atau
sampai air ketuban tidak keluar lagi.
2) 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif:
a) Berikan steroid (deksametason) untuk menginduksi
pematangan paru janin
b) Observasi tanda-tanda infeksi
c) Observasi kesejahteraan janin
d) Terminasi pada saat kehamilan mencapai usia 37 minggu 15
3) 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada tanda-tanda infeksi:
a) Berikan tokolitik (salbutamol).
b) Berikan steroid (dexamethasone) untuk menginduksi
pematangan paru janin.
c) Lakukan induksi setelah 24 jam.
4) 32-37 minggu terdapat infeksi:

a) Berikan steroid
(deksametason)
untuk menginduksi
pematangan paru
b) Berikan steroid
(deksametason)
untuk menginduksi
pematangan paru
a) Antibiotik.
b) Berikan steroid.

14
c) Lakukan induksi persalinan
d) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi
intrauterine)
b. Penanganan aktif
Penanganan aktif dilakukan dengan terminasi kehamilan. Terminasi
kehamilan dipertimbangkan jika resiko dari infeksi jauh lebih besar
dibandingkan dengan resiko prematuritas. Yang juga dipertimbangkan
dalam terminasi kehamilan adalah survivalitas janin, usia ibu, BOH,
IUGR, diabetes, dan sebagainya. Berikut ini adalah hasil studi yang
dapat membantu klinisi dalam membuat keputusan terminasi
kehamilan:
1) Usia kehamilan 20-24 minggu:
Survivalitas janin sangat rendah (<20-25%), resiko infeksi
sangat tinggi, komplikasi jangka panjang sering terjadi, dan
dibutuhkan follow-up yang mahal. Pada usia kehamilan ini
terminasi kehamilan sangat dianjurkan kepada pasangan. 16
2) Usia kehamilan 24-26 minggu
Sebagian besar studi menyarankan manajemen aktif, menentukan
dan memanajemen infeksi, serta mengecek fetal distress.
Jika terdapat gejala klinis dan hasil laboratorium yang
menunjukkan korioamnionitis, maka disarankan untuk
menterminasi kehamilan dengan induksi persalinan. Seksio
sesaria lebih baik dihindari jika memungkinkan, karena tingginya
angka infeksi selama nifas.16
3) Usia kehamilan 26-30 minggu:
Disarankan untuk melakukan observasi dan follow up.
Berikan antibiotik profilaksis dan steroid untuk maturasi paru.
Resiko prematuritas lebih tinggi dibandingkan dengan resiko
infeksi janin/neonatus. Berikan tokolitik jika ibu akan
dipindahkan ke pusat kesehatan lainnya. 16
4) Usia kehamilan 30-36 minggu:

15
Angka survivalitas neonatus sangat tinggi (95%). Disarankan
untuk memberikan steroid untuk maturasi paru. Antibiotik
disarankan jika periode latennya memanjang. Jika diagnosis
infeksi intera uterin ditegakkan pada usia kehamilan ini, lebih
baik memberikan antibiotik terlebih dahulu sebelum induksi
persalinan dibandingkan dengan langsung menterminasi
kehamilan. Pada usia kehamilan ini, persentasi kegagalan induksi
persalinan rendah dan kebutuhan untuk dilakukan seksio sesaria
beserta resiko komplikasi masa nifasnya juga sangat jarang.16
5) Kehamilan ≥37 minggu
Induksi dengan oksitosin. Bila gagal maka dilakukan seksio
sesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 25µg-50µg intravaginal
setiap 6 jam sebanyak maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda
infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan terminasi persalinan. 16

7. Pathway Ketuban Pecah Dini

16
Gambar 1. Pathway Ketuban Pecah Dini
8. Kewenangan Bidan
Kewenangan bidan yang berkaitan dengan perencanaan kehamilan yang
sehat tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 28 tahun 2017.11
a. Pasal 18
Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki
kewenangan untuk memberikan:

1) Pelayanan kesehatan ibu

17
2) Pelayanan kesehatan anak
3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana.
b. Pasal 19
(1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
huruf 1) diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa
persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua
kehamilan.
(2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pelayanan:
a) Konseling pada masa sebelum hamil
b) Antenatal pada kehamilan normal
c) Persalinan normal
d) Ibu nifas normal
e) Ibu menyusui
f) Konseling pada masa antara dua kehamilan.
Selain itu kewenangan bidan terdapat pada Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 yang berisi tentang Pelayanan
Kesehatan Masa Hamil terdapat pada pasal: 12
Pasal 12
(1) Pelayanan Kesehatan Masa Hamil bertujuan untuk memenuhi hak
setiap ibu hamil memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas
sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan
selamat, dan melahirkan bayi yang sehat dan berkualitas.
(2) Pelayanan Kesehatan Masa Hamil sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan sejak terjadinya masa konsepsi hingga sebelum
mulainya proses persalinan
(3) Pelayanan Kesehatan Masa Hamil sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) wajib dilakukan melalui pelayanan antenatal terpadu.

18
(4) Pelayanan antenatal terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
merupakan pelayanan kesehatan komprehensif dan berkualitas yang
dilakukan melalui:
a. Pemberian pelayanan dan konseling kesehatan termasuk stimulasi
dan gizi agar kehamilan berlangsung sehat dan janinnya lahir sehat
dan cerdas
b. Deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan
c. Penyiapan persalinan yang bersih dan aman
d. Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan
jika terjadi penyulit/komplikasi
e. Penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila
diperlukan
f. Melibatkan ibu hamil, suami, dan keluarganya dalam menjaga
kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan
bila terjadi penyulit/komplikasi.

Dalam melaksanakan profesinya bidan memiliki peran sebagai pelaksana yang


mempunyai tugas mandiri yaitu memberi asuhan kebidanan kepada klien selama
kehamilan normal, serta tugas kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan pertolongan
pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan
menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.14

19
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pada kasus ini Ny. E, pasien mengeluh keluar cairan bening dari jalan
lahir sejak jam 09.00 WIB dan belum merasakan kenceng – kenceng. Ibu
mengatakan tadi malam berhubungan seksual dengan suami. Pasien
mengatakan ini merupakan kehamilan yang kedua, umur kehamilannya 9
bulan. HPHT: 3 Juni 2023 HPL: 10 Maret 2024. Ibu mengatakan persalinan
anak pertama juga dengan ketuban pecah terlebih dahulu. Berdasarkan
keluhan yang ibu alami Ny. E mengalami pecah ketuban dini. Ketuban pecah
dini adalah pecahnya selaput ketuban (amnion dan korion) tanpa diikuti
persalinan pada kehamilan aterm atau pecahnya ketuban pada kehamilan
preterm.2
Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami
ketuban pecah dini kembali. Hal ini karena akibat adanya penurunan
kandungan kolagen dalam membrane sehingga memicu terjadinya ketuban
pecah dini dan pada preterm terutama pada pasien yang beresiko tinggi karena
membran yang menjadi mudah rapuh dan kandungan kolagen yang semakin
10
menurun pada kehamilan berikutnya. Begitu pula penelitian yang dilakukan
di Nigeria, India, Mesir, Bangladesh, dan Swedia, penelitian ini juga
mengungkapkan bahwa memiliki riwayat KPD sebelumnya merupakan
penentu penting untuk KPD. Wanita yang sebelumnya pernah mengalami
KPD memiliki peluang 4,7 kali lebih tinggi untuk menjadi kasus KPD
dibandingkan dengan wanita yang bahkan tidak pernah mengalami KPD.26
Handayani (2017) dalam penelitiannya yang berjudul hubungan pola
seksual ibu hamil dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin, menyebutkan bahwa resiko yang dapat
ditimbulkan dari hubungan seksual selama kehamilan salah satunya adalah
Ketuban Pecah Dini bahkan dalam penelitian ini disebutkan bahwa ada

18
hubungan antara pola seksual dengan kejadian ketuban pecah dini dengan
hasil perhitungan faktor risiko menunjukkan besarnya OR adalah 10,286 kali
artinya pola seksual yang tidak tepat akan berisiko 10 kali lebih besar
mengalami ketuban pecah dini (KPD) dibandingkan dengan pola seksual yang
tepat.17
Sementara dr. Boyke (2011) berpendapat frekuensi senggama ibu hamil
sedapat mungkin dihindari pada kehamilan trimester pertama, hal ini di
khawatirkan dapat mengakibatkan kontraksi yang dapat menyebabkan
terjadinya keguguran, dan hubungan seksual juga dihindari pada 14 hari
menjelang persalinan karena dapat menyebabkan terjadinya kontraksi dan
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.18 Menurut jurnal yang diambil
dari Cochrane air mani manusia adalah sumber biologis yang dianggap
mengandung konsentrasi prostaglandin yang tinggi, tindakan hubungan
seksual dalam merangsang persalinan tidak jelas, mungkin sebagian karena
rangsangan fisik segmen bawah rahim, atau pelepasan oksitosin endogen
sebagai akibat dari orgaeme atau daru tindakan langsung dari prostlagandin
dalam air mani. Selanjutnya stimulasi putting susu mungkin menjadi bagian
dari inisiasi.19
Berdasarkan hasil pengkajian data psikologi, Ny. E cemas karena
khawatir akan bersalin secara induksi lagi diRS. Kekhawatiran/kecemasan
pada ibu hamil mempunyai dampak dan pengaruh terhadap fisik/psikis baik
pada ibu maupun janin yang dikandungnya, yang ditandai dengan peningkatan
hormone stress dan dapat menyebabkan kejadian vasokontriksi/ spasme
pembuluh darah, dengan ditandai turunnya aliran darah dari ibu ke janin
sehingga asupan O2, nutrisi juga berkurang.20 Stress yang menimbulkan
masalah kecemasan dapat diatasi dengan mekanisme koping yang baik. 21
Dukungan-dukungan menjadi salah satu hal penting untuk membangun
mekanisme koping tersebut, baik dukungan secara horizontal maupun secara
vertical. Dukungan horizontal dapat diberikan oleh suami, keluarga maupun
tenaga kesehatan. Sedangkan dukungan vertical dapat diwujudkan melalui
kegiatan spiritual untuk memohon pertolongan pada Tuhan Yang Maha Esa.22
19
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan bahwa keluarga Ny. E
menggunakan jaminan kesehatan karena Suami adalah Guru PNS, hal ini
sangat penting manfaatnya untuk persiapan selama hamil dan bersalin. Karena
dengan persiapan jaminan kesehatan berarti keluarga sudah menyiapkan
asuransi kesehatan yang dapat digunakan saat diperlukan dan dapat
mengurangi beban biaya persalinan yang akan datang.
Menurut Walyani (2015), keadaan sosial ekonomi sangat
mempengaruhi kehamilan ibu karena berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan ibu selama kehamilan, antara lain makanan sehat, bahan
persiapan kelahiran, obat-obatan, tenaga kesehatan dan transportasi atau
sarana angkutan. Kehamilan membutuhkan anggaran khusus seperti biaya
antenatal care, makanan bergizi untuk ibu dan janin, pakaian hamil, biaya
persalinan dan kebutuhan bayi setelah lahir.21
Berdasarkan data obyektif ditemukan bahwa keadaan umum baik, tanda
vital normal, LILA 27 Cm, palpasi abdominal TFU 34 Cm, presentasi kepala,
sudah masuk panggul, DJJ 150 kali permenit, teratur. TBJ 3255 gram,
Pemeriksaan dalam : dinding vagina licin, portio belum ada pembukaan,
portio mencucu, kepala sudah masuk panggul, selaput ketuban sulit dinilai, air
ketuban mengalir, lendir darah negatif. Tes lakmus hasil positif, dan tidak ada
keputihan.
Pada hasil pemeriksaan dalam didapatkan cairan ketuban mengalir dan
hasil tes lakmus positif. Menurut Soewarto tes lakmus (tes Nitrazin), jika
kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air
ketuban (alkalis). pH air ketuban 7-7.5. Darah dan infeksi vagina dapat
meghasilkan tes yang positif palsu.25
B. Analisis
Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan
diagnosa Ny. E, 25 tahun G2 P1 A0 hamil 37 minggu 3 hari, janin hidup,
intra uteri dengan Ketuban Pecah Dini. Berdasarkan usia kehamilan apabila
keadaan tersebut terjadi pada usia kehamilan ≥ 37 minggu disebut Premature

20
Rupture Of Membrane (PROM), sedangkan jika usia kehamilan < 37 minggu
disebut dengan Preterm Premature Rupture Of Membrane (PPROM).18
Masalah yang timbul pada Ny. E adalah kecemasan pada pasien
terhadap keadaannya dan bayinya. Dari masalah yang timbul maka kebutuhan
yang diberikan yaitu dorongan moral dan KIE tentang ketuban pecah dini.
Ketuban pecah dini (KPD) dapat meningkatkan kecemasan yang disebabkan
karena rasa takut dan sakit yang dapat meningkatkan pengeluaran adrenalin
penyebab dari kecemasan. Hasil penelitian menemukan bahwa sebagian besar
ibu bersalin dengan KPD memiliki tingkat kecemasan yang cukup tinggi.
Penelitian ini dapat di jadikan pengarahan atau penyuluhan terhadap ibu yang
akan mengalami persalinan mengenai pentingnya meningkatkan pengetahuan
secara dini tentang kehamilan dan persalinan.20
Pada kasus ini diagnosa potensial yang mungkin timbul dari Ketuban
Pecah Dini yaitu Korioamnionitis. Korioamnionitis merupakan infeksi akut
pada cairan ketuban, janin dan selaput korioamnion yang disebabkan
terutama oleh bakteri. Korioamnionitis sering dihubungkan dengan ketuban
pecah dini dan persalinan lama.. Dampak yang dapat terjadi pada janin akibat
infeksi ini diantaranya sepsis, respiratory distress, kejang, perdarahan
intraventrikular dan cedera neurologis. Sedangkan dampak yang dapat terjadi
pada ibu diantaranya sepsis, endometritis pasca persalinan, dan tromboflebitis
pelvik.2,3

C. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada kasus ini dilakukan secara menyeluruh dari
sesuai dengan rencana asuhan yaitu memberi konseling terperinci tentang
hasil pemeriksaan bahwa hasil pemeriksaan ibu mengalami ketuban pecah
pada kehamilan kurang bulan. Memberikan edukasi tentang komplikasi yang
akan terjadi. Menurut Soewarto komplikasi yang terjadi pada kasus Ketuban
Pecah Dini yaitu persalinan premature, infeksi fetal/neonatal, infeksi
maternal, kompresi tali pusat/ prolapse, failed induction resulting in cesarean

21
section, pulmonary hypoplasia (early, severe oligohydramnions), dan fetal
deformation.25
Memberi dukungan moril agar ibu tidak cemas tentang keadaanya.
Kecemasan tersebut disebabkan karena adanya perasaan khawatir jika
terjadi kecacatan terhadap janinnya, masalah dalam persalinan, ketakutan
terhadap rasa nyeri.27 Penelitian Istikhomah dan Suryani (2014) bahwa
pendampingan suami pada kunjungan ANC mampu menurunkan tingkat
kecemasan pada ibu hamil.28 Upaya non farmakologis yang bertujuan
meningkatkan kemampuan adaptasi pada ibu selama kehamilan dapat berupa
terapi perilaku kognitif (CBT), relaksasi, dan terapi kesadaran yang
diindikasikan untuk kasus kecemasan ringan. Sedangkan kasus kecemasan
sedang hingga berat memerlukan penanganan kombinasi baik farmakologis
maupun non farmakologis.28
Memberikan terapi sesuai kebutuhan yaitu memberikan obat
Amoxcilin 500 mg 1 tablet sebagai antibiotik profilaksis. Menurut Soewarto
untuk penanganan terapi konservatif pada kasus Ketuban Pecah Dini
pemberian antibiotik (Ampisilin 4x500 mg atau Eritromisin bila alergi
terhadap Ampisilin) selama 7 hari.14
Melakukan rujukan ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut
terkait terapi dan perawatan kehamilan dengan Ketuban Pecah Dini, menurut
kewenangan bidan yang berkaitan dengan perencanaan kehamilan yang sehat
tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28
tahun 2017.28 Pada pasal 19 ayat (2) tentang antenatal pada kehamilan normal
danpada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun
2014 yang berisi tentang Pelayanan Kesehatan Masa Hamil terdapat pada
pasal :29 12 ayat (4) point d yang berbunyi perencanaan antisipasi dan
persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi.
Dalam melaksanakan profesinya bidan memiliki peran sebagai
pelaksana yang mempunyai tugas mandiri yaitu memberi asuhan kebidanan
kepada klien selama kehamilan normal, serta tugas kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain yaitu memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko
22
tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi dengan menerapkan manajemen kebidanan pada setiap
asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan
keluarga.29

23
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam kasus ini, saya memahami kasus secara nyata tentang asuhan
yang diberikan pada kasus kehamilan. Asuhan kebidanan yang diberikan pada
Ny. E di Puskesmas Sruwohrejo Purworejo berjalan sesuai teori. Dari Asuhan
kebidanan pada kasus ini kami dapat kami simpulkan:
1. Pada asuhan kebidanan pada Ny. E dilakukan pengkajian data subyektif,
sehingga dapat disimpulkan pasien mengalami Ketuban Pecah Dini.
2. Pada asuhan kebidanan pada Ny. E telah dilakukan pengkajian data
objekti sehingga dketahui keadaan ibu dan janin baik, serta diperoleh
data penunjang pada kasus Ketuban Pecah Dini.
3. Pada asuhan kebidanan pada Ny. E dapat dianalisis sehingga dapat
ditegakkan diagnosa Ny. E, 25 tahun G2 P1 A0 hamil 37 minggu 3 hari, janin
hidup, intra uteri dengan Ketuban Pecah Dini.
4. Asuhan kebidanan Ny. E dengan melaksanakan penatalaksanaan untuk
menangani kasus kehamilan dengan Ketuban Pecah Dini yaitu dengan
menjelaskan hasil pemeriksaan, menjelaskan tentang komplikasi yang
akan dialami, memberikan KIE dan dukungan moril, memberikan terapi
yang sesuai, melakukan rujukan ke rumah sakit, serta menganjurkan ibu
untuk tirah baring.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa Profesi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Diharapkan mahasiswa lebih memperdalam tentang teori tentang
kegawatdaruratan maternal dan neonatal agar asuhan kebidanan yang
diberikan tepat sesuai kasus berdasarkan evidence based.
2. Bagi Bidan Pelaksana di Puskesmas Sruwohrejo
Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kebidanan khususnya dalam
penatalaksanaan dalam kegawatdaruratan maternal dan neonatal sehingga

24
dapat mencegah komplikasi yang terjadi dengan pendekatan yang lebih
intensif dan terjalin komunikasi yang efektif.
3. Bagi Pasien
Diharapkan pasien kegawatdaruratan maternal dan neonatal bisa tertangani
dengan baik, persalinan lancar serta ibu dan bayi dalam keadaan sehat.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan RI. 2014. Pusat data dan informasi kesehatan RI.
Jakarta: Kemenkes RI;
2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
Williams Obstetrics 24th. New York: McGraw-Hill Companies Inc. 2015:
193-4.
3. Parry S, Strauss JF. Premature rupture of the fetal membrane. New Engl J
Med 2008;338 (10):663-70.
4. Carey J.C., Gibbs R.S. 2008. Preterm labor and post-term delivery. In
Gibbs R.S., Karlan B.Y., Haney A.F.: Danforth's Obstetric and
Gynecology. 10th ed. United State of America : Lippincott Williams &
Wilkins Publishers.
5. Wang Y, Wang LH, Chen J, Sun JX. 2016. Clinical and prognostic value
of combined measurement of cytokines and vascular cell adhesion
molecule-1 in premature rupture of membranes. International Journal of
Gynecology and Obstetrics. 132(1) : 85-88.
6. Chong JK, Romero R, Juan PK, Wonsuk Y, Zhong D. The frequency,
clinical significance, and pathological features of chronic
chorioamnionitis: a lesion associated with spontaneous preterm birth.
Department of Pathology Johns Hopkins Hospital: USA. 2010:23:1000-
1011.
7. Redline RW. Inflammatory response in acute chorioamnionitis. Seminar
in Fetal & Neonatal med. 2012;17:20-5.
8. Hackenhaar AA, Albernaz EP, Fonseca TMV Da. 2014. Preterm
Premature Rupture of The Fetal Membranes: Association With
Sociodemographic Factors and Maternal Genitourinary Infections. J
Pediatr (Rio J);90:197–202.
9. Soewarto, S (2010). Ketuban pecah dini. Dalam: Prawirohardjo, S. Ilmu
kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta : Penerbit PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, pp ; 677-681.
10. Lee SE, Romero R, Kim CJ, Shim SS, Yoon BH. 2009. Funisitis in term
pregnancy is associated with microbial invasion of the amniotic cavity
and intra-amniotic inflammation. The Journal of Maternal-Fetal &
Neonatal Medicine. 19(11):693-697.
11. s. Preterm Premature Rupture of the Membrane. Matweb Network .2001.
12. Handayani, L. Amelia R, Sumarni W. (2017) Hubungan Pola Seksual Ibu
Hamil Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini (Kpd) Di Rsud Dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin. Jurnal Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No 1 Juli
2018. Diakses melalui file:///D:/Master/Downloads/227-366-1SM
%20(2).pdf.
13. Nofita, R., & Simanjuntak, B. (2018). Korelasi Aktivitas Seksual Pada Ibu
Hamil Dengan Resiko Kontraksi Di 3 Wilayah Puskesmas Tangerang
Selatan. Indonesian Journal of Midwifery (IJM), 1(2), 65–72.
https://doi.org/10.35473/ijm.v1i2.102.

26
14. Kelly, A. J., Kavanagh, J., & Thomas, J. (2001). Relaxin for cervical
ripening and induction of labour. Cochrane Database of Systematic
Reviews. https://doi.org/10.1002/14651858.cd003103.
15. Azisyah, A., Wahyuni, S., & Distinarista, H. (2019). Hubungan antara
Kejadian Ketuban Pecah Dini ( KPD ) dengan Tingkat Kecemasan pada
Ibu Hamil di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Relationship
Between the Event of Premature Rupture of Membrane ( KPD ) with an
Level of Anxiety in Pregnant Women in Is. April, 1–8.
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/kimukes/article/download/7941/3602
.Nursalam.(2017).Metodologi Ilmu Keperawatan (4th ed). Jakarta :Penerbit
Salemba Medika.
16. Walyani, dan E. Purwoastuti. 2015. Ilmu Obstet dan Ginekologi Bagi
Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Baru
17. Subakti, Yazid, Anggraini,& Rizki D.(2007). Ensiklopedia Calon Ibu.
Jakarta : Qultum Media.
18. Sakinah, I. (2019). Gambaran Ketepatan Prediksi Berat Badan Bayi Lahir
Dengan Perhitungan Taksiran Berat Badan Janin Berdasarkan Posisi
Pengukuran Tinggi Fundus Uteri Yang Berbeda Description of Accuracy
in Prediction of Birth Weight Babies by Calculating Estimated Fetal Wei.
Oksitosin: Jurnal Ilmiah Kebidanan, 6(2), 73–83.
19. Deeluea, J., Sirichotiyakul, S., Weerakiet, S., Arora, R., & Patumanond, J.
(2013). Fundal Height Growth Curve for Underweight and Overweight
and Obese Pregnant Women in Thai Population. ISRN Obstetrics and
Gynecology, 2013, 1–8. https://doi.org/10.1155/2013/657692.
20. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2016. Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran Ketuban Pecah Dini. Jakarta: POGI.
21. Pharande P, Abdel-Latif ME, Bajuk B,et al. Preterm infant outcomes in
relation to the gestational age of onset and duration of prelabour rupture of
membranes: a retrospective cohort study. BMJ Paediatrics Open
2017;1:e000216. doi:10.1136/ bmjpo-2017-000216
22. Yolanda D, Ariadi A, Lipoeto NI. (2015). Perbedaan Kadar C-Reactive
Protein Serum Ibu pada Kehamilan Aterm Ketuban Pecah Dini dan
Kehamilan Normal. JKA 2015;4.
23. Istikhomah, H., & Suryani, E. (2014). Hubungan Antara Pendampingan
Suami Pada Kunjungan Anc Dengan Tingkat Kecemasan Pada Ibu Hamil
Trimester Iii Di Bpm Wayan Witri Maguwoharjo, Sleman. Jurnal
Kebidanan Indonesia: Journal of Indonesia Midwifery, 5(2).
https://jurnal.stikesmus.ac.id/index.php/J KebIn/article/view/90.
24. Misri S, Abizadeh J, Sanders S, Swift E. (2015). Perinatal generalized
anxiety disorder: assessment and treatment. J Womens Health 24:762-70.
25. Widhi,Endah. dkk. 2016. Konsep Kebidanan Dan Etikolegal Dalam
Praktik Kebidanan. Pusdik SDM Kesehatan Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan SDM Kesehatan.
26. Aklilu Habte, Samuel Dessu, Kaleegziabher Lukas, Determinants of
Premature Rupture of Membranes Among Pregnant Women Admitted to

27
Public Hospitals in Southern Ethiopia, 2020: A Hospital-Based Case–
Control Stud, International Journal of Women’s Health 2021:13 613–626

28
Lampiran
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
Jalan Mangkuyudan MJ III/374 Yogyakarta 55143 Telp (0274) 374331

ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA KEHAMILAN PADA NY. E,


UMUR 25 TAHUN, G2P1A0 HAMIL 37 MINGGU 3 HARI
DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI PUSKESMAS SRUWOHREJO,
PURWOREJO

HARI/TANGGAL : Rabu, 21 Februari 2024


A. Data Subyektif
1. Biodata
Ibu Suami
Nama : Ny. E Nama : Tn. A
Umur : 25 tahun Umur : 28 tahun
Pendidikan : SMU Pendidikan : S1
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :Guru PNS
Alamat : Wonorejo Kulon RT 01 RW 02, Butuh, Purworejo

2. Keluhan utama
Ibu mengeluh keluar cairan bening tiba-tiba dari jalan lahir jam
09.00 WIB, dan belum merasakan kenceng – kenceng, tadi malam
berhubungan seksual dengan suami. Ibu merasa cemas jika harus
bersalin secara induksi lagi di RS. Ibu mengatakan persalinan anak
pertama juga dengan ketuban pecah terlebih dahulu.

3. Riwayat Haid
Siklus haid 28 hari, teratur, lama 6-7 hari, dismenorea tidak ada,
keputihan tidak ada.
29
HPHT: 3 Juni 2023 HPL : 10 Maret 2024, umur kehamilan: 37
minggu 3 hari
4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Kehamilan
G2P1A0 hamil 37 minggu 3 hari
Tempat periksa hamil: bidan dan Puskesmas
Trimester 1: 2 kali
Trimester 2: 4 kali
Trimester 3: 2 kali
Dapat obat: tablet tambah darah, kalsium
Imunisasi 3 kali, TT1: tanggal 3/7/2022, TT2: tanggal 3/8/2022
TT 3: 3/2/2023
b. Riwayat Persalinan dan Nifas yang lalu
Anak 1 lahir tahun 2018, jenis kelamin laki-laki, BBL 3100
gram, PB 49 cm, persalinan dengan cara induksi, penolong
Bidan, tempat persalinan di RS, dirujuk oleh bidan karena air
ketuban pecah dini, tidak ada komplikasi selama persalinan
dan nifas.
5. Riwayat KB
Sebelum hamil ibu menggunakan KB Suntik sejak melahirkan
anak pertama
6. Riwayat Penyakit
Pasien tidak pernah menderita penyakit Asma, Hepatitis, TBC,
Jantung, Hipertensi.
7. Pola Nutrisi
Makan Minum
Frekuensi 3x sehari 6-7 x/ hari
Jenis Nasi, sayur, lauk Air putih dan susu
Banyak 1 porsi 1gelas setiap minum
Keluhan Tidak ada Tidak ada

30
8. Pola Istirahat
Tidur siang 1-2 jam, tidur malam 6-8 jam/ hari.
9. Riwayat Psikososial
Pasien merasa cemas jika nanti harus bersalin lagi secara induksi
diRS.
10. Riwayat sosial ekonomi
Suami seorang Guru PNS dengan pendapatan >Rp.3.000.000,00
Pasien memiliki jaminan kesehatan.
B. Data Obyektif
Keadaan Umum : Baik
Vital Sign : Tensi 110/70 mmHg
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan sekarang : 65 kg
Berat Badan sebelum hamil : 49 kg
Kenaikan BB : 16 kg
IMT sebelum hamil : 25 kg/m2
LILA : 24,5 cm
Konjungtiva : merah muda
Sklera : putih
Palpasi:
Leopold 1: TFU 3 jari dibawah px, teraba lunak tidak melenting (bokong)
Leopold 2: teraba punggung kanan
Leopold 3: teraba kepala
Leopold 4: kepala sudah masuk PAP, devergen
TFU: 32 Cm
TBJ: (32-11)x 155 gr = 3255 gram
DJJ: 150 x/menit, teratur
His (-),
Pemeriksaan inspekulo: dinding vagina licin, portio belum ada
pembukaan, portio mencucu, kepala, selaput ketuban sulit dinilai, air
ketuban mengalir, lendir darah –
31
Tes lakmus: positif
C. Analisa
Ny.E, G2P1A0 usia 25 tahun hamil 37 minggu 3 hari, janin tunggal,
hidup, intrauterin, puka, kepala sudah masuk panggul dengan Ketuban
Pecah Dini.
Masalah kecemasan
Kebutuhan khusus dorongan moral dan KIE tentang persalinan dengan
ketuban pecah dini.
Diagnosa potensial terjadi korioamnionitis
D. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada pasien bahwa pemeriksaan tanda
vital normal. Hasil pengkajian data subjektif keluar cairan bening dari
vagina, dan dari hasil pemeriksaan dalam air ketuban mengalir serta tes
lakmus positif. Dalam hal ini pasien mengalami ketuban pecah dini.
Pasien mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
2. Menjelaskan tentang komplikasi yang kemungkinan nantinya akan
dialami yaitu infeksi fetal/neonatal, infeksi maternal, kompresi tali
pusat/ prolapse, failed induction resulting in cesarean section,
pulmonary hypoplasia, dan fetal deformation.
Pasien mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
3. Memberikan dukungan psikososial dalam bentuk konseling agar dapat
mengatasi kecemasan yang ibu alami. Saat ini kondisi ibu dan janin
dalam keadaan baik. Bahwa nanti diRS tindakan dokter adalah yang
terbaik untuk ibu dan bayi.
4. Memberikan terapi obat antibiotik profilaksis Amoxcilin 500mg 1
tablet
Pasien bersedia meminum obatnya.
5. Memberikan edukasi untuk dilakukan rujukan ke Rumah Sakit, karena
keadaan ibu memerlukan pemantauan di Rumah Sakit untuk diberikan
terapi lebih lanjut dan USG oleh dokter.
Ibu bersedia dirujuk ke Rumah Sakit didampingi suami dan bidan.
32
6. Melanjutkan pemantauan kondisi ibu dengan via WA
Ibu telah dirujuk keRS, dan oleh dokter dilakukan tindakan induksi
persalinan, ibu dan bayi tidak mengalami komplikasi

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Mahasiswa

(Dr. Heni Puji Wahyuningsih,S.Si.T,M.Keb) (Evita Istriana,S.Tr.Keb.,Bdn) (Damar Asih P)

33

Anda mungkin juga menyukai