Disusun untuk Memenuhi Tugas Dokter Muda di SMF Obsterik dan Ginekologi
RSSA Malang
OLEH:
2017
1
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh:
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
3.1 Identitas............................................................................................................
3.2 Subyektif...........................................................................................................
3.5 Asessment..........................................................................................................
3.6 Planning............................................................................................................
3.7 Outcome............................................................................................................
BAB IV PERMASALAHAN.................................................................................
3
6.1 Kesimpulan ......................................................................................................
6.2 Saran.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
Persalinan preterm terjadi karena kemajuan persalinan spontan atau adanya
indikasi intervensi medis. Persalinan preterm spontan disebabkan oleh infeksi (intra
atau ekstrauterin), kehamilan multipel, solusio plasenta, gangguan hormonal dan
faktor-faktor lainnya. Sedangkan sebagian besar penyebab lainnya adalah idiopatik
(Agrawal and Hirsch, 2012). Agar dapat mengetahui kemungkinan terjadinya
persalinan prematur, harus dimengerti beberapa kondisi yang dapat menimbulkan
kontraksi yang nantinya dapat menyebabkan persalinan prematur atau indikasi
intervensi medis yang menyebabkan dokter terpaksa mengakhiri kehamilan pada saat
kehamilan belum cukup bulan (Saifuddin dkk, 2014).
Oleh sebab itu sangat diperlukan pengetahuan dan pemahaman patofisiologi,
permasalahan, pencegahan, dan pengelolaan persalinan preterm untuk mencegah
terjadinya peningkatan morbiditas dan mortalitas pada kehamilan. Berdasarkan uraian
latar belakang tersebut maka diperlukan pelaporan kasus dari pasien kelahiran preterm
yang dirawat di Rumah Sakit Saiful Anwar.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
6
3. Mampu menjelaskan faktor predisposisi dan penyebab persalinan
preterm, serta skrining terhadapa pasien berisiko terjadinya persalinan
preterm.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Perubahan desidua
Terdapat juga berbagai faktor kondisi lain saat kehamilan yang berisiko
persalinan preterm, yaitu:
Pada Janin dan plasenta
1. Perdarahan trimester awal
8
3. Ketuban pecah dini
6. Kehamilan ganda/gemeli
7. Polihidramnion
Pada Ibu
1. Penyakit berat pada ibu (penyakit jantung, ginjal atau paru yang berat)
2. Diabetes mellitus
3. Preeklampsia/hipertensi
8. Inkompetensi serviks
10. Trauma
13. Obesitas
9
beberapa tes seperti fetal fibronectin, USG transvaginal untuk mengukur panjang
serviks. Tes fetal firbonectin berguna dalam skrining pada usia kehamilan 24 36
minggu. Hasil tes negatif menandakan pasien diprediksi 99,5% tidak partus secara
spontan, sedangkan ibu dengan hasil positif 13-30% diprediksi akan melahirkan
premature pada 7 hari berikutnya. Pada minggu ke 32 kehamilan dilakukakn
pengukuran serviks secara berurutan >25 mm, >15mm, <5mm panjang serviks adalah
1%, 4%, 78% dibandingkan dengan kemungkinan kelahiran prematur (Catenbury
Maternity Guideline, 2014). Sedangkan menurut Prawirohardjo (2014), jila dijumpai
serviks pendek (<1cm) disertai dengan pembukaan yang merupakan tanda serviks
matang/ inkompetensi serviks, mepunyai risiko terjadi persalinan preterm 3-4 kali.
Beberapa indikator dapat dipakai untuk memprediksi terjadinya persalinan preterm
menurut Prawirohardjo (2014) sebagai berikut:
- Indikator klinik
Indikator klinik yang dapat dijumpai seperti timbulnya kontraksi dan
pemendekan serviks(secara manual maupun ultrasonografi). Terjadinya
ketuban pecah dini juga memprediksi akan terjadinya persalinan preterm.
- Indikator laboratorik
Beberapa indikator laboratorik yang bermakna antara lain adalah: jumlah
leukosit dalam air ketuban (20/ml atau lebih), pemeriksaan CRP 0,7 mg/ml),
dan pemeriksaan leukosit dalam serum ibu ( > 13.000 ml).
- Indikator biokimia
Fibronektin janin: peningkatan kadar fibronektin janin pada vagina,
servik dan air ketuban memberikan indikasi adanya gangguan pada
hubungan antara korion dan desidua. Pada kehamilan 24 minggu atau
lebih, kadar fibronektin janin 50 ng/ml atau lebih mengindikasikan risiko
persalinan preterm.
Sitokin inflamasi (IL-8, IL-6, dan TNF alfa) telah diteliti sebagai mediator
dalam sintesis prostaglandin
10
Isofrenin plasenta: pada keadaan tidak hamil isoferinin sebesar 10U/ml,
kadarnya akan meningkat dan pucaknya pada trimester akhir hingga 54,8
53 U/ml. Penurunan dalam serum berisiko persalinan preterm.
3. Perdarahan bercak
11
Tabel 2.1 Komplikasi Imaturitas Sistem Organ
12
Tokolisis
o Optimalisasi personel
13
o Obat -mimetik: terbutalin, ritrodin, isoksuprin, dan salbutamol, dapat
menunda kelahiran hingga 48 jam disbanding placebo, tetapi memiliki
efek samping lebih kecil.
o Sulfas magnesikus: jarang dipakai karena efek samping pada ibu ataupun
janin, kurang efektif untuk menunda kelahiran, walaupun dikatakan dapat
mengurangi kejadian cerebral palsy.
Kortikosteroid
Diberikan jika usia kehamilan <35 minggu untuk pematangan paru janin,
menurunkan insiden RDS, mencegah perdarahan intraventrikuler, yang akhirnya
menurunkan angka kematian neonatus. Pemberiannya tidak diulang karena dapat
menyebabkan IUGR (pertumbuhan janin terhambat). Pemberian siklus tunggal:
Antibiotik
Diberikan apabila persalinan berisiko terkena infeksi (KPD) atau pada ibu
hamil yang sering timbul gejala infeksi traktus genitalia atas. Obat oral yang
dianjurkan antara lain:
o Klindamisin
14
Tidak dianjurkan pemakaian co-amoksiklaf berisiko terjadi NEC.
Cara Persalinan
15
dan kematian fetus. Penentuan zigositas menjadi suatu hal yang sangat penting untuk
dilakukan setelah kehamilan multifetal ditegakkan.
Evaluasi menggunakan ultrasonografi (USG) sangat membantu dalam
menentukan zigositas. Visualisasi septum tebal dari amnion-korion menunjukkan
adanya kembar dizigot, ditunjukkan lewat adanya gambaran inverted V atau peak
pada dasar septum. Sebaliknya, kembar monozigot memiliki membran pemisah yang
sangat tipis. Hasil temuan ini tidak bersifat definitif dalam menentukan plasenta,
karena pemisahan embrio pada saat awal secara infrekuen bisa menyebabkan kembar
diskorion, disamnion dengan plasenta masing-masing terpisah. Untuk itu, diagnosis
definitif zigositas membutuhkan pemeriksaan plasenta setelah kelahiran.
16
2.8.1 Kembar Siam (Conjoined Twins)
Kembar siam terjadi ketika pembelahan embrio terjadi sangat
terlambat (13 hari setelah embryonic disc telah terbentuk), sehingga terbentuk
kembar siam. Angka kejadian kembar siam adalah 1 dari 70.000 kehamilan.
Kembar siam dapat diklasifikasikan menurut lokasi anatomik dari pemisahan
tidak sempurna, yaitu thorakofagus (anterior), pigofagus (posterior),
craniofagus (sefalik), atau ischiofagus (caudal). Mayoritas kembar siam adalah
thorakofagus. Kelahiran kembar siam sering membutuhkan sectio cesarean.
Saat postnatal, kembar siam mayoritas memiliki prognosis yang baik dalam
banyak kasus. Hal ini ditunjang dengan kemajuan teknologi yang
memungkinkan pemetaan organ yang menyatu pada kembar siam dan
suksesnya operasi pemisahan.
17
oligohidramnion, dan restriksi pertumbuhan pada fetus donor, serta
hipovolemia, hidramnion, hiperviskositas, trombosis, hipertensi, kardiomegali,
polisitemia, edema, dan gagal jantung kongestif pada fetus resipien. Kedua
fetus memiliki risiko kematian sebagai akibat dari gangguan sirkulasi, dan
kehamilan ini memiliki predisposisi menjadi persalinan prematur diakibatkan
distensi uterus dengan hidramnion.
Sindrom ini didiagnosis menggunakan ultrasonografi. Secara tipikal,
fetus donor memiliki ukuran lebih kecil, oligohidramnion, tidak punya
kandung kemih, dan anemia. Fetus resipien memiliki ukuran tubuh lebih besar,
polihidramnion, kardiomegali, dan ascites atau hidrops. Twin-Twin
Transfusion Syndrome yang tidak ditangani memiliki prognosis buruk dengan
angka perkiraan hidup 50% bagi fetus. sehingga terapi amniosentesis serial
dengan pengurangan cairan dari kantung fetus resipien, atau fotokoagulasi
anastomosis pembuluh menggunakan laser pada permukaan plasenta sering
dilakukan.
18
tromboplastin ke dalam siklus maternal. Pada kasus tersebut, kadar platelet
maternal dan fibrinogen harus dicek tiap minggu untuk mengidentifikasi
kemungkinan abnormalitas koagulasi. Fetus yang mati akan direabsorbsi
apabila kematian terjadi sebelum 12 minggu kehamilan. Melebihi waktu ini,
fetus akan mengecil dan menipis (fetus papyraceus).
19
prematur. Panjang cervix kurang dari 25mm pada 24-28 minggu kehamilan
sangat terkait dengan risiko kelahiran prematur 2x lipat. Intervensi untuk
memperpanjang usia kehamilan kembar, seperti bedrest, monitoring aktivitas
uterine berkala, masuk rumah sakit, dan pemberian progesteron pervaginal
untuk profilaksis sudah dilakukan, tetapi tidak menunjukkan hasil dalam
memperpanjang usia kehamilan sehingga terapi di atas dikombinasikan sesuai
dengan kebutuhan pasien.
Kehamilan kembar memiliki risiko stillbirth dan restriksi pertumbuhan
lebih tinggi dari kehamilan tunggal, sehingga kondisi fetus perlu dipastikan
tiap minggu menggunakan Non-Stress Test atau pengukuran profil biofisik
mulai dari 36 minggu ke depan. Perlu dipastikan juga apakah ada komplikasi
seperti restriksi pertumbuhan intrauterin (IUGR), hipertensi, atau
polihidramnion. Pengukuran arteri umbilikalis menggunakan Doppler sangat
membantu dalam menentukan waktu kelahiran untuk mencegah kematian fetus
karena IUGR. CST (Contraction Stress Test) tidak boleh dilakukan, karena
kehamilan tersebut sudah memiliki predisposisi untuk persalinan prematur.
2.10.2 Intrapartum
Penanganan pada kelahiran prematur membutuhkan pendekatan
tersendiri. Kontraindikasi relatif terhadap tokolitik dalam kehamilan meliputi
umur gestasional 34 minggu atau lebih, gagalnya pertumbuhan 1 atau lebih
fetus, dengan memikirkan status fetus pada monitoring biofisik, dan pre-
eklampsia. Penggunaan tokolisis dikombinasi dengan terapi kortikosteroid
akan berakibat pada overload volume maternal dan gagal jantung kongestif.
Pada kasus kembar monoamnion, persalinan caesarean biasanya dilakukan
pada minggu 34-36, karena adanya peningkatan risiko plasenta saling terikat.
Presentasi terbanyak pada kehamilan kembar adalah kepala-kepala
(50%), diikuti presentasi kepala-sungsang, sungsang-kepala, dan sungsang-
sungsang. Presentasi kepala-kepala pada kehamilan kembar bisa ditangani
seperti persalinan kehamilan normal. Kedua denyut jantung janin harus
dimonitoring secara berkala selama persalinan. Oksitosin bisa digunakan
untuk menangani kontraksi hipotonik. Setelah persalinan fetus pertama,
plasenta dijepit dan dipotong, tetapi sampel darah belum diambil untuk
20
menghindari potensi perdarahan dari fetus yang belum lahir lewat anastomosis
vaskular plasenta. Pemeriksaan vagina dilakukan untuk mengecek presentasi
dan penurunan fetus kedua. Jika fetus kedua masih dalam presentasi kepala,
kemungkinan persalinan secara spontan cukup tinggi. Forceps atau vakum bisa
digunakan untuk membantu persalinan presentasi kepala janin kedua.
Dibutuhkan monitoring denyut jantung fetus secarahati-hati karena fetus
kedua memiliki peningkatan risiko untuk terjadi prolaps plasenta, abruptio
plasenta, dan malpresentasi.
Presentasi lain, seperti sungsang-kepala dan sungsang-sungsang
biasanya ditangani dengan sectio cesarean dikarenakan adanya peningkatan
risiko trauma pada fetus presentasi sungsang. Pemilihan jenis metode
persalinan normal atau cesarean sangat ditentukan oleh kemampuan operator
serta informed consent pada ibu. Meskipun tidak ada bukti yang mendukung
persalinan cesarean lebih baik dibanding persalinan normal pada kasus ini,
kesulitan untuk melahirkan fetus kedua yang sungsang bisa berakibat pada
prolaps plasenta, distosia, cedera leher, dan asfiksia. Oleh karena itu, cesarean
lebih sering dipilih, kecuali operator bisa menangani masalah tersebut.
Setelah persalinan fetus kedua, sampel darah plasenta bisa diambil dan
plasenta dilahirkan. Tonus uterus harus dimonitoring secara hati-hati setelah
kelahiran plasenta, karena insidensi atonia uteri dan perdarahan meningkat
pada kehamilan multifetal.
2.10.3 Outcome
Rata-rata mortalitas perinatal yang tinggi pada kelahiran kembar
diakibatkan oleh prematuritas dan anomali kongenital. Asfiksia dalam
persalinan juga berperan dalam hal ini. Dibandingkan dengan kehamilan
tunggal, kematian dari komplikasi akibat trauma persalinan (rute pervaginam
atau seksio cesarea) memiliki angka 4x lebih besar pada riwayat kehamilan
kembar yang kedua dan 2x lebih besar pada riwayat kehamilan kembar yang
pertama. Anomali kongenital dan stillbirth menyumbang 1/3 rerata mortalitas
perinatal. Stillbirth terjadi 2x lebih banyak pada kehamilan kembar dibanding
kehamilan tunggal. Perdarahan cerebral, asfixia, dan anoxia menyumbang 1/10
dari rerata mortalitas perinatal.
21
Kehamilan kembar mengalami peningkatan sampai 4x lipat dalam
cerebral palsy. Peningkatan morbiditas pada kehamilan multifetal berkaitan
dengan abnormalitas plasenta dan anatomik, dan trauma terkait dengan
persalinan. Berat badan lahir rendah, prematur, dan IUGR menjadi
predisposisi pada kerusakan otak permanen. Pada periode postnatal, rata-rata
bayi kembar lebih pendek dan ringan dbanding bayi tunggal.
Prematuritas meningkat seiring dengan peningkatan jumlah fetus. Rata-rata
usia kehamilan adalah 33 minggu untuk triplet dan 29 minggu untuk
kuadruplet, dengan rata-rata berat bayi masing-masing 1818gr dan 1395gr.
Secara teori, persalinan dengan fetus lebih dari 2 bisa mengikuti teori
persalinan untuk kehamilan kembar 2, tetapi kebanyakan persalinan diakhiri
dengan seksio cesarea untuk mengurangi risiko morbiditas pada kehamilan
yang sangat prematur. Rata-rata mortalitas perinatal untuk kehamilan triplet
dan kuadruplet adalah 50-100 dari 1000 angka kehamilan, 2x dari kehamilan
kembar.
22
yang dikandung dan peningkatan volume plasma tersebut akan semakin
meningkat pada hamil kembar. Volume plasma akan berkurang setelah minggu
ke 34 kehamilan.
Saat kadar haemoglobin kurang dari 6-7 g/dL, tbuh ibu akan memicu
terjadinya kegagalan cardiac output yang tinggi yang akan mengakibatkan
efek besar pada ibu dan juga janin. Sedangkan jika anemia pada kehamilan
dengan kadar 8-10 g/dLakan menimbulkan risiko yang lebih kecil pada ibu
tetapi dapat menyebabkan risiko yang bermakna pada janin. Anemia juga
seringkali dikaitkan dengan kelahiran premature. Anemia pada kehamilan juga
dapat menyebabkan kematian janin, BBLR, dan kelainan abnormal pada janin.
23
dan konsentrasi Hb atau hematokrit yang menurun. Pada kehamilan,
kehilangan zat besi terjadi akibat terjadi pengalihan besi maternal ke janin
untuk eritropoesis.
Nutritional
Iron deficiency
Megaloblastic anemia Folate
deficiency Cobalamin
deficiency
Aplastic
Secondary to chronic systemic disease
Hemolytic
Acquired
Associated with preeclampsia (HELLP syndrome)
Autoimmune
Congenital
Thalassemias
Sickle cell anemia and related hemoglobinopathies
Pemberian suplementasi besi setiap hari pada ibu hamil sampai minggu
ke 28 kehamilan pada ibu hamil yang belum mendapat besi menurunkan
prevalensi anemia dan BBLR. Pemberian supementasi beso elemental pada
dosis 50 mg berkaitan dengan hipertensi maternal yang lebih tinggi daripada
control. Jika anemia dikarenakan defisiensi asam folat maka berikan folat secara
24
oral sebanyak 1 sampai 5 mg per hari. Pada dosis 1 mg anemia umumnya dapat
dikoreksi meskipun pasien mengalami malabsorbsi.
BAB III
URAIAN KASUS
3.1 Identitas
No register : 10805xxx
Nama : Ny. AN
Umur : 20 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status : Kawin
Lama menikah: 1 tahun
Suami : Tn. MM
Umur : 28 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : S2
Pekerjaan : Dosen
Alamat : Dusun Krajan RT 1/ RW 2 Grogol, GondangWetan, kab. Pasuruan
Tgl MRS : 1 Mei 2017
3.2 Subyektif
Ny. AN / 20 tahun / menikah 1x1 tahun / G1P0000Ab000 / KB (-) /
HPHT: 23 Agustus 2016 34-36 minggu / TP: 30 Mei 2017
3.2.1 Keluhan Utama
Kenceng-kenceng
3.2.2 Perjalanan Penyakit
25
Pada tanggal 1 Mei 2017 pukul 16.00 pasien mengeluh kenceng
kenceng, tetapi tetap di rumah.
Pada tanggal 1 Mei 2017 pukul 18.00 pasien mengeluh kenceng
kenceng semakin sering sehingga pasien pergi ke bidan.
Oleh bidan disarankan untuk rujuk ke RSSA karena
pasien hamil kembar. Keluarga berunding.
Pada tanggal 1 Mei 2017 pukul 19.00 pasien berangkat ke RSSA.
Riwayat coitus (-), riwayat keputihan (+), bau (-), gatal (-),
kekuningan (+) sejak 1 minggu yang lalu, tidak berobat.
Riwayat kencing anyang anyangen 1 minggu yang lalu.
26
Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit menahun,
menurun, dan atau menular.
3.3 Obyektif
Status generalis
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : Compos mentis, GCS 456
Berat Badan : 71 kg
Tinggi Badan : 152 cm
BMI : 30,7 kg/m2
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 85 x/menit, reguler
Laju Pernafasan : 18 X/menit
Tax : 36oC
Trect : 36oC
Kepala dan leher : Anemis -/-, icterus -/-, pembesaran KGB (-)
Thorax : Rongga dada simetris, retraksi (-)
C/ S1S2 tunggal, murmur (-)
P/ v v Rh - - Wh - -
vv -- --
vv -- --
Abdomen : TFU 38 cm letak janin bujur UU, DJJ 132/135 x/menit, TBJ
2265/2265 gr, His (+) 10.2.10 , scar (-)
VT : Pembukaan diameter 2 cm, eff 75%, Hodge I, ketuban (+),
presentasi kepala, denominator sutura sagitalis melintang,
UPD dalam batas normal.
27
Ekstremitas : Akral hangat, edema - -, anemia - -
28
Epitel 1,2 /LPK 3
Silinder 0,00 /LPK
- Hialin - /LPK 2
- Berbutir - /LPK Negatif
- Lain-lain - /LPK
40 X
Eritrosit 0,6 /LPB 3
- Eumorfik - %
- Dismorfik - %
Leukosit 0,4 /LPB 5
Kristal - /LPB
Bakteri 81,8 x 103/mL 93 x 103/mL
Lain-lain -
29
- Deselerasi : (-)
- Kesimpulan : kategori 1
Bayi 2:
- Baseline : 140x/menit
- Variability : 5 20x/menit
- Akselerasi : (+)
- Deselerasi : (-)
- Kesimpulan : kategori 1
30
Trombosit 188 103/L 142-424
3.5 Assessment
G1P0000Ab000 gr 34 36 minggu G/H/H
(+) Partus prematurus imminens
(+) Presentasi kepala letak kepala
(+) Anemia
(+) Post induksi maturasi paru
3.6 Planning
PDx : USG FM, kultur urin cervix jam kerja
PTx :
- Pro perawatan konservatif
- Injeksi gentamycin 2 x 80mg
- Tokolitik kaltrofen supp II
- P.O asam mefenamat 3 x 1
- P.O isoxsuprine 3 x 1
- P.O roborantia 1 x 1
- Transfusi PRC 2 lb/hr sd Hb10, premed kaltrofen supp II
Pmo : Observasi TTV, his, DJJ, tanda-tanda inpartu
Ped : KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) pasien dan keluarga tentang:
31
- Kondisi pasien
- Prosedur tindakan medis yang akan dilakukan
- Efek samping dan komplikasi dari tindakan yang dilakukan
- Prognosis
Tindakan
Sectio Secarea
KALA II / Bayi 1
Tanggal : 5/5/2017 Pukul 13.53
Cara Kelahiran : SCTP
Indikasi : Partus prematurus imminens + presentasi kepala letak
kepala + post induksi maturasi paru
Berat : 2396 gr
Panjang : 47 cm
Hidup, Perempuan
AS : 7-9
Kelainan Kongenital (-)
KALA II / Bayi 2
Tanggal : 5/5/2017 Pukul 13.55
Cara Kelahiran : SCTP
Indikasi : Partus prematurus imminens + presentasi kepala letak kepala
+ post induksi maturasi paru
Berat : 2226 gr
Panjang : 48 cm
Hidup, Perempuan
AS : 7-9
KALA III
Tanggal : 5/5/2017 Pukul 13.57
Cara plasenta lahir : Tarikan ringan
Indikasi : Kala III
PLASENTA
lengkap, sikatrik (-), kalsifikasi (-)
32
Tali pusat 50 cm
PERINEUM
Episiotomi (-), robekan jalan lahir (-)
3.7 Outcome
Bayi pertama lahir dengan jenis kelamin perempuan pada tanggal 5 Mei 2017, pukul
13.53 dengan cara SCTP atas indikasi PPI + gemeli. Berat bayi 2396 gr, panjang 47
cm, dengan Apgar Score pada menit pertama 7 dan pada menit kedua 9. Kelainan
kongenital (-)
Bayi kedua lahir dengan jenis kelamin perempuan pada tanggal 5 Mei 2017, pukul
13.55 dengan cara SCTP atas indikasi PPI + gemeli. Berat bayi 2226 gr, panjang 48
cm, dengan Apgar Score pada menit pertama 7 dan pada menit kedua 9. Kelainan
kongenital (-)
33
BAB IV
PERMASALAHAN
34
BAB V
PEMBAHASAN
35
memiliki berat badan 71 kg dan tinggi badan 152 cm, sehingga didapatkan indeks
massa tubuh sebesar 30,7 kg/m2. Pasien mengaku memeriksakan kehamilan setiap
bulan, karena memiliki akses mudah mencapai bidan terdekat dan menuruti anjuran
bidan untuk memeriksakan kehamilan ke spesialis kandungan. Dari hasil pemeriksaan
setiap bulan, pasien mengaku tidak ada keluhan perdarahan, keluar cairan dari jalan
lahir, serta hasil pemeriksaan menggunakan ultrasonografi tidak menunjukkan
kelainan pada kedua janin pasien.
5.2 Diagnosis
Diagnosis dari kasus ini didapat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis, didapatkan pasien berusia 20 tahun,
dengan status obstetri G1P0000Ab000 dan umur kehamilan sekitar 34-36 minggu datang
ke RSSA dengan keluhan kenceng-kenceng. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan
keadaan umum cukup dengan kesadaran compos mentis, GCS 456. Pasien memiliki
berat badan 71 kg dengan tinggi badan 152 cm, BMI sebesar 30,7 kg/m 2, sehingga
pasien dikategorikan dalam obesitas. Pada kepala, leher, thoraks, dan ekstremitas
tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan tinggi fundus 38
cm dengan His (+) 10.2.10. Pada pemeriksaan VT, didapatkan pembukaan dengan
diameter 2 cm dan eff 75%. Dari hasil pemeriksaan penunjang hematologi, didapatkan
hemogoblin sebesar 7,20 g/dL dan hematokrit 24,10%. Hasil tersebut menandakan
adanuya anemia dalam kehamilan.
Dapat disimpulkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang, pasien didiagnosis ancaman persalinan preterm dengan kehamilan gemeli
dan anemia dalam kehamilan, karena pasien datang dengan keluhan kenceng-kenceng
(His + 10.2.10), penipisan 75%, serta terjadi pada usia kehamilan 34-36 minggu (<37
minggu). Kehamilan gemeli ditegakkan lewat pemeriksaan sonografik yang telah
dilakukan oleh spesialis kandungan sewaktu pasien mengecek kehamilannya. Anemia
ditemukan pada pemeriksaan penunjang hematologi dengan hemogoblin 7,20 g/dL
(<10 g/gL) dan hematokrit 24,10% (<33%).
5.3 Tatalaksana
Tatalaksana pada kehamilan preterm bergantung pada beberapa faktor, yaitu
keadaan selaput ketuban (persalinan tidak dihambat apabila selaput ketuban sudah
36
pecah), pembukaan serviks (persalinan terjadi apabila pembukaan mencapai 4 cm),
umur kehamilan (persalinan dipertimbangkan apabila TBJ > 2.000 gr atau kehamilan
> 34 minggu), penyebab/komplikasi persalinan preterm, serta kemampuan neonatal
intensuve care facilities. Pada pasien ini, selaput ketuban belum pecah, pembukaan
belum mencapai 4cm, dan umur kehamilan > 34 minggu serta TBJ > 2.000 gr. Oleh
karena itu, penatalaksanaan awal pada pasien ini bertujuan untuk menghambat
persalinan dan meningkatkan neonatal outcomes.
Tokolisis diberikan pada persalinan preterm dengan alasan mencegah
mortalitas dan morbiditas pada bayi prematur dan memberi kesempatan bagi terapi
kortikosteroid untuk menstimulir surfaktan paru janin. Beberapa macam obat bisa
digunakan untuk tokolisis, seperti nifedipin dan sulfas magnesikus. Pasien ini
mendapat terapi kaltrofen secara supositoria sebanyak 2 buah dan isoxsuprine secara
peroral 1 x 3 sebagai tokolitik dan bedrest untuk menghambat proses persalinan
preterm.
Antibiotik hanya diberikan bilamana kehamilan mengandung risiko terjadinya
infeksi, misalnya pada kasus ketuban pecah dini. Obat pilihan yang bisa diberikan
adalah eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari atau ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari.
Pasien ini mendapat terapi injeksi gentamycin 2 x 80 mg.
Pada kelahiran gemeli, tatalaksana terbagi menjadi antepartum dan
intrapartum. Penanganan intensif antepartum ditujukan untuk memperpanjang usia
kehamilan dan meningkatkan berat janin, supaya risiko morbiditas dan mortalitas
perinatal turun. Pada trimester 1 dan 2 (antara 16-22 minggu), pasien wajib kontrol
tiap 2 minggu untuk pemeriksaan panjang servix menggunakan ultrasonografi.
Kecukupan diet maternal dinilai dari peningkatan rata-rata kebutuhan kalori, besi,
vitamin, dan folat. Pada trimester 3, pencegahan prematuritas sangat penting.
Intervensi untuk memperpanjang usia kehamilan kembar, seperti bedrest, monitoring
aktivitas uterine berkala, masuk rumah sakit, dan pemberian progesteron pervaginal
untuk profilaksis sudah dilakukan, tetapi tidak menunjukkan hasil dalam
memperpanjang usia kehamilan sehingga terapi di atas dikombinasikan sesuai dengan
kebutuhan pasien. Pasien mengaku sudah kontrol kehamilan tiap bulan ke bidan dan
spesialis kandungan. Pasien menjalani pemeriksaan ultrasonografi di spesialis
kandungan.
Tatalaksana intrapartum kehamilan gemeli merupakan metode persalinan yang
akan dipilih. Presentasi terbanyak pada kehamilan kembar adalah kepala-kepala
37
(50%), diikuti presentasi kepala-sungsang, sungsang-kepala, dan sungsang-sungsang.
Presentasi kepala-kepala pada kehamilan kembar bisa ditangani seperti persalinan
kehamilan normal. Kedua denyut jantung janin harus dimonitoring secara berkala
selama persalinan. Presentasi lain, seperti sungsang-kepala dan sungsang-sungsang
biasanya ditangani dengan sectio cesarean dikarenakan adanya peningkatan risiko
trauma pada fetus presentasi sungsang. Pemilihan jenis metode persalinan normal atau
cesarean sangat ditentukan oleh kemampuan operator serta informed consent pada
ibu. Pada pasien ini dilakukan persalinan secara SCTP.
Pemberian suplementasi besi setiap hari pada ibu hamil sampai minggu ke 28
kehamilan pada ibu hamil yang belum mendapat besi menurunkan prevalensi anemia
dan BBLR. Pemberian supementasi beso elemental pada dosis 50 mg berkaitan
dengan hipertensi maternal yang lebih tinggi daripada control. Jika anemia
dikarenakan defisiensi asam folat maka berikan folat secara oral sebanyak 1 sampai 5
mg per hari. Pada dosis 1 mg anemia umumnya dapat dikoreksi meskipun pasien
mengalami malabsorbsi.
5.4 Komplikasi
Kelahiran prematur adalah penyebab langsung kematian bayi yang paling
umum. Kelahiran prematur dan usia gestasi yang masih muda, merupakan alasan
untuk berat badan lahir rendah (BBLR), juga merupakan penyebab tidak langsung
yang penting dari kematian neonatal. Persalinan prematur dan gangguan pertumbuhan
janin mungkin disebabkan oleh kondisi yang mempengaruhi bayi di dalam rahim,
yaitu cacat lahir dan infeksi. Cacat lahir adalah kondisi kesehatan yang dimiliki bayi
saat lahir. Cacat lahir mengubah bentuk atau fungsi satu atau lebih bagian tubuh.
Mereka dapat menyebabkan masalah dalam kesehatan secara keseluruhan, bagaimana
tubuh berkembang. Hal ini mungkin membatasi perkembangan bayi di rahim, yang
dapat menyebabkan kelahiran dengan berat lahir rendah. Bayi dengan cacat lahir lebih
mungkin terjadi daripada bayi tanpa cacat lahir yang lahir prematur. Infeksi tertentu
pada bayi dapat memperlambat pertumbuhan rahim dan menyebabkan cacat lahir.
Penyebabnya antara lain cytomegalovirus, rubella, cacar air dan toxoplasmosis.
Bayi dengan berat lahir rendah lebih cenderung untuk memiliki masalah
kesehatan dibandingkan bayi dengan berat badan normal. Beberapa bayi memerlukan
perawatan khusus di unit perawatan intensif bayi yang baru lahir (NICU) untuk
38
mengobati masalah medis seperti: RDS, IVH, PDA, NEC, dan ROP. Sindrom distres
pernafasan (RDS) biasa terjadi pada bayi yang lahir < 34 minggu kehamilan. Bayi
dengan RDS tidak memiliki protein yang disebut surfaktan di alveoli paru-paru.
Pengobatan dengan surfaktan membantu bayi-bayi ini bernafas lebih mudah. Bayi
dengan RDS juga membutuhkan oksigen dan bantuan pernafasan (jika dibutuhkan).
Perdarahan di otak (disebut juga intraventricular hemorrhage atau IVH dapat
mempengaruhi bayi prematur dengan berat lahir rendah, biasanya dalam 3 hari
pertama kehidupan. Darah otak dapat didiagnosis dengan USG. Sebagian besar
perdarahan otak ringan dapat memperbaiki diri tanpa masalah sedikit pun. Perdarahan
otak yang lebih parah dapat menyebabkan tekanan pada otak yang bisa menyebabkan
cairan menumpuk di otak. Hal ini bisa menyebabkan kerusakan otak. Patent ductus
arteriosus (PDA) adalah masalah jantung yang umum bagi bayi prematur. Dalam
keadaan normal, duktus akan menutup setelah lahir. Diagnosis menggunakan tes
seperti USG untuk memeriksa PDA. Enterocolitis necrotizing (NEC) biasanya
berkembang 2 sampai 3 minggu atau lebih setelah kelahiran. Dapat berbahaya bagi
bayi karena dapat menyebabkan masalah makan, pembengkakan di perut dan
komplikasi lainnya. Retinopati prematuritas (ROP) mempengaruhi pembuluh darah di
mata. Banyak pada bayi yang lahir < 32 minggu kehamilan.
39
BAB VI
5.1 Kesimpulan
Persalinan preterm merupakan hal umum yang masih sering ditemukan pada
ibu hamil. Kontrol kehamilan (Antenatal Care) wajib dilakukan untuk melihat apakah
ada penyulit dalam kehamilan gemeli. Penegakan diagnosis yang baik melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang dapat membantu pemilihan tatalaksana.
Tatalaksana yang cepat dan tepat dapat mencegah komplikasi penyakit serta kematian
ibu dan anak.
5.2 Saran
1. Pentingnya KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) tentang pentingnya
ANC untuk monitoring perkembangan ibu dan janin dan perencanaan tatalaksana
yang efektif apabila terjadi persalinan preterm.
2. Pentingya KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) pada pasien yang
mempunyai faktor risiko yang tinggi atau penyuluhan pada ibu hamil tentang
persalinan preterm beserta faktor penyulit yang mungkin terjadi (kelahiran gemeli,
anemia, penyakit jantung atau paru, dsb).
40
DAFTAR PUSTAKA
Hacker, N.F., Gambone, J.C. & Hobel, C.J. 2016. Hacker & Moores Essentials of
Obstetrics & Gynecology 6th Edition. Philadelphia: Elsevier, pp: 170-177.
Heng Yujing J., Liong Stella, Permezel Michael, Rice Gregory E., Di Quinzio Megan
K. W., Georgiou Harry M. Human cervicovaginal fluid biomarkers to predict
term and preterm labor. Front. Physiol. 2015. 6: 151.
Saxena, R. 2013. Evidence Based Color Atlas of Obstetrics & Gynecology. New
Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher, pp: 176-190.
World Health Organization. Born Too Soon: The Global Action Report on Preterm
Birth. 2012.
41