Anda di halaman 1dari 41

GANGGUAN PADA MASALAH KEHAMILAN

KETUBAN PECAH DINI

Di susun oleh

Kelompok 5

1. Anindita Fitria Dewi (P27220019004)

2. Esta Alesiana (P27220019020)

3. Mukti Muharam Triman P (P27220019035)

PRODI DIII JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah, dan
karunia-Nya berupa pengetahuan dan kesempatan penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah “Ketuban Pecah Dini” guna memenuhi tugas mata kuliah Maternitas.

Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Ibu Sri
Lestari Dwi Astuti, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku dosen maternitas yang senantiasa memberikan
masukan kepada penulis dalam penyusunan makalah ini. Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak guna
penyusunan makalah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, 21 Agustus 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………….. i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………..……… 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………….... 1
C. Tujuan ……………………………………..…………………..... 1
BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi dan klasifikasi …………………………………………


B. Etiologi ………………………………………………………….
C. Manifestasiklinis ………………………………………………...
D. Pemeriksaan Penunjang …………………………………………
E. Pathway…………………………………………………………..
F. Penatalaksanaan …………………………………………………
G. Komplikasi……………………………………………………….
H. Penatalaksanaan komplikasi ……………………………………

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Asuhan Keperawatan……………………………………………

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………………….
B. Saran…………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Pada sistem reproduksi terdapat masalah-masalah kesehatan yang dapat menjadi

penyulit dalam persalinan, antara lain adalah kelainan letak kehamilan, kehamilan ganda,

hiperemesis gravidarum dan termasuk ketuban pecah dini. Salah satu dari masalah

reproduksi yang dapat berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan adalah ketuban

pecah dini (KPD). Yang sampai saat ini masih banyak ditemukan dikalangan masyarakat

yang mana kejadian tersebut mendekati 10% dari semua persalinan.

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2010, memperkirakan

angka kematian Ibu lebih dari 300-400/100.000 kelahiran hidup, yang disebabkan oleh

perdarahan 28%, ketuban pecah dini 20%, eklampsia 12%, abortus 13%, partus lama

18%, dan penyebab lainnya 2%. Angka kematian Ibu di Indonesia masih yang tertinggi di

ASEAN, yaitu 230/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Negara-negara lain seperti

Vietnam 130/100.000 kelahiran hidup, Filipina 200/100.000 kelahiran hidup, Malaysia

41/100.000 kelahiran hidup, Singapura 15/100.000 kelahiran hidup.

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda

persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalinan. Ketuban pecah

dini  merupakan penyebab terbesar persalinan premature dengan berbagai akibatnya.

Insidensi ketuban pecah dini terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada kehamilan

aterm insidensinya bervariasi 6-19%, sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya

2% dari semua kehamilan. Hampir semua ketuban pecah dini pada kehamilan preterm

akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput

ketuban pecah. 70% kasus ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan cukup bulan,

sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas, ketuban

pecah dini berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi 30-

40%.
Penyebab ketuban pecah dini ini pada sebagian besar kasus tidak diketahui.

Banyak penelitian yang telah dilakukan beberapa dokter menunjukkan infeksi sebagai

penyebabnya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi sosial ekonomi rendah

yang berhubungan dengan rendahnya kualitas perawatan antenatal, penyakit menular

seksual misalnya disebabkan oleh chlamydia trachomatis dan nescheria gonorrhea. Selain

itu infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban, fisiologi selaput

amnion/ketuban yang abnormal, servik yang inkompetensia, serta trauma oleh beberapa

ahli disepakati sebagai faktor predisposisi atau penyebab terjadinya ketuban pecah dini.

Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual dan pemeriksaan dalam

Penelitian mengenai kematian ibu dan kematian bayi cukup tinggi

terutama  kematian perinatal, yang disebabkan karena kematian akibat kurang bulan

(prematur), dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama, dan

partus buatan pada kasus Ketuban Pecah Dini terutama pada penanganan konservatif.

Penatalaksanaan KPD memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat

menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam Rahim. Terjadinya

kematian pada ibu dan anak dengan adanya masalah tersebut maka peran perawat yaitu

memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil dan persalinan secara komprehensif

sehingga ibu dan janin mendapatkan perawatan yang optimal.

Persalinan dengan Ketuban Pecah Dini biasa dijumpai pada kehamilan multipel,

trauma, hidroamnion, dan gemelli. Komplikasi yang paling sering terjadi pada ketuban

pecah dini sindrom distress pernapasan, kejadian prolaps atau keluarnya tali pusat,

korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Oleh sebab itu persalinan dengan

ketuban pecah dini memerlukan pengawasan dan perhatian serta secara teratur dan

diharapkan kerjasama antara keluarga ibu dan penolong persalinan (bidan atau dokter).

Dengan demikian akan menurunkan atau memperkecil resiko kematian ibu dan bayinya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pada KPD (Ketuban Pecah Dini) ?

2. Bagaimana cara menangani KPD (Ketuban Pecah Dini) ?


C.Tujuan
1. Untuk mengetahui KPD (Ketuban Pecah Dini).

2. Untuk melakukan pencegahan KPD (Ketuban Pecah Dini).


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi dan Klasifikasi


a. Definisi
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-
tanda persalinan. Ketuban pecah dini merupakan penyebab terbesar persalinan
prematur dengan bagai akibatnya. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban
sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya
tanda persalinan. Waktu sejak ketuban sampai terjadi kontraksi rahim disebut
“kejadian ketuban pecah dini” (periode laten).
Kejadian ketuban pecah dini mendekati 10% dari semua persalinan. Pada
umur kehamilan kurang dari 34 minggu, kejadiannya sekitar 40%. Sebagian dari
ketuban pecah dini mempunyai periode laten melebihi satu minggu. Early ruptura
of membran adalah ketuban pecah pada fase laten persalinan. (Ana Ratnawati,
2017)
Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW)
sering disebut dengan premature repture of the membrane (PROM) didefinisikan
sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya melahirkan. Pecahnya
ketuban sebelum persalinan atau pembukaan pada primipara kurang dari 3 cm dan
pada multipara kurang dari 5 cm. Hal ini dapat terjadi pada kehamilan aterm
maupun pada kehamilan preterm. Pada keadaan ini dimana risiko infeksi ibu dan
anak meningkat. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam masalah
obstetri yang juga dapat menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi serta dapat
meningkatkan kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi (Purwaningtyas, 2017).
Insiden KPD di Indonesia berkisar 4,5%- 6% dari seluruh kehamilan,
sedangkan di luar negeri insiden KPD antara 6%-12%. Kebanyakan studi di India
mendokumentasikan insiden 7-12% untuk PROM yang 60-70% terjadi pada
jangka waktu lama. Insiden kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di beberapa
Rumah Sakit di Indonesia cukup bervariasi yakni diantaranya: di RS Sardjito
sebesar 5,3%, RS Hasan Sadikin sebesar 5,05%, RS Cipto Mangunkusumo
sebesar 11,22%, RS Pringadi sebesar 2,27% dan RS Kariadi yaitu sebesar 5,10%
(Sudarto, 2016).
b. Klasifikasi
1. Ketuban pecah dini preterm
Adalah pecah ketuban yang terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan,
tes fern atau IGFBP-1 (+) pada usia kurang dari 37 minggu sebelum onset
persalinan. KPD sangat preterm adalah pecah ketuban saat umur kehamilan
ibu antara 24 sampai kurang dari 34 minggu, sedangkan KPD preterm saat
umur kehamilan ibu antara 34 minggu sampai luring 37 minggu. Definisi
peterm bervariasi pada berbagai kepustakaan, namun paling diterima dan
tersering digunakan adalah persalinan kurang dari 37 minggu
2. KPD pada kehamilan Aterm
Adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya yang terbukti dengan vaginal
pooling, tes nitrazin dan tes fern (+), IGFBP-1 (+) pada usia kehamilan ≥ 37
minggu
B. Etiologi        
Penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multifaktorial yang dapat
dijabarkan sebagai berikut : (ida bagus Gde Manuaba, 2001)

1. Serviks inkompeten
2. Overdistansi uterus
3. Faktor keturunan
4. Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban
5. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut phase latent
6. Sebab umum ketuban pecah dini
7. Mekanisme ketuban pecah dini

C. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis untuk KPD, yaitu : (Ana Ratnawati, 2017)
a. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan
sedikit-sedikit atau sekaligus
b. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
c.  Janin mudah diraba
d.  Para periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering.
e.  Inspekulo, tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah kering.
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada KPD, yaitu : (Ana Ratnawati, 2017)
a. Pemeriksaan leukosit darah > 15.000/ml bila terjadi infeksi
b. Tes lakmus merah berubah menjadi biru
c. Amniosentris
d. USG, menentukan usia kehamilan, indeks cairan amnion berkurang

Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan terjadi
pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain keterangan yang
disampaikan dapat dilakukan beberapa pemeriksaan yang menetapkan bahwa cairan yang
keluar adalah air ketuban, diantaranya tes ferning dan nitrazine tes.

Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini dilakukan:


1. Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di forniks posterior
dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan bakteriologis.
2.  Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak manipulasi
daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan infeksi asenden dan persalinan
prematuritas.

Bahaya ketuban pecah dini adalah kemungkinan infeksi dalam rahim dan persalinan
prematuritas yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Oleh
karena itu, pemeriksaan dalam perlu dibatasi sehingga penyulit makin diturunkan sebagai
upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi.

Melakukan pemeriksaan terhadap tingkat infeksi

1. Pemeriksaan laboratorium lengkap


2. Pemeriksaan C reaktif protein (CRP)
a. CRP normal pada kehamilan 0,3 sampai 0,8 mg / maksimal 2mg
b. Peningkatan CRP diatas 2 mg menunjukkan infeksi “choriomnionitis”
3. Masalah yang berat menghadapi ketuban pecah dini Kehamilan dibawah 26 minggu
a. Mempertahankanya memerlukan waktu lama
b. Bila mencapai 2.000 gr dapat dipertimbangkan untuk induksi
4. Pemberian kortokosteroid dengan pertimbang
a. Akan menambah reseptor pemtangan paru
b. Menambah maturitas paru janin
5. Pemberian betametason:
a) 12 mg dengan interval 24 jam
b) 2 mg tambahan
c) Maksimum dosis 24 mg
d) Masa kerjanya sekitar 2 /3 hari
e) Bila janin setelah 1 minggu belum lahir pemberian betakortison dapat
diulangi
f) Pemberian tokolitik, untuk mengurangi kontraksi uterus dapat diberikan bila
sudah dapat dipastikan tidak terjadi infeksi chorioamnionitis.
g) Pemberian antibiotik profilaksis dengan triple drug untuk menghindari terjadi
sepsis

E. Pathway
F. Penatalaksanaan
Prinsip utama penatalaksanaan KPD adalah untuk mencegah mortalitas
dan morbiditas perinatal pada ibu dan bayi yang dapat meningkat karena infeksi
atau akibat kelahiran preterm pada kehamilan dibawah 37 minggu. Prinsipnya
penatalaksanaan ini diawali dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan beberapa
pemeriksaan penunjang yang mencurigai tanda-tanda KPD. Setelah mendapatkan
diagnosis pasti, dokter kemudian melakukan penatalaksanaan berdasarkan usia
gestasi. Hal ini berkaitan dengan proses kematangan organ janin, dan bagaimana
morbiditas dan mortalitas apabila dilakukan persalinan maupun tokolisis.
Terdapat dua manajemen dalam penatalaksanaan KPD, yaitu manajemen aktif dan
ekspektatif. Manajemen ekspektatif adalah penanganan dengan pendekatan tanpa
intervensi, sementara manajemen aktif melibatkan klinisi untuk lebih aktif
mengintervensi persalinan. Berikut ini adalah tatalaksana yang dilakukan pada
KPD berdasarkan masing-masing kelompok usia kehamilan. A. Ketuban Pecah
Dini usia kehamilan
Penatalaksanaan KPD menurut Ana Ratnawati, 2017 , yaitu:
a) Ketuban pecah dini pada kehamilan atern atau preterm dengan atau tanpa
komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit.
b) Bila janin hidup dan terdapat prolaps di tali pusat, ibu dirujuk dengan
posisi panggul lebih tinggi dari badannya, bila mungkin dengan posisi
bersujud.
c) Jika perlu kepala janin didorong ke atas dengan dua jari agar tali pusat
tidak tertekan kepala janin
d)  Jika Tali pusat di vulva maka di bungkus kain hangat yang diapisi plastic
e) Jika ada demam atau di khawatirkan terjadi infeksi saat rujukan atau KPD
lebih dari 6 jam, berikan antibiotik.
f) Bila keluarga ibu menolak dirujuk, ibu diharuskan beristirahat dengan
posisi berbaring miring, berikan antibiotik.
g)  Pada kehamilan kurang dari 32 minggu dilakukan tindakan konservatif,
yaitu tirah baring dan berikan sedatif, antibiotik dan tokolisis.
h)  Pada kehamilan 33-35 minggu dilakukan terapi konservatif selama 24 jam
lalu induksi persalinan.
i) Bila terjadi infeksi, akhiri kehamilan.
j) Pada kehamilan lebih 36 minggu, bila ada his, pimpin meneran dan
akselerasi bila ada inersia uteri.
k) Bila tidak ada his, lakukan tindakan induksi persalinan bila ketuban pecah
kurang dari 6 jam dan skor pelvik kurang dari 5 atau ketuban pecah dini
lebih dari 6 jam dan skor pelvik lebih dari 5, seksio ssaria bila ketuban
pecah dini lebih dari 5 jam dan skor pelvik lebih dari 5.

G. Komplikasi
a. Komplikasi Ibu Komplikasi pada ibu yang terjadi biasanya berupa infeksi
intrauterin. Infeksi tersebut dapat berupa endomyometritis, maupun
korioamnionitis yang berujung pada sepsis. Pada sebuah penelitian, didapatkan
6,8% ibu hamil dengan KPD mengalami endomyometritis purpural, 1,2%
mengalami sepsis, namun tidak ada yang meninggal dunia. Diketahui bahwa yang
mengalami sepsis pada penelitian ini mendapatkan terapi antibiotik spektrum luas,
dan sembuh tanpa sekuele. Sehingga angka mortalitas belum diketahui secara
pasti. 40,9% pasien yang melahirkan setelah mengalami KPD harus dikuret untuk
mengeluarkan sisa plasenta,, 4% perlu mendapatkan transfusi darah karena
kehilangan darah secara signifikan. Tidak ada kasus terlapor mengenai kematian
ibu ataupun morbiditas dalam waktu lama
b. Komplikasi Janin Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah
persalinan lebih awal. Periode laten, merupakan masa dari pecahnya selaput
amnion sampai persalinan secara umum bersifat proporsional secara terbalik
dengan usia gestasi pada saat KPD terjadi. Sebagai contoh, pada sebuah studi
besar pada pasien aterm menunjukkan bahwa 95% pasien akan mengalami
persalinan dalam 1 hari sesudah kejadian. Sedangkan analisis terhadap studi yang
mengevaluasi pasien dengan preterm 1 minggu, dengan sebanyak 22 persen
memiliki periode laten 4 minggu. Bila KPD terjadi sangat cepat, neonatus yang
lahir hidup dapat mengalami sekuele seperti malpresentasi, kompresi tali pusat,
oligohidramnion, necrotizing enterocolitis, gangguan neurologi, perdarahan
intraventrikel, dan sindrom distress pernapasan
H. Penatalaksanaan Komplikasi
Pengenalan tanda infeksi intrauterin, tatalaksana infeksi intrauterin. Infeksi
intrauterin sering kronik dan asimptomatik sampai melahirkan atau sampai pecah
ketuban. Bahkan setelah melahirkan, kebanyakan wanita yang telah terlihat menderita
korioamnionitis dari kultur tidak memliki gejala lain selain kelahiran preterm: tidak ada
demam, tidak ada nyeri perut, tidak ada leukositosis, maupun takikardia janin. Jadi,
mengidentifikasi wanita dengan infeksi intrauterin adalah sebuah tantangan besar
Tempat terbaik untuk mengetahui infeksi adalah cairan amnion. Selain
mengandung bakteri, cairan amnion pada wanita dengan infeksi intrauterin memiliki
konsentrasi glukosa tinggi, sel darah putih lebih banyak, komplemen C3 lebih banyak,
dan beberapa sitokin. Mengukur hal di atas diperlukan amniosentesis, namun belum jelas
apakah amniosentesis memperbaiki keluaran darikehamilan, bahkan pada wanita hamil
dengan gejala persalinan prematur. Akan tetapi tidak layak untuk mengambil cairan
amnion secara rutin pada wanita yang tidak dalam proses melahirkan.
Pada awal 1970, penggunaan jangka panjang tetrasiklin, dimulai dari trimester
tengah, terbukti mengurangi frekuensi persalinan preterm pada wanita dengan bakteriuria
asimtomatik maupun tidak. Tetapi penanganan ini menjadi salah karena adanya displasia
tulang dan gigi pada bayi. Pada tahun-tahun terakhir, penelitian menunjukkan bahwa
tatalaksana dengan metronidazol dan eritromisin oral dapat secara signifikan mengurangi
insiden persalinan preterm apabila diberikan secara oral, bukan vaginal. Ada pula
penelitian yang menunjukkan efikasi metronidazol dan ampisilin yang menunda
kelahiran, meningkatkan rerata berat bayi lahir, mengurangi persalinan preterm dan
morbiditas neonatal.
Sekitar 70-80% perempuan yang mengalami persalinan prematur tidak
melahirkan prematur. Perempuan yang tidak mengalami perubahan serviks tidak
mengalami persalinan prematur sehingga sebaiknya tidak diberikan tokolisis. Perempuan
dengan kehamilan kembar sebaiknya tidak diterapi secara berbeda dibandingkan
kehamilan tunggal, kecuali jika risiko edema paru lebih besar saat diberikan betamimetik
atau magnesium sulfat. Belum ada bukti yang cukup untuk menilai penggunaan steroid
untuk maturitas paru-paru janin dan tokolisis sebelum gestasi 23 minggu dan setelah 33
6/7 minggu. Amniosentesis dapat dipertimbangkan untuk menilai infeksi intra amnion
(IIA) (insidens sekitar 5-15%) dan maturitas paruparu (khususnya antara 33-35 minggu).
IIA dapat diperkirakan berdasarkan status kehamilan dan panjang serviks
Kortikosteroid (betametason 12 mg IM 2x 24 jam) diberikan kepada perempuan
dengan persalinan prematur sebelumnya pada 24 jam. Satu tahap kortikosteroid ekstra
sebaiknya dipertimbangkan jika beberapa minggu telah berlalu sejak pemberian awal
kortikosteroid dan adanya episode baru dari KPD preterm atau ancaman persalinan
prematur pada usia gestasi awal. Satu tahapan tambahan betametason terdiri dari 2x12 mg
selang 24 jam, diterima pada usia gestasi.
Tokolitik sebaiknya tidak digunakan tanpa penggunaan yang serentak dengan
kortikosteroid untuk maturasi paru-paru. Semua intervensi lain untuk mencegah
persalinan prematur, meliputi istirahat total, hidrasi, sedasi dan lain-lain tidak
menunjukkan keuntungan dalam manajemen persalinan premature. Pada neonatus
prematur, penundaan klem tali pusar selama 30-60 detik (maksimal 120 detik)
berhubungan dengan angka transfusi untuk anemia, hipotensi, dan perdarahan
intraventrikel yang lebih sedikit dibandingkan dengan klem segera (< 30 detik)
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan
1. Data Umum Klien
Inisial klien Ny. S usia 30 tahun, status perkawinan menikah, pekerjaan ibu
rumah tangga, pendidikan terakhir SMA, inisial suami Tn. S, usia 37 tahun,
status perkawinan menikah, pekerjaan karyawan, pendidikan terakhir SMA
a. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang lalu (Riwayat Obstetri)
Anak pertama lahir pada tahun 2013, tipe persalinan normal, dibantu oleh
bidan, berjenis kelamin laki-laki dengan berat lahir 3000 gram lahir dengan
keadaan sehat dan menangis, serta tidak ada masalah kehamilan. Anak kedua
lahir 2019, tipe persalinan seksio sesaria dengan jenis sesar ismika atau
profunda, dibantu oleh dokter, berjenis kelamin perempuan dengan berat lahir
700 gram keadaan waktu lahir meninggal pada usia kehamilan 32 minggu dan
masalah kehamilan premature dan IUFD. Anak ketiga lahir pada tahun 2020,
tipe persalinan seksio sesaria ismika atau pfofunda, dibantu oleh dokter,
berjenis kelamin perempuan dengan berat 3100 gram keadaan waktu lahir sehat
dan menangis, serta tidak ada masalah kehamilan.

b. Pengalaman Menyusui
Klien menyusui anak pertamanya selama 3 bulan karena klien bekerja,
sedangkan anak keduanya tidak mendapatkan ASI karena anak kedua Ny. S
meninggal dunia saat kandungan Ny. S berusia 32 minggu dan sekarang anak
ketiganya akan diberikan ASI selama 2 tahun.

c. Riwayat Kehamilan Saat Ini


Klien rutin melakukan pemeriksaan kehamilan kedokter 1 bulan sekali jadi
jumlah pemeriksaan kehamilan sebanyak 9 kali. Klien mempunyai masalah
kehamilan yaitu tekanan darahnya tinggi pada usia kehamilan 32 minggu, dan
tanggal persalinan klien 05 Juni 2020 jam 23.00 WIB, dengan tipe persalinan
seksio sesaria atas indikasi KPD sudah 6 jam dan tekanan darah tinggi. Bayi
lahir dengan jenis kelamin perempuan, berat badan 3100 gram, panjang badan
47 cm, apgar score menit 1 : 9, menit V: 10, perdarahan yang dikeluarkan saat
persalinan seksio sesaria 300cc, dan tidak ada masalah persalinan.

d. Riwayat Ginekologi
Klien tidak mempunyai penyakit pada organ reproduksi

e. Riwayat Keluarga Berencana


Klien sudah menggunakan KB pil sejak lima bulan kelahiran anak
pertamanya. Klien tidak mempunyai keluhan apapun. Rencana akan
menggunakan KB akan didiskusikan dahulu dengan suami.
2. Data Umum Kesehatan Saat Ini
a. Status Obstetrik
Klien nifas hari pertama, kelahiran yang ketiga, dan tidak pernah abortus,
bayi klien rawat gabung jadi tidak dalam ruangan perawatan dan Ny.S bisa
memberikan ASI semaunya tanpa harus meminta bayinya kepada perawat dan
bisa mengurus bayinya secara mandiri.

b. Keadaan Umum
Keadaan umum klien saat ini baik, kesadaran komposmentis, BB 91 kg,
TB 160 cm, TD 150/100 mmHg, Nadi 80x/ menit, Suhu 36˚C, Pernafasan 20x/
menit.

Hasil pemeriksaan fisik:


1) Kepala leher
a) Kepala : Rambut bersih,tidak ada rambut rontok, tidak
ada benjolan.
b) Mata : Konjungtiva an-anemis, Sklera an-ikterik
c) Hidung : Tidak ada cairan, tidak ada sinusitis, tidak ada
benjolan
d) Mulut : Lembab, tidak ada sariawan
e) Telinga : Bersih, tidak ada serumen
f) Leher :Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak
ada pembesaran kelenjar getah bening, dan tidak ada
hiperpigmentasi.
g) Masalah Khusus : Tidak ada

2) Dada dan axila


a) Jantung : Irama teratur, tidak ada sakit pada bagian dada

a. Paru :Vesikular, irama teratur, tidak menggunakan


otot pernafasan
b) Payudara : Bersih, simetris, areola hiperpigmentasi
c) Putting susu : Sejajar, exverted, colostrum (+), ASI keluar
tapi sedikit
d) Axila : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
e) Masalah Khusus : Tidak ada
3) Abdomen
a) Involusi Uterus : TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi
sering, posisi sentral di bawah umbilicus, teraba keras, terlihat
adanya balutan luka operasi, verban bersih, tidak ada rembesan
yang keluar dari luka.
b) Kandung kemih : Saat di palpasi tidak teraba penuh,
karena klien memakai kateter berukuran 18
c) Fungsi pencernaan : Baik, Ny.S mengatakan belum BAB
karena mobilisasi kurang saat ini hanya bisa bergerak miring kiri
dan miring kanan dan saat diauskultasi bising usus 4x/ menit.

4) Perineum dan genital


a) Vagina : Integritas kulit elastis, tidak ada edema, tidak
ada memar tidak ada hematom
b) Perineum : Utuh dan tidak ada tanda REEDA karena Ny.
S melahirkan secara seksio sesaria
c) Kebersihan : Terlihat bersih
d) Lochea : lochea rubra, jumlah darah yang keluar sekitar
50cc, warna merah terang, konsistensi cair, bau amis khas seperti
menstruasi
e) Hemorrhoid : Tidak ada
Ekstermitas : Pada ekstermitas atas tidak ada edema, tidak
ada kesemutan/ baal, namun pada ekstermitas bawah ada edema,
terdapat varises pada abdomen klien, saat patella di perkusi
terdapat refleks, tanda human sign (-).

5) Pola Eliminasi
Kebiasaan BAK sebelum melahirkan 5kali/ hari, saat ini klien
terpasang kateter, dan tidak nyeri pada saat BAK, kebiasaan BAB
klien 2x/ hari, klien saat ini belum BAB.
6) Istirahat dan Kenyamanan
Ny.S kesehariannya sebagai ibu rumah tangga kebiasaan tidur selama
8 jam, dengan frekuensi 1x sehari yaitu hanya malam hari, tetapi pola
tidur saat ini 3 jam sekali terbangun karena menyusui bayinya
sehingga dapat mengganggu tidur klien.Aktivitas untuk sekarang
dikurangi dikarenakan kondisi klien.
7) Keluhan Ketidaknyamanan
Klien mengatakan tidak nyaman pada lokasi abdomen post operasi,
dengan sifat sementara, dan intensitasnya pada saat duduk.
8) Mobilisasi dan Latihan
Tingkat mobilisasi Ny.S saat ini baik tetapi hanya boleh miring kanan
dan miring kiri saja sebelum 6jam post operasi.
9) Nutrisi dan Cairan
Asupan nutrisi klien 1 porsi dengan nafsu makan baik, asupan cairan
klien cukup yaitu sebanyak 1.000 ml/ hari.
10) Keadaan Mental
Adaptasi psikologis klien cemas karena ASInya belum keluar pada
hari pertama, penerimaan terhadap bayi menerima dan senang atas
kelahiran anak ke tiganya, dan tidak ada masalah khusus.

11) Kemampuan Menyusui


Ny.S belum mampu menyusui anaknya pada hari pertama karena
ASInya belum keluar.
12) Pemeriksaan Penunjang
Hematologi : 11,5 g/dl (11, 3 – 15,5)

13) Obat- obatan


Terapi Infus RL/20 tetes/menit
Klien terpasang kateter
Pronalges sup 2x1
Terapi injeksi : Ceftriaxone 2x1 gram
Terapi oral : Cefixime 100 mg
Asam Mefenamat 500 mg
Nipedipine 2x1
gram Metrodinazol 500 mg
14) Perencanaan Pulang
Klien direncanakan pulang pada tanggal 07 Juni 2020 jam 12.00, dengan
TD 120/70 mmHg, Nadi 80x/ menit, Pernafasan 18x/ menit, Suhu 36,3˚C,
rencana kontrol dan ganti perban post operasi klien pada tanggal 13 Juni
2016 jam 08.00. Setelah sampai di rumah klien tidak ada pantangan
makanan apapun. Klien dianjurkan untuk makan putih telur sehari 2x untuk
proses pengeringan luka post operasi. Selain itu klien disarankan agar tetap
menjaga kondisi luka operasi tetap kering dan tidak boleh terkena air, dan
apabila ada rembesan pada perban klien disarankan untuk control ke dokter.

15) Discharge Planning


a. Dianjurkan jangan hamil selama kurang lebih satu tahun.
b. Kehamilan selanjutnya hendaknya diawasi dengan pemeriksaan
antenatal yang baik.

c. Dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit yang besar.


d. Lakukan perawatan post op sesuai arahan tenaga medis selama
dirumah jaga kebersihan diri.
e. Konsumsi makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup.

3. Data Fokus
a. Data Subjektif
Klien mengatakan “ nyeri pada daerah bekas operasi, nyerinya seperti di
remas –remas, nyerinya tidak meluas hanya pada bekas luka operasi,
nyerinya pada saat batuk, kadang terasa panas pada daerah operasi, verban
luka operasi belum diganti, cemas karena ASInya belum keluar,tidak tahu
cara memberikan ASI yang benar”.
b. Data Objektif
1) TTV : TD : 150/ 100 mmHg
Nadi : 80x/ menit
Pernafasan : 20x/ menit
Suhu : 36˚C
2) Terapi Infus RL/20 tetes/menit
3) Klien terpasang kateter
4) Skala nyeri 7 (saat diberi rentang respon)
5) Klien tampak menahan nyeri
6) Klien tampak memegang bekas luka operasi
7) Balutan tampak bersih
8) Tidak terdapat rembesan pada balutan bekas luka operasi
9) Klien tampak belum memberikan ASI kepada bayinya
10) ASI tampak belum keluar
11) Klien tampak cemas
12) Klien tampak tidak mengetahui cara pemberian ASI

Analisis data
No Tanggal Data Masalah Etiologi

1 05 Juni Ds: Gangguan rasa Adanya insisi


nyaman : Nyeri post sc di
2020 Klien mengatakan “ nyeri pada abdomen
daerah bekas operasi”
Jam: 23.00
Klien mengatakan “nyerinya
Post sc seperti di remas-remas”

Klien mengatakan “tidak


nyaman untuk bergerak”

Klien mengatakan “nyerinya


pada saat ada sedikit gerakan”

Klien mengatakan “nyerinya


tidak meluas hanya pada bekas
luka operasi”

DO:

Skala nyeri klien 7 (saat diberi


rentang nyeri”

Klien tampak menahan nyeri

Klien tampak memegang


bekas luka operasi

Terpasang infus

RL/20 tetes/menit

2 05 Juni DS: Intoleransi Post sc


aktivitas
2020 Klien mengatakan belum
mampu untuk melakukan
Jam: 23.00 aktivitas secara mandiri

Post sc Klien mengatakan masih takut


untuk bergerak

Klien mengatakan masih di


bantu untuk melakukan
aktivitas

DO:
Klien tampak terpasang
kateter

Klien tampak masih lemah

Klien tampak belum mengganti


4) Klien
tampak memerlukan
Pembalutnya
bantuan saat memenuhi
kebutuhan kebersihan dirinya

DS:

Klien mengatakan “ kadang


terasa panas pada daerah
operasi”
3 05 Juni Resiko infeksi Bekas luka
insisi
2020
Klien mengatakan bekas balutan
Jam: 23.00 luka operasi belum diganti”

Post sc

DO:

Balutan tampak bersih

Balutan tampak

tidak ada rembesan

4 06 Juni DS: Ketidak efektifan Kurangnya


pemberian ASI produksi ASI
2020 Klien mengatakan “cemas
karena

ASInya belum keluar”

Klien mengatakan “tidak tahu


cara memberikan ASI yang
benar”

DO:

Klien tampak tidak mengetahui


cara pemberian ASI

Klien tampak belum


memberikan ASI kepada
bayinya

ASI tampak belum keluar

Klien tampak cemas


A. Diagnosa Keperawatan

Nama Pasien : Ny.S


No. Kamar/Ruang : 1.3/ Al-Adawiyah

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal Paraf dan nama


ditemukan teratasi jelas
1 Gangguan rasa nyaman 06 Juni 2020 07 Juni 2020 Anindita
:Nyeri b.d. Adanya insisi
post sc di abdomen
ditandai dengan:
DS:
1) Klien
mengatakan
“nyeri pada
daerah bekas
operasi”
2) Klien
mengatakan
“nyerinya seperti
diremas-remas”
3) Klien
mengatakan
“tidak nyaman
untuk bergerak”

4) Klien
mengatakan
“nyerinya pada
saat sedikit ada
gerakan”
DO:
1) Skala nyeri 7
(saat diberi
rentang nyeri)
2) Klien tampak
menahan nyeri
3) Klien tampak
memegang bekas
luka operasi
2 Intoleransi aktivitas b.d. 06 Juni 2020 07 Juni 2020 Esta
post sc ditandai dengan:
DS:
1) Klien mengatakan
belum mampu
untuk melakukan
aktivitas secara
mandiri
2) Klien mengatakan
masih takut untuk
bergerak
3) Klien mengatakan
masih di bantu
untuk melakukan
aktivitas

DO:
1) Klien tampak
terpasang kateter
2) Klien tampak masih
lemah
3) Klien tampak belum
mengganti
pembalutnya
4) Klien tampak
memerlukan
bantuan saat
memenuhi
kebutuhan
kebersihan dirinya

Resiko infeksi b.d. bekas


3 luka insisi ditandai 06 Juni 2020 07 Juni 2020 Mukti
dengan:
DS:
1) Klien
mengatakan “
kadang terasa
panas pada
daerah operasi”
2) Klien
mengatakan
“bekas balutan
luka operasi
belum
diganti”
DO:
1) Balutan tampak
bersih
2) Balutan tampak
tidak ada
rembesan
4 Ketidak efektifan 06 Juni 2020 07 Juni 2020 Anindita
pemberian ASI b.d.
Kurangnya produksi ASI
ditandai dengan:
DS:
1) Klien
mengatakan
“cemas karena
ASInya belum
keluar”
2) Klien
mengatakan
“tidak tahu cara
memberikan ASI
yang benar”
DO:
1) Klien tampak
tidak mengetahui
cara pemberian
ASI
2) Klien tampak
belum
memberikasn
ASI kepada
bayinya
3) ASI tampak
belum keluar
4) Klien tampak
cemas
B. Rencana Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan, maka
disusun rencana keperawatan pada Ny. S yang akan dilakukan
selama 2 hari terhitung mulai tanggal 06 – 07 Juni 2016 adalah
sebagai berikut:

Hari / No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Rencana tindakan


Tanggal Dx Keperawat
an
06 Juni 1 Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji nyeri, kaji
2020 rasa keperawatan kepada NY. S lokasi nyeri,
nyaman selama 2x24 jam diharapkan intensitas dan
:Nyeri b.d. nyeri dapat berkurang dengan lamanya
Adanya kriteria hasil: 2) Monitor ttv
insisi post 1) Mengungkapkan nyeri klien/shift
sc di dan tegang diperutnya 3) Ajarkan
abdomen berkurang tekhnik
2) Skala nyeri 0 – 1 (dari 0 relaksasi tarik
– 10) nafas dalam
3) Dapat melakukan 4) Anjurkan
tindakan untuk menggunakan
mengurangi nyeri kompres hangat
4) Kooperatif dengan 5) Berikan obat
tindakan yang dilakukan penghilang
5) TTV dalam batas nyeri (asam
normal mefenamat
1. Kesadaran 500mg)
komposmentis 6) Lakukan IMD
2. Keadaan umum 7) Lakukan
baik pureperium
3. TD: 120/80 setiap hari (1x
mmHg sehari)
Nd: 80 – 8) Anjurkan klien
100x/mnt untuk miring
RR:18 – kanan kiri
20x/mnt 9) Anjurkan klien
SH:36 -37˚C untuk tidak
banyak
bergerak
06 Juni 2 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1) Monitor
2020 aktivitas keperawatan kepada Ny.S kemampuan
b.d. post sc selama 2x24 jam diharapkan klien dalam
intoleransi aktivitas dapat melakukan
teratasi dengan kriteria hasil: aktivitas
1) Klien mampu 2) Anjurkan klien
melakukan aktivitas untuk tidak
secara mandiri banyak
2) Klien mampu bergerak
melakukan terlebih dahulu
personal hygiene 3) Lakukan
secara mandiri penggantian
3) Kateter di lepas pembalut klien
4) Mampu untuk 4) Bantu klien
mobilisasi untuk
melakukan
personal
hygiene

Setelah dilakukan tindakan 1) Monitor tanda


06 Juni Resiko keperawatan kepada Ny. S dan gejala
2016 3 infeksi b.d. selama 2x24 jam diharapkan infeksi
bekas luka resiko infeksi tidak terjadi siskemik dan
insisi dengan kriteria hasil: local
1) Klien bebas dari tanda 2) Ajarkan klien
dan gejala infeksi dan keluarga
2) Menunjukkan tanda dan
kemampuan untuk gejala infeksi
mencegah timbulnya 3) Ajarkan klien
infeksi untuk
3) Menunjukkan perilaku mengganti
hidup sehat balutan luka
4) Anjurkan klien
untuk
mengganti
balutan setiap
hari
5) Anjurkan
memasang
kateter untuk
menurunkan
infeksi
kandung kemih
6) Anjurkan klien
untuk tetap
menjaga
balutan agar
tetap kering
7) Anjurkan klien
untuk tetap
menjaga bekas
luka operasi
supaya kering
8) Berikan
antibiotic untuk
mencegah
infeksi
(metrodinazol
500 mg) dan
(cefixime 100
mg)
06 Juni 4 Ketidak Setelah dilakukan tindakan 1) Observasi cara
2020 efektifan keperawatan kepada Ny. S menyusui dan
pemberian selama 2x24jam diharapkan produksi ASI
ASI b.d. ibu dapat memberikan bayinya ibu bayi
Kurangnya ASI dengan cukup dengan 2) Kaji keinginan
produksi kriteria hasil: dan motivasi
ASI 1) Kemantapan pemberian ibu untuk
ASI menyusui
2) Pemeliharaan 3) Kaji integritas
pemberian ASI kulit putting
3) Penyapihan pemberian ibu
ASI 4) Anjurkan ibu
banyak
mengkonsumsi
sayur-sayuran
hijau dan buah-
buahan
5) Anjurkan ibu
bayi untuk
menyusui
secara
bergantian
antara payudara
kanan dan kiri
6) Ajarkan
orangtua
mempersiapkan
, menyimpan,
menghangatkan
kemungkinan
pemberian
tambahan susu
formula
7) Ajarkan ibu
untuk massage
payudara agar
ASI keluar
8) Berikan penkes
tentang cara
menyusui yang
benar
9) Berikan
informasi
tentang
keuntungan dan
kerugian
pemberian ASI
C. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan kepada Ny. S dimulai tanggal 05 - 07 Juni
2020 mengacu pada intervensi yang telah dibuat sesuai prioritas
masalah atau diagnosa yang muncul adalah sebagai berikut:
Hari / Jam No Tindakan keperawatan dan hasil Paraf dan
Tanggal Dx nama jelas
Senin / 06 07.00 1 1) Mengkaji nyeri, lokasi nyeri, Anindita
Juni 2020 intensitas, dan lamanya
S: klien mengatakan sangat
nyeri pada daerah
abdomen, intensitasnya
pada saat klien duduk, dan
berlangsung lam
O: klien tampak menahan
nyeri, skala nyeri 7 (saat
diberi rentang nyeri)

07.30 2) Memonitor TTV klien/shift Anindita


S: -
O:
1. kesadaran
komposmentis
2. keadaan umum baik
3. TTV klien
TD: 150/100mmHg
Nd: 82x/mnt
RR: 20x/mnt
Sh: 36,5˚C

08.00 3) Mengajarkan tekhnik


relaksasi (tarik nafas dalam) Anindita
S: klien mengatakan masih
nyeri pada abdomen bekas
luka operasi
O: klien tampak melakukan
tekhnik relaksasi untuk
menghilangkan nyeri

08.30 4) Memberikan obat penghilang


Anindita
nyeri
S: klien mengatakan
mendapat obat penghilang
nyeri
O: klien tampak mendapat
terapi oral asam
mefenamat 500mg
09.00 5) Melakukan pureperium setiap Anindita
hari
S: -
O: lochea merah terang
Jumlah 50 cc
TFU 2 jari ↓ pusat
Kontraksi +
ASI –

Senin/06 09.30 2 1) Memonitor kemampuan klien Esta


Juni 2020 dalam melakukan aktivitas
S: klien mengatakan belum
dapat melakukan
akativitas apapun karena
perutnya masih terasa
sakit
O:klien tampak terbaring dan
lemah

10.00 2) Menganjurkan klien untuk Esta


tidak banyak bergerak terlebih
dahulu
S: klien mengatakan belum
dapat bergerak terlalu
banyak
O: klien tampak melakukan
apa yang dianjurkan
perawat
Esta
10.20 3) Melakukan penggantian
pembalut klien
S: klien mengatakan belum
dapat mengganti
pembalutnya secara
mandiri
O: pembalut klien tampak
belum di ganti dan
terdapat banyak darah
karena nifas hari pertama

10.30 4) Membantu klien untuk Esta


melakukan personal hygiene
S: klien mengatakan
badannya lengket dan
belum dapat untuk
membersihkan badannya
secara mandiri
O: klien tampak terlihat lemah

Senin / 06 11.05 3 1) Mengajarkan klien untuk Esta


Juni 2020 mengganti balutan
S: klien mengatakan sudah
mengerti
O: klien tampak
memerhatikan

11.30 2) Menganjurkan klien untuk Esta


tetap menjaga balutan agar
tetap kering
S: klien mengatakan mengerti
O: -

12.00 3) Memberikan obat antibiotik Esta


untuk mencegah infeksi
S: -
O: klien tampak mendapat
terapi oral metrodinazol
500mg dan cefixime 100
mg

Senin / 06 13.00 4 1) Mengkaji keinginan dan Esta


Juni 2020 motivasi ibu untuk menyusui
S: klien mengatakan ingin
memberikan ASI kepada
bayinya
O: -

2) Mengkaji integritas kulit Esta


13.30 putting ibu
S: -
O: kulit putting ibu tampak
elastis

14.00 3) Menganjurkan ibu banyak Esta


mengkonsumsi sayur-sayuran
dan buah-buahan
S: klien mengatakan sudah
banyak mengkonsumsi
buah
O: klien tampak
memerhatikan

14.30 4) Menganjurkan ibu bayi untuk Esta


menyusui secara bergantian
antara payudara kanan dan
kiri
S: klien mengatakan ASI pada
payudara kiri sudah keluar
O: klien tampak menyusui
bayinya pada payudara
sebelah kiri

20.00 5) Mengajarkan ibu untuk Mukti


massage payudara agar ASI
keluar
S: klien mengatakan sudah
massage payudara agar
ASInya keluar
O: klien tampak massage
payudara

20.30 6) Memberikan informasi Mukti


tentang keuntungan dan
kerugian memberikan ASI
S: klien mengatakan belum
mengetahui keuntungan
maupun kerugian dalam
memberikan ASI
O: -

Hari / Jam No Tindakan keperawatan dan hasil Paraf dan


Tanggal Dx nama jelas
Selasa / 07 07.00 1 1) Mengkaji nyeri, lokasi nyeri, Mukti
Juni 2020 intensitas, dan lamanya
S: klien mengatakan nyerinya
sudah sedikit berkurang
O: nyerinya klien tampak
berkurang, skala nyeri 3
(saat diberi rentang nyeri)

07.30 2) Memonitot TTV klien / shift Mukti


S: -
O:
1. kesadaran
komposmentis
2. keadaan umum baik
3. TTV klien
TD: 130/ 80 mmHg
Nd: 80x/ mnt
RR: 18x/ mnt
Sh: 36,3˚C

08.00 3) Mengajarkan tekhnik Mukti


relaksasi (tarik nafas dalam)
S: klien mengatakan sudah
mulai rileks dan nyerinya
berkurang
O: klien tampak rileks

08.10 4) Menganjurkan menggunakan Mukti


kompres hangat
S: klien mengatakan akan
melakukan kompres air
hangat di sekitar luka
apabila lukanya sedang
sakit
O: -

5) Melakukan pureperium setiap Mukti


09.00 hari
S: -
O: lochea rubra
TFU 2 jari ↓ pusat
ASI +
Kontraksi +

Selasa/07 09.05 2 1) Memonitor kemampuan klien Mukti


Juni 2020 dalam melakukan aktivitas
S: klien mengatakan sudah
dapat miring kanan kiri
O: klien tampak sudah mulai
bergerak dan kateter sudah
di lepas

09.30 2) Melakukan penggantian Mukti


pembalut klien
S: klien mengatakan sudah
dapat mengganti
pembalutnya secara
mandiri
O: pembalut klien tampak
sudah di ganti

10.00 3) Membantu klien untuk Mukti


melakukan personal hygiene
S: klien mengatakan sudah
dapat membersihkan
badannya secara mandiri
O: klien tampak
membersihkan badannya
sendiri

Selasa / 07 10.05 3 1) Memonitor tanda dan gejala Mukti


Juni 2020 infeksi siskemik dan local
S: -
O: tidak tampak tanda-tanda
infeksi siskemik dan local

10.30 2) Mengajarkan klien untuk Mukti


mengganti balutan luka
S: klien mengatakan sudah
dapat mengganti balutan
luka
O: klien tampak mengganti
balutannya sendiri

11.00 3) Memberikan obat antibiotik Anindita


untuk mencegah infeksi
S: -
O: klien tampak mendapat
terapi oral metrodinazol
500mg dan cefixime
Selasa / 07 11.05 4 1) Mengobservasi cara menyusui Anindita
Juni 2020 dan produksi ASI ibu bayi
S: klien mengatakan sudah
dapat menyususi anaknya
dan produksi ASI cukup
O: klien tampak menyusui
anaknya dengan tepat dan
produksi ASI cukup

10.20 2) Menganjurkan ibu bayi untuk Anindita


menyusui anaknya secara
bergantian antara payudara
kanan dan kiri
S: klien mengatakan sudah
dapat menyusui bayinya
bergantian kanan dan kiri
O: kedua payudara tampak
sudah mengeluarkan ASI

10.30 3) Mengajarkan ibu untuk Anindita


massage payudara agar ASI
keluar
S: klien tampak sudah
massage payudaranya agar
ASInya keluar
O: ASI ibu tampak sudah
keluar

12.00 4) Memberikan penkes tentang Anindita


cara menyusui yang benar
S: klien mengatakan sudah
sedikit mengerti tentang
cara menyusui yang benar
O: klien tampak memerhatikan
penjelasan yang diberikan

12.20 5) Memberikan informasi Anindita


tentang keuntungan dan
kerugian pemberian ASI
S: klien mengatakan sudah
mengetahui keuntungan
dan kerugian pemberian
ASI
O: -
D. Evaluasi
Dari hasil tindakan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
penulis didapatkan evaluasi akhir berdasarkan diagnosa yang ada
menggunakan tekhnik SOAP, evaluasi dilakukan berdasarkan
masalah yang ditemukan pada tanggan 06 – 07 Juni 2016, adalah
sebagai berikut:

No Hari / Tanggal/ Jam Evaluasi hasil (SOAP) Nama / paraf


Dx
1 Senin, 06 Juni 2020 S: Anindita
13.00 1) Klien mengatakan nyeri
pada abdomen bekas
luka operasi
2) Klien mengatakan nyeri
seperti diremas-remas.
O:
1) Skala nyeri 7 (saat diberi
rentang nyeri)
2) Klien tampak menahan
nyeri
3) Klien tampak memegang
bekas luka operasi
4) Klien tampak mendapat
terapi oral asamefenamat
500 mg

A:Masalah teratasi sebagian

P:lanjutkan intervensi
1) Kaji nyeri, kaji lokasi
nyeri, intensitas, dan
lamanya
2) Monitor TTV klien /
shift
3) Ajarkan tekhnik
relaksasi
4) Berikan obat
penghilang nyeri
5) Lakukan pureperium
sehari sekali
2 Senin,06 Juni 2020 S: Anindita
13.00 1) Klien mengatakan
belum mampu untuk

melakukan aktivitas
2) Klien mengatakan
belum dapat
melakukan
membersihkan diri
secara mandiri

3) Klien mengatakan
masih sangat
bergantung kepada
ibunya untuk
melakukan aktivitas

O:
1) Klien tampak lemah
2) Klien tampak belum
dapat melakukan
aktivitas secara
mandiri
3) Klien tampak belum
dapat melakukan
personal hygiene
secara mandiri
A:Masalah teratasi sebagian

P:Lanjutkan intervensi
1) Monitor kemampuan
klien dalam
melakukan aktivitas
2) Lakukan penggantian
pembalut klien
3) Bantu klien untuk
melakukan personal
hygiene

3 Senin, 06 Juni 2020 S: Esta


13.00 1) Klien mengatakan
kadang terasa pada
daerah operasi
2) Klien mengatakan
balutan bekas operasi
belum diganti

O:
1) Balutan tampak bersih
2) Balutan tampak tidak ada
rembesan

A: Masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi
1) Anjarkan klien untuk
mengganti balutan
2) Anjurkan klien untuk
tetap mencaga balutan
agar tetap kering
3) Berikan obat antibiotik
untuk mencegah
infeksi
3 Senin, 06 Juni 2020 S: Esta
13.00 1) Klien mengatakan cemas
karena ASInya belum
keluar
2) Klien mengatakan tidak
tahu cara memberikan
ASI yang benar

O:
1) Klien tampak tidak
mengetahui cara
memberikan ASI
2) Klien tampak belum
memberikan ASI kepada
bayinya
3) ASI tampak belum
keluar
4) Klien tampak cemas

A: masalah teratasi sebagian

P: lanutkan intervensi
1) Kaji keinginan dan
motivasi ibu untuk
menyusui
2) Kaji integritas kulit
putting ibu
3) Anjurkan ibu
mengkonsumsisayuran
dan buah-buahan
4) Anjurkan ibu bayi untuk
menyusui secara
bergantian antara
payudara kanan dan kiri
5) Anjurkan ibu untuk
massage payudaranya
6) Berikan informasi
tentang keuntungan dan
kerugian memberikan
ASI

No Hari / Tanggal/ Jam Evaluasi hasil (SOAP) Nama / paraf


Dx
1 Selasa, 07 Juni 2020 S: Mukti
13.00 1) Klien mengatakan
nyeri pada abdomen
bekas luka operasi
sudah berkurang
2) Klien mengatakan
nyerinya hanya
kadang-kadang
O:
1) Skala nyeri 3 (saat
diberi rentang nyeri)
2) Klien tampak rileks
3) Klien sudah tidak
memegang bekas
luka operasi
A: Masalah teratasi sebagian

P:Lanjutkan intervensi

2 Selasa, 07 Juni 2020 S: Mukti


13.00 1) Klien mengatakan
sudah dapat
melakukan aktivitas
secara mandiri
2) Klien mengatakan
sudah dapat duduk
3) Klien mengatakan
sudah dapat
membersihkan diri
secara mandiri

O:
1) Klien tampak sudah
dapat mobilisasi
2) Klien tampak sudah
mandiri untuk
melakukan aktivitas
3) Klien tampak
melakukan personal
hygiene secara
mandiri

A: Masalah teratasi

P:Hentikan intervensi
3 Selasa, 07 Juni 2020 S: Mukti
13.00 1) Klien mengatakan
daerah bekas operasi
tidak terasa panas
2) Klien mengatakan
balutan bekas operasi
sudah diganti

O:
1) Balutan tampak bersih
2) Balutan tampak tidak
ada rembesan

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi
1) Anjurkan klien untuk
mengganti balutan
setiap hari
2) Anjurkan klien untuk
tetap menjaga balutan
agar tetap kering
3) Anjurkan klien untuk
tetap menjaga bekas
luka operasi supaya
kering
4) Beri obat antibiotik
infeksi metrodinazol
500 mg dan cefixime
100 mg
3 Selasa, 07 Juni 2020 S: Anindita
13.00 1) Klien mengatakan sudah
tidak cemas
2) Klien mengatakan
ASInya sudah keluar
3) Klien mengatakan sudah
tahu cara memberikan
ASI yang benar

O:
1) Klien tampak
mengetahui cara
pemberian ASI yang
tepat
2) Klien tampak sudah
mendapatkan
pengetahuan tentang
cara pemberian ASI
3) Klien tampak sudah
memberikan ASI kepada
bayinya
4) ASI tampak sudah
keluar
5) Klien tampak sudah
tidak cemas

A: Masalah teratasi

P: Hentikan intervensi
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda
persalinan.Ketuban pecah dini merupakan penyebab terbesar persalinan prematur dengan
bagai akibatnya. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalinan. Waktu sejak
ketuban sampai terjadi kontraksi rahim disebut “kejadian ketuban pecah dini” (periode
laten).
Penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multifaktorial yang dapat
dijabarkan sebagai berikut :
a) Serviks inkompeten
b) Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan ganda, hodramnion.
c)  Kelainan letak janin dalam rahim : letak sungsang, letak lintang.
d) Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum
masuk PAP, sefalopelvik disproforsi
e) Kelainan bawaan dari selaput ketuban
f)  Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput
ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga bermanfaat bagi pembaca dan kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
meminta saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk memaksimalkan
pembuatan makalah selanjutnya.
Daftar Pustaka

Bagus,ida Gde Manuaba. 1998. Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Ratnawati,Ana. 2017. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : Pustaka Baru Press..
Purwaningtyas, D. K. dan Galuh, N. P. 2017. Faktor Kejadian Anemia pada Ibu Hamil. HIGEIA, 1(3):46
Sudarto, T. 2016. Risiko Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu Hamil dengan Infeksi Menular Seksual. Jurnal
Vokasi Kesehatan, 2(2):330-335

Anda mungkin juga menyukai