Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ASKEB KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL

KETUBAN PECAH DINI

DOSEN PENGAMPU : RIONA SANJAYA, S.ST., M.Keb.

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3

1. IKA MEIRINI 1802224P


2. SEPTI RIA HASTUTI 1802238P
3. WEDAWATI 1802246P

STIKes AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG


PROGRAM STUDY D4 KEBIDANAN KONVERSI
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji serta syukur kehadirat Allah S.W.T. akhirnya


penulis dapat menyelesaikan Tugas Kelompok Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan
Maternal Neonatal dengan materi ketuban pecah dini tepat pada waktunya. Dan juga
kami berterima kasih kepada Ibu Riona Sanjaya, SST.M.Keb selaku dosen mata kuliah
Sistem Informasi Kesehatan yang memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap Tugas Kelompok ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan dan pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam Tugas Kelompok terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kami berharap adanya kritik dan saran serta usulan demi
perbaikan Tugas Kelompok yang telah kami buat. Semoga Tugas Kelompok sederhana
ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Pringsewu, Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. ............ i


KATA PENGANTAR ............................................................................... ............ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1


BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kematian ibu dan bayi di Provinsi Lampung tertinggi terjadi di kota
Bandar Lampung tahun 2012 sebanyak 30 kasus kematian ibu dan kasus kematian
bayi pada tahun 2012 yaitu mencapai 166 kasus kematian bayi. Sedangkan jumlah
kejadian ketuban pecah dini pada tahun 2012 yaitu terdapat sebanyak 91 (9%)
kejadian ketuban pecah dini dari 1012 persalinan, yang ternyata mempunyai paritas
lebih dari 5 sebanyak 13%, ibu bersalin dengan Hb < 11gr% sebanyak 16%, usia
ibu < 20 dan > 35 tahun sebanyak 29,6%, riwayat bayi kembar sebanyak 6%,
kelainan letak janin 8%, infeksi genetalia ibu 4% dan yang disebabkan oleh
polihidramnion, inkompetensi servik dan disproporsi sefalopelviks sebanyak 23.0%
(Depkes Provinsi Lampung, 2012).
Salah satu indikator untuk mengukur kualitas SDM adalah derajat
kesehatan penduduk. Masalah kesehatan ibu, bayi, dan perinatal di Indonesia
merupakan masalah nasional yang perlu mendapatkan prioritas utama untuk
dicarikan pemecahannya, karena hal tersebut sangat erat kaitannya dengan kualitas
sumber daya manusia (SDM) untuk generasi yang akan datang. Angka kematian
ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk
mencerminkan derajat kesehatan ibu dan anak, selain sekaligus cerminan dari status
kesehatan suatu negara. Hasil survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2015, AKI yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup yang mengalami penurunan
dari tahun 2012 yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi
(AKB) sendiri menurut survei penduduk antar sensus (SUPAS) pada tahun 2015
yaitu 22 per 100.000 kelahiran hidup.
Ketuban pecah dini (KPD) yaitu pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Pada kehamilan aterm atau kehamilan lebih dari 37 minggu sebanyak 8-
10% ibu hamil akan mengalami KPD, dan pada kehamilan preterm atau kehamilan
kurang dari 37 minggu sebanyak 1% ibu hamil akan mengalami KPD. KPD dapat
menyebabkan infeksi yang dapat meningkatkan kematian ibu dan anak apabila
periode laten terlalu lama dan ketuban sudah pecah.
Menurut WHO, kejadian ketuban pecah dini (KPD) atau insiden PROM
(prelobour rupture of membrane) berkisar antara 5-10% dari semua kelahiran. KPD
preterm terjadi 1% dari semua kehamilan dan 70% kasus KPD terjadi pada
kehamilan aterm. Pada 30% kasus KPD merupakan penyebab kelahiran prematur
(WHO, 2014).
Pengelolaan Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah yang
masihkontroversial dalam kebidanan. KPD sering kali menimbulkan konsekuensi
yang dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi terutama
kematian perinatal yang cukup tinggi. Kematian perinatal yang cukup tinggi ini
antara lain disebabkan karena kematian akibat kurang bulan, dan kejadian infeksi
yang meningkat karena partus tak maju, partus lama, dan partus buatan yang sering
dijumpai pada pengelolaan kasus KPD terutama pada pengelolaan konservatif.
Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera bersikap aktif
terutama pada kehamilan yang cukup bulan, atau harus menunggu sampai
terjadinya proses persalinan, sehingga masa tunggu akan memanjang berikutnya
akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi.
Sedangkan sikap konservatif ini sebaiknya dilakukan pada KPD
kehamilan kurang bulan dengan harapan tercapainya pematangan paru dan berat
badan janin yang cukup. Ada 2 komplikasi yang sering terjadi pada KPD, yaitu :
pertama, infeksi, karena ketuban yang utuh merupakan barier atau penghalang
terhadap masuknya penyebab infeksi. Dengan tidak adanya selaput ketuban seperti
pada KPD, flora vagina yang normal ada bisa menjadi patogen yang akan
membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya. Oleh karena itu
membutuhkan pengelolaan yang agresif seperti diinduksi untuk mempercepat
persalinan dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan resiko terjadinya
infeksi ; kedua, adalah kurang bulan atau prematuritas, karena KPD sering terjadi
pada kehamilan kurang bulan. Masalah yang sering timbul pada bayi yang
kurang bulan adalah gejala sesak nafas atau respiratory Distress Syndrom (RDS)
yang disebabkan karena belum masaknya paru.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput sebelum terdapat tanda-
tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu terjadi pada
pembukaan< 4 cm yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang
waktu.(Winkjosastro, 2011).
Ketuban pecah dini adalah keadan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan.(Sarwono, 2010).
KPD didefinisikan sesuai dengan jumlah jam dari waktu pecah ketuban
sampai awitan persalinan yaitu interval periode laten yang dapat terjadi kapan saja
dari 1-12 jam atau lebih.
Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya
(KPSW) sering disebut dengan premature repture of the membrane (PROM)
didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya melahirkan.
Pecahnya ketuban sebelum persalinan atau pembukaan pada primipara kurang dari
3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. Hal ini dapat terjadi pada kehamilan
aterm maupun pada kehamilan preterm. Pada keadaan ini dimana risiko infeksi ibu
dan anak meningkat. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam
masalah obstetri yang juga dapat menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi serta
dapat meningkatkan kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi (Purwaningtyas,
2017).

B. Klasifikasi
1. KPD Preterm
Ketuban pecah dini preterm adalah pecah ketuban yang terbukti
dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan, tes fern atau IGFBP-1 (+) pada
usia kehamilan <37 minggu sebelum onset persalinan.
KPD preterm adalah saat umur kehamilan ibu antara 34 minggu
sampai kurang 37 minggu. Definisi preterm bervariasi pada berbagai
kepustakaan, namun yang paling diterima dan tersering digunakan adalah
persalinan kurang dari 37 minggu.(Royal Hospital for Women, 2010).
Ketuban pecah dini adalah keadan pecahnya selaput ketuban
sebelum persalinan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum waktunya melahirkan (Sarwono, 2010).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan KPD preterm adalah
pecahnya ketuban yang terbukti dengan vaginal pooling pada usia kehamilan
kurang dari 37 minggu.

2. KPD pada Kehamilan Aterm


Ketuban pecah dini atau premature rupture of membranes (PROM)
adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya yang terbukti dengan vaginal
pooling, tes nitrazin dan tes fern (+), IGFBP-1 (+) pada usia kehamilan ≥ 37
minggu.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput sebelum terdapat tanda-
tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu terjadi pada
pembukaan< 4 cm yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau
kurang waktu (Winkjosastro, 2011).
Ketuban pecah dini adalah keadan pecahnya selaput ketuban
sebelum persalinan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum waktunya melahirkan (Sarwono, 2010).
Dari beberapa devinisi diatas dapat disimpulkan ketuban pecah dini
atau premature rupture of membranes (PROM) adalah keadan pecahnya selaput
ketuban sebelum persalinan pada usia kehamilan ≥37 minggu.

C. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini masih belum dapat diketahui dan tidak
dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan ada faktor-faktor
yang berhubungan erat dengan ketuban pecah dini, namun faktor-faktor mana yang
lebih berperan sulit diketahui. Adapun yang menjadi faktor adalah:
1. Faktor Maternal
a. Korioamnionitis adalah keadaan pada perempuan hamil di mana korion,
amnion dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri.
b. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang secara spesifik permulaan
berasal dari vagina, anus, atau rectum dan menjalar ke uterus.
c. Inkompetensi serviks (leher rahim) adalah istilah untuk menyebut kelainan
pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan
lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak
mampu menahan desakan janin yang semakin besar
d. Riwayat KPD sebelumnya (Winkjosastro, 2011).

2. Faktor Neonatal
a. Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan
makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over
distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga
menekan selaput ketuban, menyebabkan selaput ketuban menjadi
teregang,tipis, dan kekuatan membran menjadi berkurang, menimbulkan
selaput ketuban mudah pecah.
b. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya : Gemelli
(Kehamilan kembar adalah suatukehamilan dua janin atau lebih). Pada
kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga
menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi
karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput
ketuban) relatif kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan
sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah.
c. Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL.
Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak.
Hidramnion kronis adalah peningkatan jumlah cairan amnion terjadi secara
berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba
dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja
(Winkjosastro, 2011).

D. Patofisiologi
Prawirohardjo (2011), mengatakan Patogenesis KPD berhubungan
dengan hal-hal berikut:
1. Adanya hipermotilitis rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah
dini. Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sistitis, sevisitis, dan vaginitis
terdapat bersama-sama dengan hipermotilitas rahim ini.
2. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
3. Infeksi (amnionitis atau koroamnionnitis)
4. Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah: multifara,malposisi,
servik inkompeten,dan lain-lain. 5. Ketuban pecah dini artificial (amniotomi),di
mana berisi ketuban dipecahkan terlalu dini.

E. Faktor Risiko ibu bersalin dengan Ketuban Pecah Dini


1. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas responden sehari-hari,
namun pada masa kehamilan pekerjaan yang berat dan dapat membahayakan
kehamilannya hendaklah dihindari untuk menjaga keselamatan ibu maupun
janin. Kejadian ketuban pecah sebelum waktunya dapat disebabkan oleh
kelelahan dalam bekerja. Hal ini dapat dijadikan pelajaran bagi ibu-ibu hamil
agar selama masa kehamilan hindari/kurangi melakukan pekerjaan yang
berat (Saifuddin, 2010).
Pola pekerjaan ibu hamil berpengaruh terhadap kebutuhan energi.
Kerja fisik pada saat hamil yang terlalu berat dan dengan lama kerja melebihi
tiga jam perhari dapat berakibat kelelahan. Kelelahan dalam bekerja
menyebabkan lemahnya korion amnion sehingga timbul ketuban pecah dini.
Hasil penelitian menyatakan bahwa ibu yang bekerja dan lama kerja ≥40 jam/
minggu dapat meningkatkan risiko sebesar 1,7 kali mengalami KPD
dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Hal ini disebabkan karena
pekerjaan fisik ibu juga berhubungan dengan keadaan sosial ekonomi. Pada ibu
yang berasal dari strata sosial ekonomi rendah banyak terlibat dengan
pekerjaan fisik yang lebih berat.
2. Paritas
Multigravida atau paritas tinggi merupakan salah satu dari penyebab
terjadinya kasus ketuban pecah sebelum waktunya. Paritas 2-3 merupakan
paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian. Paritas 1 dan paritas tinggi
(lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi, risiko pada
paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetric lebih baik, sedangkan risiko
pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana.
Konsistensi serviks pada persalinan sangat mempengaruhi terjadinya ketuban
pecah dini pada multipara dengan konsistensi serviks yang tipis, kemungkinan
terjadinya ketuban pecah dini lebih besar dengan adanya tekanan intrauterin
pada saat persalinan. konsistensi serviks yang tipis dengan proses pembukaan
serviks pada multipara (mendatar sambil membuka hampir sekaligus) dapat
mempercepat pembukaan serviks sehingga dapat beresiko ketuban pecah
sebelum pembukaan lengkap.
Paritas 2-3 merupakan paritas yang dianggap aman ditinjau dari
sudut insidensi kejadian ketuban pecah dini. Paritas satu dan paritas tinggi
(lebih dari tiga) mempunyai resiko terjadinya ketuban pecah dini lebih tinggi.
Pada paritas yang rendah (satu), alat-alat dasar panggul masih kaku (kurang
elastik) daripada multiparitas. Uterus yang telah melahirkan banyak anak
(grandemulti) cenderung bekerja tidak efisien dalam persalinan (Cunningham,
2010).
Paritas kedua dan ketiga merupakan keadaan yang relatif lebih aman
untuk hamil dan melahirkan pada masa reproduktif, karena pada keadaan
tersebut dinding uterus belum banyak mengalami perubahan, dan serviks
belum terlalu sering mengalami pembukaan sehingga dapat menyanggah
selaput ketuban dengan baik. Ibu yang telah melahirkan beberapa kali lebih
berisiko mengalami KPD, oleh karena vaskularisasi pada uterus mengalami
gangguan yang mengakibatkan jaringan ikat selaput ketuban mudah rapuh dan
akhirnya pecah spontan (Saifuddin, 2010).
3. Umur
Umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang
tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dengan bertambahnya umur
seseorang maka kematangan dalam berfikir semakin baik sehingga akan
termotivasi dalam pemeriksaan kehamilam untuk mecegah komplikasi pada
masa persalinan. Umur dibagi menjadi 3 kriteria yaitu < 20 tahun, 20-35 tahun
dan > 35 tahun. Usia reproduksi yang aman untuk kehamilan dan persalinan
yaitu usia 20-35 tahun. Pada usia ini alat kandungan telah matang dan siap
untuk dibuahi, kehamilan yang terjadi pada usia < 20 tahun atau terlalu muda
sering menyebabkan komplikasi/ penyulit bagi ibu dan janin, hal ini
disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, dimana rahim
belum bisa menahan kehamilan dengan baik, selaput ketuban belum matang
dan mudah mengalami robekan sehingga dapat menyebabkan terjadinya
ketuban pecah dini. Sedangkan pada usia yang terlalu tua atau > 35 tahun
memiliki resiko kesehatan bagi ibu dan bayinya.
Keadaan ini terjadi karena otot-otot dasar panggul tidak elastis lagi
sehingga mudah terjadi penyulit kehamilan dan persalinan. Salah satunya
adalah perut ibu yang menggantung dan serviks mudah berdilatasi sehingga
dapat menyebabkan pembukaan serviks terlalu dini yang menyebabkan
terjadinya ketuban pecah dini.
Hasil penelitian membuktikan bahwa umur ibu <20 tahun organ
reproduksi belum berfungsi secara optimal yang akan mempengaruhi
pembentukan selaput ketuban menjadi abnormal. Ibu yang hamil pada umur
>35 tahun juga merupakan faktor predisposisi terjadinya ketuban pecah dini
karena pada usia ini sudah terjadi penurunan kemampuan organ-organ
reproduksi untuk menjalankan fungsinya, keadaan ini juga mempengaruhi
proses embryogenesis sehingga pembentukan selaput lebih tipis yang
memudahkan untuk pecah sebelum waktunya.
4. Riwayat Ketuban Pecah Dini
Riwayat KPD sebelumnya berisiko 2-4 kali mengalami KPD
kembali. Patogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah akibat adanya
penurunan kandungan kolagen dalam membran sehingga memicu terjadinya
KPD aterm dan KPD preterm terutama pada pasien risiko tinggi. Wanita yang
mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang persalinan maka pada
kehamilan berikutnya akan lebih berisiko mengalaminya kembali antara 3-4
kali dari pada wanita yang tidak mengalami KPD sebelumnya, karena
komposisi membran yang menjadi mudah rapuh dan kandungan kolagen yang
semakin menurun pada kehamilan berikutnya (Cunningham, 2010).
Riwayat kejadian KPD sebelumnya menunjukkan bahwa wanita
yang telah melahirkan beberapa kali dan mengalami KPD pada kehamilan
sebelumnya diyakini lebih berisiko akan mengalami KPD pada kehamilan
berikutnya. Keadaan yang dapat mengganggu kesehatan ibu dan janin dalam
kandungan juga juga dapat meningkatkan resiko kelahiran dengan ketuban
pecah dini. Preeklampsia/ eklampsia pada ibu hamil mempunyai pengaruh
langsung terhadap kualitas dan keadaan janin karena terjadi penurunan darah
ke plasenta yang mengakibatkan janin kekurangan nutrisi (Cunningham, 2010).
5. Usia Kehamilan
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada
usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan
prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya
insiden Sectio Caesaria, atau gagalnya persalinan normal. Persalinan prematur
setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam
setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan
dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam
1 minggu. Usia kehamilan pada saat kelahiran merupakan satu-satunya alat
ukur kesehatan janin yang paling bermanfaat dan waktu kelahiran sering
ditentukan dengan pengkajian usia kehamilan. Pada tahap kehamilan lebih
lanjut, pengetahuan yang jelas tentang usia kehamilan mungkin sangat penting
karena dapat timbul sejumlah penyulit kehamilan yang penanganannya
bergantung pada usia janin.
Periode waktu dari KPD sampai kelahiran berbanding terbalik
dengan usia kehamilan saat ketuban pecah. Jika ketuban pecah trimester III
hanya diperlukan beberapa hari saja hingga kelahiran terjadi dibanding dengan
trimester II. Makin muda kehamilan, antar terminasi kehamilan banyak
diperlukan waktu untuk mempertahankan hingga janin lebih matur. Semakin
lama menunggu, kemungkinan infeksi akan semakin besar dan membahayakan
janin serta situasi maternal.
6. Cephalopelvic Disproportion (CPD)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan,tetapi yang tidak kurang penting ialah hubungan antara kepala janin
dengan panggul ibu. Partus lama yang sering kali disertai pecahnya ketuban
pada pembukaan kecil, dapat menimbul dehidrasi serta asidosis dan infeksi
intrapartum. Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan cara pemeriksaan
yang penting untuk mendapat keterangan lebih banyak tentang keadaan
panggul (Sarwono, 2011).

F. Tanda Gejala
Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD
adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma
air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut
masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan
ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi
bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina
yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-
tanda infeksi yang terjadi (Saifuddin, 2010).
G. Diagnosis
Penegakkan diagnosis ketuban pecah dini adalah sebagai berikut: bila air
ketuban banyak dan mengandung mekonium verniks maka diagnosis dengan
inspeksi mudah ditegakkan, tapi bila cairan keuar sedikit maka diagnosis harus
ditegakkan pada :
1. Anamnesa : kapan keluar cairan, warna, bau, adakah partikel-partikel di dalam
cairan (lanugo serviks)
2. Inpeksi : bila fundus di tekan atau bagian terendah digoyangkan, keluar cairan
dari ostium uteri dan terkumpul pada forniks posterior
3. Periksa dalam : ada cairan dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada
lagi
4. Pemeriksaan laboratorium : Kertas lakmus : reaksi basa (lakmus merah
berubah menjadi biru ), Mikroskopik : tampak lanugo, verniks kaseosa (tidak
selalu dikerjakan )
5. Pemeriksaan penunjang.

H. Komplikasi
5. Ibu
a. Infeksi pada ibu yang disebabkan oleh bakteri yang secara spesifik,
permulaan berasal dari vagina, anus, atau rectum dan menjalar ke uterus.
b. Gagalnya persalinan normal yang diakibatkan oleh tidak adanya kemajuan
persalinan sehingga meningkatkan insiden seksio sesarea.
c. Meningkatnya angka kematian pada ibu.(Sarwono, 2010)
6. Bayi
a. Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali
pusat sehingga terjadi asfiksia atau hipoksia.
b. Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul dengan persalinan. Periode
laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi pada
24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50%
persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu
persalinan dalam 1 minggu.
c. Sindrom Deformitas Janin
Ketuban pecah dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan
disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin.
d. Peningkatan morbiditas neonatal karena prematuritas.(Sarwono, 2010)

I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ketuban pecah dini dibagi pada kehamilan aterm,
kehamilan pretem, serta dilakukan induksi, pada ketuban pecah dini yang sudah
inpartu.
1. Ketuban pecah dengan kehamilan aterm
Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm yaitu : diberi
antibiotika, Observasi suhu rektal tidak meningkat, ditunggu 24 jam, bila
belum ada tanda-tanda inpartu dilakukan terminasi. Bila saat datang sudah
lebih dari 24 jam, tidak ada tanda-tanda inpartu dilakukan terminasi
2. Ketuban pecah dini dengan kehamilan prematur
a. EFW (Estimate Fetal Weight) < 1500 gram yaitu pemberian Ampicilin 1
gram/ hari tiap 6 jam, IM/ IV selama 2 hari dan gentamycine 60-80 mg
tiap 8-12 jam sehari selama 2 hari, pemberian Kortikosteroid untuk
merangsang maturasi paru (betamethasone 12 mg, IV, 2x selang 24 jam),
melakukan Observasi 2x24 jam kalau belum inpartu segera terminasi,
melakukan Observasi suhu rektal tiap 3 jam bila ada kecenderungan
meningkat > 37,6°C segera terminasi
b. EFW (Estimate Fetal Weight) > 1500 gram yaitu melakukan observasi
2x24 jam, melakukan observasi suhu rectal tiap 3 jam, pemberian
antibiotika/kortikosteroid, pemberian Ampicilline 1 gram/hari tiap 6 jam,
IM/IV selama 2 hari dan Gentamycine 60-80 mg tiap 8-12 jam sehari
selama 2 hari, pemberian Kortikosteroid untuk merangsang meturasi paru
(betamethasone 12 mg, IV, 2x selang 24jam ), melakukan VT selama
observasi tidak dilakukan, kecuali ada his/inpartu, Bila suhu rektal
meningkat >37,6°C segera terminasi, Bila 2x24 jam cairan tidak keluar,
USG: bagaimana jumlah air ketuban : Bila jumlah air ketuban cukup,
kehamilan dilanjutkan, perawatan ruangan sampai dengan 5 hari, Bila
jumlah air ketuban minimal segera terminasi. Bila 2x24 jam cairan
ketuban masih tetap keluar segera terminasi, Bila konservatif sebelum
pulang penderita diberi nasehat seperti segera kembali ke RS bila ada
tanda-tanda demam atau keluar cairan lagi.
BAB III
KESIMPULAN

Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah
kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat terjadi
pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm.
Penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa
laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-
faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor
predesposisi adalah Infeksi, Servik yang inkompetensia, Tekanan intra uterin yang
meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus), misalnya (trauma,
hidramnion, gemelli), Kelainan letak, Keadaan sosial ekonomi, dan faktor lain.
Diagnosa KPD ditegakkan dengan cara:
1. Anamnesa
2. Inspeksi
3. Pemeriksaan dengan spekulum
4. Pemeriksaan dalam
5. Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan laboraturium, Tes Lakmus (tes
Nitrazin), Mikroskopik (tes pakis),Pemeriksaan ultrasonografi (USG).

Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya,


namun padaumumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan
sedehana. Komplikasi yang mungkin dapat terjadi : Prematuritas, persalinan preterm,
jika terjadi pada usia kehamilan preterm, Oligohidramnion, bahkan sering partus kering
(dry labor) karena air ketuban habis, infeksi maternal : (infeksi intra partum
(korioamnionitis) ascendens dari vagina ke intrauterine, korioamnionitis (demam
>38ºC, takikardi, leukositosis, nyeri uterus,cairan vagina berbau busuk atau bernanah,
DJJ meningkat), endometritis), penekanan tali pusat (prolapsus) : gawat janin kematian
janin akibat hipoksia (sering terjadi pada presentasi bokong atau letak lintang), trauma
pada waktu lahir dan komplikasi infeksi intrapartum.
Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan. Kalau umur
kehamilan tidak diketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaann ultrasonografi
(USG) untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin. Resiko yang lebih sering
pada KPD dengan janin kurang bulan adalah RDS dibandingkan dengan sepsis. Oleh
karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan
waktu yang optimal untuk persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih
biasanya paru-paru sudah matang, chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsis pada
janin merupakan sebab utama meningginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada
kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya
selaput ketuban atau lamanya perode laten.
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti, Aini Oktarina. 2012. Perbedaan Kejadian Ketuban Pecah Dini Antara
Primipara Dan Multipara. Diunduh pasa 18 maret 2019 dari
file:///C:/Users/Acer/Downloads/339-898-1-SM%20(2).pdf

Cunningham, F.G. Et all. 2010. Obstetri William. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan .Jakarta : PT. Bina Pustaka.

Purwaningtyas, D.K. dan Galuh, N.P. 2017. Faktor Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil.
HIGEIA, I

Rahayu, Budi, Ayu Novita Sari. 2017. Studi Deskriptif Penyebab Kejadian Ketuban
Pecah Dini (KPD) pada Ibu Bersalin. Diunduh pada 18 maret 2019 dari
http://journal.unisla.ac.id/pdf/19412012/1.%20perbedaan%20kejadian%20ketuban
%20pecah.pd

Rohmawati, Nur. 2018. Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran.
Diunduh pada 27 maret 2019 dari file:///C:/Users/Acer/Downloads/17937-
Article%20Text-45039-1-10-20180309%20(2).pdf

Wiknjosastro, H. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai