Dosen Pengampu:
Sukawati, M.Pd.I
Disusun oleh :
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................... 17
B. Saran ............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan seni merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kreativitas
siswa dalam berbudaya. Kreativitas adalah sebuah ciri kehidupan manusia.
Dunia pendidikan kita cenderung menekankan aspek kognitif atau pengetahuan
yang bermuara pada kecerdasan intelektualitas semata, sehingga aspek
kreativitas terasa terpinggirkan. Dewasa ini, banyak siswa yang pasif atau
kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran seni budaya baik seni tari, seni rupa,
seni musik, bahkan seni drama yang ada di sekolah. Hal ini disebabkan kurang
tepatnya strategi pembelajaran yang digunakan suatu sekolah.
Strategi pembelajaran yang digunakan lebih menekankan dimana guru
hanya mendemonstrasikan sebuah gerakan lalu diikuti oleh siswa, bukan pada
memberikan siswa kesempatan untuk mengekspresikan gagasan, ide, atau
sebuah gerakan. Sehingga perlu digunakan sebuah strategi pembelajaran yang
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran agar nantinya dapat merangsang
tumbuh kembangnya kreativitas siswa. Untuk itu, pendekatan ekspresi bebas
perlu digunakan serta ditingkatkan sebagai salah satu strategi pembelajaran
yang wajib digunakan oleh setiap sekolah dalam pemberian materi pendidikan
seni tari sebagai upaya meningkatkan kreativitas siswa.
Pengertian seni itu sendiri yang yaitu seni indah (fine art). Yervan dalam
The Liang Gie menyatakan “that art which is principlly concerned with the
production of works of aesthetic significance as distinct from useful or applied
art which is utilitarian in intention” (seni yang terutama bertalian dengan
pembikinan benda-benda dengan kepentingan estetis sebagaimana benda dari
seni berguna atau terapan yang maksudnya untuk kefaedahan). Termasuk seni
indah yaitu rupa/lukis, musik, tari, dan drama/teater (The Liang Gie:1976:63).
Seni diartikan pula karya seni (work of art atau artwork). Sebenarnya lebih tepat
seni sebagai kegiatan manusia, sedang hasil aktivitas disebut kaya seni. John
Hospers dalam The Liang Gie menyatakan bahwa “in its broadest sense, art
includes everything that is mode by man, as opposed to the workings of nature”
1
(dalam arti yang seluas-luasnya, seni meliputi setiap benda yang dibikin oleh
manusia untuk dilawankan dengan benda-benda dari alam).
Seni tari menggunakan media tubuh manusia sebagai alat berekspresi.
Dalam melakukan gerak tari, tubuh harus mempunyai kompetensi yang lebih
dari gerak yang lainnya. Kompetensi ini meliputi kelenturan tubuh,
keseimbangan, daya tahan, kecepatan, dan ketepatan. Seni tari yang
menggunakan media tubuh berkolaborasi dengan seni musik, seni rupa, dan
seni peran. Menurut Kusudiarjo, arti seni tari dalah keindahan bentuk dari
anggota badan manusia yang bergerak, berirama, dan berjiwa harmonis. Dari
bentuk, gerak, irama, dan perasaan atau jiwa lahir keuatan jiwa manusia yang
selaras menjadi bentuk yang indah. Setiap kegiatan dengan menggunakan fisik
selalu menggunakan gerak yang berirama. Anak-anak bila mendengar suara
yang berirama akan refleks menggerakkan badannya. Sehingga seni tari
diartikan sebagai salah satu bidang seni yang menggunakan tubuh manusia
sebagai media ungkap. Maka dari beberapa penjelasan diatas penulis akan
membahas tentang metode pembelajaran seni tari ekspresif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan seni tari ekspresif ?
2. Bagaimana metode belajar seni tari ekspresif ?
3. Apa saja unsur-unsur dalam kesenian tari ?
4. Bagaimana gerak dalam tari ?
5. Apa saja jenis dan fungsi seni tari ?
6. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran tari bagi anak usia dini?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui tentang pengertian seni tari ekspresif.
2. Untuk mengetahui tentang metode belajar seni tari ekspresif.
3. Untuk mengetahui tentang unsur-unsur dalam kesenian tari.
4. Untuk mengetahui tentang gerak dalam tari.
5. Untuk mengetahui tentang jenis dan fungsi seni tari.
6. Untuk mengetahui tentang pembelajaran tari bagi anak usia dini.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Jazuli, M. (1994). Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang: IKIP Semarang Press. hlm. 75
3
Keterampilan gerak dasar tari merupakan proses belajar anak agar bisa
konsentrasi, aktif, ekspresif dan kreatif melalui gerakan-gerakan secara
simbolik. Tari pada anak usia dini disesuaikan dengan kemampuan gerak yang
dapat dilakukan sesuai dengan fase perkembangan kinestetiknya
(psikomotornya).
Tari adalah gerak tubuh yang ritmis’. Senada dengan Sach, Soedarsono
mengemukakan bahwa ‘tari adalah desakan perasaan manusia tentang
“sesuatu” yang disalurkan melalui gerak-gerak ritmis yang indah’. Tari juga
merupakan ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk
melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai
ungkapan si pencipta’. Hal ini dapat dimaksudkan bahwa tari merupakan
penggabungan antara olah gerak tubuh yang memiliki makna, indah dan
ekspresi yang diungkapkan oleh orang yang menampilkannya, baik tari yang
diiringi dengan irama maupun tidak.
Gerak tari dapat membantu meningkatkan kecerdasan kinestetik bagi anak
usia dini, dimana gerak tari dapat memberikan penguatan konsentrasi,
keluwesan serta keindahan gerak, tidak hanya dalam penguasaan kinestetik
(psikomotor) saja melainkan dapat memberikan dan peluang keterampilan
gerak tari yang diperoleh.
Gerak dasar tari dapat didefinisikan sebagai gerakan yang bersifat jasmaniah
yang terdiri dari adanya ide, gerak dan irama sehingga menghasilkan makna.
Tari adalah jenis kesenian yang terkait langsung dengan gerak tubuh
manusia, tubuh adalah alatnya dan gerak tubuh sebagai medianya. Gerak tubuh
yang dapat dijadikan media dalam tari yaitu dimulai dari gerakan kepala
sampai ujung kaki melalui gerakan yang halus (fine motor) atau gerakan kasar
(gross motor).2
Tari merupakan sebuah seni yang mempunyai konsep dan koreografi yang
bersifat kreatif. Pengertian tari yang paling sederhana dikemukakan oleh tokoh
sejarah musik dan tari dari luar dan dalam negeri sebagai berikut:
2
Akbar E. & Abidin, J (2018). Pembelajaran seni tari dalam mewujudkan aspek
pengembangan anak di TK . (Awlady : Jurnal Pendidikan Anak)
4
a. Menurut Curt Sach “ tari adalah gerakan yang ritmis (dance is rhythmic
motion), pengertian ini mengisyaratkan bahwa gerakan itu lebih besar
berkaitan dengan pola waktunya sebagai sebuah proses terbentuknya
rangkaian tubuh yang bermakna.
b. Menurut Dr. J. Verkuyl menekankan pada gerak anggota badan (tubuh),
keteraturan dan irama. “Tari adalah gerak-gerik tubuh dan anggota-
anggotanya yang diatur sedemikian rupa sehingga berirama”.
c. Menurut Crawiey, tari adalah pernyataan gerak interaktif dari urat
mengenai suatu perasaan. Pengertian tersebut menunjukan bahwa tari
sangat berurusan dengan perasaan, sensitivitas jiwa yang reaksional
dengan menanggapi suatu stimulus dari luar atau reaksi spontan dari
dalam diri manusia.
d. Menurut Wisnoe Wardana salah satu tokoh tari modern Indonesia, tari
adalah kerja rasa dari manusia yang penyalurannya melewati urat-urat.
Pemahaman tentang gerak dan didalamnya secara implicit terdiri dari
otot dan atau urat tubuh yang bersifat teknis.
e. Menurut RM. Soedarsono dalam bukunya Djawa dan Bali; Dua Pusat
Perkembangan Dramatari Tradisional di Indonesia, tari adalah ekspresi
jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak-gerak ritmis dan indah.3
f. Menurut Bagong Kusudiarjo, tari adalah keindahan bentuk dari anggota
badan manusia yang bergerak, berirama dan berjiwa yan harmonis.
Tari merupakan sebuah seni kolektif karena didalamnya terdapat beberapa
unsur, meliputi seni musik, seni sastra, seni rupa dan seni drama. Masing-
masing bentuk seni mempunyai unsur dasar yang dapat memberikan penjelasan
dan ketegasan lebih bermakna mengenai bentuk seni tersebut.
Ekspresi adalah pengungkapan atau proses menyatakan (memperlihatkan
atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan, dan sebagainya). Makna lainnya
ekspresi adalah pandangan air muka yang memperlihatkan perasaan seseorang.
Sementara itu, mengekspresikan memiliki makna mengungkapkan (gagasan,
maksud, perasaan, dan sebagainya) dengan gerak anggota badan, air muka,
kata-kata, dan sebagainya. Ada pula istilah ekspresif, yang memiliki makna
3
ibid
5
tepat (mampu) memberikan (mengungkapkan) gambaran, maksud, gagasan,
dan perasaan.
Ekspresi tentunya identik dengan wajah. Ekspresi wajah atau mimik adalah
hasil dari satu atau lebih gerakan atau posisi otot pada wajah. Ekspresi wajah
merupakan salah satu bentuk komunikasi nonverbal, dan dapat menyampaikan
keadaan emosi dari seseorang kepada orang yang mengamatinya.
Dalam penciptaan karya, ekspresi adalah proses komunikasi yang dilalui
pada suatu media, yang ditujukan untuk membangun adanya kesamaan
persepsi akan pesan yang dikomunikasikan. Ekspresi sendiri dapat terjadi
ketika seseorang demikian bersinggungan akan keadaan perasaan tertentu dan
bereaksi terhadapnya.
Ekspresi dalam seni atau ekspresi seni adalah ungkapan perasaan para
pelaku seni yang merupakan perasaan khusus yang bisa membangun nilai dan
sikap. Munculnya perasaan ini bisanya dipicu oleh interaksi para pelaku seni
dengan lingkungan sekitarnya
Ekspresi dalam Tari. Ekspresi dalam tari adalah salah satu unsur utama
terciptanya suatu tarian yang berupa bentuk ungkapan penjiwaan atau
penghayatan atas peran atau gerakan tarian yang dilakukan oleh seorang
penari. Sementara Gerak ekspresif adalah gerak yang indah dan bisa
mempengaruhi perasaan manusia. Keindahan gerakan tersebut merupakan
gerakan distilir yang mengandung ritme tertentu.4
4
Ari Subekti, Keragaman Tari Nusantara, (klaten : PT. Intan Pariwara, 2008) hlm. 23
5
Sugandi, Acmad dan Haryanto. (2003). Teori Pembelajaran. Semarang : IKIP Sujono,
hlm. 35
6
lainnya. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan sanggar dan
perlengkapan audio visual, sementara prosedur meliputi jadwal dan metode
penyampaian informasi, praktik, evaluasi, dan sebagainya. Istilah belajar dan
mengajar adalah suatu sistem instruksional mengacu kepada pengertian sebagai
seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai
tujuan.6
Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini, menurut Sujiono dan Sujiono,
pada dasarnya adalah pengembangan kurikulum secara konkret berupa
seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain
yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas
perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi
yang harus dimiliki oleh anak. 7
Kostelnik (1999) mengemukakan tujuh jenis strategi pembelajaran khusus
yang dapat dijadikan dasar untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran pada anak usia dini. Beberapa jenis-jenis strategi pembelajaran
khusus tersebut adalah:
a. Belajar Kooperatif (Cooperative Learning)
Menurut Cohen (1994) mengidentifikasi strategi belajar kooperatif
sebagai suatu strategi pembelajaran yang melibatkan anak untuk
bekerja sama dalam kelompok yang cukup kecil, dan setiap anak
dapat berpartisifasi dalam tugastugas bersama yang telah ditentukan
dengan jelas tapi tidak terus menerus dan supervisi diarahkan secara
langsung oleh guru.
b. Demontrasi (Demonstration)
Demontrasi adalah strategi pembelajaran yang dilaksanakan dengan
cara memperlihatkan bagaimana proses terjadinya atau cara
bekerjanya dan bagaimana tugas-tugas itu dilaksanakan.
c. Pengajaran Langsung (Direct Instruction).
Pengajaran langsung adalah strategi pembelajaran yang digunakan
untuk membantu anak mengenal istilah istilah, strategi, informasi
6
Djamarah, Bahri, dkk. (1995). Srategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm. 10
7
Yuliani nurani. (2009) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.
7
faktual dan kebiasaan-kebiasaan. Pengajaran langsung merupakan
gabungan dari modelling, analisis tugas, penghargaan yang efektif,
menginformasikan dan tantangan.
9
1. Unsur Utama Kesenian Tari
Suatu gerakan dapat dikatakan sebagai tarian jika memenuhi 3 unsur
utama. Apabila salah satu unsur utama tidak terpenuhi maka tidak dapat
disebut sebagai tarian. Unsur utama tarian antara lain:
a) Wiraga (raga) – sebuah tarian harus memperlihatkan gerakan badan,
baik posisi berdiri maupun duduk.
b) Wirama (irama) – seni tari wajib memiliki unsur irama yang
menyatukan gerakan badan dan pengiringnya, meliputi irama musik
dan tempo tarian.
c) Wirasa (rasa) – seni tari harus mampu menyampaikan perasaan
melalui gerakan maupun ekspresi saat menari.
10
rasa suatu tarian. Oleh sebab itu, tanpa riasan dan kostum maka
tarian akan terasa hambar untuk ditonton.
4. Pola Lantai atau Bloking. Tarian akan lebih berseni ketika ada pola
lantai yang teratur. Penari tidak harus berdiri pada satu titik dan
dapat menyesuaikan atau berpindah tempat.
11
E. Jenis dan Fungsi Seni Tari
Tarian dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis berdasarkan faktor
tertentu, misalnya jumlah penari dan genre atau aliran tari. Berikut ini adalah
jenis seni tari berdasarkan jumlah penari yang melakukan, yaitu:
1) Tari Tunggal atau Solo adalah tarian yang dibawakan oleh satu orang
penari.
2) Tari Berpasangan atau Duet adalah tarian yang dibawakan oleh dua
orang penari secara berpasangan.
3) Tari Berkelompok atau Grup adalah tarian yang dibawakan banyak orang
dalam kelompok.
Tarian memiliki beberapa fungsi sesuai dengan gerakan serta irama yang
dilakukan. Berikut ini adalah beberapa fungsi seni tari, antara lain:
a. Sarana Keagamaan / Kepercayaan.
Tarian telah alam digunakan dalam sarana keagamaan yang bersifat
sakral dan mengajarkan makna kebaikan, misalnya beberapa jenis tari di
Bali yang digunakan sebagai sarana komunikasi dengan dewa dan
leluhur.
b. Sarana Upacara Adat
Seni tari juga bisa digunakan sebagai sarana upacara adat untuk berbagai
tujuan, seperti meminta hujan, meminta hasil panen, serta acara adat lain.
c. Sarana Pergaulan
Tarian mengandung nilai sosiokultural bagi masyarakat. Hubungan sosial
dapat terjalin saat tarian dilakukan dan dipentaskan. Manfaatnya adalah
munculnya kerukunan dan persatuan antar manusia.
d. Saranan Hiburan
Seni tari bermanfaat sebagai ajang hiburan, tontonan, serta pertunjukan.
Berbagai jenis tarian adat dapat dinikmati bagi mereka pecinta seni dan
masyarkat awam.
12
F. Pembelajaran Tari Bagi Anak Usia Dini
Tari dalam dimensi pendidikan akan memberi warna dan arah pada
pembentukan pengetahuan, sikap dan keterampilan gerak. Hal ini disebabkan
karena pembelajaran tari tidak hanya mengembangkan kompetensi motorik
semata, akan tetapi kompetensi afektif dan kognitif. Ada empat fungsi
pendidikan taripada anak usia dini, yaitu sebagai berikut:
1) Mengembangkan kompetensi intelektual. Hal ini disebabkan pada
saat menari anak harus mempu secara kognitif, yaitu untuk
memahami, mengerti, mensintesa bahkan mengevaluasi gerak yang
dilakukan. Sedangkan dari ranah afektif anak dituntut untuk mampu
bersikap positif menerima estetika tari. Sementara dari ranah
psikomotorik anak dituntut untuk mampu melakukan gerak secara
terampil, tepat dengan irama yang mengiringinya;
2) Wahana sosialisasi. Tari dalam dimensi pendidikan juga merupakan
wahana sosialisasi bagi anak, terutama sewaktu menari dalam bentuk
kelompok. Setiap anak dituntut untuk mampu bekerjasama. Hal ini
diperlukan untuk memberi kekompakan gerak sewaktu menari.
Sosialisasi melalui tari akan berdampak pada rasa percaya diri pada
anak;
3) Wahana cinta lingkungan. Selain mengembangkan kompetensi
intelektual dan kompetensi bersosialisasi, tari pendidikan juga
mampu mengembangkan cinta lingkungan pada anak. Ini dapat
dilakukan dengan cara memberi pengertian tentang makna tari yang
terkandung didalamnya. Dengan demikian anak tidak hanya hanya
hapal dalam menari melainkan dapat menanamkan sejak dini untuk
mencintai lingkungan alam sekitar;
4) Pengembangan kreativitas. Pengembangan kreativitas ini dapat
dilakukan dengan melakukan eksplorasi gerak yang dilakukan oleh
anak. Melalui eksplorasi anak-anak dapat mencoba dan menemukan
berbagai ragam gerak yang dikehendaki.
13
Kemampuan yang sangat mendasar dari fisik anak usia dini dapat dilihat
dari kemampuan dalam melakukan gerakan keseimbangan, lokomotor,
kecepatan, adanya perubahan ekspresi, teknik, bisa mengendalikan tubuh dan
dapat melakukan gerak energik melalui koordinasi dengan anggota tubuh
lainnya. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran tari bagi anak
usia dini, yaitu8 : (1) tari imitatif, dan (2) karakteristik gerak tari bagi anak
usia dini.
Seni tari merupakan salah satu bagian dari pendidikan seni yang terdapat
dalam program pembelajaran. Pendidikan seni dengan pendekatan kompetensi
sebagai salah suatu alternatif solusi dan antisipasi pada persaingan global
yang kompetitif. Pendidikan berbasis kompetensi adalah pendidikan yang
menitikberatkan pada penguasaan kemampuan atau kompetensi untuk
mengerjakan atau melakukan sesuatu.
Gerakan tari pada anak usia dini umumnya bersifat pengulangan dari 5-6
gerakan, dengan ditambah variasi formasi yang sederhana. Hal penting yang
perlu diperhatikan oleh guru ataupun orangtua adalah memperhatikan kondisi
fisik dan psikologis anak saat ingin menari. Memaksakan atau menekan anak
untuk menunjukkan suatu gerakan tari, terlebih harus sempurna, hanya akan
membuat kondisi menjadi semakin buruk dan tidak mengembangkan
kreativitas mereka. Berikut im adalah beberapa contoh kegiatan yang
dilakukan guru dan anak berdasarkan indikator kemampuan dan kecerdasan
musikal :
a. Menyanyikan lagu-lagu anak
Guru mengajak anak menyanyikan lagu-lagu yang sesuai dengan
tema tema yang digunakan atau yang dekat dengan kehidupan sehari-
hari mereka. Dalam hal ini guru dapat membuat atau mengkreasikan
lagu baru ciptaannya sendiri. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan
atau tanpa alat musik pengiring.
8
Desfina. (2005). Belajar Seni Tari Untuk Anak Usia TK. Bandung: Pendidikan Guru
Taman Kanak-kanak Fakultas Ilmu Pendidikan Indonesia UPI. Hlm. 53
14
b. Bermain Tepuk
Kegiatan bermain tepuk merupakan salah satu kegiatan yang juga
sangat digemari anak selain bernyanyi. Anak akan dikenalkan
berbagai pola tepuk yang disesuaikan dengan tema-tema. Gerak dan
ekspresi sangat memberi pengaruh dalam kegiatan ini Guru juga
dapat berkreasi membuat berbagai permainan tepuk yang
memotivasi, mengenalkan sebuah konsep, atau melatih konsentrasi
anak.
c. Tebak nada dan lagu
Dalam kegiatan ini, guru dapat melakukannya dengan bantuan alat
musik ataupun dengan bersenandung tanpa syair. Kemudian anak
diminta menebak lagu berdasarkan bunyi solmisasi dari alat musik
tersebut atau nada yang dimunculkan dari suara senandung guru.
Karakteristik gerak pada anak usia dini umumnya mereka dapat melakukan
dengan berbagai kegiatan-kegiatan pergerakan menirukan. Apabila seorang
guru dapat menunjukkan kepada anak didik suatu action yang dapat diamati
15
(observable), maka anak akan mulai membuat tiruan action tersebut sampai
pada tingkat otot-ototnya dan dituntut oleh dorongan kata hati untuk
menirukannya.
9
Kamtini dan Tanjung. (2005). Bermain Melalui Gerak dan Lagu di TK. Jakarta: Raja
Grafindo Persada. Hlm. 46
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat untuk memperkaya wawasan dan
pengetahuan tentang metode pembelajaran seni tari ekspresif. Semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. Mohon maaf jika makalah ini banyak
kekurangan dan kesalahan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Akbar E. & Abidin, J (2018). Pembelajaran seni tari dalam mewujudkan aspek
pengembangan anak di TK . (Awlady : Jurnal Pendidikan Anak)
Ari Subekti, Keragaman Tari Nusantara, (klaten : PT. Intan Pariwara, 2008)
Desfina. (2005). Belajar Seni Tari Untuk Anak Usia TK. Bandung: Pendidikan
Guru Taman Kanak-kanak Fakultas Ilmu Pendidikan Indonesia UPI.
Djamarah, Bahri, dkk. (1995). Srategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Jazuli, M. (1994). Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang: IKIP Semarang Press.
Kamtini dan Tanjung. (2005). Bermain Melalui Gerak dan Lagu di TK. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Yuliani nurani. (2009) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT
Indeks.
18