Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERKEMBANGAN SENI RUPA ANAK

Disusun Oleh :

Novia Maya Dewi (06131382227093) / 19


Soultan Sago (06131382227094) / 20

Dosen Pengampu:

Dr. Makmum Raharjo, M. Sn


Dwi Cahaya Nurani, M. Pd

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
PALEMBANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Perkembangan Seni Rupa Anak” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di
dalamnya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
Mata Kuliah Pendidikan Seni Rupa dan Prakarya. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang “Perkembangan Seni Rupa Anak”.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Palembang, Agustus 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................... i
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Seni Rupa Anak ..........................................................................3
2.2 Masa Keemasan/Peka Perkembangan Anak ....................................................... 3
2.3 Fungsi Seni Rupa Pada Perkembangan Anak ..................................................... 4
2.4 Periodesasi Perkembangan Seni Rupa Anak ...................................................... 7
2.5 Seni Sebagai Alat Pendidikan .............................................................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulam ........................................................................................................10
3.2 Saran.................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan seni merupakan saran untuk pengembangan kreativitas anak.
Pelaksanaan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan
pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk
mendidik anak menjadi kreatif. Seni merupakan aktivitas permainan. Melalui permainan,
kita dapat mendidik anak dan membina kreativitasnya sedini mungkin. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan. Melalui permainan
dalam pendidikan seni anak memiliki keleluasaan untuk mengembangkan kreativitasnya.
Beberapa aspek penting yang perlu mendapat perhatian dalam pendidikan seni
antara lain kesungguhan, kepekaan, daya produksi, kesadaran berkelompok, dan daya
cipta. Pendidikan seni adalah segala usaha untuk meningkatkan kemampuan kreatif
ekspresif anak didik dalam mewujudkan kegiatan artistiknya berdasrkan aturan-aturan
estetika tertentu. Selain itu, pendidikan seni bertujuan menciptakan cipta rasa keindahan
dan kemampuan mengolah menghargai seni. Jadi melalui seni, kemampuan cipta, rasa
dan karsa anak di olah dan dikembangkan. Selain mengolah cipta, rasa dan karsa seperti
yang diterapkan di atas, pendidikan seni merupakan mengolah berbagai ketrampilan
berpikir. Hal tersebut meliputi ketrampilan kreatif, inovatif, dan kritis. Keterampilan ini
di olah melalui cara belajar induktif dan deduktif secara seimbang.
Pendidikan Seni Rupa sesungguhnya merupakan istilah yang relatif baru digunakan
dalam dunia persekolahan. Pada mulanya digunakan istilah menggambar. Penggunaan
istilah pengajaran menggambar ini berlangsung cukup lama hingga kemudian diganti
dengan istilah Pendidikan Seni rupa. Materi pelajaran yang diberikan tidak hanya
menggambar tetapi juga beragam bidang seni rupa yang lain seperti mematung,
mencetak, menempel dan juga apresiasi seni. Tujuanpengajaran menggambar di sekolah
adalah untuk menjadikan anak pintar menggambar melalui latihan koordinasi mata dan
tangan. Dengan demikian dapat dikatakan seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan.
Pendidikan Seni Rupa adalah mengembangkan keterampilan menggambar, menanamkan
kesadaran budaya lokal, mengembangkan kemampuan apreasiasi seni rupa, menyediakan
kesempatan mengaktualisasikan diri, mengembangkan penguasaan disiplin ilmu Seni
Rupa, dan mempromosikan gagasan multikultural.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan Seni Rupa Anak?
2. Apa yang dimaksud Masa Keemasan/Peka Pada Perkembangan Anak?
3. Bagaimana Fungsi Seni Rupa Pada Perkembangan Anak?
4. Bagaimana Periodisasi Perkembangan Seni Rupa Anak?
5. Apa yang dimaksud Seni Sebagai Alat Pendidikan?
1.3 Tujuan
1. Untuk Menganalisa Bagaimana Perkembangan Seni Rupa Anak.
2. Untuk Memahami Apa yang dimaksud Masa Keemasan/Peka Pada Perkembangan
Anak.
3. Untuk Menganalisa Bagaimana Fungsi Seni Rupa Pada Perkembangan Anak.
4. Untuk Menganalisa Bagaimana Periodisasi Perkembangan Seni Rupa Anak.
5. Untuk Memahami Apa yang dimaksud Seni Sebagai Alat Pendidikan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Seni Rupa Anak


Setiap guru perlu mengenal latar belakang anak didiknya, khususnya landasan teori
tentang dunia kesenirupaan anak yang telah dikembangkan oleh para ahli, agar ia dapat
memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi anak. Berdasarkan teori tahap-
tahap perkembangan menggambar/seni rupa secara garis besar dapat dibedakan dua tahap
karakteristik. Misalnya pada anak sekolah dasar (SD) yaitu kelas I sampai dengan kelas
III ditandai dengan kuatnya daya fantasi-imajinasi, sedangkan kelas IV sampai dengan
kelas VI ditandai dengan mulai berfungsinya kekuatan rasio. Perbedaan kedua
karakteristik ini tampak pada gambar-gambar (karya dua dimensi) atau model, patung dan
perwujudan karya tiga dimensi lainnya.1
Ada dua cara untuk memahami perkembangan seni rupa anak-anak. Pertama,
mengkaji teori-teori yang berkaitan dengan perkembangan seni rupa anak menurut para
ahli. Kedua, mengamati dan mengkaji karya anak secara langsung. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengumpulkan karya anak berdasarkan rentang usia yang relevan. 2
Jadi, secara umum perkembangan karya seni rupa anak bersifat ekspresif dan
dinamis. Apa yang digambarkan anak mencerminkan pribadinya, mengungkapkan apa
yang diketahuinya dan tidak menggambar sesuai dengan kenyataan. Kesukaan akan gerak
digambarkan dengan warna tajam mencolok serta objek-objek penuh gerak seperti
binatang, orang, dan kendaraan. Tetapi, jika dikaji ternyata bahwa secara umum terjadi
pentahapan (periodisasi) dalam perkembangan dunia kesenirupaan anak.

2.2 Masa Keemasan/Peka Perkembangan Anak


Dalam psikologi perkembangan dinyatakan bahwa pada rentang kehidupan manusia
khususnya anak ada yang disebut masa keemasan yang dikenal dengan masa peka. Hal ini
dipertegas oleh Piere Duquet :3
“A childre who does not draw is an anomaly, and particulary so in the years
between 6 an 10, which is outstandingly the golden age of creative expression”.

1
Muharam, E dan Warti Sundaryati, Pendidikan Kesenian II Seni Rupa (Jakarta: Departeman Pendidikan
dan Kebudyaaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan, 1991), hlm.
20.
2
Muharam, E dan Warti Sundaryanti, ibid., hlm. 21.
3
Duquet, Piere, „Creative Communication‟, Education and Art A Symposium. (Paris: UNESCO, 1953),
hlm. 3.

3
Pada masa peka atau keemasan ini anak harus diberi kesempatan agar potensi yang
dimilikinya berfungsi secara maksimal. Masa peka tiap orang berbeda-beda. Secara
umum, masa peka menggambar ada pada masa lima tahun, sedangkan masa peka
perkembangan ingatan logis pada umur 12 dan 13 tahun. Selanjutnya, untuk terciptanya
kesempatan bagi siswa agar dapat melakukan ekspresi kreatif, maka guru perlu
melakukan kegiatan, antara lain:4
2.2.1 Memberi perangsang (stimulasi) kepada siswa;
2.2.2 Guru dapat mempertajam imajinasi dan memperkuat emosi siswa dengan
menggunakan metode pertanyaan.
Kemampuan siswa kelas rendah dalam membuat gambar tampak lebih spontan dan
kreatif dibandingkan dengan siswa kelas tinggi. Hal ini terjadi karena semakin tinggi usia
anak, maka kemampuan rasionya semakin berkembang sehingga dapat berpikir kritis.
Kondisi ini akan mempengaruhi anak dalam hal spontanitas dan kreatifitas karya. Bila
rasionya sudah berfungsi dengan baik, maka dalam membuat karya seni, misalnya
menggambar, mereka selalu mempertimbangkan objek gambar secara rasional; bentuk
yang baik, proporsi yang tepat, penggunaan warna yang cocok sesuai dengan benda yang
dilihatnya.5

2.3 Fungsi Seni Rupa Pada Perkembangan Anak


2.3.1 Fungsi Individual
Manusia terdiri dari unsur fisik dan psikis. Salah satu unsur psikis adalah emosi.
Maka fungsi individual ini dibagi menjadi fungsi fisik dan fungsi emosi, antara lain:
2.3.1.1 Fisik yaitu yang berhubungan dengan fisik. Contoh: busana, perabot, rumah
alat transportasi dan sebagainya.
2.3.1.2 Emosional yaitu dipenuhi melalui seni murni, baik dari senimannya
maupun dari pengamatan atau konsumennya. Contoh: lukisan, patung, film,
dan sebagainya.
2.3.2 Fungsi Sosial
Fungsi sosial merupakan suatu fungsi seni yang bermanfaat sebagai pemenuhan
kebutuhan sosial suatu individu. Terdapat beberapa macam fungsi seni sebagai fungsi
sosial, yaitu sebagai berikut:

4
Victor Lowenfeld dan W. Lambert Brittain, Creative and Mental Growth. Six Edition (New York:
Macmillan Publishing Co., Inc, 1975), hlm. 5.
5
C. Kamaril, Dkk, Pendidikan Seni Rupa/Kerajinan Tangan (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), hlm.
8.

4
2.3.2.1 Fungsi Rekreasi
Kejenuhan seseorang karena aktifitasnya sehari-hari membuat seseorang
membutuhkan penyegaran diri, misalnya diwaktu hari libur mangunjungi tempat-
tempat rekreasi obyek wisata (rekreasi alam). Seni juga dapat dijadikan sebagai
benda rekreasi misalnya seni pertunjukan sendra tari, pagelaran musik, pertunjukan
teater dll. Seni sebagai rekreasi merupakan seni yang mampu menciptakan suatu
kondisi tertentu yang bersifat penyegaran dan pembaharuan kondisi yang telah ada.
Di era globalisasi ini kehadiran seni mendapatkan perhatian yang sangat serius dari
banyak pihak (terkait dengan kebutuhan dan nilai ekonomi atau bisnis)
2.3.2.2 Fungsi Komunikasi
Pada hakekatnya setiap orang berkomunikasi dengan manusia lain
menggunakan bahasa karena merupakan sarana yang paling efektif, mudah, dan
cepat untuk dimengerti. Namun begitubahasa memiliki keterbatasan karena
tidaklah mungkin semua orang menghafal semua bahasa yang ada. Oleh karena
itulah dibutuhkan bahasa universal yaitu bahasa yang dapat dimengerti oleh semua
orang. Seni diyakini dapat dipergunakan demi kepentingan tersebut. Misalnya
Paranggi dapat berkomunikasi dengan orang di seluruh pelosok penjuru dunia
melalui pertunjukan sendra tari, affandi melalui lukisannya, Shakespeare dapat
berkomukasi melalui puisi-puisi nya dll. Tampaknya seni menjadi sangat efektif
membantu orang untuk berkomunikasi karena seni dapat menembus batasan-batasn
bahasa verbal maupun perbedaan lahiriah setiap orang. Hanya melalui seni
manusia dapat berkomunikasi dengan dunia luar serta melalui seni kita dapat
mengenal budaya bangsa lain.
2.3.2.3 Fungsi Rohani
Kepercayaan religi tersebut terdapat dalam karya-karya moko, neraca,
dolmen, menhir, candi pura, bangunan masjid, gereja, ukiran, relief, dsb. Manakah
yang muncul pertama kali, kepercayaan religi atau seni terlebih dahulu? Dan hal
tersebut tidak dapat dijawab secara pasti. Karl Barth berpendapat bahwa sumber
keindahan adalah Tuhan. Agama sering dijadikan juga sebagai salah satu sumber
inspirasi seni yang berfungsi untuk kepentingan keagamaan. Pengalaman-
pengalaman religi tersebut tergambarkan dalam bentuk nilai estetika. Banyak
media yang mereka pergunakan. Ada yang memakai suara, gerak, visual, dsb.
Sebagai contoh yaitu kaligrafi arab, makam, relief, candi, gereja dll.

5
2.3.2.4 Fungsi Pendidikan
Pendidikan dalam arti luas diartikan sebagai suatu kondisi tertentu yang
memungkinkan terjadinya transformasi dan kegiatan sehingga mengakibatkan
seseorang mengalami suatu kondisi tertentu yang lebih maju. Dlam sebuah
pertunjukan seni, orang sering mendapatkan pendidikan secara tidak langsung
karena di dalam setiap karya seni pasti ada pesan atau makna yang disampaikan.
Disadari atau tidak, rangsangan-rangsangan yang ditimbulkan oleh seni merupakan
alat pendidikan bagi seseorang. Seni bermanfaat untuk membimbing dan mendidik
mental dan tingkah laku seseorang supaya berubah kepada kondisi yang lebih baik
dan maju darisebelumnya. Disinilah seni harus disadari mnumbuhkan nilai estetika
dan etika kepada peserta didik
2.3.2.5 Fungsi Artistik
Dalam hal ini seni lebih berfungsi sebagai media ekspresi seniman dalam
menyajikan karyanya tidak untuk hal yang komersil, seperti musik kontemporer,
tari kontemporer, dan seni rupa kontenporer (seni hanya pertunjukan yang tidak
bisa dinikmati pendengar atau pengunjung hanya bisa dinikmati oleh para seniman
dan komunitasnya.
2.3.2.6 Fungsi Guna
Karya seni yang dibuat tanpa memperhitungkan kegunaannya kecuali
sebagai media ekspresi (karya seni murni) atau pun dalam proses penciptaan
mempertimbangkan aspek kegunaannya seperti perlengkapan atau peralatan rumah
tangga yang berasal dari gerabah ataupun rotan
2.3.2.7 Fungsi Kesehatan
Seni sebagai fungsi kesehatan seperti pengobatan penderita gangguan
physic ataupun medis distimulasi melalui terapi musik (disesuaikan dengan latar
belakang pasien). Terbukti musik telah mampu digunakan untuk menyembuhkan
penyandang autisme, gangguan psikologis,trauma pada suatu kejadian, dsb. Pada
tahun 1999 Siegel menyatakan bahwa musik klasik menghasilkan gelombang alfa
yang menenangkan dapat merangsang sistem limbic jaringan neuron otak dan
gamelan menurut Gregorian dapat mempertajam pikiran.6

6
Zulkifli, Psikologi Perkembangan (Bandung: Rosdakarya, 2003), hlm. 11.

6
2.4 Periodisasi Perkembangan Seni Rupa Anak
Pengelompokan periodisasi karya seni rupa anak dimaksudkan agar kita mudah
mengenali karakteristik perkembangan anak berdasarkan usianya. Dalam
mengungkapkan gagasannya, anak masih memandang gambar sebagai satu ungkapan
keseluruhan. Hal ini belum tampak bagian demi bagian secara rinci. Yang tampak
hanyalah bagian-bagian kecil yang menarik perhatian, terutama yang menyentuh
perasaan dan keinginannya.7
Ada beberapa tokoh yang telah melakukan kajian yang seksama berkenaan dengan
periodisasi karya seni rupa anak, di antaranya Corrado rici dari Italia, Kemudian
dilanjutkan oleh Sully, Kerchensteiner, William Stern, Cyrul Burt, Margaret Meat,
Victor Lowenfeld dan Brittain, Rhoda Kellogg, Scot, Langsing, dan lain-lain.
2.4.1 Perodisasi menurut Kerchensteiner
Upaya yang telah dilakukan Kerchensteiner adalah mengadakan penyelidikan pada
anak-anak dari masa bayi sampai empat belas tahun. Dari 100.000 buah gambar ia
menggolongkannya dalam beberapa periode, masa, yaitu:
2.4.1.1 Masa Mencoreng: 0 - 3 tahun;
2.4.1.2 Masa bagan: 3 - 7 tahun;
2.4.1.3 Masa bentuk dan garis : 7 - 9 tahun;
2.4.1.4 Masa bayang-bayang : 9 - 10 tahun;
2.4.1.5 Masa persfektif : 10 - 14 tahun.
2.4.2 Periodisasi menurut Cyrl Burt
Membagi periodisasi gambar menjadi tuju tingkatan, yaitu:
2.4.2.1 Masa mencoreng: 2 - 3 tahun;
2.4.2.2 Masa garis: 4 tahun Masa simbolisme deskriptif : 5 - 6 tahun;
2.4.2.3 Masa realisme deskriftif : 7 - 8 tahun;
2.4.2.4 Masa realisme visual : 9 - 10 tahun Masa represi : 10 – 14 tahun;
2.4.2.5 Masa pemunculan artistic : masa adolesen
2.4.3 Periodisasi masa perkembangan seni rupa anak menurut Viktor Lowenfeld dan
Lambert Brittain
Penyelidikan yang dilakukan terhadap anak-anak usia 2 sampai 17 tahun
menghasilkan periodisasi sebagai berikut:
2.4.3.1 Masa mencoreng (scribbling) : 2-4 tahun;

7
Sobandi dan Lowenfeld, Mengenal Periodisasi Perkembangan Seni Rupa Anak-Anak (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), hlm. 2.

7
2.4.3.2 Masa Prabagan (preschematic) : 4-7 tahun;
2.4.3.3 Masa Bagan (schematic period) : 7-9 tahun;
2.4.3.4 Masa Realisme Awal (Dawning Realism) : 9-12 tahun;
2.4.3.5 Masa Naturalisme Semu (Pseudo Naturalistic) : 12-14 tahun;
2.4.3.6 Masa Penentuan (Period of Decision) : 14-17 tahun.
2.4.4 Periodisasi masa perkembangan seni rupa anak menurut Rhoda Kellog dan Scott
Beliau melakukan penelitian di 30 negara dengan lukisan/gambar anak yang diteliti
lebih dari 1.000.000 gambar. Hasil penelitiannya terhadap gambar anakanak cicatat
dengan teliti.
2.4.4.1 Coretan dan corengan (Scribble and Scriblin) : 2 - 3 tahun;
2.4.4.2 Rahasia bentuk (The Secrets of Shape) : 2 - 4 tahun;
2.4.4.3 Seni Kontur (Art in Outline) : 2 - 4 tahun;
2.4.4.4 Anak dan desain (The Child and Design) : 3 - 5 tahun;
2.4.4.5 Mandala, matahari dan Radial (Mandlas, Suns, and Radials): 3 - 5 tahun;
2.4.4.6 Manusia People) : 4 - 5 tahun;
2.4.4.7 Mirip Gambar (AlmostPictures) : 4 – 6 tahun;
2.4.4.8 Gambar (Pictures) : 5 –7 tahun.
2.4.5 Periodisasi masa perkembangan seni rupa anak menurut Lansing
2.4.5.1 Masa coreng-moreng : 2-4 tahun;
2.4.5.2 Masa/tahap figurative : 3-12 tahun
2.4.5.3 Subtahap permulaan figuratif : 3 -7 tahun;
2.4.5.4 Subtahap pertengahan figuratif : 9-10 tahun;
2.4.5.5 Subtahap akhir figuratif : 9-12 tahun;
2.4.5.6 Tahap artistik : 12 tahun ke atas
Jadi, berdasarkan tahapan periodisasi di atas, pada bahan belajar mandiri ini Anda
akan mempelajari pendapat yang dikemukakan antara lain dari Viktor Lowenfeld dan
Brittain. Alasan pemilihan pendapat tokoh ini karena pembagian usia anak lebih lengkap
dan dipandang mewakili, sesuai dengan jenjeng pendidikan di negara kita, yaitu usia 7 –
12 tahun (SD), 13 – 15 tahun (SMP), dan usia 16 –18 tahun (SMA).

2.5 Seni Sebagai Alat Pendidikan


Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman,
melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif. Pendidikan seni rupa adalah
mengembangkan keterampilan menggambar, menanamkan kesadaran budaya lokal,

8
mengembangkan kemampuan apresiasi seni rupa, menyediakan kesempatan
mengaktualisasikan diri, mengembangkan kemampuan apresiasi seni rupa, menyediakan
kesempatan mengaktualisasi diri, mengembangkan penguasaan disiplin ilmu seni rupa,
dan mempromosikan gagasan multikultural.8

8
Hausman, J. J, Arts and the Schools (1980), hlm. 10.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mengenal perkembangan karakteristik anak diperlukan untuk melakukan
pendekatan, perencanaan pembelajaran, memilih dan mentukan media, metode dan
evaluasi. Tahap-tahap perkembangan menggambar/seni rupa secara garis besar dapat
dibedakan dua tahap karakteristik, yaitu kelas I sampai dengan kelas III ditandai dengan
kuatnya daya fantasi-imajinasi, sedangkan kelas IV sampai dengan kelas VI ditandai
dengan mulai berfungsinya kekuatan rasio.
Ada dua cara untuk memahami perkembangan seni rupa anak-anak. Pertama,
mengkaji teori-teori yang berkaitan dengan perkembangan senirupa anak menurut para
ahli. Kedua, mengamati dan mengkaji karya anak secara langsung. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengumpulkan karya anak berdasarkan rentang usia yang relevan
dengan teori yang telah kita pelajari. Melalui kegiatan ini, diharapkan kita bisa
memahami perkembangan seni rupa anak secara komprehensif. Pembagian
masa/periodisasi dimaksudkan untuk lebih mengenal karya seni rupa anak dalam hal
melakukan kegiatan dan penilaian. Pada umumnya semua periodisai yang dikemukakan
oleh para ahli memiliki kesamaan, misalnya dimulai dari dua tahun.

3.2 Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini sehingga kita lebih memperhatikan betapa
pentingnya pembelajaran yang membahas tentang perkembangan seni rupa anak. Saran kami
sebaiknya pembaca bisa lebih memperhatikan dan lebih memperluas wawasan mengenai
perkembangan seni rupa anak ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Duquet, Piere. (1953). “Creative Communication”. Education and Art. A Symposium. Paris:
UNESCO.
E, Muharam dan Sundaryati, Warti. (1991). Pendidikan Kesenian II Seni Rupa. Jakarta:
Departeman Pendidikan dan Kebudyaaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek
Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Hausman, J. J. (1980). Arts and the Schools.
Kamaril, C. Dkk. (1999). Pendidikan Seni Rupa/Kerajinan Tangan. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Lowenfeld, Victor dan Brittain, W. Lambert. (1975). Creative and Mental Growth. Six
Edition. New York: Macmillan Publishing Co., Inc.
Sobandi dan Lowenfeld. (2010). Mengenal Periodisasi Perkembangan Seni Rupa Anak-Anak.
Jakarta: Rineka Cipta.
Zulkifli. (2003). Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosdakarya.

11

Anda mungkin juga menyukai