Anda di halaman 1dari 11

PEMBELAJARAN SENI RUPA UNTUK PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Konsep Pendidikan Seni

Dosen pengampu: - Dr. Zakaria S. Soeteja, M. Sn.

Disusun Oleh :

Yasmin Khaerunnissa
2002958

KELAS A

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI RUPA

FAKULTAS PENDIDKAN SENI RUPA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-
Nya makalah ini telah dapat diselesaikan penyusun. Makalah ini disusun guna melengkapi tugas mata
kuliah Konsep Pendidikan Seni, dengan harapan agar penyusun dan pembaca mengerti dan
memahami tentang kajian “Pembelajaran Seni Rupa untuk Pendidikan Anak Usia Dini”. Makalah ini
diharapkan dapat dipelajari secara mandiri oleh mahasiswa di dalam maupun diluar kegiatan
perkuliahan karena makalah ini memuat macam-macam kajian didalamnya. Tujuannya agar
mahasiswa dapat mengadakan refleksi sejauh mana mereka merasa tuntas pada mata kuliah yang telah
diikutinya dalam hal ini adalah mata Konsep Pendidikan Seni
Kepada berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam proses penyusunan makalah ini, kami
sampaikan penghargaan dan ucapkan terimakasih. Kepada para pembaca, kami berharap makalah ini
dapat dimanfaatkan dengan baik dan demi perbaikan, kami mengharapkan adanya masukan untuk
penyempurnaan makalah ini di masa mendatang.

Bandung, 30 April 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................................1
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang Masalah................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian .......................................................................................................... 5
BAB II........................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6
A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini......................................................................... 6
B. Aspek perkembangan anak usia dini ............................................................................. 6
C. Kemampuan fisik dan emosional yang dapat dikembangkan melalui kegiatan
pembelajaran seni rupa ....................................................................................................... 7
D. Media Pembelajaran ....................................................................................................... 7
E. Aspek pembelajaran Seni Rupa ..................................................................................... 8
F. Kompetensi Seni Rupa .................................................................................................... 8
G. Metode Pembelajaran ..................................................................................................... 9
BAB III .................................................................................................................................... 10
PENUTUP................................................................................................................................ 10
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran memiliki karakteristik sendiri bagi anak usia dini, di mana mereka memiliki
keunikan dan ciri khas tersendiri dalam dunia anak, yaitu bermain. Anak-anak usia dini akan bermain
bersama teman sebayanya, melakukan interaksi dan mengekplorasikan diri dengan pengalaman yang
didapati.Pembelajaran bagi anak usia dini merupakan suatu kegiatan yang di dalamnya melibatkan
kegiatan bermain. Proses bermain tersebut secara alamiah dan spontan dapat mengembangkan
kemampuan dan potensinya. Bermain dan berteman bukan hanya menjadi karakteristik pembelajaran,
tetapi merupakan aktivitas yang dilakukan anak dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu dalam
pembelajaran disesuaikan pada aspek-aspek perkembangan anak usia dini, yang meliputi aspek
kognitif, aspek bahasa, aspek moral dan agama, aspek fisik, aspek sosial emosional dan aspek seni.
Dengan adanya pembelajaran dapat merangkum cara bagaimana merencanakan, mengolah
dan menilai kegiatan dari aktivitas kegiatan anak sehari-hari. Maka dari itu pembelajaran bagi anak
memerlukan lingkungan yang menyenangkan dan juga memberikan rasa aman, agar dapat menumbuh
kembangkan potensi yang dimiliki anak. Pembelajaran yang paling efektif pada usia taman kanak-
kanak adalah melalui kegiatan konkrit dengan pendekatan yang berorientasi bermain. Sebagai bentuk
kegiatan kreatif dan menyenangkan, yang disesuaikan dengan tingkat perkembangannya. Dengan
aktivitas tersebut anak akan dapat memanipulasi, menjelajahi, menyelidiki, mengamati atau berbuat
sesuatu berdasarkan pengalamannya bermain anak diberikan kesempatan untuk mengasimilasi
kenyataan terhadap dirinya dan dirinya terhadap kenyataan.
Kegiatan seni (musik, tari, gambar, menyanyi dan lain–lain) merupakan salah satu stimulasi
kreatif, seni dalam pembelajaran dapat mengaktifkan lebih banyak area-area dalam otak. Seni dapat
meningkatkan spontanitas dan ekspresi diri, mengontrol efektifitas pembatasan dari inhibisi dan
menghasilkan karya kreatif. Seni juga dapat mengembangkan control perhatian yang diperlukan untuk
ketangguhan dalam menghadapi rasa takut, frustasi, dan kegagalan yang biasanya hadir ketika
berusaha menciptakan karya-karya puncak sejati yang menomental. Seni juga menjadi media efektif
dalam pengembangan potensi peserta didik.
Seni rupa anak adalah karya rupa yang mengandung hasil pemikiran dan perasaan anak
tentang diri dan lingkungannya. Objek atau isi karya datang dari situasi sesungguhnya, cerita yang
diberikan orang, pengamatan tentang lingkungan sekitar anak, peristiwa yang pernah di alami serta
pikiran futuristik (jangkauan masa depan). Karya anak berupa karya dua dan tiga dimensi, masing-
masing digunakan untuk mewujudkan gagasan dan pikirannya serta perasaannya. Dengan bermain,
anak berani melakukan coba-coba. Dengan bermain, anak dapat mengenal alat dan bahan, walaupun
alat dan bahan yang sangat sederhana yang tersedia di lingkungan kehidupannya. Dengan bermain,
anak dapat mencoba mengatasi kesulitan yang dihadapi.
Di antara sekian macam bentuk bermain, seni rupa merupakan salah satu bentuk permainan
yang pasti pernah dilakukan oleh anak. Dengan melihat peranan seni rupa yang ternyata adalah
sebagai salah satu bentuk bermain yang sangat potensial untuk membantu perkembangan anak, maka
bila kita telah lebih mengkhusus akan dapat kita pelajari bahwa seni rupa memiliki fungsi sebagai
media untuk pendidikan anak. Disebutkan demikian karena dalam kegiatan seni rupa, anak akan
tertantang untuk berangan-angan atau berfantasi, yang selanjutnya mereka mengupayakan untuk
mewujudkannya dengan menggunakan media (alat dan bahan).Keterampilan seni rupa adalah
menciptakan sesuatu bentuk baru dan mengubah fungsi bentuk. Kegiatan ini sering dilakukan oleh
anak-anak pada usia dini karena sifat keingintahuan.

4
B. Rumusan Masalah

1. Kemampuan fisik dan emosional siswa TK apa saja yang dapat dikembangkan melalui
kegiatan/pembelajaran seni rupa?
2. Media pembelajaran apa saja yang dapat digunakan untuk membantu pembelajaran tersebut?
3. Kompetensi dasar seni rupa apa saja yang bisa diajarkan dengan kegiatan pembelajaran
tersebut?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini
adalah untuk mendeskripsikan pembelajaran seni rupa anak usia dini secara umum.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:


a. Manfaat Teoritis
1) Penelitian ini di harapkan bisa bermanfaat untuk mengembangkan wawasan ilmu
pengetahuan dalam bidang ilmu seni rupa, khususnya mengenai pembelajaran seni
rupa anak usia dini.
b. Manfaat Praktis
1) Memberikan informasi yang baru bagi peneliti mengenai pembelajaran seni rupa
anak usia dini.
2) Menjadi landasan bagi peneliti selanjutnya atau lembaga pendidikan yang lain jika
ingin mengembangkan pembelajaran berbasis seni rupa.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut (UU RI Nomor 20 Tahun 2003). Menurut Ebbeck (dalam Rahman,
2005:3) pendidikan anak usia dini adalah pelayanan kepada anak mulai lahir sampai umur delapan
tahun. Selanjutnya menurut Anwar (2009:2), pendidikan anak dini usia (PADU)/ PAUD) adalah
pendidikan yang berfungsi untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, serta
perkembangan kejiwaan peserta didik yang dilakukan di dalam maupun di luar lingkungan
keluarganya.

B. Aspek perkembangan anak usia dini

Untuk mewujudkan harapan dalam mengembangkan aspek kepribadian anak melalui


rangsangan, secara umum pendidikan anak usia dini memiliki tujuan yaitu memfasilitasi pertumbuhan
dan perkembangan anak secara optimal dan menyeluruh sesuai dengan norma-norma dan nilai
kehidupan yang dianut (Rahman, 2005:6). Melalui program pendidikan yang dirancang dengan baik,
anak akan mampu mengembangkan segenap potensi yang dimiliki baik dari aspek fisik, sosial, moral,
emosi, kepribadian dan lain-lain. Aspek perkembangan anak usia dini terdiri atas bidang
pengembangan yang mendasarinya yakni pengembangan diri dan pengembangan dasar.
Pengembangan diri terdiri dari aspek kemandirian, nilai moral agama, dan sosial emosional.
Sedangkan bidang pengembangan dasar terdiri aspek bahasa, kognitif, fisik motorik dan seni
(Depdiknas, 2004).
Dalam bidang pengembangan dasar, aspek yang menjadi variabel penelitian adalah aspek
seni. Lowenfeld (dalam Pekerti, 2010:1.24) menjelaskan bahwa kegiatan seni berperan dalam
mengembangkan berbagai kemampuan dasar dalam dirinya, seperti kemampuan fisik, perseptual,
pikir/ intelektual, emosional, kreativitas, sosial dan estetik. Pembelajaran senirupa dalam bentuk
kegiatan kreatif yang menyenangkan juga difungsikan untuk memberikan dasar-dasar pengalaman
edukatif. Dikemukakan oleh Soeharjo (dalam Sumanto, 2005:23), sebagai pengalaman edukatif
intinya adalah:
1) seni membantu pertumbuhan dan perkembangan anak,
2) seni membina perkembangan estetik,
3) seni bermanfaat mengembangkan bakat, dan
4) seni membantu menyampurnakan kehidupan.
Berdasarkan fungsi pendidikan senirupa tersebut, pembelajaran senirupa untuk anak usia dini
sangat penting. Oleh karena pembelajaran seni rupa sangat penting, untuk itu diperkenalkan tentang
seni. Seni adalah gagasan manusia yang diekspresikan melalui pola kelakuan tertentu sehingga
menghasilkan karya yang indah dan bermakna dengan wujud kesenian yang terbagi dalam
pengetahuan, gagasan, nilai-nilai yang ada pada pikiran manusia (Setyobudi, 2007:3). Karya rupa

6
yang mengandung hasil pemikiran dan perasaan anak tentang diri dan lingkungannya disebut seni
rupa (Pamadhi, 2012:1.17). Dalam pengertian luas, seni rupa dapat dipahami sebagai produk atau
sebagai kegiatan mencipta atau kegiatan kreasi (Pekerti, 2010:8.29).

C. Kemampuan fisik dan emosional yang dapat dikembangkan melalui kegiatan


pembelajaran seni rupa

Salah satu proses berkarya yang termasuk dalam seni rupa adalah teknik mencetak. Teknik
mencetak adalah proses berkarya senirupa yang bertujuan untuk menghasilkan karya dalam jumlah
banyak dan memiliki wujud yang sama sesuai alat cetak yang digunakan dan dilakukan dengan cara,
mula-mula dibuatlah alat cetak, lalu pada alat tersebut diberi cat atau tinta dan kemudian dicetakkan
pada bidang cetak misalnya kertas, hasil cetakan inilah yang disebut karya cetak (Sumanto, 2005:16).

D. Media Pembelajaran

Media pembelajaran seni rupa merupakan alat yang saat menaring mengajak anak-anak untuk
teribat ke dalam media pembelajaran media ini dapat menumbuh ide-ide baru dan imajinasi anak, teoti
ini tidak sesuai dengan landasan yang telah disebutkan sebelumnya, dilihat dari langkahlangkah dalam
proses media pembelajaran yang ada. Dalam buku metode pengembangan seni yaitu media
pembelajaran ini untuk menjadi perwujududan karya dengan menerapkan media grafik, media
proyeksi, media audio, dan media computer. Hal ini sejalan dengan pernyataan Wina yang
menyebutkan bahwa terdapat empat media di antaranya media grafis (visual diam), media cetak dan
grafis.
Dalam proses mencetak, diperlukan alat atau media yang dijadikan sebagai acuan bentuk
dalam mencetak. Penulis menggunakan media asli dalam teknik mencetak ini, yaitu berbagai tumbuh-
tumbuhan. Pendidikan seni rupa untuk anak usia dini memiliki peranan yang penting sebagai upaya
meningkatkan daya ekspresi, eksplorasi, imajinasi, kreasi, dan seni dalam bermain kreatif. Dalam
penelitian tentang teknik mencetak menggunakan media asli yang dalam hal ini yang digunakan
peneliti adalah berbagai tumbuh-tumbuhan, diharapkan anak-anak dapat menciptakan karya yang baru
melalui kombinasi-kombinasi tumbuh tumbuhan yang dipadukan, dicetak menjadi suatu hasil karya
yang kreatif dan bernilai seni. Dalam pengembangan seni diperlukan kreativitas. Kreativitas
merupakan suatu proses mental yang dilakukan individu berupa gagasan ataupun produk baru atau
mengkombinasikan antara keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada dirinya (James dalam
Rachmawati (2005:15). Supriadi (dalam Rachmawati, 2005:15) juga mengutarakan bahwa kreativitas
adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun
karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada.
Kreativitas dinilai dari empat aspek (4P), yaitu : pribadi, pendorong (press), proses dan
produk (Munandar, 2004). Keempat “P” ini saling berkaitan, bahwa pribadi yang kreatif yang
melibatkan diri dalam proses kreatif dan dengan dukungan dan dorongan (press) dari lingkungan,
akan menghasilkan produk kreatif. Kegiatan seni rupa dalam teknik mencetak yang jarang dilakukan
di kelas merupakan salah satu rendahnya tingkat kreativitas anak. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan peneliti, kegiatan seni rupa dengan teknik mencetak jarang dilakukan karena proses
pembelajarannya hanya mengembangkan kegiatan seni seperti menggambar dan mewarnai.
Kegiatankegiatan itu juga termasuk kedalam proses berkarya dan dapat mengembangkan aspek
keterampilan seni anak, namun tidak sepenuhnya dapat menumbuhkan kreativitas.

7
E. Aspek pembelajaran Seni Rupa

Selain itu, tuntutan orang tua agar anak lebih cepat dalam hal membaca dan menulis juga
menjadi salah satu faktor penghambat pengembangan kreativitas anak yang merupakan aspek yang
paling penting dalam membentuk pribadi anak menjadi anak yang kreatif. Dari hasil pengamatan
Pembelajaran seni perlu ditingkatkan. Melalui kegiatan ini anak juga dapat mengembangkan
kreativitasnya secara optimal karena anak dapat mengkombinasikan media dalam teknik mencetak
tersebut seperti, daun, irisan buah, umbi-umbian, penampang pelepah dan tangkai daun pepaya
menjadi suatu karya yang dilengkapi dengan bermacam warna yang dijadikan sebagai tinta untuk
mencetak/mengecap tersebut. Kegiatan pembelajaran seperti mencetak sangat menarik dan
menyenangkan untuk dilakukan karena anak berkesempatan untuk berimajinasi dan berkreasi menurut
kemampuan yang dimiliki anak.
Jadi, banyak sekali aspek yang dapat dikembangkan dari kegiatan mencetak ini tidak hanya
seni rupa, namun aspek kognitif, motorik halus dan kreativitas anak juga ikut berkembang seiring
dengan adanya kegiatan tersebut. Dengan kegiatan menggunakan teknik mencetak ini, diharapkan
peserta didik (anak) menjadi kreatif dalam melakukan kegiatan ini dalam nuansa belajar yang penuh
semangat dan kenyamanan, disamping itu anak memperoleh pengalaman langsung sehingga dapat
menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal
yang dipelajarinya dalam waktu yang lama dan menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan,
bermakna, dan kontekstual sehingga dapat meningkatkan kreativitas anak.

F. Kompetensi Seni Rupa

Pendidikan seni dilaksanakan dalam bentuk kegiatan berekspresi (berkreasi) dan berapresiasi
seni. Untuk itu, di dalam kurikulum tersebut ditetapkan dua standar kompetensi (SK) untuk bidang
seni rupa, yaitu mengapresiasi karya seni rupa dan mengekspresikan diri melalui karya seni rupa.
Standar kompetensi mengapresiasi seni rupa mencakup kemampuan mengidentifikasi dan
menampilkan sikap apresiasi terhadap karya seni rupa. Standar kompetensi mengekspresikan diri
melalui karya seni rupa mencakup kemampuan menciptakan karya seni rupa serta melaksanakan
pameran seni rupa.
Pendidikan seni budaya diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan
kebermanfaatannya bagi perkembangan peserta didik. Pendidikan seni didasarkan pada pendekatan
“belajar dengan seni,” “belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni.” Belajar dengan seni berarti
bahwa dengan mempelajari seni, peserta didik dapat mengembangkan pengetahuannya di luar bidang
seni. Dalam belajar melalui seni, peserta didik dapat mengembangkan pengetahuannya melalui
berkreasi seni. Belajar tentang seni berarti bahwa peserta didik diharapkan dapat mengembangkan
pengetahuannya tentang seni itu sendiri.
Dengan demikian pembelajaran seni di sini dipandang sebagai metode belajar. Selain
pendekatan tersebut, pendidikan seni budaya dipandang secara multilingual, multidimensional, dan
multikultural. Multilingual berarti pengembangan kemampuan mengekspresikan diri melalui berbagai
media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai perpaduannya. Multidimensional berarti
pengembangan berbagai kompetensi meliputi konsepsi (aspek kognitif), apresiasi (aspek afektif), dan
kreasi (aspek psikomotor) dengan memadukan unsur estetika, logika, kinestetika, dan etika.

8
Multikultural berarti bahwa pendidikan seni menumbuh kembangkan kesadaran dan
kemampuan apresiasi terhadap beragam budaya Nusantara dan mancanegara, yang merupakan wujud
sikap demokratis agar seseorang hidup secara beradab serta toleran dalam masyarakat dan budaya
yang majemuk. Materi untuk kompetensi dasar berkreasi seni adalah penciptaan dan/atau penampilan
karya seni. Materi pembelajaran ini pada dasarnya adalah proses atau prosedur dan teknik dalam
menciptakan karya seni. Proses penciptaan/atau penampilan karya seni yang sederhana dapat
disampaikan dengan media visual atau gambar saja
Menurut laporan SCANS, kompetensi-kompetensi ini memerlukan keterampilan keterampilan sebagai
berikut:
1. Keterampilan dasar: membaca, menulis, berhitung dan matematika, berbicara, dan menyimak.
(Misalnya, seni rupa merupakan alat yang dapat membantu semua siswa pada semua tingkat
kemampuan untuk menguasai keterampilan-keterampilan dasar dengan lebih cepat, dan dengan
retensi yang lebih tinggi. Cara yang terbaik untuk belajar adalah mengerjakan (learn by doing). Bagi
banyak siswa, abstraksi seperti aljabar, tata bahasa, dan membaca memahami dapat dipelajari melalui
pengalaman kongkret yang disediakan oleh seni).
2. Keterampilan berpikir: berpikir secara kreatif, membuat keputusan, menecahkan masalah, melihat
hal-hal dengan mata pikiran, mengetahui bagaimana belajar, dan melakukan penalaran (reasoning);
(Misalnya, dalam seni keterampilan-keterampilan berpikit tersebut dilatih dan dikembangkan. Semua
bidang seni menantang dan mendukung pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi).
3. Keterampilan personal: tanggung jawab individual, penghargaan diri (self-esteem), sosiabilitas,
manajemen diri, dan integritas; (Misalnya pelukis muda mengembangkan keterampilan-keterampilan
ini baik sebagai anggota suatu kelompok atau sebagai individu yang bertanggung jawab atas
sumbangannya bagi seluruh kelompok. Penghargaan diri berasal dari kesadaran dan penggunaan
kekuatan seseorang untuk mencapai keberhasilan).

G. Metode Pembelajaran

Berdasarkan kemampuan belajar seni dan kerajinan. Metode ini meliputi: metode mengkopi,
metode mencontoh dan menirukan, metode mengubah, metode mencipta terpimpin, metode mencipta
bebas. Hal ini sejalan dengan pernyataan Hajar Pamadi metode mengkopi, metode mencontoh atau
menirukan, metode mengubah, metode mencipta, metode terpimpin, dan metode mencipta bebas.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembelajaran senirupa untuk anak usia dini sangat penting. Oleh karena pembelajaran seni
rupa sangat penting, untuk itu diperkenalkan tentang seni. Seni merupakan gagasan manusia yang
diekspresikan melalui pola kelakuan tertentu sehingga menghasilkan karya yang indah dan bermakna
dengan wujud kesenian yang terbagi dalam pengetahuan, gagasan, nilai-nilai yang ada pada pikiran
manusia. Untuk mewujudkan harapan dalam mengembangkan aspek kepribadian anak melalui
rangsangan, secara umum pendidikan anak usia dini memiliki tujuan yaitu memfasilitasi pertumbuhan
dan perkembangan anak secara optimal dan menyeluruh. Salah satu contohnya dengan cara teknik
mencetak. Keterampilan fisik dan emosional sangat terasah dengan kegiatan tersebut.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan sebagai berikut:


a. Bagi Guru Untuk guru,
Pengembangan kreativitas anak sungguh sangat penting, maka hal yang harus dilakukan
adalah menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi suatu yang menarik, salah satunya dengan
menggunakan media pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, sehingga anak lebih tertantang
dan antusias dalam melakukan kegiatan. Kegiatan teknik mencetak dengan berbantuan media asli
yakni dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sangat baik dan sesuai untuk meningkatkan
kreativitas seni rupa anak.
b. Bagi Sekolah Bagi sekolah,
Hendaknya memberikan apresiasi terhadap terlaksananya kegiatan yang menarik dan
menyenangkan bagi anak sebagai proses mengembangkan kreativitas seni rupa anak. Dengan adanya
kegiatan yang menarik bagi anak, anak akan antusias dan berkreasi menurut imajinasi mereka jika
adanya fasilitas dalam proses pembelajaran yang dapat mengembangkan daya cipta mereka untuk
berkreasi.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://core.ac.uk/download/pdf/228583256.pdf
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131662618/pendidikan/modul+pembelajaran+seni+rupa.pdf
Pamilu, Anik. 2007. Mengembangkan Kreativitas dan Kecerdasan Anak. Yogyakarta : Citra Media.
Sumanto. 2005. Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak TK. Jakarta: Depdiknas

11

Anda mungkin juga menyukai