Anda di halaman 1dari 5

Tugas Tutorial 3

Pendidikan Seni di SD (PDGK4207)


Oleh:
Wahyu Ika Yunitasari
858850138/ S1 PGSD

1. Bagaimana sebuah karya seni rupa dapat mempengaruhi atau mencerminkan perasaan
dan pengalaman anak-anak SD? Bagaimana kita dapat mengajarkan mereka untuk
berpikir secara kreatif dalam menciptakan karya seni yang mewakili ide dan emosi
mereka?
Jawab:
Dalam proses berkarya seni, pikiran dan perasaan anak aktif bahkan bercampur
dengan perasaannya. Anak pada usia dini belum dapat membedakan makna berpikir
dengan merasakan, masih menyatu dalam kegiatan yang bersifat refleksi. Alam pikiran
dan perasaan inilah yang terungkap ke dalam karya rupa anak.
Proses komunikasi yang terjadi ketika anak menggambar sebenarnya adalah
komunikasi intrapersonal yang egois. Semua kejadian ingin disatukan dalam gambar
anak. Menjadikan dirinya sebagai pusat pandang kejadian sehari-hari serta tetap
memunculkan pemikiran personal (subjektif). Ke-aku-an anak menguasai proses
menggambar yang tidak terkontrol, semua unsur seni rupa: bentuk, garis, warna,
disatukan secara emosional ekspresif. Kondisi inilah yang mengindikasi bahwa gambar
merupakan alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain lewat
imajinasinya. Komunikasi ini sebagai bahasa rupa, dimana angan dan pikiran
diungkapkan lewat bentuk-bentuk.
Gambar-gambar yang dihasilkan anak merupakan simbol rupa karena
keinginannya diwujudkan dalam bentuk atau rupa. Oleh karena itu, tugas guru dalam
membimbing anak berkarya rupa adalah menjadikan alat komunikasi dan supaya
komunikasi itu interaktif. Guru dapat menjaganya agar tidak menjadi gambar satu
(semua bentuk atau objek disatukan) sehingga kabar menjadi kabur.

2. Apa hubungan antara musik dan tari dalam seni pertunjukan? Bagaimana pemahaman
tentang hubungan ini dapat membantu anak-anak SD untuk lebih mendalam
mengapresiasi pertunjukan seni?
Jawab:
Hubungan antara tari dan iringan musik adalah untuk menyelaraskan hitungan
gerakan dalam tari. Musik sebagai salah satu unsur pendukung tari dapat membuat suatu
tarian menjadi lebih bermakna dan membawa penari menjiwai tarian yang dibawakan.
Selain itu, musik dapat mengilhami terciptanya tarian dan menjadi komponen iringan
maupun pengisi suasana tari. Musik sebagai bagian pertunjukan, memiliki kontribusi
sebagai iringan tari. Hal ini dapat dinikmati pada saat gerak tari dilakukan penari sambil
menghayati musik iringannya. Penari yang berpengalaman, musik dijadikan tumpuan
untuk menghayati ekspresi mimik dan menuangkan gerakan secara maksimal. Dengan
demikian musik menjadi salah satu aspek penuntun irama gerak, iringan gerak, dan
memperkuat tempo dan kedalaman penghayatan tari secara maksimal.
Pemahaman tentang hubungan seni musik dan tari dapat membantu anak-anak SD
untuk lebih mendalam mengapresiasi pertunjukan seni dengan cara mengajarkan anak-
anak materi musik dan tari yang mengangkat tema sesuai dengan kehidupan sekitar anak-
anak, misalnya seputar dunia binatang, tumbuhan, atau juga hal-hal yang sering dilihat,
didengar, dirasakan, dan dipikirkan di angan-angan anak. Proses pembelajaran dikemas
dengan kegiatan yang menarik, menyenangkan, kebersamaan melalui aktivitas
menciptakan berbagai bentuk iringan dan karya tari dengan kemampuan anak apapun
wujudnya. Selain itu, anak juga bisa diajak untuk melihat pertunjukan tari, sambal
mengamati setiap gerakan dan menikmati musik yang mengiringinya.

3. Bagaimana kita dapat mengajarkan anak-anak SD untuk mengembangkan keterampilan


kritis dalam mengapresiasi karya seni rupa? Apa yang harus mereka perhatikan ketika
mengevaluasi dan merespons sebuah karya seni?
Jawab:
Pengembangan apresiasi seni untuk SD hendaknya mengutamakan kegiatan
praktik, dilanjutkan dengan mengevaluasi dengan kegiatan kritik seni. Selain berkreasi,
siswa melakukan apresiasi. Kritik seni pedagogik diarahkan supaya siswa dibimbing
untuk membicarakan karyanya atau mengapresiasi karya temannya. Guru merangsang
agar siswa menceritakan bagaimana kehidupan atau minat siswa terhadap apa yang
mereka buat ke dalam sebuah karya. Selain menelusuri latar belakangkarya, siswa
diharapkan berani mengungkapkan gagasan berkarya baik secaralisan maupun secara
tulisan. Sebuah kutipan berikut menyatakan tujuan pendidikan seni yang bisa kita jadikan
pijakan bagaimana mengajar seni, khususnya pada sekolah tingkat dasar. “Tujuan
pendidikan seni adalah mengembangkan pengalaman estetik siswa agar memiliki
kepekaan dan kepedulian terhadap sesuatu yang indah, mudah dan cermat menerima
rangsangan dari luar, mudah tersentuh nuraninya sehingga menjadi manusia yang
sensitif.” (Jazuli, 2008:18 dalam Husen, 2017: 54).
Untuk sekolah tingkat dasar, keberanian dalam berkarya dan menunjukan apa
yang telah dibuat sudah bisa dikatakan baik, karena tahapan dalam berapresiasi
membutuhkan waktu yang panjang, semakin sering berapresiasi maka kepekaan akan
estetika akan terlatih dengan sendirinya. “Melalui pengalaman estetik, siswa diharapkan
dapat menginternalisasi (meresapi, mengakarkan) nilai-nilai estetik yang berfungsi untuk
melatih kepekaan rasa, kecerdasan intelektualdan mengembangkan imajinasinya.
“(Jazuli, 2008:16 dalam Husen, 2017: 54).

4. Mengapa penting untuk memasukkan pendidikan seni ke dalam kurikulum sekolah


dasar? Bagaimana pendidikan seni dapat berkontribusi pada perkembangan holistik
anak-anak?
Jawab:
Memasukkan pendidikan seni ke dalam kurikulum sekolah dasar dinilai penting karena
seni memiliki berbagai manfaat bagi anak, yaitu:
a. Seni Membantu Pengembangan Daya Pikir, Rasa, dan Karsa
1) Seni Membantu Pelatihan Pengembangan Daya Pikir
Ketika seorang anak menyanyi dan menari, memerlukan kecermatan mengatur
tempo maupun ekspresi yang berkaitan dengan gerak dan irama. Karena, ingatan dan
memori gerak nada maupun irama berkonsentrasi dalam satu penampilan. Proses menari
merupakan kesatuan antara fungsi rasa dan pikir yang menyatu untuk menggerakkan
dorongan berkarya. Ketika menggambar dan menciptakan benda seni yang praktis,
kinerja otak dan rasa menyatu untuk menemukan proporsi bentuk ideal dan keindahan
bentuk yang ideal.
2) Seni Membantu Pelatihan Pengembangan Kepekaan Rasa
Ketika anak melukis, segala angan dan ide tercurahkan agar warna yang
ditampilkan sesuai dengan yang diangankan. Ketika menyanyi sebuah lagu, perasaan
anak bergerak untuk memperoleh keselarasan nada yang diatur dalam rasa. Proses
menyanyi yang dilakukan anak merupakan ragkaian kinerja rasa yang didukung dengan
karsa (kemauan yang tinggi). Pendidikan seni sangat erat dengan pendidikan rasa. Oleh
sebab itu, semakin anak diberikan rasa estetik (keindahan) semakin mampu
mengutarakan pendapatnya kepada orang lain. Sebaliknya, semakin anak mempelajari
seni secara mendalam, maka kepekaan rasa akan semakin tinggi dan dalam.
3) Pelatihan Produksi Seni Membangkitkan Karsa Anak
Proses berkarya merupakan kegiatan berangan-angan serta membayangkan
terciptanya suatu karya. Misalnya ketika menari Kupu-Kupu, angan-anagn anak
melambung membayangkan keindahan kupu-kupu yang sedang terbang. Dalam hal ini
karsa anak bergerak menuju imajinasi tentang hewan kupu-kupu tersebut.
b. Seni Membantu Belajar Memahami Materi Pelajaran Lain
Peran seni dalam pembelajaran antara lain:
1) seni membantu meningkatkan prestasi siswa dalam belajar,
2) seni membantu siswa berasosiasi terhadap bentuk yang lain seperti korelasinya
dengan mata pelajaran yang lain,
3) seni membantu berimajinasi dari yang abstrak menuju konkrit atau sebaliknya dari
konkrit menuju abstrak.
Dalam beberapa aspek, seni mempunyai peranan pengembangan jiwa secara
komprehensif. Oleh karena itu pelatihan seni sevara tidak langsung membantu
kedewasaan berpikir, merasakan, serta memotivasi karsa. Melalui pendidikan kesenian,
pertumbuhan rasa dan pikiran akan diseimbangkan melalui latihan mencipta. Melalui
produksi karya, siswa dilatih mencermati pengetahuan yang tidak teratur menuju
keteraturan berpikir (berpikir sistematis).

5. Bagaimana pendekatan pembelajaran seni terpadu dapat meningkatkan pemahaman


anak-anak SD tentang seni? Berikan contoh konkret bagaimana seni dapat diintegrasikan
dengan mata pelajaran lain dalam konteks pembelajaran mereka!
Jawab:
Pendekatan pembelajaran seni terpadu dapat meningkatkan pemahaman anak-
anak SD tentang seni melalui:
a. pendekatan deskriptif
Saat di dalam kelas, guru menjelaskan bermacam-macam hewan dan karakteristik
gerakan dengan menggunakan contoh-contoh gerakan binatang tersebut.
b. pendekatan partisipatif
Guru melakukan kegiatan membuat syair puisi terlebih dahulu kemudian syair
tersebut diisi dengan nada dan irama sehingga menjadi sebuah nyanyian.
c. pendekatan eksploratif
Guru meminta siswa mencari referensi tentang hewan dan karakteristik dari berbagai
disiplin ilmu maupun pengetahuan lain, misalnya: kamus, ensiklopedia, atau bertanya
pada penjaga kebun binatang secara mandiri.
Contoh konkret bagaimana seni dapat diintegrasikan dengan mata pelajaran lain
dalam konteks pembelajaran, misalnya: memadukan seni musik mengenalkan suara dan
praktik menyanyi berdasarkan nada irama dengan mata pelajaran IPA mengenal nada
yang dihasilkan oleh logam dan mata pelajaran matematika memperkenalkan angka
dengan tingkatannya. Keterpaduan 3 mata pelajaran ini dikaitkan denga misi dan tujuan
yaitu untuk memahami nilai angka. Angka 1 (matematika) menempati urutan pertama,
angka 2 mempuanyai urutan lebih tinggi. Hal ini analog dengan nada yang dihasilkan
oleh suara: angka 1 (matematika) analog dengan do (1 untuk nada suara) dengan bobot
rendah, semakin tinggi diberi symbol angka semakin besar 2 atau re, dst. Selanjutnya
dalam sains (IPA) lempengan logam yang tipis dengan bentuk dan keluasan yang sama
akan menghasilkan efek nada besar. Karena bunyi yang dihasilkan tidak terhalang lebih
ketebalan logam. Semakin logam tersebut tebal, suara efek suara akan semakin tinggi
nadanya.
Contoh lain pada pembelajaran kelas rendah, misalnya pada mata pelajaran
matematika menyusun pola bangun datar dan bangun ruang, siswa diminta untuk
menggambar bangun datar seperti yang dijelaskan (persegi, persegi panjang, lingkaran,
segitiga) dan bangun ruang (kubus, balok, tabung, prisma) dimana kegiatan menggambar
tersebut termasuk ke dalam seni rupa.

Daftar Rujukan
Husen, W. R. (2017). Pengembangan apresiasi seni rupa siswa sekolah dasar melalui
pendekatan kritik seni pedagogik. Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitian Pendidikan
dan Pembelajaran. 2 (1): 54-61.
Pamadhi, H., dkk. (2023). Pendidikan Seni di SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai