html
Seni
Pendidikan seni merupakan saran untuk pengembangan kreativitas anak. Pelaksanaan pendidikan seni dapat
dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman,
melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif. Seni merupakan aktivitas permainan. Melalui permainan, kita
dapat mendidik anak dan membina kreativitasnya sedini mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seni
dapat digunakan sebagai alat pendidikan. Melalui permainan dalam pendidikan seni anak memiliki keleluasaan untuk
mengembangkan kreativitasnya.
Beberapa aspek penting yang perlu mendapat perhatian dalam pendidikan seni antara lain kesungguhan,
kepekaan, daya produksi, kesadaran berkelompok, dan daya cipta. Pendidikan seni adalah segala usaha untuk
meningkatkan kemampuan kreatif ekspresif anak didik dalam mewujudkan kegiatan artistiknya berdasrkan aturan-
aturan estetika tertentu. selain itu, pendidikan seni di SD bertujuan menciptakan cipta rasa keindahan dan
kemampuan mengolah menghargai seni. Jadi melalui seni, kemampuan cipta, rasa dan karsa anak di olah dan
dikembangkan.
Selain mengolah cipta, rasa dan karsa seperti yang diterapkan di atas, pendidikan seni merupakan mengolah
berbagai ketrampilan berpikir. Hal tersebut meliputi ketrampilan kreatif, inovatif, dan kritis. Ketrampilan ini di
Dunia anak adalah dunia bermain. Salah satu fungsi seni adalah sebagai media bermain. Oleh sebab itu,
aktivitas berolah seni dapat dikembangkan melalui bermain. Melalui bermain kemampuan mencipta atau berkarya,
bercita rasa estetis dan berapresiasi seni diperoleh secara menyenangkan. Melalui kondisi yang menyenangkan
seperti ini, anak akan mengulang setiap aktivitas belajarnya secara mandiri dan akan menjadi kebiasaan dan
Pendidikan Seni Rupa sesungguhnya merupakan istilah yang relatif baru digunakan dalam dunia persekolahan.
Pada mulanya digunakan istilah menggambar. Penggunaan istilah pengajaran menggambar ini berlangsung cukup
lama hingga kemudian diganti dengan istilah Pendidikan Seni rupa.Materi pelajaran yang diberikan tidak hanya
menggambar tetapi juga beragam bidang seni rupa yang lain seperti mematung, mencetak, menempel dan juga
apresiasi seni. Tujuan pengajaran menggambar di sekolah adalah untuk menjadikan anak pintar menggambar melalui
Pendidikan seni merupakan sarana untuk pengembangan kreativitas anak. Pelaksanaan pendidikan seni dapat
dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan
pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi
kreatif. Seni merupakan aktifitas permainan, melalui permainan kita dapat mendidik anak dan membina
kreativitasnya sedini mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan.
Pendidikan Seni Rupa adalah mengembangkan keterampilan menggambar, menanamkan kesadaran budaya lokal,
mengembangkan penguasaan disiplin ilmu Seni Rupa, dan mempromosikan gagasan multikultural.
Kata seni adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman
yang berbeda. Konon kabarnya kata seni berasal dari kata sani yang kurang lebih artinya Jiwa Yang Luhur/
Ketulusan jiwa. Mungkin saya memaknainya dengan keberangkatan orang/ seniaman saat akan membuat karya
seni, namun menurut kajian ilimu di eropa mengatakan ART (artivisial) yang artinya kurang lebih adalah
barang/ atau karya dari sebuah kegiatan. Namun kita tidaka usah mempersoalkan makna ini, karena kenyataannya
kalu kita memperdebatkan makna yang seperti ini akan semakain memperkeruh suasana kesenian, biarlah orang
Seni adalah proses yang sengaja mengatur unsur-unsur dalam suatu cara yang menarik indra atau emosi. Ini
mencakup berbagai macam kegiatan manusia, ciptaan, dan cara berekspresi, termasuk musik, sastra, film, patung,
dan lukisan. Makna seni ini dibahas dalam cabang filsafat yang dikenal sebagai estetika.
Seni memiliki sifat dasar kreatif, individual, perasaan, abadi, dan universal. Pengertian kreatif adalah
kemampuan seseorang untuk mengubah sesuatu yang ada menjadi baru dan orisinil. Contoh: Batu yang diubah
menjadi patung, tanah liat dapat menjadi keramik, suara diubah menjadi musik, gerakan menjadi sebuah tarian,
dll. Sifat individual adalah bahwa suatu karya seni memiliki ciri perseorangan dari penciptanya. Lagu-lagu yang
diciptakan Ebit G. Ade, sangat berbeda dengan lagu-lagu Rhoma Irama, Titik Puspa, atau pun yang lainnya. Atau
lukisan Afandi sangat berbeda dengan lukisan-lukisan Basuki Abdullah, Raden Saleh, Popo Iskandar, Piccaso, Van
Googh, maupum pelukis lainnya. Ciri khas pribadi inilah yang merupakan identitas dari karya mereka.
Seni memiliki sifat perasaan, pengertiannya dalam membuat karya seni selalu melibatkan emosi dan jiwa.
Oleh sebab itu, untuk dapat menikmati sebuah karya harus menggunakan kepekaan perasaan yang paling dalam.
Sebuah lagu yang diciptakan melalui perasaan seorang seniman, kemudian dibawakan seorang penyanyi yang
menjiwai isi lagu itu. Tampil dalam suara dan penampilan yang seirama, maka para pendengar lagu itu akan
tergugah hatinya. Semua itu jika ada kesungguhan dalam menggunakan indera rasa seperti yang dilakukan pencipta
dan penyanyinya.Seni memiliki sifat abadi atau keabadian. Sesungguhnya semua pembuatan manusia memiliki sifat
demikian, yaitu perbuatan baik atau tercela yang sudah dilakukan tidak dapat dibatalkan. Seseorang yang telah
berjasa kepada kita, sosoknya akan selalu melekat sampai akhir hayat, walau pun mungkin bendanya sudah hilang
ditelan masa. Jika membuat karya seni memiliki tujuan estetik atau keindahan, hendaknya orang yang
menikmatinya turut berlatih juga untuk berbuat sesuatu yang indah dan terpuji. Maka layaklah seorang seniman
mendapat penghargaan ketika ada anak yang berbuat sesuatu kebaikan jika terpengaruh (menangkap amanat)
cerita film, novel, syair lagu, dll. Tetapi sebaliknya, siapa yang bersalah jika kelakuan tidak baik diakibatkan oleh
pengaruh cerita film atau buku-buku yang tidak mendidik? Seni bersifat universal, artinya seni tidak mengenal
batasan waktu, bangsa, bahasa, dll. Sebagai contoh, semua orang yang berlainan bahasa akan tertawa terbahak-
bahak ketika melihat tingkah laku badut sirkus yang sangat lucu. Atau seorang yang melihat gambar karikatur
Seni rupa adalah salah satu cabang kesenian,seni rupa merupakan ungkapan gagasan dan perasaan manusia
yang diwujudkan melalui pengolahan median dan penataan elemen serta prinsip-prinsip desain. Seni rupa
merupakan realisasi imajinasi yang tanpa batas dan tidak ada batasan dalam berkarya seni. Sehingga dalam
berkarya seni tidak akan kehabisan ide dan imajinasi. Dalam seni rupa murni, karya yang tercipta merupakan
bentuk dua dimensi dan tiga dimensi. Sehingga objek yang dibuat merupakan hasil dari satu atau lebih dari media
yang ada (sebagai catatan bahwa media atau bahan seni di dunia juga tidak terbatas).
Dalam berkarya seni, tidak pernah ada kata salah dan juga tidak ada yang mengatakan salah pada karya yang
telah diciptakan. Namun demikian, di dalam proses berkarya seni, karena dalam hal ini adalah proses belajar,
maka harus dilakukan dengan cara yang benar, sesuai dengan tujuan dari pembelajaran. Untuk anak usia dini (0
8 tahun), ketika belajar tentang seni rupa tidak hanya bertujuan untuk berproses berkarya seni saja, karena
selain itu juga diharapkan dapat memberikan fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial, emosional serta kemandirian
pada anak. Jadi dengan bimbingan yang tepat, seorang anak akan dapat melatih potensi-potensi yang
bermanfaat.
Seni rupa atau seni yang tampak adalah salah satu bentuk kesenian visual atau tampak ada yang tidak hanya
bisa diserap oleh indera penglihatan, tetapi juga bisa oleh indera peraba, maksudnya adalah teksturnya dapat
dirasakan, misalnya kasar, halus, lunak, keras, lembut, dsb. Namun tidak menutup kemungkinan tekstur ini
adalah tekstur maya (ada namun tidak nyata) atau tekstur ini seolah-olah ada yang dikarenakan mata kita
dikelabuhi oleh sesuatu yang tampak, misalnya sebuah foto kayu : disitu seolah-olah kita melihat adanya tekstur
Kegiatan menggambar di SD dapat diterapkan dalam berbagai cara dari mulai pembuatan shet,pengembangan
shet,menjadikan karya karya lukis atau gambar ,menggambar dengan skema,memindahkan gambar denagan bantuan
kisi-kisi,dan menggambar ekspresi dengan cara memberikan gambaran kepada siswa bagaimana seorang maestro
menggarap karya mereka dari awal sampai akhir. Kegiatan coret mencoret adalah bagian dari perkembangan
motorik anak dan anak sangat menyenangi kegiatan ini, sehingga dengan dorongan guru dan kesempatan yang
Kegiatan menggambar merupakan salah satu cara manusia mengekspresikan pikiran-pikiran atau perasaan-
perasaanya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu cara manusia mengekspersikan pikiran-pikiran atau
perasaan-perasaannya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu bentuk bahasa.Ada 3 tahap perkembangan
anak yang dapat dilihat berdasarkan hasil gambar dan cara anak menggambar:
a) Pertama, tahap mencoret sembarangan. Tahap ini biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun. Pada tahap ini
anak belum bisa mengendalikan aktivitas motoriknya sehingga coretan yang dibuat masih berupa goresan-
b) Tahap kedua, juga pada usia 2-3 tahun, adalah tahap mencoret terkendali. Pada tahap ini anak mulai
menyadari adanya hubungan antara gerakan tangan dengan hasil goresannya. Maka berubahlah goresan menjadi
c) Tahap ketiga, pada anak usia 3 4 tahun, pergelangan tangan anak sudah lebih luwes. Mereka sudah
mahir menguasai gerakan tangan sehingga hasil goresannya pun sudah lebih baik. Tujuan menggambar bagi
anak:
Pada kesempatan kali ini, kita akan mempelajari salah satu kegiatan di area seni yaitu kegiatan melukis dengan
jari tangan atau bisa dikenal dengan nama finger painting. Tujuan dari kegiatan ini adalah :
a) Dapat melatih motorik halus pada anak yang melibatkan gerak otot-otot kecil dan kematangan syaraf.
b) Mengenal konsep warna primer (merah, kuning, biru). Dari warna-warna yang terang kita dapat
c) Mengenalkan konsep pencampuran warna primer, sehingga menjadi warna yang sekunder dan tersier.
c. Melukis
Salah satu kebahagiaan terbesar dari pelukis bukan hanya kesenangan tetapi juga mendapatkan berbagai banyak
pengalaman dengan anak-anak selagi mereka belajar melukis. Pelajaran melukis dapat diawali oleh anak yang berusia
4-6 tahun atau usia TK. Media yang digunakan untuk melukis pada anak usia dini biasanya cat air, cat minyak,
Dalam pembelajaran melukis anak-anak biasanya belajar sambil bercakap-cakap dengan temannya. Percakapan
pertama mereka kebanyakan adalah tentang warna-warna yang mereka peroleh. Sambil bereksperimen dengan
mencampurkan warna-warna, anak-anak itu bermain, bermain elemen seni ini dengan cara yang santai. Hal ini
menjaga agar kuas dan semangat mereka tetap bekerja. Ini akan membuat mereka mengekspresikan sesuatu yang
bersifat pribadi dalam lukisan.Berbeda dengan anak usia 7 dan 8 tahun, cirikhas kelompok umur mereka adalah
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubu-ngan dengan hidup mereka sendiri. Anak-anak membuat
lukisan tentang suasana hati, baik yang muram, sendu atau bersemangat dan lucu. Biasanya suasana hati mereka
disampaikan oleh warna. Mereka belajar bagaimana warna pelengkap dan sejalan dapat membantu
mengungkapkanide-ide.
d. Membentuk
Arti kata membentuk dapat dimaksudkan sebagai mengubah, membangun dan mewujudkan. Membentuk dalam
kaitan kegiatan seni rupa adalah terjemahan dari kata dalam bahasa Belanda boetseren atau bahasa Inggris
modeling. Umumnya bahan yang dipergunakan untuk kegiatan membentuk adalah bahan-bahan lunak seperti
tanah liat, plastisin, malam lilin, playdog dan sejenisnya. Tetapi dalam pengembangannya, selama tidak
mengingkari maksud dari arti kata membentuk tadi, dapat dipergunakan bahan-bahan lain seperti kertas, karton
Bahan yang tidak pernah cukup bagi mereka adalah tanah liat. Mereka tidak bosan dengan bahan yang
lengket, basah dan bisa dibentuk sesuai keinginan mereka. Anak-anak akan menghabiskan hari mereka dengan
tanah liat. Mereka suka menyentuh tanah liat, untuk merasakan sensualitasnya.
a) Disambungkan Membutsir. Membutsir adalah membuat karya tiga dimensi dari bahan yang lunak dengan
cara diremas-remas dengan tangan pada saat tanah masih dalam keadaan lembek.Bahan yang biasa digunakan
adalah tanah dan plastisin.Selain membutsir dengan tangan yang diremas-remaskan tetapi sering juga
b) Memahat. Membentuk dengan jalan membuang bahan yang tidak dipergunakan dengan cara
memahat.Setiap bahan ada peringkat pahat yang khusus .Media yang dapat dipakai antara lain kayu,batu
c) Cor (Menuang). Proses menuang menggunakan bahan cair yang dituangkan pada alat acuan yang
berbentuk cetakan.Setelah menjadi keras dikeluarkan dari acuan/cetakan.Bahan cair ini dibuat dari
d) Merakit. Membuat karya dengan cara menyambung-nyambung beberapa bagian atau potongan
e. Mencetak
Mencetak adalah proses memperbanyak suatu gambar atau naskah dengan menggunakan teknik tertentu
diantaranya cetak datar,cetak tinggi,cetak dalam,cetak saring,cetak copy,dan cetak dengan pintu out.
Mencetak dapat dilakukan anak diberbagai usia, dimulai dari anak berusia 5 tahun. Kadang-kadang seorang
anak kecil akan menemukan idenya sendiri. Entah bagaimana dengan cara apa seorang anak berusia 5 tahun dalam
pembelajaran mencetak anak menemukan bahwa menepukkan spons yang sudah diberi warna di atas menghasilkan
rangkaian pola yang berulang-ulang (perihal mencetak, merupakan suatu kemungkinan yang menakjubkan untuk
mengulanginya).
Mencetak yang formal membuthkan pelat atau stempel. Stempel tersebut gambar-gambar yang diukir atau
ditimbulkan, yang diberi tinta dan kemudian dipindahkan ke kertas. Stempel cetak yang paling sederhana terbuat
dari Styrofoam. Selain murah juga tidak berbahaya bagi anak didik kita. Untuk anak-anak usia 5 tahun dan 6
tahun, penting khususnya untuk menyuruh mereka mencetak dihari yang sama. Dengan cara ini mereka sungguh-
sungguh memahami prosesnya. Semua anak menikmati mengeksplorasi efek-efek yang dihasilkan tekstur ini ketika
pelatnya dicetak.
f. Menjiplak
Sebelum membuat cetakan apapun, anak-anak dapat menggunakannya untuk menjiplak. Mereka cukup
menempatkan sehelai kertas putih diatas permukaan pelat dan dengan krayon, menggosok-gosokannya bahkan
dengan keras untuk mendapatkan gambarannya. Anak-anak merasa teknik menjiplak cukup mengagumkan dan
menggunakannya dengan banyak cara. Koin-koin biasanya adalah favorit mereka. Koin adalah bahan yang sederhana
dan mudah sekali didapat. Mereka dapat dengan mudah membuat banyak jiplakan yang berbeda dari obyek-obyek
yang ditemukan di sekolah. Ini merupakan cara yang bagus untuk membuat anak-anak peka pada dunia sekitar
mereka.
g. Kolase
Kolase dalam pengertian yang paling sederhana adalah penyusunan berbagai macam bahan pada sehelai kertas
yang diatur. Anak-anak di kelasbiasanya memilih dan mengatur potongan bentuk dari kertas, kain, bahan-bahan
berstektur, lalu meletakkannya di tempat yang mereka suka. Sebagai bagian dari pengalaman mereka dapat
membuat keputusan sendiri tentang penggunaan warna, ukuran dan bentuk. Ada beberapa macam kolase yaitu:
h. 3M (Menggunting,Menempel,Melipat)
Karya rupa 3M ini merupakan proses manipulasi lembaran kertas menjadi suatu bentuk tiga dimensi.Di
Berbagai karya seni rupa di sekeliling kita, memiliki banyak macam ragamnya. Keragaman tersebut dapat
terluhat dari bentuknya, warnanya, bahan bakunya, alat pembuatannya, fungsinya atau pemanfaatannya. Dari
begitu banyak ragamnya tadi, para ahli membuat penggolongan tentang jenis-jenis karya seni rupa. Penggolongan
atas jenisnya adalah pembedaan antara karakteristik karya yang satu dengan yang lainnya. Misalnya pada
binatang, penggolongan dapat didasarkan pada jenis kelamin, ada jantan ada betina, berdasarkan karakteristik
anggota tubuhnya, warna kulitnya dan sebagainya. Demikian juga dalam hal karya seni rupa, kita dapat
a. karya dua dimensi. Karya seni rupadua dimensi adalah Karya seni rupa yang mempunyai dua ukuran
b. karya tiga dimensi. Karya seni rupa tiga dimensi mempunyai tiga ukuran (panjang, lebar dan tebal) atau
memiliki ruang.
a. karya seni murni (pure art, fine art). Seni Murni (pure art/fine art) adalah karya seni yang diciptakan
semata-mata untuk dinikmati keindahan atau keunikannya saja, tanpa atau hampir tidak memiliki fungsi
praktis. Seni murni adalah karya seni rupa yang dibuat semata-mata untuk memenuhi kebutuhan artistik.
Orang mencipta karya seni murni umumnya berfungsi sebagai sarana untuk mengekspresikan cita rasa estetik.
Kebebasan berekspresi dalam seni murni sangat diutamakan. Yang tergolong dalam seni murni yaitu: seni
karya seni rupa yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan praktis. Contoh seni terapan yaitu:arsitektur,
poster, keramik, baju, sepatu, dan lain-lain. Dalam pembuatan seni pakai biasanya faktor kegunaan lebih
diutamakan daripada faktor keindahan atau artistiknya. Membuat karya seni terapan tampak lebih sulit
dibandingkan karya seni murni. Hal itu mungkin karena membuat karya seni murni terasa lebih bebas
dibanding membuat karya seni terapan karena tidak memperhitungkan fungsi. Akan tetapi sering pula terjadi
1. Seni Lukis
Seni lukis merupakan kegiatan pengolahan unsur-unsur seni rupa seperti garis, bidang, warna dan tekstur pada
bidang dua dimensi. Kegiatan yang menyerupai seni lukis sudah lama dikenal di Indonesia, tetapi penamaan atau
istilah seni lukis merupakan istilah yang datang dari Barat. Kegiatan yang menyerupai seni lukis itu dapat juga
disebut seni lukis tradisonal. Beberapa contoh dari karya seni lukis tradisional dapat kita lihat di berbagai daerah
di Indonesia seperti seni lukis kaca di Cirebon, seni lukis Kamasan di Bali, lukisan pada kulit kayu yang dibuat
masyarakat di Irian Jaya dsb. Adapun seni lukis yang kita kenal saat ini dibuat pada kanvas, dapat disebut seni
lukis modern. Beberapa seniman seni lukis modern Indonesia yang namanya sudah dikenal di mancanegara
2. Seni Patung
Karya seni patung diwujudkan melalui pengolahan unsur-unsur seni rupa pada bidang tiga dimensi. Bahan dan
teknik perwujudan pada karya seni patung beraneka ragam. Bahan yang digunakan dapat berupa bahan alami
seperti kayu dan batu, bahan logam seperti besi dan perunggu atau bahan sintetis seperti plastik resin dan fibre
glass (serat kaca). Sedangkan teknik yang digunakan disesuaikan dengan bahan yang dipakai seperti teknik pahat,
ukir, cor dsb. Seperti halnya seni lukis, seni patung juga sudah dikenal di Indonesia sejak zaman prasejarah.
Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi pembuatan karya seni patung. Pada masyarakat tradisional,
pembuatan karya patung seringkali dihubungkan dengan kegiatan religi seperti pemujaan kepada 5 dewa atau
arwah nenek moyang. Pada karya-karya seni patung modern, pembuatan karya seni patung merupakan ekspresi
individu seorang seniman. Beberapa seniman patung modern Indonesia diantaranya: Sunaryo, Sidharta, dan
Nyoman Nuarta.
Seni grafis adalah cabang seni rupa yang tergolong ke dalam bentuk dua dimensi. Berbeda dengan seni lukis
yang umumnya merupakan karya-karya tunggal, kekhasan dari karya grafis adalah sifatnya yang bisa direproduksi
atau diperbanyak. Pada awalnya Seni grafis merupakan keterampilan untuk mencetak atau memperbanyak tulisan.
Sesuai dengan proses pencetakannya karya seni grafis terbagi menjadi empat jenis:
a. Cetak tinggi
Prinsip cetak ini adalah bagian yang bertinta adalah bagian yang paling tinggi. Bagian ini bila diterakan atau
dicetakkan, tinta atau gambar akan berpindah ke atas permukaan kertas. Berdasarkan bahan dan alat yang
dipergunakan dalam cetak tinggi dikenal beberapa jenis cetakan seperti cukil kayu (wood cut), cukilan lino (lino
cut), tera kayu (wood engraving) serta cukilan bahan lain seperti karet atau plastik.
b. Cetak dalam
Prinsip cetak dalam adalah hasil cetakan yang diperoleh dari celah garis bagian dalam dari plat klisenya bukan
bagian tingginya seperti stempel atau cap. Teknik cetak ini merupakan kebalikan dari teknik cetak tinggi. Acuan
cetak yang dipergunakan adalah lempengan tembaga atau seng yang ditoreh atau diberi kedalaman untuk tempat
tinta. Kedalaman dibuat menggunakan alat penoreh yang tajam dan kuat dan atau menggunakan zat kimiawi.
Beberapa jenis cetak yang termasuk cetak dalam: goresan langsung (drypoint), akuatin (aquatint), dan mezzotin
(mezzotint engraving). Seorang penggrafis kadang-kadang memadukan berbagai teknik sekaligus dalam proses
c. Cetak saring
Cetak saring disebut juga serigrafi atau sablon. Sesuai dengan namanya prinsip cetak ini adalah mencetak gambar
melalui saringan yang diberi batasan-batasan tertentu. Cetak saring dikenal luas di masyarakat melalui benda-
benda yang sering dijumpai sehari hari seperti aplikasinya pada pembuatan kaos, spanduk, bendera, dsb.
d. Cetak datar
Proses cetak datar atau planografi adalah memanfaatkan perbedaan sifat minyak dan air serta acuan cetakan
yang terbuat dari batu (litografi) atau seng. Tinta hanya terkumpul pada bagian cetakan yang sudah digambari
dengan pinsil berlemak dan pemindahan gambar dilakukan dengan alat khusus. Teknik litografi inilah yang
4. Seni Kria
Pengertian Seni Kria Seni kria adalah hasil kebudayaan fisik yang lahir karena adanya tantangan dari lingkungan
dan diri kriawan. Seni kria diartikan sebagai hasil daya cipta manusia melalui keterampilan tangan untuk
memenuhi kebutuhan jasmani dan rohaninya, serta umumnya dibuat dari bahan-bahan alam. Penciptaan karya kria
yang baik didasarkan pada syarat kegunaan (utility) dan keindahan (estetika). Syarat keindahan terdiri atas
aspek kenyamanan, keluwesan dan kenyamanan. Hubungan antara bentuk, fungsi dan keindahan juga merupakan
asas penciptaan yang harus dimiliki seorang kriawan. Karya seni kria memiliki karakteristik tersendiri yang
dipengaruhi oleh keterampilan dan kreativitas kriawan, materi, alat, fungsi dan teknik penciptaanya. Aspek-aspek
Poskan Komentar
http://cuteyuni555.blogspot.com/2013/04/konsep-dan-pengertian-seni.html
San Jose Mercury News - Google to test cars without a driver at Moffett Field
powered by
MAKALAH
KONSEP DAN PENGERTIAN SENI
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Seni Rupa
Dosen Pengampu:
Moh. Fathurrahman, S.Pd., M.Sn.
Oleh:
1. Ida Royani ( 1401411017 )
2. Laspitarini Rahmawati ( 1401411027 )
3. Yuni Rahayu ( 1401411031 )
4. Ahmad Syaihoni ( 1401411033 )
5. Sohifatul Hayati ( 1401411034 )
6. Devi Hanisah ( 1401411087 )
7. M. Fahmy Rosadi ( 1401411139 )
ROMBEL 4A
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
A. PENDAHULUAN
Seni merupakan istilah yang identik dengan keindahan, kesenangan, dan rekreasi. Saat kita mendengar kata
seni maka yang mungkin muncul dalam benak kita adalah suatu karya seni entah berupa benda, music, bangunan,
lukisan atau benda-benda indah lainnya yang dihasilkan oleh seorang seniman yang tentunya sangat berbakat dan
Dalam seni, setiap orang dinilai memiliki kreatifitas dan kecerdasannya masing-masing. Seni dapat
memfasilitasi setiap orang untuk menuangkan atau mencurahkan segala kreativitas berdasarkan kehendak masing-
masing orang itu sendiri. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana Pendidikan Seni
menunjang atau mempengaruhi kreativitas seseorang. Semoga dengan makalah ini, kita dapat membentuk atau
Seni selalu menarik untuk dibicarakan bukan hanya karena keindahannya, tetapi terlebih-lebih karena pada
kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari, disadari atau tidak, manusia tidak dapat lepas dari seni. Melekatnya
seni pada hampir seluruh aspek kehidupan manusia acap kali menyulitkan kita untuk memilah seni dan yang bukan
seni. Apabila dapat disebut jenis-jenis seni seperti seni rupa, seni musik, seni tari, seni sastra, seni drama dan
seni-seni yang lain sering dijumpai kesulitan untuk memisah-misahkan perwujudan tiap-tiap jenis seni itu sebab
seni yang satu dan yang lain selalu berkaitan.Mengacu pada kerangka pikir di atas, maka berikut akan diuraikan
tentang:
a. Pengertian seni
b. Fungsi seni
c. Klasifikasi seni
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Seni
Seni amat luas cakupannya dan bermacam-macam sekali fasetnya. Seperti orang buta yang ingin melihat
gajah itu, sering terjadi bahwa pandangan orang tentang seni tidak lengkap dan tidak menyeluruh. Orang buta
yang meraba kaki gajah mengatakan gajah itu seperti bumbung bentuknya, sementara itu yang memegang
telinganya, menganggap bentuk gajah seperti kipas yang besar, sedang yang kebetulan memegang ekornya
mengatakan bahwa bentuk gajah seperti cacing. Bagi kita yang tidak buta tentu penggambaran-penggambaran
tentang gajah itu aneh sekali dan menggelikan. Maka dalam rangka menjadi orang yang tidak buta seni perlu
dikenali beberapa difinisi seni, dan insya Allah dengan menjumlahkannya kita akan memperoleh gambaran tentang
diciptakan oleh manusia. Berdasarkan definisi ini seni adalah produk keindahan, di mana suatu usaha manusia
menciptakan yang indah-indah dan dapat mendatangkan kenikmatan. Kalau diperhatikan pada bentuk seni
tradisional kita, keindahan tersebut nampak jelas terlihat; seperti pada seni karawitan adalah paduan bunyi atau
suara yang indah, ukiran kayu di rumah-rumah yang dijadikan sebagai hiasan menambah semaraknya pemandangan.
Namun apabila yang kita hadapi adalah seni modern, justru bukan mustahil kita akan dihadapkan pada sesuatu hal
Kemudian dalam Ensiklopedia Indonesia Apa yang disebut seni atau kesenian itu meliputi penciptaan dari
segala macam hal atau benda yang karena keindahan bentuknya senang orang melihat atau mendengarnya.
Berdasarkan definisi ini seperti halnya definisi seni sebelumnya, bahwa seni sama-sama merupakan produk
keindahan. Produk keindahan itu merupakan penciptaan dari berbagai macam hal baik yang bersumber dari sesuatu
yang terlihat (seni rupa), terdengar (seni musik), gerakan (seni tari) dan lain sebagainya, serta dengan
a. Ki Hadjar Dewantara: Seni yaitu segala perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan
bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia (lainnya). Definisi Ki Hajar Dewantara
tersebut sejalan dengan pemikiran Leo Tolstoy yang menyatakan bahwa seni memiliki proses transfer of
feeling, atau pemindahan perasaan dari si pencipta ke penikmat seni. Dalam hal ini seni berfungsi sebagai
b. Achdiat K. Mihardja: Seni adalah kegiatan rohani manusia yang merefleksi realitet (kenyataan) dalam
suatu karya yang berkat bentuk dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu
dalam alam rohani si penerimanya. Bila ditelaah, pengertian tersebut menunjukkan peranan jiwa (seniman)
dalam proses berkarya seni dan karya seni itu sendiri. Seniman yang berkarya hanya dengan menggerakkan
anggota tubuhnya saja (aktivitas fisik), namun tidak melibatkan jiwanya (ekspresi emosi), maka karya yang
c. Thomas Munro seorang ahli seni dan filsuf berkebangsaan Amerika mendifinisikan bahwa seni adalah
alat buatan manusia untuk menimbulkan efek-efek psikologis atas manusia lain yang melihatnya. Efek
tersebut mencakup tanggapan-tanggapan yang berujud pengamatan, pengenalan, imajinasi, yang rasional
maupun emosional.
d. Everyman Encyclopedia: menyebutkan bahwa seni adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh orang
bukan atas dorongan kebutuhan pokoknya, melainkan adalah apa saja yang dilakukannya semata-mata karena
kehendak akan kemewahan, kenikmatan, ataupun karena dorongan kebutuhan spritual. Sendok misalnya,
dibuat untuk memenuhi kebutuhan pokok, sebagai alat makan. Berdasarkan definisi tersebut sendok bukanlah
karya seni. Masih banyak karya (benda) yang lain yang kita jumpai, misalnya rumah, pakaian penutup aurat,
dan barang yang digunakan untuk kebutuhan pokok hidup kita, yang bukan seni. Adapun benda yang
dikategorikan sebagai benda seni yaitu alat musik gamelan, ukiran kayu, dan lain-lain sejenisnya. Walaupun
demikian benda kebutuhan pokok tersebut dapat berhubungan erat pula dengan seni. Sebagai contoh, pakaian
yang dibuat bukan hanya memperhatikan fungsinya sebagai penutup aurat atau pelindung fisik, tetapi si
perancang (pembuat pakaian) berusaha memperindah motif serta modelnya dengan tujuan untuk menghias
pakaian tersebut. Hiasan atau model yang dikenakan pada pakaian itulah yang berkaitan dengan seni. Dengan
demikian adakalanya beberapa benda kebutuhan pokok yang awalnya tidak dikategorikan sebagai karya seni
tersebut dikategorikan juga sebagai karya seni atau setidaknya mendapat sentuhan seni.
e. Paul Klee: Seni bukan merefleksi suatu yang terlihat tapi harus menjadikan sesuatu yang terlihat.
Menurut jalan pikiran dalam difinisi tersebut sesuatu yang disebut seni dalam perwujudannya tidak merefleksi
dari hasil amatan panca indra terhadap apa yang ada disekitarnya atau yang terlihat nampak di alam.
Melainkan dari apa yang pikirkan, dirasakan oleh seorang seniman kemudian diwujudkan melalui media
tertentu, sehingga dari apa yang nampak tersebut dapat diamati oleh para penonton atau penikmat seni.
f. Susanne K. Langer: Istilah umum yang mencakup lukisan, pahatan, arsitektur, musik, tari, sastra,
drama, dan film-dapat dibatasi sebagai kegiatan menciptakan bentuk-bentuk dapat dimengerti (perceptible)
g. Raymond F. Piper: seni adalah sesuatu kegiatan yang demikian dirancang untuk mengubah bahan alami
menjadi benda-benda yang berguna atau indah, ataupun kedua-duanya, adalah seni. Hasil dari campur tangan
Kehidupan budaya manusia bersifat dinamik, terus berkembang dan berubah demi untuk mencapai
kesempurnaan dalam kehidupan. Sebagai komponen dari kebudayaan baik seni maupun pendidikan mengalami pola
perubahan yang sejalan dengan perkembangan pandangan hidup masyarakat. Pada dasarnya, konsep pendidikan seni
ada dua macam, yang pertama yaitu konsep pendidikan seni yang berkaitan dengan aspek ekspresi artistic dan
kedua yaitu konsep pendidikan seni yang dikaitkan dengan tujuan pendidikan. Beberapa konsep pendidikan seni
a. Gerakan Reform
Gerakan reform adalah usaha pembaruan di bidang konsep pendidikan seni yang mengutamakan kebebasan
ekspresi sebagai cara untuk memberi peluang kepada anak didik mengembangkan kemampuan yang ada pada
dirinya. Gerakan ini bertujuan untuk mendewasakan anak didik bukan hanya pada segi intelektualnya saja, akan
tetapi menghendaki agar anak belajar dari perbuatan aktif melalui kegiatan seni, maksudnya adalah anak dapat
belajar dengan baik dan mendapatkan pelajaran dari apa yang telah dialaminya sendiri, bukan hanya melalui
cerita, teori ataupun ceramah saja. Selain itu untuk melatih kedua tangannya supaya supaya syaraf dari otak
Konsep ini dipelopori oleh Alfred Lichtwart dan Konrad Lange, dengan pemikiran bahwa persepsi anak-anak
kepada seni dan keindahan perlu dekembangkan melalui penghayatan langsung, baik melalui kegiatan menggambar
maupun kegiatan observasi, dengan mengunjungi obyek-obyek seni seperti museum, sanggar seniman, pameran dan
lainnya.
Konsep ini bermula dari pemikiran bahwa menggambar adalah alat untuk mengungkapkan pikiran yang
dicetuskan oleh Walter Sargent. Gambar adalah bahasa yang digunakan untuk melahirkan dan mengembangkan ide-
ide. Menggambar suatu obyek berarti menerjemahkan persepsi ke dalam bahasa visual. Kegiatan menggambar
merupakan kegiatan mental dan pikir yang dapat membentik konsep. Konsep ini memandang seni pada proses
Menurut konsep ini, anak adalah idealnya, sedangkan seni adalah sarananya. Maksud dari konsep ini adalah,
bahwa seni merupakan sarana bagi anak dalam proses pertumbuhan mental dan jiwa kreatifnya.
Konsep ini menyatakan bahwa seni identik dengan keindahan. Hasil seni yang indah didapatkan dari benda-
Menurut konsep ini yang dimaksud dengan kegiatan seni adalah kegiatan meniru alam, dan setiap hasil seni
Konsep ini berpendapat bahwa seni haruslah sesuatu yang menyenangkan dan dapat menghibur pengamat.
Suatu karya disebut karya seni jika dapat dinikmati oleh pengamat dan pengamat dapat menangkap makna atau
Dalam pendidikan seni di sekolah dasar, konsep pendidikan seni diarahkan pada pembentukan sikap, sehingga
terjadi keseimbangan intelektual dan sensibilitas, rasional dan irasional, akal pikiran dan kepekaan emosi. Konsep
ini mulai dikembangkan oleh Plato dalam tesisnya Art should be The Basis of Education . Konsep ini
menempatkan seni sebagai materi, alat atau media dan metode yang digunakan dalam mencapai tujuan
pendidikan.
Istilah seni dalam bahasa kita yang sekarang rasanya sudah begitu kita kenal ini (walaupun apa maknanya
yang sebenarnya belum tentu kita mengenalnya!) sudah kita lupakan bahwa usianya masih sangat muda
Istilah seni dapat ditelusuri dari awal yaitu dari arti kata seni itu sendiri. Dalam Bahasa Indonesia Indonesia
seni diartikan:
halus, tipis
kecakapan batin (akal) yang luar biasa yang dapat menjadikan atau menciptakan sesuatu yang luar
biasa.
air kencing.
Dalam bahasa Sansekerta seni berasal dari kata sani yang berarti: pemujaan, pelayanan, donasi,
permintaan atau pencarian dengan hormat dan jujur. Hal itu berkaitan dengan kepentingan keagamaan yaitu
kepentingan sesaji atau persembahan terrhadap dewa-dewa. Dalam bahasa Jawa Kuno terdapat kata sanidya
yang artinya pemusatan pikiran. Di dalam penciptaan seni tentu saja diperlukan pemusatan pikiran, tanpa
pemusatan pikiran maka tidak akan tercipta seni. Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa seni berasal dari
bahasa Belanda genie atau jenius. Istilah seni tersebut memberikan gambaran yang cukup jelas tentang aktivitas
Orang Jawa menyebut sesuatu produk kehalusan jiwa manusia yang indah-indah dengan istilah kagunan,
atau karawitan (yang kecil-kecil), dan umumnya tekanan produk tersebut memang pada kehalusan dan
kerumitan pengerjaannya, seperti tatahan wayang kulit yang ngrawit, cecekan batik yang halus, dan
seterusnya.
Dalam bahasa Sansekerta, seni disebut cilpa. Sebagai kata sifat cilpa berarti: berwarna dan kata
jadiannya su-cilpa berarti dilengkapi dengan bentuk-bentuk yang indah atau dihias dengan indah. Sebagai kata
benda ia berarti: pewarnaan yang kemudian berkembang menjadi segala macam kekriyaan yang artistik.
Cilpasastra dalam pelajaran sejarah kesenian adalah buku atau pedoman bagi para cilpin, yaitu tukang, termasuk
di dalamnya apa yang sekarang disebut seniman. Memang dahulu belum ada pembedaan antara seniman dan
tukang; dalam legenda mereka itu sama-sama keturunan sang Wicwakharman, dan sama-sama mengerjakan
pekerjaan kekriyaan.
Dalam bahasa latin pada abad pertengahan, terdapat istilah-istilah ars, artes, dan artista. Ars adalah
teknik atau craftsmanship, yaitu ketangkasan dan kemahiran dalam mengerjakan sesuatu; adapun artes berarti
societates mesteriorum atau kelompok orang-orang yang memiliki ketangkasan tersebut (craft guilds); dan
artista adalah anggota yang ada di dalam kelompok-kelompok itu. Maka di sini kiranya artista dapat
dipersamakan dengan cilpin di atas. Ars itulah yang berkembang menjadi larte (Italia), lart (Perancis), el arte
(Spanyol), dan art (Inggris), dan bersamaan dengan itu isinya pun berkembang sedikit demi sedikit ke arah
pengertiannya yang sekarang. Walaupun demikian, di Eropa ada juga istilah-istilah lain yang berhubungan dengan
seni, orang Jerman menyebut seni dengan die Kunst dan orang Belanda dengan Kunst, yang berasal dari akar
kata yang lain walaupun dengan pengertian yang sama. Bahasa Jerman juga mengenal istilah die Art, yang berarti
cara, jalan, atau modus, yang juga dapat dikembalikan kepada asal mula pengertian dan kegiatan seni, namun
demikian die Kunst-lah yang digunakan untuk istilah kegiatan yang berhubungan dengan seni. Saat ini, seni
sebagai segala bentuk yang memiliki nilai keindahan adalah pengertian yang dipahamai oleh masyarakat pada
umumnya. Pengertian umum tersebut diantaranya seperti yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
seni diartikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, dan
Bentuk-bentuk (karya seni) yang memiliki nilai keindahan tersebut diyakini memberikan kenikmatan dan
kepuasan terhadap jasmani-rohani, pencipta (kreator) ataupun penikmatnya (apresiator). Kesenian tradisional
kita, gamelan misalnya, dikatakan sebagai paduan suara (nada) yang indah yang mengenakkan telinga
(pendengaran). Hiasan berupa ukiran yang menempel pada dinding ruangan memberikan kesemarakan pandangan
mata. Tarian daerah yang lembut dan gemulai juga menyejukkan rasa, setelah kita menikmati dan menghayatinya.
Pada kenyataannya istilah seni adalah segala bentuk yang memiliki nilai keindahan tidak selamanya bertahan
sebagai satu-satunya definisi. Dalam seni kontemporer (termasuk seni modern) yang dihasilkan seniman tidak
hanya karya yang indah, tetapi juga karya yang dianggap tidak indah dan tidak menyenangkan.
4. Fungsi Seni
Pada dasarnya apapun bentuk karya seni yang dihasilkan oleh suatu masyarakat, tidak terbebas dari pengaruh
kebudayaan yang berlaku. Betapapun besarnya daya imajinasi dan kreativitas seorang seniman, ia senantiasa
merujuk pada nilai-nilai budaya, norma-norma sosial ataupun pandangan hidup yang berlaku dalam masyarakat.
Pemberontakan yang diungkapkan seniman dalam karya-karyanya, terutama berpangkal pada rasa tidak puas
terhadap kemapanan yang ada. Demikian pula seandainya seniman mengungkapkan pembaharuan dalam karyanya, ia
tentunya berpangkal kepada kenyataan sosial budaya yang dianggapnya kurang dinamik. Ungkapan-ungkapan yang
mendambakan semangat kebebasan, biasanya bersifat mencerminkan rasa tidak puas terhadap tatanan (sistem
sosial kemasyarakatan) yang dirasakan membelenggu mereka. Sebenarnya seniman yang berhasil bukan semata-
mata karena karya-karyanya memenuhi ukuran keindahan yang relatif, melainkan karena kemampuannya
menyampaikan pesan-pesan, serta tergantung kepada kemampuan masyarakat untuk menangkapnya dengan
mengacu pada nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial yang hidup. Berdasarkan logika itulah Keesing (dalam
Budhisantoso 1994) sampai pada kesimpulan bahwa kesenian betapapun perwujudannya, mempunyai tujuh fungsi
sosial yang amat penting, artinya sebagai sarana pembinaan masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan.
Seni berfungsi sebagai sarana kesenangan. Melalui karya seni orang dapat menyalurkan energinya yang berlebih
untuk memberikan kesenangan pribadi. Di sela-sela waktunya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, orang
akan menyisihkan waktu untuk mencari kesenangan. Salah satu sarana dan penyaluran energi yang berlebih itu
ialah dengan dengan melakukan kegiatan berkesenian diantaranya dengan menikmati dan menghasilkan karya-karya
seni untuk memberi kesenangan pribadi. Fungsi sebagai sarana hiburan hampir sama dengan fungsi seni sebagai
sarana kesenangan. Kegiatan kesenian merupakan salah satu sarana objektif yang dapat diikuti oleh banyak orang
tanpa menimbulkan rasa perlawanan, karena disajikan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kenikmatan dan
Seni berfungsi sebagai sarana pernyataan diri. Melalui karya seni memungkinkan seseorang menyatakan
kepribadiannya secara lebih leluasa. Umumnya melalui karya seni orang tidak perlu malu-malu menyatakan dan
mengungkapkan jati dirinya, dan dengan mudah menggunakan karya-karya seni untuk mengungkapkan perasaan dan
pikiran yang mencerminkan kepribadiannya secara terus terang, sehingga memperoleh pengakuan masyarakat dan
c. Sarana integratif
Karya seni befungsi juga sebagai sarana integratif. Pernyataan dan perwujudan pemikiran, seorang seniman
dapat disalurkan melalui karyanya, untuk merangsang kepekaan pengertian masyarakat, sehingga menimbulkan
tanggapan emosional yang dapat menumbuhkan rasa kebersamaan yang mengikat diantara penikmatnya. Poster
misalnya, sebagai karya seni rupa bayak digunakan untuk memenuhi fungsi sosial ini, demikian juga dengan lagu-
lagu perjuangan yang dianggap dapat membangkitkan semangat persatuan dan kesatuan.
bagi mereka yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan perasaan dan pemikiran secara bebas. Fungsi seni
yang dapat memberikan kesenangan, kenikmatan dan relaksasi bagi penikmatnya sekaligus menjadi sarana terapi
yang baik bagi penderita gangguan kejiwaan. Secara khusus kegiatan berkarya seni juga digunakan oleh para ahli
kesehatan jiwa untuk membantu proses penyembuhan para penderita gangguan jiwa.
e. Sarana pendidikan
Sebagai sarana pendidikan seni diajarkan dan digunakan dalam dunia pendidikan sebagai sarana untuk
pengembangan individu. Dalam sejarahnya kesenian juga menjadi sarana yang efektif untuk mengukuhkan nilai-nilai
keagamaan bahkan sebagai sarana untuk mengajarkan dan menyebarluaskan ajaran agama. Pada masyarakat
tradisional seni digunakan juga sebagai sarana untuk mewariskan nilai-nilai budaya. Sistem gagasan dan kepercayaan
diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya melalui karya seni. Dalam era modern saat ini, penelitian
para ahli pendidikan (pendidikan seni) menunjukkan bahwa penyelenggaraan kegiatan kesenian di sekolah membantu
mendorong berbagai potensi yang dimiliki para peserta belajar. Secara sendiri-sendiri maupun terintegrasi,
pendidikan seni yang dimasukan dalam struktur kurikulum sekolah sangat membantu tidak saja terhadap
pemahaman seni dan apresiasi, tetapi juga membantu pemahaman terhadap berbagai bidang studi lainnya.
kesenian dapat dipergunakan sebagai sarana pemulihan ketertiban sosial. Dalam berbagai peristiwa perpecahan,
pertentangan dan ketegangan sosial, kegiatan seni dapat diandalkan sebagai sarana untuk memulihkan ketertiban
dan persatuan masyarakat dengan pesan-pesan terselubung yang disampaikan secara indah dan memikat. Pesan-
pesan secara halus dan terselubung itu dapat di pergunakan untuk mempengaruhi, masyarakat agar dapat
mengendalikan perasaan permusuhan dan persaingan ke arah perdamaian. Fungsi ini terutama dibangun melalui
kegiatan apresiasi seni. Dengan menghargai berbagai karya seni, orang belajar juga untuk menghargai berbagai
perbedaan, budaya, bahasa dan kepercayaan dari orang atau kelompok masyarakat lain. Lagu We Are The World
yang dinyanyikan oleh Michael Jacson dan Imagine yang dinyanyikan oleh grup musik The Beatles misalnya,
merupakan sebagian dari sekian banyak karya seni yang mengajak masyarakat dunia untuk bersatu hidup dalam
damai.
Kemampuan seniman mengungkapkan dan menyatakan perasaan dan pemikiran mereka secara terselubung
dan indah seringkali merupakan daya pikat yang kuat dan bahkan mampu mengerahkan pemerhati karya-karya seni
tersebut. Tidak jarang karya-karya seni yang memenuhi standard of exellent mampu membangkitkan perasaan
benci, cinta, gembira, sedih dan sebagainya sesuai dengan pesan-pesan terselubung yang disampaikan melalui
karya-karya seni. Sebagai contoh foto-foto yang ditampilkan diberbagai media massa cetak dan lagu yang
mengiringi berita bencana alam di tanah air kita seperti di Aceh dan Yogyakarta beberapa waktu yang lalu
menggugah perasaan berjuta pemirsanya tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Mancanegara. Para penikmat ini
turut larut dalam kesedihan yang diakibatkan musibah tersebut walaupun secara teknis foto-foto dan musik
5. Klasifikasi Seni
Klasifikasi terrhadap seni sudah sejak lama orang mencoba untuk melakukan pengklasifikasian terhadapnya,
termasuk filosof-filosof Yunani kuna seperti Plato dan Aristoteles. Mereka itu tidak semata membagi seni secara
verbal saja tetapi berusaha untuk menerangkan alasan-alasannya secara metafisis, psikologis, sosial dan lain-lain
yang memisahkan dan menghubungkan cabang-cabang seni yang ada. Beberapa diantaranya ada juga yang
mempertimbangkan nilai-nilai relatif dari cabang-cabang seni itu dan mengaturnya secara hirarkis. Pembagian
secara filosofis ini disebut sistem dari cabang-cabang seni yang merupakan kebalikan dari pembagian secara acak
atau serta-merta yang membagi seni menjadi beberapa bagian menurut medium ekspresinya, teknik
pembuatannya maupun kegunaannya. Pohon seni di bawah ini berusaha menunjukkan klasifikasi seni tersebut
menurut medium ekspresinya secara sederhana dan visual dalam bentuk cabang-cabang pohon berikut akar-akarnya
yang dalam metafora ini mewakili motivasi yang mendorong kelahiran seni. Jagat seni memang kompleks dan
Pohon Seni
Fungsi Pohon Seni di atas terutama menunjukkan cabang-cabang seni yang ada berikut perkiraan volume
dan urutan kelahirannya, namun sekaligus akar-akarnya dimanfaatkan untuk menggambarkan motivasi apa saja
yang mendorong kelahiran seni. Motivasi kelahiran seni itu yaitu hasrat untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia secara praktis, hasrat komunikatif untuk bergaul dengan sesamanya, hasrat untuk memenuhi kebutuhan
spiritual, hasrat ekspresif untuk menyalurkan emosinya keluar, dan hasrat untuk memenuhi kebutuhannya akan
keindahan.
Adapun cabang-cabangnya, sesungguhnya cabang seni rupa, seni tari, dan seni musik itu adalah kurang lebih
sama tua dan volumenya, tetapi karena cabang seni rupa meninggalkan bekasnya maka tampak sebagai paling
besar volumenya dan paling tua juga usianya karena perekaman untuk musik dan tari belum lama ada.
6. Pembinaan Kreativitas melalui Pendidikan Seni di Sekolah Dasar
Anak usia SD merupakan masa keemasan berekspresi kreatif. Kadar kreativitas anak masih sangat tinggi.
anak dapat melakukan kegiatan berolah seni secara wajar dan spontan, karena daya nalar anak belum sampai
membatasi keleluasaan untuk berkarya secara murni dan lugu. Ungkapan perasaan anak yang masih polos
memungkinkan mereka untuk berekspresi secara wajar dan penuh spontan sehingga proses tersebut memiliki
kebermaknaan bagi perkembangan mereka. Masa anak-anak merupakan awal berkembangnya kreativitas. Kreativitas
tampak di awal kehidupan anak dan tampil dalam bentuk permainan. Seperti kita ketahui bahwa usia Sekolah
Dasar adalah usia bermain, kehidupan anak banyak dicurahkan untuk bermain. Bermain adalah mencoret,
mencoreng, berteriak, meloncat, bergerak dan lainnya. Kegiatan bermain yang disenangi anak ini dapat diwujudkan
dalam pendidikan seni baik itu seni rupa, tari maupun music. Kegiatan-kegiatan inilah yang diarahkan kepada
pengembangan kreativitas.
Dengan demikian, berekspresi seni secara kreatif pada anak dimanfaatkan untuk membina dan mengembangkan
kreativitas anak pada usia dini. Pendidikan merupakan usaha dalam membantu anak mencapai kesuksesannya,
demikian pula dengan pendidikan seni. Karena itu, segala cabang dalam seni dapat digunakan sebagai media dalam
bidang pendidikan. Seni sebagai cara dan seni sebagai sarana. Seni sebagai sarana/media pendidikan adalah konsep
pendidikan seni yang sesuai bagi anak-anak sekolah dasar. Sedangkan seni sebagai tujuan yang utama seringkali
diselenggarakan di sekolah-sekolah seni atau disanggar. Oleh sebab itu, untuk pendidikan seni di sekolah dasar,
guru tidak mengajarkan bagaimana untuk menggambar, bagaimana untuk menari dan bagimana untuk menyanyi
saja, tetapi juga harus mengarah kepada pembinaan dan pengembangan kreativitas untuk mengangkat bakat dan
potensi yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Dalam pendidikan seni, anak dibebaskan untuk mengekspresikan
apa yang ada dalam jiwanya baik itu melalui gambar, kegiatan menyanyi ataupun gerakan-gerakan tari. Bebas
berekspresi membuat anak dapat mengembangangkan apa yang ada dalam dirinya, kreativitas anak untuk
Pada usia SD, anak mengalami masa keingintahuan dan perkembangan kognitif, afektif maupun psikomotor
yang cepat. Perkembangan anak ini akan terhambat jika mereka dibunuh rasa keingintahuan dan kreativitas
mereka. Kreativitas anak pada masa ini sangat beragam sesuai dengan tingkat kematangan dan perkembangan
otak mereka. Oleh karena itu, untuk menunjang perkembangan kreativitas anak agar tumbuh optimal, pendidikan
seni memegang peranan yang sangat penting yaitu sebagai sarana yang dapat memfasilitasi anak dalam
mengekspresikan pikiran dan jiwa mereka. Tentu dengan bimbingan dan arahan dari guru, pendidikan seni sangat
C. PENUTUP
Konsep pendidikan seni di Sekolah Dasar diarahkan pada pembentukan sikap, sehingga terjadi keseimbangan
intelektual dan sensibilitas, rasional dan irasional, akal pikiran dan kepekaan emosi. Karena pada masa usia Sekolah
Dasar, perkembangan mental dan fisik anak sedang dalam tahap maksimal sehingga untuk mengoptimalkan
kreativitasnya maka pendidikan seni merupakan salah satu cara yang tepat untuk digunakan. Pada usia SD anak
masih memiliki kejujuran dan kepolosan dalam berekspresi dan mengembangkan kreativitasnya. Oleh karena itu,
pendidikan seni baik seni rupa, seni music, seni tari maupun drama seharusnya dapat menjadi wadah atau sarana
bagi anak untuk mengembangkan dan menuangkan kreativitasnya. Kebutuhan akan kreativitas bagi anak tidak
hanya bagi kehidupan seninya saja tetapi juga dalam kehidupannya sehari-hari, kreativitas memiliki peranan yang
sangat penting.
Kreativitas bukan hanya kemampuan untuk menciptakan tetapi lebih dari itu yaitu meliputi kemampuan
membaca situasi, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan, kemampuan membuat analisis yang tepat, serta
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang lain dari pada yang lain. Maka dari itu, melalui
pendidikan seni, anak dapat melatih dan meningkatkan kreativitasnya melalui kegiatan-kegiatan seni yang sesuai
dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, tetapi kegiatan-kegiatan seni yang dilakukan ini tetap
Daftar Pustaka
Herawati, Ida Siti. Iriaji. 1998. Pendidikan Seni Rupa. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_rupa
http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_kontemporer
http://anakciremai.blogspot.com/pendidikan-seni-tentang-perkembangan-seni-rupa-indonesia
http://id.answers.yahoo.com
http://arcaseplawan.wordpress.com/2012/04/14/konsep-pendidikan-seni/
Proses kerja rasa digerakkan untuk menciptakan suasana keindahan. Ketika anak melukis segala angan-angan dan
ide dicurahkan agar warna yang ditampilkan sesuai dengan bentuk yang dibayangkan.
Hal tersebut memberi gambaran bahwa pendidikan seni sangat erat dengan pendidikan rasa.
1. Pelatihan Produksi Seni Membangkitkan Karsa Anak
Proses berkarya pada hakikatnya merupakan kegiatan berangan-angan serta membayangkan terciptanya suatu
karya. Misalnya ketika anak sedang menyanyikan lagu kupu-kupu sebenarnya angan-angan anak melambung
membayangkan keindahan kupu-kupu yang sedang terbang.
Berkesenian membutuhkan kerja kreatifitas, sensitivitas (rasa), dan karsa (mood) yang kesemuanya memberikan
korelasi positif terhadap pembinaan cipta, rasa dan karsa yang ditumbuhkan oleh siswa.
2) Seni membantu siswa berasosiasi terhadap bentuk yang lain seperti korelasinya dengan mata pelajaran lain
:
Pendidikan seni melatih anak mengungkap isi hati dan pikiran yang sulit diungkapkan melalui kata-kata.
Komunikasi adalah usaha anak untuk mampu mengutarakan pendapat dengan jelas, teratur, dan mudah dipahami
orang lain. Seni mengajarkan pemahaman tentang komunikasi visual sangat penting untuk memahamkan murid
perihal keterkaitan antara materi pelajaran, susunan obyek, maupunarti dari karya yang telah diciptakan sendiri.
Pendidikan seni adalah pendidikan kreatif, yaitu pendidikan untuk memberikan kesempatan anak untuk
berkembang sesuai dengan naluri dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehari-hari secara mandiri.
1. Kemampuan perseptual yang meliputi kepekaan inderawi terhadap rupa, bunyi, gerak dan perpaduannya
serta karya kerajinan dan teknologi.
2. Pengetahuan yang meliputi pemahaman, analisis, dan evaluasi.
3. Apresiasi yang meliputi kepekaan rasa, estetika, kesesuaian fungsi bentuk, artistik, serta memiliki sikap
menghargai dan menghayati
4. Produksi mencakup kreativitas dalam berkaryadan berimajinasi.
Pendidikan kreativitas pada dasarnya adalah pendidikan untuk melatih berpikir global dan komprehensif.
1. Seni Sebagai Model Pelatihan Pengembangan Hobi Dan Bakat
Bakat berkesenian adalah kepekaan rasa seseorang terhadap sentuhan seni dan mudah mengekspresikannya sesuai
dengan tahapan kontrak tugas guruyang diberikan kepada siswa.
Anak berbakat seni adalah anak yang mampu menanggapi karya seni orang lain serta mampu mensistematikan
sesuai dengan rancangannya, rangsangan tersebut dapat berupa suara, gerakan dan bentuk-bentuk.
Pengetahuan seni tersusun atas berbagai materi yang bersifat komprehensif, yang memuat unsur-unsur
pengetahuan yang bersifat organis, yaitu pengetahuan yang dapat dipelajari secara berkesinambungan dan saling
berkaitan dengan pengetahuan lain.
Pengetahuan lain dalam seni adalah pengetahuan linier anorganik, yaitu pengetahuan yang berbentuk pengetahuan
arbitrase, yaitu pengetahuan yang mempunyai susunan tidak teratur, oleh karenanya kapan saja pengetahuan ini
disebutkan akan mempunyai arti yang berbeda.
Arthur Wesley Dow berpendapat bahwa dalam proses produksi seni terdapat 5 butir pengetahuan dalam berkarya
seni, yaitu :
1. Obtaining harmony-opposition
2. Transition
3. Subordination
4. Repetition
5. Symmetry
1. Apresiasi Seni
Menurut Primadi, apresiasi seni sebagai aktivitas mental terdiri dari beberapa tahapan :
1. Kejutan (surprise), yakni respon emosional terhadap sensasi inderawi yang menarik, aneh, unik, dan
sebagainya.
2. Empati, yakni suatu proses intuitif yang diiringi rasa indahestetik dalam wilayah ambang sadar.
3. Rasa-betul-estetik, yakni kondisi apresiator menangkap dimensi artistik aspek formal karya seni sesuai
prinsip estetika.
4. Reaksi psikologis terhadap kontent etis karya seni, yakni etika, pesan, dan fungsi karya.
5. Rasa-benar-etis, yakni kemampuan menangkap dimensi etis karya seni sebagai akibat dari ilmu
pengetahuan apresiator.
6. Pesona dan haru, yakni efek dari penghayatan dan penerapan ciri kreasi yang sering kali melampaui batas-
batas formal karya seni secara integral terakumulasi dari aktivitas inderawi dan psikologi apresiator.
7. Pengalaman Kreatif
Dalam proses produksi seni anak akan menggunakan pengetahuan kognisi, yaitu pengetahuan yang sistematis
danmampu diungkapkan pada suatu ketika, serta memanfaatkan pemahamannya tentang bentuk secara apresiatif.
http://ana-nazamuddin.blogspot.com/2013/03/hakikat-fungsi-dan-tujuan-
pendidikan.html
Pendidikan Seni selalu hadir dalam kurikulum sekolah, karena seni merupakan bagian dari kebutuhan
manusia. Sebagaimana Pratt (1980: 54) mengatakan, bahwa dalam menyusun kurikulum sebaiknya melibatkan
lima kebutuhan manusia (human needs), yakni need for self-actualization, needs for meaning, social needs,
aesthetic needs, and survival needs. Pernyataan Pratt tersebut menunjukkan bahwa aesthetic needs dipandang
sebagai bagian yang esensial dari kurikulum sekolah, sehingga penting dilaksanakan di sekolah-sekolah.
Pendidikan Seni sebagai aesthetic needs memiliki fungsi yang esensial dan unik, sehingga mata pelajaran
ini tidak dapat digantikan dengan mata pelajaran lain. Berdasarkan berbagai kajian dan penelitian, baik secara
filosofis, psikologis maupun sosiologis ditemukan bahwa pendidikan seni memiliki keunikan peran atau nilai strategis
dalam pendidikan sesuai perubahan dan dinamika masyarakat. Menurut pakar pendidikan seni dampak hasil belajar
seni antara lain: dapat meningkatkan daya kreativitas anak (Dewey: , Read: 1970, dan Ross: 1978), dapat
membantu pertumbuhan mental anak melalui penyaluran ekspresi dan kreativitas (Lowenfeld: 1982), dapat
meningkatkan kemampuan apresiasi (Chapman: 1978 ), dapat membantu perkembangan kepribadian dan
pembinaan estetik anak (Wickiser: 1974), dapat membantu mengembangkan perasaan anak (Ross: 1990), dapat
Dampak pengalaman seni atau fungsi pendidikan seni bagi anak didik dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Seni sebagai wahana ekspresi
Ekspresi merupakan pernyataan kejiwaan yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam
mencari kepuasan. Ekpresi juga merupakan kebutuhan manusia dalam mengkomunikasikan isi hatinya kepada pihak
lain. Berekpresi dalam seni berarti menuangkan isi hati dengan menggunakan sarana gambar, gerak, nada suara
atau kata (Soehardjo, 1995). Bagi anak-anak art itu bisa dijadikan alat/sarana untuk berekpresi a means of
expretion (Lowenfeld, 1982). Dalam berekspresi ini pikiran, perasaan dan emosi anak ikut berperan.
Pembinaan ekspresi dapat menunjang pembinaan kreatifitas. Pada umumnya kreatifitas diartikn sebagai
daya atau kemampuan untuk mencipta. Melalui kegiatan berolah seni kreatifitas atau daya cipta anak dapat
dikembangkan. Berolah seni yang dimaksudkan adalah melakukan kegiatan pengenalan, eksperimen dalam berbagai
bentuk jenis alat/bahan dan teknik mewujudkan/menampilkan karya seni, baik melalui rupa, gerak, nada suara
atau kata. Membangkitkan dan membebaskan anak untuk melakukan kegiatan berolah seni sesuai kemampuan dan
minatnya serta memberi kesempatan kepada anak-anak untuk mencoba memecahkan masalah ketika berolah seni
sehingga menghasilkan hal-hal baru dan unik baginya merupakan sarana yang baik dalam upaya membina dan
mengembangkan kreatifitas. Sebagimana dikatakan oleh tokoh-tokoh seperti Dewey, Read and Ross, bahwa
Secara umum orang berpendapat bahwa bakat anak dibawa sejak lahir, namun bakat anak ini sulit
berkembang jika tidak dipupuk. Bakat anak dibidang seni dapat dipupuk melalui pembelajaran seni. Pendidikan seni
yang memberikan kesempatan pada anak untuk mengenal dan menjelajah berbagai media seni, serta
sikap/dukungan dan motivasi guru yang positif terhadap anak-anak untuk berpeluang memelihara dan
mengembangkan bakatnya.
Ketrampilan berasal dari kata terampil yang berarti cekatan dalam melakukan sesuatu. Untuk membantu
menyalurkan dorongan ekspresi dan kreativitas anak dibutuhkan suatu ketrampilan dasar. Dalam seni latihan
ketrampilan ini bukan tujuan utama, tetapi hanya sebagai sarana untuk menunjang kelancaran berekspresi atau
berkreativitas. Ketrampilan yang diberikan bukanlah ketrampilan yang bersifat statis, tetapi lebih diarahkan pada
ketrampilan yang bersifat kondisional. Arti keterampilan yang kondisional bersifat kreatif, produktif, dinamis dan
mampu untuk tumbuh. Jenis ketrampilan ini cocok untuk dikembangkan di sekolah-sekolah umum. Melalui
kegiatan berolah seni yang memberi cukup kebebasan pada anak untuk melatih skill sejalan dengan dorongan
ekspresi dan kreativitasnya akan sangat bermanfaat bagi anak untuk membina dan mengembangkan potensi
ketrampilannya.
5. Seni sabagai sarana pembentukan kepribadian.
Kebiasaan berolah seni yang memperhatikan dan memberi keleluasaan yang cukup terhadap subyek didik
untuk menampilkan sifat-sifat kepribadian, memberi peluang yang luas untuk pembentukan kepribadian (
Soenarjo, 1995). Kepribadian dalam seni lebih diarahkan kepada tumbuhnya rasa cinta terhadap kesenian
bangsanya dan mau menerima kesenian asing yang terseleksi. Dengan pengenalan benda-benda seni dan tokoh-
tokoh seniman serta lingkungan alam sekitar yang indah dapat menumbuhkan kecintaan atau kebanggaan anak
terhadap alam dan kesenian bangsanya. Dan ini berarti telah mengurangi timbulnya penyimpangan-penyimpangan
sifat kepribadian yang merusak moral dan identitas jati diri bangsa.
Secara naluri setiap anak memiliki impuls estetik (Read,1974). Jika naluri ini tidak mendapat
kesempatan tumbuh dan berkembang, maka naluri tersebut bisa mati atau tumbuh kerdil. Melalui program
pendidikan seni naluri/kepekaan citarasa keindahan dapat dibina dan ditumbuh-kembangkan. Caranya dimulai dari
pengakraban dengan obyek yang bermuatan estetik, maka seseorang akan semakin peka estetiknya. Kepekaan itu
merupakan modal dasar dalam mengapresiasi seni, berolah seni dan menghargai hasil budaya bangsa sendiri,
Pandangan ahli tentang pendidikan seni diberikan di sekolah umum tersebut memiliki fungsi yang
beragam sesuai dengan perkembangan dinamika dan kondisi sosial-budaya masyarakat. Namun beberapa ahli
mencoba mengklasifikasikan keberagaman fungsi pendidikan seni tersebut menjadi beberapa fungsi. Bagi Eisner
(1972: 58) keunikan fungsi pendidikan seni dalam orientasi pengajaran seni dapat dipetakan dalam sebuah
hubungan triadik, yaitu: (1) pandangan pendidikan seni berbasis anak, (2) pandangan pendidikan seni berbasis
subjek (disiplin ilmu), dan (3) pandangan pendidikan seni berbasis kebutuhan masyarakat. Dalam sudut pandang
kebutuhan anak, secara psikologis keunikan mata pelajaran pendidikan seni utamanya berkaitan dengan kontribusi
seni terhadap kebermaknaan dan kebermanfaatan bagi kebutuhan perkembangan pebelajar, yakni terletak pada
pemberian pengalaman estetik secara alamiah dalam bentuk kegiatan berekspresi diri secara kreatif dan
berapresiasi (respon kreatif) sehingga dapat membantu menumbuhkembangkan keseluruhan potensi kepribadian
utuh (holistik) pebelajar baik aspek pribadi, sosial, intelek, emosi, dan fisik.
Berdasarkan sudut pandang berbasis disiplin ilmu, fungsi pendidikan seni di sekolah dipandang sebagai
subjek metter/ilmu seni yang harus dipelajari pebelajar, sehingga diharapkan pebelajar memiliki ranah kompetensi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam bidang seni esensial meliputi: estetika, sejarah, apresiasi, kritik dan
kreasi seni. Sedangkan sudut pandang pendidikan seni berbasis kebutuhan masyarakat dimaksudkan dapat
membantu bagi berbagai kepentingan kebutuhan masyarakat, seperti untuk mengembangkan ekonomi, kepentingan
politik dalam menumbuhkan jati diri bangsa, dan/atau untuk penciptaan suasana kondusif bagi kehidupan
masyarakat yang multietnik. Dalam hal ini fungsi pendidikan seni di sekolah dapat dipandang sebagai subjek
keterampilan seni ketika masyarakat membutuhkan banyak teknisi/tukang yaitu untuk menyiapkan tenaga
terampil di bidang seni yang siap pakai dalam dunia kerja, atau jika di masyarakat sedang terjadi konflik politik
maka seni dapat difungsikan untuk menanamkan kesadaran budaya atau mempromosikan gagasan multikultural dan
sebagainya. Hal ini senada dengan pandangan Salam (2004a: 14-15) bahwa pendidikan seni dapat memenuhi
Dalam sudut pandang lain Wickizer (1974) mengklasifikasikan fungsi pendidikan seni bagi perkembangan
potensi kejiwaan anak menjadi tiga fungsi, yaitu: (1) bantuan seni bagi pertumbuhan dan perkembangan individu
anak didik, (2) bantuan seni bagi pembinaan estetik dan (3) bantuan seni bagi kesempurnaan kehidupan.
Jika dicermati berbagai fungsi pendidikan seni tersebut pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi dua.
Eisner (1972) mengatakan bahwa kecenderungan justifikasi fungsi pendidikan seni pada dasarnya dibedakan
menjadi dua kategori pembenaran, yakni kecenderungan pembenaran esensial dan kecenderungan pembenaran
kontekstual. Kecenderungan pembenaran esensial mengandung makna pembelajaran seni untuk meningkatkan
kemampuan pebelajar berkaitan dengan masalah seni itu sendiri, sedangkan kecenderungan pembenaran kontekstual
mengandung makna pembelajaran seni untuk meningkatkan kemampuan pebelajar berkaitan dengan masalah di luar
seni (non-seni), yaitu bisa membantu pencapaian pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak, atau untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat seperti menanamkan kesadaran budaya. Jika dikaitkan kedua pandangan Eisner
tersebut menggambarkan bahwa penekanan keunikan fungsi seni berbasis disiplin ilmu berkecenderungan
pembenaran esensial, sedangkan penekanan berbasis kebutuhan anak dan kebutuhan masyarakat dapat
Demikan juga jika pandangan Wickizer dikaitkan dengan pandangan Eisner dapat digambarkan sebagai
berikut. Klasifikasi butir (1) ) bantuan seni bagi pertumbuhan dan perkembangan individu anak didik dan butir
(3) bantuan seni bagi kesempurnaan kehidupan milik Wickizer merupakan bantuan terhadap perkembangan anak
didik mengenai hal-hal non artistik/estetik, maka termasuk fungsi kontekstual. Sedang butir (2) bantuan seni
Uraian di muka menggambarkan bahwa hakekat fungsi pendidikan seni diberikan di sekolah umum secara
filosofi, psikologis, maupun sosiologis memiliki fungsi ganda, yaitu dapat difungsikan untuk seni itu sendiri maupun
seni untuk non-seni (seni sebagai alat pendidikan). Hakekat fungsi seni pertama merupakan hal pembeda fungsi
mata pelajaran pendidikan seni dengan mata pelajaran lain, yakni untuk membina dan menumbuhkembangkan
kemampuan dasar potensi estetik pebelajar. Kemampuan dasar potensi estetik ini diperoleh pebelajar melalui
kegiatan pengakraban, pencerapan dan penanggapan terhadap benda-benda alam yang bermuatan estetik dan/atau
benda seni serta pengalaman dasar pebelajar menggeluti atau berolah seni dan pengalaman menyajikan seni.
Perolehan hasil kegiatan tersebut berupa kemampuan dasar keterampilan seni, ekspresi seni, kreativitas seni,
penyajian seni, pemahaman seni, dan kemampuan dasar apresiasi dan/atau kritik seni berupa kepekaan estestik.
Hakekat fungsi kedua merupakan pendidikan seni sebagai alat pendidikan. Read (1978), mengatakan
bahwa pendidikan seni berfungsi sebagai alat pendidikan, yaitu dapat menumbuhkembangkan kepribadian pebelajar
secara utuh mencakup potensi fisik, mental pribadi, dan sosial anak didik secara umum seperti halnya pada mata
pelajaran lain melalui program pengajaran seni. Tumbuh-kembangnya potensi tersebut diperoleh sebagai akibat dari
terlatihnya pebelajar dalam kegiatan mengungkapkan pengalaman batin (estetik) secara jujur (pribadi), unik,
baru, serta pengalaman pengakraban, mempersepsi, menganalis, menginterpretasi, menilai dan menghargai objek
estetik atau karya seni. Perolehan hasil kegiatan berupa terkoordinasinya kepekaan gerak motorik (skill) dengan
keseluruhan indera, sikap keberanian mengemukakan pendapat, kemampuan berfikir secara integral, sikap
kerjasama, kesetiakawanan sosial, toleransi, penghargaan, demokratis, beradap, mampu hidup rukun dalam
masyarakat dan budaya yang majemuk serta dampak-dampak yang lainnya di luar seni itu sendiri.
Meskipun kedua fungsi tersebut berbeda, namun pada dasarnya esensi dari pendidikan seni diberikan di
sekolah umum tidak lain adalah sebagai upaya membina dan menumbuhkembangkan potensi pengalaman estetis
pebelajar. Dalam arti perolehan kompetensi dari pembenaran esensial diharapkan akan dapat berdampak pada
pembenaran kontekstual. Sehingga kedua pembenaran fungsi tersebut dapat dijadikan sebagai dasar program
pengajaran seni. Dalam pelaksanaan pembelajaran bisa terjadi penekanan fungsi yang berbeda sesuai perkembangan
dan kebutuhan jaman, sehingga bisa berdampak pada penekanan perbedaan prinsip pembelajaran, pendekatan,
substansi bahan ajar, maupun evaluasi hasil belajar yang ingin dicapai. Namun semuanya akan tetap memiliki
dampak yang sama yakni tumbuhkembangnya potensi estetik pebelajar berupa kemampuan estetik meskipun
Berkaitan dengan tujuan pembelajaran seni, Eisner (1972) berpendapat bahwa hakekat tujuan
pembelajaran seni ada dua, yakni: instructional objective dan expressive. Tujuan instruksional sama halnya dengan
tujuan pengajaran, yaitu tujuan yang berpengharapan hasil belajar yang dicapai sesuai dengan rancangan yang telah
disusun sebelum proses belajar mengajar berlangsung. Sedangkan tujuan ekspresi adalah tujuan yang
berpengharapan agar pebelajar memperoleh kesempatan serta mampu melaksanakan kegiatan seni sesuai dengan
Dalam kaitan dengan kedua kecenderungan pembenaran fungsi pembelajaran seni, fungsi esensial mudah
dirumuskan dalam tujuan instruksional (instruksional efec), sedangkan pembenaran fungsi kontekstual sulit
dirumuskan sehingga sebagai tujuan ekspresi atau sebagai nuturan efek (efek ikutan).
Hardiman (1981) menyatakan bahwa dalam pengalaman seni selalu melekat adanya pengalaman estetik
yang bersifat laten yang dapat berdampak pada intructional efek maupun nuturen efek berupa kemampuan
kepekaan estetik. Dikatakan laten karena pada dasarnya diri manusia selalu memiliki impuls estetik (Read, 1970).
Impuls estetik inilah yang bisa ditumbuhkembangkan melalui pendidikan seni dan dijadikan sebagai inti
pembelajaran seni.
Konsep pengalaman estetik antara lain diungkapkan oleh Munro (1970) bahwa pengalaman estetik
merupakan suatu proses psikologis adalah cara merespon terhadap stimuli, terutama lewat persepsi indera, tetapi
juga berkaitan dengan proses kejiwaan, seperti asosiasi, pemahaman, imajinasi dan emosi. Langer dan Goodman
(dalam Smith and Smith, 1981: 91) mempertegas pandangan yang dikemukakan Munro bahwa pengalaman estetik
tersebut mencakup pengalaman kognitif maupun pengalaman rasa yang melibatkan kemampuan berpikir logis,
Selanjutnya Dewey (1934: 22) dalam teorinya art as experience mengatakan bahwa pengalaman estetik
menggambarkan sejenis pengalaman yang spesial karena terjadinya sentuhan dengan gejala keindahan yang
ditentukan oleh pengetahuan, pengalaman, cita rasa dan konteks budaya. Pengalaman estetik sebagai pengalaman
spesial juga diungkapkan oleh Clive Bell (dalam Sutrisno. 2003: 18-19) bahwa pengalaman estetik merupakan
Kesimpulan yang dapat dikemukakan bahwa hakekat pendidikan seni diberikan di sekolah umum adalah
sebagai upaya untuk membina pengalaman estetik pebelajar. Pemberian pengalaman estetik dapat dimaknai lebih
menekankan pada segi proses kegiatan dari pada segi hasil pemahaman seni maupun hasil karya seni. Pengalaman
estetik yang menekankan pada hasil karya seni, lebih sesuai diberikan di sekolah kejuruan seni.
Lebih lanjut Dewey (dalam Read, 1970) menguraikan bahwa penekanan proses pengalaman belajar seni
tersebut melibatkan kesadaran dan kepekaan estetik dianggap sebagai kulminasi pengalaman yang sulit diperoleh
dari jenis pengalaman yang lain. Dewey mengatakan hakekat seni adalah pengalaman. Hakekat pengalaman adalah
interaksi individu anak dengan lingkungannya. Hakekat pengalaman belajar adalah interaksi individu anak dengan
lingkungan yang menyebabkan perubahan perilaku. Jadi hakekat pengalaman belajar seni adalah seni merupakan
lingkungan belajar. Interaksi individu anak dengan lingkungan seni menghasilkan pengalaman seni berupa pengalaman
estetik (timbulnya kesadaran, kepekaan dan sikap estetik) pada individu pebelajar. Proses pengalaman estetik
Nilai pengalaman belajar seni yang berupa pengalaman estetik inilah yang juga diharapkan akan berdampak
pada membantu pertumbuhan dan perkembangan potensi individu pebelajar baik aspek pribadi, sosial, maupun
pertumbuhan potensi emosi, fisik dan intelek secara utuh. Disinilah terdapat relevansi hubungan belajar seni
dengan tujuan pendidikan yang merupakan hakekat pendidikan melalui seni, yakni pengalaman belajar seni yang
berupa pengalaman estetik dapat dijadikan sebagai sarana mencapai tujuan pendidikan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, pembinaan pengalaman estetis untuk mengembangkan potensi impuls
estetik pebelajar dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan. Menurut Wickiser (1957) pengalaman estetik
pebelajar dapat dilakukan melalui 4 tipe kegiatan, yakni: (1) kegiatan ekspresi, (2) kegiatan konstruksi, (3)
kegiatan apresiasi dan (4) kegiatan sosial. Dalam bahasa yang berbeda Eisner (1972) mengembangkan potensi
pengalaman estetik pebelajar tersebut dalam 4 tipe kegiatan, meliputi: perseptual, produksi, kritik, dan
pengalaman kultural. Selanjutnya Salam (2004a: 3) mengelompokkan pengembangan potensi pengalaman estetik
intinya dapat dilakukan melalui kegiatan penciptaan (creation), pelakonan (performance), dan penanggapan
(response). Dan jika disarikan lagi hakekat pembinaan pengalaman estetik tersebut dapat dilakukan melalui dua
Sebagaimana Dewey, Wickiser (1957) juga mengatakan bahwa pembinaan pengalaman estetik di sekolah
umum dapat dilakukan melalui kumpulan kegiatan artistic, yakni merupakan kegiatan individu pebelajar yang utuh
(holistic), atau kegiatan individu yang terpadu (terintegrasi) dengan masalah sosial/lingkungan. Pernyataan
tersebut mengandung pesan bahwa pembelajaran seni akan lebih bermakna bagi pebelajar jika proses
pembelajarannya terintegrasi dengan lingkungannya. Integrasi yang dimaksud lebih ditekankan pada pengalaman
pebelajar dengan lingkungan belajar seni dan hasil yang diharapkan akan dapat menumbuhkembangkan impuls
estetik pebelajar.
Berdasarkan kajian di muka dapat dibuat suatu model integrasi yang tidak sekedar korelasi tetapi
menyatu dengan kehidupan dan pengalaman pembelajar. Inti pembelajaran seni ditekankan pada pengintegrasian
pengalaman estetik berbagai tipe kegiatan. Bentuk integrasi dapat digambarkan pada bagan 2.2 sebagai berikut
ini.
Bagan integrasi tersebut menggambarkan bahwa antar komponen kegiatan pengalaman seni saling terkait
yang muaranya pada menumbuhkembangkan potensi impuls estetik. Bagan tersebut juga menggambarkan sudah
mencakup semua kegiatan pengalaman seni yang diungkapkan oleh para ahli. Pengalaman perseptual yang
dikemukakan Eisner misalnya bisa terwadahi pada kegiatan identifikasi dan analisis. Demikian juga pengalaman
Gambar 3. Gambaran kompetensi hasil pembelajaran seni melalui pengintegrasian pengalaman estetik
Berdasarkan uraian di muka dapat dikatakan bahwa kecenderungan hakekat fungsi seni di sekolah umum
adalah sebagai alat pendidikan atau pendidikan lewat seni ( education through arts) yang cukup populer sejak
memasuki abad 20. Dalam konsep ini, menekankan fungsi seni untuk membantu menumbuhkembangkan
kepribadian anak didik. Namun demikian esensi pendidikan seni untuk menumbuhkan potensi estetik anak tetap
Esensi hakekat pendidikan seni untuk membina pengalaman estetik tersebut, sejalan dengan apa yang
tertuang dalam kurikulum KTSP Seni Budaya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) disebutkan bahwa mata pelajaran Pendidikan Seni diganti
dengan sebutan mata pelajaran Seni Budaya masuk dalam kelompok mata pelajaran estetika. Kelompok mata
pelajaran estetika dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan
mengapresiasi keindahan dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi dan mengekspresikan keindahan serta harmoni
mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual maupun sosial kemasyarakatan sehingga mampu
Dalam kurikulum KTSP mata pelajaran Seni Budaya tersebut tergambar jelas bahwa pengalaman estetik
pebelajar dapat dilakukan melalui kegiatan ekspresi dan apresiasi. Meskipun demikian kegiatan tersebut tidak bisa
lepas dengan tipe kegiatan lain, yakni terkait dengan kegiatan konstruksi maupun sosial. Kegiatan mendesain,
menyusun, menggubah dan sebagainya merupakan kegiatan ekspresi/pengungkapan yang lebih banyak melibatkan
nalar, maka kegiatan ekspresi bisa terkait dengan kegiatan konstruksi. Demikian juga kegiatan pameran/pagelaran,
widyawisata dan sejenisnya bisa menjadi kegiatan apresiasi tetapi sekaligus juga bisa menjadi kegiatan sosial.
Penggambaran uraian mengenai pembenaran fungsi esensial dan pembenaran fungsi kontekstual juga
tercermin dalam jabaran sifat dari peran dan tujuan pendidikan Seni Budaya diberikan di sekolah, yakni bersifat
multidimensional, multilingual, dan multikultural tidak hanya menumbuhkembangkan kemampuan bidang estetika
saja, tetapi juga memiliki andil dalam mengembangkan kemampuan non-seni melalui pendidikan seni dibidang logika
dan etika. Sifat Multilingual bermakna pendidikan Seni Budaya dapat berfungsi sebagai upaya mengembangkan
kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak,
peran dan berbagai perpaduannya. Multidimensional berarti pendidikan Seni Budaya dapat berfungsi sebagai
upaya mengembangkan beragam kompetensi meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi),
apresiasi, dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika, dan etika. Sifat
multikultural mengandung makna pendidikan Seni Budaya dapat berfungsi sebagai upaya menumbuhkembangkan
kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam budaya Nusantara dan mancanegara. Tumbuhkembangnya
kesadaran tersebut merupa-kan wujud pembentukan sikap demokratis yang memungkinkan seseorang hidup secara
beradab serta toleran dalam masyarakat dan budaya yang majemuk (Depdiknas, 2006).
Pendidikan Seni Budaya juga dikatakan memiliki peranan dalam pembentukan pribadi peserta didik yang
harmonis dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai multikecerdasan. Menurut
Gardner dkk (Dryden & Vos, 2001) multiple intelligence terdiri atas kecerdasan intrapersonal, interpersonal,
visual spasial, musikal, linguistik, logik matematik, naturalis serta kecerdasan adversitas, kecerdasan kreativitas,
kecerdasan spiritual dan moral, dan kecerdasan emosional. Pembelajaran Seni Budaya yang mengintegrasikan
pengembangan multikecerdasan tersebut akan dapat berperan menyeimbangkan belahan otak kanan dan otak kiri
pebelajar.
Secara konseptual hakekat pendidikan Seni Budaya diberikan di sekolah sejalan dengan pandangan ahli di
muka, yakni untuk mengembangkan potensi estetik siswa (pembenaran esensial) dan dampak ikutannya dapat
berfungsi untuk menumbuhkembangkan potensi pribadi dan sosial siswa baik intelek, emosi maupun fisik siswa
(pembenaran kontekstual). Namun konsepsi/hakekat pendidikan seni tersebut belum bisa memberikan gambaran
yang jelas tentang bagaimana cara mengimplementasikannya di lapangan/di kelas. Akibatnya masih sering dijumpai
berbagai persoalan pelaksanaan pembelajaran seni bervariasi bahkan tereduksi tidak sesuai dengan hakekat, tujuan,
prinsip maupun pendekatan pembelajarannya. Persoalan pengembangan hakekat pendidikan seni tersebut menjadi
prinsip-prinsip, alternatif-alternatif model/pendekatan pembelajaran yang jelas dan konkrit merupakan hal penting
2. Arahan konsep pendidikan seni secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : (1) yang
dikaitkan dengan aspek ekspresi artistik (seni dalam pendidikan), dan (2) yang ada hubungannya dengan tujuan
3. Hakekat fungsi pendidikan seni diberikan di sekolah umum adalah untuk membantu menumbuhkembangkan
potensi estetik dan kepribadian anak didik. Fungsi tersebut meliputi: (1) seni sebagai wahana ekspresi, (2) seni
sebagai sarana pengembangan/pembinaan kreatifitas, (3) seni sebagai sarana pengembangan bakat anak, (4) seni
sebagai sarana pembinaan ketrampilan, (5) seni sabagai sarana pembentukan kepribadian, dan (6) seni sebagai
4. Hakekat fungsi pendidikan seni diberikan di sekolah umum secara filosofi, psikologis, maupun sosiologis
memiliki fungsi ganda, yaitu dapat difungsikan untuk seni itu sendiri maupun seni untuk non-seni (seni sebagai
alat pendidikan).
Em@il: adinkelana@yahoo.co.id/. Template Ethereal. Gambar template oleh sebastian-julian. Diberdayakan oleh
Blogger.
http://shiningbyoul.blogspot.com/2012/01/pendidikan-seni-sebagai-penunjang.html
PENDAHULUAN
Seni merupakan istilah yang identik dengan keindahan, kesenangan, dan rekreasi.
Saat kita mendengar kata seni maka yang mungkin muncul dalam benak kita adalah
suatu karya seni entah berupa benda, music, bangunan, lukisan atau benda-benda indah
lainnya yang dihasilkan oleh seorang seniman yang tentunya sangat berbakat dan memiliki
kreativitas yang tinggi. Dewasa ini seni tidak hanya merupakan suatu karya yang hanya
bisa dinikmati saja, akan tetapi seni juga memiliki beberapa fungsi antara lain:
1. Fungsi Religi / Keagamaan
2. Fungsi Komunikasi
4. Fungsi Artistic
Berdasarkan berbagai fungsi seni tersebut, seni mulai dikembangkan dan dimasukkan
dalam bidang pendidikan. Dengan berbagai guna / fungsi seni tersebut, seni dapat
dimanfaatkan dalam bidang pendidikan dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan. Dalam
dunia pendidikan, seni juga memberikan pengaruh penting terhadap perkembangan mental
maupun fisik peserta didik. Bahkan, dengan pendidikan seni, perilaku peserta didik dapat
terbentuk kearah yang lebih baik karena seni dapat mengenalkan nilai-nilai dan norma-
Dalam seni, setiap orang dinilai memiliki kreatifitas dan kecerdasannya masing-
masing. Seni dapat memfasilitasi setiap orang untuk menuangkan atau mencurahkan
segala kreativitas berdasarkan kehendak masing-masing orang itu sendiri. Oleh karena itu,
dalam makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana Pendidikan Seni menunjang atau
mempengaruhi kreativitas seseorang. Semoga dengan makalah ini, kita dapat membentuk
PEMBAHASAN
Kehidupan budaya manusia bersifat dinamik, terus berkembang dan berubah demi
untuk mencapai kesempurnaan dalam kehidupan. Sebagai komponen dari kebudayaan baik
seni maupun pendidikan mengalami pola perubahan yang sejalan dengan perkembangan
pandangan hidup masyarakat. Pada dasarnya, konsep pendidikan seni ada dua macam,
yang pertama yaitu konsep pendidikan seni yang berkaitan dengan aspek ekspresi artistic
dan kedua yaitu konsep pendidikan seni yang dikaitkan dengan tujuan pendidikan.
Beberapa konsep pendidikan seni yang pernah ada antara lain.
1. Gerakan Reform
Gerakan reform adalah usaha pembaruan di bidang konsep pendidikan seni yang
mengutamakan kebebasan ekspresi sebagai cara untuk memberi peluang kepada anak didik
mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya. Gerakan ini bertujuan untuk
mendewasakan anak didik bukan hanya pada segi intelektualnya saja, akan tetapi
menghendaki agar anak belajar dari perbuatan aktif melalui kegiatan seni, maksudnya
adalah anak dapat belajar dengan baik dan mendapatkan pelajaran dari apa yang telah
dialaminya sendiri, bukan hanya melalui cerita, teori ataupun ceramah saja. Selain itu
untuk melatih kedua tangannya supaya supaya syaraf dari otak kanan dan otak kiri
Konsep ini dipelopori oleh Alfred Lichtwart dan Konrad Lange, dengan pemikiran bahwa
persepsi anak-anak kepada seni dan keindahan perlu dekembangkan melalui penghayatan
mengunjungi obyek-obyek seni seperti museum, sanggar seniman, pameran dan lainnya.
Konsep ini bermula dari pemikiran bahwa menggambar adalah alat untuk
mengungkapkan pikiran yang dicetuskan oleh Walter Sargent. Gambar adalah bahasa yang
kegiatan mental dan pikir yang dapat membentik konsep. Konsep ini memandang seni
Menurut konsep ini, anak adalah idealnya, sedangkan seni adalah sarananya. Maksud dari
konsep ini adalah, bahwa seni merupakan sarana bagi anak dalam proses pertumbuhan
Konsep ini menyatakan bahwa seni identik dengan keindahan. Hasil seni yang indah
Konsep ini berpendapat bahwa seni haruslah sesuatu yang menyenangkan dan dapat
menghibur pengamat. Suatu karya disebut karya seni jika dapat dinikmati oleh pengamat
Dalam pendidikan seni di sekolah dasar, konsep pendidikan seni diarahkan pada
pembentukan sikap, sehingga terjadi keseimbangan intelektual dan sensibilitas, rasional dan
irasional, akal pikiran dan kepekaan emosi. Konsep ini mulai dikembangkan oleh Plato
dalam tesisnya Art should be The Basis of Education . Konsep ini menempatkan seni
sebagai materi, alat atau media dan metode yang digunakan dalam mencapai tujuan
pendidikan.
B. Pengertian Kreativitas
Semua orang tau akan pentingnya kreativitas bagi individu dan masyarakat. Di
masa lampau, orang yang kreatif ditemukan hanya jika mereka telah membuat suatu
produk yang orisinil. Padahal pengertian atau maksud dari kreativitas tidak hanya
terbatas seperti itu saja. Kreativitas aalah kemampuan sesorang untuk menghasilkan
komposisi, produk atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak
ada yang membuatnya. Ia dapat berupa kegiatan imajinatif atau sintesis pemikiran yang
hasilnya bukan hanya perangkuman, tetapi mencakup pembentukan pola baru dan
hubungan lama ke situasi baru dan mungkin mencakup pembentukan korelasi baru. Hasil
dari sebuah kreativitas dapat berupa produk seni, kesusastraan, produk ilmiah, atau
2. Proses itu mempunyai tujuan yang mendatangkan keuntungan bagi orang itu
karenanya unik bagi orang itu, baik berbentuk lisan atau tulisan, maupun konkret atau
abstrak.
4. Kreativitas muncul dari pemikiran divergen, lain halnya dengan konformitas atau
5. Kreativitas merupakan suatu cara berpikir yang tidak sama dengan kecerdasan,
mencipta, tetapi sebenarnya kreativitas memiliki arti yang lebih yaitu meliputi :
3. Memiliki keaslian atau selalu dapat mengungkapkan sesuatu yang lain daripada
yang lain.
4. Mampu berpikir secara integral, bisa menghubungkan yang satu dengan yang lain
terasa. misalnya saja pada jaman tekhnologi saat ini. Kita menghadapi macam-macam
tantangan baik dalam bidang ekonomi, kesehatan, politik maupun dalam bidang budaya
berkurangnya tuntutan pemikiran yang konstruktif, pekerjaan pun menjadi lebih ringan
dan cepat selesai sehingga para pekerja memiliki banyak waktu luang. Namun, banyaknya
waktu luang ini tidak dimanfaatkan dengan baik untuk penyaluran energy ke usaha atau
ke kegiatan kreatif, yang biasanya dilakukan oleh sebagian besar orang adalah mereka
cenderung mengikuti hiburan secara pasif atau melakukan kegiatan kelompok yang
semuanya sudah ditentukan aturan mainnya. Bahkan dalam kehidupan pribadi dan keluarga
atau yang lain daripada yang lain dirasakan sebagai sesuatu yang aneh dan bahkan
berbahaya.
persediaan sumber-sumber alami di lain pihak, lebih-lebih lagi menuntut setiap orang
untuk dapat beradaptasi dengan memiliki pemikiran dan kemampuan yang kreatif serta
pemecahan yang imajinatif. Kesadaran akan pentingnya kreativitas dewasa ini telah
dirasakan oleh sebagian besar orang. Bahkan banyak perusahaan dan bahkan departemen
Anak usia SD merupakan masa keemasan berekspresi kreatif. Kadar kreativitas anak
masih sangat tinggi. anak dapat melakukan kegiatan berolah seni secara wajar dan
spontan, karena daya nalar anak belum sampai membatasi keleluasaan untuk berkarya
secara murni dan lugu. Ungkapan perasaan anak yang masih polos memungkinkan mereka
untuk berekspresi secara wajar dan penuh spontan sehingga proses tersebut memiliki
berkembangnya kreativitas. Kreativitas tampak di awal kehidupan anak dan tampil dalam
bentuk permainan. Seperti kita ketahui bahwa usia Sekolah Dasar adalah usia bermain,
kehidupan anak banyak dicurahkan untuk bermain. Bermain adalah mencoret, mencoreng,
berteriak, meloncat, bergerak dan lainnya. Kegiatan bermain yang disenangi anak ini
dapat diwujudkan dalam pendidikan seni baik itu seni rupa, tari maupun music. Kegiatan-
Dengan demikian, berekspresi seni secara kreatif pada anak dimanfaatkan untuk
membina dan mengembangkan kreativitas anak pada usia dini. Pendidikan merupakan
usaha dalam membantu anak mencapai kesuksesannya, demikian pula dengan pendidikan
seni. Karena itu, segala cabang dalam seni dapat digunakan sebagai media dalam bidang
pendidikan. Seni sebagai cara dan seni sebagai sarana. Seni sebagai sarana/media
pendidikan adalah konsep pendidikan seni yang sesuai bagi anak-anak sekolah dasar.
seni atau disanggar. Oleh sebab itu, untuk pendidikan seni di sekolah dasar, guru tidak
mengajarkan bagaimana untuk menggambar, bagaimana untuk menari dan bagimana untuk
menyanyi saja, tetapi juga harus mengarah kepada pembinaan dan pengembangan
kreativitas untuk mengangkat bakat dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing siswa.
Dalam pendidikan seni, anak dibebaskan untuk mengekspresikan apa yang ada dalam
jiwanya baik itu melalui gambar, kegiatan menyanyi ataupun gerakan-gerakan tari. Bebas
berekspresi membuat anak dapat mengembangangkan apa yang ada dalam dirinya,
Pada usia SD, anak mengalami masa keingintahuan dan perkembangan kognitif,
afektif maupun psikomotor yang cepat. Perkembangan anak ini akan terhambat jika
mereka dibunuh rasa keingintahuan dan kreativitas mereka. Kreativitas anak pada masa
ini sangat beragam sesuai dengan tingkat kematangan dan perkembangan otak mereka.
Oleh karena itu, untuk menunjang perkembangan kreativitas anak agar tumbuh optimal,
pendidikan seni memegang peranan yang sangat penting yaitu sebagai sarana yang dapat
memfasilitasi anak dalam mengekspresikan pikiran dan jiwa mereka. Tentu dengan
bimbingan dan arahan dari guru, pendidikan seni sangat membantu dalam meningkatkan
PENUTUP
sehingga terjadi keseimbangan intelektual dan sensibilitas, rasional dan irasional, akal
pikiran dan kepekaan emosi. Karena pada masa usia Sekolah Dasar, perkembangan mental
dan fisik anak sedang dalam tahap maksimal sehingga untuk mengoptimalkan
kreativitasnya maka pendidikan seni merupakan salah satu cara yang tepat untuk
digunakan. Pada usia SD anak masih memiliki kejujuran dan kepolosan dalam berekspresi
dan mengembangkan kreativitasnya. Oleh karena itu, pendidikan seni baik seni rupa, seni
music, seni tari maupun drama seharusnya dapat menjadi wadah atau sarana bagi anak
Kreativitas bukan hanya kemampuan untuk menciptakan tetapi lebih dari itu yaitu
kemampuan membuat analisis yang tepat, serta kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru yang lain dari pada yang lain. Maka dari itu, melalui pendidikan seni, anak
dapat melatih dan meningkatkan kreativitasnya melalui kegiatan-kegiatan seni yang sesuai
dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, tetapi kegiatan-kegiatan seni yang
Daftar Pustaka
Herawati, Ida Siti. Iriaji. 1998. Pendidikan Seni Rupa. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan
Tinggi.
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Lampung Selatan (kla.co.id) Pendidikan seni di sekolah merupakan media pengembangan bakat seni, pengembangan berpikir dan
pengembangan kreatifitas bagi peserta didik. Oleh karena itu, pendidikan seni selayaknaya mendapatkan perhatian yang serius oleh
pemerintah. Sehingga, pendidikan seni di sekolah berjalan sesuai tujuan yang diharapkan. Demikian yang dikatakan Tuti Lestari, Guru
Seni Budaya SMAN 1 Kalianda (4/10).
Menurut Tuti Lestari pendidikan seni budaya memiliki peranan dalam pembentukan pribadi peserta didik yang harmonis dengan
memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai multi kecerdasan. Kesenian merupakan ungkapan perasaan
seseorang yang dituangkan kedalam kreasi dalam bentuk gerak, rupa, nada, syair, yang mengandung unsur-unsur keindahan dan
dapat mempengaruhi perasaan orang lain ujarnya.
Diterangkannya, secara umum tujuan pendidikan seni di sekolah adalah agar siswa
mendapatkan pengalaman dalam berkarya, pengalaman dalam menciptakan konsep karya, pengalaman
berestetika dan pengalaman untuk merasakan fungsi pendidikan seni bagi kehidupan. Pendidikan seni
yang diberikan melalui kurikulum pembelajaran di sekolah bertujuan untuk membentuk karakter peserta
didik menjadi manusia yang memiliki rasa seni dan pemahaman budaya. Tentunya, tujuan ini dicapai
melalui muatan atau kegiatan bahasa, seni dan budaya, keterampilan serta muatan lokal yang relevan.
(Rudi)
Banyak hal yang dapat diperoleh oleh siswa dengan belajar seni, yaitu sebagai
berikut : 1. Memberikan fasilitas yang sebesar-besarnya kepada siswa untuk mengemukakan
pendapatnya (ekspresi bebas). 2. Melatih imajinasi anak, ini merupakan konsekuensi logis
dalam kegiatan ekspresi supaya dalam berekpresi seorang anak mempunyai bayangan terlebih
dahulu yaitu dengan latihan imajinasi yang dapat berangkat dari pengamatan maupun hasil
rekapitulasi kejadian yang telah direkam oleh otak. 3. Memberikan pengalaman estetik dan
mampu memberi umpan balik penilaian (kritik dan saran) terhadap suatu karya seni sesuai
dengan mediumnya. 4. Pembinaan sensitivitas serta rasa pada umumnya, hasil yang diharapkan
adalah terbinanya visi artistik dan fiksi imajinatif. 5. Mampu memberikan pembinaan
ketermpilan yaitu dengan membina kemampuan praktek berkarya seni kerajinan. Hal ini
berguna untuk mempersiapkan kemampuan terampil dan praktis sebagai bekal hidup di
kemudian hari. 6. Mengembangkan kemampuan intelektual, imajinatif, ekspresi, kepekaan
kreatif, keterampilan, dan mengapresiasi terhadap hasil karya seni dan keterampilan dari
berbagai wilayah Nusantara dan mancanegara. 7. Siswa memiliki pengetahuan, pengalaman dan
kemauan keras berkarya dan berolah seni, serta kepekaan artistik sebagai dasar berekspresi pada
budaya bangsa. Tujuan tersebut pada dasarnya adalah menyiapkan anak untuk berpengetahuan,
bercakapan dan berkemampuan dalam tingkat dasar agar kelak mampu melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. 8. Menumbuhkembangkan sikap profesional, kooperatif, toleransi,
dan kepemimpinan. 9. Seni sebagai alat pendidikan. Dalam pendidikan seni bukan semata-mat
bertujuan untuk mendidik anak menkjadi seniman melainkan membina anak-anak untuk
menjadi kreatif. Seni merupakan aktifitas permainan, dan melalui permainan kita dapat
mendidik anak dan membina kreatifitasnya sedini mungkin
1. Seni sebagai bahasa visual Anak usia SD dalam kehidupannya sangat dekat
dengan berkarya seni dan hanpir bisa dikatakn bahwa perilaku anak dekat
dengan kegiatan kesenian atau dapat dikatakan tiada hari tanpa seni.
2. 2. Seni membantu pertumbuhan mental Ternyata contoh di atas merupakan
perkembangan simbol rupa yang terjadi pada saat anak ingin menyatakan
bentuk yang difikirkan, dirasa, atau dibayangkan
Hasilnya terdapat anak yang penalarannya dan perasaannya kuat. Biasanya tipe
anak yang kuat penalarannya cenderung menggambar dengan nuansa garis lebih dominan.
Maka figur atau obyek lukisan ditampilkan lebih realistik. Sedangkan anak bertipe perasaan
(emosional) ditunjukkan dalam gambar berupa blok-blok warna kuat dimana terdapat satu figur
yang diberi warna lebih menyolok dari pada yang lain