Anda di halaman 1dari 41

http://seniikip.blogspot.com/2012/07/konsep-pendidikan-seni.

html

Seni

Selasa, 10 Juli 2012

konsep pendidikan seni

A. KONSEP PENDIDIKAN SENI

Pendidikan seni merupakan saran untuk pengembangan kreativitas anak. Pelaksanaan pendidikan seni dapat

dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman,

melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif. Seni merupakan aktivitas permainan. Melalui permainan, kita

dapat mendidik anak dan membina kreativitasnya sedini mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seni

dapat digunakan sebagai alat pendidikan. Melalui permainan dalam pendidikan seni anak memiliki keleluasaan untuk

mengembangkan kreativitasnya.

Beberapa aspek penting yang perlu mendapat perhatian dalam pendidikan seni antara lain kesungguhan,

kepekaan, daya produksi, kesadaran berkelompok, dan daya cipta. Pendidikan seni adalah segala usaha untuk

meningkatkan kemampuan kreatif ekspresif anak didik dalam mewujudkan kegiatan artistiknya berdasrkan aturan-

aturan estetika tertentu. selain itu, pendidikan seni di SD bertujuan menciptakan cipta rasa keindahan dan

kemampuan mengolah menghargai seni. Jadi melalui seni, kemampuan cipta, rasa dan karsa anak di olah dan

dikembangkan.

Selain mengolah cipta, rasa dan karsa seperti yang diterapkan di atas, pendidikan seni merupakan mengolah

berbagai ketrampilan berpikir. Hal tersebut meliputi ketrampilan kreatif, inovatif, dan kritis. Ketrampilan ini di

olah melalui cara belajar induktif dan deduktif secara seimbang.

Dunia anak adalah dunia bermain. Salah satu fungsi seni adalah sebagai media bermain. Oleh sebab itu,

aktivitas berolah seni dapat dikembangkan melalui bermain. Melalui bermain kemampuan mencipta atau berkarya,

bercita rasa estetis dan berapresiasi seni diperoleh secara menyenangkan. Melalui kondisi yang menyenangkan

seperti ini, anak akan mengulang setiap aktivitas belajarnya secara mandiri dan akan menjadi kebiasaan dan

keinginan terhadap seni.

B. KONSEP PENDIDIKAN SENI RUPA SD

Pendidikan Seni Rupa sesungguhnya merupakan istilah yang relatif baru digunakan dalam dunia persekolahan.

Pada mulanya digunakan istilah menggambar. Penggunaan istilah pengajaran menggambar ini berlangsung cukup

lama hingga kemudian diganti dengan istilah Pendidikan Seni rupa.Materi pelajaran yang diberikan tidak hanya

menggambar tetapi juga beragam bidang seni rupa yang lain seperti mematung, mencetak, menempel dan juga
apresiasi seni. Tujuan pengajaran menggambar di sekolah adalah untuk menjadikan anak pintar menggambar melalui

latihan koordinasi mata dan tangan.

Pendidikan seni merupakan sarana untuk pengembangan kreativitas anak. Pelaksanaan pendidikan seni dapat

dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan

pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi

kreatif. Seni merupakan aktifitas permainan, melalui permainan kita dapat mendidik anak dan membina

kreativitasnya sedini mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan.

Pendidikan Seni Rupa adalah mengembangkan keterampilan menggambar, menanamkan kesadaran budaya lokal,

mengembangkan kemampuan apreasiasi seni rupa, menyediakan kesempatan mengaktualisasikan diri,

mengembangkan penguasaan disiplin ilmu Seni Rupa, dan mempromosikan gagasan multikultural.

C. HAKEKAT SENI dan SENI RUPA

Kata seni adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman

yang berbeda. Konon kabarnya kata seni berasal dari kata sani yang kurang lebih artinya Jiwa Yang Luhur/

Ketulusan jiwa. Mungkin saya memaknainya dengan keberangkatan orang/ seniaman saat akan membuat karya

seni, namun menurut kajian ilimu di eropa mengatakan ART (artivisial) yang artinya kurang lebih adalah

barang/ atau karya dari sebuah kegiatan. Namun kita tidaka usah mempersoalkan makna ini, karena kenyataannya

kalu kita memperdebatkan makna yang seperti ini akan semakain memperkeruh suasana kesenian, biarlah orang

memilih yang mana terserah mereka.

Seni adalah proses yang sengaja mengatur unsur-unsur dalam suatu cara yang menarik indra atau emosi. Ini

mencakup berbagai macam kegiatan manusia, ciptaan, dan cara berekspresi, termasuk musik, sastra, film, patung,

dan lukisan. Makna seni ini dibahas dalam cabang filsafat yang dikenal sebagai estetika.

Seni memiliki sifat dasar kreatif, individual, perasaan, abadi, dan universal. Pengertian kreatif adalah

kemampuan seseorang untuk mengubah sesuatu yang ada menjadi baru dan orisinil. Contoh: Batu yang diubah

menjadi patung, tanah liat dapat menjadi keramik, suara diubah menjadi musik, gerakan menjadi sebuah tarian,

dll. Sifat individual adalah bahwa suatu karya seni memiliki ciri perseorangan dari penciptanya. Lagu-lagu yang

diciptakan Ebit G. Ade, sangat berbeda dengan lagu-lagu Rhoma Irama, Titik Puspa, atau pun yang lainnya. Atau

lukisan Afandi sangat berbeda dengan lukisan-lukisan Basuki Abdullah, Raden Saleh, Popo Iskandar, Piccaso, Van

Googh, maupum pelukis lainnya. Ciri khas pribadi inilah yang merupakan identitas dari karya mereka.

Seni memiliki sifat perasaan, pengertiannya dalam membuat karya seni selalu melibatkan emosi dan jiwa.

Oleh sebab itu, untuk dapat menikmati sebuah karya harus menggunakan kepekaan perasaan yang paling dalam.

Sebuah lagu yang diciptakan melalui perasaan seorang seniman, kemudian dibawakan seorang penyanyi yang

menjiwai isi lagu itu. Tampil dalam suara dan penampilan yang seirama, maka para pendengar lagu itu akan
tergugah hatinya. Semua itu jika ada kesungguhan dalam menggunakan indera rasa seperti yang dilakukan pencipta

dan penyanyinya.Seni memiliki sifat abadi atau keabadian. Sesungguhnya semua pembuatan manusia memiliki sifat

demikian, yaitu perbuatan baik atau tercela yang sudah dilakukan tidak dapat dibatalkan. Seseorang yang telah

berjasa kepada kita, sosoknya akan selalu melekat sampai akhir hayat, walau pun mungkin bendanya sudah hilang

ditelan masa. Jika membuat karya seni memiliki tujuan estetik atau keindahan, hendaknya orang yang

menikmatinya turut berlatih juga untuk berbuat sesuatu yang indah dan terpuji. Maka layaklah seorang seniman

mendapat penghargaan ketika ada anak yang berbuat sesuatu kebaikan jika terpengaruh (menangkap amanat)

cerita film, novel, syair lagu, dll. Tetapi sebaliknya, siapa yang bersalah jika kelakuan tidak baik diakibatkan oleh

pengaruh cerita film atau buku-buku yang tidak mendidik? Seni bersifat universal, artinya seni tidak mengenal

batasan waktu, bangsa, bahasa, dll. Sebagai contoh, semua orang yang berlainan bahasa akan tertawa terbahak-

bahak ketika melihat tingkah laku badut sirkus yang sangat lucu. Atau seorang yang melihat gambar karikatur

akan tersenyum tanpa mengetahui siapa pembuatnya.

Seni rupa adalah salah satu cabang kesenian,seni rupa merupakan ungkapan gagasan dan perasaan manusia

yang diwujudkan melalui pengolahan median dan penataan elemen serta prinsip-prinsip desain. Seni rupa

merupakan realisasi imajinasi yang tanpa batas dan tidak ada batasan dalam berkarya seni. Sehingga dalam

berkarya seni tidak akan kehabisan ide dan imajinasi. Dalam seni rupa murni, karya yang tercipta merupakan

bentuk dua dimensi dan tiga dimensi. Sehingga objek yang dibuat merupakan hasil dari satu atau lebih dari media

yang ada (sebagai catatan bahwa media atau bahan seni di dunia juga tidak terbatas).

Dalam berkarya seni, tidak pernah ada kata salah dan juga tidak ada yang mengatakan salah pada karya yang

telah diciptakan. Namun demikian, di dalam proses berkarya seni, karena dalam hal ini adalah proses belajar,

maka harus dilakukan dengan cara yang benar, sesuai dengan tujuan dari pembelajaran. Untuk anak usia dini (0

8 tahun), ketika belajar tentang seni rupa tidak hanya bertujuan untuk berproses berkarya seni saja, karena

selain itu juga diharapkan dapat memberikan fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial, emosional serta kemandirian

pada anak. Jadi dengan bimbingan yang tepat, seorang anak akan dapat melatih potensi-potensi yang

bermanfaat.

Seni rupa atau seni yang tampak adalah salah satu bentuk kesenian visual atau tampak ada yang tidak hanya

bisa diserap oleh indera penglihatan, tetapi juga bisa oleh indera peraba, maksudnya adalah teksturnya dapat

dirasakan, misalnya kasar, halus, lunak, keras, lembut, dsb. Namun tidak menutup kemungkinan tekstur ini

adalah tekstur maya (ada namun tidak nyata) atau tekstur ini seolah-olah ada yang dikarenakan mata kita

dikelabuhi oleh sesuatu yang tampak, misalnya sebuah foto kayu : disitu seolah-olah kita melihat adanya tekstur

namun kenyataannya tekstur itu tidak ada jika kita merabanya.

D. Beberapa Kegiatan yang Bisa Dilakukan pada Pembelajaran Seni Rupa SD


a. Menggambar

Kegiatan menggambar di SD dapat diterapkan dalam berbagai cara dari mulai pembuatan shet,pengembangan

shet,menjadikan karya karya lukis atau gambar ,menggambar dengan skema,memindahkan gambar denagan bantuan

kisi-kisi,dan menggambar ekspresi dengan cara memberikan gambaran kepada siswa bagaimana seorang maestro

menggarap karya mereka dari awal sampai akhir. Kegiatan coret mencoret adalah bagian dari perkembangan

motorik anak dan anak sangat menyenangi kegiatan ini, sehingga dengan dorongan guru dan kesempatan yang

diberikan anak akan termotivasi membuat gambar.

Kegiatan menggambar merupakan salah satu cara manusia mengekspresikan pikiran-pikiran atau perasaan-

perasaanya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu cara manusia mengekspersikan pikiran-pikiran atau

perasaan-perasaannya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu bentuk bahasa.Ada 3 tahap perkembangan

anak yang dapat dilihat berdasarkan hasil gambar dan cara anak menggambar:

a) Pertama, tahap mencoret sembarangan. Tahap ini biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun. Pada tahap ini

anak belum bisa mengendalikan aktivitas motoriknya sehingga coretan yang dibuat masih berupa goresan-

goresan tidak menentu seperti benang kusut.

b) Tahap kedua, juga pada usia 2-3 tahun, adalah tahap mencoret terkendali. Pada tahap ini anak mulai

menyadari adanya hubungan antara gerakan tangan dengan hasil goresannya. Maka berubahlah goresan menjadi

garis panjang, kemudian lingkaran-lingkaran.

c) Tahap ketiga, pada anak usia 3 4 tahun, pergelangan tangan anak sudah lebih luwes. Mereka sudah

mahir menguasai gerakan tangan sehingga hasil goresannya pun sudah lebih baik. Tujuan menggambar bagi

anak:

1) Mengembangkan kebiasaan pada anak untuk mengekspresikan diri

2) Mengembangkan daya kreativitas

3) Mengembangkan kemampuan berbahasa

4) Mengembangkan citra diri anak

b. Finger Painting (Lukisan Jari)

Pada kesempatan kali ini, kita akan mempelajari salah satu kegiatan di area seni yaitu kegiatan melukis dengan

jari tangan atau bisa dikenal dengan nama finger painting. Tujuan dari kegiatan ini adalah :

a) Dapat melatih motorik halus pada anak yang melibatkan gerak otot-otot kecil dan kematangan syaraf.

b) Mengenal konsep warna primer (merah, kuning, biru). Dari warna-warna yang terang kita dapat

mengetahui kondisi emosi anak, kegembiraan dan kondisi-kondisi emosi mereka.

c) Mengenalkan konsep pencampuran warna primer, sehingga menjadi warna yang sekunder dan tersier.

d) Mengendalkan estetika keindahan warna.


e) Melatih imajinasi dan kreatifitas anak.

Ada beberapa metode atau cara dalam kegiatan finger painting :

1) Menggunakan teknik basah (kertas dibasahi dulu)

2) Menggunakan teknik kering (kertas tidak perlu dibasahi)

c. Melukis

Salah satu kebahagiaan terbesar dari pelukis bukan hanya kesenangan tetapi juga mendapatkan berbagai banyak

pengalaman dengan anak-anak selagi mereka belajar melukis. Pelajaran melukis dapat diawali oleh anak yang berusia

4-6 tahun atau usia TK. Media yang digunakan untuk melukis pada anak usia dini biasanya cat air, cat minyak,

finger painting, dan lain-lain.

Dalam pembelajaran melukis anak-anak biasanya belajar sambil bercakap-cakap dengan temannya. Percakapan

pertama mereka kebanyakan adalah tentang warna-warna yang mereka peroleh. Sambil bereksperimen dengan

mencampurkan warna-warna, anak-anak itu bermain, bermain elemen seni ini dengan cara yang santai. Hal ini

menjaga agar kuas dan semangat mereka tetap bekerja. Ini akan membuat mereka mengekspresikan sesuatu yang

bersifat pribadi dalam lukisan.Berbeda dengan anak usia 7 dan 8 tahun, cirikhas kelompok umur mereka adalah

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubu-ngan dengan hidup mereka sendiri. Anak-anak membuat

lukisan tentang suasana hati, baik yang muram, sendu atau bersemangat dan lucu. Biasanya suasana hati mereka

disampaikan oleh warna. Mereka belajar bagaimana warna pelengkap dan sejalan dapat membantu

mengungkapkanide-ide.

d. Membentuk

Arti kata membentuk dapat dimaksudkan sebagai mengubah, membangun dan mewujudkan. Membentuk dalam

kaitan kegiatan seni rupa adalah terjemahan dari kata dalam bahasa Belanda boetseren atau bahasa Inggris

modeling. Umumnya bahan yang dipergunakan untuk kegiatan membentuk adalah bahan-bahan lunak seperti

tanah liat, plastisin, malam lilin, playdog dan sejenisnya. Tetapi dalam pengembangannya, selama tidak

mengingkari maksud dari arti kata membentuk tadi, dapat dipergunakan bahan-bahan lain seperti kertas, karton

atau bahan-bahan lembaran yang sekiranya dapat dibentuk.

Bahan yang tidak pernah cukup bagi mereka adalah tanah liat. Mereka tidak bosan dengan bahan yang

lengket, basah dan bisa dibentuk sesuai keinginan mereka. Anak-anak akan menghabiskan hari mereka dengan

tanah liat. Mereka suka menyentuh tanah liat, untuk merasakan sensualitasnya.

Teknik membentuk sangat beraneka ragam,diantaranya :

a) Disambungkan Membutsir. Membutsir adalah membuat karya tiga dimensi dari bahan yang lunak dengan

cara diremas-remas dengan tangan pada saat tanah masih dalam keadaan lembek.Bahan yang biasa digunakan
adalah tanah dan plastisin.Selain membutsir dengan tangan yang diremas-remaskan tetapi sering juga

menggunakan alat yang disebut sudip.

b) Memahat. Membentuk dengan jalan membuang bahan yang tidak dipergunakan dengan cara

memahat.Setiap bahan ada peringkat pahat yang khusus .Media yang dapat dipakai antara lain kayu,batu

es,dsb.Karya yang dibuat dari bahan yang disambung-sambung.

c) Cor (Menuang). Proses menuang menggunakan bahan cair yang dituangkan pada alat acuan yang

berbentuk cetakan.Setelah menjadi keras dikeluarkan dari acuan/cetakan.Bahan cair ini dibuat dari

semen,plastic ,karet dan gips.

d) Merakit. Membuat karya dengan cara menyambung-nyambung beberapa bagian atau potongan

bahan.Caranya disebut merakit,hasilnya disebut rakitan.Potongan bahan disambungkan dengan cara

dilas,dipatri,disekrup atau dengan cara yang lain.

e. Mencetak

Mencetak adalah proses memperbanyak suatu gambar atau naskah dengan menggunakan teknik tertentu

diantaranya cetak datar,cetak tinggi,cetak dalam,cetak saring,cetak copy,dan cetak dengan pintu out.

Mencetak dapat dilakukan anak diberbagai usia, dimulai dari anak berusia 5 tahun. Kadang-kadang seorang

anak kecil akan menemukan idenya sendiri. Entah bagaimana dengan cara apa seorang anak berusia 5 tahun dalam

pembelajaran mencetak anak menemukan bahwa menepukkan spons yang sudah diberi warna di atas menghasilkan

rangkaian pola yang berulang-ulang (perihal mencetak, merupakan suatu kemungkinan yang menakjubkan untuk

mengulanginya).

Mencetak yang formal membuthkan pelat atau stempel. Stempel tersebut gambar-gambar yang diukir atau

ditimbulkan, yang diberi tinta dan kemudian dipindahkan ke kertas. Stempel cetak yang paling sederhana terbuat

dari Styrofoam. Selain murah juga tidak berbahaya bagi anak didik kita. Untuk anak-anak usia 5 tahun dan 6

tahun, penting khususnya untuk menyuruh mereka mencetak dihari yang sama. Dengan cara ini mereka sungguh-

sungguh memahami prosesnya. Semua anak menikmati mengeksplorasi efek-efek yang dihasilkan tekstur ini ketika

pelatnya dicetak.

f. Menjiplak

Sebelum membuat cetakan apapun, anak-anak dapat menggunakannya untuk menjiplak. Mereka cukup

menempatkan sehelai kertas putih diatas permukaan pelat dan dengan krayon, menggosok-gosokannya bahkan

dengan keras untuk mendapatkan gambarannya. Anak-anak merasa teknik menjiplak cukup mengagumkan dan

menggunakannya dengan banyak cara. Koin-koin biasanya adalah favorit mereka. Koin adalah bahan yang sederhana

dan mudah sekali didapat. Mereka dapat dengan mudah membuat banyak jiplakan yang berbeda dari obyek-obyek
yang ditemukan di sekolah. Ini merupakan cara yang bagus untuk membuat anak-anak peka pada dunia sekitar

mereka.

g. Kolase

Kolase dalam pengertian yang paling sederhana adalah penyusunan berbagai macam bahan pada sehelai kertas

yang diatur. Anak-anak di kelasbiasanya memilih dan mengatur potongan bentuk dari kertas, kain, bahan-bahan

berstektur, lalu meletakkannya di tempat yang mereka suka. Sebagai bagian dari pengalaman mereka dapat

membuat keputusan sendiri tentang penggunaan warna, ukuran dan bentuk. Ada beberapa macam kolase yaitu:

a) Kolase dengan kertas dan kain

b) Kolase dengan tekstur

h. 3M (Menggunting,Menempel,Melipat)

Karya rupa 3M ini merupakan proses manipulasi lembaran kertas menjadi suatu bentuk tiga dimensi.Di

Jepang teknik seperti ini disebut teknik origami.

E. BENTUK KARYA SENI RUPA

Berbagai karya seni rupa di sekeliling kita, memiliki banyak macam ragamnya. Keragaman tersebut dapat

terluhat dari bentuknya, warnanya, bahan bakunya, alat pembuatannya, fungsinya atau pemanfaatannya. Dari

begitu banyak ragamnya tadi, para ahli membuat penggolongan tentang jenis-jenis karya seni rupa. Penggolongan

atas jenisnya adalah pembedaan antara karakteristik karya yang satu dengan yang lainnya. Misalnya pada

binatang, penggolongan dapat didasarkan pada jenis kelamin, ada jantan ada betina, berdasarkan karakteristik

anggota tubuhnya, warna kulitnya dan sebagainya. Demikian juga dalam hal karya seni rupa, kita dapat

membedakan jenisnya berdasarkan fungsi maupun bentuknya.

Berdasarkan dimensinya, karya seni rupa terbagi dua yaitu:

a. karya dua dimensi. Karya seni rupadua dimensi adalah Karya seni rupa yang mempunyai dua ukuran

(panjang dan lebar)

b. karya tiga dimensi. Karya seni rupa tiga dimensi mempunyai tiga ukuran (panjang, lebar dan tebal) atau

memiliki ruang.

Berdasarkan kegunaan atau fungsinya, karya seni rupa digolongkan ke dalam:

a. karya seni murni (pure art, fine art). Seni Murni (pure art/fine art) adalah karya seni yang diciptakan

semata-mata untuk dinikmati keindahan atau keunikannya saja, tanpa atau hampir tidak memiliki fungsi

praktis. Seni murni adalah karya seni rupa yang dibuat semata-mata untuk memenuhi kebutuhan artistik.

Orang mencipta karya seni murni umumnya berfungsi sebagai sarana untuk mengekspresikan cita rasa estetik.

Kebebasan berekspresi dalam seni murni sangat diutamakan. Yang tergolong dalam seni murni yaitu: seni

lukis, seni patung, seni grafis dan sebagian seni kerajinan.


b. Karya seni terapan/ pakai (useful art/applied art). Seni Terapan atau seni pakai (applied art) adalah

karya seni rupa yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan praktis. Contoh seni terapan yaitu:arsitektur,

poster, keramik, baju, sepatu, dan lain-lain. Dalam pembuatan seni pakai biasanya faktor kegunaan lebih

diutamakan daripada faktor keindahan atau artistiknya. Membuat karya seni terapan tampak lebih sulit

dibandingkan karya seni murni. Hal itu mungkin karena membuat karya seni murni terasa lebih bebas

dibanding membuat karya seni terapan karena tidak memperhitungkan fungsi. Akan tetapi sering pula terjadi

sebaliknya, melukis bisa lebih sulit daripada membuat rumah tinggal.

F. JENIS KARYA SENI RUPA

1. Seni Lukis

Seni lukis merupakan kegiatan pengolahan unsur-unsur seni rupa seperti garis, bidang, warna dan tekstur pada

bidang dua dimensi. Kegiatan yang menyerupai seni lukis sudah lama dikenal di Indonesia, tetapi penamaan atau

istilah seni lukis merupakan istilah yang datang dari Barat. Kegiatan yang menyerupai seni lukis itu dapat juga

disebut seni lukis tradisonal. Beberapa contoh dari karya seni lukis tradisional dapat kita lihat di berbagai daerah

di Indonesia seperti seni lukis kaca di Cirebon, seni lukis Kamasan di Bali, lukisan pada kulit kayu yang dibuat

masyarakat di Irian Jaya dsb. Adapun seni lukis yang kita kenal saat ini dibuat pada kanvas, dapat disebut seni

lukis modern. Beberapa seniman seni lukis modern Indonesia yang namanya sudah dikenal di mancanegara

diantaranya Affandi, Popo Iskandar, Fajar Sidik, Nanna Banna dsb.

2. Seni Patung

Karya seni patung diwujudkan melalui pengolahan unsur-unsur seni rupa pada bidang tiga dimensi. Bahan dan

teknik perwujudan pada karya seni patung beraneka ragam. Bahan yang digunakan dapat berupa bahan alami

seperti kayu dan batu, bahan logam seperti besi dan perunggu atau bahan sintetis seperti plastik resin dan fibre

glass (serat kaca). Sedangkan teknik yang digunakan disesuaikan dengan bahan yang dipakai seperti teknik pahat,

ukir, cor dsb. Seperti halnya seni lukis, seni patung juga sudah dikenal di Indonesia sejak zaman prasejarah.

Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi pembuatan karya seni patung. Pada masyarakat tradisional,

pembuatan karya patung seringkali dihubungkan dengan kegiatan religi seperti pemujaan kepada 5 dewa atau

arwah nenek moyang. Pada karya-karya seni patung modern, pembuatan karya seni patung merupakan ekspresi

individu seorang seniman. Beberapa seniman patung modern Indonesia diantaranya: Sunaryo, Sidharta, dan

Nyoman Nuarta.

3. Seni Grafis (Cetak)

Seni grafis adalah cabang seni rupa yang tergolong ke dalam bentuk dua dimensi. Berbeda dengan seni lukis

yang umumnya merupakan karya-karya tunggal, kekhasan dari karya grafis adalah sifatnya yang bisa direproduksi
atau diperbanyak. Pada awalnya Seni grafis merupakan keterampilan untuk mencetak atau memperbanyak tulisan.

Sesuai dengan proses pencetakannya karya seni grafis terbagi menjadi empat jenis:

a. Cetak tinggi

Prinsip cetak ini adalah bagian yang bertinta adalah bagian yang paling tinggi. Bagian ini bila diterakan atau

dicetakkan, tinta atau gambar akan berpindah ke atas permukaan kertas. Berdasarkan bahan dan alat yang

dipergunakan dalam cetak tinggi dikenal beberapa jenis cetakan seperti cukil kayu (wood cut), cukilan lino (lino

cut), tera kayu (wood engraving) serta cukilan bahan lain seperti karet atau plastik.

b. Cetak dalam

Prinsip cetak dalam adalah hasil cetakan yang diperoleh dari celah garis bagian dalam dari plat klisenya bukan

bagian tingginya seperti stempel atau cap. Teknik cetak ini merupakan kebalikan dari teknik cetak tinggi. Acuan

cetak yang dipergunakan adalah lempengan tembaga atau seng yang ditoreh atau diberi kedalaman untuk tempat

tinta. Kedalaman dibuat menggunakan alat penoreh yang tajam dan kuat dan atau menggunakan zat kimiawi.

Beberapa jenis cetak yang termasuk cetak dalam: goresan langsung (drypoint), akuatin (aquatint), dan mezzotin

(mezzotint engraving). Seorang penggrafis kadang-kadang memadukan berbagai teknik sekaligus dalam proses

pembuatannya untuk memperoleh efek khusus yang diinginkannya.

c. Cetak saring

Cetak saring disebut juga serigrafi atau sablon. Sesuai dengan namanya prinsip cetak ini adalah mencetak gambar

melalui saringan yang diberi batasan-batasan tertentu. Cetak saring dikenal luas di masyarakat melalui benda-

benda yang sering dijumpai sehari hari seperti aplikasinya pada pembuatan kaos, spanduk, bendera, dsb.

d. Cetak datar

Proses cetak datar atau planografi adalah memanfaatkan perbedaan sifat minyak dan air serta acuan cetakan

yang terbuat dari batu (litografi) atau seng. Tinta hanya terkumpul pada bagian cetakan yang sudah digambari

dengan pinsil berlemak dan pemindahan gambar dilakukan dengan alat khusus. Teknik litografi inilah yang

mengilhami prinsip dasar mesin cetak modern.

4. Seni Kria

Pengertian Seni Kria Seni kria adalah hasil kebudayaan fisik yang lahir karena adanya tantangan dari lingkungan

dan diri kriawan. Seni kria diartikan sebagai hasil daya cipta manusia melalui keterampilan tangan untuk

memenuhi kebutuhan jasmani dan rohaninya, serta umumnya dibuat dari bahan-bahan alam. Penciptaan karya kria

yang baik didasarkan pada syarat kegunaan (utility) dan keindahan (estetika). Syarat keindahan terdiri atas

aspek kenyamanan, keluwesan dan kenyamanan. Hubungan antara bentuk, fungsi dan keindahan juga merupakan

asas penciptaan yang harus dimiliki seorang kriawan. Karya seni kria memiliki karakteristik tersendiri yang
dipengaruhi oleh keterampilan dan kreativitas kriawan, materi, alat, fungsi dan teknik penciptaanya. Aspek-aspek

tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

Diposkan oleh IKHFA MURSYTA di 07.31


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

http://cuteyuni555.blogspot.com/2013/04/konsep-dan-pengertian-seni.html

San Jose Mercury News - Google to test cars without a driver at Moffett Field
powered by

Minggu, 28 April 2013

Konsep dan Pengertian Seni

MAKALAH
KONSEP DAN PENGERTIAN SENI
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Seni Rupa

Dosen Pengampu:
Moh. Fathurrahman, S.Pd., M.Sn.

Oleh:
1. Ida Royani ( 1401411017 )
2. Laspitarini Rahmawati ( 1401411027 )
3. Yuni Rahayu ( 1401411031 )
4. Ahmad Syaihoni ( 1401411033 )
5. Sohifatul Hayati ( 1401411034 )
6. Devi Hanisah ( 1401411087 )
7. M. Fahmy Rosadi ( 1401411139 )
ROMBEL 4A
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
A. PENDAHULUAN

Seni merupakan istilah yang identik dengan keindahan, kesenangan, dan rekreasi. Saat kita mendengar kata

seni maka yang mungkin muncul dalam benak kita adalah suatu karya seni entah berupa benda, music, bangunan,

lukisan atau benda-benda indah lainnya yang dihasilkan oleh seorang seniman yang tentunya sangat berbakat dan

memiliki kreativitas yang tinggi.

Dalam seni, setiap orang dinilai memiliki kreatifitas dan kecerdasannya masing-masing. Seni dapat

memfasilitasi setiap orang untuk menuangkan atau mencurahkan segala kreativitas berdasarkan kehendak masing-

masing orang itu sendiri. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana Pendidikan Seni

menunjang atau mempengaruhi kreativitas seseorang. Semoga dengan makalah ini, kita dapat membentuk atau

mengembangkan kreativitas seseorang dengan memanfaatkan pendidikan seni.

Seni selalu menarik untuk dibicarakan bukan hanya karena keindahannya, tetapi terlebih-lebih karena pada

kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari, disadari atau tidak, manusia tidak dapat lepas dari seni. Melekatnya

seni pada hampir seluruh aspek kehidupan manusia acap kali menyulitkan kita untuk memilah seni dan yang bukan

seni. Apabila dapat disebut jenis-jenis seni seperti seni rupa, seni musik, seni tari, seni sastra, seni drama dan

seni-seni yang lain sering dijumpai kesulitan untuk memisah-misahkan perwujudan tiap-tiap jenis seni itu sebab

seni yang satu dan yang lain selalu berkaitan.Mengacu pada kerangka pikir di atas, maka berikut akan diuraikan

tentang:

a. Pengertian seni

b. Fungsi seni

c. Klasifikasi seni

B. PEMBAHASAN

1. Pengertian Seni

Seni amat luas cakupannya dan bermacam-macam sekali fasetnya. Seperti orang buta yang ingin melihat

gajah itu, sering terjadi bahwa pandangan orang tentang seni tidak lengkap dan tidak menyeluruh. Orang buta

yang meraba kaki gajah mengatakan gajah itu seperti bumbung bentuknya, sementara itu yang memegang

telinganya, menganggap bentuk gajah seperti kipas yang besar, sedang yang kebetulan memegang ekornya

mengatakan bahwa bentuk gajah seperti cacing. Bagi kita yang tidak buta tentu penggambaran-penggambaran

tentang gajah itu aneh sekali dan menggelikan. Maka dalam rangka menjadi orang yang tidak buta seni perlu

dikenali beberapa difinisi seni, dan insya Allah dengan menjumlahkannya kita akan memperoleh gambaran tentang

seni yang agak luas.


Definisi seni yang sering dikatakan orang menyebutkan bahwa seni adalah segala macam keindahan yang

diciptakan oleh manusia. Berdasarkan definisi ini seni adalah produk keindahan, di mana suatu usaha manusia

menciptakan yang indah-indah dan dapat mendatangkan kenikmatan. Kalau diperhatikan pada bentuk seni

tradisional kita, keindahan tersebut nampak jelas terlihat; seperti pada seni karawitan adalah paduan bunyi atau

suara yang indah, ukiran kayu di rumah-rumah yang dijadikan sebagai hiasan menambah semaraknya pemandangan.

Namun apabila yang kita hadapi adalah seni modern, justru bukan mustahil kita akan dihadapkan pada sesuatu hal

yang justru sama sekali tidak indah dan mengenakkan.

Kemudian dalam Ensiklopedia Indonesia Apa yang disebut seni atau kesenian itu meliputi penciptaan dari

segala macam hal atau benda yang karena keindahan bentuknya senang orang melihat atau mendengarnya.

Berdasarkan definisi ini seperti halnya definisi seni sebelumnya, bahwa seni sama-sama merupakan produk

keindahan. Produk keindahan itu merupakan penciptaan dari berbagai macam hal baik yang bersumber dari sesuatu

yang terlihat (seni rupa), terdengar (seni musik), gerakan (seni tari) dan lain sebagainya, serta dengan

keindahan bentuk-bentuk tersebut membuat orang merasa senang.

Pengertian Seni menurut beberapa para ahli, yaitu:

a. Ki Hadjar Dewantara: Seni yaitu segala perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan

bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia (lainnya). Definisi Ki Hajar Dewantara

tersebut sejalan dengan pemikiran Leo Tolstoy yang menyatakan bahwa seni memiliki proses transfer of

feeling, atau pemindahan perasaan dari si pencipta ke penikmat seni. Dalam hal ini seni berfungsi sebagai

sarana komunikasi perasaan manusia

b. Achdiat K. Mihardja: Seni adalah kegiatan rohani manusia yang merefleksi realitet (kenyataan) dalam

suatu karya yang berkat bentuk dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu

dalam alam rohani si penerimanya. Bila ditelaah, pengertian tersebut menunjukkan peranan jiwa (seniman)

dalam proses berkarya seni dan karya seni itu sendiri. Seniman yang berkarya hanya dengan menggerakkan

anggota tubuhnya saja (aktivitas fisik), namun tidak melibatkan jiwanya (ekspresi emosi), maka karya yang

dibuatnya belum dapat dinamakan seni.

c. Thomas Munro seorang ahli seni dan filsuf berkebangsaan Amerika mendifinisikan bahwa seni adalah

alat buatan manusia untuk menimbulkan efek-efek psikologis atas manusia lain yang melihatnya. Efek

tersebut mencakup tanggapan-tanggapan yang berujud pengamatan, pengenalan, imajinasi, yang rasional

maupun emosional.

d. Everyman Encyclopedia: menyebutkan bahwa seni adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh orang

bukan atas dorongan kebutuhan pokoknya, melainkan adalah apa saja yang dilakukannya semata-mata karena

kehendak akan kemewahan, kenikmatan, ataupun karena dorongan kebutuhan spritual. Sendok misalnya,
dibuat untuk memenuhi kebutuhan pokok, sebagai alat makan. Berdasarkan definisi tersebut sendok bukanlah

karya seni. Masih banyak karya (benda) yang lain yang kita jumpai, misalnya rumah, pakaian penutup aurat,

dan barang yang digunakan untuk kebutuhan pokok hidup kita, yang bukan seni. Adapun benda yang

dikategorikan sebagai benda seni yaitu alat musik gamelan, ukiran kayu, dan lain-lain sejenisnya. Walaupun

demikian benda kebutuhan pokok tersebut dapat berhubungan erat pula dengan seni. Sebagai contoh, pakaian

yang dibuat bukan hanya memperhatikan fungsinya sebagai penutup aurat atau pelindung fisik, tetapi si

perancang (pembuat pakaian) berusaha memperindah motif serta modelnya dengan tujuan untuk menghias

pakaian tersebut. Hiasan atau model yang dikenakan pada pakaian itulah yang berkaitan dengan seni. Dengan

demikian adakalanya beberapa benda kebutuhan pokok yang awalnya tidak dikategorikan sebagai karya seni

tersebut dikategorikan juga sebagai karya seni atau setidaknya mendapat sentuhan seni.

e. Paul Klee: Seni bukan merefleksi suatu yang terlihat tapi harus menjadikan sesuatu yang terlihat.

Menurut jalan pikiran dalam difinisi tersebut sesuatu yang disebut seni dalam perwujudannya tidak merefleksi

dari hasil amatan panca indra terhadap apa yang ada disekitarnya atau yang terlihat nampak di alam.

Melainkan dari apa yang pikirkan, dirasakan oleh seorang seniman kemudian diwujudkan melalui media

tertentu, sehingga dari apa yang nampak tersebut dapat diamati oleh para penonton atau penikmat seni.

f. Susanne K. Langer: Istilah umum yang mencakup lukisan, pahatan, arsitektur, musik, tari, sastra,

drama, dan film-dapat dibatasi sebagai kegiatan menciptakan bentuk-bentuk dapat dimengerti (perceptible)

yang mengungkapkan perasaan manusia.

g. Raymond F. Piper: seni adalah sesuatu kegiatan yang demikian dirancang untuk mengubah bahan alami

menjadi benda-benda yang berguna atau indah, ataupun kedua-duanya, adalah seni. Hasil dari campur tangan

dan roh manusia yang teratur ini adalah karya seni.

2. Pengertian Pendidikan Seni

Kehidupan budaya manusia bersifat dinamik, terus berkembang dan berubah demi untuk mencapai

kesempurnaan dalam kehidupan. Sebagai komponen dari kebudayaan baik seni maupun pendidikan mengalami pola

perubahan yang sejalan dengan perkembangan pandangan hidup masyarakat. Pada dasarnya, konsep pendidikan seni

ada dua macam, yang pertama yaitu konsep pendidikan seni yang berkaitan dengan aspek ekspresi artistic dan

kedua yaitu konsep pendidikan seni yang dikaitkan dengan tujuan pendidikan. Beberapa konsep pendidikan seni

yang pernah ada antara lain.

a. Gerakan Reform

Gerakan reform adalah usaha pembaruan di bidang konsep pendidikan seni yang mengutamakan kebebasan

ekspresi sebagai cara untuk memberi peluang kepada anak didik mengembangkan kemampuan yang ada pada
dirinya. Gerakan ini bertujuan untuk mendewasakan anak didik bukan hanya pada segi intelektualnya saja, akan

tetapi menghendaki agar anak belajar dari perbuatan aktif melalui kegiatan seni, maksudnya adalah anak dapat

belajar dengan baik dan mendapatkan pelajaran dari apa yang telah dialaminya sendiri, bukan hanya melalui

cerita, teori ataupun ceramah saja. Selain itu untuk melatih kedua tangannya supaya supaya syaraf dari otak

kanan dan otak kiri terlatih dalam menjalankan fungsinya.

b. Konsep Pendidikan Seni untuk Apresiasi

Konsep ini dipelopori oleh Alfred Lichtwart dan Konrad Lange, dengan pemikiran bahwa persepsi anak-anak

kepada seni dan keindahan perlu dekembangkan melalui penghayatan langsung, baik melalui kegiatan menggambar

maupun kegiatan observasi, dengan mengunjungi obyek-obyek seni seperti museum, sanggar seniman, pameran dan

lainnya.

c. Konsep Pendidikan Seni untuk Pembentukan Konsepsi

Konsep ini bermula dari pemikiran bahwa menggambar adalah alat untuk mengungkapkan pikiran yang

dicetuskan oleh Walter Sargent. Gambar adalah bahasa yang digunakan untuk melahirkan dan mengembangkan ide-

ide. Menggambar suatu obyek berarti menerjemahkan persepsi ke dalam bahasa visual. Kegiatan menggambar

merupakan kegiatan mental dan pikir yang dapat membentik konsep. Konsep ini memandang seni pada proses

kegiatannya yang terkait dengan kemampuan kognitif.

d. Konsep Pendidikan Seni untuk Pertumbuhan Mental dan Kreatif

Menurut konsep ini, anak adalah idealnya, sedangkan seni adalah sarananya. Maksud dari konsep ini adalah,

bahwa seni merupakan sarana bagi anak dalam proses pertumbuhan mental dan jiwa kreatifnya.

e. Konsep Seni sebagai Keindahan

Konsep ini menyatakan bahwa seni identik dengan keindahan. Hasil seni yang indah didapatkan dari benda-

benda yang terseleksi.

f. Konsep Seni sebagai Imitasi

Menurut konsep ini yang dimaksud dengan kegiatan seni adalah kegiatan meniru alam, dan setiap hasil seni

haruslah tiruan dari bentuk alam.

g. Konsep Seni sebagai Hiburan yang Menyenangkan

Konsep ini berpendapat bahwa seni haruslah sesuatu yang menyenangkan dan dapat menghibur pengamat.

Suatu karya disebut karya seni jika dapat dinikmati oleh pengamat dan pengamat dapat menangkap makna atau

mengerti pesan/ide penciptaannya.

Dalam pendidikan seni di sekolah dasar, konsep pendidikan seni diarahkan pada pembentukan sikap, sehingga

terjadi keseimbangan intelektual dan sensibilitas, rasional dan irasional, akal pikiran dan kepekaan emosi. Konsep
ini mulai dikembangkan oleh Plato dalam tesisnya Art should be The Basis of Education . Konsep ini

menempatkan seni sebagai materi, alat atau media dan metode yang digunakan dalam mencapai tujuan

pendidikan.

3. Seni dan berbagai istilah dan asal mula

Istilah seni dalam bahasa kita yang sekarang rasanya sudah begitu kita kenal ini (walaupun apa maknanya

yang sebenarnya belum tentu kita mengenalnya!) sudah kita lupakan bahwa usianya masih sangat muda

(istilahnya, bukan isinya) dan asalnya pun masih tidak jelas.

Istilah seni dapat ditelusuri dari awal yaitu dari arti kata seni itu sendiri. Dalam Bahasa Indonesia Indonesia

seni diartikan:

halus, tipis

kecakapan batin (akal) yang luar biasa yang dapat menjadikan atau menciptakan sesuatu yang luar

biasa.

keahlian membuat karya yang bermutu.

kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi.

air kencing.

Dalam bahasa Sansekerta seni berasal dari kata sani yang berarti: pemujaan, pelayanan, donasi,

permintaan atau pencarian dengan hormat dan jujur. Hal itu berkaitan dengan kepentingan keagamaan yaitu

kepentingan sesaji atau persembahan terrhadap dewa-dewa. Dalam bahasa Jawa Kuno terdapat kata sanidya

yang artinya pemusatan pikiran. Di dalam penciptaan seni tentu saja diperlukan pemusatan pikiran, tanpa

pemusatan pikiran maka tidak akan tercipta seni. Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa seni berasal dari

bahasa Belanda genie atau jenius. Istilah seni tersebut memberikan gambaran yang cukup jelas tentang aktivitas

apa yang sekarang dibawakan oleh istilah tersebut.

Orang Jawa menyebut sesuatu produk kehalusan jiwa manusia yang indah-indah dengan istilah kagunan,

atau karawitan (yang kecil-kecil), dan umumnya tekanan produk tersebut memang pada kehalusan dan

kerumitan pengerjaannya, seperti tatahan wayang kulit yang ngrawit, cecekan batik yang halus, dan

seterusnya.

Dalam bahasa Sansekerta, seni disebut cilpa. Sebagai kata sifat cilpa berarti: berwarna dan kata

jadiannya su-cilpa berarti dilengkapi dengan bentuk-bentuk yang indah atau dihias dengan indah. Sebagai kata

benda ia berarti: pewarnaan yang kemudian berkembang menjadi segala macam kekriyaan yang artistik.

Cilpasastra dalam pelajaran sejarah kesenian adalah buku atau pedoman bagi para cilpin, yaitu tukang, termasuk

di dalamnya apa yang sekarang disebut seniman. Memang dahulu belum ada pembedaan antara seniman dan
tukang; dalam legenda mereka itu sama-sama keturunan sang Wicwakharman, dan sama-sama mengerjakan

pekerjaan kekriyaan.

Dalam bahasa latin pada abad pertengahan, terdapat istilah-istilah ars, artes, dan artista. Ars adalah

teknik atau craftsmanship, yaitu ketangkasan dan kemahiran dalam mengerjakan sesuatu; adapun artes berarti

societates mesteriorum atau kelompok orang-orang yang memiliki ketangkasan tersebut (craft guilds); dan

artista adalah anggota yang ada di dalam kelompok-kelompok itu. Maka di sini kiranya artista dapat

dipersamakan dengan cilpin di atas. Ars itulah yang berkembang menjadi larte (Italia), lart (Perancis), el arte

(Spanyol), dan art (Inggris), dan bersamaan dengan itu isinya pun berkembang sedikit demi sedikit ke arah

pengertiannya yang sekarang. Walaupun demikian, di Eropa ada juga istilah-istilah lain yang berhubungan dengan

seni, orang Jerman menyebut seni dengan die Kunst dan orang Belanda dengan Kunst, yang berasal dari akar

kata yang lain walaupun dengan pengertian yang sama. Bahasa Jerman juga mengenal istilah die Art, yang berarti

cara, jalan, atau modus, yang juga dapat dikembalikan kepada asal mula pengertian dan kegiatan seni, namun

demikian die Kunst-lah yang digunakan untuk istilah kegiatan yang berhubungan dengan seni. Saat ini, seni

sebagai segala bentuk yang memiliki nilai keindahan adalah pengertian yang dipahamai oleh masyarakat pada

umumnya. Pengertian umum tersebut diantaranya seperti yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

seni diartikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, dan

sebagainya) (Depdikbud, 1989:816).

Bentuk-bentuk (karya seni) yang memiliki nilai keindahan tersebut diyakini memberikan kenikmatan dan

kepuasan terhadap jasmani-rohani, pencipta (kreator) ataupun penikmatnya (apresiator). Kesenian tradisional

kita, gamelan misalnya, dikatakan sebagai paduan suara (nada) yang indah yang mengenakkan telinga

(pendengaran). Hiasan berupa ukiran yang menempel pada dinding ruangan memberikan kesemarakan pandangan

mata. Tarian daerah yang lembut dan gemulai juga menyejukkan rasa, setelah kita menikmati dan menghayatinya.

Pada kenyataannya istilah seni adalah segala bentuk yang memiliki nilai keindahan tidak selamanya bertahan

sebagai satu-satunya definisi. Dalam seni kontemporer (termasuk seni modern) yang dihasilkan seniman tidak

hanya karya yang indah, tetapi juga karya yang dianggap tidak indah dan tidak menyenangkan.

4. Fungsi Seni

Pada dasarnya apapun bentuk karya seni yang dihasilkan oleh suatu masyarakat, tidak terbebas dari pengaruh

kebudayaan yang berlaku. Betapapun besarnya daya imajinasi dan kreativitas seorang seniman, ia senantiasa

merujuk pada nilai-nilai budaya, norma-norma sosial ataupun pandangan hidup yang berlaku dalam masyarakat.

Pemberontakan yang diungkapkan seniman dalam karya-karyanya, terutama berpangkal pada rasa tidak puas

terhadap kemapanan yang ada. Demikian pula seandainya seniman mengungkapkan pembaharuan dalam karyanya, ia
tentunya berpangkal kepada kenyataan sosial budaya yang dianggapnya kurang dinamik. Ungkapan-ungkapan yang

mendambakan semangat kebebasan, biasanya bersifat mencerminkan rasa tidak puas terhadap tatanan (sistem

sosial kemasyarakatan) yang dirasakan membelenggu mereka. Sebenarnya seniman yang berhasil bukan semata-

mata karena karya-karyanya memenuhi ukuran keindahan yang relatif, melainkan karena kemampuannya

menyampaikan pesan-pesan, serta tergantung kepada kemampuan masyarakat untuk menangkapnya dengan

mengacu pada nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial yang hidup. Berdasarkan logika itulah Keesing (dalam

Budhisantoso 1994) sampai pada kesimpulan bahwa kesenian betapapun perwujudannya, mempunyai tujuh fungsi

sosial yang amat penting, artinya sebagai sarana pembinaan masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan.

Ketujuh fungsi sosial itu adalah :

a. Sarana kesenangan dan hiburan

Seni berfungsi sebagai sarana kesenangan. Melalui karya seni orang dapat menyalurkan energinya yang berlebih

untuk memberikan kesenangan pribadi. Di sela-sela waktunya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, orang

akan menyisihkan waktu untuk mencari kesenangan. Salah satu sarana dan penyaluran energi yang berlebih itu

ialah dengan dengan melakukan kegiatan berkesenian diantaranya dengan menikmati dan menghasilkan karya-karya

seni untuk memberi kesenangan pribadi. Fungsi sebagai sarana hiburan hampir sama dengan fungsi seni sebagai

sarana kesenangan. Kegiatan kesenian merupakan salah satu sarana objektif yang dapat diikuti oleh banyak orang

tanpa menimbulkan rasa perlawanan, karena disajikan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kenikmatan dan

kepuasan jiwa bagi orang yang menikmatinya.

b. Sarana peryataan jati diri

Seni berfungsi sebagai sarana pernyataan diri. Melalui karya seni memungkinkan seseorang menyatakan

kepribadiannya secara lebih leluasa. Umumnya melalui karya seni orang tidak perlu malu-malu menyatakan dan

mengungkapkan jati dirinya, dan dengan mudah menggunakan karya-karya seni untuk mengungkapkan perasaan dan

pikiran yang mencerminkan kepribadiannya secara terus terang, sehingga memperoleh pengakuan masyarakat dan

bahkan tidak jarang menjadi pujaan (idola).

c. Sarana integratif

Karya seni befungsi juga sebagai sarana integratif. Pernyataan dan perwujudan pemikiran, seorang seniman

dapat disalurkan melalui karyanya, untuk merangsang kepekaan pengertian masyarakat, sehingga menimbulkan

tanggapan emosional yang dapat menumbuhkan rasa kebersamaan yang mengikat diantara penikmatnya. Poster

misalnya, sebagai karya seni rupa bayak digunakan untuk memenuhi fungsi sosial ini, demikian juga dengan lagu-

lagu perjuangan yang dianggap dapat membangkitkan semangat persatuan dan kesatuan.

d. Sarana terapi /penyembuhan


Mengingat sifatnya yang relatif bebas dari ketentuan sosial yang kaku, kesenian merupakan sarana objektif

bagi mereka yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan perasaan dan pemikiran secara bebas. Fungsi seni

yang dapat memberikan kesenangan, kenikmatan dan relaksasi bagi penikmatnya sekaligus menjadi sarana terapi

yang baik bagi penderita gangguan kejiwaan. Secara khusus kegiatan berkarya seni juga digunakan oleh para ahli

kesehatan jiwa untuk membantu proses penyembuhan para penderita gangguan jiwa.

e. Sarana pendidikan

Sebagai sarana pendidikan seni diajarkan dan digunakan dalam dunia pendidikan sebagai sarana untuk

pengembangan individu. Dalam sejarahnya kesenian juga menjadi sarana yang efektif untuk mengukuhkan nilai-nilai

keagamaan bahkan sebagai sarana untuk mengajarkan dan menyebarluaskan ajaran agama. Pada masyarakat

tradisional seni digunakan juga sebagai sarana untuk mewariskan nilai-nilai budaya. Sistem gagasan dan kepercayaan

diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya melalui karya seni. Dalam era modern saat ini, penelitian

para ahli pendidikan (pendidikan seni) menunjukkan bahwa penyelenggaraan kegiatan kesenian di sekolah membantu

mendorong berbagai potensi yang dimiliki para peserta belajar. Secara sendiri-sendiri maupun terintegrasi,

pendidikan seni yang dimasukan dalam struktur kurikulum sekolah sangat membantu tidak saja terhadap

pemahaman seni dan apresiasi, tetapi juga membantu pemahaman terhadap berbagai bidang studi lainnya.

f. Sarana pemulihan ketertiban

Ungkapan keindahan yang mampu merangsang tanggapan emosionalmasyarakat sekitarnya, menyebabkan

kesenian dapat dipergunakan sebagai sarana pemulihan ketertiban sosial. Dalam berbagai peristiwa perpecahan,

pertentangan dan ketegangan sosial, kegiatan seni dapat diandalkan sebagai sarana untuk memulihkan ketertiban

dan persatuan masyarakat dengan pesan-pesan terselubung yang disampaikan secara indah dan memikat. Pesan-

pesan secara halus dan terselubung itu dapat di pergunakan untuk mempengaruhi, masyarakat agar dapat

mengendalikan perasaan permusuhan dan persaingan ke arah perdamaian. Fungsi ini terutama dibangun melalui

kegiatan apresiasi seni. Dengan menghargai berbagai karya seni, orang belajar juga untuk menghargai berbagai

perbedaan, budaya, bahasa dan kepercayaan dari orang atau kelompok masyarakat lain. Lagu We Are The World

yang dinyanyikan oleh Michael Jacson dan Imagine yang dinyanyikan oleh grup musik The Beatles misalnya,

merupakan sebagian dari sekian banyak karya seni yang mengajak masyarakat dunia untuk bersatu hidup dalam

damai.

g. Sarana simbolik yang mengandung kekuatan magis

Kemampuan seniman mengungkapkan dan menyatakan perasaan dan pemikiran mereka secara terselubung

dan indah seringkali merupakan daya pikat yang kuat dan bahkan mampu mengerahkan pemerhati karya-karya seni

tersebut. Tidak jarang karya-karya seni yang memenuhi standard of exellent mampu membangkitkan perasaan

benci, cinta, gembira, sedih dan sebagainya sesuai dengan pesan-pesan terselubung yang disampaikan melalui
karya-karya seni. Sebagai contoh foto-foto yang ditampilkan diberbagai media massa cetak dan lagu yang

mengiringi berita bencana alam di tanah air kita seperti di Aceh dan Yogyakarta beberapa waktu yang lalu

menggugah perasaan berjuta pemirsanya tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Mancanegara. Para penikmat ini

turut larut dalam kesedihan yang diakibatkan musibah tersebut walaupun secara teknis foto-foto dan musik

tersebut ditampilkan dengan kualitas warna dan irama yang indah.

5. Klasifikasi Seni

Klasifikasi terrhadap seni sudah sejak lama orang mencoba untuk melakukan pengklasifikasian terhadapnya,

termasuk filosof-filosof Yunani kuna seperti Plato dan Aristoteles. Mereka itu tidak semata membagi seni secara

verbal saja tetapi berusaha untuk menerangkan alasan-alasannya secara metafisis, psikologis, sosial dan lain-lain

yang memisahkan dan menghubungkan cabang-cabang seni yang ada. Beberapa diantaranya ada juga yang

mempertimbangkan nilai-nilai relatif dari cabang-cabang seni itu dan mengaturnya secara hirarkis. Pembagian

secara filosofis ini disebut sistem dari cabang-cabang seni yang merupakan kebalikan dari pembagian secara acak

atau serta-merta yang membagi seni menjadi beberapa bagian menurut medium ekspresinya, teknik

pembuatannya maupun kegunaannya. Pohon seni di bawah ini berusaha menunjukkan klasifikasi seni tersebut

menurut medium ekspresinya secara sederhana dan visual dalam bentuk cabang-cabang pohon berikut akar-akarnya

yang dalam metafora ini mewakili motivasi yang mendorong kelahiran seni. Jagat seni memang kompleks dan

penuh liku sehingga penyederhanaan-penyederhanaan tertentu perlu dilaksanakan di samping pembeberan

landasannya yang filosofis. Berikut klasifikasi seni berdasarkan pohon seni:

Pohon Seni

Fungsi Pohon Seni di atas terutama menunjukkan cabang-cabang seni yang ada berikut perkiraan volume

dan urutan kelahirannya, namun sekaligus akar-akarnya dimanfaatkan untuk menggambarkan motivasi apa saja

yang mendorong kelahiran seni. Motivasi kelahiran seni itu yaitu hasrat untuk memenuhi kebutuhan hidup

manusia secara praktis, hasrat komunikatif untuk bergaul dengan sesamanya, hasrat untuk memenuhi kebutuhan

spiritual, hasrat ekspresif untuk menyalurkan emosinya keluar, dan hasrat untuk memenuhi kebutuhannya akan

keindahan.

Adapun cabang-cabangnya, sesungguhnya cabang seni rupa, seni tari, dan seni musik itu adalah kurang lebih

sama tua dan volumenya, tetapi karena cabang seni rupa meninggalkan bekasnya maka tampak sebagai paling

besar volumenya dan paling tua juga usianya karena perekaman untuk musik dan tari belum lama ada.
6. Pembinaan Kreativitas melalui Pendidikan Seni di Sekolah Dasar

Anak usia SD merupakan masa keemasan berekspresi kreatif. Kadar kreativitas anak masih sangat tinggi.

anak dapat melakukan kegiatan berolah seni secara wajar dan spontan, karena daya nalar anak belum sampai

membatasi keleluasaan untuk berkarya secara murni dan lugu. Ungkapan perasaan anak yang masih polos

memungkinkan mereka untuk berekspresi secara wajar dan penuh spontan sehingga proses tersebut memiliki

kebermaknaan bagi perkembangan mereka. Masa anak-anak merupakan awal berkembangnya kreativitas. Kreativitas

tampak di awal kehidupan anak dan tampil dalam bentuk permainan. Seperti kita ketahui bahwa usia Sekolah

Dasar adalah usia bermain, kehidupan anak banyak dicurahkan untuk bermain. Bermain adalah mencoret,

mencoreng, berteriak, meloncat, bergerak dan lainnya. Kegiatan bermain yang disenangi anak ini dapat diwujudkan

dalam pendidikan seni baik itu seni rupa, tari maupun music. Kegiatan-kegiatan inilah yang diarahkan kepada

pengembangan kreativitas.

Dengan demikian, berekspresi seni secara kreatif pada anak dimanfaatkan untuk membina dan mengembangkan

kreativitas anak pada usia dini. Pendidikan merupakan usaha dalam membantu anak mencapai kesuksesannya,

demikian pula dengan pendidikan seni. Karena itu, segala cabang dalam seni dapat digunakan sebagai media dalam

bidang pendidikan. Seni sebagai cara dan seni sebagai sarana. Seni sebagai sarana/media pendidikan adalah konsep

pendidikan seni yang sesuai bagi anak-anak sekolah dasar. Sedangkan seni sebagai tujuan yang utama seringkali

diselenggarakan di sekolah-sekolah seni atau disanggar. Oleh sebab itu, untuk pendidikan seni di sekolah dasar,

guru tidak mengajarkan bagaimana untuk menggambar, bagaimana untuk menari dan bagimana untuk menyanyi

saja, tetapi juga harus mengarah kepada pembinaan dan pengembangan kreativitas untuk mengangkat bakat dan

potensi yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Dalam pendidikan seni, anak dibebaskan untuk mengekspresikan

apa yang ada dalam jiwanya baik itu melalui gambar, kegiatan menyanyi ataupun gerakan-gerakan tari. Bebas

berekspresi membuat anak dapat mengembangangkan apa yang ada dalam dirinya, kreativitas anak untuk

menciptakan sesuatu juga semakin berkembang.

Pada usia SD, anak mengalami masa keingintahuan dan perkembangan kognitif, afektif maupun psikomotor

yang cepat. Perkembangan anak ini akan terhambat jika mereka dibunuh rasa keingintahuan dan kreativitas

mereka. Kreativitas anak pada masa ini sangat beragam sesuai dengan tingkat kematangan dan perkembangan

otak mereka. Oleh karena itu, untuk menunjang perkembangan kreativitas anak agar tumbuh optimal, pendidikan

seni memegang peranan yang sangat penting yaitu sebagai sarana yang dapat memfasilitasi anak dalam

mengekspresikan pikiran dan jiwa mereka. Tentu dengan bimbingan dan arahan dari guru, pendidikan seni sangat

membantu dalam meningkatkan dan mengoptimalisasikan perkembangan kreativitas anak.

C. PENUTUP
Konsep pendidikan seni di Sekolah Dasar diarahkan pada pembentukan sikap, sehingga terjadi keseimbangan

intelektual dan sensibilitas, rasional dan irasional, akal pikiran dan kepekaan emosi. Karena pada masa usia Sekolah

Dasar, perkembangan mental dan fisik anak sedang dalam tahap maksimal sehingga untuk mengoptimalkan

kreativitasnya maka pendidikan seni merupakan salah satu cara yang tepat untuk digunakan. Pada usia SD anak

masih memiliki kejujuran dan kepolosan dalam berekspresi dan mengembangkan kreativitasnya. Oleh karena itu,

pendidikan seni baik seni rupa, seni music, seni tari maupun drama seharusnya dapat menjadi wadah atau sarana

bagi anak untuk mengembangkan dan menuangkan kreativitasnya. Kebutuhan akan kreativitas bagi anak tidak

hanya bagi kehidupan seninya saja tetapi juga dalam kehidupannya sehari-hari, kreativitas memiliki peranan yang

sangat penting.

Kreativitas bukan hanya kemampuan untuk menciptakan tetapi lebih dari itu yaitu meliputi kemampuan

membaca situasi, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan, kemampuan membuat analisis yang tepat, serta

kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang lain dari pada yang lain. Maka dari itu, melalui

pendidikan seni, anak dapat melatih dan meningkatkan kreativitasnya melalui kegiatan-kegiatan seni yang sesuai

dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, tetapi kegiatan-kegiatan seni yang dilakukan ini tetap

menyenangkan bagi anak.

Daftar Pustaka

Herawati, Ida Siti. Iriaji. 1998. Pendidikan Seni Rupa. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.

Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_rupa

http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_kontemporer

http://anakciremai.blogspot.com/pendidikan-seni-tentang-perkembangan-seni-rupa-indonesia

http://id.answers.yahoo.com

Diposkan oleh Yuni Cute di 15.57

http://arcaseplawan.wordpress.com/2012/04/14/konsep-pendidikan-seni/

1. Pengembangan Kepekaan Rasa

Proses kerja rasa digerakkan untuk menciptakan suasana keindahan. Ketika anak melukis segala angan-angan dan
ide dicurahkan agar warna yang ditampilkan sesuai dengan bentuk yang dibayangkan.

Hal tersebut memberi gambaran bahwa pendidikan seni sangat erat dengan pendidikan rasa.
1. Pelatihan Produksi Seni Membangkitkan Karsa Anak

Proses berkarya pada hakikatnya merupakan kegiatan berangan-angan serta membayangkan terciptanya suatu
karya. Misalnya ketika anak sedang menyanyikan lagu kupu-kupu sebenarnya angan-angan anak melambung
membayangkan keindahan kupu-kupu yang sedang terbang.

Berkesenian membutuhkan kerja kreatifitas, sensitivitas (rasa), dan karsa (mood) yang kesemuanya memberikan
korelasi positif terhadap pembinaan cipta, rasa dan karsa yang ditumbuhkan oleh siswa.

1. Seni membantu Belajar Memahami Materi Pembelajaran lain

1) Seni membantu meningkatkan persepsi siswa dalam belajar,

2) Seni membantu siswa berasosiasi terhadap bentuk yang lain seperti korelasinya dengan mata pelajaran lain
:

1. Sejarah dengan gambar pakaian adat di suatu daerah


2. Matematika dengan gambar geometris
3. Pemandangan gunung dengan IPA

3) Seni membantu berimajinasi dari abstrak menuju konkrit atau sebaliknya.

1. 2. FUNGSI PENDIDIKAN SENI


1. Seni Sebagai Media Ekspresi

Pendidikan seni melatih anak mengungkap isi hati dan pikiran yang sulit diungkapkan melalui kata-kata.

1. Seni Sebagai Media Komunikasi

Komunikasi adalah usaha anak untuk mampu mengutarakan pendapat dengan jelas, teratur, dan mudah dipahami
orang lain. Seni mengajarkan pemahaman tentang komunikasi visual sangat penting untuk memahamkan murid
perihal keterkaitan antara materi pelajaran, susunan obyek, maupunarti dari karya yang telah diciptakan sendiri.

1. Seni Sebagai Media Pembinaan Kreativitas

Pendidikan seni adalah pendidikan kreatif, yaitu pendidikan untuk memberikan kesempatan anak untuk
berkembang sesuai dengan naluri dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehari-hari secara mandiri.

Pelatihan kreatifitas anak melalui pendidikan seni dicapai dengan :

1. Kemampuan perseptual yang meliputi kepekaan inderawi terhadap rupa, bunyi, gerak dan perpaduannya
serta karya kerajinan dan teknologi.
2. Pengetahuan yang meliputi pemahaman, analisis, dan evaluasi.
3. Apresiasi yang meliputi kepekaan rasa, estetika, kesesuaian fungsi bentuk, artistik, serta memiliki sikap
menghargai dan menghayati
4. Produksi mencakup kreativitas dalam berkaryadan berimajinasi.

Pendidikan kreativitas pada dasarnya adalah pendidikan untuk melatih berpikir global dan komprehensif.
1. Seni Sebagai Model Pelatihan Pengembangan Hobi Dan Bakat

Bakat berkesenian adalah kepekaan rasa seseorang terhadap sentuhan seni dan mudah mengekspresikannya sesuai
dengan tahapan kontrak tugas guruyang diberikan kepada siswa.

Anak berbakat seni adalah anak yang mampu menanggapi karya seni orang lain serta mampu mensistematikan
sesuai dengan rancangannya, rangsangan tersebut dapat berupa suara, gerakan dan bentuk-bentuk.

1. 3. RUANG LINGKUP PENDIDIKAN SENI


1. Pengetahuan Seni

Pengetahuan seni tersusun atas berbagai materi yang bersifat komprehensif, yang memuat unsur-unsur
pengetahuan yang bersifat organis, yaitu pengetahuan yang dapat dipelajari secara berkesinambungan dan saling
berkaitan dengan pengetahuan lain.

Pengetahuan seni mempunyai struktur keilmuan seni :

1) Knowing of the language of art (penghayatan terhadap karya seni)

2) Artist and their world

Pengetahuan lain dalam seni adalah pengetahuan linier anorganik, yaitu pengetahuan yang berbentuk pengetahuan
arbitrase, yaitu pengetahuan yang mempunyai susunan tidak teratur, oleh karenanya kapan saja pengetahuan ini
disebutkan akan mempunyai arti yang berbeda.

Arthur Wesley Dow berpendapat bahwa dalam proses produksi seni terdapat 5 butir pengetahuan dalam berkarya
seni, yaitu :

1. Obtaining harmony-opposition
2. Transition
3. Subordination
4. Repetition
5. Symmetry

1. Apresiasi Seni

Menurut Primadi, apresiasi seni sebagai aktivitas mental terdiri dari beberapa tahapan :

1. Kejutan (surprise), yakni respon emosional terhadap sensasi inderawi yang menarik, aneh, unik, dan
sebagainya.
2. Empati, yakni suatu proses intuitif yang diiringi rasa indahestetik dalam wilayah ambang sadar.
3. Rasa-betul-estetik, yakni kondisi apresiator menangkap dimensi artistik aspek formal karya seni sesuai
prinsip estetika.
4. Reaksi psikologis terhadap kontent etis karya seni, yakni etika, pesan, dan fungsi karya.
5. Rasa-benar-etis, yakni kemampuan menangkap dimensi etis karya seni sebagai akibat dari ilmu
pengetahuan apresiator.
6. Pesona dan haru, yakni efek dari penghayatan dan penerapan ciri kreasi yang sering kali melampaui batas-
batas formal karya seni secara integral terakumulasi dari aktivitas inderawi dan psikologi apresiator.
7. Pengalaman Kreatif

Dalam proses produksi seni anak akan menggunakan pengetahuan kognisi, yaitu pengetahuan yang sistematis
danmampu diungkapkan pada suatu ketika, serta memanfaatkan pemahamannya tentang bentuk secara apresiatif.

http://ana-nazamuddin.blogspot.com/2013/03/hakikat-fungsi-dan-tujuan-
pendidikan.html

Selasa, 12 Maret 2013

Hakikat, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Seni

Pendidikan Seni selalu hadir dalam kurikulum sekolah, karena seni merupakan bagian dari kebutuhan

manusia. Sebagaimana Pratt (1980: 54) mengatakan, bahwa dalam menyusun kurikulum sebaiknya melibatkan

lima kebutuhan manusia (human needs), yakni need for self-actualization, needs for meaning, social needs,

aesthetic needs, and survival needs. Pernyataan Pratt tersebut menunjukkan bahwa aesthetic needs dipandang

sebagai bagian yang esensial dari kurikulum sekolah, sehingga penting dilaksanakan di sekolah-sekolah.

Pendidikan Seni sebagai aesthetic needs memiliki fungsi yang esensial dan unik, sehingga mata pelajaran

ini tidak dapat digantikan dengan mata pelajaran lain. Berdasarkan berbagai kajian dan penelitian, baik secara

filosofis, psikologis maupun sosiologis ditemukan bahwa pendidikan seni memiliki keunikan peran atau nilai strategis

dalam pendidikan sesuai perubahan dan dinamika masyarakat. Menurut pakar pendidikan seni dampak hasil belajar

seni antara lain: dapat meningkatkan daya kreativitas anak (Dewey: , Read: 1970, dan Ross: 1978), dapat

membantu pertumbuhan mental anak melalui penyaluran ekspresi dan kreativitas (Lowenfeld: 1982), dapat

meningkatkan kemampuan apresiasi (Chapman: 1978 ), dapat membantu perkembangan kepribadian dan

pembinaan estetik anak (Wickiser: 1974), dapat membantu mengembangkan perasaan anak (Ross: 1990), dapat

digunakan sebagai sarana kesehatan mental (Margaret Naumberg: ), dan sebagainya.

Dampak pengalaman seni atau fungsi pendidikan seni bagi anak didik dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Seni sebagai wahana ekspresi

Ekspresi merupakan pernyataan kejiwaan yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam

mencari kepuasan. Ekpresi juga merupakan kebutuhan manusia dalam mengkomunikasikan isi hatinya kepada pihak

lain. Berekpresi dalam seni berarti menuangkan isi hati dengan menggunakan sarana gambar, gerak, nada suara

atau kata (Soehardjo, 1995). Bagi anak-anak art itu bisa dijadikan alat/sarana untuk berekpresi a means of

expretion (Lowenfeld, 1982). Dalam berekspresi ini pikiran, perasaan dan emosi anak ikut berperan.

2. Seni sebagai sarana pengembangan/pembinaan kreatifitas.

Pembinaan ekspresi dapat menunjang pembinaan kreatifitas. Pada umumnya kreatifitas diartikn sebagai

daya atau kemampuan untuk mencipta. Melalui kegiatan berolah seni kreatifitas atau daya cipta anak dapat

dikembangkan. Berolah seni yang dimaksudkan adalah melakukan kegiatan pengenalan, eksperimen dalam berbagai

bentuk jenis alat/bahan dan teknik mewujudkan/menampilkan karya seni, baik melalui rupa, gerak, nada suara

atau kata. Membangkitkan dan membebaskan anak untuk melakukan kegiatan berolah seni sesuai kemampuan dan

minatnya serta memberi kesempatan kepada anak-anak untuk mencoba memecahkan masalah ketika berolah seni

sehingga menghasilkan hal-hal baru dan unik baginya merupakan sarana yang baik dalam upaya membina dan

mengembangkan kreatifitas. Sebagimana dikatakan oleh tokoh-tokoh seperti Dewey, Read and Ross, bahwa

melalui pembelajaran seni dapat membantu meningkatkan daya kreatifitas anak.

3. Seni sebagai sarana pengembangan bakat anak.

Secara umum orang berpendapat bahwa bakat anak dibawa sejak lahir, namun bakat anak ini sulit

berkembang jika tidak dipupuk. Bakat anak dibidang seni dapat dipupuk melalui pembelajaran seni. Pendidikan seni

yang memberikan kesempatan pada anak untuk mengenal dan menjelajah berbagai media seni, serta

sikap/dukungan dan motivasi guru yang positif terhadap anak-anak untuk berpeluang memelihara dan

mengembangkan bakatnya.

4. Seni sebagai sarana pembinaan ketrampilan.

Ketrampilan berasal dari kata terampil yang berarti cekatan dalam melakukan sesuatu. Untuk membantu

menyalurkan dorongan ekspresi dan kreativitas anak dibutuhkan suatu ketrampilan dasar. Dalam seni latihan

ketrampilan ini bukan tujuan utama, tetapi hanya sebagai sarana untuk menunjang kelancaran berekspresi atau

berkreativitas. Ketrampilan yang diberikan bukanlah ketrampilan yang bersifat statis, tetapi lebih diarahkan pada

ketrampilan yang bersifat kondisional. Arti keterampilan yang kondisional bersifat kreatif, produktif, dinamis dan

mampu untuk tumbuh. Jenis ketrampilan ini cocok untuk dikembangkan di sekolah-sekolah umum. Melalui

kegiatan berolah seni yang memberi cukup kebebasan pada anak untuk melatih skill sejalan dengan dorongan

ekspresi dan kreativitasnya akan sangat bermanfaat bagi anak untuk membina dan mengembangkan potensi

ketrampilannya.
5. Seni sabagai sarana pembentukan kepribadian.

Kebiasaan berolah seni yang memperhatikan dan memberi keleluasaan yang cukup terhadap subyek didik

untuk menampilkan sifat-sifat kepribadian, memberi peluang yang luas untuk pembentukan kepribadian (

Soenarjo, 1995). Kepribadian dalam seni lebih diarahkan kepada tumbuhnya rasa cinta terhadap kesenian

bangsanya dan mau menerima kesenian asing yang terseleksi. Dengan pengenalan benda-benda seni dan tokoh-

tokoh seniman serta lingkungan alam sekitar yang indah dapat menumbuhkan kecintaan atau kebanggaan anak

terhadap alam dan kesenian bangsanya. Dan ini berarti telah mengurangi timbulnya penyimpangan-penyimpangan

sifat kepribadian yang merusak moral dan identitas jati diri bangsa.

6. Seni sebagai sarana pembinaan impuls estetik.

Secara naluri setiap anak memiliki impuls estetik (Read,1974). Jika naluri ini tidak mendapat

kesempatan tumbuh dan berkembang, maka naluri tersebut bisa mati atau tumbuh kerdil. Melalui program

pendidikan seni naluri/kepekaan citarasa keindahan dapat dibina dan ditumbuh-kembangkan. Caranya dimulai dari

pengakraban dengan obyek yang bermuatan estetik, maka seseorang akan semakin peka estetiknya. Kepekaan itu

merupakan modal dasar dalam mengapresiasi seni, berolah seni dan menghargai hasil budaya bangsa sendiri,

maupun bangsa lain.

Pandangan ahli tentang pendidikan seni diberikan di sekolah umum tersebut memiliki fungsi yang

beragam sesuai dengan perkembangan dinamika dan kondisi sosial-budaya masyarakat. Namun beberapa ahli

mencoba mengklasifikasikan keberagaman fungsi pendidikan seni tersebut menjadi beberapa fungsi. Bagi Eisner

(1972: 58) keunikan fungsi pendidikan seni dalam orientasi pengajaran seni dapat dipetakan dalam sebuah

hubungan triadik, yaitu: (1) pandangan pendidikan seni berbasis anak, (2) pandangan pendidikan seni berbasis

subjek (disiplin ilmu), dan (3) pandangan pendidikan seni berbasis kebutuhan masyarakat. Dalam sudut pandang

kebutuhan anak, secara psikologis keunikan mata pelajaran pendidikan seni utamanya berkaitan dengan kontribusi

seni terhadap kebermaknaan dan kebermanfaatan bagi kebutuhan perkembangan pebelajar, yakni terletak pada

pemberian pengalaman estetik secara alamiah dalam bentuk kegiatan berekspresi diri secara kreatif dan

berapresiasi (respon kreatif) sehingga dapat membantu menumbuhkembangkan keseluruhan potensi kepribadian

utuh (holistik) pebelajar baik aspek pribadi, sosial, intelek, emosi, dan fisik.

Berdasarkan sudut pandang berbasis disiplin ilmu, fungsi pendidikan seni di sekolah dipandang sebagai

subjek metter/ilmu seni yang harus dipelajari pebelajar, sehingga diharapkan pebelajar memiliki ranah kompetensi

pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam bidang seni esensial meliputi: estetika, sejarah, apresiasi, kritik dan

kreasi seni. Sedangkan sudut pandang pendidikan seni berbasis kebutuhan masyarakat dimaksudkan dapat

membantu bagi berbagai kepentingan kebutuhan masyarakat, seperti untuk mengembangkan ekonomi, kepentingan

politik dalam menumbuhkan jati diri bangsa, dan/atau untuk penciptaan suasana kondusif bagi kehidupan
masyarakat yang multietnik. Dalam hal ini fungsi pendidikan seni di sekolah dapat dipandang sebagai subjek

keterampilan seni ketika masyarakat membutuhkan banyak teknisi/tukang yaitu untuk menyiapkan tenaga

terampil di bidang seni yang siap pakai dalam dunia kerja, atau jika di masyarakat sedang terjadi konflik politik

maka seni dapat difungsikan untuk menanamkan kesadaran budaya atau mempromosikan gagasan multikultural dan

sebagainya. Hal ini senada dengan pandangan Salam (2004a: 14-15) bahwa pendidikan seni dapat memenuhi

kebutuhan individual, sosial dan kultural anak.

Dalam sudut pandang lain Wickizer (1974) mengklasifikasikan fungsi pendidikan seni bagi perkembangan

potensi kejiwaan anak menjadi tiga fungsi, yaitu: (1) bantuan seni bagi pertumbuhan dan perkembangan individu

anak didik, (2) bantuan seni bagi pembinaan estetik dan (3) bantuan seni bagi kesempurnaan kehidupan.

Jika dicermati berbagai fungsi pendidikan seni tersebut pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi dua.

Eisner (1972) mengatakan bahwa kecenderungan justifikasi fungsi pendidikan seni pada dasarnya dibedakan

menjadi dua kategori pembenaran, yakni kecenderungan pembenaran esensial dan kecenderungan pembenaran

kontekstual. Kecenderungan pembenaran esensial mengandung makna pembelajaran seni untuk meningkatkan

kemampuan pebelajar berkaitan dengan masalah seni itu sendiri, sedangkan kecenderungan pembenaran kontekstual

mengandung makna pembelajaran seni untuk meningkatkan kemampuan pebelajar berkaitan dengan masalah di luar

seni (non-seni), yaitu bisa membantu pencapaian pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak, atau untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat seperti menanamkan kesadaran budaya. Jika dikaitkan kedua pandangan Eisner

tersebut menggambarkan bahwa penekanan keunikan fungsi seni berbasis disiplin ilmu berkecenderungan

pembenaran esensial, sedangkan penekanan berbasis kebutuhan anak dan kebutuhan masyarakat dapat

dikategorikan berkencenderungan pembenaran kontekstual.

Demikan juga jika pandangan Wickizer dikaitkan dengan pandangan Eisner dapat digambarkan sebagai

berikut. Klasifikasi butir (1) ) bantuan seni bagi pertumbuhan dan perkembangan individu anak didik dan butir

(3) bantuan seni bagi kesempurnaan kehidupan milik Wickizer merupakan bantuan terhadap perkembangan anak

didik mengenai hal-hal non artistik/estetik, maka termasuk fungsi kontekstual. Sedang butir (2) bantuan seni

bagi pembinaan estetik termasuk fungsi esensial.

Uraian di muka menggambarkan bahwa hakekat fungsi pendidikan seni diberikan di sekolah umum secara

filosofi, psikologis, maupun sosiologis memiliki fungsi ganda, yaitu dapat difungsikan untuk seni itu sendiri maupun

seni untuk non-seni (seni sebagai alat pendidikan). Hakekat fungsi seni pertama merupakan hal pembeda fungsi

mata pelajaran pendidikan seni dengan mata pelajaran lain, yakni untuk membina dan menumbuhkembangkan

kemampuan dasar potensi estetik pebelajar. Kemampuan dasar potensi estetik ini diperoleh pebelajar melalui

kegiatan pengakraban, pencerapan dan penanggapan terhadap benda-benda alam yang bermuatan estetik dan/atau

benda seni serta pengalaman dasar pebelajar menggeluti atau berolah seni dan pengalaman menyajikan seni.
Perolehan hasil kegiatan tersebut berupa kemampuan dasar keterampilan seni, ekspresi seni, kreativitas seni,

penyajian seni, pemahaman seni, dan kemampuan dasar apresiasi dan/atau kritik seni berupa kepekaan estestik.

Hakekat fungsi kedua merupakan pendidikan seni sebagai alat pendidikan. Read (1978), mengatakan

bahwa pendidikan seni berfungsi sebagai alat pendidikan, yaitu dapat menumbuhkembangkan kepribadian pebelajar

secara utuh mencakup potensi fisik, mental pribadi, dan sosial anak didik secara umum seperti halnya pada mata

pelajaran lain melalui program pengajaran seni. Tumbuh-kembangnya potensi tersebut diperoleh sebagai akibat dari

terlatihnya pebelajar dalam kegiatan mengungkapkan pengalaman batin (estetik) secara jujur (pribadi), unik,

baru, serta pengalaman pengakraban, mempersepsi, menganalis, menginterpretasi, menilai dan menghargai objek

estetik atau karya seni. Perolehan hasil kegiatan berupa terkoordinasinya kepekaan gerak motorik (skill) dengan

keseluruhan indera, sikap keberanian mengemukakan pendapat, kemampuan berfikir secara integral, sikap

kerjasama, kesetiakawanan sosial, toleransi, penghargaan, demokratis, beradap, mampu hidup rukun dalam

masyarakat dan budaya yang majemuk serta dampak-dampak yang lainnya di luar seni itu sendiri.

Meskipun kedua fungsi tersebut berbeda, namun pada dasarnya esensi dari pendidikan seni diberikan di

sekolah umum tidak lain adalah sebagai upaya membina dan menumbuhkembangkan potensi pengalaman estetis

pebelajar. Dalam arti perolehan kompetensi dari pembenaran esensial diharapkan akan dapat berdampak pada

pembenaran kontekstual. Sehingga kedua pembenaran fungsi tersebut dapat dijadikan sebagai dasar program

pengajaran seni. Dalam pelaksanaan pembelajaran bisa terjadi penekanan fungsi yang berbeda sesuai perkembangan

dan kebutuhan jaman, sehingga bisa berdampak pada penekanan perbedaan prinsip pembelajaran, pendekatan,

substansi bahan ajar, maupun evaluasi hasil belajar yang ingin dicapai. Namun semuanya akan tetap memiliki

dampak yang sama yakni tumbuhkembangnya potensi estetik pebelajar berupa kemampuan estetik meskipun

dengan kadar yang berbeda.

Berkaitan dengan tujuan pembelajaran seni, Eisner (1972) berpendapat bahwa hakekat tujuan

pembelajaran seni ada dua, yakni: instructional objective dan expressive. Tujuan instruksional sama halnya dengan

tujuan pengajaran, yaitu tujuan yang berpengharapan hasil belajar yang dicapai sesuai dengan rancangan yang telah

disusun sebelum proses belajar mengajar berlangsung. Sedangkan tujuan ekspresi adalah tujuan yang

berpengharapan agar pebelajar memperoleh kesempatan serta mampu melaksanakan kegiatan seni sesuai dengan

minat serta sesuai kebutuhan pribadinya.

Dalam kaitan dengan kedua kecenderungan pembenaran fungsi pembelajaran seni, fungsi esensial mudah

dirumuskan dalam tujuan instruksional (instruksional efec), sedangkan pembenaran fungsi kontekstual sulit

dirumuskan sehingga sebagai tujuan ekspresi atau sebagai nuturan efek (efek ikutan).

Hardiman (1981) menyatakan bahwa dalam pengalaman seni selalu melekat adanya pengalaman estetik

yang bersifat laten yang dapat berdampak pada intructional efek maupun nuturen efek berupa kemampuan
kepekaan estetik. Dikatakan laten karena pada dasarnya diri manusia selalu memiliki impuls estetik (Read, 1970).

Impuls estetik inilah yang bisa ditumbuhkembangkan melalui pendidikan seni dan dijadikan sebagai inti

pembelajaran seni.

Konsep pengalaman estetik antara lain diungkapkan oleh Munro (1970) bahwa pengalaman estetik

merupakan suatu proses psikologis adalah cara merespon terhadap stimuli, terutama lewat persepsi indera, tetapi

juga berkaitan dengan proses kejiwaan, seperti asosiasi, pemahaman, imajinasi dan emosi. Langer dan Goodman

(dalam Smith and Smith, 1981: 91) mempertegas pandangan yang dikemukakan Munro bahwa pengalaman estetik

tersebut mencakup pengalaman kognitif maupun pengalaman rasa yang melibatkan kemampuan berpikir logis,

kepekaan rasa, dan peran aktif dari emosi.

Selanjutnya Dewey (1934: 22) dalam teorinya art as experience mengatakan bahwa pengalaman estetik

menggambarkan sejenis pengalaman yang spesial karena terjadinya sentuhan dengan gejala keindahan yang

ditentukan oleh pengetahuan, pengalaman, cita rasa dan konteks budaya. Pengalaman estetik sebagai pengalaman

spesial juga diungkapkan oleh Clive Bell (dalam Sutrisno. 2003: 18-19) bahwa pengalaman estetik merupakan

pengalaman yang dirasakan secara pribadi dan istimewa.

Kesimpulan yang dapat dikemukakan bahwa hakekat pendidikan seni diberikan di sekolah umum adalah

sebagai upaya untuk membina pengalaman estetik pebelajar. Pemberian pengalaman estetik dapat dimaknai lebih

menekankan pada segi proses kegiatan dari pada segi hasil pemahaman seni maupun hasil karya seni. Pengalaman

estetik yang menekankan pada hasil karya seni, lebih sesuai diberikan di sekolah kejuruan seni.

Lebih lanjut Dewey (dalam Read, 1970) menguraikan bahwa penekanan proses pengalaman belajar seni

tersebut melibatkan kesadaran dan kepekaan estetik dianggap sebagai kulminasi pengalaman yang sulit diperoleh

dari jenis pengalaman yang lain. Dewey mengatakan hakekat seni adalah pengalaman. Hakekat pengalaman adalah

interaksi individu anak dengan lingkungannya. Hakekat pengalaman belajar adalah interaksi individu anak dengan

lingkungan yang menyebabkan perubahan perilaku. Jadi hakekat pengalaman belajar seni adalah seni merupakan

lingkungan belajar. Interaksi individu anak dengan lingkungan seni menghasilkan pengalaman seni berupa pengalaman

estetik (timbulnya kesadaran, kepekaan dan sikap estetik) pada individu pebelajar. Proses pengalaman estetik

dapat digambarkan sebagai berikut:


Bagan 2.1. Adaptasi proses pengalaman estetis menurut Dewey.

Nilai pengalaman belajar seni yang berupa pengalaman estetik inilah yang juga diharapkan akan berdampak

pada membantu pertumbuhan dan perkembangan potensi individu pebelajar baik aspek pribadi, sosial, maupun

pertumbuhan potensi emosi, fisik dan intelek secara utuh. Disinilah terdapat relevansi hubungan belajar seni

dengan tujuan pendidikan yang merupakan hakekat pendidikan melalui seni, yakni pengalaman belajar seni yang

berupa pengalaman estetik dapat dijadikan sebagai sarana mencapai tujuan pendidikan.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, pembinaan pengalaman estetis untuk mengembangkan potensi impuls

estetik pebelajar dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan. Menurut Wickiser (1957) pengalaman estetik

pebelajar dapat dilakukan melalui 4 tipe kegiatan, yakni: (1) kegiatan ekspresi, (2) kegiatan konstruksi, (3)

kegiatan apresiasi dan (4) kegiatan sosial. Dalam bahasa yang berbeda Eisner (1972) mengembangkan potensi

pengalaman estetik pebelajar tersebut dalam 4 tipe kegiatan, meliputi: perseptual, produksi, kritik, dan

pengalaman kultural. Selanjutnya Salam (2004a: 3) mengelompokkan pengembangan potensi pengalaman estetik

intinya dapat dilakukan melalui kegiatan penciptaan (creation), pelakonan (performance), dan penanggapan

(response). Dan jika disarikan lagi hakekat pembinaan pengalaman estetik tersebut dapat dilakukan melalui dua

inti kegiatan, yakni kegiatan ekspresi/kreasi dan kegiatan apresiasi.

Sebagaimana Dewey, Wickiser (1957) juga mengatakan bahwa pembinaan pengalaman estetik di sekolah

umum dapat dilakukan melalui kumpulan kegiatan artistic, yakni merupakan kegiatan individu pebelajar yang utuh

(holistic), atau kegiatan individu yang terpadu (terintegrasi) dengan masalah sosial/lingkungan. Pernyataan

tersebut mengandung pesan bahwa pembelajaran seni akan lebih bermakna bagi pebelajar jika proses

pembelajarannya terintegrasi dengan lingkungannya. Integrasi yang dimaksud lebih ditekankan pada pengalaman

pebelajar dengan lingkungan belajar seni dan hasil yang diharapkan akan dapat menumbuhkembangkan impuls

estetik pebelajar.

Berdasarkan kajian di muka dapat dibuat suatu model integrasi yang tidak sekedar korelasi tetapi

menyatu dengan kehidupan dan pengalaman pembelajar. Inti pembelajaran seni ditekankan pada pengintegrasian
pengalaman estetik berbagai tipe kegiatan. Bentuk integrasi dapat digambarkan pada bagan 2.2 sebagai berikut

ini.

Bagan 2.2. Bagan model pengintegrasian pengalaman estetik dengan


pendekatan seni sebagai kegiatan

Bagan integrasi tersebut menggambarkan bahwa antar komponen kegiatan pengalaman seni saling terkait

yang muaranya pada menumbuhkembangkan potensi impuls estetik. Bagan tersebut juga menggambarkan sudah

mencakup semua kegiatan pengalaman seni yang diungkapkan oleh para ahli. Pengalaman perseptual yang

dikemukakan Eisner misalnya bisa terwadahi pada kegiatan identifikasi dan analisis. Demikian juga pengalaman

produksi terwadahi pada kegiatan ekspresi dan konstruksi dan seterusnya.

Pengintegrasian pengalaman estetik ke dalam program pendidikan seni untuk menumbuhkembangkan

impuls estetik dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3. Gambaran kompetensi hasil pembelajaran seni melalui pengintegrasian pengalaman estetik

Berdasarkan uraian di muka dapat dikatakan bahwa kecenderungan hakekat fungsi seni di sekolah umum

adalah sebagai alat pendidikan atau pendidikan lewat seni ( education through arts) yang cukup populer sejak

memasuki abad 20. Dalam konsep ini, menekankan fungsi seni untuk membantu menumbuhkembangkan

kepribadian anak didik. Namun demikian esensi pendidikan seni untuk menumbuhkan potensi estetik anak tetap

menjadi ciri khas pendidikan seni.

Esensi hakekat pendidikan seni untuk membina pengalaman estetik tersebut, sejalan dengan apa yang

tertuang dalam kurikulum KTSP Seni Budaya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) disebutkan bahwa mata pelajaran Pendidikan Seni diganti

dengan sebutan mata pelajaran Seni Budaya masuk dalam kelompok mata pelajaran estetika. Kelompok mata

pelajaran estetika dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan

mengapresiasi keindahan dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi dan mengekspresikan keindahan serta harmoni

mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual maupun sosial kemasyarakatan sehingga mampu

menikmati, mensyukuri hidup, maupun mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis.

Dalam kurikulum KTSP mata pelajaran Seni Budaya tersebut tergambar jelas bahwa pengalaman estetik

pebelajar dapat dilakukan melalui kegiatan ekspresi dan apresiasi. Meskipun demikian kegiatan tersebut tidak bisa

lepas dengan tipe kegiatan lain, yakni terkait dengan kegiatan konstruksi maupun sosial. Kegiatan mendesain,
menyusun, menggubah dan sebagainya merupakan kegiatan ekspresi/pengungkapan yang lebih banyak melibatkan

nalar, maka kegiatan ekspresi bisa terkait dengan kegiatan konstruksi. Demikian juga kegiatan pameran/pagelaran,

widyawisata dan sejenisnya bisa menjadi kegiatan apresiasi tetapi sekaligus juga bisa menjadi kegiatan sosial.

Penggambaran uraian mengenai pembenaran fungsi esensial dan pembenaran fungsi kontekstual juga

tercermin dalam jabaran sifat dari peran dan tujuan pendidikan Seni Budaya diberikan di sekolah, yakni bersifat

multidimensional, multilingual, dan multikultural tidak hanya menumbuhkembangkan kemampuan bidang estetika

saja, tetapi juga memiliki andil dalam mengembangkan kemampuan non-seni melalui pendidikan seni dibidang logika

dan etika. Sifat Multilingual bermakna pendidikan Seni Budaya dapat berfungsi sebagai upaya mengembangkan

kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak,

peran dan berbagai perpaduannya. Multidimensional berarti pendidikan Seni Budaya dapat berfungsi sebagai

upaya mengembangkan beragam kompetensi meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi),

apresiasi, dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika, dan etika. Sifat

multikultural mengandung makna pendidikan Seni Budaya dapat berfungsi sebagai upaya menumbuhkembangkan

kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam budaya Nusantara dan mancanegara. Tumbuhkembangnya

kesadaran tersebut merupa-kan wujud pembentukan sikap demokratis yang memungkinkan seseorang hidup secara

beradab serta toleran dalam masyarakat dan budaya yang majemuk (Depdiknas, 2006).

Pendidikan Seni Budaya juga dikatakan memiliki peranan dalam pembentukan pribadi peserta didik yang

harmonis dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai multikecerdasan. Menurut

Gardner dkk (Dryden & Vos, 2001) multiple intelligence terdiri atas kecerdasan intrapersonal, interpersonal,

visual spasial, musikal, linguistik, logik matematik, naturalis serta kecerdasan adversitas, kecerdasan kreativitas,

kecerdasan spiritual dan moral, dan kecerdasan emosional. Pembelajaran Seni Budaya yang mengintegrasikan

pengembangan multikecerdasan tersebut akan dapat berperan menyeimbangkan belahan otak kanan dan otak kiri

pebelajar.

Secara konseptual hakekat pendidikan Seni Budaya diberikan di sekolah sejalan dengan pandangan ahli di

muka, yakni untuk mengembangkan potensi estetik siswa (pembenaran esensial) dan dampak ikutannya dapat

berfungsi untuk menumbuhkembangkan potensi pribadi dan sosial siswa baik intelek, emosi maupun fisik siswa

(pembenaran kontekstual). Namun konsepsi/hakekat pendidikan seni tersebut belum bisa memberikan gambaran

yang jelas tentang bagaimana cara mengimplementasikannya di lapangan/di kelas. Akibatnya masih sering dijumpai

berbagai persoalan pelaksanaan pembelajaran seni bervariasi bahkan tereduksi tidak sesuai dengan hakekat, tujuan,

prinsip maupun pendekatan pembelajarannya. Persoalan pengembangan hakekat pendidikan seni tersebut menjadi

prinsip-prinsip, alternatif-alternatif model/pendekatan pembelajaran yang jelas dan konkrit merupakan hal penting

dan mendesak dibutuhkan para guru pendidikan seni di lapangan.


D. Ringkasan
1. Berdasarkan beberapa pandangan tentang konsep seni, pada dasarnya mencakup dua kutup kecenderungan

konsep yaitu seni sebagai keterampilan dan seni sebagai ekspresi.

2. Arahan konsep pendidikan seni secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : (1) yang

dikaitkan dengan aspek ekspresi artistik (seni dalam pendidikan), dan (2) yang ada hubungannya dengan tujuan

pendidikan (seni sebagai alat/media pendidikan ).

3. Hakekat fungsi pendidikan seni diberikan di sekolah umum adalah untuk membantu menumbuhkembangkan

potensi estetik dan kepribadian anak didik. Fungsi tersebut meliputi: (1) seni sebagai wahana ekspresi, (2) seni

sebagai sarana pengembangan/pembinaan kreatifitas, (3) seni sebagai sarana pengembangan bakat anak, (4) seni

sebagai sarana pembinaan ketrampilan, (5) seni sabagai sarana pembentukan kepribadian, dan (6) seni sebagai

sarana pembinaan impuls estetik.

4. Hakekat fungsi pendidikan seni diberikan di sekolah umum secara filosofi, psikologis, maupun sosiologis

memiliki fungsi ganda, yaitu dapat difungsikan untuk seni itu sendiri maupun seni untuk non-seni (seni sebagai

alat pendidikan).

Diposkan oleh Adin Nazamuddin di 18.34


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Artikel
Reaksi:
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Em@il: adinkelana@yahoo.co.id/. Template Ethereal. Gambar template oleh sebastian-julian. Diberdayakan oleh
Blogger.

http://shiningbyoul.blogspot.com/2012/01/pendidikan-seni-sebagai-penunjang.html

PENDIDIKAN SENI SEBAGAI PENUNJANG KREATIVITAS

PENDAHULUAN

Seni merupakan istilah yang identik dengan keindahan, kesenangan, dan rekreasi.

Saat kita mendengar kata seni maka yang mungkin muncul dalam benak kita adalah

suatu karya seni entah berupa benda, music, bangunan, lukisan atau benda-benda indah

lainnya yang dihasilkan oleh seorang seniman yang tentunya sangat berbakat dan memiliki

kreativitas yang tinggi. Dewasa ini seni tidak hanya merupakan suatu karya yang hanya

bisa dinikmati saja, akan tetapi seni juga memiliki beberapa fungsi antara lain:
1. Fungsi Religi / Keagamaan

2. Fungsi Komunikasi

3. Fungsi Rekreasi / Hiburan

4. Fungsi Artistic

5. Fungsi Guna, Dan ;

6. Fungsi Terapi / Kesehatan

Berdasarkan berbagai fungsi seni tersebut, seni mulai dikembangkan dan dimasukkan

dalam bidang pendidikan. Dengan berbagai guna / fungsi seni tersebut, seni dapat

dimanfaatkan dalam bidang pendidikan dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan. Dalam

dunia pendidikan, seni juga memberikan pengaruh penting terhadap perkembangan mental

maupun fisik peserta didik. Bahkan, dengan pendidikan seni, perilaku peserta didik dapat

terbentuk kearah yang lebih baik karena seni dapat mengenalkan nilai-nilai dan norma-

norma yang ada dalam masyarakat kepada peserta didik.

Dalam seni, setiap orang dinilai memiliki kreatifitas dan kecerdasannya masing-

masing. Seni dapat memfasilitasi setiap orang untuk menuangkan atau mencurahkan

segala kreativitas berdasarkan kehendak masing-masing orang itu sendiri. Oleh karena itu,

dalam makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana Pendidikan Seni menunjang atau

mempengaruhi kreativitas seseorang. Semoga dengan makalah ini, kita dapat membentuk

atau mengembangkan kreativitas seseorang dengan memanfaatkan pendidikan seni.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Seni

Kehidupan budaya manusia bersifat dinamik, terus berkembang dan berubah demi

untuk mencapai kesempurnaan dalam kehidupan. Sebagai komponen dari kebudayaan baik

seni maupun pendidikan mengalami pola perubahan yang sejalan dengan perkembangan

pandangan hidup masyarakat. Pada dasarnya, konsep pendidikan seni ada dua macam,

yang pertama yaitu konsep pendidikan seni yang berkaitan dengan aspek ekspresi artistic

dan kedua yaitu konsep pendidikan seni yang dikaitkan dengan tujuan pendidikan.
Beberapa konsep pendidikan seni yang pernah ada antara lain.

1. Gerakan Reform

Gerakan reform adalah usaha pembaruan di bidang konsep pendidikan seni yang

mengutamakan kebebasan ekspresi sebagai cara untuk memberi peluang kepada anak didik

mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya. Gerakan ini bertujuan untuk

mendewasakan anak didik bukan hanya pada segi intelektualnya saja, akan tetapi

menghendaki agar anak belajar dari perbuatan aktif melalui kegiatan seni, maksudnya

adalah anak dapat belajar dengan baik dan mendapatkan pelajaran dari apa yang telah

dialaminya sendiri, bukan hanya melalui cerita, teori ataupun ceramah saja. Selain itu

untuk melatih kedua tangannya supaya supaya syaraf dari otak kanan dan otak kiri

terlatih dalam menjalankan fungsinya.

2. Konsep Pendidikan Seni untuk Apresiasi

Konsep ini dipelopori oleh Alfred Lichtwart dan Konrad Lange, dengan pemikiran bahwa

persepsi anak-anak kepada seni dan keindahan perlu dekembangkan melalui penghayatan

langsung, baik melalui kegiatan menggambar maupun kegiatan observasi, dengan

mengunjungi obyek-obyek seni seperti museum, sanggar seniman, pameran dan lainnya.

3. Konsep Pendidikan Seni untuk Pembentukan Konsepsi

Konsep ini bermula dari pemikiran bahwa menggambar adalah alat untuk

mengungkapkan pikiran yang dicetuskan oleh Walter Sargent. Gambar adalah bahasa yang

digunakan untuk melahirkan dan mengembangkan ide-ide. Menggambar suatu obyek

berarti menerjemahkan persepsi ke dalam bahasa visual. Kegiatan menggambar merupakan

kegiatan mental dan pikir yang dapat membentik konsep. Konsep ini memandang seni

pada proses kegiatannya yang terkait dengan kemampuan kognitif.

4. Konsep Pendidikan Seni untuk Pertumbuhan Mental dan Kreatif

Menurut konsep ini, anak adalah idealnya, sedangkan seni adalah sarananya. Maksud dari

konsep ini adalah, bahwa seni merupakan sarana bagi anak dalam proses pertumbuhan

mental dan jiwa kreatifnya.

5. Konsep Seni sebagai Keindahan

Konsep ini menyatakan bahwa seni identik dengan keindahan. Hasil seni yang indah

didapatkan dari benda-benda yang terseleksi.

6. Konsep Seni sebagai Imitasi


Menurut konsep ini yang dimaksud dengan kegiatan seni adalah kegiatan meniru alam, dan

setiap hasil seni haruslah tiruan dari bentuk alam.

7. Konsep Seni sebagai Hiburan yang Menyenangkan

Konsep ini berpendapat bahwa seni haruslah sesuatu yang menyenangkan dan dapat

menghibur pengamat. Suatu karya disebut karya seni jika dapat dinikmati oleh pengamat

dan pengamat dapat menangkap makna atau mengerti pesan/ide penciptaannya.

Dalam pendidikan seni di sekolah dasar, konsep pendidikan seni diarahkan pada

pembentukan sikap, sehingga terjadi keseimbangan intelektual dan sensibilitas, rasional dan

irasional, akal pikiran dan kepekaan emosi. Konsep ini mulai dikembangkan oleh Plato

dalam tesisnya Art should be The Basis of Education . Konsep ini menempatkan seni

sebagai materi, alat atau media dan metode yang digunakan dalam mencapai tujuan

pendidikan.

B. Pengertian Kreativitas

Semua orang tau akan pentingnya kreativitas bagi individu dan masyarakat. Di

masa lampau, orang yang kreatif ditemukan hanya jika mereka telah membuat suatu

produk yang orisinil. Padahal pengertian atau maksud dari kreativitas tidak hanya

terbatas seperti itu saja. Kreativitas aalah kemampuan sesorang untuk menghasilkan

komposisi, produk atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak

ada yang membuatnya. Ia dapat berupa kegiatan imajinatif atau sintesis pemikiran yang

hasilnya bukan hanya perangkuman, tetapi mencakup pembentukan pola baru dan

gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya dan pencangkokan

hubungan lama ke situasi baru dan mungkin mencakup pembentukan korelasi baru. Hasil

dari sebuah kreativitas dapat berupa produk seni, kesusastraan, produk ilmiah, atau

mungkin bersifat procedural atau metodologis.

Unsur karakteristik kreativitas, yaitu antara lain :

1. Kreativitas merupakan proses, bukan hasil.

2. Proses itu mempunyai tujuan yang mendatangkan keuntungan bagi orang itu

sendiri atau kelompok sosialnya.


3. Kreativitas mengarah pada penciptaan sesuatu yang baru, berbeda dan

karenanya unik bagi orang itu, baik berbentuk lisan atau tulisan, maupun konkret atau

abstrak.

4. Kreativitas muncul dari pemikiran divergen, lain halnya dengan konformitas atau

pemecahan masalah sehari-hari yang timbul dari pemikiran konvergen.

5. Kreativitas merupakan suatu cara berpikir yang tidak sama dengan kecerdasan,

yang mencakup kemampuan mental selain berpikir.

6. Kemampuan untuk mencipta bergantung pada pengetahuan yang diterima.

7. Kreativitas merupakan bentuk imajinasi yang dikendalikan yang menjurus kearah

beberapa bentuk prestasi.

Pada umumnya, kreativitas diartikan dengan daya atau kemampuan untuk

mencipta, tetapi sebenarnya kreativitas memiliki arti yang lebih yaitu meliputi :

1. Kelancaran menanggapi suatu masalah, ide atau materi.

2. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dalam setiap situasi.

3. Memiliki keaslian atau selalu dapat mengungkapkan sesuatu yang lain daripada

yang lain.

4. Mampu berpikir secara integral, bisa menghubungkan yang satu dengan yang lain

serta dapat membuat analisis yang tepat.

C. Kebutuhan akan Kreativitas

Ditinjau dari aspek kehidupan manapun, kebutuhan akan kreativitas sangatlah

terasa. misalnya saja pada jaman tekhnologi saat ini. Kita menghadapi macam-macam

tantangan baik dalam bidang ekonomi, kesehatan, politik maupun dalam bidang budaya

dan social. Peningkatan otomatisasi dalam perusahaan modern mempunyai dampak

berkurangnya tuntutan pemikiran yang konstruktif, pekerjaan pun menjadi lebih ringan

dan cepat selesai sehingga para pekerja memiliki banyak waktu luang. Namun, banyaknya

waktu luang ini tidak dimanfaatkan dengan baik untuk penyaluran energy ke usaha atau

ke kegiatan kreatif, yang biasanya dilakukan oleh sebagian besar orang adalah mereka

cenderung mengikuti hiburan secara pasif atau melakukan kegiatan kelompok yang
semuanya sudah ditentukan aturan mainnya. Bahkan dalam kehidupan pribadi dan keluarga

tampak kecenderungan kuat ke arah pensteroetipan (klise), seakan-akan perilaku orisinil

atau yang lain daripada yang lain dirasakan sebagai sesuatu yang aneh dan bahkan

berbahaya.

Kemajuan teknologi dan ledakan penduduk yang disertai dengan berkurangnya

persediaan sumber-sumber alami di lain pihak, lebih-lebih lagi menuntut setiap orang

untuk dapat beradaptasi dengan memiliki pemikiran dan kemampuan yang kreatif serta

pemecahan yang imajinatif. Kesadaran akan pentingnya kreativitas dewasa ini telah

dirasakan oleh sebagian besar orang. Bahkan banyak perusahaan dan bahkan departemen

pemerintahan membutuhkan orang-orang yang meiliki potensi kreatif, akan tetapi

kebutuhan ini belum cukup dapat dilayani.

D. Pembinaan Kreativitas melalui Pendidikan Seni di Sekolah Dasar

Anak usia SD merupakan masa keemasan berekspresi kreatif. Kadar kreativitas anak

masih sangat tinggi. anak dapat melakukan kegiatan berolah seni secara wajar dan

spontan, karena daya nalar anak belum sampai membatasi keleluasaan untuk berkarya

secara murni dan lugu. Ungkapan perasaan anak yang masih polos memungkinkan mereka

untuk berekspresi secara wajar dan penuh spontan sehingga proses tersebut memiliki

kebermaknaan bagi perkembangan mereka. Masa anak-anak merupakan awal

berkembangnya kreativitas. Kreativitas tampak di awal kehidupan anak dan tampil dalam

bentuk permainan. Seperti kita ketahui bahwa usia Sekolah Dasar adalah usia bermain,

kehidupan anak banyak dicurahkan untuk bermain. Bermain adalah mencoret, mencoreng,

berteriak, meloncat, bergerak dan lainnya. Kegiatan bermain yang disenangi anak ini

dapat diwujudkan dalam pendidikan seni baik itu seni rupa, tari maupun music. Kegiatan-

kegiatan inilah yang diarahkan kepada pengembangan kreativitas.

Dengan demikian, berekspresi seni secara kreatif pada anak dimanfaatkan untuk

membina dan mengembangkan kreativitas anak pada usia dini. Pendidikan merupakan

usaha dalam membantu anak mencapai kesuksesannya, demikian pula dengan pendidikan

seni. Karena itu, segala cabang dalam seni dapat digunakan sebagai media dalam bidang
pendidikan. Seni sebagai cara dan seni sebagai sarana. Seni sebagai sarana/media

pendidikan adalah konsep pendidikan seni yang sesuai bagi anak-anak sekolah dasar.

Sedangkan seni sebagai tujuan yang utama seringkali diselenggarakan di sekolah-sekolah

seni atau disanggar. Oleh sebab itu, untuk pendidikan seni di sekolah dasar, guru tidak

mengajarkan bagaimana untuk menggambar, bagaimana untuk menari dan bagimana untuk

menyanyi saja, tetapi juga harus mengarah kepada pembinaan dan pengembangan

kreativitas untuk mengangkat bakat dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing siswa.

Dalam pendidikan seni, anak dibebaskan untuk mengekspresikan apa yang ada dalam

jiwanya baik itu melalui gambar, kegiatan menyanyi ataupun gerakan-gerakan tari. Bebas

berekspresi membuat anak dapat mengembangangkan apa yang ada dalam dirinya,

kreativitas anak untuk menciptakan sesuatu juga semakin berkembang.

Pada usia SD, anak mengalami masa keingintahuan dan perkembangan kognitif,

afektif maupun psikomotor yang cepat. Perkembangan anak ini akan terhambat jika

mereka dibunuh rasa keingintahuan dan kreativitas mereka. Kreativitas anak pada masa

ini sangat beragam sesuai dengan tingkat kematangan dan perkembangan otak mereka.

Oleh karena itu, untuk menunjang perkembangan kreativitas anak agar tumbuh optimal,

pendidikan seni memegang peranan yang sangat penting yaitu sebagai sarana yang dapat

memfasilitasi anak dalam mengekspresikan pikiran dan jiwa mereka. Tentu dengan

bimbingan dan arahan dari guru, pendidikan seni sangat membantu dalam meningkatkan

dan mengoptimalisasikan perkembangan kreativitas anak.

PENUTUP

Konsep pendidikan seni di Sekolah Dasar diarahkan pada pembentukan sikap,

sehingga terjadi keseimbangan intelektual dan sensibilitas, rasional dan irasional, akal

pikiran dan kepekaan emosi. Karena pada masa usia Sekolah Dasar, perkembangan mental

dan fisik anak sedang dalam tahap maksimal sehingga untuk mengoptimalkan

kreativitasnya maka pendidikan seni merupakan salah satu cara yang tepat untuk

digunakan. Pada usia SD anak masih memiliki kejujuran dan kepolosan dalam berekspresi

dan mengembangkan kreativitasnya. Oleh karena itu, pendidikan seni baik seni rupa, seni

music, seni tari maupun drama seharusnya dapat menjadi wadah atau sarana bagi anak

untuk mengembangkan dan menuangkan kreativitasnya. Kebutuhan akan kreativitas bagi


anak tidak hanya bagi kehidupan seninya saja tetapi juga dalam kehidupannya sehari-hari,

kreativitas memiliki peranan yang sangat penting.

Kreativitas bukan hanya kemampuan untuk menciptakan tetapi lebih dari itu yaitu

meliputi kemampuan membaca situasi, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan,

kemampuan membuat analisis yang tepat, serta kemampuan untuk menciptakan sesuatu

yang baru yang lain dari pada yang lain. Maka dari itu, melalui pendidikan seni, anak

dapat melatih dan meningkatkan kreativitasnya melalui kegiatan-kegiatan seni yang sesuai

dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, tetapi kegiatan-kegiatan seni yang

dilakukan ini tetap menyenangkan bagi anak.

Daftar Pustaka

Herawati, Ida Siti. Iriaji. 1998. Pendidikan Seni Rupa. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan

Tinggi.

Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Diposkan oleh Shining Byoul di 05.26


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke
FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Serba Serbi Tugas Kuliah

Lampung Selatan (kla.co.id) Pendidikan seni di sekolah merupakan media pengembangan bakat seni, pengembangan berpikir dan
pengembangan kreatifitas bagi peserta didik. Oleh karena itu, pendidikan seni selayaknaya mendapatkan perhatian yang serius oleh
pemerintah. Sehingga, pendidikan seni di sekolah berjalan sesuai tujuan yang diharapkan. Demikian yang dikatakan Tuti Lestari, Guru
Seni Budaya SMAN 1 Kalianda (4/10).
Menurut Tuti Lestari pendidikan seni budaya memiliki peranan dalam pembentukan pribadi peserta didik yang harmonis dengan
memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai multi kecerdasan. Kesenian merupakan ungkapan perasaan
seseorang yang dituangkan kedalam kreasi dalam bentuk gerak, rupa, nada, syair, yang mengandung unsur-unsur keindahan dan
dapat mempengaruhi perasaan orang lain ujarnya.
Diterangkannya, secara umum tujuan pendidikan seni di sekolah adalah agar siswa
mendapatkan pengalaman dalam berkarya, pengalaman dalam menciptakan konsep karya, pengalaman
berestetika dan pengalaman untuk merasakan fungsi pendidikan seni bagi kehidupan. Pendidikan seni
yang diberikan melalui kurikulum pembelajaran di sekolah bertujuan untuk membentuk karakter peserta
didik menjadi manusia yang memiliki rasa seni dan pemahaman budaya. Tentunya, tujuan ini dicapai
melalui muatan atau kegiatan bahasa, seni dan budaya, keterampilan serta muatan lokal yang relevan.
(Rudi)
Banyak hal yang dapat diperoleh oleh siswa dengan belajar seni, yaitu sebagai
berikut : 1. Memberikan fasilitas yang sebesar-besarnya kepada siswa untuk mengemukakan
pendapatnya (ekspresi bebas). 2. Melatih imajinasi anak, ini merupakan konsekuensi logis
dalam kegiatan ekspresi supaya dalam berekpresi seorang anak mempunyai bayangan terlebih
dahulu yaitu dengan latihan imajinasi yang dapat berangkat dari pengamatan maupun hasil
rekapitulasi kejadian yang telah direkam oleh otak. 3. Memberikan pengalaman estetik dan
mampu memberi umpan balik penilaian (kritik dan saran) terhadap suatu karya seni sesuai
dengan mediumnya. 4. Pembinaan sensitivitas serta rasa pada umumnya, hasil yang diharapkan
adalah terbinanya visi artistik dan fiksi imajinatif. 5. Mampu memberikan pembinaan
ketermpilan yaitu dengan membina kemampuan praktek berkarya seni kerajinan. Hal ini
berguna untuk mempersiapkan kemampuan terampil dan praktis sebagai bekal hidup di
kemudian hari. 6. Mengembangkan kemampuan intelektual, imajinatif, ekspresi, kepekaan
kreatif, keterampilan, dan mengapresiasi terhadap hasil karya seni dan keterampilan dari
berbagai wilayah Nusantara dan mancanegara. 7. Siswa memiliki pengetahuan, pengalaman dan
kemauan keras berkarya dan berolah seni, serta kepekaan artistik sebagai dasar berekspresi pada
budaya bangsa. Tujuan tersebut pada dasarnya adalah menyiapkan anak untuk berpengetahuan,
bercakapan dan berkemampuan dalam tingkat dasar agar kelak mampu melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. 8. Menumbuhkembangkan sikap profesional, kooperatif, toleransi,
dan kepemimpinan. 9. Seni sebagai alat pendidikan. Dalam pendidikan seni bukan semata-mat
bertujuan untuk mendidik anak menkjadi seniman melainkan membina anak-anak untuk
menjadi kreatif. Seni merupakan aktifitas permainan, dan melalui permainan kita dapat
mendidik anak dan membina kreatifitasnya sedini mungkin
1. Seni sebagai bahasa visual Anak usia SD dalam kehidupannya sangat dekat
dengan berkarya seni dan hanpir bisa dikatakn bahwa perilaku anak dekat
dengan kegiatan kesenian atau dapat dikatakan tiada hari tanpa seni.
2. 2. Seni membantu pertumbuhan mental Ternyata contoh di atas merupakan
perkembangan simbol rupa yang terjadi pada saat anak ingin menyatakan
bentuk yang difikirkan, dirasa, atau dibayangkan
Hasilnya terdapat anak yang penalarannya dan perasaannya kuat. Biasanya tipe
anak yang kuat penalarannya cenderung menggambar dengan nuansa garis lebih dominan.
Maka figur atau obyek lukisan ditampilkan lebih realistik. Sedangkan anak bertipe perasaan
(emosional) ditunjukkan dalam gambar berupa blok-blok warna kuat dimana terdapat satu figur
yang diberi warna lebih menyolok dari pada yang lain

Anda mungkin juga menyukai