RANCANGAN PENELITIAN
Oleh :
Dona Wanda Putri
NPM 2086206003
KATA PENGANTAR
Aladin dan Lampu Ajaib Sebagai Alternatif Bahan Ajar di Sekolah Dasar”.
Penulisan proposal ini memerlukan kesabaran, kerja keras yang sangat tinggi dan
pantang menyerah. Rasanya tidak mungkin dilalui tanpa motivasi, dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Disadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
proposal ini. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
sifatnya membangun agar proposal ini menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
1
I. PENDAHULUAN
potensi peserta didik menjadi manusia yang lebih baik. Contohnya: Beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
mutu yang dimiliki oleh manusia. Selain itu, merubah sikap individu menjadi
lebih baik terutama dibidang akhlak dan budi pekerti. Ahlak dan budi pekerti
seseorang. Ahlak merujuk pada seperangkat norma moral dan prinsip etika yang
mengarahkan perilaku serta tindakan individu, contoh dari ahlak yaitu: Kejujuran,
dan sikap yang mencerminkan sifat-sifat baik serta tindakan yang positif.
sama.
2
luhur”.
fitnah. Nabi Muhammad terus menunjukkan teladan hidup yang positif kepada
kesulitan dan tantangan, beliau tetap bersikap sabar, jujur, berani, penuh kasih
sayang, dan selalu menunjukkan kemurahan hati. Umat Islam dapat mengambil
pelajaran dari contoh hidup Rasulullah dan menyerap nilai-nilai kebaikan yang
akhlak adalah pendidikan yang sangat penting. Penguatan akidah adalah dasar.
bersabda, “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik
akhlaknya” dan “Orang yang paling baik Islamnya adalah yang paling baik
akhlaknya.” Dengan kata lain, hanya akhlak mulia yang dipenuhi dengan sifat
kasih sayang sajalah yang bisa menjadi bukti kekuatan akidah dan kebaikan
ibadah. Jadi dapat disimpulkan bahwa mempelajari ahlak dan budi pekerti tidak
kepribadian anak-anak agar mereka dapat tumbuh menjadi individu yang memiliki
etika, tanggung jawab, dan kapasitas untuk memberikan dampak positif dalam
masyarakat. Ini dapat dianggap sebagai investasi yang amat berharga untuk masa
depan anak-anak dan lingkungan di sekitarnya. Untuk itu perlunya seorang guru
mendidik peserta didiknya agar memiliki ahlak dan budi pekerti yang baik.
spiritual dalam kehidupan siswa. Dalam era globalisasi ini, pendidikan di tingkat
dasar memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter dan nilai-
proses pembentukan moralitas dan etika dalam diri seseorang untuk menjadi
(moral knowing), sikap moral (moral feeling), dan perilaku moral (moral
behavior). Dari ketiga komponen ini, dapat disimpulkan bahwa karakter yang
kemanusiaan yang dianggap baik secara objektif, bukan hanya bermanfaat bagi
sadar, bukan sebagai peristiwa yang terjadi secara kebetulan. Lebih jauh lagi,
maupun kebaikan. Salah satu aspek penting dalam pendidikan adalah pengenalan
pada usia sekolah dasar yaitu usia 6—12 tahun jauh dari nilai-nilai religius yang
seharusnya dianut dan dikerjakan sebagai pedoman hidup, terutama pada anak
kelas tinggi yaitu terdapat pada kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar. Nilai religius
tersebut bisa saja datang dari teman-teman sekelas, tetangga, serta media dan
tidak memberikan perhatian yang cukup terhadap nilai-nilai religius, anak akan
cenderung meniru kebiasaan baru yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Salah
satu tanda bahwa nilai religius makin hilang pada anak usia sekolah dasar
Pertama, Pencurian, terdapat beberapa siswa yang melapor kepada guru kelasnya
karena merasa kehilangan barang pribadi miliknya, seperti pensil, penghapus, atau
5
uang saku. Prilaku dari mencuri ini bertentangan dengan nilai-nilai kejujuran dan
dilarang oleh agama agama. Kedua, penggunaan bahasa kasar atau Bullying
kekurangan fisik temannya dan berbicara kotor. Prilaku ini bertentangan dengan
ujian. Hal ini yang dapat dianggap sebagai tindakan tidak jujur dan melanggar
sekolah, seperti bolos sekolah, tidak patuh terhadap tata tertib, hal ini dianggap
guru, tidak mendengarkan perintah guru dan berbicara yang tidak sopan terhadap
guru.
masyarakat agar hidup sesuai dengan ketentuan sang pencipta akan menghilang.
Siswa sekolah dasar perlu diberikan kesadaran akan pentingnya nilai religius
dalam kehidupan. Apabila nilai religius tidak benar-benar diterapkan maka semua
akan terlepas dari aturan-aturan yang sesuai dengan norma agama. Siswa sekolah
dasar perlu dibina sebaik mungkin agar terbentuk pola pikir yang sejalan dengan
ajaran agama islam. Sebagai penerus bangsa dan agama, siswa harus memiliki
kepribadian yang baik dan kesadaran beragama yang tinggi. Untuk mewujudkan
6
Dongeng adalah salah satu alat yang efektif untuk mengajarkan nilai-nilai
Salah satu dongeng yang cocok untuk dijadikan sebagai bahan ajar di sekolah
dasar adalah kisah Aladin dan Lampu Ajaib. Dongeng ini mengisahkan tentang
perbuatan seseorang. Dongeng ini dapat dijadikan alternatif bahan ajar di sekolah
hari.
sebagai bahan ajar memiliki beberapa kelebihan. Pertama, dongeng Aladin dan
menjadi lebih menyenangkan. Kedua, analisis nilai religius dalam dongeng Aladin
dan Lampu Ajaib dapat memberikan pemahaman yang lebih tentang nilai religius
berpikir kritis dan reflektif pada siswa, karena mereka diajak untuk
Penelitian ini akan mengidentifikasi kriteria yang relevan untuk bahan ajar
di sekolah dasar berdasarkan cerita Aladin dan Lampu Ajaib seperti relevansi
agama dimana bahan ajar harus secara jelas menyampaikan pesan nilai-nilai
dan menarik) dirancang agar mudah dipahami oleh siswa sekolah dasar, dengan
bahasa yang sesuai tingkat perkembangan mereka. Selain itu kriteria bahan ajar
sekolah dasar harus relevan dengan budaya dan konteks sosial siswa (relevansi
budaya), sehingga pesan-pesan dalam cerita dapat diterima dengan baik. Aspek
seperti diskusi kelas, permainan peran, atau kegiatan proyek. Penelitian ini akan
mengkajii cerita Aladin dan Lampu Ajaib sebagai bahan ajar, dengan tujuan untuk
Analisis Cerita Fabel Si Kancil Yang Cerdik Sebagai Bahan Ajar untuk Senam
Fantasi di Sekolah Dasar Penelitian ini melakukan analisis konten dari Buku
Cerita Fabel Si Kancil Yang Cerdik Karya Gibran Ar-Rosyid. Penelitian ini
menganalisis 23 cerita dalam buku tersebut dan menggunakan teori unsur gerak
manipulatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa buku cerita fabel si kancil yang
cerdas yaitu cerita dapat mudah dipahami dan tidak ada kata atau kalimat yang
8
multi tafsir. Hal ini dapat menjadi acuan bagi para guru khususnya guru Sekolah
Dasar untuk menjadikan buku cerita Fabel Si Kancil yang Cerdik sebagai bahan
penelitian Analisis Nilai Religius dan Nilai Sosial Dalam Dongeng Berbahasa
Jawa Timun Emas Lan Buto Ijo dan Misteri Keyong Emas Sebagai Materi Ajar
Penelitian memfokuskan untuk mendiskripsikan nilai religius dan nilai sosial yang
terkandung dalam dongeng berbahasa Jawa Timun Emas lan Buto Ijo dan Misteri
Keyong Emas dalam pembelajaran bahasa Jawa sebagai materi ajar dan media
Data dalam penelitian ini adalah hasil analisis nilai religius dan sosial dari
dongeng berbahasa Jawa Timun Emas lan Buto Ijo dan Misteri Keyong Emas,
serta hasil dari wawancara dengan berbagai informan (guru, siswa kelas XI, dan
pakar sastra). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
sosial dari dongeng berbahasa Jawa Timun Emas lan Buto Ijo dan Misteri Keyong
pendidikan karakter siswa SMA. Wujud dari nilai religius dongeng berbahasa
Jawa Timun Emas lan Buto Ijo yakni dengan memanjatkan doa, mendirikan solat,
peduli dengan sesama, saling menghargai dan menghormati. Wujud nilai religius
9
dongeng berbahasa Jawa Misteri Keyong Emas yakni melaksanakan ibadah solat,
memanjatkan doa, belajar ilmu agama, tolong menolong, peduli dan menghormati
dongeng dan cerita-cerita rakyat dan pentingnya mempelajari nilai religius dalam
tentang potensi Aladin dan Lampu Ajaib sebagai bahan ajar di sekolah dasar
dengan fokus pada aspek religius. Penelitian ini akan berfokus pada nilai-nilai
religius yang terkandung dalam cerita Aladin dan Lampu Ajaib, serta bagaimana
bahan ajar ini dapat digunakan secara efektif dalam konteks pendidikan agama di
sekolah dasar.
rakyat dalam pendidikan agama dan moral. Penelitian ini telah menemukan bahwa
nilai-nilai keagamaan dan moral kepada siswa. Belum ada penelitian yang secara
khusus mengkaji cerita Aladin dan Lampu Ajaib dalam konteks pendidikan.
terdahulu yang mengkaji penggunaan cerita-cerita rakyat dalam nilai religius. Hal
ini akan membantu menentukan apakah cerita Aladin dan Lampu Ajaib memiliki
karakteristik yang unik dan relevan dalam konteks pendidikan agama di sekolah
dasar, serta apakah dapat memberikan kontribusi yang lebih baik dalam
telah dipelajari sebelumnya. Selain itu penelitian ini bisa memberikan wawasan
yang berharga tentang bagaimana dongeng seperti Aladin dan Lampu Ajaib dapat
dan Lampu Ajaib, kita dapat menciptakan alternatif bahan ajar yang efektif dalam
yang berbasis pada dongeng dapat membantu membentuk karakter yang baik pada
anak-anak, dan dapat memberikan dasar yang kuat untuk pemahaman mereka
tentang etika dalam kehidupan sehari-hari. Semua ini akan berkontribusi pada
pembentukan individu yang lebih baik dan masyarakat yang lebih beretika.
Berdasarkan latar belakang di atas, fokus penelitian ini adalah nilai religius
dalam dongeng Aladin dan Lampu Ajaib sebagai alternatif bahan ajar di sekolah
dasar.
yaitu nilai-nilai religius apakah yang terdapat dalam dongeng Aladin dan Lampu
menjelaskan nilai religius dalam dongeng Aladin dan Lampu Ajaib sebagai
Kegunaan hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru,
a. Bagi Siswa
b. Bagi Guru
c. Bagi Sekolah
bersikap dan bertindak tentang baik dan buruk. Susilo (2013) mengatakan bahwa
nilai adalah sesuatu yang dapat memberi seseorang tujuan, dan arti dalam hidup
dikutip oleh Susilo (2013) mengatakan bahwa nilai adalah dasar yang digunakan
disimpulkan bahwa nilai adalah segala sesuatu yang dianggap baik (positif) dan
terhadap sesuatu yang dapat menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang.
seseorang, dengan batasan, ketetapan, dan aturan. Orang harus selalu berpedoman
pada hukum yang mengikutinya, yang merupakan agama yang mereka anut.
Agama selalu digunakan untuk mengatur masalah hidup dan nilai-nilai religius
antara Tuhan dan manusia. Agama selalu terkait dengan hubungan antara manusia
dan Tuhan. Agama memberi manusia pedoman untuk menjaga isi bumi dan
kenyataan yang ada di lingkungan. Karya sastra juga berasal dari khayalan,
renungan, dan ide. Menurut Ratnaningsih (2021) “Karya sastra merupakan bentuk
karya manusia yang memiliki nilai keindahan dan terlahir dari pikiran kreatif dan
Nurgiyantoro (2015) bahwa munculnya suatu karya sastra didasari dengan unsur
religius atau yang biasa disebut dengan keagamaan. Hal ini memiliki korelasi erat
dengan nilai yang terdapat dalam keagamaan serta dapat berarti hal yang sama,
tetapi berbeda makna. Agama adalah ketentuan yang wajib, sedangkan religius
seseorang terhadap agama yang dianutnya melalui tindakan dan sikap. Hal
tersebut dapat ditunjukan melalui prilaku rukun dan damai di dalam masyarakat,
serta adanya sikap toleransi antar sesama. Menurut Ali yang dikutip Maulidiah
(2018) religius merupakan nilai yang memiliki makna sama dengan kepatuhan
hubungan manusia dengan manusia lain, dan hubungan manusia dengan alam
sekitar.
Nilai religius terdiri dari empat kategori, menurut Ali yang dikutip
dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan orang lain, dan hubungan
Beribadah dan memenuhi kewajiban umat Islam adalah dua cara seseorang
Ali (2018) orang yang beragama harus memikul tanggung jawab, yang dapat
a) Beriman kepada Allah SWT. hal ini dapat dilakukan dengan cara meyakini
segala bentuk ajaran yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. sebagai
pedoman hidup.
kepadanya, seperti salat lima waktu setiap hari, membayar zakat, berpuasa,
c) Selalu bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang diberikan Allah
SWT.
d) Bersabar dengan tabah dan tidak putus asa saat menghadapi cobaan.
Menurut Maulidiah (2018) Salah satu bentuk nilai religius adalah bahwa
manusia dapat menjaga kehormatan mereka sebagai makhluk ciptaan Allah SWT,
dan mereka juga dapat menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT.
termasuk sifat-sifat seperti pemaaf, berani, adil, sabar, ikhlas, tidak dendam, dan
jujur.
Susilawati (2017) manusia harus memiliki hubungan yang baik karena mereka
membutuhkan satu sama lain saat berinteraksi. Menjadi makhluk sosial, manusia
dalam individu yang lain dalam sebuah masyarakat. Dalam ituasi ini masyarakat
harmonis dan sejahtera dengan mengikuti norma-norma yang ada adalah cara
manusia dengan manusia terdiri dari lima hal, menurut Ali yang dikutip Maulidiah
16
janji, lapang dada, menegakkan keadilan, dan berlaku seadil-adilnya terhadap diri
Manusia tidak dapat terlepas dengan alam untuk dapat bertahan hidup.
Menurut Safitri (2021) "Hubungan atara manusia dengan alam merupakan salah
satu nilai religius". Ali (2018) menyatakan bahwa fungsi hubungan manusia
dengan alam sekitar adalah melindungi semua ciptaan Allah yang ada di bumi,
dan peran manusia juga dapat membantu menjaga kelestarian alam. Manusia
hidup, tumbuh, dan berkembang dalam lingkungan alam dan budayanya. Dalam
lingkungan alamnya manusia hidup dalam sebuah ekosistem yaitu, satuan unit
lingkungan hidup oleh manusia akan berpengaruh baik secara positif ataupun
mendapatkan keuntungan dari perubahan tersebut, dan pengaruh tidak baik karena
alam, yaitu memelihara, menyayangi, memanfaatkan dengan baik segala isi alam
mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika perbuatan yang haus dihindari,
dan hal yang harus dikerjakan sehingga terciptanya suatu tatanan hubungan
17
manusia dalam masyarakat yang dianggap baik, serasi dan bermanfaat bagi diri
Bahan ajar adalah elemen esensial dalam dunia pendidikan yang memiliki
peran kunci dalam proses pembelajaran. Bahan ajar merupakan salah satu faktor
dapat berupa buku teks, materi digital, presentasi, aktivitas praktis, perangkat
lunak pembelajaran, dan banyak lagi. Di seluruh dunia, peran bahan ajar dalam
bahan ajar adalah sumber pengetahuan yang membantu siswa memahami konsep
dan fakta yang berkaitan dengan subjek tertentu. Bahan ajar ini dapat disusun
dengan cara yang sistematis dan terstruktur untuk memandu siswa melalui materi
pelajaran dengan lebih efisien. Kedua, bahan ajar juga dapat menjadi alat yang
menarik dan relevan bagi siswa. Dengan pendekatan kreatif dan interaktif, bahan
ajar dapat memotivasi siswa untuk belajar, membangkitkan minat mereka, dan
ditetapkan atau indikator keberhasilan belajar. Belajar akan berhasil jika siswa
secara aktif melakukan sendiri proses belajar melalui interaksi dengan berbagai
sumber belajar. Pembelajaran itu sendiri merupakan suatu sistem yang membantu
individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan. Menurut
1. Sebagai pedoman guru yang akan menuntun seluruh kegiatan pada proses
peserta didik.
3. Sebagai alat evaluasi perolehan hasil belajar. Bahan ajar dapat membantu
Menurut Rahmanto yang dikutip oelh Rozak (2020) untuk menentukan bahan
ajar, perlu diperhatikan aspek bahasa, psikologi, dan latar belakang budaya siswa.
1. Aspek Bahasa
pada setiap siswa. Agar proses mengajar menjadi efektif sebaiknya guru
bahasa siswanya. Dalam segi dongeng yang akan digunakan, seorang guru
pengarang. Oleh karena itu, agar pembelajaran peserta didik dapat berhasil
2. Aspek Psikologis
didiknya.
a. Tahap pengkhayalan (8—9 tahun) pada tahap ini imajinasi anak masih
nyata. Pandangan anak pada tahap ini tentang dunia masih sederhana.
sendirinya.
c. Tahap realistic (13—16 tahun) pada tahap ini anak sangat berminat
pada realita atau apa yang benar-benar terjadi. Mereka terus berusaha
d. Tahap generalisasi (16 tahun seterusnya) pada tahap ini anak sudah
tidak hanya berminat pada hal-hal yang praktis saja, tetapi juga
tahapan psikologis anak pada umumnya dalam suatau kelas. Usia sekolah
karya sastra yang secara psikologis dapat menarik minat sebagian besar
mereka tertarik membacanya. Oleh karena itu, ketika bahan ajar sastra
siswa. Bahan ajar sastra yang sesuai dengan latar belakang budaya siswa
manusia, seperti geografi, sejarah, olahraga dan moral. Peserta didik akan
mudah tertarik pada karya sastra dengan latar belakang kehidupan mereka,
terutama jika karya sastra tersebut dihadirkan oleh tokoh yang mereka
sastra sesuai dengan latar belakang budaya siswa yang mengacu pada ciri
sosial, stratifikasi sosial, norma, tradisi, etos kerja, lembaga hukum, seni,
dan sebagainya.
Bahan ajar sastra akan mudah diterima oleh siswa jika dipilih karya sastra
yang memiliki latar cerita yang dekat dengan dunianya. Dongeng Aladin dan
22
sekolah dasar. Melalui penelitian ini akan ditentukan layak atau tidaknya dongeng
Berikut penjelasannya.
1. Relevansi, Bahan ajar dianggap relevan jika isi materi dan aktivitas
kehidupan nyata.
sulit atau rumit materi pembelajaran. Materi yang disajikan harus sesuai
dan memiliki dasar teoritis yang kuat. Informasi yang disajikan harus
5. ke-up to date-an, Kriteria ini mengacu pada sejauh mana bahan ajar
Materi yang terkini dapat membantu siswa memahami isu-isu terkini dan
relevan dalam bidang studi mereka. Hal ini juga memastikan bahwa bahan
bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru
dan siswa dalam proses pembelajaran. Bahan ajar merupakan segala bentuk yang
kelas. Dengan adanya bahan ajar, guru akan lebih runtun dalam mengajarkan
materi kepada siswa dan tercapai semua kompetensi yang telah ditentukan
mata pelajaran, standar kompetensi, dan kompetensi dasar ditentukan. Bahan ajar
atau materi pembelajaran perlu dipilih dengan tepat sesuai dengan kompetensi
dasar. Bahan ajar adalah sumber belajar yang digunakan dalam proses belajar
mengajar untuk mendapat suatu informasi berupa lisan maupun tulisan dari
seseorang guru kepada siswanya dengan berbagai bentuk bahan ajar. Bentuk-
bentuk bahan ajar harus dimanfaatkan dalam proses pembelajaran yang terjadi
antara guru dengan siswa, misalnya buku. Buku berisi bacaan disertai gambar
yang dapat membuat siswa tidak merasa bosan ketika sedang membacanya.
Contoh buku bacaan yang baik untuk siswa sekolah dasar adalah dongeng.
menciptakan peserta didik yang kreatif, mandiri, dan bermartabat. Serta untuk
menanamkan karakter yang baik bagi siswa sekolah dasar yang berahlak mulia.
(Fatimah, Salis, & Ruhly, 2021) Pendidikan yang tidak berdasarkan dengan
perkembangan nilai, hal itu tentunya akan mengakibatkan rusaknya karakter yang
25
baik bagi siswa. Untuk itu dalam pendidikan harus ditanamkan nilai-nilai yang
positif salah satunya nilai religius. Adanya nilai tersebut, akan memberikan
pengetahuan yang baik dan dapat mengurangi hal-hal buruk yang dilakukan oleh
siswa.
spiritual, emosional dan spiritual siswa sekolah dasar agar terhindar dari perilaku
yang berkesinambung terkait materi ajar dalam kurikulum. oleh karena itu,
religius terhadap siswa sekolah dasar. Dengan adanya penguatan kulikulum maka
terciptalah karakter dan nilai religius terhadap diri siswa (Efendi, 2019). Dengan
membentuk karakter siswa SD. Oleh karena itu, untuk mencapai pembelajaran
Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator, yang merupakan bagian integral dari
cerita.
mata pelajaran yaitu Agama Islam, melainkan juga pada setiap mata pelajaran
baik ilmu yang berkenaan dengan alam, sosial maupun berkaitan dengan angka-
angka. Karena pada hakikatnya ilmu tidak bisa terlepas dari aspek ketuhanan
sebagai sumber ilmu itu sendiri. Semua mata pelajaran harus memiliki tujuan
dalam pembelajaran. Selain itu, nilai-nilai religius dapat menjadikan peserta didik
demikian, nilai religius selain berkaitan dengan pembelajaran agama juga dapat
atas beberapa bagian, yaitu tujuan, materi, metode, media, dan evaluasi. Strategi
pembelajaran yang harus diperhatikan oleh seorang guru adalah silabus dan RPP
(Rahayu, 2021). Silabus dan RPP adalah dua elemen yang berhubungan. Silabus
kompetensi dan tujuan pembelajaran, materi dan objek pembelajaran, metode dan
emosional anak serta dapat membantu siswa dalam belajar tentang diri sendiri,
Menurut Waluyo (2013) kurikulum 2013 bertujuan agar siswa dapat mempelajari
kompetensi inti (KI) dan memiliki sikap serta perilaku yang baik untuk
yang diharapkan. Miarso yang dikutip oleh Nasution (2017) mengatakan dalam
proses pendidikan tentunya terdapat beberapa strategi yang digunakan oleh guru
hendaknya diperhatikan konsep yang menitikberatkan pada guru dan siswa dalam
kepada siswa. 2) penentuan sikap praktis, guru menyiapkan dongeng yang akan
tersebut dengan cara memahami dan membaca secara utuh dan keseluruhan. 3)
29
menyampaikan materi yang berkaitan dengan dongeng yang akan dibaca siswa. 4)
penyajian, guru memberikan pertanyaan terkait dengan nilai religius apakah yang
guru dan siswa melakukan sistem tanya jawab terkait dongeng yang sedang
memberikan penguatan terkait materi yang telah dibahas bersama agar siswa lebih
pembelajaran yang sebenarnya. Ujian atau tes hanyalah salah satu cara yang dapat
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat 1 yang
penilaian hasil belajar tentunya sama dengan tujuan penilaian pembelajaran dan
30
yang menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran. Oleh karena
itu, sangat penting untuk benar-benar mengetahui tujuan evaluasi, sehingga apa
yang ingin dicapai dalam proses evaluasi dapat terjadi. Terlepas dari berbagai
tujuan di atas, pentingnya evaluasi dalam pembelajaran dapat dilihat dari fungsi
menilai seberapa jauh dan bagaimana pembelajaran telah maju untuk membuat
digunakan secara bergantian. Meskipun sangat mirip, hal ini tidak sepenuhnya
menangkap inti dari evaluasi pembelajaran yang sebenarnya. Tes dan ujian
hanyalah salah satu metode yang tersedia untuk menyelesaikan proses evaluasi.
siswa ada beberapa tes yang harus dilakukan, yaitu sebagai berikut.
pertanyaan yang diajukan pada tes ini adalah cukup mudah. Pertanyaan
b. Tes konsep, adalah tes dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Siswa
sastra.
d. Tes apresiasi, merupakan suatu bentuk penilaian yang paling sulit. Siswa
karya sastra.
signifikan, yaitu:
untuk menyajikan rincian objek penelitian secara sistematis, akurat dan realistis.
Lebih jauh lagi, interpretasi data menjadi aspek kunci dari penelitian kualitatif ini.
Penerapan metode ini sesuai dengan tujuan penelitian untuk mendeskripsikan nilai
religius dalam dongeng Aladdin dan lampu Ajaib sebagai bahan ajar alternatif di
sekolah dasar.
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari Dongeng Aladin dan Lampu
Ajaib. Dongeng ini diterbitkan oleh PT. Bhuana Ilmu Populer (Kelompok
Gramedia). Dongeng tersebut terdiri dari 52 halaman dan ber-ISBN 10: 979-074-
384-X. Sampul depan bertuliskan Dongeng Animasi 3D Aladin dan Lampu Ajaib
dengan tulisan berwarna hitam. Sampul buku berwarna biru dan putih dengan
gambar Aladin dan wanita cantik yang sedang malayang menaiki Jin.
untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati secara spesifik”
34
tetapi terdapat instrumen yang belum baku bahkan belum ada. Dalam penelitian,
peneliti sendiri yang berperan sebagai perencana, pengumpul data, penafsir data,
dan pelapor hasil penelitian. Penelitian ini digunakan instrumen kartu data sebagai
tempat untuk mencatat berbagai data yang berkaitan dengan nilai religius dalam
dongeng Aladin dan Lampu Ajaib sebagai alternatif bahan ajar di sekolah dasar.
dengan pencatatan data-data yang berkaitan dengan nilai religius dalam dongeng
Aladin dan Lampu Ajaib sebagai alternatif bahan ajar di sekolah dasar. Adapun
sebagai berikut.
1. Hal-hal yang berkaitan dengan nilai religius dalam dongeng Aladin dan
Lampu Ajaib sebagai alternatif bahan ajar di sekolah dasar akan ditandai
2. Nilai religius dalam dongeng Aladin dan Lampu Ajaib sebagai alternatif
bahan ajar di sekolah dasar kemudian diserahkan dan diuji keabsahan data.
berpedoman dengan nilai religius dalam dongeng Aladin dan Lampu Ajaib
35
sebagai alternatif bahan ajar di sekolah dasar yang telah disampaikan pada BAB
Aladin dan Lampu Ajaib sebagai alternatif bahan ajar di sekolah dasar teknik
Teknik analisis data yang berkaitan dengan nilai religius dalam dongeng Aladin
dan Lampu Ajaib sebagai alternatif bahan ajar di sekolah dasar dapat mencakup
berikut.
dengan Tuhan berupa tobat dalam dongeng Aladin dan Lampu Ajaib
sekolah dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Ani, Cahyadi. “Pengembangan Media Dan Sumber Belajar: Teori Dan Prosedur.”
Laksita Indonesia, 2019.
Astuti, Sri Susi Wiji, Sarjono Sarjono, and Ahmad Hariyadi. “Penerapan Model
Pemebelajaran Grup Ivestigation Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil
Belajar IPS Siswa Kelas VII SMPN 1 Senori Tahun Pelajaran 2019/2020.”
Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal 7, no. 1 (2021): 37–42.
https://jurnal.ilmu.pendidikan nonformal.ac.id.
Fatimah, Sri Retno., Salis, M Abduh., & M. Ruhly Kesuma Dinata. Pembelajaran
Online Masa Covid-19 di Perguruan Tinggi (Studi UMKO). Jurnal Legalita.
no. 3 (2021): 110–130. https://jurnal.legalita.umko.ac.id.
38
Maulidiah, Rina Hayati. “Analisis Nilai Religius Pada Novel Wedding Agreement
Karya Eria Chuzaimiah.” Jurnal Komunitas Bahasa 6, no. 1 (2018): 62–69.
https://jurnal.komunitas.bahasa.ac.id
Ningrum, Reza. “Analisis Cerita Fabel Si Kancil Yang Cerdik Sebagai Bahan
Ajar Senam Fantasi Sekolah Dasar.” Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah
Dasar 8, No. 4 (2021): 1–10. https://jurnal.ilmiah.pendidikan.guru.ac.id.
Parmini, Ni Kadek, I Nengah Suandi, Ida Bagus Sutresna, and M Si. “Analisis
Nilai-Nilai Pendidikan Pada Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirarta.”
Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Undiksha 2, no. 1 (2014).
https://jurnal.bahasa dan sastra Indonesia.ac.id.
Safitri, Vivian Nur, and Candra Rahma Wijaya Putra. “Nilai Religius Dalam
Novel Titip Rindu Ke Tanah Suci Karya Aguk Irawan: Kajian Sosiologi
Sastra.” Alinea: Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Pengajaran 10, no. 1 (2021):
25–36. https://jurnal.bahasa, sastra, dan pengajaran.ac.id.
Sriwagesang, Teri. “Analisis Nilai Religius Dan Nilai Sosial Dalam Dongeng
Berbahasa Jawa Timun Emas Lan Buto Ijo Dan Misteri Keyong Emas
Sebagai Materi Ajar Dan Media Pembelajaran Dalam Peningkatan
Pendidikan Karakter Siswa SMA.” Jurnal Universitas Sebelas Maret 7
(2018).