Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Dasar- dasar Pembentukan Karakter Peserta Didik dalam Konsep


Pendidikan Islam”

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Ilmu Pendidikan Islam II”

Dosen Pengampu:

Dr. Muslimah., M.Pd. I

Disusun oleh kelompok 13:

SITI NURAINI (19.11.2536)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


SEMESTER III B

YAYASAN PENDIDIKAN DAN AMAL SOSIAL AN-NADWAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AN-NADWAH
KUALA TUNGKAL
2020

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam II.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Dasar- dasar Pembentukan Karakter
Peserta Didik dalam Konsep Pendidikan Islam.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Kami ucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang terlibat dalam makalah ini yang tidak bisa Kami sebutkan satu
persatu.
Oleh sebab itu, Kami berharap kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Kuala Tungkal, Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan ..........................................................................................................2
D.Manfaat .........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian pendidikan karakter .................................................................3


B. Pandangan Islam terhadap manusia...........................................................4
C. Iman dalam qalbu sebagai pengendalian karakter manusia.......................6
D. Pembentukan karakter peserta didik dalam pandangan islam....................7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan karakter menjadi isu penting dalam dunia pendidikan


akhir-akhir ini, hal ini berkaitan dengan fenomena dekadensi moral
yang terjadi ditengah – tengah masyarakat maupun dilingkungan pemerintah
yang semakin meningkat dan beragam. Kriminalitas, ketidak adilan,
korupsi, kekerasan pada anak, pelangggaran HAM, menjadi bukti
bahwa telah terjadi krisis jati diri dan karakteristik pada bangsa Indonesia.
Pendidikan karakter menjadi sebuah jawaban yang tepat atas
permasalahan-permasalahan yang telah disebut di atas dan sekolah sebagai
penyelenggara pendidikan diharapkan dapat menjadi tempat yang mampu
mewujudkan misi dari pendidikan karakter tersebut.
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam melaksanakan
pendidikan karakter disekolah adalah mengoptimalkan pembelajaran materi
pendidikan agama Islam (PAI). Peran pendidikan agama khususnya pendidikan
agama Islam sangatlah strategis dalam mewujudkan pembentukan karakter
siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan
dalam aspek keagamaan (aspek kognitif), sebagai sarana transformasi norma
serta nilai moral untuk membentuk sikap (aspek afektif), yang berperan
dalam mengendalikan prilaku (aspek psikomotorik) sehingga tercipta
kepribadian manusia seutuhnya.
Pendidikan Agama Islam diharapkan mampu menghasilkan manusia
yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan berakhlak mulia,
akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan
dari pendidikan. 1

Permendiknas No 22 Tahun 2006, Tentang Standar Isi Untuk Satuan


1

Pendidikan Tingkat Dasar Dan Menengah, hlm. 2


1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendidikan karakter ?
2. Bagaimana pandangan Islam terhadap manusia ?
3. Bagaimana iman dalam qalbu sebagai pengendalian karakter manusia ?
4. Bagaimana pembentukan karakter peserta didik dalam pandangan islam ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian pendidikan karakter
2. Mahasiswa dapat mengetahui pandangan Islam terhadap manusia
3. Mahasiswa dapat mengetahui iman dalam qalbu sebagai pengendalian
karakter manusia
4. Mahasiswa dapat mengetahui pembentukan karakter peserta didik dalam
pandangan islam
D. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman
kepada kami khususnya , dan umumnya kepada kita semua pembaca, tentang
mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam II

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertan Pendidikan Karakter

Pengertian karakter secara etimologis, kata karakter berasal dari bahasa


Latin kharakter atau bahasa Yunani kharassein yang berarti memberi tanda (to
mark), atau bahasa Prancis carakter, yang berarti membuat tajam atau membuat
dalam.2 Dalam bahasa Inggris character, memiliki arti: watak, karakter, sifat, dan
peran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai tabiat,
watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dari pada yang lain.

Secara terminologis, para ahli mendefinisikan karakter dengan redaksi


yang berbeda-beda. Endang Sumantri menyatakan, karakter ialah suatu kualitas
positif yang dimiliki seseorang sehingga membuatnya menarik dan atraktif;
seseorang yang unusual atau memiliki kepribadian eksentrik.” Doni Koesoema
memahami karakter sama dengan kepribadian, yaitu ciri atau karakteristik, atau
gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan
yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil.”3

Ki Hadjar Dewantara memandang karakter itu sebagai watak atau budi


pekerti. Dengan adanya budi pekerti, manusia akan menjadi pribadi yang merdeka
sekaligus berkepribadian, dan dapat mengendalikan diri sendiri. Pendidikan
dikatakan optimal, jika tabiat luhur lebih menonjol dalam diri anak didik
ketimbang tabiat jahat. Manusia berkarakter tersebut sebagai sosok yang beradab,
sosok yang menjadi ancangan sejati Pendidikan. Oleh karena itu, keberhasilan
Pendidikan yang sejati ialah menghasilkan manusia yang beradab bukan mereka
yang cerdas secara kognitif dan psikomotorik tapi miskin karakter atau budi
pekerti luhur.4
2
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Persepektif lslam, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 11.
3
Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), hlm. 28
4
Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), hlm.
28.

3
Pendidikan karakter merupakan pendidikan ihwal karakter, atau
pendidikan yang mengajarkan hakikat karakter dalam ketiga ranah, yaitu cipta,
rasa, dan karsa. Berikut adalah makna pendidikan karakter.

1. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mendukung


perkembangan sosial, emosional, dan etis siswa. Merujuk pada definisi di
atas, pendidikan karakter pada prinsipnya adalah upaya untuk
menumbuhkan kepekaan dan tanggung jawab sosial, membangun
kecerdasan emosional, dan mewujudkan siswa yang memiliki etika tinggi.
Sedari kecil, orangtua kita telah melaksanakan pendidikan karakter (yang
waktu itu belum dilabelisasi sebagai penanaman karakter) yang
menyangkut pendidikan sosial, emosional, dan etika.
2. Dirjen Dikti menyatakan, “Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai
pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan
watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik,
mewujudkan, dan menebar kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari
dengan sepentih hati.”5
B. Pandangan Islam Terhadap Manusia

Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna, tinggi derajatnya


serta mempunyai nafsu dan akal pikiran. “ Dan Sesungguhnya kami Telah
menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta
yang paling baik. Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-

5
Barnawi dan M. Arifin, Strategi Dan Kebijakan Pendidikan Karakter, (Jogjakarta: Ar-
Ruzz, 2013), hlm. 12-24.

4
benar akan mati. Kemudian, Sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan
(dari kuburmu) di hari kiamat” . ( QS. Al Mukminun :12-16)6
Dalam pandangan Islam, manusia didefinisikan sebagai makhluk, mukalaf,
mukaram, mukhaiyar, dan mujizat. Manusia adalah makhluk yang memiliki nilai-
nilai fitri dan sifat-sifat insaniah, seperti dha’if ‘lemah’ (an-Nisaa’: 28), jahula
‘bodoh’ (al-Ahzab: 72), faqir ‘ketergantungan atau memerlukan’ (Faathir: 15),
kafuuro ‘sangat mengingkari nikmat’ (al-Israa’: 67), syukur (al-Insaan:3), serta
fujur dan taqwa (asy-Syams: 8).
Selain itu, manusia juga diciptakan untuk mengaplikasikan beban-beban
ilahiah yang mengandung maslahat dalam kehidupannya. Ia membawa amanah
ilahiah yang harus diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Keberadaannya di
alam maya pada memiliki arti yang hakiki, yaitu menegakkan khilafah.
Keberadaannya tidaklah untuk huru-hara dan tanpa hadaf ‘tujuan’ yang berarti.
Manusia adalah makhluk pilihan dan makkhluk yang dimuliakan oleh
Allah SWT dari makhluk-makhluk yang lainnya, yaitu dengan keistimewaan yang
dimilikinya,seperti akal yang mampu menangkap sinyal-sinyal kebenaran,
merenungkannya, dan kemudian memilihnya. Allah SWT telah menciptakan
manusia dengan ahsanu taqwim, dan telah menundukkan seluruh alam baginya
agar ia mampu memelihara dan memakmurkan serta melestarikan kelangsungan
hidup yang ada di alam ini. 7
Dengan akal yang dimilikinya, manusia diharapkan mampu memilah dan
memilih nilai-nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan yang tertuang dalam
risalah para rasul. Dengan hatinya, ia mampu memutuskan sesuatu yang sesuai
dengan iradah Robbnya dan dengan raganya, ia diharapkan pro-aktif untuk
melahirkan karya-karya besar dan tindakan-tindakan yang benar, sehingga ia tetap
mempertahankan gelar kemuliaan yang telah diberikan oleh Allah SWT
kepadanya seperti ahsanu taqwim, ulul albab, rabbaniun dan yang lainnya.
Maka, dengan sederet sifat-sifat kemuliaan dan sifat-sifat insaniah yang berkaitan
dengan keterbatasan dan kekurangan, Allah SWT membebankan misi-misi khusus
6
Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm.75.
7
https://www.scribd.com/document/331360486/Dasar-Dasar-Pembentukan-Karakter-
Peserta-Didik-Dalam-Konsep-Pendidikan-Islam

5
kepada manusia untuk menguji dan mengetahui siapa yang jujur dalam beriman
dan dusta dalam beragama. Oleh karena itu, ia harus benar-benar mampu
menjabarkan kehendak-kehendak ilahiah dalam setiap misi dan risalah yang
diembannya.
C. Iman Dalam Kalbu Sebagai Pengendali Karakter Manusia

Qalbu adalah hati atau lubuk hati yang paling dalam, yang merupakan
sarana terpenting yang telah dikaruniakan Allah kepada manusia. Hati adalah
tempat bersemayamnya niat, yakni yan menentukan nilai perbuatan seseorang,
berharga ataukah sia-sia, mulia atau nista. Niat ini selanjutnya di proses oleh akal
pikiran agar bisa direalisasikan dengan efektif dan efisien oleh jasad dalam bentuk
amal perbuatan.8
Qalbu juga diartikan berubahnya sesuatu dari bentuk aslinya, ini berarti
bahwa pada dasarnya qalbu berpotensi positif akan tetapi karena pengaruh
nafs(nafsu) qalbu kadang-kadang berubah menjadi negatif. Rasulullah Saw
bersabda “Ketahuilah bahwa sesungguhnya didalam tubuh manusia terdapat
segumpal daging, apabila ia baik, maka akan baiklah seluruh tubuh, tetapi
apabila ia rusak, maka akan rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa ia adalah
al-qalb”. (HR. Al-Bukhari).9
Dari hadits Rasulullah tersebut dapat diambil kesimpulan setidaknya qalbu
mempunyai dua pengertian. Pertama, secara fisik qalbu merupakan suatu organ
tubuh yang seringkali kita sebut dengan istilah jantung. Sedangkan yang kedua,
adalah dimensi ruhani manusia yang mempunyai fungsi kognisi, emosi, spiritual
dan merupakan sentral dari aktivitas perbuatan manusia. Fungsi-fungsi yang ada
pada qalbu ini dapat berubah setiap saat, sesuai dengan potensinya untuk tidak
konsisten walaupun secara fitrahnya qalbu lebih condong pada kebaikan.
Hati semupama cermin. Selama cermin itu bersih dari kotoran dan noda,
maka segala sesuatu dapat terlihat padanya. Tetapi jika cermin itu dipenuhi noda,
sementara tidak ada yang dapat menghilangkan noda darinya dan

8
Abdullah Gymnastiar, Jagalah Hati, (Bandung: Khas MQ, 2006), hlm. Xvi.
9
Abi Abdullah Bin Ismail Bin Ibrahim Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Beirut: Dar
alFikr, 625 H) Jilid I-3, hlm. 16

6
mengilapkannya, maka rusaklah cermin itu. Cermin itu tidak dapat lagi
dibersihkan dan dikilapkan. Hati adalah cermin, tempat pahala dan dosa berlabuh.
Manajemen Qalbu adalah memahami diri, dan kemudian mau dan mampu
mengendalikan diri setelah memahami siapa diri ini sebenarnya. Dan tempat
untuk memahami benar siapa diri ini ada di hati, hatilah yang menunjukkan watak
dan diri ini sebenarnya. Hati yang membuat diri ini mampu berprestasi semata
karena Allah. Apabila hati bersih, bening, dan jernih, tampaklah keseluruhan
prilaku akan menampakan kebersihan kebersihan, kebeningan, dan kejernihan.
Penampilan sesorang merupakan refleksi dari hatinya sendiri.
Manajemen Qalbu ini kemudian melahirkan prinsip bahwa apabila
seseorang hatinya bersih, akan menjadi pusat segala aktivitas di bumi. Menyedot
seluruh perhatian orang dari segala jenis propesi,baik pedagang, guru, praktisi
dakwah, maupun pemimpin. Orang yang hatinya bersih, secara otomatis akan
membuat geraknya memiliki magnet luar biasa. Kata-kata akan menyakinkan dan
menyejukkan hati lawan bicaranya. Sikapnya akan menunjukan bahwa senantiasa
sedang diawasi Allah. Totalitas dirinya menampakkan sebuah keadaan bahwa
hanya ridha Allah yang diharapkan. Allah menjadi pusat segala orientasi
kehidupannya.10

D. Pembentukan Karekter Peserta Didik dalam Pandangan Pendidikan


Islam
Konsep pendidikan karakter sebenarnya telah ada sejak zaman rasulullah
SAW. Hal ini terbukti dari perintah Allah bahwa tugas pertama dan utama
Rasulullah adalah sebagai penyempurna akhlak bagi umatnya. Pembahasan
substansi makna dari karakter sama dengan konsep akhlak dalam Islam, keduanya
membahas tentang perbuatan prilaku manusia. Al-Ghazali menjelaskan jika
akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai
perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa perlu adanya pemikiran dan

10
Hermono & M. Deden Ridwan, Aa Gym dan Fenomena Daruut Tauhid, (Bandung:
Mizan Pustaka, 2004), cet.8, hlm. 25.

7
pertimbangan.11 Suwito menyebutkan bahwa akhlak sering disebut juga ilmu
tingkah laku atau perangai, karena dengan ilmu tersebut akan diperoleh
pengetahuan tentang keutamaan-keutamaan jiwa; bagaimana cara memperolehnya
dan bagaiman membersihkan jiwa yang telah kotor.12

Akhlak atau karakter dalam Islam adalah sasaran utama dalam pendidikan.
Hal ini dapat dilihat dari beberapa hadits nabi yang menjelaskan tentang
keutamaan pendidikan akhlak salah satunya hadits berikut ini: “ajarilah anak-
anakmu kebaikan, dan didiklah mereka” Konsep pendidikan didalam Islam
memandang bahwa manusia dilahirkan dengan membawa potensi lahiriah yaitu:

1. Potensi berbuat baik terhadap alam


2. Potensi berbuat kerusakan terhadap alam
3. Potensi ketuhanan yang memiliki fungsi-fungsi non fisik.

Ketiga potensi tersebut kemudian diserahkan kembali perkembangannya


kepada manusia. Hal ini yang kemudian memunculkan konsep pendekatan yang
menyeluruh dalam pendidikan Islam yaitu meliputi unsur pengetahuan, akhlak
dan akidah.

Lebih luas Ibnu Faris menjelaskan bahwa konsep pendidikan dalam Islam
adalah membimbing seseorang dengan memperhatikan segala potensi paedagogik
yang dimilikinya, melalui tahapan-tahapan yang sesuai, untuk didik jiwanya,
akhlaknya, akalnya, fisiknya, agamanya, rasa sosial politiknya, ekonominya,
keindahannya, dan semangat jihadnya.

Hal ini memunculkan konsep pendidikan akhlak yang komprehensif,


dimana tuntutan hakiki dari kehidupan manusia yang sebenarnya adalah
keseimbangan hubungan antara manusia dengan tuhannya, hubungan manusia
dengan sesamanya serta hubungan manusia dengan lingkungan disekitarnya.

11
Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998), hlm. 99.
12
Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibn Miskawaih, (Yogyakarta: Belukar, 2004), hlm.
31.

8
Akhlak selalu menjadi sasaran utama dari proses pendidikan dalam Islam,
karena akhlak dianggap sebagai dasar bagi keseimbangan kehidupan manusia
yang menjadi penentu keberhasilan bagi potensi paedagogis yang lain. Prinsip
akhlak terdiri dari empat hal yaitu:

1. Hikmah ialah situasi keadaan psikis dimana seseorang dapat membedakan


antara hal yang benar dan yang salah.
2. Syajaah (kebenaran) ialah keadaan psikis dimana seseorang melampiaskan
atau menahan potensialitas aspek emosional dibawah kendali akal.
3. Iffah (kesucian) ialah mengendalikan potensialitas selera atau keinginan
dibawah kendali akal dan syariat.
4. ‘adl (keadilan) ialah situasi psikis yang mengatur tingkat emosi dan
keinginan sesuai kebutuhan hikmah disaat melepas atau
melampiaskannya.13

Prinsip akhlak diatas menegaskan bahwa fitrah jiwa manusia terdiri dari
potensi nafsu yang baik dan potensi nafsu yang buruk, tetapi melalui pendidikan
diharapkan manusia dapat berlatih untuk mampu mengontrol kecenderungan
perbuatannya kearah nafsu yang baik. Oleh karena itu Islam mengutamakan
proses pendidikan sebagai agen pembentukan akhlak pada anak.

Islam selalu memposisikan pembentukan akhlak atau karakter anak pada


pilar utama tujuan pendidikan. Untuk mewujudkan pembentukan akhlak pada
anak al Ghazali menawarkan sebuah konsep pendidikan yang bertujuan
mendekatkan diri kepada Allah. Menurutnya mendekatkan diri kepada Allah
merupakan tolak ukur kesempurnaan manusia, dan untuk menuju kesana ada
jembatan yang disebut ilmu pengetahuan.14 Ibn miskawaih menambahkan tidak
ada materi yang spesfik untuk mengajarkan akhlak, tetapi materi dalam
pendidikan akhlak dapat diimplementasikan ke dalam banyak ilmu asalkan tujuan
utamanya adalah sebagai pengabdian kepada Tuhan.15
13
Ali Abdul Halim Mahmud, Tarbiyah Khuluqiyah Pembinaan Diri Menurut Konsep
Nabawi, Terj Afifudin, (Solo: Media Insani, 2003), hlm. 25
14
Abidin Ibnu Rusn, Op.Cit, hlm. 89.
15
Suwito, Op.Cit, hlm. 121.

9
Pendapat diatas menggambarkan bahwa akhlak merupakan pilar utama
dari tujuan pendidikan didalam Islam, hal ini senada dengan latar belakang
perlunya diterapkan pendidikan karakter disekolah; untuk menciptakan bangsa
yang besar, bermartabat dan disegani oleh dunia maka dibutuhkan good society
yang dimulai dari pembangunan karakter (character building). Pembangunan
karakter atau akhlak tersebut dapat dilakukan salah satunya melalui proses
pendidikan disekolah dengan mengimplementasikan penanaman nilai nilai akhlak
dalam setiap materi pelajaran.
Oleh karena itu pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) di sekolah
sebagai salah satu upaya pembentukan karakter siswa sangatlah penting karena
karakter seseorang muncul dari sebuah kebiasaan yang berulang-ulang dalam
waktu yang lama serta adanya teladan dari lingkungan sekitar. Pembiasaan itu
dapat dilakukan salah satunya dari kebiasaan prilaku keberagamaan anak dengan
dukungan lingkungan sekolah, masyarakat dan keluarga.
Sedangkan upaya yang dapat dilakukan sekolah dalam memaksimalkan
pembelajaran PAI di sekolah di antaranya:
1. Dibutuhkan guru yang profesional dalam arti mempuni dalam
keilmuannya, berakhlak dan mampu menjadi teladan bagi siswanya.
2. Pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelas tetapi ditambah
dengan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang
dilaksanakan dengan serius sebagai bagian pembelajaran.
3. Mewajibkan siswa melaksanakan ibadah-ibadah tertentu di sekolah
dengan bimbingan guru (misalnya rutin melaksanakan salat zduhur
berjamaah).
4. Menyediakan tempat ibadah yang layak bagi kegiatan keagamaan,
5. Membiasakan akhlak yang baik di lingkungan sekolah dan dilakukan
oleh seluruh komunitas sekolah (misal program salam, sapa, dan
senyum).
6. Hendaknya semua guru dapat mengimplementasikan pendidikan
agama dalam keseluruhan materi yang diajarkan sebagai wujud
pendidikan karakter secara menyeluruh.

10
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Penanaman karakter pada peserta didik berarti ikut mempersiapkan
generasi bangsa yang berkarakter, mereka adalah calon generasi bangsa yang

11
diharapkan mampu memimpin bangsa dan menjadikan negara yang berperadaban,
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa dengan akhlak dan budi pekerti yang
baik serta menjadi generasi yang berilmu pengetahuan tinggi dan menghiasi
dirinya dengan iman dan taqwa.
Oleh karena itu pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) di sekolah
sebagai salah satu upaya pembentukan karakter siswa sangatlah penting.
Pembentukan Karakter anak akan lebih baik jika muncul dari kesadaran
keberagamaan bukan hanya karena sekedar berdasarkan prilaku yang membudaya
dalam masyarakat Uraian di atas memperkuat pentingnya pendidikan karakter
pada anak dilakukan sejak dini, karena karakter seseorang muncul dari sebuah
kebiasaan yang berulang-ulang dalam waktu yang lama serta adanya teladan dari
lingkungan sekitar. Pembiasaan itu dapat dilakukan salah satunya dari kebiasaan
prilaku keberagamaan anak dengan dukungan lingkungan sekolah, masyarakat
dan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, Dian dan Abdul Majid. Pendidikan Karakter Persepektif lslam.


Bandung: Remaja Rosdakarya. 2012.
Adisusilo, Sutarjo. Pembelajaran Nilai Karakter. Jakarta: Rajawali Press.
2013.

12
Wibowo, Agus dan Sigit Purnama. Pendidikan Karakter di Perguruan
Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013.
Muhaimin, Akhmad. Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2013.
Barnawi dan M. Arifin, Strategi Dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan
Karakter. Jogjakarta: Ar-Ruzz. 2013.
Hermono & M. Deden Ridwan, Aa Gym dan Fenomena Daruut Tauhid,
Bandung: Mizan Pustaka, 2004.
Rusn, Abidin Ibnu, 1998. Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan,
Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Suwito, 2004, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibn Miskawaih, Yogyakarta,
Belukar.
Mahmud, Ali Abdul Halim, 2003, Tarbiyah Khuluqiyah Pembinaan Diri
Menurut Konsep Nabawi, Terj Afifudin, Solo, Media Insani.
http://ristiananisa.blogspot.com/2017/11/pendidikan-karakter-dalam-
perspektif.html
http://eprints.walisongo.ac.id/3280/3/63111098_Bab2.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/195611-ID-pembentukan-
karakter-melalui-pendidikan.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/195611-ID-pembentukan-
karakter-melalui-pendidikan.pdf

https://www.scribd.com/document/331360486/Dasar-Dasar-Pembentukan-
Karakter-Peserta-Didik-Dalam-Konsep-Pendidikan-Islam

13

Anda mungkin juga menyukai