Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AKHLAK & ETIKA

“KARAKTER ISLAM DITINJAU DARI PERILAKU”

Dosen Pengampu : Bapak Rudi Iskandar, M.Pd

Disusun Oleh :

1. Lutfiah Afwa 202001500415


2. Qotrun Nada 202001500270

S6B
BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN
SOSIALUNIVERSITAS
INDRAPRASTA PGRI
2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. 3


BAB I ............................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................ 4
Latar Belakang ........................................................................................... 4
Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5
BAB II ........................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .......................................................................................... 6
A. Pengertian Karakter Islam ..................................................................... 6
B. Konsep Karakter Islam .......................................................................... 7
C. Asal Usul Karakter Islam ...................................................................... 9
D. Perwujudan Karakter Islam Ditinjau dari Perilaku ............................. 10
BAB III ....................................................................................................... 12
PENUTUP .................................................................................................. 12
Kesimpulan .............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 13
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami tujukan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang
telah memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Kami mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Rudi Iskandar, M.P.d, selaku Dosen mata kuliah Akhlak &
Etika yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang dapat kami tekuni. Sehingga, kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Karakter Islam Ditinjau Dari
Perilaku” berjalan dengan baik.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Bapak Rudi Iskandar, M.P.d., Pada mata kuliah Akhlak & Etika. Makalah
ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada
segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian
makalah ini. Disamping itu, kami tim penulis, sebagai manusia biasa menyadari
sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik
dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala
kerendahan hati, kami selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang
membangun dari pembaca, maupun Dosen Pengampu kami.
Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
menambah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat
luas.

Jakarta, 7 April 2023

Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan di era milenium
yang ditandai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
saat ini adalah semakin maraknya tindakan kekerasan di kalangan anak
dan remaja, tawuran antar pelajar dan mahasiswa, tindakan bullying,
persekusi, menyontek berjamaah saat ujian nasional, maraknya kasus
korupsi, kenakalan remaja, hamil di luar nikah, narkoba, dan tindakan
kriminal dan dekadensi moral lain sebagainya.
Fenomena di atas tentunya menimbulkan pertanyaan, yaitu
seberapa jauh pengaruh pendidikan agama, khususnya pendidikan
agama Islam yang diberikan di sekolah dan madrasah atau seberapa
besar pengaruh materi-materi pendidikan agama Islam di sekolah terhadap
munculnya prilaku atau karakter anak.
Beberapa kalangan menilai bahwa pendidikan agama Islam belum
mampu untuk menggarap prilaku, sikap dan moral bangsa ini.Bahkan
dianggap bahwa pendidikan agama gagal dalam menanamkan nilai-nilai
Islam dan mengatasi problema bangsa ini. KH. Sahal Mahfudz
sebagaimana dikutip oleh Sutrisno, menyebutkan kegagalan ini sebagai
kegagalan pendidikan agama di sekolah, yang menurutnya terlalu
menekankan pada pencapaian nilai ujian (kuantitatif) sehingga
mengabaikan internalisasi nilai-nilai akhlak (kualitatif). Sementara Gus
Salahuddin Wahid menyatakan bahwa pendidikan agama yang mengalami
kegagalan tidak hanya pendidikan agama Islam (PAI), tapi semua
pendidikan agama. Buktinya para pelaku tindakan kriminal dan
kebobrokan moral juga berasal dari penganut dari berbagai agama.
Mochtar Buchori menilai kegagalan pendidikan agama di sekolah
disebabkan karena praktik pendidikannya hanya memperhatikan aspek
kognitif semata dari pertumbuhan kesadaran nilai-nilai (agama) dan
mengabaikan pembinaan aspek afektif dan konatif-volutif, yakni kemauan
dan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama sehingga terjadi
kesenjangan antara pengetahuan dan pengamalan, antara gnosis dan proxis
dalam kehidupan agama. Pendidikan agama menjadi pengajaran agama
sehingga tidak mampu untuk membentuk pribadi-pribadi muslim. Di
samping itu, kegiatan pendidikan agama yang berlangsung selama ini
lebih banyak menyendiri, kurang berinteraksi dengan kegiatan-kegiatan
pendidikan lainnya.
Fakta ini didukung hasil penelitian yang menunjukan bahwa
pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah tidak banyak
memberikan pengaruh dalam pembentukan karakter anak didik.
Kontribusi pembelajaran pendidikan agama Islam tidak lebih dari 20 %.
Menyikapi permasalahan di atas, diperlukan upaya cerdas dan solutif
untuk mengatasinya. Upaya cerdas yang dimaksud adalah kembali kepada
apa yang telah dilakukan Nabi Muhammad SAW dalam membina karakter
umat Islam di Madinah. Sejarah telah mencatat bahwa Rasulullah dikenal
sebagai pendidik yang telah berhasil dan sukses besar dalam melahirkan
generasi yang memiliki keunggulan dalam bidang moral, sikap
kepribadian, intelektual dan sosial.
Dengan kata lain Rasulullahh SAW berhasil merubah akhlak atau
karakter jahiliyah menjadi akhlak yang Islami, yaitu itulah generasi
sahabat. Generasi inilah yang selanjutnya disebut sebagai pelopor yang
telah membuka jalan bagi generasi berikutnya dalam mengembangkan dan
meningkatkan harkat dan martabat manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu karakter Islam?
2. Bagaimana mewujudkan karakter Islam ditinjau dari perilaku?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan memahami karakter Islam.
2. Untuk mengetahui dan memahami konsep karakter, asal-usul dan unsur-
unsur Islam dan cara mewujudkan karakter Islam ditinjau dari perilaku.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Karakter Islam


Menurut bahasa, “karakter” berarti watak, sifat, tabiat. Berkarakter
berarti mempunyai tabiat. Menurut Pusat Bahasa Depdiknas, sebagaimana
dikutip Zubedi, karakter adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi
pekerti, prilaku personalitas, sifat, tabiat, temperamen watak. Karakter
dapat juga diartikan sebagai watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian
seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebaikan yang
diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir,
bersikap atau bertindak.
Dalam Islam, karakter itu identik dengan akhlak. Akhlak menurut
bahasa Arab, berarti perangai, tabiat, kelakuan, watak dasar, kebiasaan,
peradaban yang baik, dan agama. Ibn Miskawaih (w. 421 H./1030 M.)
mendefinisikan kata akhlak, yaitu “sifat yang tertanam dalam jiwa yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan.” Imam al-Ghazali mengemukakan bahwa akhlaq
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam
perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Dalam Da`irah al-Ma’arif, disebutkan bahwa akhlaq
adalah “sifat-sifat manusia yang terdidik.” Kata akhlak juga mengandung
segi-segi persesuaian dengan khalq serta erat hubungannya dengan Khaliq
dan makhluq. Dengan demikian, kata akhlak juga menunjukan pada
pengertian adanya hubungan yang baik antara Khaliq dan makhluq yang
diatur dalam agama Islam.
Abuddin Nata menyebutkan lima ciri yang terdapat dalam
perbuatan akhlak, yaitu pertama, akhlak tersebut sudah menjadi
kepribadian yang tertanam kuat dalam jiwa seseorang; kedua, perbuatan
akhlak merupakan perbuatan yang dilakukan dengan tanpa pemikiran;
ketiga, perbuatan akhlak adalah perbuatan tanpa paksaan dan tanpa ada
unsur sandiwara; keempat, akhlak adalah perbuatan yang dilakukan untuk
meninggikan kalimat Allah.
Dengan demikian, karakter Islami adalah perilaku, sifat, tabiat,
akhlak yang dilandasi oleh nilai-nilai Islam yang bersumber dari al-Quran
dan Hadis Nabi SAW. Karakter Islami ini intinya adalah akhlaq al-
karimah. Akhlaq al-karimah adalah suatu sifat, tabiat dan prilaku yang
menunjukan adanya hubungan baik dengan Allah (Khaliq) dan sesama
makhluk yang didasari oleh nilai-nilai Islam. Di antara contoh akhlaq al-
karimah, yang berhubungan dengan Allah, adalah Iman dan cinta kepada
Allah, taat, patuh, tawakkal, syukur, ridha/ikhlas, tobat, cinta damai. (H.R.
Muslim No. 4634, 4638, 4640), bersahabat/komunikatif (H.R. Muslim No.
4621, 4623,4624,4625, 4627, dan lain-lain), peduli sosial (H.R. Muslim
No. 4660,4661, 4677, 4756, 4761, dan lain-lain), sabar (H.R. Muslim No.
4673, 4722, 4725, 4770) dan sebagainya.
Dengan demikian, pembentukan karakter Islami merupakan upaya
yang terencana dan sistematis untuk menjadikan seseorang mengenal,
peduli dan menginternalisasikan nilai-nilai Islam sehingga seseorang
tersebut berperilaku sebagai insan kamil. Pendidikan karakter memiliki
makna yang lebih tinggi dari pada pendidikan moral, karena bukan
sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari
itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang yang baik,
sehingga anak menjadi paham, mampu merasakan dan mau melakukan
yang baik.

B. Konsep Karakter Islam


Konsep nilai-nilai karakter islami adalah konsep dasar Islam itu
sendiri yaitu agama yang menjadikan manusia yang beradab atau
berakhlak karimah atau ihsan (Q.S. Al-Ahzab: 21) yang dimulai dari
perintah belajar (Q.S. Al-Alaq:1-5), perintah beriman (Q.S. Al-Mujadilah:
11), dan taqwa (Al-Hujurat: 13). Jadi tujuan akhir dari nilai-nilai karakter
islami adalah akhlak karimah, karena tujuan Islam itu sendiri adalah
menyempurnakan akhlak, sebagaimana Rasulullah SAW Konsep nilai-
nilai karakter islami adalah konsep dasar Islam itu sendiri yaitu agama
yang menjadikan manusia yang beradab atau berakhlak karimah atau ihsan
(Q.S. Al-Ahzab: 21) yang dimulai dari perintah belajar (Q.S. Al-Alaq:1-
5), perintah beriman (Q.S. Al-Mujadilah: 11), dan taqwa (Al-Hujurat: 13).
Jadi tujuan akhir dari nilai-nilai karakter islami adalah akhlak karimah,
karena tujuan Islam itu sendiri adalah menyempurnakan akhlak,
sebagaimana Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak” yang berarti bahwa agama Islam itu adalah
untuk menyempurnakan akhlak.
Mengkaji dan mendalami konsep pendidikan karakter(akhlak)
bukanlah yang terpenting, tetapi merupakan sarana yang dapat
mengantarkan seseorang dapat bersikap dan berperilaku mulia seperti
yang dipesankan oleh Nabi saw. Dengan pemahaman yang jelas dan
benar tentang konsep akhlak, seseorang akan memiliki pijakan dan
pedoman untuk mengarahkannya pada tingkah laku sehari-hari, sehingga
dapatdipahami apakah yang dilakukannya benar atau tidak, termasuk
karakter mulia (akhlaq mahmudah) atau karakter tercela (akhlaq
madzmumah).
Keharusan menjunjung tinggi karakter mulia (akhlaq
karimah) lebih dipertegas lagi oleh Nabi saw. dengan pernyataan
yangmenghubungkan akhlak dengan kualitas kemauan, bobot amal,
dan jaminan masuk surga. Sabda Nabi Saw. yang diriwayatkan
olehAbdullah Ibn Amr: “Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik
akhlaknya...” (HR. al-Tirmidzi). Dalam hadis yang lain Nabi Saw.
bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling cinta kepadaku di antara
kamu sekalian dan paling dekat tempat duduknya denganku dihari kiamat
adalah yang terbaik akhlaknya diantara kamu sekalian...” (HR. al-
Tirmidzi). Dengan demikian, karakter mulia merupakan sistem perilaku
yang diwajibkan dalam agama Islam melalui nash Al-Quran dan Hadis.
Dalam kenyataan hidup memang ditemukan ada orang yang
berkarakter mulia dan juga sebaliknya. Ini sesuai dengan fitrah dan hakikat
sifat manusia yang bisa baik dan bisa buruk (khairunwasyarrun). Inilah
yang ditegaskan Allah dalam Firman-Nya, “Maka Allah mengilhamkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya,” (QS. al-Syams
[91]: 8). Baik atau buruk bukan sesuatu yang mutlak diciptakan,
melainkan manusia dapat memilih beberapa kemungkinan baik atau
buruk. Namun walaupun manusia sudah terjatuh dalam keburukan, ia
bisa bangkit pada kebaikan kembali dan bisa bertaubat dengan
menghitung apa yang telah dipetik dari perbuatannya.
Sumber utama penentuan karakter dalam Islam, sebagaimana
keseluruhan ajaran Islam lainnya adalah Al-Quran dan sunnah Nabi
Muhammad saw. Ukuran baik dan buruk dalam karakter Islam
berpedoman pada kedua sumber itu, bukan baik dan buruk menurut
ukuran manusia. Sebab jika
ukurannya adalah manusia, baik dan buruk akan berbeda-beda. Seseorang
mengatakan bahwa sesuatu itu baik, tetapi orang lain belum tentu
menganggapnya baik. Begitu juga sebaliknya, seseorang menyebut
sesuatu itu buruk, padahal yang lain bisa saja menyebutnya baik.
Kedua sumber pokok tersebut (Al-Quran dan Sunnah) diakui oleh semua
umat Islam sebagai dalil naqli yang tidak diragukan otoritasnya. Melalui
kedua sumber inilah dapat dipahami dan diyakini bahwa sifat-sifat sabar,
qana’ah, tawakkal, syukur, pemaaf, dan pemurah termasuk sifat-sifat
yang baik dan mulia. Sebaliknya, dapat dipahami pula bahwa sifat-
sifat syirik, kufur, nifaq, ujub, takabur, dan hasad merupakan sifat-
sifat tercela. Jika kedua sumber itu tidak menegaskan mengenai nilai
dari sifat-sifat tersebut, akal manusia mungkin akan memberikan
penilaian yang berbeda-beda. Islam tidak mengabaikan adanya standar lain
selain Al-Quran dan sunnah/hadis untuk menentukan baik dan buruk
dalam hal karakter manusia. Standar lain dimaksud adalah akal
dan nurani manusia serta pandangan umum.
C. Asal Usul Karakter Islam
Asal mula karakter Islam berasal dari Nabiyyuna Muhammad
SAW yang mengajarakan manusia dari zaman kegelapan hingga terang
benderang. Gambaran keberhasilan beliau sebagaimana diungkapkan oleh
Sofyan Sauri adalah bahwa Rasulullah SAW berhasil mendidik
sahabatnya menjadi masyarakat yang berkualitas dan berkarakter,
sehingga mereka rindu kepada kebenaran, semangat menuntut ilmu,
merasa mulia degan Islam, sederhana dalam bersikap, di malam hari
mereka menangis ber-taqarrub kepada Allah SWT, di siang hari berjihad
melawan kemusyrikan, kekafiran dan kezaliman, memerintahkan
kebaikan dan melarang kejahatan terhadap kaum muslimin, serta
menebarkan kasih sayang dengan cara menghilangkan beban-beban
mereka.
Rasulullah SAW berhasil membuat kaum muslimin saling
mengasihi dan saling mencintai sesama mereka, sebagaimana
diungkapkan oleh Allah SWT dalam al-Quran di dalam surat al-Hasyr ayat
9, yang artinya adalah: “Orang-orang yang telah menempati kota Madinah
dan telah beriman (Anshor) sebelum kedatangan mereka (Muhajirin),
mereka (Anshor) mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka
(Muhajirin) dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati
mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin), dan
mereka mengutamakan (orang-orang muhajirrin), atas diri mereka
sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan, dan siapa yang yang
dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang
beruntung.”
Rasulullah SAW mampu menanamkan karakter dan sifat jujur
pada diri Sayyidina Abu Bakar, karakter bertanggung jawab dan peduli
terhadap masyarakat pada diri Sayyidana Umar bin Khaththab, karakter
peduli sosial yang terdapat pada diri Sayyidina Usman bin ‘Affan, karakter
cinta ilmu, patuh dan taat yang telah mengkristal dalam diri Sayyidina Ali
bin Abi Thalib dan sahabat-sahabat lainnya.
D. Perwujudan Karakter Islam Ditinjau dari Perilaku
Karakter Islam dalam berperilaku telah di contohkan oleh
Nabiyyuna Muhammad SAW. Dengan akhlak nya yang memulia
Rasulullah SAW menjadi panutan dan suri tauladan bagi umat manusia di
muka bumi ini. Sebagai seorang muslim harus meneladani akhlak ataupun
sifat yang dimiliki oleh Rasulullah SAW. Perilaku Rasulullah SAW yang
harus diteladani, antara lain :
1. Shiddiq, yang berarti jujur. Nabi dan rasul selalu jujur dalam perkataan
dan perilakunya dan mustahil akan berbuat yang sebaliknya, yakni
berdusta, munafik, dan yang semisalnya.
2. Amanah, yang berarti dapat dipercaya dalam kata dan perbuatannya.
Nabi dan rasul selalu amanah dalam segala tindakannya, seperti
menghakimi, memutuskan perkara, menerima dan menyampaikan
wahyu, serta mustahil akan berperilaku yang sebaliknya.
3. Tabligh, yang berarti menyampaikan. Nabi dan rasul selalu
menyampaikan apa saja yang diterimanya dari Allah (wahyu) kepada
umat manusia dan mustahil nabi dan rasul menyembunyikan wahyu
yang diterimanya.
4. Fathanah, yang berarti cerdas atau pandai. Semua nabi dan rasul cerdas
dan selalu mampu berfikir jernih sehingga dapat mengatasi semua
permasalahan yang dihadapinya. Tidak ada satu pun nabi dan rasul yang
bodoh, mengingat tugasnya yang begitu berat dan penuh tantangan.
5. Di samping empat sifat di atas, nabi dan rasul tidak pernah berbuat dosa
atau maksiat kepada Allah (ma’shum). Sebagai manusia bisa saja nabi
berbuat salah dan lupa, namun lupa dan kesalahannya selalu mendapat
teguran dari Allah sehingga akhirnya dapat berjalan sesuai dengan
kehendak Allah.
Di samping memiliki sifat-sifat seperti di atas, Nabi Muhammad SAW.
Juga dikenal dengan sebutan al-amin, yang berarti selalu dapat dipercaya.
Gelar ini diperoleh Muhammad sejak maih usia belia. Dalam kesehariannya
Muhammad belum pernah berbohong dan merugikan orang-orang di
sekitarnya. Dalam salah satu bukunya, Sa’id Hawwa (2002: 164-186)
memerinci keluhuran budi Rasulullah Saw. yang sangat patut diteladani oleh
umat Islam. Sa’id Hawwa menguraikan moralitas Nabi dalam hal
kesabarannya, kasih sayangnya baik terhadap keluarga maupun umatnya,
kemurahan hatinya, kedermawanannya, kerendahan hatinya, serta
kesahajaannya. Moralitas Nabi inilah yang patut diteladani dan diterapkan
dalam kehidupan umat Islam sehari-hari.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Karakter Islam hakikatnya adalah sifat atau watak seseorang yang
terbentuk dari hasil internalisasai berbagai kebaikan yang diyakini dan
digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap atau
bertindak. Kemendiknas menyebutkan bahwa karakter adalah prilaku yang
dilandasi oleh nilai-nilai berdasarkan norma agama, kebudayaan,
hukum/konstitusi, adat istiadat, dan estetika.
Akhlak yang dilandasi oleh nilai-nilai Islam yang bersumber dari al-
Quran dan Hadis Nabi SAW. Karakter Islami ini intinya adalah akhlaq al-
karimah. Akhlaq al-karimah adalah suatu sifat, tabiat dan prilaku yang
menunjukan adanya hubungan baik dengan Allah (Khaliq) dan sesama
makhluk yang didasari oleh nilai-nilai Islam. Di antara contoh akhlaq al-
karimah, yang berhubungan dengan Allah, adalah Iman dan cinta kepada
Allah, taat, patuh, tawakkal, syukur, ridha/ikhlas, tobat, cinta damai.
Perwujudan karakter islam yang dilakukan oleh setiap muslim
adalah bagaimana cara mengaplikasikan akhlak, perilaku, ataupun sifat
dalam kehidupan nya sehari-hari. Dengan mengamalkan segala akhlak
yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW kepada semua umat nya adalah
bentuk rasa mahabbah yang tertanam di hati seorang muslim untuk
meneladani perilaku Rasulullah SAW. Dengan demikian, seorang muslim
tersebut akan merasakan manfaat dan keberkahan yang terjadi pada diri
nya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Jalil Mursyidi. 2021. “Konsep Pendidikan Karakter Dalam Perspektif
Pendidikan Islam di Indonesia”. Jurnal. Institut Agama Islam (IAI) Al-
Aziziyah Semalanga.
Hermawan Iwan. 2019. “Konsep Nilai Karakter Islami sebagai Pembentuk
Peradaban Manusia”. Jurnal. Universitas Singaperbangsa Karawang.
Latifah Lisna. 2020. “Karakter Islam Ditinjau Dari Perilaku”. Academia,edu.
2020
Marzuki. 2015. “Meneladani Nabi Muhammad SAW Dalam Kehidupan
Sehari-hari”. Jurnal. Universitas Negeri Yogyakarta.
Nastsir, M. 1985. Fiqh al-Da’wah. Jakarta: Dewan Dakwah Islamiyah.
Poerwadarminta, W.J.S. 1991. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka.
Ubabuddin. 2018. “Konsep Pendidikan Karakter Perspektif Islam”. Jurnal.
Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syaifuddin Sambas.
Yuliharti. 2018. “Pembentukan Karakter Islami Dalam Hadist Dan
Implikasinya Pada Jalur Pendidikan Non Formal”. Jurnal. Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Anda mungkin juga menyukai