Anda di halaman 1dari 35

Makalah psikologi kepribadian

Teori interpersonal & Teori post freudian

Disusun oleh:

1. Maria Ulfa 202001500311


2. Titis Hernowo .p 202001500313
3. Sri Mulawati 202001500314

BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb

Alhamdulillah, puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
membahas tentang “Teori interpersonal & Teori post Freudian” tepat waktu. Sholawat serta
salam tak lupa kami sanjungkan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya kelak di yaumul kiamah nanti. Amiin Ya Robal’alamin.
Dengan kekompakan kelompok 5 Alhamdulillah makalah ini selesai dengan waktu
yang tepat, serta tidak lepas dari bantuan berbagai pihak maka kami menyadari bahwa dalam
penyusunan dan penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik dalam
penulisan maupun penyajian materi. Untuk kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak sangat kami harapkan guna penyempurnaan dalam penyusunan dan penulisan
tugas kelompok ini dan tugas-tugas selanjutnya.

Walaikumsalam Wr Wb

Jakarta, 15 September 2021


Daftar isi

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................I
Daftar isi................................................................................................................................................II
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. Biografi.....................................................................................................................................2
Harry Stack Sullivan......................................................................................................................2
Erik H. Erikson..............................................................................................................................5
B. Teori..........................................................................................................................................5
1. Teori Interpersonal.................................................................................................................5
2. Teori post Freudian..............................................................................................................13
C. Aplikasi...................................................................................................................................18
1. Aplikasi Model Interpersonal yang dikembangkan sullivan....................................................18
2. Aplikasi Teori psikososial yang dikembangkan oleh Erikson..............................................18
D. Kritik terhadap Harry stack sullivan dan Erik Erikson.....................................................19
 Kritik terhadap Harry Stack Sullivan...................................................................................19
 Kritik terhadap Erik Erikson................................................................................................19
BAB III................................................................................................................................................20
PENUTUP...........................................................................................................................................20
A. Kesimpulan..............................................................................................................................20
B. Saran.......................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................22
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

B. Menurut Sullivan,
tahap perkembangan
kepribadian yang paling
C. menentukan
sesungguhnya bukan pada
masa kanak-kanak awal,
D. melainkan pada masa pra
remaja. Sullivan percaya
bahwa manusia dapat
E. mencapai perkembangan
yang sehat mereka
sanggup mengalami
F. keintiman sekaligus hawa
nafsu terhadap pribadi lain
yang sama.
G. Hubungan Sullivan
sendiri dengan orang
lain jarang yang
H. memuaskan dirinya.
Sebagai seorang anak, dia
sering merasa kesepian dan
I. secara fisik dikucilkan.
Ketika remaja, dia
menderita minimal satu
episode
J. skizofrenik. Dan ketika
dewasa, dia mengalami
hanya hubungan-
K. hubungan antarpribadi
yang dibuat-buat dan
ambivalen. Meskipun
begitu,
L. bahkan mungkin
karena kesulitan-kesulitan
hubungan antarpribadi
ini,
M. Sullivan memberikan
banyak kontribusi bagi
kita untuk memahami
N. kepribadian manusia
O. Menurut Sullivan,
tahap perkembangan
kepribadian yang paling
P. menentukan
sesungguhnya bukan pada
masa kanak-kanak awal,
Q. melainkan pada masa pra
remaja. Sullivan percaya
bahwa manusia dapat
R. mencapai perkembangan
yang sehat mereka
sanggup mengalami
S. keintiman sekaligus hawa
nafsu terhadap pribadi lain
yang sama.
T. Hubungan Sullivan
sendiri dengan orang
lain jarang yang
U. memuaskan dirinya.
Sebagai seorang anak, dia
sering merasa kesepian dan
V. secara fisik dikucilkan.
Ketika remaja, dia
menderita minimal satu
episode
W. skizofrenik. Dan ketika
dewasa, dia mengalami
hanya hubungan-
X. hubungan antarpribadi
yang dibuat-buat dan
ambivalen. Meskipun
begitu,
Y. bahkan mungkin
karena kesulitan-kesulitan
hubungan antarpribadi
ini,
Z. Sullivan memberikan
banyak kontribusi bagi
kita untuk memahami
AA. kepribadian manusia
Kecemasan dapat dialami oleh setiap manusia dalam setiap fase perkembangannya.
Oleh sebab itu gangguan mental emosionil pada anak lebih sering terdapat daripada orang
dewasa serta variasinya juga lebih banyak. Seorang anak tidak bisa dianggap
sebagai seorang dewasa kecil. Pada umumnya dalamp erkembangannya kearah
kedewasaan anak melalui beberapa fase perkembangan yang tertentu. Dalam setiap
fase perkembangan terjadi kecemasan yang tertentu dan yang bersifat spesifik untuk fase
tersebut.
Menurut Sullivan, tahap perkembangan kepribadian yang paling menentukan
sesungguhnya bukan pada masa kanak-kanak awal, melainkan pada masa pra remaja.
Sullivan percaya bahwa manusia dapat mencapai perkembangan yang sehat mereka
sanggup mengalami keintiman sekaligus hawa nafsu terhadap pribadi lain yang sama.
Hubungan Sullivan sendiri dengan orang lain jarang yang memuaskan dirinya.
Sebagai seorang anak, dia sering merasa kesepian dan secara fisik dikucilkan. Ketika remaja,
dia menderita minimal satu episode skizofrenik. Dan ketika dewasa, dia mengalami
hanya hubungan- hubungan antarpribadi yang dibuat-buat dan ambivalen. Meskipun begitu,
bahkan mungkin karena kesulitan-kesulitan hubungan antarpribadi ini, Sullivan
memberikan banyak kontribusi bagi kita untuk memahami kepribadian manusia.
Berbeda dengan Erik H. Erikson, ia menguraikan manusia dari sudut perkembangannya sejak
dari masa 0 tahun hingga usia lanjut. Erikson beraliran psikoanalisa dan pengembang teori
Freud. Kelebihan yang dapat kita temukan dari Erikson adalah bahwa ia mengurai seluruh
siklus hidup manusia, tidak seperti para Psikolog lainya yang hanya sampai pada masa
remaja. Termasuk disini adalah bahwa Erikson memasukkan faktor-faktor sosial yang
mempengaruhi perkembangan tahapan manusia.
Teori Erik H. Erikson tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori perkembangan
psikososial. Teori perkembangan Psikososial ini adalah salah satu teori kepribadian dalam
psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang dalam
beberapa tingkatan. Salah satu elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah
perkembangan persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang di kembangkan
melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah berdasarkan
pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Erikson juga percaya bahwa kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu
perkembangan menjadi positif, inilah alasan mengapa teori Erikson disebut sebagai teori
perkembangan psikososial.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Biografi
Harry Stack Sullivan, pencipta
Interpersonal Psychoanalysis.
Merupakan salah satu tokoh besar arus
psikodinamik, Harry Stack Sullivan
dikenal untuk penciptaan psikoanalisis
interpersonal, berdasarkan pentingnya interaksi antara orang-orang dalam
pengembangan pribadi dan dalam penciptaan identitas dan kepribadian, dan perluasan
dari psikoanalisis dalam populasi dengan gangguan psikotik dan penerapan
metodologi yang lebih empiris dibandingkan dengan psikoanalis lainnya.
Perkembangan teorinya sangat dipengaruhi oleh pengalamannya sepanjang hidup .

Masa kecil dan tahun-tahun awal:

Harry Stack Sullivan lahir pada 21 Februari 1892 di Norwich, New York. Son
of Timothy Sullivan dan Ella Stack Sullivan , dilahirkan di keluarga dengan sedikit
sumber kepercayaan Katolik Irlandia. Hubungannya dengan orang tuanya rupanya
kejang, tidak memiliki hubungan dekat dengan ayahnya dan menerima sedikit kasih
sayang dari ibunya. Namun, ia akan memiliki hubungan yang lebih baik dengan
bibinya, Margaret, yang akan memberinya dukungan besar.

Keluarga harus pindah karena kurangnya sumber daya untuk sebuah peternakan yang
dimiliki oleh keluarga ibu, di Smyrna. Tahun-tahun awalnya tidak mudah, merasa
ditolak dan terisolasi secara sosial (diyakini bahwa ia tidak memiliki persahabatan
sejati sampai usia delapan tahun, dengan Clarence Belliger muda) yang hidup dalam
populasi mayoritas Protestan di mana umat Katolik tidak diterima, memiliki sifat
pemalu dan unggul dalam studi.

Pelatihan dan pekerjaan pertama:


Meskipun berasal dari keluarga dengan sedikit sumber daya (meskipun salah
satu asal maternal adalah sesuatu yang lebih makmur) ia akan dapat mendaftar di
University of Cornwell pada tahun 1909 setelah menyelesaikan sekunder, tetapi oleh

beberapa keadaan (diyakini bahwa itu menderita wabah psikotik yang dia akan
ditahan di sebuah institusi) tidak akan menyelesaikan studinya, hanya menyelesaikan
tahun pertamanya.
Dengan berlalunya waktu, Sullivan berhasil masuk Chicago School of Medicine pada
tahun 1911, lulus dalam Kedokteran dan Bedah pada tahun 1917. Fakta bahwa Perang
Dunia I dimulai pada 1914 akan menyebabkan dia dipanggil, berpartisipasi dalam
konflik sebagai dokter militer di korps medis Angkatan Darat Angkatan Bersenjata.
Pada tahun 1921 ia akan mulai bekerja di Rumah Sakit Saint Elizabeth di
Washington, di mana ia akan bertemu neuropsychiatrist William Alanson White dan
akan bekerja untuk pertama kalinya dengan orang-orang skizofrenia. Bersama
dengannya, Sullivan akan bekerja untuk mengadaptasi psikoanalisis ke populasi
psikotik, terutama dalam kasus skizofrenia .

Setahun kemudian dia akan mulai bekerja untuk pertama kalinya sebagai psikiater di
Sheppard & Enoch Pratt Hospital, di mana dia akan menonjol untuk segera
berhubungan dengan pasien dan mendapatkan hasil yang baik.
Menghubungkan ke psikoanalisis dan elaborasi Psikanalisis Interpersonal
Selama tinggal di Sheppard % Enoch, dia akan bertemu Clara Thompson, dengan
siapa dia akan berbagi ketertarikannya untuk perawatan skizofrenia dan menjadi salah
satu teman terdekatnya. Yang satu ini akan memperkenalkannya kepada mentornya
Adolf Meyer, di antaranya Sullivan akan mempelajari praktik psikoanalitik serta
skeptisisme tentang ortodoksi psikoanalisis klasik.
Dia juga akan tahu pada tahun 1926 (tahun yang sama bahwa ibunya
meninggal) antropolog dan etnolinguist Edward Sapir , yang koleksinya akan
membuatnya tertarik dalam mempelajari komunikasi dan dampaknya. Melalui dia, dia
bertemu George Mead, dari siapa dia akan memperoleh banyak konsep. Tertarik juga
oleh gagasan Ferenczi, ia mengusulkan kepada Thompson untuk pergi ke Budapest
untuk dianalisis olehnya, pada tahun 1927. Sekembalinya, Thompson akan menjadi
analis Sullivan, yang pada akhirnya akan menyebabkan dia diterima di American
Society of PsikoanalisisJuga pada 1927 dia akan bertemu seorang pemuda bernama
Jimmy yang akhirnya dia adopsi dan menjadi sekretaris dan pewaris tunggal.
Seluruh situasi ini akan berarti bahwa selama ia tinggal di rumah sakit (yang
pada akhirnya ia menjadi Direktur Penelitian Klinis), Sullivan sebagian didasarkan
pada teori Sigmund Freud (dengan siapa ia tidak pernah berhubungan) dan pada

kontribusi disiplin lain untuk mengembangkan model yang bisa menjelaskan


keadaan yang dapat menyebabkan krisis psikotik. Ini akan memerlukan bahwa ia
akhirnya menguraikan teori interpersonal, yang dalam jangka panjang akan
menuntunnya untuk menemukan psikoanalisis interpersonal. .
Sullivan akan menyadari pentingnya menyatukan kontribusi berbagai disiplin
ilmu, yang akan menuntunnya untuk mencoba menemukan beberapa organisasi
bersama dengan para profesional lainnya. Namun, beberapa perusahaan ini praktis
akan membuat Anda bangkrut.

Tahun-tahun terakhir dan kematian:


Dari tahun 1930 ia akan meninggalkan jabatannya di rumah sakit Sheppard
(karena meskipun ia berpartisipasi sangat aktif dalam penciptaan pusat baru dan
karyanya tidak diberikan dan di samping itu ia mulai membatalkan penyediaan dana
untuk penelitiannya) dan Dia akan pindah ke New York.
Tiga tahun kemudian ia mendirikan William Alanson White Foundation
dengan profesional lainnya, kemudian mendirikan Washington School of Psychiatry
pada tahun 1936 dan akhirnya menerbitkan Psychiatry pada tahun 1938. Ia juga
bekerja sama dengan beberapa rumah sakit dan universitas, melayani sebagai profesor
dan kepala departemen psikiatri di Universitas Georgetown. Kemudian, dari tahun
1940, ia akan berkolaborasi dengan Organisasi Kesehatan Dunia dan Unesco .

Sullivan meninggal pada 14 Januari 1949 di Paris karena pendarahan otak,


saat beristirahat di kamar hotel di mana ia menghabiskan malam selama perjalanan
pulangnya dari pertemuan Federasi Kesehatan Jiwa Dunia, di Amsterdam. Meskipun
ia mungkin tidak dikenal sebagai penulis lain dari arus psikoanalitik, kontribusi
Sullivan memiliki dampak yang luas dalam dunia psikologi, yang berfungsi sebagai
dasar bagi penulis terkenal seperti Carl Rogers.

Erik H. Erikson adalah salah satu tokoh psikoanalisa yang


lahir di Frankurt, Jerman, 15 Juni 1902. Ayah kandung
Erikson adalah seorang pria kebangsaan Denmark yang
meninggalkan Erikson pada usia tiga tahun sehingga ibu
Erikson yang bernama Karla Abrhamsen menikah lagi
dengan Theodore Homberger yang menjadi ayah tiri Erikson
dan nama Hamberger kini menjadi bagian dari nama Erikson.
Setelah lulus SMA, Erikson menjadi seniman namun tidak
mengambil kuliah seni dan memelih berkeliling Eropa untuk
menikmati dan belajar seni. Erikson menjadi guru pada sekolah yang dikelolah Dorothy
Burlingham, teman Anna Freud yang direkomendasikan oleh Peter Blos pada usia 25 tahun.
Tahun 1927 – 1933, Erikson belajar sebagai Child Analyst di Vienna Psycholoanalytic
Institute bersama Anna Freud dan menikahi Joan Serson pada tahun 1930 serta memiliki tiga
orang anak. Selama tahun tersebut, Erikson mendapat sertifikan dari Motessori Education dan
Vienna Psychoanalityc Society. Tahun 1933 ketika Nazi berkuasa, Erikson Pindah ke
Copenhagen, lalu pindah ke Denmark dan ke Boston, Amerika.

Erikson mengajar di Harvard Medical School dan membuka praktik psikoanalisis


anak-anak. Di sinilah Erikson bertemu Henry Murray dan Kurt Lewin serta tokoh-tokoh
besar lainnya. Selanjutnya, Erikson mengajar di University of California di Berkeley dan
melakukan penelitian tentang kehidupan modern dalam suku Lakota dan Yurok. Tahun 1939,
Erikson mengubah namanya dari Erik Homberger menjadi Erik H. Erikson. Pada tahun 1950,
Erikson membuat Childhood and Society, analisis Maxim Gorky dan Adolph Hitler, diskusi
“Kepribadian Amerika”, beberapa ringkasan teori Freudian, dan Gandhi’s Truth yang
memenangkan Award dan National Book Award. Beberapa tahun kemudian, Erikson
meninggalkan Berkeley kemudian bekerja dan mengajar di sebuah klinik di Massachussets
selama 10 tahun, dan 10 tahun kemudian kembali ke Harvard. Tahun 1970, Erikson menulis
dan melakukan penelitian bersama istrinya dan akhirnya meninggal pada tahun 1994.
B. Teori
1. Teori Interpersonal
kepribadian adalah pola yang relatif menetap dari situasi-situasi antar pribadi
yang berulang, yang menjadi ciri kehidupan manusia. Kepribadian itu konstruk
hipotesis yang hanya dapat diamati dalam konteks tingkah laku interpersonal.
Sepanjang hayat setiap orang bergerak dalam lingkungan sosial, sejak bayi sudah

terlibat dalam interaksi dengan orang lain, bahkan ketika orang sendirianpun,
orang lain muncul dalam pikiran, perasaan dan fantasinya.
Sullivan tidak menyangkal pentingnya hereditas dan pematangan dalam
membentuk dan membangun kepribadian, namun ia berpendapat apa yang khas
manusiawi adalah interaksi sosial. Pengalaman hubungan antar pribadi telah
merubah fungsi fisiologik organisme menjadi organisme sosial, bahkan sosialisasi
telah mengubah proses biologik yang paling mendasar ( bernafas, pencernaan,
eliminasi ). Psikiatri tidak dapat dipisahkan dari psikologi sosial.

DINAMIKA KEPRIBADIAN
Sullivan memandang kehidupan manusia sebagai system energi, dimana
perhatian utamanya adalah bagaimana menghilangkan tegangan yang ditimbulkan
oleh kebutuhan dan kecemasan. Energi dapat berwujud dalam bentuk tegangan
(tension) atau dalam bentuk tingkah laku itu sendiri (energy transformation)
a. Tegangan (tension): Tegangan adalah potensi untuk bertingkah laku yang
disadari atau tidak disadari. Ada dua sumber tegangan utama, yakni tegangan-
tegangan yang disebabkan oleh kebutuhan organisme, dan tegangan sebagai
akibat dari kecemasan. Tegangan-tegangan dapat dianggap sebagai kebutuhan
untuk mentransformasikan energi khusus yang akan menghilangkan tegangan,
seringkali disertai dengan perubahan keadaan ‘jiwa’, yakni perubahan
kesadaran, yang dapat kita sebut dengan istilah umum kepuasaan.
Sumber tegangan ada dua yaitu :
1) Kebutuhan (needs): Kebutuhan yang pertama muncul adalah tegangan
yang timbul akibat ketidakseimbangan biologis didalam diri individu atau
ketidakmampuan fisikokimiawi antara individu dengan lingkungannya.
Kebutuhan biologi dipuaskan dengan memberi pasokan yang dapat
mengembalikan keseimbangan. Kepuasannya bersifat episodik, sesudah
memperoleh kepuasan tegangan akan menurun atau menghilang, tetapi
sesudah lewat waktu tertentu tegangan yang sama akan muncul kembali.
Kebutuhan tersebut disebabkan oleh hubungan interpersonal . hubungan
interpersonal yang terpenting adalah kelembutan kasih sayang
(tenderness). Bayi mengembangkan kebutuhan untuk memperoleh
kelembutan dari pelaku keibuan, tidak harus ibu kandung. Kelembutan
kasih sayang membutuhkan aktivitas sekurang-kurangnya dua orang .
Kelebutan kasih

sayang adalah kebutuhan yang umum bagi semua orang, seperti kebutuhan
makanan, oksigen dan air. Kebutuhan non biologis juga dapat dipuaskan
melalui transormasi energy yakni: kegiatan fisik/tingkah laku, atau
kegiatan mental mengamati, mengingat dan berfikir. Memuaskan
kebutuhan dapat menghilangkan tension. Kegagalan memuaskan need,
kalau berkepanjangan dapat menimbulkan keadaan apathy (kelesuan) yaitu
bentuk penundaan kebutuhan untuk meredakan tegangan secara umum.
2) Kecemasan (Anxiety): Menurut Sullivan Kecemasan atau rasa cemas
adalah sebuah tegangan yang berlawanan dengan tegangan-tegangan
kebutuhan dan memerlukan tindakan yang tepat untuk bisa
melepaskannya. kecemasan lahir berasal dari transfer dari orangtua kepada
bayi lewat proses empati. Sullivan menekankan bahwa rasa cemas dan
kesepian adalah keunikan diantara segala pengalaman, yaitu bahwa
pengalaman-pengalaman ini sungguh-sungguh tidak diinginkan dan
diharapkan. Sullivan membedakan rasa cemas dari rasa takut dalam
beberapa hal. Pertama, rasa cemas biasanya berasal dari situasi-situasi
hubungan antarpribadi yang kompleks, dan hadir dalam kesadaran hanya
secara samar-samar. Rasa takut lebih mudah dibedakan dan asal usulnya
lebih mudah ditemukan. Kedua, rasa cemas tidak mempunyai nilai positif.
Ketiga, rasa cemas menghalangi pemuasan kebutuhan, sementara rasa
takut membantu manusia untuk memenuhi kebutuhan.
b. Tranformasi Energi: Transformasi energy adalah tegangan yang
ditransformasikan menjadi tingkahlaku, baik tingkahlaku terbuka maupun
tertutup. Tingkahlaku hasil transformasi itu meliputi gerakan yang kasat mata,
dan kegiatan mental seperti perasaan, fikiran, persepsi, dan ingatan. Bentuk-
bentuk kegiatan yang dapat mengurangi tegangan dapat dipelajari dan
ditentukan oleh masyarakat dimana orang itu dibesarkan. Apa yang ditemukan
pada masa lalu seseorang adalah tegangan-tegangan dan pola transformasi
energi untuk meredakannya, yang menjadi sarana pendidikan menyiapkan
anak menjadi anggota masyarakatnya.
STRUKTUR KEPRIBDIAN
Sullivan tegas memandang sifat dinamik kepribadian, sehingga merendahkan
konsep id-ego-superego-dan lain-lain. Yang membuat kepribadian menjadi statis
atau stabil. Namun ternyata dia juga memberi tempat penting dalam teorinya

beberapa aspek kepribadian yang nyata-nyata stabil dalam waktu yang lama:
dinamisme, personifikasi, system self, dan proses kognitif.
a.Dinamisme
Transformasi-transformasi energi menjadi terorganisasikan sebagai pola-pola
tingkah laku tipikal yang mencirikan perilaku seseorang di sepanjang hidup
mereka. Sullivan menyebut pola perilaku tersebut sebagai dinamisme (karakter
atau pola kebiasaan). Dinamisme memiliki dua kelas utama: pertama, kelas yang
terkait dengan zona-zona spesifik tubuh seperti mulut, anus,dan alat kelamin.
Kedua, kelas yang terkait dengan tegangan-tegangan. Kelas yang kedua ini terdiri
atas tiga kategori yaitu : dinamisme-dinamisme disjungtif yang mencakup
perilaku-perilakuyang destruktif yang berkaitan dengan kedengkian , dinamisme-
dinamisme isolatif yang mencakup pola-pola perilaku (seperti nafsu) yang tidak
berkaitan dengan hubungan-hubungan antarpribadi , dan dinamisme-dinamisme
konjungtif yang mencakup pola-pola perilaku yang berfaedah seperti keintiman
dan sistem-diri. Kedengkian adalah dinamisme disjungtif/pemisahan-diri yang
mengkristal dalam bentuk niat jahat dan rasa benci, dicirikan oleh perasaan seperti
hidup di antara musuh, rasa dengki muncul dari usia 2 atau 3 tahun saat tidakan-
tindakan anak yang mengharapkan kelembutan ibu ditolak, diabaikan atau
berhadapan dengan rasa cemas dan rasa sakit. Tindakan-tindakan dendam
seringkali mengambil bentuk kecemasan, kesadisan, kenakalan, atau jenis-jenis
perilaku asosial lainnya
Keintiman tumbuh dari kebutuhan akan kelembutan namun lebih spesifik dan
melibatkan hubungan antarpribadi yang dekat antara dua orang yang kurang lebih
setara statusnya. Keintiman tidak boleh dicampuradukkan dengan ketertarikan
seksual karena berkembang sebelum masa pubertas khususnya pada masa
praremaja dan biasanya hadir diantara dua anak yang masing-masing melihat yang
lain sebagai pribadi yang memiliki nilai setara. Keintiman merupakan sebuah
dinamisme yang menyatukan (integratif) yang cenderung menyimpulkan reaksi-
reaksi cinta dari orang lain sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan dan
kesepian.
Berahi ( nafsu ) adalah sebuah kecenderungan yang mengisolasi (isolatif). Dia
memanifestasikan diri sebagai perilaku auto-erotis, bahkan meskipun orang lain
menjadi objek dari nafsu seseorang. Berahi adalah dinamisme yang sangat kuat
selama masa remaja dan seringkali dapat mengarah pada penurunan kepercayaan
diri karena seringkali upaya untuk menyalurkan aktivitas Berahi ditentang oleh

orang lain sehingga semakin meningkatkan rasa cemas dan menurunkan


perasaan harga-diri.
Sistem-Diri (Self-System) adalah sebuah pola perilaku yang konsisten yang
mempertahankan rasa aman hubungan antarpribadi manusia dengan melindungi
diri mereka dari rasa cemas. Sistem diri merupakan dinamisme konjungtif yang
muncul dari situasi antarpribadi. Sistem diri berkembang lebih awal daripada
keintiman yaitu sekitar usia 12 sampai 18 bulan seiring dengan perkembangan
intelegensi dan kemampuan pemprediksian. Pada masa itu anak mulai bisa belajar
perilaku-perilaku mana yang dapat menurunkan tingkat kecemasan. Ketika sistem
diri berkembang, manusia mulai membentuk sebuah gambaran yang konsisten
dengan diri mereka sendiri. Karena itu apapun pengalaman antarpribadi yang
mereka pahami bertentangan dengan harga-diri lanngsung diartikan mengancam
rasa aman mereka sehingga manusia berusaha memepertahankan diri mereka dari
tegangan-tegangan antarpribadi melalui pengoprasian rasa aman (security
oerations). Manusia cenderung menolak atau mendistorsi pengalaman antarpribadi
apapun yang berkonflik dengan harga diri mereka. dua pengoperasian rasa aman
terpenting yaitu : disosiasi/penjarakan yang mencakup impuls-impuls, hasrat-
hasrat, dan kebutuhan-kebutuhan yang ditolak untuk masuk kedalam kesadaran.
Yang kedua ketidakpedulian-selektif (selective inatention), adalah penolakan
untuk melihat hal-hal yang tidak ingin dilihat.
PERSONIFIKASI
Manusia mencapai gambaran-gambaran tertentu tentang diri mereka dan orang
lain, gambaran tersebut dinamakan personifikasi. Personifikasi bisa akurat dan
bisa juga tidak karena selalu diwarnai oleh kecemasan dan kebutuhan orang lain
juga sehingga bisa terdistorsi dengan kasar dan buram. Sullivan mengemukakan
tiga personifikasi pada masa bayi yaitu ibu-jahat, ibu-baik, dan “ saya ”. Selain itu
beberapa anak pada masa kanak-kanak memiliki personifikasi eidetik.
ibu-Jahat, Ibu-Baik (Bad-Mother, Good-Mother)
Personifikasi ibu-jahat tumbuh dari pengalaman-pengalaman bayi dengan puting
yang buruk yaitu puting yang tidak memuaskan rasa lapar, entah putting itu
melekat pada ibu atau botol susu yang dipegang oleh ibu, ayah maupun pengasuh,
ini bukan gambar akurat ibu yang “nyata” melainkan hanya representasi bayi
karena tidak diberi makan dengan baik. Personifikasi ibu-baik didasarkan pada
perilaku lembut dan kooperatif dari ibu-pengasuh. Akan tetapi menurut sullivan ,
sampai bayi

mengembangkan bahasa, kedua gambaran ibu yang bertentangan ini dapat dapat
hadir bersamaan dengan mudah.
Personnifikasi “ saya ”
Selama periode pertengahan bayi, seorang bayi memerlukan tiga personifikasi “
saya ”, yaitu: personifikasi saya jahat, lahir dari pengalaman-pengalaman dihukun
dan tidak disetujui yang diterima bayi dari ibu pengasuh mereka, personifikasi
saya baik, lahir dari pengalaman bayi dengan penghargaan (reward) dan
persetujuan dari ibu pengasuhnya, personifikasi bukan saya lahir ketika bayi
mengalami kecemasan yang berat ditambah pengalaman-pengalaman keterjarakan
dan tidak dipedulikan terkait dengan kecemasan tersebut.
Personifikasi Eidetik: Yaitu karakter tidak realistik atau teman imajiner yang
banyak ditemukan anak dalam rangka melindungi rasa percaya diri mereka,
menurut sullivan teman imajiner tersebut dapat sama signifikannya dengan teman
yang nyata bagi kesehatan perkembangan anak. Personifikasi eidetik dapat pula
terdapat pada orang dewasa.

TINGKAT KOGNISI
Sumbangan yang unik dari Sullivan tentang peranan kognisi atau pengetahuan
dalam hubungannya dengan kepribadian. Sullivan membagi tingkatan kognisi
menjadi tiga tingkatan yang mengacu kepada cara-cara mengamati,
membayangkan dan memahami, yaitu: prototaksis, parataksis dan sintaksis
 Tingkat Prototaksis: Pengalaman-pengalaman paling dini dan primitif
mengenai bayi berlangsung di tingkatan prototaksis. Karena sulit
dikomunikasikan dengan orang lain, pengalaman ini tidak dapat dilukiskan
dan didefinisikan dengan tepat. Pada orang dewasa pengalaman ini
berbentuk sensasi-sensasi, imaji-imaji, perasaan-perasaan, suasana hati-
suasana hatidan impresi-impresi sesaat.biasanya hanya dapat dipahami
secara samar dan bahkan tenggelam dalam alam bawah sadar.
 Tingkatan Parataksis: Bersifat pralogis dan biasanya muncul ketika
seseorang mengasumsikan sebuah hubungan sebab akibat. Kognisi ini
dapat dikomunikasikan dengan orang lain, dalam bentuk yang telah
terdistorsi. Contoh pemikiran parataksisterjadi ketika seorang anak
dikondisikan untuk berkata “tolong” agar dapat memperoleh permen.jika
kata=kata “permen”

dan “tolong” muncul bersamaan beberapa kali, maka si anak akan


mengasumsikan bahwa permintaannya itulah yang menyebabkan
kemunculan permen.
 Tingkatan Sintaksis: Adalah pengalaman-pengalaman konsensual yang
valid dan dapat dikomunikasikan secara simbolis terjadi di tingkatan
sintaksis. Pengalaman yang konsensual dan valid adalah pengalaman yang
maknanya disetujui dua orang atau lebih.

TAHAPAN PERKEMBANGAN
Sullivan membagi usia manusia menjadi tujuh tahap perkebangan yang masing-
masing krusial bagi pembentukan kepribadian manusia. Tali hubungan
interpesonal terulur sepanjang tahapan-tahapan itu, orang lain sangat dibutuhkan
untuk perkembangan seseorang dari masa bayi hingga dewasa matang. Perubahan
kepribadian dapat terjadi kapan saja, tetapi yang paling sering terjadi pada masa
transisi dari tahap satu ke tahap berikutnya. Pengalaman disosiasi dan inatensi
selektif yang terjadi sepanjang periode tertentu, pada periode transisi mungkin
masuk ke dalam sistem self, dan siap mempengaruhi perkembangan pada periode
berikutnya.
 Masa Bayi: Dimulai saat kelahiran sampai anak dapat mengembangkan
ujaran yang terartikulasikan atau sintaksis,biasanya sekitar 18 sampai 24
bulan. Sullivan yakin bahwa bayi dapat menjadi manusia melalui
kelembutan yang diterimanya dari ibu-pengasuh.
 Masa Kanak-Kanak:Dimulai dengan datangnya bahasa sintaksis dan
terus berlanjut sampai adanya kebutuhan akan rekan bermain yang
statusnya setara. Pada tahap ini personifikasi ganda ibu telah bergabung
menjadi satu, dan persepsi akan tentang ibu lebih kongruen dan riil.
Selama masa kanak-kanak emosi menjadi timbal-balik: seorang anak
sanggup memberikan kembali kelembutan sebanyak yang sudah
diterimanya. Pada tahap ini biasanya seorang anak memiliki teman
imajiner dan menurut Sullivan teman imajiner pada tahap ini bukanlah
tanda ketidakstabilan anak. Sullivan juga menyebutkan bahwa masa
kanak-kanak sebagai periode akulturasi

yang cepat, selain menguasai bahasa, anak juga belajar pola-pola budaya
sebersihan, toilet training, kebiasaan makan den peran yang diharapkan
dari

setiap jenis kelamin.mereka juga belajar dua proses penting lainnya yaitu
dramatisasi (upaya bertindak atau bersuara seperti figur-figur otoritas yang
signifikan), dan penyibukan-diri (strategi yang digunakan untuk
menghindari kecemasan dan rasa takut)
 Masa Anak Muda / Juvenil: Dimulai dengan kemunculan kebutuhan
akan teman sebaya atau teman bermain yang status dan tujuannya
samayaituuntuk memuaskan kebutuhan akan keintiman. Selama tahap
anak muda, seorang anak belajar berkompetisi, berkompromi, dan bekerja
sama. Pada akhir tahap anak muda, seorang anak mestinya
mengembangkan sebuah orientasi menuju kehidupan yang membuatnya
lebih mudah untuk menangani secarakonsisten rasa cemas, memuaskan
kebutuhan zonal dan kelembutan, dan menetapkan tujuan yang didasarkan
pada memori dan prediksi.
 Masa Praremaja: Dimulai pada usia sekitar 8,5 tahun dan berakhir
dengan masa remaja, sebuah masa keintiman dengan seseorang, biasanya
yang sama jenis kelaminnya dengan ketertarikan yang sejati, berbeda
dengan masa sebelumnya ketika anak-anak lebih egosentris, dimana
persahabatannya didasarkan pada kepentingan dirinya sendiri. Sullivan
menyebut proses menjadi makhluk sosial ini “keajaiban tersembunyi
praremaja”, merujuk pada transformasi kepribadian yang dialaminya
sendiri selama masa praremajanya. Sullivan percaya bahwa masa
praremaja adalah masa yang paling tidak terganggu dan masa yang bebas.
Figur orangtua masih signifikan, meskipun sekarang dilihat dalam cahaya
yang lebih realistik. Pengalaman selama praremaja sangat kritis bagi
perkembangan masa depan kepribadian.jika anak tidak belajar keintiman
pada masa ini, dia akan mengalami kesulitan yang serius dalam hubungan
antarpribadi selanjutnya.
 Masa Remaja Awal: Dimulai dari pubertas dan berakhir dengan
kebutuhan akan cinta seksual terhadap seorang pribadi. Masa ini ditandai
dengan meledaknya ketertarikan genital dan datangnya hubungan yang
sarat nafsu. Kebutuhan akan keintiman masih berlanjut akan tetapi
sekarang ditemani oleh sebuah kebutuhan yang paralel namun terpisah
yaitu nafsu. Masih ditambah lagi kebutuhan untuk bebas dari kecemasan
yang masih tetap

berlanjut sehingga menyebabkan masa remaja berpotensi besar stress dan


konflik.
 Masa Remaja Akhir: Dimulai saat remaja dapat merasakan nafsu dan
keintiman terhadap satu orang yang sama dan berakhir saat dewasa dimana
mereka sanggup membangun sebuah hubungan cinta yang abadi. Ciri
utama masa remaja akhir adalah penyatuan antara keintiman dan nafsu.
Upaya-upaya eksplorasi diri pada masa remaja awal yang penuh masalah
berkembang menjadi suatu pola aktivitas seksual yang stabil, yang
didalamnya pribadi yang dicintai sekaligus bisa diterima sebagai objek
bagi ketertarikan nafsu. Dua pribadi dari jenis kelamin yang berbeda tidak
lagi diinginkan hanya semata-mata sebagai objek seks melainkan sebagai
pribadi yang sanggup dicintai tanpa rasa egois.
 Masa Dewasa: Kesuksesan menyelesaikan tahap remaja akhir memuncak
pada masa dewasa, sebuah periode dimana orang dapat membangun
sebuah hubungan cinta minimal dengan satu pribadi yang signifikan.
Sullivan menyebutkan “keintiman yang dikembangkan dengan sangat
tinggi terhadap orang lain bukan hal yang utama dalam hidup, tetapi
mungkin sumber utama kepuasan dalam hidup.”

2. Teori post Freudian


Erikson (Alwisol, 2009:85-88) menyatakan bahwa struktur kepribadian manusia
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Ego Kreatif: Ego kreatif adalah ego yang dapat menemukan pemecahan kreativitas
atas masalah baru pada setiap tahap kehidupan. Apabila menemukan hambatan atau
konflik pada suatu fase, ego tidak menyerah tetapi bereaksi dengan menggunakan
kombinasi antara kesiapan batin dan kesempatan yang disediakan lingkungan. Ego yg
sempurna memiliki 3 dimensi, yaitu faktualisasi, universalitas dan aktualitas.
 Faktualisasi adalah kumpulan sumber data dan fakta serta metode yang dapat
dicocokkan atau diverifikasi dengan metode yang sedang digunakan pada
suatu peristiwa. Dalam hal ini, ego berisikan kumpulan hasil interaksi individu
dengan lingkungannya yang dikemas dalam bentuk data dan fakta.
 Universalitas adalah dimensi yang mirip dengan prinsip realita yang
dikemukakan oleh Freud. Dimensi ini berkaitan dengan sens of reality yang

 menggabungkan pandangan semesta/alam dengan sesuatu yang dianggap


konkrit dan praktis.
 Aktualitas adalah metode baru yang digunakan oleh individu untuk
berhubungan dengan orang lain demi mencapai tujuan bersama. Dalam hal ini,
ego merupakan realitas masa kini yang berusaha mengembangankan cara baru
untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi, menjadi lebih efektif,
progresif, dan prospektif.

Erikson (Alwisol, 2009:86) berpendapat bahwa sebagian ego yang ada pada individu
bersifat tak sadar, mengorganisir pengalaman yang terjadi pada masa lalu dan pengalaman
yang akan terjadi pada masa mendatang. Dalam hal ini, Erikson menemukan tiga aspek yang
saling berhubungan, yaitu body ego, ego ideal dan ego identity, yang umumnya akan
mengalami perkembangan pesat pada masa dewasa meskipun ketiga aspek tersebut terjadi
pada setiap fase kehidupan.
 Body ego: merupakan suatu pengalam individu terkait dengan tubuh atau fisiknya
sendiri. Individu cenderung akan melihat fisiknya berbeda dengan fisik tubuh orang
lain.
 Ego ideal merupakan suatu gambaran terkait dengan konsep diri yang sempurna.
Individu cenderung akan berimajinasi untuk memiliki konsep ego yang lebih ideal
dibanding dengan orang lain.
 Ego identity merupakan gambaran yang dimiliki individu terkait dengan diri yang
melakukan peran sosial pada lingkungan tertentu.

2. Ego Otonomi Fungsional: Ego otonomi fungsional adalah ego yang berfokus pada
penyesuaian ego terhadap realita. Contohnya yaitu hubungan ibu dan anak. Meskipun
Erikson sependapat dengan Freud mengenai hubungan ibu dan anak mampu
memengaruhi serta menjadi hal terpenting dari perkembangan kepribadian anak,
tetapi Erikson tidak membatasi teori teori hubungan id-ego dalam bentuk usaha
memuaskan kebutuhan id oleh ego. Erikson (Alwisol, 2009:86) menganggap bahwa
proses pemberian makanan pada bayi merupakan model interaksi sosial antara bayi
dengan lingkungan sosialnya.

Lapar adalah menifestasi biologis, dan konsekuensinya akan menimbulkan kesan


terhadap dunia luar bayi ketika mendapat pemuasan id yang dilakukan oleh ibu. Bayi

belajar untuk mengantisipasi interaksi dalam bentuk basic trust pada saat diberi
makan oleh ibunya. Basic trust yang dimaksud yaitu suatu kepercayaan dasar anak yang
memandang kontak dengan manusia dan dunia luar adalah hal yang sangat
menyenangkan karena pada masa lalu (bayi) hubungan tersebut menimbulkan rasa aman
dan menyenangkan terhadap dirinya.

3. Pengaruh Masyarakat: Pengaruh masyarakat adalah pembentuk bagian tersebesar ego,


mesikipun kapasitas yang dibawa sejak lahir oleh individu juga penting dalam
perkembangan kepribadian. Erikson mengemukakan faktor yang memengaruhi
kepribadian yang berbeda dengan Freud. Meskipun Freud menyatakan bahwa
kepribadian dipengaruhi oleh biologikal, Erikson memandang kepribadian
dipengaruhi oleh faktor sosial dan historikal. Erikson (Alwisol, 2009:88) menyatakan
bahwa potensi yang dimiliki individu adalah ego yang muncul bersama kelahiran dan
harus ditegakkan dalam lingkungan budaya. Anak yang diasuh dalam budaya
masyakarat berbeda, cenderung akan membentuk kepribadian yang sesuai dengan
nilai-nilai dan kebutuhan budaya sendiri.

1. Dinamika Kepribadian

Feist dan Feist (2008, 215-217) menyatakan bahwa perwujudan dinamika kepribadian
adalah hasil interaksi antara kebutuhan biologis yang mendasar dan pengungkapannya
melalui tindakan-tindakan sosial. Hal ini berarti bahwa perkembangan kehidupan individu
dari bayi hingga dewasa umumnya dipengaruhi oleh hasil interaksi sosial dengan individu
lainnya sehingga membuat individu menjadi matang baik secara fisik maupun secara
psikologis. Erikson (Alwisol, 2009:87) menyatakan bahwa ego adalah sumber kesadaran diri
indvidu. Ego mengembangkan perasaan yang berkelanjutan diri antara masa lalu dengan
masa yang akan datang selama proses penyesuaian diri dengan realita.

Friedman dan Schustack (2006, 156) mengemukakan bahwa ego berkembang mengikuti
tahap epigenik, artinya tiap bagian dari ego berkembang pada tahap perkembangan tertentu
dalam rentang waktu tertentu. Menurutnya, semua yg berkembang mempunyai rencana dasar,
dan dari perencanaan ini muncul bagian-bagian, masing-masing bagian mempunya waktu
khusus utk menjadi pusat perkembangan, sampai semua bagian muncul untuk membentuk
keseluruhan fungsi.

1. Tahap Perkembangan

Teori psikososial dari Erik Erikson meliputi delapan tahap yang saling berurutan sepanjang
hidup. Hasil dari tiap tahap bergantung pada hasil tahapan sebelumnya, dan resolusi yang
sukses dari tiap krisis ego adalah pentingnya bagi individu untuk dapat tumbuh secara
optimal. Ego harus mengembangkan kesanggupan yang berbeda untuk mengatasi tiap
tuntutan penyesuaian dari masyarakat (Berk, 2003). Berikut adalah delapan tahapan
perkembangan psikososial menurut Erik Erikson (Berk, 2003):

 Tahap I : Trust versus Mistrust (0-1 tahun): Dalam tahap ini, bayi berusaha keras
untuk mendapatkan pengasuhan dan kehangatan, jika ibu berhasil memenuhi
kebutuhan anaknya, sang anak akan mengembangkan kemampuan untuk dapat
mempercayai dan mengembangkan asa (hope). Jika krisis ego ini tidak pernah
terselesaikan, individu tersebut akan mengalami kesulitan dalam membentuk rasa
percaya dengan orang lain sepanjang hidupnya, selalu meyakinkan dirinya bahwa
orang lain berusaha mengambil keuntungan dari dirinya.
 Tahap II: Autonomy versus Shame and Doubt (l-3 tahun): Dalam tahap ini, anak akan
belajar bahwa dirinya memiliki kontrol atas tubuhnya. Orang tua seharusnya
menuntun anaknya, mengajarkannya untuk mengontrol keinginan atau impuls-
impulsnya, namun tidak dengan perlakuan yang kasar. Mereka melatih kehendak,
tepatnya otonomi. Harapan idealnya, anak bisa belajar menyesuaikan diri dengan
aturan-aturan sosial tanpa banyak kehilangan pemahaman awal mereka mengenai
otonomi, inilah resolusi yang diharapkan. Alwisol (2009:93) melanjutkan bahwa
apabila anak tidak berhasil melewati fase ini, maka anak tidak akan memiliki inisiatif
yang dibutuhkan pada tahap berikutnya dan akan mengalami hambatan terus-menerus
pada tahap selanjutnya.
 Tahap III : Initiative versus Guilt (3-6 tahun): Pada periode inilah anak belajar
bagaimana merencanakan dan melaksanakan tindakannya. Resolusi yang tidak
berhasil dari tahapan ini akan membuat sang anak takut mengambil inisiatif atau
membuat keputusan karena takut berbuat salah. Anak memiliki rasa percaya diri yang
rendah dan tidak mau mengembangkan harapan-harapan ketika ia dewasa. Bila anak
berhasil melewati masa ini dengan baik, maka keterampilan ego yang diperoleh
adalah memiliki tujuan dalam hidupnya.
 Tahap IV: Industry versus Inferiority (6-12 tahun): Pada saat ini, anak-anak belajar
untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan dari menyelesaikan tugas khususnya
tugas-tugas akademik. Penyelesaian yang sukses pada tahapan ini akan menciptakan
anak yang dapat memecahkan masalah dan bangga akan prestasi yang diperoleh.

Keterampilan ego yang diperoleh adalah kompetensi. Di sisi lain, anak yang tidak
mampu untuk menemukan solusi positif dan tidak mampu mencapai apa yang diraih
teman-teman sebaya akan merasa inferior.
 Tahap V : Identity versus Identity Confusion (12-20 tahun): Pada tahap ini, terjadi
perubahan pada fisik dan jiwa di masa biologis seperti orang dewasa sehingga tampak
adanya kontraindikasi bahwa di lain pihak anak dianggap dewasa tetapi di sisi lain
dianggap belum dewasa. Tahap ini merupakan masa stansarisasi diri yaitu anak
mencari identitas dalam bidang seksual, umur dan kegiatan. Peran orang tua sebagai
sumber perlindungan dan nilai utama mulai menurun. Adapun peran kelompok atau
teman sebaya tinggi. Apabila anak tidak sukses pada fase ini, maka akan membuat
anak mengalami krisis identitas, begitupun sebaliknya.
 Tahap VI: Intimacy versus Isolation (masa dewasa muda, 20-30 tahun): Dalam tahap
ini, orang dewasa muda mempelajari cara berinteraksi dengan orang lain secara lebih
mendalam. Ketidakmampuan untuk membentuk ikatan sosial yang kuat akan
menciptakan rasa kesepian. Bila individu berhasil mengatasi krisis ini, maka
keterampilan ego yang diperoleh adalah cinta.
 Tahap VII: Generativity versus Stagnation (masa dewasa menengah, 30-65 tahun):
Pada tahap ini, individu memberikan sesuatu kepada dunia sebagai balasan dari apa
yang telah dunia berikan untuk dirinya, juga melakukan sesuatu yang dapat
memastikan kelangsungan generasi penerus di masa depan. Ketidakmampuan untuk
memiliki pandangan generatif akan menciptakan perasaan bahwa hidup ini tidak
berharga dan membosankan. Bila individu berhasil mengatasi krisis pada masa ini
maka ketrampilan ego yang dimiliki adalah perhatian, sedangkan bila individu tidak
sukses melewatinya maka akan merasa bahwa hidupnya tidak berarti.
 Tahap VIII: Ego Integrity versus Despair (masa dewasa akhir, 65 tahun ke atas): Pada
tahap usia lanjut ini, mereka juga dapat mengingat kembali masa lalu dan melihat
makna, ketentraman dan integritas. Refleksi ke masa lalu itu terasa menyenangkan
dan pencarian saat ini adalah untuk mengintegrasikan tujuan hidup yang telah dikejar
selama bertahun-tahun. Apabila individu sukses melewati faase ini maka akan timbul
perasaan puas akan diri, sedangkan apabila mengalami kegagalan dalam melewati
tahapan ini akan menyebabkan munculnya rasa putus asa.

C. Aplikasi
1. Aplikasi Model Interpersonal yang dikembangkan sullivan
 Gangguan Mental: Menurut Sullivan, semua gangguan mental berasal dari
cacat hubungan interpersonal dan hanya dapat dipahami melalui referensi
lingkungan sosial orang itu. Sullivan banyak menangani schizophrenia yang
dia bedakan menjadi dua; schizophrenia yang menunjukkan simptom organik
dan schizophrenia yang disebabkan faktor sosial. Schizophrenia kedua inilah
yang perubahan dan perbaikannya dilakukan melalui psikiatri interpersonal.
 Psikoterapi: Umumnya terapi model Sullivan mula-mula berusaha untuk
mengungkap kesulitan klien dalam berhubungan dengan orang lain, dan
berusaha untuk mengganti motivasi disjungtif (berpisah) dengan motivasi
konjungtif (bergabung). Motivasi konjungtif menyatakan kepribadian dan
membuat klien bisa memuaskan kebutuhan dan meningkatkan perasaan
amannya. Sullivan membagi interview dalam empat tahapan; pembukaan
(formal inception), pengamatan (reconnaissance), pertanyaan detail (detailed
inquiry), dan pemberhentian (termination).

2. Aplikasi Teori psikososial yang dikembangkan oleh Erikson


 Dalam berinteraksi dengan lingkungannya baik secara pribadi ataupun
kelompok, seseorang tidak hanya mengandalkan ego-nya saja namun
dipengaruhi faktor historis dan kultural.
 Situasi bermain anak-anak perempuan biasanya lebih sering di rumah dan
anak laki-laki cenderung di luar rumahnya.

D. Kritik terhadap Harry stack sullivan dan Erik Erikson


 Kritik terhadap Harry Stack Sullivan
Teori ini hanya menguraikan secara terinci salah satu aspek psikoanalisis klasik, yakni
ego dan pertahanan-pertahannya atau strategi yang sudah merupakan kebiasaan pada
manusia untuk melawan ancaman terhadap ego yang datang dari dalam maupun luar.
Dengan menekankan karakter sosial pada kepribadian manusia, ia telah mengasingka

manusia dari warisan biologisnya. Kegagalan teori psikologi sosial ini dalam hal
menjelaskan dengan tepat cara-cara suatu masyarakat membentuk anggotanya.

 Kritik terhadap Erik Erikson


sulit untuk dites secara empiris. Erikson tidak begitu berminat untuk mengetes sendiri
teorinya secara empiris, dan tidak bergitu peduli bahwa riset yang dilaporkannya
seperti risetnya tentang aktivitas-aktivitas bermain anak laki-laki dan perempuan tidak
punya analisis kuantifikasi dan statistik yang benar. Namun para peneliti lain telah
sukses memverifikasi sejumlah konsep Erikson tentang tahap-tahap
perkembangannya. Khususnya terkait identitas.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Harry Stack Sullivan, pencipta Interpersonal Psychoanalysis. Merupakan salah satu tokoh
besar arus psikodinamik, dikenal untuk penciptaan psikoanalisis interpersonal, berdasarkan
pentingnya interaksi antara orang-orang dalam pengembangan pribadi dan dalam penciptaan
identitas dan kepribadian, dan perluasan dari psikoanalisis dalam populasi dengan gangguan
psikotik dan penerapan metodologi yang lebih empiris dibandingkan dengan psikoanalis
lainnya. Erik H. Erikson adalah salah satu tokoh psikoanalisa yang lahir di Frankurt, Jerman,
15 Juni 1902. Erikson menjadi guru pada sekolah yang dikelolah Dorothy Burlingham, Tahun
1927 – 1933, Erikson belajar sebagai Child Analyst di Vienna Psycholoanalytic Institute
bersama Anna Freud. Selama tahun tersebut, Erikson mendapat sertifikan dari Motessori
Education dan Vienna Psychoanalityc Society. Tahun 1933 ketika Nazi berkuasa, Erikson
Pindah ke Copenhagen, lalu pindah ke Denmark dan ke Boston, Amerika. Teori Interpersonal
kepribadian adalah pola yang relatif menetap dari situasi-situasi antar pribadi yang berulang,
yang menjadi ciri kehidupan manusia. Kepribadian itu konstruk hipotesis yang hanya dapat
diamati dalam konteks tingkah laku interpersonal. Sepanjang hayat setiap orang bergerak
dalam lingkungan sosial, sejak bayi sudah terlibat dalam interaksi dengan orang lain, bahkan
ketika orang sendirianpun, orang lain muncul dalam pikiran, perasaan dan fantasinya.
Sullivan tidak menyangkal pentingnya hereditas dan pematangan dalam membentuk dan
membangun kepribadian, namun ia berpendapat apa yang khas manusiawi adalah interaksi
sosial. Pengalaman hubungan antar pribadi telah merubah fungsi fisiologik organisme
menjadi organisme sosial, bahkan sosialisasi telah mengubah proses biologik yang paling
mendasar (bernafas, pencernaan, eliminasi). Psikiatri tidak dapat dipisahkan dari psikologi
sosial. Teori post Freudian Erikson (Alwisol, 2009:85-88) menyatakan bahwa struktur
kepribadian manusia dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: Ego Kreatif, Ego kreatif adalah ego
yang dapat menemukan pemecahan kreativitas atas masalah baru pada setiap tahap
kehidupan. Ego Otonomi Fungsional, Ego otonomi fungsional adalah ego yang berfokus pada
penyesuaian ego terhadap

realita. Pengaruh Masyarakat, Pengaruh masyarakat adalah pembentuk bagian tersebesar ego,
mesikipun kapasitas yang dibawa sejak lahir oleh individu juga penting dalam perkembangan
kepribadian. Aplikasi Model Interpersonal yang dikembangkan sullivan yaitu
mengaplikasikan dengan gangguan mental dan psikoterapi. sedangkan Aplikasi teori
psikososial yang dikembangkan oleh erikson yaitu dengan berinteraksi dengan lingkungan
baik secara pribadi maupun kelompok, lalu situasi bermain anak-anak berdasarkan gender.

B. Saran

Makalah kami ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat kami harapakan demi tercapainya kesempurnaan dari
makalah kami ini kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Harry stack sullivan: Biografi PSIKOANALIS INI. yes, therapy helps! (n.d.). Retrieved
September 21, 2021, from https://id.yestherapyhelps.com/harry-stack-sullivan-biography-
of-this-psychoanalyst-13461. Bahiyah, S. (2015, May 27). TEORI interpersonal SULLIVAN.
BEAUTYRADIANT (Siti Bahiyah). Retrieved September 21, 2021, from
https://beautyradiant.wordpress.com/2015/05/27/teori-interpersonal-sullivan/.ERIK H.
ERIKSON – post Freudian theory. Himpunan Mahasiswa Psikologi. (2017, December 31).
Retrieved September 21, 2021, from https://student-
activity.binus.ac.id/himpsiko/2017/12/1086/. maman, P. (2009, May 7). PSIKIATRI
interpersonal HARRY STACK SULLIVAN. unik. Retrieved September 21, 2021, from
https://unikunik.wordpress.com/2009/05/07/psikiatri-interpersonal-harry-stack-sullivan/.
TEORI PSIKOLOGI Interpersonal HARRY STACK Sullivan LATAR BELAKANG. SlideToDoc.com.
(n.d.). Retrieved September 21, 2021, from https://slidetodoc.com/teori-psikologi-
interpersonal-harry-stack-sullivan-latar-belakang/.
Menurut Sullivan, tahap
perkembangan kepribadian
yang paling
menentukan sesungguhnya
bukan pada masa kanak-
kanak awal,
melainkan pada masa pra
remaja. Sullivan percaya
bahwa manusia dapat
mencapai perkembangan
yang sehat mereka sanggup
mengalami
keintiman sekaligus hawa
nafsu terhadap pribadi lain
yang sama.
Hubungan Sullivan sendiri
dengan orang lain jarang
yang
memuaskan dirinya. Sebagai
seorang anak, dia sering
merasa kesepian dan
secara fisik dikucilkan. Ketika
remaja, dia menderita minimal
satu episode
skizofrenik. Dan ketika
dewasa, dia mengalami
hanya hubungan-
hubungan antarpribadi yang
dibuat-buat dan ambivalen.
Meskipun begitu,
bahkan mungkin karena
kesulitan-kesulitan hubungan
antarpribadi ini,
Sullivan memberikan
banyak kontribusi bagi kita
untuk memahami
kepribadian manusia
Menurut Sullivan, tahap
perkembangan kepribadian
yang paling
menentukan sesungguhnya
bukan pada masa kanak-
kanak awal,
melainkan pada masa pra
remaja. Sullivan percaya
bahwa manusia dapat
mencapai perkembangan
yang sehat mereka sanggup
mengalami
keintiman sekaligus hawa
nafsu terhadap pribadi lain
yang sama.
Hubungan Sullivan sendiri
dengan orang lain jarang
yang
memuaskan dirinya. Sebagai
seorang anak, dia sering
merasa kesepian dan
secara fisik dikucilkan. Ketika
remaja, dia menderita minimal
satu episode
skizofrenik. Dan ketika
dewasa, dia mengalami
hanya hubungan-
hubungan antarpribadi yang
dibuat-buat dan ambivalen.
Meskipun begitu,
bahkan mungkin karena
kesulitan-kesulitan hubungan
antarpribadi ini,
Sullivan memberikan
banyak kontribusi bagi kita
untuk memahami
kepribadian manusia

Anda mungkin juga menyukai