Anda di halaman 1dari 15

PENDEKATAN DAN TANTANGAN

DALAM MANAJEMEN PONDOK PESANTREN

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Manajemen Pondok Pesantren

Dosen Pengampu : Hery Saparudin, S.Pd.I, M.Pd.I

Disusun oleh :
Kelompok 2
Handi Prasetyo Utomo (1184030047)
Hanip Khoerudin (1184030048)
Hasbi Ashshiddiqi (1184030049)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kemudahan
bagi kami sebagai penyusun untuk dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Makalah
ini merupakan tugas dari mata kuliah Manajemen Pondok pesantren, yang mana dengan tugas ini
kami sebagai mahasiswa dapat mengetahui lebih jauh dari materi yang diberikan dosen
pengampu.
Makalah yang berjudul tentang “Pendekatan Dan Tantangan Dalam Manajemen Pondok
Pesantren”. Mengenai penjelasan lebih lanjut kami memaparkannya dalam bagian pembahasan
makalah ini.
Dengan harapan makalah ini dapat bermanfaat, maka kami sebagai penyusun
mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah
ini.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya
dalam penyelesaian makalah ini. Saran dan kritik yang membangun dengan terbuka kami terima
untuk meningkatkan kualitas makalah ini.

Penyusun

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
a. Latar Belakang.....................................................................................................1
b. Rumusan masalah................................................................................................1
c. Tujuan..................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................2
A. Pendekatan Manajemen Pondok Pesantren.........................................................2
B. Tantangan Menejemen Pondok Pesantren...........................................................8
BAB III PENUTUP .....................................................................................................12
A. Kesimpulan...........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya manajemen itu penting sebab Manajemen yang baik akan
meningkatkan daya guna dan hasil guna semua potensi yang dimiliki. Manajemen selalu
dibutuhkan dalam setiap kerjasama dalam sekelompok orang Dalam rangka menghadapi
tuntutan masyarakat lembaga pendidikan masyarakat termasuk pondok pesantren
haruslah bersifat fungsional. Sebab lembaga pendidikan sebagai salah satu wadah dalam
masyarakat bisa digunakan sebagai pintu gerbang dalam menghadapi tuntutan
masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus mengalami perubahan.
Lembaga pesantren perlu mengadakan perubahan secara terus menerus seiring
dengan perkembangannya tuntutan-tuntutan yang ada dalam masyarakat. Pengembangan
Manajemen Pesantren merupakan salah satu solusi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kualitas atau mutu pesantren.
Manajemen mengawal dan memberikan arahan pada proses berjalannya sebuah
lembaga pesantren dapat terpantau. Tidak berbeda dengan lembaga pendidikan lain
seperti sekolah formal, pendidikan pesantren juga membutuhkan manajemen untuk
mengembangkan atau memajukan sebuah pesantren.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Pendekatan Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren?
b. Apa saja Tantangan Manajemen Pondok Pesantren?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu, agar pembaca dapat memahami
pendekatan manajemen pondok pesantren dan mengetahui tantangan menejemen dalam
pondok pesantren.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendekatan Manajemen Pondok Pesantren


Manajemen dapat diartikan pengelolaan, ketatalaksanaan, kepengurusan, dan
sejumlah pengertian serupa lainnya. Tentu dalam konteks organisasi. Maka tidak
menyimpang kiranya, kalau manajemen diartikan dengan tata kelola. Ilmu manajemen
pun dapat diartikan dengan ilmu tata kelola. Istilah ini di samping berkembang dalam
dunia bisnis, kemudian digunakan pula untuk berbagai bidang. Sudah sejak lama dikenal
istilah manajemen pembangunan, pemerintahn, perkantoran, rumah sakit, perkantoran,
konflik dan lain sebagainya, termasuk manajemen pendidikan dan pondok pesantren.
Manajemen sama tuanya dengan peradaban di Yunani kuno dan kerajaan
Romawi, ditemukan berlimpah-berlimpah bukti dari manajemen dalam arsip sejarah
pemerintahan, tentara dan pengadilan-pengadilan. Menjelang pertengahan pertama abad
ke 19, manajemen sudah membuat kemajuan setara dengan peningkatan alat-alat
produksi. Perangsang-perangsang, penentuan biaya produksi dan ukuran kerja mulai
digunakan. Penggunaaan matematika dan statistic merupakan pendekatan yang baru
terhadap manajemen. Yang lebih akhir adalah masuknya pendekatan-pendekatan lain,
seperti pemusatan pada pengambilan keputusan dan analisisa sistem-sistem, ke dalam
arus utama pemikiran manajemen. Terdapat beberapa macam pendekatan yaitu:
1. Pendekatan-pendekatan Ilmu Manajemen
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan
atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau
maksud-maksud yang nyata. Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah
“managing” -Pengelolaan-, sedang pelaksananya disebut manager atau pengelola.
Manajemen sudah membuat kemajuan setara dengan peningkatan alat-alat
produksi. Perangsang-perangsang, penentuan biaya produksi dan ukuran kerja mulai
digunakan. Penggunaaan matematika dan statistik merupakan pendekatan yang baru
terhadap manajemen. Yang lebih akhir adalah masuknya pendekatan-pendekatan lain,

2
seperti pemusatan pada pengambilan keputusan dan analisisa system-sistem, ke dalam
arus utama pemikiran manajemen. Terdapat lima macam pendekatan utama:
a. Proses pendekatan operasional
Manajemen dianalisa dari sudut pandangan apa yang diperbuat seorang manajer
untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang manajer. Kegiatan-kegiatan itu atau
fungsi-fungsi dasar ke dalam mana para manajer terlibat, membentuk suatu proses
yang dinamakan proses manajemen. Pendekatan proses itu memusatkan perhatiannya
pada fungsi-fungsi dasar manajemen. Proses pendekatan itu banyak digunakan,
karena ia sangat menolong dalam mengembangkan pemikiran manajemen dan
membantu menentukan bentuk manajemen dalam ketentuan-ketentuan yang mudah
dipahami. Setiap kegiatan belajar oleh seorang manajer dapat digolongkan sejajar
dengan proses dasar ini. Jawaban-jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan berikut dapat
diperoleh: (a). apa tujuan dan sifat kegiatan itu? (b). apa yang menjelaskan susunan
dan operasi-operasi dari kegiatan itu? Penganut-penganut pendekatan ini memandang
manajemen sebagai suatu proses universal, terlepas dari jenis atau tingkat organisasi;
tetapi mereka juga mengakui bahwa lingkungan-lingkungan internal maupun
eksternal, dalam mana proses manajemen itu digunakan, sangat berbeda-beda
diantara orgaisasi-organisasi dan pada berbagai tingkat.
b. Pendekatan Perilaku Manusia.
Inti pendekatan ini adalah perilaku manusia. Hal itu memberikan manajemen
metode-metode dan konsep ilmu-ilmu social yang bersangkutan, khususnya sosiologi
dan antropologi. Penekanan diberikan kepada hubungan-hubungan atara perorangan
serta dampaknya. Pada manajemen, individu dipandang sebagai makhluk sosio-
psikologis. Seni manajemen diberi penakanan dan seluruh bidang hubungan manusia
dipandang dalam istilah-istilah manajemen. Sebagian orang memandang manajer itu
sebagai pemimpin dan memerlakukan semua kegiatan-kegiatan orang yang
dipimpinnya sebagai keadaan-keadaan managerial. Perilaku manusia diberikan dalam
seluruh penelitian. Karena tidak dapat dipertanyakan bahwa pengelolaan melibatkan
perilaku manusia dan interaksi manusia, maka tidak diragukan bahwa tujuan-tujuan
nyata dari aliran ini sudah memadai, dan sumbangan-sumbangannya member manfaat
kepada penelitian manajemen.

3
c. Pendekatan Sistem Sosial.
Para pendukung pendekatan ini memandang manajemen sebagai system social,
atau dengan perkataan lain, sebagai suatu system iterelasi budaya. Ia berorientasi
secara sosiologis, berurusan dengan berbagai kelompok social dan hubungan-
hubungan dengan budayanya serta berusaha menyatukan kelompok-kelompok social
dan hubungan-hubungan budayanya serta berusaha menyatukan kelompok-kelompok
ini kedalam suatu system social. Suatau organisasi dianggap sebagai sebuah orgaisme
social, takluk kepada segala pertentangan dan interaksi para anggotanya. Pendekatan
ini memperhitungkan kelahiran, manfaat dan fungsi suatu “organisasi informal”, yang
dianggap tumbuh menjadi sesuatu, terutama sekali sebagai akibat kekuatan-kekuatan
social. Ia juga memperhitungkan pertimbangan-pertimbangan etika, pengaruh
masyarakat, serikat-serikat sekerja, dan pemeritah. Hasil bersih dari pendekatan
system social adalah terbatasnya kekuatan paham sosiologis ke dalam penelitian dan
teori manajemen.
d. Pendekatan Sistem-Sistem
Konsep-konsep system-sistem umum merupakan bagian-bagian sentral yang
dikembangkan pendekatan ini. Suatu system dapat dipandang sebagai suatu kumpulan
atau himpunan dua komponen atau lebih, yang saling berada dalam pola hubungan
tertentu dan antara mana suatu kegiatan menimbulkan reaksi pihak lain. Dengan kata
lain sebuah system adalah separangkat komponen yang saling berhubungan dan
saling bereaksi. System-sistem bersifat fundamental bagi kebayakan kegiatan. Apa
yang dipikirkan sebagai suatu kegiatan, mungkin sebenarnya adalah hasil dari banyak
kegiatan kecil, dan aktivitas kecil-kecil ini, sebaliknya adalah hasil dari aktivitas-
aktivitas yang lebih kecil lagi.
e. Pendekatan Kuantitatif.
Pendekatan ini sudah menunjukkan kegunaan manajerialnya yang besar.
Manajemen dipadang sebagai sebuah kekuatan yang logis, yang kalau diungkapkan
dan dihubungkan dalam istilah-istilah kuantitatif dan diproses dengan suatu
metodologi yang diterima, menghasilkan jawaban-jawaban atas persoalan-persoalan
manajerial, yang didefinisikan secara hati-hati. Pedekatan ini memaksa untuk si
pemakai mendefiniskan dengan tepat segala tujuan persoalan dan hubungan dengan

4
cara yang dapat diukur. Seterusnya pengakuan adanya hambatan-hambatan yang pasti
dan penggunaan proses yang logis memberikan kepada sang manajer suatu acara atau
alat yang ampuh untuk meyelesaikan persoalan-persoalan manajemen tertentu yang
kompleks. Ia sangat bersangkutpaut dengan pengambilan keputusan, maka
pendekatan itu jadi paling efektif. Untuk mempelajari manajemen pendidikan secara
utuh perlu memahami berbagai pendekatan dalam manajemen itu sendiri. Sebagai
bahan dalam mempelajari manajemen pendidikan, secara sederhana dikemukakan
pendekatan manajemen pendidikan sebagai berikut:
 Manajemen adalah kerjasama orang-orang
Untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan yang membutuhkan
berbagai keahilan dalam berbagai bidang pendidikan, secara internal sebuah
sekolah yang ingin berkualitas membutuhkan orang-orang yang memiliki keahlian
seperti kepala sekolah sebagai direktur, guru yang memiliki keahlian menejemen
kelas yang baik, tenaga bimbingan konseling, ketatusahaan yang memiliki
ketramplan dalam system manajemen informasi dan administrasi, perpustakaan
membutuhkan pustakawan yang dapat mengelola perpustakaan secara efektif dan
kreatifitas untuk menghidupkan suasana agar banyak dikunjungi siswa, laboran
yang harus bia mengelola penggunaan waktu, memelihara serta memanfaatkan
alat dengan berdayaguna.
 Manajemen adalah suatu proses
Seperti halnya sebuah pendidikan, manajemen adalah suatu proses,
pendekatan ini menekankan perilaku sebagaimana fungsi manajemen itu sendiri
yaitu proses planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting, dan
budgeting.
 Manajemen sebagai sebuah system
Sebagai sebuag system maksudnya adalah suatu keseluruhan yang terdiri
atas bagian-bagian yang saling berinteraksi dalam suatu proses untuk mengubah
masukan menjadi keluaran. System disini yakni input-proses-ouput-outcome.
 Manajemen sebagai pengelolaan
Jika kita melihat manajemen sebagai pengelolaan akan terlihat adanya
pengaturan atau pengelolaan sumberdaya yang dimiliki dalam sekolah atau

5
sumberdaya yang harus ada untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Sumberdaya tersebut harus harus dimanfaatkan seefisien dan seefektif mungkin.
 Kepemimpinan
Dari pendekatan kepemimpinan, manajemen dipengaruhi oleh pemimpin.
Disini seorang pemimpin harus mampu berkmunikasi secara verbal dan
nonverbal, mengambil keputusan dan pelaksana keputusan.

2. Pendekatan Terpadu
Yang dimaksud dengan pendekatan terpadu yang dilakukan dalam proses
pembelajaran adalah dengan memadukan secara serentak beberapa pendekatan-
pendekatan, yaitu :
 Pendekatan keimanan memberikan peluang kepada peserta didik untuk
mengembangkan pemahaman adanya Tuhan sebagai sumber kehidupan makhluk-
Nya.
 Pendekatan Pengalaman, yaitu memberikan pengalaman keagamaan kepada siswa
dalam penanaman nilai-nilai keagamaan, sekaligus memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengalaman
ibadah dan akhlak dalam kehidupan.
 Pendekatan Pembiasaan, yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
senantiasa membiasakan sikap dan perilaku baik sesuia dengan ajaran Islam dan
budaya bangsa dalam menghadapi masalah kehidupan.
 Pendekatan Emosional, yaitu usaha untuk menggugah perasaan dan emosi siswa
dalam meyakini, memahami dan menghayati ajaran agama dan budaya bangsa.
 Pendekatan Rasional, yaitu usaha untuk memberikan peranan kepada rasio (akal)
dalam memahami dan menerima kebenaran ajaran agama.
 Pendekatam Fungsional, yaitu usaha menyajikan ajaran agama dengan
menekankan kepada segi kemanfaatannya bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari
sesuai dengan tingkat perkembangannya.
 Pendekatan keteladan, menjadikan figure guru serta petugas sekolah lainnya mau
pun orang tua peserta didik sebagai cermin manusia berkepribadian agamis.
Pendekatan terpadu yang dimaksudkan dalam penelitian ini, disamping
memadukan 7 (tujuh) pendekatan di atas, juga memadukan pendekatan Pada
pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan
kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa,
merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan.

6
3. Pendekatan Persuasif
Pendekatan persuasif ini dapat menciptakan keakraban antara ustadz dengan
santri. Dengan pendekatan persuasif ini siswa mudah menerima dan memahami
nasehat-nasehat dari ustadz, sehingga teraplikasikan dengan perbuatan dan tingkah
laku yang baik dalam keseharian mereka.

4. Pendekatan yang dipegang didasarkan pada segala sesuatu yang telah akrab dengan
masyarakat dan perpaduan antara aspek teoritis dan praktis.
Pola ini membawa pesantren pada sistem pendidikan yang penuh fleksibilitas dan
spektrum yang luas, melampaui batas-batas pesantren itu sendiri. Keberadaaan
pesantren diperkuat dengan tradisi keilmuannya yang integral. Pada masanya,
integralitas itu bisa dilacak pada pengembangan fiqh dan alat bantunya yang
disatukan dengan fiqh sufistik. Dengan kata lain, yang diutamakan dalam dunia
pesantren bukan hanya pada aspek pengamalan hukum atau aspek akhlak semata
secara terpisah, melainkan juga perpaduan antara keduanya sekaligus pemekaran
pengertian tentang kehidupan dan hakikat manusia serta kehidupan masyarakat.

B. Tantangan Manajemen Pondok Pesantren


Menyusul derasnya arus globalisasi ada 2 tantangan besar yang harus dihadapi
oleh pendidikan islam. Kedua tantangan tersebut meliputi aspek kelembagaan dan
penguatan materi pendidikan untuk konsteks tantangan pertama. Bila mengamati
kekuatan pasar seperti dimaksud diatas, kita segera diingatkan oleh dua kategori
pendidkan yang kini menyeruak ke permukaan pendidikan yang dikendalikan oleh pasar
(market driven education) dan pendidikan yang berorientasi penciptaan pasar (market
creation based education).
Ditengah dua kategori diatas posisi pendidikan islam sungguh dilematis pada satu
sisi. Ia dihadapkan pada kekuatan pasar yang harus segera direspon, dan pada sisi lain, ia
harus mempertahankan misi awal sebagai media penciptaan. Masyarakat / pasar yang
islami melalui pelestarian nilai-nilai keislaman yang terorganisir dan terlembaga. Jika
terlalu bergerak ke sudut kekuatan pasar dengan berbagai selera yang dimiliki,
pendidikan islam bisa kehilangan identitas dan jati dirinya. Jika terlalu bergerak ke sisi

7
idealisme, pendidikan islam bisa kehilangan pasar potensialnya, karena terdapatnya jarak
yang melebar antara dirinya dan selera pasar.
a.     Tantangan Inovasi Kurikulum dan Khususnya Pembelajaran
Lembaga pendidikan islam di Indonesia saat ini mengalami kritis dalam
menghadapi permasalahan yang timbul karena perkembangan sosial politik dan budaya,
terutama menyusul merebaknya globalisasi. Pendidikan Islam dihadapkan pada persoalan
kesiapan dalam merespon tuntunan dan tantangan inovasi, khususnya dalam kaitannya
dengan kurikulum digunakan praktek pendidikan islam. Sejauh ini masih menggunakan
metode-metode yang lama yang dalam banyak kasus lemah dalam merespon isu-isu
aktual. Kondisi ini mengakibatkan ilmu-ilmu yang lebih modern memiliki predikat
khusus sebagai ilmu yang kurang penting untuk dipelajari di lingkungan pendidikan
islam.
Keterangan tersebut menggambarkan betapa sulitnya lembaga pendidikan islam di
Indonesia dalam menghadapi tantangan transformasi sosial, politik dan budaya.
Meminjam ungkapan Fazlur Rahman, seperti dikutip Shofan “Strategi Pendidikan Islam
yang dilakukan masih tampak sekedar bersifat defansif, hanya untuk menyelamatkan
pikiran-pikiran kaum muslim dari pencemaran dan kerusakan moral dan perilaku yang
ditimbulkan oleh dampak gagasan-gagasan barat”. 
Muhaimin mencatat sejumlah permasalahan yang dihadapi oleh pendidikan islam
di Indonesia, khususnya jenjang pendidikan tinggi, permasalahan dimaksud berkaitan
dengan desain dan implementasi kurikulum, sebagai berikut : 
1. Kurang relevannya materi pembelajaran dengan masyarakat banyak program studi
dan materi pembelajaran yang tidak diminati masyarakat tetap dipertahankan.
2. Kurang efektifnya pembelajaran, yakni tidak terjaminnya lulusan yang sesuai dengan
harapan.
3. Kurang efisiennya penyelenggaraan pembelajaran, yakni terlalu banyaknya materi
pembelajaran sehingga kompetensi lulusan tidak bisa dijamin secara baik.
4. Kurang fleksibelnya dalam pengembangan kurikulum agar lebih sesuai dengan
kebutuhan masyarakat (setempat, global, maupun nasional).
5. Banyaknya multitafsir atas materi dan praktek pembelajaran.
6. Hanya berupa deretan mata kuliah

8
7. Berbasis pada mata kuliah / penyampaian materi bukan pada tujuan kurikuler.
8. Kurang jelas dan kuatnya pengacuan secara fungsional materi pembelajaran terhadap
tugas utama kurikuler.
Secara lebih spesifik, inovasi atas strategi dan metode pembelajaran cenderung
melemah dibanding praktek pengulangan atas metode konvensional. Seperti menjadi
catatan besar dari praktek riil yang ada. Metode yang banyak digunakan oleh dan
dipraktekkan dalam lembaga pendidikan islam meliput diantaranya :
1. Metode Ceramah
 Metode yang dilakukan dengan cara memberikan uraian kepada peserta didik baik itu
berupa informasi motivasi maupun wawasan keilmuan.
2. Metode Tanya Jawab
Proses transfer ilmu dengan cara mengajukan pertanyaan kepada peserta didik untuk
memberikan jawaban.
3. Metode Diskusi
Kegiatan tukar menukar informasi pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara
teratur. 
Untuk kepentingan ke depan, perlu dilakukan pembaharuan kurikulum dari
penyelenggaraan pendidikan islam yang lebih bersifat reponsif dan progresif.
Pembaharuan kurikulum ini penting dilakukan untuk menciptakan keterhubungan dan
relevansi yang sangat tinggi antara program pendidikan yang dijalankan dan kebutuhan
masyarakat itu sendiri.      

b. Tantangan Desentralisasi dan Otonomi Pendidikan


Menurut Abdur Rahman Shaleh desentralisasi adalah pemberian pendelegasian
kewenangan, umumnya dari pemilik wewenang (atasan) pada pelaksana (penguasa
dibawahnya) dalam mengambil keputusan. Sedang otonomi adalah kemandirian dalam
wujud memiliki yang disertai adanya kemampuan.
Desentralisasi dan otonomi pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut :
 Unit perencanaan yang lebih rendah memiliki wewenang untuk memformulasikan
targetnya sendiri.

9
 Unit yang lebih rendah diberi kewenangan dan kekuasaan untuk memobilitasi
sumber-sumber yang ada dan kekuasaan untuk melakukan realokasi sumber-sumber
yang telah diberikannya sesuai kebutuhan prioritasnya.
 Unit perencanaan yang lebih rendah turut berpartisipasi dalam proses perencanaan
dengan unit yang lebih tinggi (propinsi atau pusat dimana posisi unit yang lebih
rendah sebagai bawahan melainkan sebagai potret dari unit propinsi atau pusat).
Kebijakan pemerintah dalam menyikapi sistem pendidikan di Indonesia ini
menjadi gerbang awal lembaga pendidikan islam di Indonesia untuk tetap eksis dalam era
persaingan bebas dan keunggulan teknologi informasi yang menurut adanya sistem
keterbukaan politik, ekonomi, budaya.
Kebijakan pemerintah melalui desentralisasi dan otonomi pendidikan sejatinya
memberikan peluang yang sangat besar dan luas kepada pendidikan islam di Indonesia
untuk melakukan akselerasi kualitas penyelenggaraan pendidikannya. Pendidikan islam
semestinya merespon kebijakan desentralisasi dan otonomi ini dengan penuh semangat
kemajuan, namun bila peluang yang muncul dari kebijakan ini tidak dimanfaatkan
dengan baik, pendidikan islam akan gagal bersaing dengan pendidikan lainnya. Karena
itu pembenahan yang lebih kooperatif perlu dilakukan, mulai dari pengembangan
kurkulum tenaga pendidik, hingga sarana prasarana keberhasilan penyelenggaraan
pendidikan di suatu daerah patut menjadi masukan dan pelajaran bagi pendidikan islam
untuk melakukan hal yang sama guna mencapai kesuksesan yang serupa pula. Proses
replikasi seperti ini sudah menjadi hal yang sangat umum di era desentralisasi dan
otonomi pendidikan.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kegiatan kerja, yang melibatkan
bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan
organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen adalah suatu kegiatan,
pelaksanaannya adalah “managing”-Pengelolaan, sedangkan pelaksananya disebut
manager atau pengelola. Untuk mempelajari manajemen pendidikan terutama di
pesantren secara utuh perlu memahami berbagai pendekatan dalam manajemen itu
sendiri. Sebagai bahan dalam mempelajari manajemen pendidikan tersebut, secara
sederhana dikemukakan pendekatan manajemen pendidikan di pesantren.
Perencanaan dan pendekatan dalam rangka mempersiapkan alternatif-
alternatif pemecahan masalah guna memenuhi kebutuhan pendidikan pondok
pesantren secara realistis harus berpedoman kepada tujuantujuan yang telah
ditetapkan secara jelas dan terinci. Berbagai tujuan yang telah ditetapkan akan
menentukan pula pola pendekatan perencanaannya meskipun dalam hal tersebut pasti
akan ditemukan ancaman-ancaman maupun tantangan-tantangan tetapi hal itu akan
ada jalan keluarnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Harjanto. 1997. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.


Hikmat. 2011. Manajemen Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Ihsan Fuad. 2013. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
J. Pangkyim. 1982. Manajemen Suatu Pengantar. Jakarta: Gladia Indonesia.
Mochtar Effendy. 1986. Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam.
Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
Nanang Fattah. 2000. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Pidarta Made. 2011. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Qomar Mujamil. 2005. Manajemen Pendidikan Islam. Bandung: Erlangga.
Rohiat. 2008. Manajemen Sekolah Teori Dasar dan Praktek. Bandung: PT Refika
Aditama.
Soebagio Admodiwirio. 2000. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Ardadlzya
Jaya.
Suryosubroto, B. 2010. Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Terry.G.R, L.W.Rue. 1992. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan. 2013. Manajemen Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.

12

Anda mungkin juga menyukai