Anda di halaman 1dari 17

PENDIDIKAN KARAKTER

SOFT SKIL

Oleh
DISTIAWATI SARI ARDIA PONTOH
NIM : E2121025

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ICHSAN GORONTALO

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Saya panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga Saya dapat menyelesaikan
makalah Soft skill tentang “Pendidikan Karakter”.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan yang terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapatmemperbaiki makalah ini sesuai ketentuan yang ada.
Akhir kata Saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Gorontalo, Juni 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................3
C. Tujuan Makalah...............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................4
A. Konsep Pendidikan Karakter..........................................................................4
1. Pengertian Karakter.....................................................................................4
2. Pengertian Pendidikan Karakter................................................................5
3. Tujuan Pendidikan Karakter......................................................................7
4. Pentingnya Pendidikan dalam Membentuk Karakter..............................8
B. Strategi dalam Pendidikan Karakter.............................................................8
C. Pendidikan Sejarah Sebagai Pendidikan Karakter....................................10
BAB III PENUTUP....................................................................................................13
A. Kesimpulan........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era sekarang kita mengalami perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi yang sangat pesat. Salah satu buktinya adalah adanya penemuan
internet yang mempengaruhi dalam berbagai aspek seperti kegiatan ekonomi,
kegiatan pendidikan, penyebaran informasi, dan lain – lain. Banyak kegiatan –
kegiatan yang telah dipermudah dengan adanya internet sehingga teknologi
telah mempermudah kehidupan manusia. Hal ini menjadi salah satu bukti
bahwa manusia adalah makhluk yang sangat istimewa dibandingkan dengan
makhluk – makhluk hidup lainnya. Meskipun menjadi makhluk yang
istimewa karena dianugerahi kemampuan berpikir sehingga maju dalam
IPTEK, apakah manusia pada era sekarang maju dalam hal berkarakter ?.

Bercermin pada peristiwa masa lalu yang diwarnai dengan beberapa


peristiwa perang seperti Perang Dunia I dan Perang Dunia II yang
menimbulkan banyak korban jiwa dan disintegrasi masyarakat dunia. Pada
peristiwa perang, terdapat banyak tindakan yang dilakukan tanpa dilandasi
nilai moral seperti penjatuhan bom atom yang dijatuhkaqn oleh pihak sekutu
kepada pihak Jepang di kota Hiroshima dan Nagasaki yang memakan banyak
korban jiwa. Peristiwa penjatuhan bom atom merupakan bukti bahwa manusia
telah maju dalam IPTEK tanpa melibatkan nilai karakter. Perihal persoalan
karakter, bagaimana karakter di Indonesia ?.

Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman suku,


ras, agama, dan kebudayaan. Hal ini membuat Indonesia rentan terjadinya
disintegrasi jika tidak ditanamkan salah satu nilai karakter yaitu toleransi.
Berdasarkan hal ini, pendidikan karakter diperlukan untuk menjaga integraasi
bangsa. Selain itu, ada banyak alasan mengapa pendidikan karkter merupakan
hal penting yang harus diimplementasikan. Pada Undang-Undang Nomor 20
tahun 2003 perihal tujuan pendidikan menyatakan bahwa pendidikan

4
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, dengan tujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal membuat pendidikan
karakter merupakan sesuatu yang wajib dilaksanakan selain pendidikan dalam
hal penanaman IPTEK.

Meskipun menjadi hal yang urgen, pendidikan karakter tidak


sepenuhnya terlaksana. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya kasus –
kasus penyimpangan seperti kasus kekerasan, tindakan intoleran yang
mengarah pada disintegrasi, merajalelanya korupsi, dan kasus – kasus
penyimpangan lainnya sehingga pendidikan karakter tidak sepenuhnya
terlaksana sesuai harapan yang dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 20
tahun 2003. Hal ini menimbulkan pertanyaan yaitu nilai – nilai karakter apa
yang harus ditanamkan untuk mengurangi terjadinya lebih banyak kasus
penyimpangan dan bagaimana strateginya ?.

Dibutuhkan inovasi dalam mengatasi permasalahan tersebut salah


satunya adalah memanfaatkan pendidikan sejarah sebagai pendidikan
karakter. Menurut Susanto (2014: 28) pendidikan karakter menjadi relevan
untuk setiap bidang studi tidak terkecuali pendidikan sejarah. Sehingga
bagaimana pendidikan sejarah dapat menjadi sebagai pendidikan karakter

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu :
1. Bagaimana konsep pendidikan karakter ?
2. Bagaimana startegi dalam pendidikan karakter ?
3. Bagaimana peran pendidikan sejarah sebagai pendidikan karkater ?

C. Tujuan Makalah
Tujuan dari makalah ini adalah untuk menjawab permasalahan yang
terdapat pada latar belakang dan memaparkannya
5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Pendidikan Karakter


1. Pengertian Karakter
Istilah Karakter pada awalnya berasal dari bahasa Yunani yaitu
charassein yang artinya mengukir sehingga karakter seolah – olah menjadi
hasil sebuah ukiran dari nilai. Pengertian karakter menurut Kementerian
Pendidikan Nasional (Kemendiknas, 2010) yaitu “watak, tabiat, akhlak, atau
kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai
kebajikan (virtues) yang diyakininya dan digunakannya sebagai landasan
untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas
sejumlah nilai, moral, dan norma seperti jujur, berani bertindak, dapat
dipercaya, hormat kepada orang lain, dan sebagainya. Interaksi seseorang
dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa“.
Dan juga, Pengertian karakter menurut Hasanah yang dikutip oleh Raharjo
(2010 : 230) adalah standar – standar batin yang terimplementasi dalam
bentuk kualitas diri. Nilai
– nilai yang telah diinternalisasikan sebagai standar batin lalu
diimplementasikan dalam kehidupan sebagai kualitas diri.
Di Indonesia, nilai – nilai dalam pendidikan karakter dikembangkan
berdasarkan dari berbagai sumber yaitu agama, Pancasila, budaya, dan tujuan
pendidikan nasional (Hasan, 2012 : 85). Landasan pertama yaitu agama,
Indonesia memiliki masyarakat yang beragama. Hal ini bisa diketahui melalui
banyaknya rumah ibadah seperti masjid, gereja, kelenteng, pura, dan lain –
lain selain itu kolom agama pada Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagai
beukti bahwa agama adalah sesuatu yang harus dianut di Indonesia. Hal ini
karena ajaran agama menjadi landasan bagi individu, masyarakat, dan bangsa
dalam berkehidupan. Perilaku pada individu, masyarakat, dan bangsa harus
sesuai dengan ajaran agama yang dianut sehingga nilai – nilai pendidikan
karakter bangsa harus didasarkan pada nilai – nilai dan kaidah yang

6
berdasarkan agama. Landasan kedua yaitu nilai – nilai Pancasila, prinsip
kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang diterapkan oleh Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) adalah Pancasila. Pancasila terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945 dan dipaparkan dalam pasal – pasal yang terdapat
pada UUD 1945. Jadi, nilai – nilai pancasila telah mengatur kehidupan
masyarakat dalam bernegara, ekonomi, kehidupan politik, hukum, sosial dan
budaya yang terkandung dalam pasal – pasal UUD 1945. Oleh karena itu
masyarakat dalam berkehidupan harus sesuai dengan nilai – nilai Pancasila.
Landasan ketiga yaitu nilai – nilai budaya, Indonesia dikenal sebagai negara
yang memiliki keanekaragaman budaya. Masyarakat – masyarakat Indonesia
menjadikan nilai – nilai budaya sebagai landasan dalam menilai atau memberi
makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi yang dilakukan oleh
anggota pada masyarakat. Wawasan akan budaya menjadi hal yang penting
dalam bersikap. Dengan wawasan budaya yang luas disertai dengan
pemaknaan yang dalam, seseorang dapat menjadi pribadi yang lebih terbuka
terhadap masyarakat beserta kebudayaannya. Landasan keempat yaitu tujuan
pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional adalah standar kualitas dan
kompetensi yang harus dipenuhi oleh warga. Nilai karakter yang terdapat pada
tujuan pendidikan nasional telah disesuaikan dengan nilai agama, Pancasila,
dan budaya sehingga tujuan pendidikan nasional bisa menjadi landasan dalam
pendidikan karakter. membentuk karakter pada seseorang diperlukan usaha
untuk menginternalisasikan kebajikan yaitu melalui melaui pendidikan
karakter.

2. Pengertian Pendidikan Karakter


Sebelum mengenal apa aitu pendidikan karakter, sebaiknya kita perlu
ketahui apa itu pendidikan dan ap aitu karakter. Secara umum, pendidikan
adalah proses mendidik dengan tujuan untuk menanamkan nilai – nilai yang
baik dan mengasah kemampuan atau keterampilan orang yang di didik.
Berlandaskan pada Undang – Undang Dasar nomor 20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional pada bab 1 pasal 1 menyatakan bahwa “
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
7
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Jika pendidikan pengertiannya adalah usaha untuk mewujudkan proses
pembelajaran sedangkan karakter adalah watak, tabiat, dan akhlak yang
dibentuk dari hasil internalisasi. Maka pendidikan karakter adalah usaha
menciptakan proses pembelajaran agar peserta didik dapat mengembangkan
watak, tabiat dan akhlak secara aktif dengan menanamkan kebajikan pada
peserta didik agar mendasari peserta didik dalam cara bersikap. Menurut Rizki
Afandi (2011 : 88) Pendidikan karakter adalah suatu sistem pendidikan
dengan penanaman nilai-nilai sesuai dengan budaya bangsa dengan komponen
aspek pengetahuan (cognitive), sikap perasaan (affection felling), dan
tindakan, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME) baik untuk diri sendiri,
masyarakan dan bangsanya. Dalam pendidikan karakter, diperlukan adanya
tentang pengetahuan dalam mengetahui hal – hal yang baik maupun tidak. Hal
– hal yang baik dan buruk merupakan sesuatu yang relatif artinya dalam
membedakan hal yang baik maupun tidak tergantung pada landasan mendasar
yang tertanam pada diri seseorang. Akan tetapi anak – anak masih belum
memiliki landasan dasar dalam bersikap, mereka cenderung meniru perbuatan
– perbuatan yang dilakukan oleh orang lain berdasarkan hasil pengamatan
mereka . Hal ini sesuai dengan pendapat Bandhura bahwa menurut Bandura
yang dikutip oleh Kard.S lalu dikutip lagi oleh Fithri (2014 : 103) pada
sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan
mengingat tingkah laku orang lain. Untuk itu dalam mendidik anak dalam hal
karakter seorang pengajar seperti orang tua atau guru sebaikanya memberikan
contoh baik kepada anak dalam berperilaku.
3. Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan dari penerapan pendidikan karakter adalah pembentukan
karakter yang sesuai dengan landasan dasar Pancasila yang terkandung pada
UUD 1945. Menurut Rachmach (Rachmah, 2013) pendidikan karakter yang
diarahkan sesuai nilai dan prinsip UUD 1945 dengan tujuan untuk
8
membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis,
berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh
iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Selain itu, tujuan dari
pendidikan karakter adalah menanamkan dan menerapkan nilai - nilai
karakter yang berdasarkan
18 (delapan belas) nilai karakter menurut kementerian pendidikan nasional
(Kemdiknas) yaitu : Religius, Jujur, toleransi,disiplin, kerja keras,kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab (Kemdiknas , 2011).
Nilai – nilai karakter tersebut merupakan tanggung jawab kita semua (guru,
orang tua, dan masyarakat) dalam menanam dan membentuk karakter pada
siswa.
Berdasarkan pernyataan diatas, karakter yang harus dibentuk melalui
pendidikan karakter yaitu menjadikan siswa :
a) Taat pada keyakinan (agama) masing – masing;
b) Memiliki jiwa nasionalis dan patriotis;
c) Memiliki sikap jujur, toleran, kreatif, bertanggung jawab, dan
adaptif pada perubahan sosial dan budaya;
d) Memiliki wawasan yang luas;
e) Memiliki jiwa yang peka terhadap lingkungan sekitar
f) Memiliki sikap toleransi dan menjunjung tinggi persatuan.

4. Pentingnya Pendidikan dalam Membentuk Karakter


Pada pengertiannya pendidikan adalah tindakan yang disengaja atau
secara sadar dalam menciptakan proses pembelajaran yang efektif agar peserta
didik dapat mengasah kemampuannya, mendapatkan keterampilan baru, dan
menanamkan nilai karakter. Penanaman nilai karakter pada anak melalui
pendidikan harus dilakukan terus menerus selama adanya eksistensi manusia
didunia. Menurut Lickona dalam Sudrajat (2011 : 49) bahwa alasan
pendidikan karakter selalu diperlukan salah satunya adalah masih ada siswa
yang tidak dapat membentuk karakter yang kuat bagi dirinya di tempat lain.
9
Berdasarkan pernyataan ini siswa bersifat pasif dalam membentuk karakter
pada diri mereka sehingga mereka memerlukan bimbingan dari orang yang
lebih dewasa seperti guru, orang tua, dan masyarakat.
B. Strategi dalam Pendidikan Karakter
Salah satu strategi dalam membentuk karakter anak adalah dengan
memaksimalkan peran orang tua dalam membentuk karakter anak. Hal ini
dilakukan karena keluarga merupakan kelompok sosial primer yang penanggung
jawabnya adalah orang tua. Keterampilan dan karakter dipelajari oleh anak usia
dini diajarkan oleh orang tua.
Penelitian yang dilakukan oleh Yeni Wulandari dan Muhammad Kristiawan
dalam meneliti tentang Strategi Sekolah Dalam Penguatan Pendidikan Karakter
Bagi Siswa Dengan Memaksimalkan Peran Orang Tua (2017) yang dilakukan
pada SD Negeri 62 Palembang. Dalam penelitian ini pihak sekolah berupaya
untuk memaksimalkan peran orang tua dalam mendidik anaknya dalam hal
karakter. Strategi sekolah dalam menstimulasikan peran orang tua dalam
memaksimalkan pembentukan karakter pada siswa yaitu mengangkat nilai – nilai
karakter sebagai bagian dari visi, misi, dan tujuan lembaga serta berusaha
mewujudkannnya melalui kegiatan yang nyata (1), membangun hubungan yang
kuat dalam upaya penguatan nilai – nilai karakter pada siswa (2), menyiapkan
pendidik yang berjiwa pendidik sehingga mereka dapat mengutamakan tanggung
jawab dalam kesuksesan pendidikan karakter pada siswa (3), dan
mengkondusikan sekolah yang dapat mendukung pendidikan karakter (4).
Berdasarkan hasil penelitian, dengan memaksimalkan peran orang tua, terdapat
perkembangan dalam perilaku siswa sebagai hasil maksimalnya peran orang tua
dalam mendidik karakter seperti siswa terbiasa mengucap salam kepada sesama
teman, guru, dan kepala sekolah, siswa memiliki sikap toleransi dan menghargai
perbedaan, siswa bersikap jujur, siswa bersikap sopan, dan sebagainya.
Berdasarkan penelitian membuktikan bahwa dengan memaksimalkan peran orang
tua sebagai strategi dalam mendidik karakter pada siswa memberikan pengaruh
yang efektif dalam membentuk karakter pada siswa.
Selain memaksimalkan peran orang tua dalam pendidikan karakter, strategi
lain dalam membentuk karakter pada siswa adalah mengintegrasikan nilai
10
pendidikan karakter kedalam kurikulum. Menurut Hasan (2012 : 92) langkah –
langkah dalam mengintegrasikan nilai pendidikan karakter kedalam kurikulum
yaitu :
1. Memasukkan nilai terpilih dari pendidikan karakter keterampilan kedalam
silabus pelajaran IPS dan sejarah;
2. Memasukkan nilai pendidikan karakter dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang dikembangkan oleh guru sejarah;
3. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP dengan memperhatikan
proses pembelajaran untuk penguasan keterampilan dan internalisasi nilai;
4. Melaksanakan penilaian hasil belajar.
Guru harus berinovasi dan kreatif dalam merancang model pembelajaran yang
bernilai karakter didalamnya. Hal ini ditekankan agar pembentukan karakter dapat
terjadi selama kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan pembahasan tentang strategi pendidikan karakter dapat
disimpulkan bahwa perlu adanya usaha maksimal peran orang tua dan guru dalam
melaksanakan pendidikan karakter sehingga terjadi penanaman dan peningkatan
nilai karakter pada siswa.

C. Pendidikan Sejarah Sebagai Pendidikan Karakter


Pada dasarnya setiap kegiatan pembelajaran dapat membentuk karakter pada
siswa, menurut Hamid (Hasan,2012 : 86) bahwa proses pengembangan nilai –
nilai budaya dan karakter bangsa dapat dilakukan melalui mata pelajaran,
kegiatan kurikuler, dan kegiatan ekstrakurikuler. Contohnya pembelajaran
pendidikan jasmani dan olahraga dapat membentuk karakteristik compassion
(rasa terharu), fairness (berkeadillan), sport-personship (sikap sportif), dan
Integrity (integritas) (Harta, 2019: 2016). Nilai – nilai karakter ini bisa saja
tertanam asalkan guru dapat merancang model pembelajaran yang dapat
melibatkan aspek afektif pada siswa dalam pembelajaran. Bagaimana dengan
pendidikan sejarah ?
Secara umum bahwa, sejarah merupakan peristiwa yang terjadi pada masa lalu
yang mempengaruhi masa sekarang atau masa depan yang sebagian besar
peristiwa melibatkan tokoh dan masyarakat sebagai penggerak dalam suatu
11
peristiwa. Keberadaan tokoh atau masyarakat menjadi hal yang penting dalam
pendidikan karakter. Hal ini karena kita dapat meneladani perilaku tokoh atau
masyarakat yang pernah terlibat dalam suatu peristiwa dalam membentuk
karakter. Contohnya meneladani tokoh pejuang dalam perjuangan menghadapi
bangsa Barat dalam Perang Diponegoro. Nilai – nilai karakter yang dapat
diteladani dari perjuangan tersebut adalah semangat dalam menjaga tanah air
mereka dari penjajah. Peristiwa – peristiwa sejarah yang telah tercatat dapat
menjadi bahan evaluasi untuk masa depan sehingga bukan hanya pengetahuan
saja yang disampaikan tetapi nilai – nilainya harus ditanamkan pada siswa untuk
diterapkan dalam hidup mereka.
Untuk menanamkan nilai karakter melalui pendidikan sejarah, diperlukan
model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang bukan hanya dapat
menambah pengetahuan dan keterampilan tetapi dapat menstimulasikan
keaktifan siswa dalam bersikap sehingga terdapat perkembangan pada siswa
dalam bersikap / berkarakter yang sesuai dengan karakter bangsa. Guru harus
menggunakan sumber dan media tepat untuk memenuhi tujuan pembelajaran.
Menurut Kemp dalam Susanto (2014 : 90) bahwa sumber dan media belajar
harus disiapkan untuk memenuhi tujuan belajar antara lain ; memotivasi siswa,
melibatkan siswa, menjelaskan dan menggambarkan isi subjek, dan memberikan
kesempatan menganalisis sendiri kinerja individual. Sumber dan media belajar
yang menarik dapat memotivasi siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran
secara antusias. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran yang dilatar belakangi
oleh motivasi yang kuat dapat mencapai tujuan pembelajaran yangtg diharapkan.
Motivasi belajar Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak
didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan
dan adanya arahan dalam kegiatan belajar sehingga dapat mencapai tujuan yang
dikehendaki (Kiswoyowati, 2011 : 123). Menurut Kiswoyowati (2011) motivasi
belajar pada siswa menimbulkan ciri – ciri pada siswa dalam kegiatan belajar
yaitu siswa tersebut tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, lebih
mandiri, dapat mempertahankan pendapatnya, senang dan dapat memecahkan
permasalahan yang dihadapinya. Jika sumber dan media dirancang menarik dan
dilakasanakan kegiatan belajar yang dapat memotivasi siswa, maka karakter
12
yang dibentuk selama kegiatan pembelajaran adalah tekun dan ulet dalam
melaksanakan tanggung jawab, mandiri, berani bertanggung jawab, tulus dalam
mempertahankan sesuatu yang menurut mereka penting, dan bisa memecahkan
masalah.
Model pembelajaran sejarah yang digunakan dalam pembentukan karakter
adalah model bukan hanya melatih dalam ranah kognitif dan psikomotorik tetapi
model ini ditekankan dapat melatih ranah afektif pada siswa. Salah satu model
pembelajaran yang disebutkan oleh Susanto (2014) yang dapat digunakan untuk
menanamkam nilai dan dipahami oleh siswa yaitu Model Bermain Peran (Role
Playing). Pada model ini, siswa memerankan tokoh – tokoh yang terlibat pada

peristiwa sejarah dalam bentuk sebuah drama. Menurut Susanto (2014:109)


bahwa tujuan dari model ini adalah siswa memahami nilai dan memahami
konteks peristiwa yang terjadi dalam sejarah. Penelitian tentang model Bermain
Peran (Role Playing) sebagai pendidikan karakter telah dilakukan oleh Kiromim
Baroroh (2011) terhadap mahasiswa Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ekonomi – Universitas Negeri Yogyakarta pada mata kuliah
Ekonomi Kerakyatan. Hasil dari penelitiannya yaitu terjadi peningkatan pada
nilai kreatif, kemampuan berkomunikasi, disiplin, dan kerja keras. Penelitian ini
membuktikan bahwa model Bermain Peran (Role Playing) dapat menigkatkan
atau menanamkan nilai karakter pada peserta didik. Jika model ini diterapkan
pada model pembelajaran sejarah diharapkan dapat menjadikan siswa
berkarakter bangsa.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibahas pada bab
sebelumnya, maka disimpulkan :
1. Pengertian karakter adalah watak atau perilaku yang diimplementasikan
berlandaskan pada nilai – nilai yang telah tertanam sedangkan pengertian
pendidikan karakter yaitu pendidikan karakter adalah usaha menciptakan
proses pembelajaran agar peserta didik dapat mengembangkan watak,
tabiat dan akhlak secara aktif dengan menanamkan kebajikan pada
peserta didik agar mendasari peserta didik dalam cara bersikap. Tujuan
dari pendidikan karakter adalah adalah pembentukan karakter yang sesuai
dengan landasan dasar Pancasila yang terkandung pada UUD 1945 .
karakter yang dibentuk yaitu (a) Taat pada keyakinan (agama) masing –
masing, (b) Memiliki jiwa nasionalis dan patriotis, (c) Memiliki sikap
jujur, toleran, kreatif, bertanggung jawab, dan adaptif terhadap perubahan
sosial dan budaya, (d)Memiliki wawasan yang luas, dan (e) Memiliki
jiwa yang peka terhadap lingkungan sekitar.
2. Terdapat dua strategi pendidikan karakter yang telah dijelaskan pada bab
sebelummnya yaitu dengan memaksimalkan peran orang tua pada peserta
didik dan mengintegrasikan nilai karakter dengan kurikulum.

3. Pendidikan sejarah bisa dijadikan sebagai pendidikan


karakter. Model pembelajaran yang diperlukan untuk
mewujudkan hal ini adalah model yang menekankan pada
aspek afektif. Contoh modelnya yaitu model Bermain
14
Peran (Role Playing

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, R. (2011). Integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran IPS di


sekolah dasar. PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan, 1(1), 85-98.
Baroroh, K. (2011). Upaya meningkatkan nilai-nilai karakter peserta didik
melalui penerapan metode role playing. Jurnal Ekonomi dan
pendidikan, 8(2).
Fithri, Rizma. (2014). BUKU PERKULIAHAN PSIKOLOGI BELAJAR. UIN
SUNAN AMPEL, SURABAYA.
Harta, L. I. (2019, May). Implementasi pendidikan karakter di Era 4.0 melalui
pendidikan jasmani dan olahraga di Sekolah. In Prosiding Seminar
Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains (Vol. 1, No. 1).
Hasan, S. H. (2012). Pendidikan sejarah untuk memperkuat pendidikan
karakter. Paramita: Historical Studies Journal, 22(1).
Heri, S. (2014). Seputar Pembelajaran Sejarah; Isu, Gagasan Dan Strategi
Pembelajaran. Aswaja Pressindo.
Kemdiknas, T. P. (2011). Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter.
Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Badan Penelitian dan
Pengembangan, Kemendiknas.
Kiswoyowati, A. (2011). Pengaruh motivasi belajar dan kegiatan belajar siswa
terhadap kecakapan hidup siswa. Portal Jurnal Universitas Pendidikan
Indonesia, 2(1), 12-16.
Rachmah, H. (2013). Nilai-nilai dalam pendidikan karakter bangsa yang
berasarkan Pancasila dan UUD 1945. E-Journal WIDYA Non-
15
Eksakta, 1(1).
Raharjo, S. B. (2010). Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan
Akhlak Mulia. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 16(3), 229-238

16
Sudrajat, A. (2011). Mengapa Pendidikan Karakter?. Jurnal Pendidikan
Karakter, 1(1).
Wulandari, Y., & Kristiawan, M. (2017). Strategi Sekolah dalam Penguatan
Pendidikan Karakter Bagi Siswa dengan Memaksimalkan Peran Orang
Tua. JMKSP (Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi
Pendidikan), 2(2).

15

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai