Anda di halaman 1dari 16

INOVASI PENDIDIKAN KARAKTER

ANJAS ROBIANSYAH (062240111895)

PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

ii
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan
makalah ilmiah tentang “Pendidikan Karakter”.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang
telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu
dengan tangan yang terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar
kami dapat memperbaiki makalah ini sesuai ketentuan yang ada.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini untuk dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Palembang,21 Juni 2023


iii
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR
ISI ............................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................................... 5
I.A. Latar
Belakang ................................................................................................. 5
I.B. Rumusan
Masalah ............................................................................................ 6
I.C. Tujuan
Makalah ............................................................................................... 6
BAB II
PEMBAHASAN ............................................................................................. 7
II.A. Konsep Pendidikan
Karakter ......................................................................... 7
II.A.1. Pengertian
Karakter .................................................................................... 7
II.A.2. Pengertian Pendidikan
Karakter ................................................................ 8
II.A.3. Tujuan Pendidikan
Karakter ...................................................................... 8
II.A.4. Pentingnya Pendidikan dalam Membentuk
Karakter .............................. 9
II.B. Strategi dalam Pendidikan
Karakter ............................................................. 9
II.C. Pendidikan Sejarah Sebagai Pendidikan Karakter ....................................
10
BAB III PENUTUP .................................................................................................
13
III.A.
Kesimpulan ....................................................................................................... 13
Daftar Pustaka ...........................................................................................................
14

BAB I
PENDAHULUAN

I.A. Latar Belakang


Di era sekarang kita mengalami perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sangat pesat. Salah satu buktinya adalah adanya penemuan
internet yang mempengaruhi dalam berbagai aspek seperti kegiatan ekonomi,
kegiatan pendidikan, penyebaran informasi, dan lain – lain. Banyak kegiatan –
kegiatan yang telah dipermudah dengan adanya internet sehingga teknologi
telah mempermudah kehidupan manusia. Hal ini menjadi salah satu bukti
bahwa manusia adalah makhluk yang sangat istimewa dibandingkan dengan
makhluk – makhluk hidup lainnya. Meskipun menjadi makhluk yang istimewa
karena dianugerahi kemampuan berpikir sehingga maju dalam IPTEK, apakah
manusia pada era sekarang maju dalam hal berkarakter ?.
Bercermin pada peristiwa masa lalu yang diwarnai dengan beberapa
peristiwa perang seperti Perang Dunia I dan Perang Dunia II yang menimbulkan
banyak korban jiwa dan disintegrasi masyarakat dunia. Pada peristiwa perang,
terdapat banyak tindakan yang dilakukan tanpa dilandasi nilai moral seperti
penjatuhan bom atom yang dijatuhkaqn oleh pihak sekutu kepada pihak Jepang
di kota Hiroshima dan Nagasaki yang memakan banyak korban jiwa. Peristiwa
penjatuhan bom atom merupakan bukti bahwa manusia telah maju dalam
IPTEK tanpa melibatkan nilai karakter. Perihal persoalan karakter, bagaimana
karakter di Indonesia ?.
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman suku, ras,
agama, dan kebudayaan. Hal ini membuat Indonesia rentan terjadinya
disintegrasi jika tidak ditanamkan salah satu nilai karakter yaitu toleransi.
Berdasarkan hal ini, pendidikan karakter diperlukan untuk menjaga integraasi
2

bangsa. Selain itu, ada banyak alasan mengapa pendidikan karkter merupakan
hal penting yang harus diimplementasikan. Pada Undang-Undang Nomor 20
tahun 2003 perihal tujuan pendidikan menyatakan bahwa pendidikan berfungsi
untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
dengan tujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Hal membuat pendidikan karakter
merupakan sesuatu yang wajib dilaksanakan selain pendidikan dalam hal
penanaman IPTEK.
Meskipun menjadi hal yang urgen, pendidikan karakter tidak
sepenuhnya terlaksana. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya kasus –
kasus penyimpangan seperti kasus kekerasan, tindakan intoleran yang
mengarah pada disintegrasi, merajalelanya korupsi, dan kasus – kasus
penyimpangan lainnya sehingga pendidikan karakter tidak sepenuhnya
terlaksana sesuai harapan yang dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 20
tahun 2003. Hal ini menimbulkan pertanyaan yaitu nilai – nilai karakter apa
yang harus ditanamkan untuk mengurangi terjadinya lebih banyak kasus
penyimpangan dan bagaimana strateginya ?.
Dibutuhkan inovasi dalam mengatasi permasalahan tersebut salah
satunya adalah memanfaatkan pendidikan sejarah sebagai pendidikan karakter.
Menurut Susanto (2014: 28) pendidikan karakter menjadi relevan untuk setiap
bidang studi tidak terkecuali pendidikan sejarah. Sehingga bagaimana
pendidikan sejarah dapat menjadi sebagai pendidikan karakter ?

I.B. Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu :
1. Bagaimana konsep pendidikan karakter ?
2. Bagaimana startegi dalam pendidikan karakter ?
3. Bagaimana peran pendidikan sejarah sebagai pendidikan karkater ?

I.C. Tujuan Makalah


Tujuan dari makalah ini adalah untuk menjawab
permasalahan yang
terdapat pada latar belakang dan memaparkannya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

II.A. Konsep Pendidikan Karakter


II.A.1. Pengertian Karakter
Istilah Karakter pada awalnya berasal dari bahasa Yunani yaitu
charassein yang artinya mengukir sehingga karakter seolah – olah menjadi
hasil sebuah ukiran dari nilai. Pengertian karakter menurut Kementerian
Pendidikan Nasional (Kemendiknas, 2010) yaitu “watak, tabiat, akhlak, atau
kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai
kebajikan (virtues) yang diyakininya dan digunakannya sebagai landasan untuk
cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah
nilai, moral, dan norma seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, hormat
kepada orang lain, dan sebagainya. Interaksi seseorang dengan orang lain
menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa“. Dan juga, Pengertian
karakter menurut Hasanah yang dikutip oleh Raharjo (2010 : 230) adalah
standar – standar batin yang terimplementasi dalam bentuk kualitas diri. Nilai
– nilai yang telah diinternalisasikan sebagai standar batin lalu
diimplementasikan dalam kehidupan sebagai kualitas diri.
Di Indonesia, nilai – nilai dalam pendidikan karakter dikembangkan
berdasarkan dari berbagai sumber yaitu agama, Pancasila, budaya, dan tujuan
pendidikan nasional (Hasan, 2012 : 85). Landasan pertama yaitu agama,
Indonesia memiliki masyarakat yang beragama. Hal ini bisa diketahui melalui
banyaknya rumah ibadah seperti masjid, gereja, kelenteng, pura, dan lain – lain
selain itu kolom agama pada Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagai beukti
bahwa agama adalah sesuatu yang harus dianut di Indonesia. Hal ini karena
ajaran agama menjadi landasan bagi individu, masyarakat, dan bangsa dalam
berkehidupan. Perilaku pada individu, masyarakat, dan bangsa harus sesuai
5

dengan ajaran agama yang dianut sehingga nilai – nilai pendidikan karakter
bangsa harus didasarkan pada nilai – nilai dan kaidah yang berdasarkan agama.
Landasan kedua yaitu nilai – nilai Pancasila, prinsip kehidupan kebangsaan dan
kenegaraan yang diterapkan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
adalah Pancasila. Pancasila terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 dan
dipaparkan dalam pasal – pasal yang terdapat pada UUD 1945. Jadi, nilai –
nilai pancasila telah mengatur kehidupan masyarakat dalam bernegara,
ekonomi, kehidupan politik, hukum, sosial dan budaya yang terkandung dalam
pasal – pasal UUD 1945. Oleh karena itu masyarakat dalam berkehidupan harus
sesuai dengan nilai – nilai Pancasila. Landasan ketiga yaitu nilai – nilai budaya,
Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keanekaragaman budaya.
Masyarakat – masyarakat Indonesia menjadikan nilai – nilai budaya sebagai
landasan dalam menilai atau memberi makna terhadap suatu konsep dan arti
dalam komunikasi yang dilakukan oleh anggota pada masyarakat. Wawasan
akan budaya menjadi hal yang penting dalam bersikap. Dengan wawasan
budaya yang luas disertai dengan pemaknaan yang dalam, seseorang dapat
menjadi pribadi yang lebih terbuka terhadap masyarakat beserta
kebudayaannya. Landasan keempat yaitu tujuan pendidikan nasional. Tujuan
pendidikan nasional adalah standar kualitas dan kompetensi yang harus
dipenuhi oleh warga. Nilai karakter yang terdapat pada tujuan pendidikan
nasional telah disesuaikan dengan nilai agama, Pancasila, dan budaya sehingga
tujuan pendidikan nasional bisa menjadi landasan dalam pendidikan karakter.
membentuk karakter pada seseorang diperlukan usaha untuk
menginternalisasikan kebajikan yaitu melalui melaui pendidikan karakter.

II.A.2. Pengertian Pendidikan Karakter


Sebelum mengenal apa aitu pendidikan karakter, sebaiknya kita perlu
ketahui apa itu pendidikan dan ap aitu karakter. Secara umum, pendidikan
adalah proses mendidik dengan tujuan untuk menanamkan nilai – nilai yang
6

baik dan mengasah kemampuan atau keterampilan orang yang di didik.


Berlandaskan pada Undang – Undang Dasar nomor 20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional pada bab 1 pasal 1 menyatakan bahwa “ pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara”.
Jika pendidikan pengertiannya adalah usaha untuk mewujudkan proses
pembelajaran sedangkan karakter adalah watak, tabiat, dan akhlak yang
dibentuk dari hasil internalisasi. Maka pendidikan karakter adalah usaha
menciptakan proses pembelajaran agar peserta didik dapat mengembangkan
watak, tabiat dan akhlak secara aktif dengan menanamkan kebajikan pada
peserta didik agar mendasari peserta didik dalam cara bersikap. Menurut Rizki
Afandi (2011 : 88) Pendidikan karakter adalah suatu sistem pendidikan dengan
penanaman nilai-nilai sesuai dengan budaya bangsa dengan komponen aspek
pengetahuan (cognitive), sikap perasaan (affection felling), dan tindakan, baik
terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME) baik untuk diri sendiri, masyarakan
dan bangsanya. Dalam pendidikan karakter, diperlukan adanya tentang
pengetahuan dalam mengetahui hal – hal yang baik maupun tidak. Hal – hal
yang baik dan buruk merupakan sesuatu yang relatif artinya dalam
membedakan hal yang baik maupun tidak tergantung pada landasan mendasar
yang tertanam pada diri seseorang. Akan tetapi anak – anak masih belum
memiliki landasan dasar dalam bersikap, mereka cenderung meniru perbuatan
– perbuatan yang dilakukan oleh orang lain berdasarkan hasil pengamatan
mereka . Hal ini sesuai dengan pendapat Bandhura bahwa menurut Bandura
yang dikutip oleh Kard.S lalu dikutip lagi oleh Fithri (2014: 103) pada
sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan
mengingat tingkah laku orang lain. Untuk itu dalam mendidik anak dalam hal
7
karakter seorang pengajar seperti orang tua atau guru sebaikanya memberikan
contoh baik kepada anak dalam berperilaku.

II.A.3. Tujuan Pendidikan Karakter


Tujuan dari penerapan pendidikan karakter adalah pembentukan
karakter yang sesuai dengan landasan dasar Pancasila yang terkandung pada
UUD 1945. Menurut Rachmach (Rachmah, 2013) pendidikan karakter yang
diarahkan sesuai nilai dan prinsip UUD 1945 dengan tujuan untuk membentuk
bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran,
bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa
kepada Tuhan yang Maha Esa. Selain itu, tujuan dari pendidikan karakter
adalah menanamkan dan menerapkan nilai - nilai karakter yang berdasarkan
18 (delapan belas) nilai karakter menurut kementerian pendidikan nasional
(Kemdiknas) yaitu : Religius, Jujur, toleransi,disiplin, kerja keras,kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab (Kemdiknas , 2011).
Nilai – nilai karakter tersebut merupakan tanggung jawab kita semua (guru,
orang tua, dan masyarakat) dalam menanam dan membentuk karakter pada
siswa.
Berdasarkan pernyataan diatas, karakter yang harus dibentuk melalui
pendidikan karakter yaitu menjadikan siswa :
a).Taat pada keyakinan (agama) masing – masing;
b).Memiliki jiwa nasionalis dan patriotis;
c). Memiliki sikap jujur, toleran, kreatif, bertanggung jawab, dan
adaptif pada perubahan sosial dan budaya;
d)Memiliki wawasan yang luas;
e)Memiliki jiwa yang peka terhadap lingkungan sekitar;
8

f)Memiliki sikap toleransi dan menjunjung tinggi persatuan.

II.A.4. Pentingnya Pendidikan dalam Membentuk Karakter


Pada pengertiannya pendidikan adalah tindakan yang disengaja atau
secara sadar dalam menciptakan proses pembelajaran yang efektif agar peserta
didik dapat mengasah kemampuannya, mendapatkan keterampilan baru, dan
menanamkan nilai karakter. Penanaman nilai karakter pada anak melalui
pendidikan harus dilakukan terus menerus selama adanya eksistensi manusia
didunia. Menurut Lickona dalam Sudrajat (2011 : 49) bahwa alasan pendidikan
karakter selalu diperlukan salah satunya adalah masih ada siswa yang tidak
dapat membentuk karakter yang kuat bagi dirinya di tempat lain. Berdasarkan
pernyataan ini siswa bersifat pasif dalam membentuk karakter pada diri mereka
sehingga mereka memerlukan bimbingan dari orang yang lebih dewasa seperti
guru, orang tua, dan masyarakat.
II.B. Strategi dalam Pendidikan Karakter
Salah satu strategi dalam membentuk karakter anak adalah dengan
memaksimalkan peran orang tua dalam membentuk karakter anak. Hal ini
dilakukan karena keluarga merupakan kelompok sosial primer yang penanggung
jawabnya adalah orang tua. Keterampilan dan karakter dipelajari oleh anak usia
dini diajarkan oleh orang tua.
Penelitian yang dilakukan oleh Yeni Wulandari dan Muhammad Kristiawan
dalam meneliti tentang Strategi Sekolah Dalam Penguatan Pendidikan Karakter
Bagi Siswa Dengan Memaksimalkan Peran Orang Tua (2017) yang dilakukan
pada
SD Negeri 62 Palembang. Dalam penelitian ini pihak sekolah berupaya untuk
memaksimalkan peran orang tua dalam mendidik anaknya dalam hal karakter.
Strategi sekolah dalam menstimulasikan peran orang tua dalam memaksimalkan
pembentukan karakter pada siswa yaitu mengangkat nilai – nilai karakter sebagai
bagian dari visi, misi, dan tujuan lembaga serta berusaha mewujudkannnya
melalui
9

kegiatan yang nyata (1), membangun hubungan yang kuat dalam upaya penguatan
nilai – nilai karakter pada siswa (2), menyiapkan pendidik yang berjiwa pendidik
sehingga mereka dapat mengutamakan tanggung jawab dalam kesuksesan
pendidikan karakter pada siswa (3), dan mengkondusikan sekolah yang
dapat
mendukung pendidikan karakter (4). Berdasarkan hasil penelitian, dengan
memaksimalkan peran orang tua, terdapat perkembangan dalam perilaku siswa
sebagai hasil maksimalnya peran orang tua dalam mendidik karakter seperti siswa
terbiasa mengucap salam kepada sesama teman, guru, dan kepala sekolah, siswa
memiliki sikap toleransi dan menghargai perbedaan, siswa bersikap jujur, siswa
bersikap sopan, dan sebagainya. Berdasarkan penelitian membuktikan bahwa
dengan memaksimalkan peran orang tua sebagai strategi dalam mendidik karakter
pada siswa memberikan pengaruh yang efektif dalam membentuk karakter pada
siswa.
Selain memaksimalkan peran orang tua dalam pendidikan karakter, strategi lain
dalam membentuk karakter pada siswa adalah mengintegrasikan nilai pendidikan
karakter kedalam kurikulum. Menurut Hasan (2012 : 92) langkah – langkah dalam
mengintegrasikan nilai pendidikan karakter kedalam kurikulum yaitu :
1. Memasukkan nilai terpilih dari pendidikan karakter keterampilan
kedalam
silabus pelajaran IPS dan sejarah;
2. Memasukkan nilai pendidikan karakter dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang dikembangkan oleh guru sejarah;
3. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP dengan memperhatikan
proses
pembelajaran untuk penguasan keterampilan dan internalisasi nilai;
4. Melaksanakan penilaian hasil belajar.
Guru harus berinovasi dan kreatif dalam merancang model pembelajaran yang
bernilai karakter didalamnya. Hal ini ditekankan agar pembentukan karakter dapat
terjadi selama kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan pembahasan tentang strategi pendidikan karakter dapat
disimpulkan bahwa perlu adanya usaha maksimal peran orang tua dan guru dalam
10

melaksanakan pendidikan karakter sehingga terjadi penanaman dan peningkatan


nilai karakter pada siswa.

II.C. Pendidikan Sejarah Sebagai Pendidikan Karakter


Pada dasarnya setiap kegiatan pembelajaran dapat membentuk karakter
pada
siswa, menurut Hamid (Hasan,2012 : 86) bahwa proses pengembangan nilai –
nilai
budaya dan karakter bangsa dapat dilakukan melalui mata pelajaran, kegiatan
kurikuler, dan kegiatan ekstrakurikuler. Contohnya pembelajaran pendidikan
jasmani dan olahraga dapat membentuk karakteristik compassion (rasa terharu),
fairness (berkeadillan), sport-personship (sikap sportif), dan Integrity (integritas)
(Harta, 2019: 2016). Nilai – nilai karakter ini bisa saja tertanam asalkan guru
dapat
merancang model pembelajaran yang dapat melibatkan aspek afektif pada siswa
dalam pembelajaran. Bagaimana dengan pendidikan sejarah ?
Secara umum bahwa, sejarah merupakan peristiwa yang terjadi pada masa lalu
yang mempengaruhi masa sekarang atau masa depan yang sebagian besar
peristiwa melibatkan tokoh dan masyarakat sebagai penggerak dalam suatu
peristiwa. Keberadaan tokoh atau masyarakat menjadi hal yang penting dalam
pendidikan karakter. Hal ini karena kita dapat meneladani perilaku tokoh atau
masyarakat yang pernah terlibat dalam suatu peristiwa dalam membentuk
karakter. Contohnya meneladani tokoh pejuang dalam perjuangan menghadapi
bangsa Barat dalam Perang Diponegoro. Nilai – nilai karakter yang dapat
diteladani dari perjuangan tersebut adalah semangat dalam menjaga tanah air
mereka dari penjajah. Peristiwa – peristiwa sejarah yang telah tercatat dapat
menjadi bahan evaluasi untuk masa depan sehingga bukan hanya pengetahuan
saja
yang disampaikan tetapi nilai – nilainya harus ditanamkan pada siswa untuk
diterapkan dalam hidup mereka.
Untuk menanamkan nilai karakter melalui pendidikan sejarah, diperlukan
model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang bukan hanya dapat
menambah pengetahuan dan keterampilan tetapi dapat menstimulasikan keaktifan
11

siswa dalam bersikap sehingga terdapat perkembangan pada siswa dalam bersikap
/ berkarakter yang sesuai dengan karakter bangsa. Guru harus menggunakan
sumber dan media tepat untuk memenuhi tujuan pembelajaran. Menurut Kemp
dalam Susanto (2014 : 90) bahwa sumber dan media belajar harus disiapkan untuk
memenuhi tujuan belajar antara lain ; memotivasi siswa, melibatkan siswa,
menjelaskan dan menggambarkan isi subjek, dan memberikan kesempatan
menganalisis sendiri kinerja individual. Sumber dan media belajar yang menarik
dapat memotivasi siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran secara antusias.
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran yang dilatar belakangi oleh motivasi yang
kuat dapat mencapai tujuan pembelajaran yangtg diharapkan. Motivasi belajar
Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dan adanya arahan dalam
kegiatan belajar sehingga dapat mencapai tujuan yang dikehendaki (Kiswoyowati,
2011 : 123). Menurut Kiswoyowati (2011) motivasi belajar pada siswa
menimbulkan ciri – ciri pada siswa dalam kegiatan belajar yaitu siswa tersebut
tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, lebih mandiri, dapat
mempertahankan pendapatnya, senang dan dapat memecahkan permasalahan
yang dihadapinya. Jika sumber dan media dirancang menarik dan dilakasanakan
kegiatan belajar yang dapat memotivasi siswa, maka karakter yang dibentuk
selama kegiatan pembelajaran adalah tekun dan ulet dalam melaksanakan
tanggung jawab, mandiri, berani bertanggung jawab, tulus dalam
mempertahankan sesuatu yang menurut mereka penting, dan bisa memecahkan
masalah.
Model pembelajaran sejarah yang digunakan dalam pembentukan karakter
adalah model bukan hanya melatih dalam ranah kognitif dan psikomotorik tetapi
model ini ditekankan dapat melatih ranah afektif pada siswa. Salah satu model
pembelajaran yang disebutkan oleh Susanto (2014) yang dapat digunakan untuk
menanamkam nilai dan dipahami oleh siswa yaitu Model Bermain Peran (Role
Playing). Pada model ini, siswa memerankan tokoh – tokoh yang terlibat pada
12

peristiwa sejarah dalam bentuk sebuah drama. Menurut Susanto (2014:109)


bahwa
tujuan dari model ini adalah siswa memahami nilai dan memahami konteks
peristiwa yang terjadi dalam sejarah. Penelitian tentang model Bermain Peran
(Role Playing) sebagai pendidikan karakter telah dilakukan oleh Kiromim
Baroroh
(2011) terhadap mahasiswa Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ekonomi – Universitas Negeri Yogyakarta pada mata kuliah Ekonomi
Kerakyatan. Hasil dari penelitiannya yaitu terjadi peningkatan pada nilai kreatif,
kemampuan berkomunikasi, disiplin, dan kerja keras. Penelitian ini membuktikan
bahwa model Bermain Peran (Role Playing) dapat menigkatkan atau menanamkan
nilai karakter pada peserta didik. Jika model ini diterapkan pada model
pembelajaran sejarah diharapkan dapat menjadikan siswa berkarakter bangsa.
13

BAB III
PENUTUP

III.A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibahas pada bab


sebelumnya, maka disimpulkan :
1. Pengertian karakter adalah watak atau perilaku yang diimplementasikan
berlandaskan pada nilai – nilai yang telah tertanam sedangkan pengertian
pendidikan karakter yaitu pendidikan karakter adalah usaha menciptakan
proses pembelajaran agar peserta didik dapat mengembangkan watak,
tabiat dan akhlak secara aktif dengan menanamkan kebajikan pada peserta
didik agar mendasari peserta didik dalam cara bersikap. Tujuan dari
pendidikan karakter adalah adalah pembentukan karakter yang sesuai
dengan landasan dasar Pancasila yang terkandung pada UUD 1945 .
karakter yang dibentuk yaitu (a) Taat pada keyakinan (agama) masing –
masing, (b) Memiliki jiwa nasionalis dan patriotis, (c) Memiliki sikap
jujur, toleran, kreatif, bertanggung jawab, dan adaptif terhadap perubahan
sosial dan budaya, (d)Memiliki wawasan yang luas, dan (e) Memiliki jiwa
yang peka terhadap lingkungan sekitar.
2. Terdapat dua strategi pendidikan karakter yang telah dijelaskan pada bab
sebelummnya yaitu dengan memaksimalkan peran orang tua pada peserta
didik dan mengintegrasikan nilai karakter dengan kurikulum.
3. Pendidikan sejarah bisa dijadikan sebagai pendidikan karakter. Model
pembelajaran yang diperlukan untuk mewujudkan hal ini adalah model
yang menekankan pada aspek afektif. Contoh modelnya yaitu model
Bermain Peran (Role Playing).

14

Daftar Pustaka

Afandi, R. (2011). Integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran IPS di


sekolah dasar. PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan, 1(1), 85-98.
Baroroh, K. (2011). Upaya meningkatkan nilai-nilai karakter peserta didik
melalui penerapan metode role playing. Jurnal Ekonomi dan
pendidikan, 8(2).
Fithri, Rizma. (2014). BUKU PERKULIAHAN PSIKOLOGI BELAJAR. UIN
SUNAN AMPEL, SURABAYA.
Harta, L. I. (2019, May). Implementasi pendidikan karakter di Era 4.0 melalui
pendidikan jasmani dan olahraga di Sekolah. In Prosiding Seminar
Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains (Vol. 1, No. 1).
Hasan, S. H. (2012). Pendidikan sejarah untuk memperkuat pendidikan
karakter. Paramita: Historical Studies Journal, 22(1).
Heri, S. (2014). Seputar Pembelajaran Sejarah; Isu, Gagasan Dan Strategi
Pembelajaran. Aswaja Pressindo.
Kemdiknas, T. P. (2011). Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta:
Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Badan Penelitian dan Pengembangan,
Kemendiknas.
Kiswoyowati, A. (2011). Pengaruh motivasi belajar dan kegiatan belajar siswa
terhadap kecakapan hidup siswa. Portal Jurnal Universitas Pendidikan
Indonesia, 2(1), 12-16.
Rachmah, H. (2013). Nilai-nilai dalam pendidikan karakter bangsa yang
berasarkan Pancasila dan UUD 1945. E-Journal WIDYA Non-
Eksakta, 1(1).
Raharjo, S. B. (2010). Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan
Akhlak Mulia. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 16(3), 229-238.
15

Sudrajat, A. (2011). Mengapa Pendidikan Karakter?. Jurnal Pendidikan


Karakter, 1(1).
Wulandari, Y., & Kristiawan, M. (2017). Strategi Sekolah dalam Penguatan
Pendidikan Karakter Bagi Siswa dengan Memaksimalkan Peran Orang
Tua. JMKSP (Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi
Pendidikan), 2(2)

Anda mungkin juga menyukai