TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
ii
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan
makalah ilmiah tentang “Pendidikan Karakter”.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang
telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu
dengan tangan yang terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar
kami dapat memperbaiki makalah ini sesuai ketentuan yang ada.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini untuk dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
KATA
PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR
ISI ............................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................................... 5
I.A. Latar
Belakang ................................................................................................. 5
I.B. Rumusan
Masalah ............................................................................................ 6
I.C. Tujuan
Makalah ............................................................................................... 6
BAB II
PEMBAHASAN ............................................................................................. 7
II.A. Konsep Pendidikan
Karakter ......................................................................... 7
II.A.1. Pengertian
Karakter .................................................................................... 7
II.A.2. Pengertian Pendidikan
Karakter ................................................................ 8
II.A.3. Tujuan Pendidikan
Karakter ...................................................................... 8
II.A.4. Pentingnya Pendidikan dalam Membentuk
Karakter .............................. 9
II.B. Strategi dalam Pendidikan
Karakter ............................................................. 9
II.C. Pendidikan Sejarah Sebagai Pendidikan Karakter ....................................
10
BAB III PENUTUP .................................................................................................
13
III.A.
Kesimpulan ....................................................................................................... 13
Daftar Pustaka ...........................................................................................................
14
BAB I
PENDAHULUAN
bangsa. Selain itu, ada banyak alasan mengapa pendidikan karkter merupakan
hal penting yang harus diimplementasikan. Pada Undang-Undang Nomor 20
tahun 2003 perihal tujuan pendidikan menyatakan bahwa pendidikan berfungsi
untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
dengan tujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Hal membuat pendidikan karakter
merupakan sesuatu yang wajib dilaksanakan selain pendidikan dalam hal
penanaman IPTEK.
Meskipun menjadi hal yang urgen, pendidikan karakter tidak
sepenuhnya terlaksana. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya kasus –
kasus penyimpangan seperti kasus kekerasan, tindakan intoleran yang
mengarah pada disintegrasi, merajalelanya korupsi, dan kasus – kasus
penyimpangan lainnya sehingga pendidikan karakter tidak sepenuhnya
terlaksana sesuai harapan yang dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 20
tahun 2003. Hal ini menimbulkan pertanyaan yaitu nilai – nilai karakter apa
yang harus ditanamkan untuk mengurangi terjadinya lebih banyak kasus
penyimpangan dan bagaimana strateginya ?.
Dibutuhkan inovasi dalam mengatasi permasalahan tersebut salah
satunya adalah memanfaatkan pendidikan sejarah sebagai pendidikan karakter.
Menurut Susanto (2014: 28) pendidikan karakter menjadi relevan untuk setiap
bidang studi tidak terkecuali pendidikan sejarah. Sehingga bagaimana
pendidikan sejarah dapat menjadi sebagai pendidikan karakter ?
4
BAB II
PEMBAHASAN
dengan ajaran agama yang dianut sehingga nilai – nilai pendidikan karakter
bangsa harus didasarkan pada nilai – nilai dan kaidah yang berdasarkan agama.
Landasan kedua yaitu nilai – nilai Pancasila, prinsip kehidupan kebangsaan dan
kenegaraan yang diterapkan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
adalah Pancasila. Pancasila terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 dan
dipaparkan dalam pasal – pasal yang terdapat pada UUD 1945. Jadi, nilai –
nilai pancasila telah mengatur kehidupan masyarakat dalam bernegara,
ekonomi, kehidupan politik, hukum, sosial dan budaya yang terkandung dalam
pasal – pasal UUD 1945. Oleh karena itu masyarakat dalam berkehidupan harus
sesuai dengan nilai – nilai Pancasila. Landasan ketiga yaitu nilai – nilai budaya,
Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keanekaragaman budaya.
Masyarakat – masyarakat Indonesia menjadikan nilai – nilai budaya sebagai
landasan dalam menilai atau memberi makna terhadap suatu konsep dan arti
dalam komunikasi yang dilakukan oleh anggota pada masyarakat. Wawasan
akan budaya menjadi hal yang penting dalam bersikap. Dengan wawasan
budaya yang luas disertai dengan pemaknaan yang dalam, seseorang dapat
menjadi pribadi yang lebih terbuka terhadap masyarakat beserta
kebudayaannya. Landasan keempat yaitu tujuan pendidikan nasional. Tujuan
pendidikan nasional adalah standar kualitas dan kompetensi yang harus
dipenuhi oleh warga. Nilai karakter yang terdapat pada tujuan pendidikan
nasional telah disesuaikan dengan nilai agama, Pancasila, dan budaya sehingga
tujuan pendidikan nasional bisa menjadi landasan dalam pendidikan karakter.
membentuk karakter pada seseorang diperlukan usaha untuk
menginternalisasikan kebajikan yaitu melalui melaui pendidikan karakter.
kegiatan yang nyata (1), membangun hubungan yang kuat dalam upaya penguatan
nilai – nilai karakter pada siswa (2), menyiapkan pendidik yang berjiwa pendidik
sehingga mereka dapat mengutamakan tanggung jawab dalam kesuksesan
pendidikan karakter pada siswa (3), dan mengkondusikan sekolah yang
dapat
mendukung pendidikan karakter (4). Berdasarkan hasil penelitian, dengan
memaksimalkan peran orang tua, terdapat perkembangan dalam perilaku siswa
sebagai hasil maksimalnya peran orang tua dalam mendidik karakter seperti siswa
terbiasa mengucap salam kepada sesama teman, guru, dan kepala sekolah, siswa
memiliki sikap toleransi dan menghargai perbedaan, siswa bersikap jujur, siswa
bersikap sopan, dan sebagainya. Berdasarkan penelitian membuktikan bahwa
dengan memaksimalkan peran orang tua sebagai strategi dalam mendidik karakter
pada siswa memberikan pengaruh yang efektif dalam membentuk karakter pada
siswa.
Selain memaksimalkan peran orang tua dalam pendidikan karakter, strategi lain
dalam membentuk karakter pada siswa adalah mengintegrasikan nilai pendidikan
karakter kedalam kurikulum. Menurut Hasan (2012 : 92) langkah – langkah dalam
mengintegrasikan nilai pendidikan karakter kedalam kurikulum yaitu :
1. Memasukkan nilai terpilih dari pendidikan karakter keterampilan
kedalam
silabus pelajaran IPS dan sejarah;
2. Memasukkan nilai pendidikan karakter dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang dikembangkan oleh guru sejarah;
3. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP dengan memperhatikan
proses
pembelajaran untuk penguasan keterampilan dan internalisasi nilai;
4. Melaksanakan penilaian hasil belajar.
Guru harus berinovasi dan kreatif dalam merancang model pembelajaran yang
bernilai karakter didalamnya. Hal ini ditekankan agar pembentukan karakter dapat
terjadi selama kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan pembahasan tentang strategi pendidikan karakter dapat
disimpulkan bahwa perlu adanya usaha maksimal peran orang tua dan guru dalam
10
siswa dalam bersikap sehingga terdapat perkembangan pada siswa dalam bersikap
/ berkarakter yang sesuai dengan karakter bangsa. Guru harus menggunakan
sumber dan media tepat untuk memenuhi tujuan pembelajaran. Menurut Kemp
dalam Susanto (2014 : 90) bahwa sumber dan media belajar harus disiapkan untuk
memenuhi tujuan belajar antara lain ; memotivasi siswa, melibatkan siswa,
menjelaskan dan menggambarkan isi subjek, dan memberikan kesempatan
menganalisis sendiri kinerja individual. Sumber dan media belajar yang menarik
dapat memotivasi siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran secara antusias.
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran yang dilatar belakangi oleh motivasi yang
kuat dapat mencapai tujuan pembelajaran yangtg diharapkan. Motivasi belajar
Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dan adanya arahan dalam
kegiatan belajar sehingga dapat mencapai tujuan yang dikehendaki (Kiswoyowati,
2011 : 123). Menurut Kiswoyowati (2011) motivasi belajar pada siswa
menimbulkan ciri – ciri pada siswa dalam kegiatan belajar yaitu siswa tersebut
tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, lebih mandiri, dapat
mempertahankan pendapatnya, senang dan dapat memecahkan permasalahan
yang dihadapinya. Jika sumber dan media dirancang menarik dan dilakasanakan
kegiatan belajar yang dapat memotivasi siswa, maka karakter yang dibentuk
selama kegiatan pembelajaran adalah tekun dan ulet dalam melaksanakan
tanggung jawab, mandiri, berani bertanggung jawab, tulus dalam
mempertahankan sesuatu yang menurut mereka penting, dan bisa memecahkan
masalah.
Model pembelajaran sejarah yang digunakan dalam pembentukan karakter
adalah model bukan hanya melatih dalam ranah kognitif dan psikomotorik tetapi
model ini ditekankan dapat melatih ranah afektif pada siswa. Salah satu model
pembelajaran yang disebutkan oleh Susanto (2014) yang dapat digunakan untuk
menanamkam nilai dan dipahami oleh siswa yaitu Model Bermain Peran (Role
Playing). Pada model ini, siswa memerankan tokoh – tokoh yang terlibat pada
12
BAB III
PENUTUP
III.A. Kesimpulan
14
Daftar Pustaka