PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
AYU ASTUTI
NIM : 2020.151.3501
DAFTAR OUTLINE.....................................................................................ii
DAFTAR TABEL........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................7
C. Fokus Penelitian.....................................................................................7
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian............................................................8
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN............9
A. Landasan Teori.......................................................................................9
B. Penelitian Yang Relevan......................................................................25
BAB III METODE PENELITIAN................................................................27
A. Pendekatan Penelitian..........................................................................27
B. Situasi dan Subjek Penelitian...............................................................29
C. Jenis dan Sumber Data........................................................................29
D. Teknik Pengumpulan Data...................................................................30
E. Teknik Analisi Data...............................................................................31
F. Triangulasi Data....................................................................................32
G. Rencana dan Waktu Penelitian............................................................33
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................35
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Rencana dan Waktu Penelitian........................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
2
Akhmad Muhaimin azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz media). hal 9
3
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam: Isu-isu Kontemporer tentang
Pendidikan Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), hal. 161.
3
4
Kartadinata, S. Mencari Bentuk Pendidikan Karakter Bangsa. Fakultas Ilmu
Pendidikan.Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. 2019,. Hal
5
Prof. Dr Yufiarti, M.Psi. Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter(PPK) Di Sekolah
Dasar (Yogyakarta : 2023), hal 2
4
6
Muhammad Ibrahim Strategi Pengembangan Kemandirian Santri Pondok Pesantren
Daarul Ahsam. (Jakarta : 2018), hal 17
7
M. Syaifuddin Zuhriy, “Budaya Pesantren dan Pendidikan Karakter pada Pondok
Pesantren Salaf”, Jurnal Walisongo, (Vol. 19, No. 2, tahun 2011), hlm. 288
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat diambil
beberapa pokok permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana Pembinaan Karakter di Pondok Pesantren Minajus Sa'adah
?
2. Apa Saja Faktor Penghambat Dan Faktor Pendukung Dalam Membina
Karakter Santri Demi Terciptanya Kemandirian Kepada Santri di
Pondok Pesantren Minajus Sa'ada ?
3. Bagaimana Tingkat Kemandirian Santri di Pondok Pesantren Minhajus
Sa'adah ?
C. Fokus Penelitian
8
Aminul Arif, Abdul Fattah, Wahdania Amrullah. Dalam Jurnal Kajian Islam Kontemporer.
Vol 11 No. 1 2020. Hal. 117
8
9
b. Pengertian Karakter
Istilah karakter berasal dari Bahasa Yunani “karasso” yang berarti
cetak biru, format dasar, dan sidik Dalam Islam, karakter sering disebut
dengan istilah “akhlak”, yaitu suatu perangai watak, tabiat yang menetap
kuat dalam jiwa seseorang serta merupakan sumber timbulnya perbuatan-
perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan, tanpa perlu
dipikirkan atau direncanakan sebelumnya.10
Pengertian karakter menurut G.W. Allport, karakter merupakan
suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik individu yang
menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas dan
mengarahkan pada tingkah laku manusia. Karakter bukan sekedar sebuah
kepribadian personality karena sesungguhnya karakter adalah kepribadian
yang ternilai. karakteristik, gaya, sifat khas dari diri seseorang yang
bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan,
misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan seseorang sejak
lahir.11
Karakter diartikan sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas
tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa, dan negara. Menurut Scerenko sebagaimana dikutip
Muchlas Samani dan Hariyanto, karakter merupakan atribut atau ciri-ciri
yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas
dari seseorang, kelompok, atau bangsa.12
9
Dr. Laros Tuhuteru, M.pd. Pendidikan Karakter Untuk Menjawab Resulusi Konflik
(Sumatra Barat: Pasaman, 2022), hal. 22
10
Imam Abu Hamid Al-Ghazali, Mengobati Penyakit Hati Membentuk Akhlak Mulia,
(Jakarta: Mizania, 2014), hal. 28.
11
Nana Sutarna, Pendidikan Karakter Siswa Sekolah Dasar Dalam Prespektif Islam
(Yogyakarta: Pustaka Diniyah, 2018), hal. 2.
12
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 42.
10
guru dan menghargai kepada yang muda. Hal ini yang memunculkan
sikap serta budi pekerti yang luhur. Termasuk pelajaran-pelajaran
akhlak yang langsung dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari juga
menunjang seorang santri memiliki karakter ini.
e. Disiplin: Kehidupan di pesantren yang penuh dengan aturan yang
berupa kewajiban dan larangan serta hukuman bagi yang melanggar,
menjadikan seorang santri memiliki karakter ini. Tentu saja, mulai dari
jam 03:00 pagi mereka harus bangun untuk Qiyamullail (shalat malam),
lanjut mudarotsah (belajar) dan juga mereka wajib ikut shalat
berjamaah 5 waktu. Kegiatan mereka sangat padat, bahkan kadang
sampai jam 11 malam baru bisa tidur. Semua kegiatan yang ada di
pesantren ada jadwal waktunya.Hal semacam ini yang membuat
santri berkarakter disiplin.
f. Qonaah dan Sederhana: Seorang santri sudah terbiasa hidup
seadanya terkadang sampai kekurangan-pun itu sudah lumrah.
Mulai dari makanan paling juga tahu tempe tiap harinya. Kadang
malah ada yang sengaja tirakat puasa mutih (hanya makan nasi).
Kalopun makan enak itu karena ada kiriman dari orang tua. Begitu juga
dalam hal pakaian, mereka membawa pakaian secukupnya dan itupun
pakaian yang sederhana, hanya untuk ngaji.16
2. Karakter Mandiri
Menurut Kamus Besar Bahas Indonesia (KBBI) Kata mandiri
memiliki arti bahwa dapat berdiri sendiri dalam keadaan apapun, tidak
mudah tergantung dengan orang lain. Dalam arti kata benda yaitu
kemandirian yang berarti suatu hal atau keadaan apapun dapat berdiri
sendiri tanpa bergantung dengan orang lain. Kata mandiri memiliki
sinonim yaitu berdikari yang artinya berdiri diatas kaki sendiri, tidak
dengan mudah tergantung pada orang lain dan meminta bantuan orang
lain. Mandiri ialah suatu perilaku atau sikap seseorang melakukan
kegiatan sendiri tidak dengan mudah tergantung dengan orang lain dan
16
M. Kamis, Karakter Manusia, (Jakarta: Gramedia, 2007), hlm. 123
13
tanpa maminta bantuan orang lain. Mandiri merupakan perilaku dan sikap
yang tidak mudah tergantung dengan orang lain dalam menyelesaikan
tugas-tugasnya.17
Seseorang yang mandiri biasanya tidak mudah tergantung dengan
orang lain. Sikap dan prilaku yang dilakukan dapat menentukan suatu
keberhasilan dan kegagalan. Menurut Feriyanti, bahwa ciri-ciri seseorang
yang dapat dikatakan mandiri adalah sebagai berikut:
1. Bertanggung jawab Semua perbuatan yang dilakukan baik itu dalam hal
kebaikan atau hal keburukkan dapat bertanggung jawab atau dapat
diterima.
2. Menghargai Waktu Waktu yang dimiliki dapat dimanfaatkan dengan
sebaik mungkin untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam suatu
pekerjaan atau hal lainnya.
3. Menguasai keahlian dan keterampilan sudah melekat kepada dirinya
kemudian dilatih, diasah dan dikembangkan secara berkelanjutan akan
menjadi suatu potensi bagi dirinya.
4. Mampu bekerja sendiri Kemampuan yang dimiliki seseorang yang
dapat menyelesaikan pekerjaannya tanpa bantuan orang lain.
5. Percaya diri Memiliki sikap yakin terhadap kemampuan diri yang dimiliki
akan harapan dan keinginanya.18
Dalam keluarga, karakter mandiri harus ditanamkan oleh orang tua
kepada anak untuk membangun kepribadian sejak dini. Anak yang
memiliki karakter mandiri berarti senantiasa aktif, kreatif, independen,
kompeten, dan spontan. Dari sifat-sifat tersebut bukan berarti mandiri
sama dengan percaya diri. Karakter mandiri merujuk kepada kepribadian
seseorang yang senantiasa siap menghadapi situasi apapun tanpa
bergantung kepada orang lain.19
17
Nur Hidayah, M.Pd. Market Day dan Karakter Kewirausahaa/Entrepreneurship
(Yogyakarta : 2022) hal. 35
18
Ibid. 39-40
19
Mustari, Nilai Karakter: Refleksi Untuk Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hal.
77-78
14
22
Imam Musbikin, Penguatan Karakter Kemandirian, Tanggung Jawab dan Cinta Tanah
Air (Perpustakaan Nasional RI : 2021), hal. 2
23
Ibid. hal 69.
24
M. Syamsuddin Zuhriy, “Budaya Pesantren dan pendidikan Karakter pada Pondok
Pesantren Salaf”, Jurnal Walisongo, (Vol 19, No 2, November 2011), hal. 292
16
Artinya : Maka hendaklah manusia memperhatikan dari Apakah Dia
diciptakan. Dia diciptakan dari air yang dipancarkan
4. Santri
a. Pengertian Santri
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata "santri"
memiliki dua pengertian. Pertama, orang yang mendalami agama Islam,
dan kedua, orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh, orang yang
saleh. Secara umum kata "santri" yang sering dimaknai sebagai sosok
pribadi agamis yang kesehariannya mengenakan sarung, peci dan tinggal
di pesantren secara esensial memiliki kedekatan dengan kata "pesantren"
tempat para "santri" menimba ilmu agama Islam.28
Kata santri menurut C. C Berg berasal dari bahasa India, Shastris,
yaitu orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang sarjana
27
Thomas Lickona, Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi
Pintar dan Baik (Bandung: Nusa Media, 2014), hal. 70.
28
Dr. Arifi Saiman, M.A. "Diplomasi Santri" (Jakarta: Anggota IKAPI 2019) hal.
18
ahli kitab suci agama Hindu. Sementara itu, A. H. Jhon menyebutkan baha
istilah santri berasal dari Basaha Tamil yng berarti guru ngaji.29
Istilah santri sudah sangat familiar di Indonesia. Ada banyak orang
yang memberi pengertian masing-masing terhadap kata santri. Semua
definisi mengarah kepada hal yang sama. Semua pengertian menuturkan
bahwa santri harus tinggal di pesantren, namun berbeda halnya dengan
apa yang diungkapkan oleh KH. Mustofa Bisri atau biasa dipanggil Gus
Mus. Beliau memaparkan bahwasannya santri tidak hanya tinggal
dipesantren, tapi setiap orang yang memiliki akhlak dan sifat yang baik
juga hormat kepada gurunya bisa disebut dengan istilah santri.30
S
antri adalah orang yang berpegang teguh dengan Al-Qur'an
dan mengikuti sunnah Rasul SAW serta teguh pendirian. Ini adalah arti
dengan bersandar sejarah dan kenyataan yang tidak dapat diganti dan
diubah selama-lamanya. Santri secara umum adalah sebutan bagi
seseorang yang mengikuti pendidikan Ilmu Agama Islam di suatu
tempat yang dinamakan Pesantren biasanya menetap di tempat tersebut
hingga pendidikannya selesai. Menurut bahasa, istilah santri berasal
dari bahasa Sanskerta shastri yang memiliki akar kata yang sama
dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan.31
Seperti contoh adaa suatu pendapat yang mengatakan makna
santri adalaah bahasa serapan dari bahasa Inggris yang berasal dari dua
suku kata yaitu sun dan three yang artinya tiga matahari. Matahari
adalah tiga titik pusat tata surya berupa pola berisi gas yang
mendatangkan terang dan panas pada bumi pada siang hari. Seperti kita
ketahui matahari adalah sumber energi tanpa batas matahari pula
sumber kehidupan bagi seluruh tumbuhan dan semuanya dilakukan
secara ikhlas oleh matahari. Namun maksud tiga matahari dalam kata
29
Babun Suharto, Dari Pesantren untuk Umat: Reiventing Eksistensi Pesantren di era
Globalisasi, (Surabaya: Imtiyas, 2011), hal. 9
30
Zainul Muhlisin, " Ala Santri" (Jakarta Selatan: Cipedak Jagakarsa 2017) hal. 5
31
Ferry Efendi, Makhfudli, Teori dan Praktik dalam Keperawatan, (Jakarta: Salemba
Medika, 2009), hlm. 313
19
S
elain itu, Nurkulis Madjid menyakini bahwa kata santri berasal
dari kata. Cantrik (bahasa sangkekerta atau jawa), yang berarti orang
yang selalu mengikuti guru. Sedang versi yang lain mengangap kata
santri sebagai gabungan antara kata saint sebaagai gabungan antara
kata saint (manusia baik) dan kata tra (suka menolog). Sehingga kata
pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.32
D
alam praktik bahasa sehari-hari, istilah santri pun memiliki
devariasi yang bayak. Artinya, pengertian atau pembuatan kata santri
masih suka-suka alias menyisakan pertanyaan yang lebih jauh. Santri
apa, yang mana dan bagaimana? Sebagai contoh ada istilah santri
profesi da nada santri kultur. Santri Profesi adalah mereka yang
menempuh pendidikan ataau setidaknya memiliki hubungan darah
dengan pesantren. Sedangkan „Santri Kultur‟ adalah gelar santri yang
disandangkan berdasarkan budaya yang berlaku dalam kehidupan
masyarakat. Dengan kata lain bias saja orang yang sudah mondok di
pesantren tidak disebut santri perilakunya buruk. Dan sebaliknya
orang yang tidak pernah mondok di pesantren biasa disebut santri
karena perilakunya baik.33
PENELITIAN RELEVAN
B.
32
Nurkulis Madjid, Pengertian Ilmu Islam,... 1991, hlm. 72
33
Zamkhasyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta : Mizen, Cet II, 1992), hlm. 36
21
34
Albi Aggito dan Johan Setiawan, Metodologi penelitian kualitatif (Jawa Barat: CV.Jejak,
2018)
35
Nur Sayidah, Metodologi Peneitian Dissertai Dengan Contoh Penerapannya Dalam
Penelitian (Jawa Timur: Zifatama Jawara, 2018), hal.14
36
Fitrah dan Lutfiah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas & Studi Kasus
(Jawa Barat: CV.Jejak,2017), hal.44
22
23
40
Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jawa Barat: Jejak,
2018), hal.109
25
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dilapangan melalui wawancara, observasi, dan
dokumentasi reduksi dengan cara merangkum, memilih, dan
memfokuskan data pada hal-hal yang sesuai tujuan penelitian. Pada
tahap ini, peneliti melakukan reduksi dengan cara memilah-memilah,
mengkategori, dan membuat abstraksi dari catatan lapangan, wawancara,
dan dokumentasi. Reduksi data ini digunakan untuk menganalisis data
yang diperoleh dari lapangan secara garis besarnya yaitu mengenai
masalah Kolaborasi Antara Pendidikan Salafiyah dan Pendidikan Formal
Dalam Membina Karakter Mandiri Santri di pondok pesantren Minhajus
Sa'adah Desa Pelayangan Kecamatan Muara Bulian.
2. Penyajian Data
Setelah data reduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data, sehingga semakin mudah dipahami. Dengan
mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami yang
terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa saja yang telah
dipahami tersebut.43 Setelah penulis melakukan reduksi data, maka
disajikan data tentang Kolaborasi Antara Pendidikan Salafiyah dan
Pendidikan Formal Dalam Membina Karakter Mandiri Santri di pondok
pesantren Minhajus Sa'adah Desa Pelayangan Kecamatan Muara Bulian.
3. Menarik Kesimpulan
Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi kesimpulan awal yang dikemukan masih bersifat
sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya, tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung bukti-bukti yang
valid dan konsisten pada saat peneliti kembali kelapangan
43
Sugiyono, Memahami Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2013), hal. 249
27
44
Sapto Haryoko, Dkk, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Makasar: Badan Penerbit UNM,
2020), hal. 409
28
Tabel 1.
DAFTAR PUSTAKA
Aminul Arif, Abdul Fattah, Wahdania Amrullah. Dalam Jurnal Kajian Islam
Kontemporer. Vol 11 No. 1 2020
Dr. Arifi Saiman, M.A. "Diplomasi Santri" (Jakarta: Anggota IKAPI 2019)
Fitrah dan Lutfiah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas & Studi
Kasus (Jawa Barat: CV.Jejak,2017)
Zainul Muhlisin, " Ala Santri" (Jakarta Selatan: Cipedak Jagakarsa 2017)
5