Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA DALAM

PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK PADA MATA


PELAJARAN PPKN SMA 1 MUARO JAMBI

Disusun Oleh :
Loli Oktavia (A1A320050)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1.Latar Belakang Masalah ...................................................................................2
1.2.Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3.Tujuan Penelitian ..............................................................................................2
1.4.Manfaat Penelitian ............................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORETIK ...................................................................................3
2.1.Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan ..............................................3
2.2.Kerangka Berpikir.............................................................................................6
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................8
3.1.Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................................8
3.2.Pendekatan dan Jenis Penelitiam ......................................................................8
3.3.Data dan Sumber Data ......................................................................................9
3.4.Teknik Sampling...............................................................................................9
3.5.Teknik Pengumpulan Data................................................................................9
3.6.Uji Validasi Data ..............................................................................................8
3.7.Teknik Analisis Data ......................................................................................11
3.8.Prosedur Penelitian .........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah upaya agar manusia dapat melalui proses pembelajaran


sehingga bisa mengembangkan potensi dalam dirinya. Hal ini sesuai dengan UU
SIDIKNAS No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 yang berbunyi “ Pendidikan
dilaksanakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa.” Pendidikan sangatlah penting bagi kehidupan manusia.
Mengacu pada hal tersebut, itu artinya setiap orang yang berada di Indonesia sangat
berhak memperoleh Pendidikan. Pendidikan adalah jalan yang dapat merubah
nasib anak bangsa menjadi lebih maju. Apabila Pendidikan di Indonesia ini maju,
maka anak bangsa di Indonesia juga harus ikut maju.
Pendidikan merupakan upaya proses mendidik setiap manusia agar menjadi
manusia yang bermanfaat bagi nusa dan bangsa. karena pendidikan merupakan
investasi jangka Panjang, dan akan terasa keberhasilannya apabila setiap manusia
yang terdidik mampu mencapai perannya di masa depan. Pendidikan merupakan
tongkat penopang negara karena dengan adanya pendidikan kita dapat menilai maju
dan mundurnya suatu negara. Oleh karena itu, pendidikan menjadi faktor pertama
dalam membangun negara. Pendidikan memiliki andil yang sangat besar dalam
mengembangkan dan mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berpengalaman dan bisa bersaing dalam jenjang Internasional. Pendidikan berawal
dari lingkungan keluarga, lalu di lingkungan sekolah, dan di lingkungan
masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama
dalam mendidik seorang anak. Selanjutnya, sekolah menjadi tempat kedua bagi
anak untuk melaksanakan pendidikan. Dengan begitu anak dapat berinteraksi
langsung dengan guru.

Pendidikan kewarganegaraan dapat mendukung peserta didik untuk membentuk


pola pikir dan pola sikap sebagai seorang warga negara yang mencerminkan dengan
nilai-nilai kemanusiaan. Termasuk dalam pembentukan watak atau karakter, karena
pendidikan kewarganegaraan mencakup nilai-nilai hidup yang khas dari
masyarakat sekitarnya. Untuk mengenali identitas bangsa Indonesia, diperlukan
pelajaran PKn yang membahas tentang pancasial. Namun, pendidikan
kewarganegaraan di Indonesia tidak hanya terbatas pada pembentuka suatu
kepribadian keindonesiaan atau kepribadian yang mengindonesiakan atau
pendidikan pancasila. Pendidikan kewarganegaraan juga membahas prilaku sosial
yang terdapat dalam masyarakat termasuk pembentukan karakter bangsa.
Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan prilaku yang
menbantu individu untuk hidup dan bekerja sama sebagai keluarga, masyarakat,
dan bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat
dipertanggung jawabkan. Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam
pembentuka karakter. Di dalam dunia pendidikan sejumlah mata pelajaran dapat
membentuk karakter bangsa, salah satu diantaranya adalah mata pelajaran PPKn.
PPKn merupakan mata pelajaran yang sarat isi dengan nilainilai pancasila untuk
membentuk kepribadian. PPKn tidak cukup hanya sampai pada penghafalan,
melainkan PPKn diterapkan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik dalam
bentuk perbuatan, nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila bukan untuk dihafal
melainkan untuk dipraktekan dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu pembelajaran
PPKn perlu mengutamakan perilaku. Dalam hidup berbangsa dan bernegara dewasa
ini PPKn sangatlah penting dalam mewujudkan pribadi bangsa yang berkualitas.
Dan PPKn haruslah mampu menumbuhkan kemandirian. Sehingga peserta didik
dapat tumbuh sebagai manusia yang berkualitas dalam keidupan berbangsa dan
bernegara. Akan tetapi dizaman yang sudah maju PPKn seolah-olah terlupakan oleh
sebagian besar masyarakat Indonesia. Karena dengan PPKn diharapkan bisa
membentuk karakter peserta didik yang memiliki kepribadian. Kepribadian adalah
ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber
dari bentuk-bentuk yang diterima dari lingkungan misalnya keluarga pada masa
kecil, dan juga bawaan seseorang sejak lahir. Sudah saatnya bagi tiap sekolah untuk
melaksanakan kembali Pancasila sebagai acuan dasar dalam membentuk karakter
peserta didik. Terbukti Pancasila sangat kaya akan nilai-nilai keutamaan hidup yang
mampu mensejahterakan masyarakat Indonesia. Satu-satunya jalan mewujudkan
kesejahteraan adalah melalui pendidikan karakter.
Pendidikan karakter adalah baik atau unggul suatu system penanaman nilai-nilai
karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan kesadaran
atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Akan tetapi di
era globalisasi saat ini seiring kemajuan teknologi, nilai-nilai kesopanan, budi
pekerti seakan telah diabaikan. Yang mengakibatkan prilaku yang peserta didik
menyimpang. Hal ini dikarenakan krisis karakter bangsa. Kenakalan remaja di era
modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak dibawah umur
yang sudah mengenal rokok, narkoba, freesex, dan terlibat banyak tindakan
kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat diungkuri lagi, anda dapat melihat
brutalnya remaja jaman sekarang. Meningkatnya tingkat kriminal di Indonesia tidak
hanya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi banyak juga dari kalangan para remaja.

Pemerintah telah membuat kebijakan – kebijakan yang telah melalui banyak


perubahan dan penyempurnaan, kebijakan dalam bidang Pendidikan adalah hasil
dari kebijakan – kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Kemenristekdisti nomor
371/M/2021 merupakan kebijakan pendidikan yang membahas tentang program
sekolah penggerak. Dalam keputusan menteri tersebut, diterangkan bahwa program
sekolah penggerak adalah sebuah program yang berupaya mendorong satuan
pendidikan melakukan perubahan diri untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
di sekolah, kemudian melakukan pengimbasan ke sekolah lain untuk melakukan
peningkatan mutu serupa. Program sekolah penggerak dilaksanakan melalui
kurikulum merdeka, dimana kurikulum sekolah penggerak merupakan
pengembangan lebih lanjut dari kurikulum Merdeka yaitu kurikulum merdeka yang
mengutamakan hasil belajar siswa berdasarkan profil siswa Pancasila (Javanisa et
al., 2022).
Dalam kegiatan proses pembelajaran, kurikulum diperlukan sebagai pedoman
untuk menyusun capaian belajar mengajar. Karena keberadaan kurikulum
memudahkan proses belajar mengajar setiap guru, maka perlu diketahui apa
pengertian kurikulum itu. Kurikulum mengacu pada upaya untuk menyampaikan
prinsip-prinsip dan ciri-ciri penting dari rencana tersebut dengan cara yang dapat
diterapkan oleh guru di sekolah.
Transformasi dan perbaikam kurikulum di Indonesia dimulai dari tahun 1947,
tahun 1964, tahun 1968, tahun 1973, tahun 1975, tahun 1984, tahun 1994, tahun
1997 yang merupakan perbaikan kurikulum tahun 1994, lalu tahun 2004 merupakan
kurikulum berbasis kompetensi, kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) pada tahun 2006, dan tahun 2013 melalui kementerian pendidikan
nasional pemerintah merevisi kembali menjadi Kurikulum Merdeka (Kurtilas) dan
pada tahun 2018 direvisi kembali menjadi Kurtilas Revisi(Barlian & Iriantara,
2021).
Kurikulum yang dikembangkan saat ini adalah kurikulum merdeka
belajar untuk pengelolaan sekolah penggerak. Struktur kurikulum merdeka satuan
pendidikan menengah pertama (SMP) telah mengalami beberapa kali perubahan
mata pelajaran, antara lain ilmu komputer sebagai mata pelajaran wajib, Prakarya
dan Seni Budaya jadi mata pelajaran pilihan, pembagian waktu juga mengalami
perubahan berdasarkan perhitungan setiap tahunnya terbagi atas pembelajaran
Reguler dan pembelajaran Projek. Beberapa transformasi struktur pembelajaran di
SMP data didapat dari kemendikbudristek mengenai program merdeka belajar
tahun 2021. Ada beberapa pembelajaran wajib dalam struktur kurikulum yaitu
pembelajaran Matematika, tetapi Alokasi Waktu tidak ada perubahan sampai 180
jam pertahun namun, Ketika pelaksanaan kurikulum merdeka mengalami banyak
perubahan, kurikulum merdeka menggabungkan pembelajaran regular dan projek
menjadi satu kesatuan yang dimana pelaksanaan nya tidak melalui sistem blok,
berbeda dengan kurikulum merdeka revisi 2018 dimana pembelajaran reguler dan
projek dipisah sehingga dilaksanakan nya melalui sistem blok.
Menurut pendapat Lisminia (2019) yang penulis kutip dari salah satu jurnal,
mengatakan bahwa kurikulum memperlihatkan dasar atau pandangan hidup bangsa
dalam Pendidikan. Tujuan hidup suatu bangsa dalam pendidikan ditentukan oleh
kurikulum yang digunakan. Dari perspektif ini, kurikulum menjadi landasan atau
kebiasaan hidup. Landasan atau visi hidup tentu menggambarkan tujuan pendidikan
masa depan, karena hasil pendidikan yang sebenarnya tidak segera diketahui, tetapi
hasilnya akan terlihat pada dekade-dekade yang akan datang.
Melihat permasalahan di atas pendidikan karakter sangat dibutuhkan dalam
pendidikan saat ini. Karena hanya dengan pendidikan karakter sajalah yang bisa
mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Selain itu juga guru sekolah sangat
berpengaruh dalam pembentukan karakter peserta didik. Selanjutnya, Mau tidak mau,
suka tidak suka kurikulum harus terus disempurnakan. Baik dari tingkat pendidikan
dasar hingga pendidikan tinggi. Terkait dengan hal tersebut, maka wajar dengan
adanya pemerintahan baru terkadang ada juga penyempurnaan kurikulum karena
memang menyesuaikan dengan tuntutan masa kini di mana integrasi teknologi
terhadap pendidikan itu begitu terasa apalagi sejak dunia dilanda pndemi Covid-19.
Pendidikan harus terus mengakrabkan diri dengan tuntutan teknologi masa kini agar
tidak tertinggal. Di kalangan masyarakat kita, sering terdengar “ganti menteri ganti
kurikulum” karena mungkin mereka menganggap setiap ganti pemerintahan maka
akan ganti kurikulum bagaikan sudah tradisi yang terus menerus dilestarikan.
Namun, jika ditelisik lebih jauh perubahan atau penyempurnaan kurikulum Maka
dari itu peneliti tertarik untuk menganalisa lebih lanjut mengenai analisa kurikulum
merdeka dalam pembentukan karakter anak pada mata pelajaran PPKn yang dapat
disimpulkan tujuannya agar mengetahui seberapa efektif dan manfaat yang ketika
menggunakan kurikulum tesebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah yang peneliti ambil
yaitu:
1. Bagaimana implementasi Kurikulum Merdeka dalam upaya pembentukan karakter
peserta didik pada mata pelajaran PPKn SMA N 1 Muaro Jambi?
2. Apa saja kendala-kendala dalam implementasi Kurikulum Merdeka dalam
penmbentukan karakter peserta didik pada Mata pelajaran PPKn SMA N 1 Muaro
Jambi?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu :


1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi Kurikulum merdeka dalam
pembentukan karakter peserta didik pada mata pelajaran PPKn SMA 1 Muaro
Jambi
2. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam mengimplementasikan Kurikulum
Merdeka dalam pembentukan karakter peserta didik pada mata pelajaran PPKn
SMA N 1 Muaro Jambi.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat bagi guru yaitu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
berupa saran dan masukan terhadap implementasi dan kendala-kendala dalam
menerapkan Kurikulum Merdeka dalam pembentukan karakter peserta didik Hasil
Belajar mata pelajaran PPKn.
2. Manfaat untuk siswa yaitu sebagai wawasan dan pengetahuan tentang implementasi
Kurikulum Merdeka dalam pembentukan karakter pada mata pelajaran PPKn.
3. Manfaat bagi sekolah adalah dapat mengetahui bahwa Kurikulum merdeka yang
diterapkan dapat menjadi acuan dan panduan dalam pembentukan karakter pada
mata pelajaran PPKn guna menciptakan generasi yang lebih cerdas, berprestasi dan
berintelektual serta memiliki keunggulan dalam akhlak atau perilakunya.
BAB II
KAJIAN TEORITIK

A. Kajian Teoritik

2.1 Pengertian Kurikulum Merdeka

Kurikulum merdeka merupakan gabungan kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka belajar
kampus merdeka (MBKM). Kurikulum ini bertujuan memperbaiki sumber daya manusia
(SDM) dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Bukan hanya itu, pendidikan yang
mendapatkan kurikulum ini mulai dari tingkat pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.
Peran setiap tingkatan pendidikan sangat dibutuhkan untuk program – program kurikulum ini
sukses.

Menurut undang – undang No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa “kurikulum merupakan
seperangkat rencana dan pengelompokkan yang berupa isi, dan bahan pelajaran yang cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaran kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu”. Kurikulum di rancang untuk mempermudah proses pendidikan.
Dikarenakan kurikulum sering kali diubah membuat berbagai pihak kebingguan dan
mengakibatkan proses pendidikan menjadi terhambat. Sampai saat ini perubahan kurikulum di
Indonesia masih sering terjadi. Perubahan kurikulum dimulai dari tahun 1947 sampai tahun
2013 (dilihat gambar 2.1). Perubahan ini mendapatkan pro dan kontra, hingga muncul lah
kalimat “ganti tahun, ganti kurikulum”

Sumber : Kemendikbud
Gambar 2.1
Jurnal Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (2012)

Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim pada tahun 2019 mengubah kurikulum
2013 menjadi kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Kurikulum ini
memiliki dua konsep yaitu “Merdeka Belajar” dan “Kampus Merdeka” . Merdeka Belajar
merupakan kebebasan berpikir dan kebebasan berinovasi (Ainia, 2020). Sedangkan Kampus
Merdeka merupakan lanjutan dari merdeka belajar di pendidikan tinggi. Perubahan kurikulum
dimaksudkan untuk menciptakan SDM unggul Indonesia yang memiliki Profil Pelajar
Pancasila melalui kebijakan merdeka belajar (Kemendikbud, 2021). Tidak hanya itu,
kurikulum merdeka belajar juga mengubah metode pembelajaran, yang biasanya pembelajaran
didalam kelas akan diganti menjadi pembelajaran di luar kelas, metode ini digunakan agar
memberikan peluang besar kepada peserta didik untuk berdiskusi dengan guru. Dilakukannya
pembelajaran diluar kelas untuk membentuk karakter peserta didik dalam keberanian
menyuarakan pendapat pada saat diskusi, bergaul dengan baik, menjadikan peserta didik yang
bekomopeten dan dengan sendirinya karakter peserta didik terbentuk semakin baik. Kurikulum
merdeka tidak hanya fokus pada kemampuan dan pengetahuan siswa dari nilai saja, tetapi juga
melihat kesantunan dan keterampilan siswa dalam ilmu tertentu.

Profil Pelajar Pancasila pada kurikulum ini diperkuat dengan adanya proyek berdasarkan tema
yang telah ditentukan oleh pemerintah. Profil Pelajar Pancasila merupakan output atau lulusan
yang memiliki karakter dan kompetensi sehingga bisa menguatkan nilai-nilai luhur Pancasila.
Hal ini merupakan bentuk penjabaran dari tujuan pendidikan nasional, yang mana lulusan ini
nantinya menjadi barometer yang berperan sebagai acuan utama yang mampu mengarahkan
kebijakan-kebijakan pendidikan, termasuk guru dalam mencetak karakter dan kompetensi
peserta didik. Profil Pelajar Pancasila memiliki enam dimensi yaitu: 1. Beriman, bertakwa
kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, 2. Berkebinekaan global, 3. Bergotong royong, 4.
Mandiri, 5. Bernalar kritis, 6. Kreatif.

2.2 Konsep Kurikulum Merdeka

Kurikulum merdeka merancang konsep terbentuknya kemerdekaan dalam berpikir. Guru


menjadi pemeran utama dalam kemerdekaan berpikir siswa. Guru menjadi tonggak utama
dalam mensukseskan keberhasilan dalam pendidikan. Pada era saat ini, yang mempengaruhi
perkembangan kualitas dalam pendidikan adalah teknologi, seperti yang kita ketahui setiap
kegiatan yang dilakukan baik guru maupun peserta didik tidak terlepas dari teknologi digital.
Konsep kurikulum merdeka mengabungkan literasi, keterampilan, kecakapan pengetahuan,
sikap dan kemampuan penguasaan teknologi. Melalui konsep ini perserta didik bebas dalam
berpikir untuk mengembangkan pengetahuan yang harus di capai. Konsep kurikulum terbaru
ini menuntut peserta didik harus mandiri dalam mencapai ilmu baik dalam pendidikan formal
maupun non formal. Kebebasan yang dimaksud dalam kurikulum ini adalah peserta didik
diberikan peluang untuk mengali ilmu sebanyak – banyaknya. Hal yang bisa dilakukan untuk
mencapai peluang itu dapat dilakukannya kegiatan literasi, mengembangkan bakat melalui
keterampilan dan hal – hal yang berbau positif akan menunjang perkembangan setiap peserta
didik.
Implementasi Kurikulum Merdeka di jenjang SD/MI mengutamakan pada pembelajaran
berbasis proyek demi mewujudkan profil pelajar Pancasila. Hal ini juga sangat relevan dengan
pembelajaran abad-21 dimana pembelajaran mengfokuskan tidak hanya pada ranah
pengetahuan tapi juga menekankan pada aspek karakter, penguasaan literasi, keterampilan dan
teknologi. Pembelajaran pada kurikulum merdeka akan dikembalikan dalam pendekatan mata
pelajaran. Adapun penyusunan jadwal cukup memudahkan guru karena pembagian waktu per
minggu menggunakan mata pelajaran. Penyusunan pada kurikulum ini berbeda dengan
penyusunan jadwal pada kurikulum 2013 dimana harus mempertimbangkan rincian hari efektif
dan minggu efektif.
Meskipun penyusunan jadwal cukup mudah, guru harus memperhatikan beberapa hal yang ada
pada kurikulum merdeka yaitu terkait Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Proyek
ini adalah pembelajaran yang menggabungkan lintas disiplin keilmuan berbasis proyek atau
praktek tentang pemahaman materi dan penyelesaian masalah yang dipecahkan langsung oleh
peserta didik. Penyusunan jadwal wajib menyertakan P5 dengan opsi yang bisa dilakukan per
akhir pelajaran, per minggu atau per periode.
B. Penelitian Relevan
Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu
N NAMA PENELITI VARIAB METODE HASIL
O. EL PENELITI PENELITIAN
AN
1. Amirrudin, Metode Karakter
Indra Prasetia, Jimmy Susilo, penelitian pelajar
Marlinang Sihite, Sri Wahyuni yang pancasila
Gultom, Juni Mery Ria Manullang, dipakai diharapkan
Bahagia Barus (2002) yaitu dapat
penelitian mewujudkan
“Analisis Implementasi Kurikulum Kualitatif lulusan yang
Merdeka Belajar Dalam dengan memperlihatk
Mengembangkan Karakter Pancasila pendekatan an karakter
Di SMP 5 Satu Atap Kerajaan Kualitatif serta
Pardomuan” kemampuan
atau
Sumber: keterampilan
http://jurnal.umsu.ac.id/index.php yang
diperlukan
dan dapat
dicapai serta
meneguhkan
nilai-nilai
luhur
pancasila pada
peserta didik
serta para
pemangku
atau
penyelenggara
kepentingan.
Siswa yang
turut andil
dalam projek
karakter
pelajar
pancasila
dikenal
sebagai
Pelajar
Pancasila.
Karena itu,
pelajar
pancasila
diharapkan
menjadi
seorang
pelajar yang
tidak hanya
cerdas, tapi
juga memiliki
kompetisi
global,
berkarater,
serta
menjunjung
tinggi nilai-
nilai Pancasila
(Direktorat
Sekolah
Dasar, 2020).
Karakter
pelajar
pancasila
turut memuat
identitas
negara yakni
budaya-
budaya di
Indonesia dan
implementasi
atau
pelaksanaan
nilai-nilai
pancasila
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Siswa
diberikan
pemahaman
dan bekal agar
kelak menjadi
masyarakat
yang dapat
menerima dan
memanfaatka
n keragaman
sumber,
tertanam
nilai-nilai
budaya, dan
mempertahan
kan ciri dan
identitasnya
sebagai warga
negara
Indonesia.
Siswa juga
diharapkan
untuk mampu
dalam
meningkatkan
serta
memanfaatka
n pengetahuan
dan ilmunya,
menginternali
sasi, dan
mempersonali
sasi nilai-nilai
karakter dan
akhlak mulia.
2. Elsya Sulvia Heryadi, Iis Nurasiah, Metode Penelitian ini
Arsy Rizqia Amalia. penelitiann dilakukan
ya adalah dengan 2
PTK siklus
dijelaskan
(Penelitian
secara
“ Pengembangan Karakter Tindak terpisah
Kedisiplinan Kurikulum Merdeka Kelas). sehingga
Belajar “ Teknik terlihat
pengumpul persesuaian
Sumber: an data serta
Http://Dx.Doi.Org/10.33578/Jpfkip.V1 yaitu perbandingan
1i3.8967. wawancara antara hasil
, Observasi, penelitian
siklus I dan
dan siklus II.
Angket. Sementara
Menerapka hasil
n model penelitian
pembelajaran
pembelajar
tematik
an terpadu
Discovery menggunakan
Learning. model
Discovery
learning yang
dipaparkan
melalui
perencanaan
tindakan,
pelaksanaan,
pengamatan
dan refleksi.
Perencanaan
dilakukan
dengan
penyusunan
RPP
pedoman bagi
guru kelas
dalam
melaksanakan
pembelajaran
dan lembar
observasi yang
didapatkan
dari aktivitas
guru dan
peserta didik,
serta angket
sikap
kedisiplinan
belajar
sebagai
lembar
penilaian.
Merujuk pada
diagram 1
hasil observasi
aktivitas guru
pada kegiatan
siklus I
dilaksanakan
sesuai dengan
model
Discovery
learning yang
dimulai pada
tahap
pembukaan
memperoleh
nilai 70
berkategori
baik, Tahap
stimulus
memperoleh
nilai 70
berkategori
baik, Tahap
Identifikasi
masalah
memperoleh
nilai 67
berkategori
cukup, Tahap
Pengumpulan
data
memperoleh
nilai 66
berkategori
cukup, Tahap
pengolahan
data
memperoleh
nilai 68
berkategori
cukup, Tahap
pembuktian
memperoleh
nilai 70
berkategori
baik,
kemudian
pada tahap
menarik
kesimpulan
memperoleh
nilai 65
berkategori
cukup dan
Tahap
penutup
memperoleh
nilai 68
dikategorikan
cukup. Maka
demikian hasil
observasi
aktivitas guru
pada kegiatan
siklus I rata-
rata belum
memenuhi
indikator
ketercapaian
sebab kurang
dari 80. Oleh
karena itu
dilanjutkanny
a siklus II.
Pada siklus II
tahap
pembukaan
telah
meningkat
dengan
memperoleh
nilai 88
dikategorikan
sangat baik,
Tahap
Stimulus
memperoleh
nilai 87
berkategori
sangat baik,
Tahap
Identifikasi
masalah
memperoleh
nilai 83
berkategori
sangat baik,
Tahap
pengumpulan
data
memperoleh
nilai 85
berkategori
sangat baik,
Tahap
pengolahan
data
memperoleh
nilai 82
dikategorikan
sangat baik,
Tahap
pembuktian
memperoleh
nilai 85
dengan
kategori
sangat baik

2.2 Kerangka Berpikir


Kerangka berpikir merupakan alur pikir yang peneliti gunakan sebagai dasar pemikiran untuk
memperkuat pembahasan yang menjadi permasalahan dalam latar belakang yang telah
dipaparkan diatas. Dalam metode kualitatif, diperlukan sebuah dasar yang kuat untuk menjadi
pondasi penelitian agar lebih berfokus kepada permasalahan yang diangkat.
Pada penelitian ini, peneliti mencoba menganalisis implementasi kurikulum merdeka dalam
pembentukan karakter peserta didik pada mata pelajaran ppkn sma 1 muaro jambi.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMA N 1 Muaro Jambi dengan alamat
Pijoan, Kec. Jambi Luar Kota, Kab. Muaro Jambi. Terhitung dari perencanaan
penelitian sampai pembuatan laporan penelitian dilaksanakan pada bulan April
2023.

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian


Pendekatan yang peneliti gunakan adalah kualitatif deskriptif, karena dalam
penelitian ini mendapatkan kesimpulan yang berupa data secara rinci dan bukan
data yang menggunakan angka. Penilitian kualitatif deskriptif menurut
Sugiyono (2019) adalah merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme dimana biasanya digunakan dalam meneliti objek yang
bersifat alamiah dan menetapkan peneliti sebagai kunci dari penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif karena tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menjabarkan dan mendeskripsikan serta memberikan gambaran
secara akurat mengenai fakta atas fenomena yang diteliti. Sesuai dengan
penelitian yang diteliti, peneliti akan mencari data mengenai analisis
implementasi kurikulum merdeka dalam pembentukan karakter peserta didik
pada mata pelajaran PPKn SMA N 1 Muaro Jambi untuk menguraikan atau
mendeskripsikan data mengenai hasil penelitian dan data pengamatan yang
dibutuhkan selama pelaksanaan kegiatan berlangsung.

3.3 Data dan Sumber Data


A. Jenis Data
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif,
Moelong (2017;6) mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif adalah
bermaksud untuk mengetahui dan memahami fenomena tentang hal apa saja
yang dirasakan oleh subjek penelitian mulai dari perilaku sampai kepada
tindakan.
B. SumberData
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu
sebagai berikut :
1) Data Primer, adalah data yang bersumber secara
langsung melalui informan dari hasil wawancara dan
observasi yang dilaksanakan
2) Data Sekunder, yaitu data yang didapat melalui
kepustakaan, referensi, dokumen dan observasi yang didapatkan di lokasi
penelitian.

3.4 Teknik Sampling


Sugiyono (2020:128) mengungkapkan teknik sampling merupakan suatu teknik dalam
pengambilan sampel guna menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti aka menggunakan teknik tersebut dengan sampel yang
sudah ditentukan yaitu siswa SMA n 1 Muaro Jambi
.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dipilih oleh peneliti untuk mendapatkan data
dalam penelitian yang dilakukannya. Karena dalam penelitian peneliti mennggunakan metode
kualitatif, maka data yang didapat haruslah mendalam, jelas dan spesifik. Seperti yang
dijelaskan oleh Arikunto (2002:136) teknik pengumpulan data adalah merupakan cara yang
digunakan peneliti untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitiannya,
selanjutnya Sugiyono (2019) menyatakan bahwa pengumpulan data dapat dilakukan melalui
hasil observasi, wawancara, dokumentasui dan trianggulasi, seperti yang dilakukan peneliti
dalam penelitian ini.

a) Observasi
Macam-macam observasi menurut Sugiyono (2019) yakni:
- Observasi Partisipatif, yaitu peneliti terlibat secara langsung dengan kegiatan subjek yang
diamati.
- Observasi terus terang, yaitu peneliti mengumpulkan data secara terus terang kepada sumber
data
- Observasi tidak terstruktur, yaitu karena fokus penelitian yang belum jelasm maka fokus
penelitian akan terus dikembangkan selama kegiatan observasi berlangsung.

b) Wawancara atau Interview


- Wawancara terstruktur, yaitu kondisi dimana peneliti telah
menyiapkan pertanyaan-pertanyaan tertulis yang dimana
alternatif untuk jawabannya telah disiapkan.
- Wawancara semitersrtuktur, yaitu termasuk kedalam indept interview yakni dalam
pelaksanaannya wawancara
lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur.
- Wawancara tak terstruktur, yaitu wawancara yang dilakukan secara bebas dimana peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara seperti yang lainnya untuk
mendapatkan data yang hendak peneliti kumpulkan.
c) Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan dari peristiwa-peristiwa yang telah berlalu, dalam hal ini dapat
berbentuk tulisan, gambar maupun karya dari seseorang.
d) Trianggulasi

Trianggulasi dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat gabungan dari
berbagai teknik pengumpulan data yang lain, atau dapat dikatakan bahwa trianggulasi
merupakan teknik pengumpulan data yang menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan
data yang ada dan berbeda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.

3.6 Uji Validasi Data


Trianggulasi menurut Sugiyono (2015:83) adalah merupakan teknik pengumpulan data
penelitian yang sifatnya menggabungkan berbagai data dari sumber yang telah ada.
Trianggulasi digunakan untuk melakukan pencocokan terhadap metode pengumpulan data
meliputi hal apakah informasi yang didapat menggunakan metode interview sama dengan
observasi, atau sebaliknya.

3.7 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam metode penelitian kualitatif adalah berhubungan
dengan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan uji hipotesis yang telah
dilaksanakan. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Miles dan Hubberman aktivitas dala
melaksanakan analisis data yaitu sebagi berikut :
1) Data Collection atau Pengumpulan Data
Pada penelitian kualitatif, pengumpulan data yaitu secara observasi, wawancara, dokumentasi
dan trianggulasi.
2) Data Reduction atau Reduksi Data
Mereduksi artinya adalah merangkum, maka mereduksi data adalah suatu cara untuk berpikir
yang membutuhkan kecerdasan dan luasnya wawasan.
3) Data Display atau Penyajian Data
Setelah mereduksi, selanjutnya adalah penyajian data, dalam kualitatif penyajian data dapat
dipaparkan melalui uraian singkat, hubungan variabel, bagan atau lain sebagainya.
4) Conculasion Drawing atau Verivication
Langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan yang sifatnya sementara serta dapat berubah
ketika fakta dilapangan tidak cukup menemukan bukti yang mendukung dan kuat.

3.8 Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian merupakan tahapan maupun proses yang dilakukan dalam sebuah
penelitian untuk mendapatkan hasil dalam kesimpulan penelitian. Desain penelitian kualitatif
secara fleksibel maksudnya peneliti dapat berpeluang berubah dari yang telah dirancang
sebelumnya. Terdapat beberapa tahapan dalam penelitian kualitatif, yaitu sebagai berikut :
a. Tahapan deskripsi/tahapan orientasi. Pada tahapan ini peneliti mendeskripsikan mengenai
fenomena yang dilihat, didengar dan dirasakan untuk menemukan data awal di lapangan.
b. Tahapan reduksi. Dalam tahapan ini, peneliti memilih fokus permasalahan dan
memfokuskan penelitian pada faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku tidak disiplin
mahasiswa dan mencari solusi dari masalah tersebut.
c. Tahap seleksi. Yaitu berupa penguraian fokus permasalahan dalam penelitian ini diterangkan
dalam tahapan seleksi ini, sehingga mendapatkan hasil deskripsi yang rinci.

DAFTAR PUSTAKA

Habe, Hazairin and Ahiruddin Ahiruddin. 2017. “Sistem Pendidikan Nasional.” Ekombis
Sains: Jurnal Ekonomi, Keuangan Dan Bisnis 2(1):39–45.
Suhandi, A. M., & Robi’ah, F. (2022). Guru dan Tantangan kurikulum Baru :Analisis Peran
guru dalam dalam kebijakan kurikulum baru. Jurnal Basicedu, 6(4), 5936–5945.
https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/3172.
Fauzi, F.Y, & Ariyanto, I. (2013). Peran guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Jurnal Ppkn Unj Online, Volume 1, Nomor 2. http://skripsippknunj.org ISSN: 2337-
5205
Okasari, A.A., & Nurhayati, L. (2022). Jurnal Studi Guru dan Pembelajaran. Vol. 5, No. 1,
January – April 2022.
Suryaman, M. (2020). Orientasi Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar. Prosiding
Seminar Daring Nasional: Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar Program Studi
Pendidikan Bahasa Indonesia, 21 Oktober 2020. Hal 13 – 28. E-ISBN : 978-602-5830-
27-3
Sudrajat, A. (2011). Mengapa Pendidikan Karakter
https://journal.uny.ac.id/index.php/jpka/article/viewFile/1316/1094
Ramdhani, A.M. (2017). Lingkungan Pendidikan dalam Implementasi Pendidikan Karakter.
Jurnal Pendidikan Universitas Garut Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan
Universitas Garut, ISSN: 1907-932X
Tuloli, S. (2022). Pendidikan Karakter. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Iftidaiyah Dalam
Al-Qur’an
file:///C:/Users/HP/Downloads/silta%20tuloli%20artikel%20tafsir%20tarbawi.pdf
Hasan Hamid, S. (2018). Pendidikan Sejarah Untuk Memperkuat Pendidikan Karakter. Jurusan
Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Pusat Pengembangan Kurikulum (2010). Pedoman Pengembangan Pendidikan Budaaya dan Karakter
Bangsa bagi Sekolah. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai