Anda di halaman 1dari 19

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM IMPLEMENTASI METODE AMTSILATI DI

PONDOK PESANTREN ROUDLOTUSY SYUBYAN PATI

Proposal Skripsi

Dosen pengampu : Drs. Darmuin, M. Ag

Disusun Oleh:

Fatihul Hikmatil Imro’ah (1703016096)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2021
A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan ialah suatu proses interaksi edukatif, yang mana interaksi edukatif
merupakan hubungan timbal balik antara guru dan peserta didik dalam suatu sistem pengajaran.
Interaksi edukatif merupakan faktor penting dalam usaha mencapai terwujudnya situasi belajar
mengajar yang baik dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Dalam proses belajar mengajar
di sekolah sebagai suatu sistem interaksi, maka kita akan dihadapkan kepada sejumlah
komponen-kompenen yang harus ada. Tanpa adanya komponen-kompenen tersebut tidak akan
terjadi proses interaksi edukatif antara guru dengan peserta didik. Komponen-kompenen yang
dimaksud adalah tujuan intruksional, bahan pengajaran atau materi, metode dan alat dalam
interaksi, sarana dan evaluasi atau penilaian.1
Pendidikan memiliki peran penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan
kehidupan bangsa yang bersangkutan. Untuk itu, pembangunan nasional di bidang pendidikan
merupakan sebuah upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas
manusia Indonesia, dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, serta
memungkinkan setiap warga negara mengembangkan diri, baik dalam aspek jasmaniah maupun
rohaniah berdasarkan falsafah pancasila.2
Manusia tidak akan lepas dari proses pendidikan, karena pendidikan yang membuat
manusia itu menjadi dewasa dan berwawasan luas. Pendidikan mengarahkan kepada
pengembangan keperibadian seseorang. Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Buku Ahmad tafsir
“Pendidikan atau mendidik tidak sama dengan mengajar”. Adapun arti mendidik itu adalah
bertujuan mengembangkan aspek kepribadian terutama dalam membentuk akhlak kepribadian
muslim.3
“Pendidikan merupakan salah satu usaha yang sadar teratur dan sistematis di dalam
memberikan bimbingan kepada anak yang sedang berproses kedewasaan”4

1 Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta :Rineka Cipta, 1997, hlm. 156-
158.
2 Ali Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan, Yogyakarta :Teras, 2009, hlm. 7.
3 Ahmad Tafsir, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2007,
hlm. 7.
4 M.Hafi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya : Usaha nasional, 2006, hlm.29

1
“pendidikan keislaman atau pendidikan agama Islam, yakni upaya mendidikan agama
Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi manusia muslim yang berahlak, dengan
nilai-nilai itu seorang anak didik akan menjadi manusia yang baik, berakhlak dan beriman”. 5
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU No.20 Tahun
2003 (Sisdiknas, pasal 3). Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta
mengembangkan potensi peserta didik. Supaya menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.6
Dengan demikian system pendidikan di Indonesia harus terus berinovasi dalam
mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang telah dijelaskan dalam UU No. 20
Tahun 2003 (Sisdiknas, pasal 3). Salah satunya dengan cara memberi peran penting dalam dunia
pendidikan yang mana tidak hanya terfokus dalam mencerdaskan generasi bangsa namun, harus
diimbangi dengan mendidik karakter generasi bangsa. Kita ketahui seberapa minimnya karakter
generasi-generasi muda saat ini, hal itu bisa dibuktikan dengan beberapa kasus yang marak
terjadi dikalangan anak pelajar seperti tawuran antar pelajar, bullying, narkoba bahkan peredaran
foto dan video porno menjadi hal yang lazim terjadi. Kasus-kasus tersebut bukan suatu hal yang
dapat disepelekan salah satu penyebab hal itu terjadi di pengaruhi beberapa faktor internal
maupun eksternal.
Faktor internal yang dapat menunjang seorang anak melakukan tindakan menyimpang
yakni diantaranya, kurang menanamkan dalam diri sikap dan karakter terpuji dalam bertingkah
laku. Sedangkan faktor eksternalnya bisa meliputi banyak hal seperti keluarga yang kurang
memberi perhatian terhadap anaknya, lingkungan pergaulan yang kurang mendukung atau tidak
tepat. Faktor-faktor inilah yang dapat menjadikan emosional anak cenderung temperamental
sehingga, akan menghilangkan karakter asli anak tersebut. Hal tersebut dapat dicegah dengan
cara mengasah serta mendidik karakter anak sejak dini.
Pada hakikatnya sejak orde lama pendidikan karakter telah mewarnai kurikulum
pendidikan di Indonesia, namun dengan istilah pendidikan budi pekerti yang terintegrasi dalam
berbagai bidang studi. Oleh sebab itu penekananya dapat dikataka kurang maksimal, oleh karena

5 Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2006 , hlm.5.
6 E. Mulyasa, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, Cet Ke-1, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,2007, hlm. 4.

2
itu Mohammad Nuh (Menteri pendidikan Nasional) pada tangga 2 Mei 2011 menegaskan bahwa
pendidikan berbasis karakter dengan segala dimensi dan variasinya menjadi penting dan mutlak.
Sebab karakter yang kita bangun bukan hanya karakter diri semata namun, dengan terbangunnya
karakter yang baik akan memberi dampak kemulian sebagai bangsa. Serta karakter yang kita
bangun bukan hanya kesatuan, tetapi karakter yang menumbuhkan kepenasaranan intelektual
sebagai modal untuk membangun kreativitas dan daya inovasi.7
Pendidikan karakter dalam lingkup sekolah bukan dijadikan sebuah mata pelajaran satuan
yang utuh namun, terintegritas diberbagai mata pelajaran yang ada di sekolah. Hal tersebut tidak
hanya berlaku di sekolah saja tetapi di lingkup pondok pesantren sangat terasa dan menjadi peran
penting dalam penanaman karakter seorang anak. Dalam dunia pondok pesantren terdapat begitu
banyak program pendidikan seperti, tahfidzul qur’an, program bahasa serta program amtsilati
yang mana mengajarkan anak didik dasar-dasar untuk bekal mahir dalam membaca makna di
kitab kuning.
Dalam pembelajaran amstilati melalui beberapa tahapan seperti, membaca, menulis serta
menghafalkan nadzoman yang terdapat dalam 4 jilid buku pedoman amsilati. Tentu dalam proses
pembelajarannya menggunakan metode khusus yang menjadi pembeda dengan metode tahfidzul
qur’an. Metode ini merupakan pembaharuan dari metode-metode terdahulu yang
mengkolaborasikan dengan pembelajaran aktif yang relevan dengan situasi saat ini. Sebab salah
satu cara memperbaiki moral anak bangsa dengan cara melakukan pendekatan pembelajaran
yang mampu menstimulus siswa bersikap aktif. Untuk itu saat ini Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan yang mana mengharuskan pendidikan sekolah dasar hingga pendidikan sekolah
menengah mengharuskan menggunakan pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan).
Sehingga metode amstilati yang merupakan pembaharuan metode-metode pembelajaran
terdahulu yang dikolaborasikan dengan pendeketan PAKEM dimana saat ini sangat efesien
dalam menanamkan nilai moral atau karakter kepada anak bangsa. Dalam sertiap metode
amstilati terselipkan beberapa tindakan yang dapat menunjang pendidikan karakter kepada
peserta didik. Untuk itu hal ini penulis mengangkat skripsi yang berjudul “ PENDIDIKAN
KARAKTER DALAM IMPLEMENTASI METODE AMTSILATI DI PONDOK PESANTREN
ROUDLOTUSY SYUBYAN PATI”.
7 Muclas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2019, hlm.7-8

3
B. Rumusan masalah
Pendidikan karakter apa yang terdapat dalam implementasi metode amstilati di pondok
pesantren Roudlotusy Syubyan Pati?

C. Tujuan
Memaparkan pendidikan karakter apa yang terdapat dalam implementasi metode
amstilati di Pondok Pesantren Roulotusy Syubyan Pati.

D. Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan khazanah keilmuan dalam
bidang ilmu pendidikan, khususnya tentang pendidikan karakter dalam implementasi metode
amstilati.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat:
a. Memberikan sumbangan pemikiran kepada para ustad/ustadzah di Pondok Pesantren
Roudlotusy Syubyan dalam usahanya untuk meningkatkan kualitas proses pengajaran dan
pembelajaran santri, sehingga nantinya dapat melahirkan generasi dan cendekiawan
muslim yang mampu mengamalkan ilmu amstilati terhadap kehidupan sehari-hari dan
dimana pun mereka berada.
b. Memberikan sumbangan ilmiah bagi kalangan akademisi yang mengadakan penelitian,
baik meneruskan maupun mengadakan riset baru tentang tema yang sejenis.

E. Deskripsi Teori
1. Pendidikan karakter
a. Pengertian Pendidikan Karakter
Karakter artinya cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk
hidup dan bekerja sama, dalam segala jenjang sosial. Karakter yang kuat merupakan
komponen fundamental yang memberikan kemampuan kepada populasi manusia
untuk hidup bersama dalam kedamaian serta membentuk dunia yang dipenuhi dengan
kebaikan dan kebijakan yang bebad dari kekerasan serta tindakan-tindakan yang

4
diluar batas kewajaran manusia. Karakter tidak diwariskan secara turun-temurun dari
leluhur kita, namun suatu hal yang terjadi secara ber kesinambungan antara pikiran
dan tindakan seseorang. Untuk itu karakter seseorang dapat di bentuk atau diubah
sesuai dengan penciptaannya mengarahkan ke dalam sebuah karakter positif atau
mungkin sebaliknya.8
Sedangkan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karakter merupakan sifat-
sifat kejiwaan, akhlak dan budi pekerti yang membedakan dengan orang lain.
Karakter merupakan antribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri
pribadi, ciri etika dan kompleksitas mental dari seseorang pernyataan ini merupakan
argument dari Scerenko (1997). Sedangkan menurut Robert Marine (1998) karakter
adalah gabungan yang samar-samar antara sikap, perilaku bawaan, dan kemampuan
yang membangun pribadi seseorang. Sehingga dapat di simpulkan definisi karakter
yaitu, sifat dasar kejiwaan atau akhlak seseorang yang dapat di jadikan acuan untuk
menentukan bagaimana moral seseorang itu sendiri serta dapat dijadikan pembeda
dengan seseorang.
Jika karakter merupakan sifat dasar yang dibawa oleh seseorang maka, karakter
dipengaruhi sifat hereditas dari induknya dalam hal ini yaitu orang tua. Dalam bahasa
jawa dikenal dengan istilah “Kacang ora ninggal lanjaran” dalam bahasa Indonesia “
kacang panjang tidak akan meninggalkan kayu yang digunakan untuk menjalar”. Dari
istilah jawa tersebut jelas terlihat bahwa seseorang pasti membawa sifat bawaan atau
kebiasaan dari orang tua maupun kebiasaan lingkungan ke tempat yang baru. Oleh
karena itu orang tua bertanggung jawab memilih dengan baik dan cermat lingkungan
yang baik untuk petumbuhan anaknya supaya tidak salah pergaulan sehingga
menjadikan karakter anak tersebut buruk atau kurang baik.
Karakter merupakan sebuah identitas bangsa ini yang akan dapat dilihat dan
dinilai oleh masyarakat luar Negara ini, oleh karena itu pemerintah harus membangun
dan memfasilitasi untuk penanaman nilai karakter kepada generasi bangsa. Hal
tersebut dapat di lakukan melalui beberapa jalur diantaranya jalur pendidikan yang
harus berperan ekstra dalam menanamkan karakter anak bangsa. Jika karakter bangsa

8 Muclas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2019 , hlm. 41.

5
sudah tertata dengan baik maka moral suatu bangsa akan baik pula sehingga, tidak
akan ada namanya tawuran, korupsi, penipuan, narkoba serta penyimpangan sosial
yang lain. Oleh karena itu bangsa akan hidup dalam kedamaian dan kerukunan.
Sedangkan pengertian dari pendidikan karakter menurut Burke (2001) merupakan
bagian dari pembelajaran yang baik dan merupakan bagian yang fundamental dari
pendidikan yang baik. Sedangkan menurut Scerenko (1997) pendidikan karakter
dapat dimaknai sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mengembangkan
kepribadian yang positif, didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian
(sejarah, dan biografi para bijak dan pemikir besar), serta praktik emulasi yaitu usaha
untuk mewujudkan hikmah atau pelajaran dari segala sesuatu yang di amati dan
dipelajari secara maksimal.
Melalui pendidikan karakter ini sekolah harus mengupayakan dengan sungguh-
sungguh dalam membawa peserta didiknya untuk memiliki nilai-nilai karakter seperti,
nilai integritas, tanggung jawab, hormat kepada orang yang lebih tua serta disiplin. Di
sisi lain pendidikan karakter juga sangat berperan penting langkah pencegahan
terhadap peserta didik dalam menjauhkan perilaku dan sikap tercela atau buruk.
Pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan tetapi, menanamkan sebuah
kebiasaan yang baik dan akan di gunakan di kehidupan sehari-hari.9

b. Sumber nilai pendidikan karakter


Karakter merupakan potensi setiap manusia yang ada didalam diri seseorang dan
telah ada sejak atau dimanisfestasikan sejak lahir dengan kata lain merupakan sebuah
fitrah dari Allah swt. Hal ini telah dijelaskan dengan terang oleh Allah swt dalam QS.
Al-Rum/ 21:30
‫َفَاِقْم َو ْجَه َك ِللِّد ْيِن َح ِنْيًف ا ِفْطَر َت اِهلل اَّلْيِت َفَطَر الَّنا َس َعَلْيَه ا اَل َتْبِد ْيَل َخِلْلِق اِهلل ذ ِلَك الِّد ْيُن اْلَق ِّيُم َو َلكَّن َاْك َثَر الَّنِاس اَل ُيْعَلُمْو َن‬
ۙ ۗ ۗ ۗ

‫۝‬

Artinya :
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (islam); (sesuai) fitrah
Allah disebabkan Dia telah ,menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada

9 Samrin, Pendidikan Karakter (Sebuah Pendekatan Nilai), Jurnal Al-Ta’dib Vol. 9 No. 1 Januari
2016, Hlm. 125.

6
perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.( Al-Rum [21]:30)10

Dalam surah ini dijelaskan bahwa manusia itu dilahirkan dalam keadaan
suci (fitrah) sejatinya hingga manusia tersebut dewasa (sudah dapat menentukan
pilihan atau membuat keputusan) maka bisa disebut masih keadaan fitrah.
Golongan, pengetahuan, perilaku sikap baik atau buruk itu akan tertanam dalam
diri seseorang dipengaruhi Pendidikan dalam keluarga selain itu lingkungan
tempat dimana manusia itu tumbuh juga sangat mempengaruhi. Sehingga dalam
surah diatas menyebutkan dengan jelas manusia dari lahir hingga wafat itu sama
(ciptaan) tanpa ada perubahan tetapi hal yang berubah adalah sifat kepribadian
manusia itu.
Disini peran Pendidikan karakter sangatlah penting dalam membentuk
karakter dalam hal ini sikap atau perilaku manusia. Karakter seseorang harus
dibangun dengan baik hal itu dimulai dengan landasan karakter sesuai dengan
yang dianjurkan agama islam. Sebab agama islam merupakan agama yang
sempurna, sehingga setiap pemikiran harus merujuk pada ketetapan dalam Al-
Qur’an. Termasuk Pendidikan karakter yang berakhlakul kjharimah juga telah di
terangkan di dalam Q.S Luqman ayat 17-18 juz 21:
‫َيُبَّيَن َاِقِم الَّصَلْو َةَو ْأُمْر ِباْلَم ْع ُر ِف َو ْنَه َعِن اْلمْنَك ِر َو اْص ْرِب َعَلى َم ا َاَص اَبَك ۗ ِاَّن َذِلك ِم ْن َعْز ِم اُاْلُمْو ِر ۝ َو اَل ُتَص ِّعرء َخ َّد َك اِللَّناِس‬

‫َو اَل ْمَتِش ىِف اَاْلْر ِض َم َر ًح اۗ ِاَّن اَهلل اَل ِحُيُّب ُك َّل ْخُمَتاٍل َفُخ ْو ٍر ۝‬

Artinya:
Wahai anakku! Laksankanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf
dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.‫۝‬
Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan
janganlah berjalan dibumi dengan angkuh. Sungguh, Allah Swt tidak menyukai
orang yang sombong dan membanggakan diri. (Luqman [21] 17-18) 11

Selain Al-Qur’an sebagai landasan pemikiran bagi umat islam dalam


bertindak atau mengambil keputusan tetapi ada pula Al-Hadist yang digunakan

10 Kemenag RI, Al-Qur’an Terjemah dan Tajwid, Bandung:Sy9ma creative media crop, 2014,
hlm. 407.
11 Kemenag RI, Al-Qur’an Terjemah dan Tajwid, Bandung:Sy9ma creative media crop, 2014,
hlm, 412.

7
sebagai acuan pemikiran umat islam. Al-Hadist merupakan perkataan, perbuatan
dan persetujuan, serta sifat yang disandarkan (udhifa) kepada Nabi Muhammad
Saw. Untuk itu bisa dipastikan bahwa tidak semua hadist berasal dari Nabi
Muhammad Saw untuk itu bersifat penyandaran. Akibatnya hadist sangat beresiko
di histori atau bahkan dimanipulasi (dipalsukan). Tetapi kedudukan kebenaran Al-
Qur’an dan Hadist sama-sama-sama mutlak. Serta apa yang dimuat dalam Hadist
tentu sedikit banyak juga dikandung dalam Al-Qur’an termasuk ajaran yang
menjamin agar terhidar dari kesesatan atau kemungkaran. Sebagaimana hadist
Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Abu Ahmad :
‫َح َّد َثَنا اَأْلْس َو ُد ْبُن َعاْم ِر َح َّد َثَنا َش ِر ْيٌك َعِن اْلُّر َك ِنْي َعِن اْلَق ا ِس ِم ْبِن َح َّس اَن َعْن زْيِد ْبِن َثاِبٍت َقاَل قَاَل َرُس وُل اِهلل َص َّل‬
‫ِض ِع ِت‬ ‫ِإ‬ ‫ِض‬ ‫ِء‬ ‫ِل ِنْي ِك ِهلل‬ ‫ِه َّل ِإ ِر ِف‬
‫اهلل َعَلْي َو َس َم ىَّن َتا ٌك ْيُك ْم َخ َف َت َتاُب ا َحْبٌل ْمَمُد وٌد َم اَبَنْي الَّس َم ا َو اَألْر َأْو َم ا َبَنْي الَّس َم اء ىَل اَألْر َو ْتَر ى َأْه ُل‬

‫َبْييِت َو ِإَّنُهَم ا َلْن َيَتَفَّرَقا َح ىَّت َيِر ُدا َعَلَّي اَحْلْو َض‬

Artinya:
Telah diceritakan kepada kami [Al Aswad bin Amir] telah diceritakan kepada
kami [Syariik] dari [Rukain] dari [Al-qasim bin Hassan] dari [Zaid bin Tsabit]
berkata, “ Rasullah Shallalahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: aku tinggalkan untuk
kalian dua pusaka; Kitabuallah, tali yang terjulur antara langit dan bumi atau dari
langit ke bumi, dan ahli baitku, keduanya tidak akan terpisah hingga keduanya
menemuiku ditelaga. (HR Ahmad No.20596) 12
Jadi kesimpulan yang dapat diambil dari hadits riwayat Abu Ahmad yaitu
kita harus meyakini bahwa Al-Qur’an dan Hadist merupakan sebuah landasan
dalam mengajarkan sesuatu sesuai dengan syariat agama islam. Selain itu dengan
adanya dua pusaka (Al-Qur’an dan Hadist) kita dapat meneladani sifat dan sikap
Nabi Saw semasa hidupnya yang dapat kita terapkan dikehidupan kita. Seperti
pengertian hadist diatas yang mana hadist diperoleh dari perkataan atau perbuatan
Nabi Saw zaman dahulu. Hadist merupakan nilai yang tinggi kedudukannya
setelah Al-Qur’an sedangkan didalam keduanya juga menjelaskan bagaimana
sikap dan sifat Rasulullah Saw dalam memimpin, bermasyarakat atau dalam
keluarga. Sangat penting kita untuk meneladani sifat Nabi Saw Sebab akhlak kita
baik atau buruk merupakan cerminan iman kita terhadap Allah Swt.

12 Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Al-Lu’lu Wal Marjan (Kumpulan Hadist Shahih Bukhari
Muslim), Umul Qura’: 2011

8
2. Metode Amstilati
a. Pengertian Metode Amstilati
Dalam kamus bahasa Indonesia, metode yang berarti suatu cara yang
teratur digunakan untuk mengerjakan suatu pekerjaan supaya mencapai hasil yang
memuaskan. Dengan cara kerja yang teratur atau terproggram inilah yang menjadi
kunci utama sebuah keberhasilan dalam mengapai suatu tujuan tersebut.
Sedangkan metode dalam bahasa arab dikenal dengan “Ahariqah” artinya
langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.13
Secara etimologi metode berasal dari kata yunani yaitu “metha” yang
artinya melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau sebuah cara, untuk itu dapat
disimpulkan secara etimologi metode merupakan suatu jalan atau cara yang
dilewati untuk menggapai sebuah tujuan. 14
Pengertian Amstilati itu sendiri merupakan sebuah cara atau metode dalam
pembelajaran membaca kitab kuning yang dikemas dengan semenarik mungkin
serta efesiensi materi yang cukup sederhana tidak terlalu bertele-tele sehingga
mempermudah orang yang akan mempelajari. Metode ini terkemas dalam
beberapa jilid berbentuk seperti buku dengan begitu peserta didik akan menempuh
satu persatu jilid tersebut. Dalam proses pembelajarannya guru tidak memerlukan
referensi lain dalam mengajar cukup berpadu pada jilid atau kitab amstilati
tersebut sesuai dengan kelas yang diajarkan. Disini peserta didik selain harus
mmapu membaca dan menghafal mereka juga diwajibkan menulis atau menyalin
nadzoman tersebut hal itu upaya untuk memudahkan peserta didik bisa mengingat
materi.

b. Sejarah Amstilati
Metode ini bermula dari sebuah gagasan seorang santri yang merasa
kesulitan dalam membaca kitab kuning. Saat itu beliau harus menghafal
nadzoman Alfiyah yang memiliki kurang lebih 1002 bait dan seluruh bait tersebut

13 Nurjannah Rianie, Pendekatan Dan Metode Pendidikan Islam, Jurnal: Management Of


Education Vol. 1 No. 2, Hlm. 114.
14 Aminudur Yusuf Putra, Penerapan Metode Amstilati Dalam Pembentukan Karakter Islami Di
P.P Darul Falah Bangsri Jepara, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, Hlm. 9.

9
tersusun dalam bahasa arab. Kitab Alfiyah merupakan sebuah karya yang
monumental dari ulama besar di daerah Andalusia yaitu Syaikh Jamaludin
Muhammad bin Abdullah bin Malik Al-Andalusy (1408 H) beliau murid dari al-
Syaikh Abu Zakaria Yahya bin Mu’thi.15
Saat itu santri yang memiliki nama asli H. Tafiqul Hakim merasa gundah
sebab hafalan nadzoman yang dihafalkan cepat sekali hilang. Hal itulah yang
menjadi motivasi beliau untuk membuat innovasi metode pembelajaran yang
efektif dan efisien. Dengan melakukan penelitian kurang lebih selama 10 hari
dibulan suci Ramadhan (tepatnya 17 Ramadhan-27 Ramadhan) muncullah sebuah
gagasan metode Qiro’ati yang dinilai sangat cepat untuk mempermudah
mempelajari kitab kuning yaitu metode Amstilati.
Selama menjalankan 10 hari penelitian beliau juga melakukan sebuah
amalan-amalan sebagai ikhtiar kita kepada Allah swt seperti, mujahadah (sebuah
amalan malam yang dilakukan secara kontinu dan bersungguh-sungguh berharap
mendapatkan sebuah keteguhan atau keyakinan akan sesuatu dalam hati). Hal itu
merupakan salah satu penunjang beliau untuk menyelesaikan pembuatan kitab
panduan Amstilati tersebut. Untuk memperkenalkan hasil karyanya beliau
mengadakan follow up yang bertajuk bedah buku yang diselenggarakan di gedung
NU kabupaten Jepara 16 Juni 2002. Saat itu antusiasme masyarakat cukup tinggi
sehingga setelah acara tersebut digelar banyak yang penasaran untuk mempelajari
metode tersebut.
F. Kajian pustaka
Untuk menghindari duplikasi atau pengulangan tulisan maka penulis perlu menyertakan
tinjauan pustaka yakni beberapa skripsi, buku, naskah publikasi melalui riset maupun jurnal
yang berkaitan dengan penelitian yang penulis angkat. Adapun literatur yang penulis temukan
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Irwan Fathullah (2008), dengan judul “Penerapan metode amstilati dalam
membaca kitab kuning di Pesantren Al-hikam Malang”. Skripsi ini menjelaskan
tentang bagaimana menerapkan ilmu dari pembelajaran metode amstilati ini dalam
praktik membaca kitab kuning dari beberapa santri di Pesantren Al-hikam Malang.
15 Aminudur Yusuf Putra, Penerapan Metode Amstilati Dalam Pembentukan Karakter Islami Di
P.P Darul Falah Bangsri Jepara, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, hlm,10.

10
Apakah seorang santri tersebut setelah menerima pembelajaran metode amstilati akan
lancar dalam membaca atau mengartikan kitab kuning.16
2. Penelitian Aminudur Yusuf Putra (2014), dengan judul “Penerapan metode amstilati
dalam pembentukan karakter islam di PP Darul Falah Bangsri Jepara”. Skripsi ini
menjelaskan bagaimana penerapan metode amstilati yang dapat membentuk karakter
islam dalam diri seorang santri. Disini menjelaskan pendidikan karakter islam saja
yang dapat dibentuk dari penerapan metode amstilati bagi peserta didik. 17
3. Penelitian Wahyu Najib Fikri (2018), dengan judul “Implementasi metode amstilati
dalam membaca kitab kuning di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Demak”.
Skripsi ini menjelaskan bagaimana meimplementasikan metode amstilati dalam
membaca kitab kuning, apakah dalam mengimplementasikan sesuai dengan arahan
atau metode amstilati yang ada. Hal tersebut dijadikan tolak ukur keberhasilan dalam
pembelajaran metode amstilati.18
G. Kerangka Berpikir
Pendidikan kartakter di Indonesia memang terbilang kurang hal tersebut dapat
ditinjau dari banyaknya kasus moral dikalangan masyarakat. Sedangkan pendidikan
karakter dalam dunia pendidikan tidak terfokus dalam satu mata pelajaran saja namun,
terselip atau terkandung dalam setiap proses pembelajaran. Oleh karena itu perubahan
dan pembaharuan metode atau kurikulum pendidikan harus terus di lakukan. Sama halnya
dengan Metode Amstilati yang merupakan pembaharuan dari metode-metode
sebelumnya.
Metode amtsilati ini memiliki beberapa step atau tingkatan didalam setiap
tingkatan memiliki tantangan tersendiri oleh karena itu seorang peserta didik harus
memiliki strategi untuk menyelesaikannya. Di setiap proses metode amstilati tentu secara
tidak langsung dapat memberikan sebuah pendidikan karakter seperti, menghafalkan
setiap nadzoman peserta didik harus memiliki sifat ulet, pantang menyerah, kerjasama,

16 Irwan Fathullah, Penerapan metode amstilati dalam membaca kitab kuning di Pesantren Al-
hikam Malang, Malang: UIN Maliki Ibrahim, hlm,1.
17 Aminudur Yusuf Putra, Penerapan Metode Amstilati Dalam Pembentukan Karakter Islami Di
P.P Darul Falah Bangsri Jepara, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, hlm, 1.
18 Wahyu Najib Fikri, Implementasi metode amstilati dalam membaca kitab kuning di Pondok
Pesantren Hidayatul Mubtadiin Demak,Salatiga: IAIN Salatiga, hlm,1.

11
dan juga ketelitian. Sehingga dalam metode ini akan menanamkan karakter mulia secara
tidak langsung kepada para santri yang mempelajarinya.

H. Metode penelitian
1. Jenis dan pendekatan
a. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, sebagai penelitian lapangan


yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek
penelitian (peserta didik, ustad/ustaszah), misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan dan lain sebagainya dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-
kata bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan
berbagai metode ilmiah. Menurut Denzi dan Lincoln tahun 1987 dalam bukunya
bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan latar
alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan
dengan jalan melibatkan metode yang ada.19

b. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologis yang bertujuan untuk


menggambarkan gejala-gejala masalah sosial masyarakat dan mengumpulkan data
atau informasi yang disusun dan dijelaskan serta dianalisis. Adupun untuk data
yang di ambil merupakan data deskriptif yaitu data yang berupa uccapan atau data
tulis yang didapatkan dilapangan. Dalam penelitian ini peneliti terlibat secara
langsung untuk lebih memahami dan menghayati pola piker dan perilaku subjek
sehingga akan memudahkan dalam penganalisisan data diakhir.

2. Sumber dan Jenis Data

Menurut sumbernya, data penelitian digolongkan menjadi dua yaitu data


primer dan data sekunder.

19 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kulitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2019, hlm,
5.

12
a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari subyek


penelitian dengan teknik pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber
informasi yang dicari.20 Subjek merupakan sumber-sumber informasi dalam
penelitian ataupun orang yang memberikan keterangan apa yang ingin didapatkan
oleh penulis. Data primer ini yang nantinya menjadi data utama peneliti untuk
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan tema penelitian. Data primer ini
berisi hasil wawancara terhadap para informan yang nantinya akan memberikan
keterangan yang berkaitan dengan penelitian.

b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pihak lain, atau tidak
langsung dari objek penelitian. Data sekunder ini sebagai data pelengkap dari data
primer. Jadi sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu berupa dokumen-
dokumen dari instasi terkait, kajian pustaka mulai dari buku-buku, jurnal, skripsi,
foto yang mendukung kelengkapan data.

3. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan
data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam penelitian kualitatif ini,
pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah).
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Observasi partisipatif
Observasi merupakan teknik untuk mengamati langsung atau tidak langsung
terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam hal ini peneliti
menggunakan observasi partisipasi pasif (Passive Participant). Partisipasi pasif

20 Gunawan Sumodiningrat, Membangun perekonomian Rakyat, Yogyakarta, Pustaka


Pelajar,1998, hlm 41.

13
artinya peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat
dalam kegiatan tersebut.
b. Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan olehpewawancara untuk
memperoleh informasi dari informan (narasumber). Wawancara di maksudkan untuk
merekam data yang berfungsi penting untuk bahan analisis penelitian untuk di
rekontruksi, dikembangkan serta di pertimbangan untuk menentukan hasil
penelitian.21
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Metode
dokumentasi bisa dilakukan dengan mengambil data dari hal- hal atau variable yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, internet, dan sebagainya

4. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyusunan data, mengelompokan kategori-kategori


dan urutan-urutan dasar. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan
atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Pada
dasarnya, analisis data kualitatif dilaksanakan bersamaan dengan proses pengumpulan
data . peneliti menggunakan model analisis interaktif. Menurut Miles dan Huberman
dalam proses pengumpulan data lapangan analisis dalam pelaksanaanya melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Proses pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan langsung terjun ke lapangan. Dalam


penelitian ini pengumpulan data diperoleh dari mencatat semua data objektif dan
apa adanya sesuai dengan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi di
lapangan.

b. Proses reduksi data

21 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kulitatif, Badung : PT. Remaj Rosdakarya, 2019, hlm,
186

14
Reduksi data yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus
penelitian. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menggolongkan,
mengarahkan, membuang, yang tidak perlu dan mengorganisasikan data-data
yang telah direduksi. Hal ini memberikan gambaran yang lebih tajam tentang
hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencarinya sewaktu-waktu.

c. Penyajian data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang


memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian data merupakan analisis dalam bentuk teks naratif, dengan tujuan
mendeskripsikan informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu dan mudah
dipahami. Dalam penyajian data tidak hanya doijabarkan hasil saja tetapi dikemas
dalam bentuk naratif tentang proses penelitian hingga menjelaskan temuan-
temuan atau hasil dalam proses sebagai acuan untuk peneliti dalam menarik
sebuah kesimpulan hasil penelitian. 22

d. Penarikan kesimpulan

Setelah data disajikan, maka dilakukan penarikan kesimpulan atau


verifikasi. Untuk itu diusahakan mencari pola, model, tema, hubungan,
persamaan, hal-hal yang sering muncul, hipotesis, dan sebagainya. Jadi dari data
tersebut diambil kesimpulan. Verifikasi dapat dilakukan dengan keputusan,
didasarkan pada reduksi data, dan penyajian data yang merupakan jawaban dari
masalah yang diangkat dalam penelitian. Dalam tahap ini dilakukan analisis
tentang dalam implentasi metode amstilati pendidikan karakter apa saja yang di
bentuk.

I. Sitematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan ini penulis menguraikan apa yang akan direncanakan dalam
penulisan menjadi lima bagian, yaitu:
a. BAB I PENDAHULUAN

22 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kulitatif, Badung : PT. Remaj Rosdakarya, 2019,
hlm,235.

15
Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, sistematika penulisan.
b. BAB II KERANGKA TEORI
Berisi tentang landasan teori, dalam bab ini ada beberapa teori yang akan
dijelaskan yang berkaitan dengan tema seperti pengertian pendidikan karakter,
sumber nilai pendidikan karakter, pengertian metode amstilati, serta sejarah
metode amstilati.
c. BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
Pada bab ini akan membahas tentang gambaran umum lokasi penelitian
meliputi letak, sejarah pondok pesantren, visi-misi pesantren, struktur
kepengurusan, dan program kegiatan di pondok pesantren.
d. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan analisis data tentang karakter apa saja yang dapat
dibentuk dalam implementasi atau penerapan metode amstilati di Pondok
Pesantren Roudlotusy Syubyan Pati. Dalam bab ini juga akan menjelaskan atau
menafsirkan data yang diperoleh secara detail sesuai dengan hasil penelitian
dilapangan maupun dokumen-dokumen pendukung.
e. BAB V PENUTUP
Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran atau rekomendasi dari hasil
penelitian.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anshari , M.Hafi. 2006.Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya : Usaha nasional.

Baqi, Muhammad Fu’ad Abdul.2011. Al-Lu’lu Wal Marjan (Kumpulan Hadist Shahih Bukhari
Muslim). Umul Qura’.

Fathullah , Irwan. 2008. Penerapan metode amstilati dalam membaca kitab kuning di Pesantren
Al-hikam Malang. Malang: UIN Maliki Ibrahim.

Fikri , Wahyu Najib. 2016. Implementasi metode amstilati dalam membaca kitab kuning di
Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Demak,Salatiga: IAIN Salatiga.

Kemenag RI. 2014. Al-Qur’an Terjemah dan Tajwid. Bandung:Sy9ma creative media crop.

Muclas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2019 , hlm. 41.

Muhaimin.2006. Nuansa Baru Pendidikan Islam. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.

Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, Cet Ke-1. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Moleong , Lexy J. 2019. Metode Penelitian Kulitatif. Bandung : PT. Remaj Rosdakarya.

Putra, Aminudur Yusuf. 2014. Penerapan Metode Amstilati Dalam Pembentukan Karakter
Islami Di P.P Darul Falah Bangsri Jepara, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Rianie, Nurjannah. Pendekatan Dan Metode Pendidikan Islam. Jurnal: Management Of


Education Vol. 1 No. 2.

Rohmad,Ali.2009. Kapita Selekta Pendidikan. Yogyakarta :Teras

Samani , Muclas dan Hariyanto.2019. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

Samrin. Januari 2016. Pendidikan Karakter (Sebuah Pendekatan Nilai). Jurnal Al-Ta’dib Vol. 9
No. 1.

Subroto,Suryo.1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta :Rineka Cipta.

17
Sumodiningrat, Gunawan. 1998. Membangun perekonomian Rakyat. Yogyakarta, Pustaka
Pelajar.

Tafsir, Ahmad. 2007.Metode Pembelajaran Agama Islam. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.

18

Anda mungkin juga menyukai