Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA DAN JEPANG

Disusun guna memenuhi tugas Ujian Tengah Semester


Mata Kuliah : Landasan Pendidikan
Dosen Pengampu : Miftah Al-Hafidz, M.Pd

Disusun oleh :
NURWAHID STYANTO
6122120009

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN VOKASIONAL TEKNIK MESIN OTOMOTIF
UNIVERSITAS IVET SEMARANG
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Jepang adalah salah satu negara maju di dunia yang mempunyai standar pendidikan
tinggi dan pemerintah telah mendukung secara penuh pengembangan pendidikan di
masyarakat, setiap orang di Jepang lebih dihargai oleh ketercapaian mereka di bidang
pendidikan. Upaya pemerintah dan bangsa Jepang dalam meningkatkan pendidikan bisa
dikatakan berhasil. Pendidikan yang meluas dan membumi membuat hampir semua orang
Jepang melek huruf mendekati angka 100%.
Dari hal diatas dapat dipahami, bahwa pendidikan di Jepang merupakan suatu hal
yang sangat penting untuk terus dikembangkan. Karena mengingat juga Jepang merupakan
negara yang memiliki perkembangan teknologi yang luar biasa, dan hal ini memerlukan
dukungan besar pula dari pendidikan. Tak heran memang jika Jepang menjadi salah satu
negara yang dijadikan sebagai pencerah dalam melakukan perkembangan pendidikan untuk
negara lain, termasuk Indonesia.
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokraris serta bertanggung jawab.Untuk
mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Dalam mewujudkan manusia yang mempunyai sikap dan prilaku baik serta berilmu,
dunia pendidikan tidak bisa lepas dari manusia tersebut. Pendidikan tersebut mulai dari
pendidikan anak usia dini (TK), pendidikan Sekolah Dasar, Pendidikan di SMP serta
pendidikan lainnya yang setara atau yang lebih tinggi. Untuk itu undang-undang ikut serta
dalam mengatur pendidikan itu yang terdapat dalam UU No 20 tahun 2003. Bagaimanakan
mengimplementasikan pendidikan di Indonesia berdasarkan undang- undang tersebut? Untuk
mengetahui lebih jelas mengenai masalah pendidikan di Jepang dan Indonesia , di dalam
makalah ini penulis akan sedikit membahasnya dengan harapan supaya bisa bermanfaat bagi
pembaca dan khususnya bagi penulis.
B.       Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem pendidikan di Indonesia ?
2. Bagaimana sistem pendidikan di Jepang?
3. Apa saja perbedaan pendidikan yang ada di Jepang dan di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Pendidikan yang ada di Indonesia
1. Pendidikan Menurut UU No. 20 Tahun 2003
Dalam perspektif teoritik, pendidikan seringkali diartikan dan dimaknai orang
secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang
dipegangnya. Terjadinya perbedaan penafsiran pendidikan dalam konteks akademik
merupakan sesuatu yang lumrah, bahkan dapat semakin memperkaya khazanah
berfikir manusia dan bermanfaat untuk pengembangan teori itu sendiri. Tetapi untuk
kepentingan kebijakan nasional, seyogyanya pendidikan dapat dirumuskan secara jelas
dan mudah dipahami oleh semua pihak yang terkait dengan pendidikan, sehingga
setiap orang dapat mengimplementasikan secara tepat dan benar dalam setiap praktik
pendidikan.
Untuk mengetahui  definisi pendidikan dalam perspektif kebijakan, kita telah
memiliki rumusan formal dan   operasional, sebagaimana termaktub dalam UU No. 20
Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, yakni:
”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses   pembelajaran  agar  peserta  didik  secara  aktif mengembangkan
potensi  dirinya  untuk memiliki  kekuatan  spiritual keagamaan,  pengendalian  diri,
kepribadian,   kecerdasan,  akhlak  mulia, serta  keterampilan  yang  diperlukan
dirinya,  masyarakat,  bangsa  dan negara.”

Berdasarkan  definisi  di  atas, ditemukan 3 (tiga) pokok  pikiran  utama yang


terkandung di dalamnya, yaitu: (1) usaha sadar dan terencana; (2) mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya;
dan  (3)  memiliki  kekuatan  spiritual  keagamaan,  pengendalian  diri,  kepribadian,
kecerdasan,  akhlak  mulia,  serta  keterampilan  yang  diperlukan  dirinya,  masyarakat,
bangsa  dan  negara.

2. Fungsi dan Tujuan dari Sistem Pendidikan Nasional

Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, agar berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis  serta bertanggung jawab. Pendidikan Nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia
Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional.

3. Visi dan Misi dari Sistem Pendidikan Nasional


- Visi Sistem Pendikan Nasional:
Pendidikan nasional itu mempunyai visi yaitu  terwujudnya sistem pendidikan
nasional sebagai pranata social yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan
semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas,
sehingga mampu dan prokatif memjawab tantangan  zaman yang selalu berubah. 
- Misi Sistem Pendidikan Nasional:
Dengan visi pendidikan nasional tersebut tentu aka nada misi dari pendidikan
nasional tersebut yaitu :
1) Mengupayakan peluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.
2) Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa
secara utuh sejak dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan
masyarakat belajar.
3) Meningkatkan kualitas proses pendidikan untuk megoptimalkan
pembentukan kepribadian yang bermoral.
4) Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan
sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan,
pegalaman, siakap dan nilai berdasarkan standar nasional dan global.
5) Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara
Kesatuan RI.
4. Karakter Pendidikan menurut Undang-Undang No 20 tahun 2003
Pendidikan karakter belakangan ini sering disebut-sebut lagi. Banyak kalangan
yang mensosialisasikannya, seperti sesuatu yang baru. Namun setelah dipahami
defenisi pendidikan dalam UU nomor 20 tahun 2003, pendidikan itu sudah mencakup
pendidikan karakter yang kini kembali disebut-sebut.
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Jika dipahami lebih jauh, dalam UU ini sudah mencakup pendidikan karekter.
Misalnya pada bagian kalimat terakhir dari defenisi pendidikan dalam UU tentang
SISDIKNAS ini, yaitu memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Selain bagian dari defenisi pendidikan di Indonesia, bagian kalimat tersebut
juga menggambarkantujuan pendidikan yang mencakup tiga dimensi. Yaitu dimensi
ketuhanan, pribadi dan sosial. Artinya, pendidikan bukan diarahkan pada pendidikan
yang sekuler, bukan pada pendidikan individualistik, dan bukan pula pada pendidikan
sosialistik. Tapi dari defenisi pendidikan ini, pendidikan yang diarahkan di Indonesia
itu adalah pendidikan mencari keseimbangan antara ketuhanan, individu dan sosial.
Dimesi ketuhanan yang menjadi tujuan pendidikan ini tak menjadikan
pendidikan menjadi pendidikan yang sekuler. Karena dalam pendidikan sekuler,
agama hanya akan dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran tanpa menjadikannya
dasar dari ilmu yang dipelajari.
Namun terkadang kita bangga melihat corak dan karakteristik pendidikan
Barat yang unik dan maju. Tetapi tidak bisa mengesampingkan kebobrokan moral dan
etika yang menghancurkan sendi-sendi kehidupan sosial manusia yang agung. Dan
juga menghilangkan fitrah asal manusia itu sendiri. Seperti teori Darwin. Jadi
pendidikan di Indonesia tidak memisahkan antara agama dan pendidikan, namun
keduanya disandingkan untuk mencapai generasi yang berotak Jerman dan berhati
Mekkah. Sehingga generasi yang terbentuk itu tidak menjunjung tinggi nilai-nilai
materialistik saja. Dengan menjadikan agama sebagai landasasan, generasi Indonesia
menjadi generasi mempunyai karakterisitik sendiri sebagaimana yang sering disebut
dalam pendidikan karakter.
Jadi dalam pendidikan di Indonesia, beranjak dari UU no 20 tahun 2003,
pendidikan yang mencakup dimensi ketuhanan akan menjadikan agama sebagai
landasan. Bukan memisahkan antara keduanya. Karena ketika keduanya dipisahkan,
bagaimana tidak generasi yang dihasilkan itu adalah generasi muda yang
berkepribadian ganda dan berprilaku buruk. Dan ini menjadi salah satu jalan
pembentukan karakter bagi generasi muda Indonesia.
Kemudian pendidikan juga tidak mengajarkan pada pendidikan individualistik,
yaitu pendidikan yang mengunggulkan diri sendiri namun hanya untuk kepentingan
diri sendiri. Seperti yang disebutkan dalam UU no 20 tahun 2003, pendidikan sebagai
usaha sadar agar peserta didik mengembangkan potensinya dalam pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia. Empat itu menjadi landasan kedua setelah
potensi spiritual  keagamaan. Ketika peserta didik melakukan usaha belajarnya dalam
situasi tanpa landasan, menjadi jalan bagi peserta didik berfokus pada pengumpulan
harta benda demi memuaskan diri sendiri. Tanpa pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan dan akhlak mulian, peserta didik yang dihasilkan adalah manusia yang
unggul secara individualistik. Unggul secara individualistik menjadikan mereka rakus,
dan menjadi manusia yang mempunyai keberanian membunuh sesama demi
mendapatkan apa yang diinginkannya.
Pendidikan Indonesia juga tidak berupa pendidikan sosialistik yang
menempatkan pendidikan sebagai layanan publik dan membebankan tanggung jawab
penyedian-pembiayaan pendidikan kepada negara. Menurut UU no 20 tahun 2003,
pendidikan itu usaha sadar untuk mengembangkan potensi keterampilan peserta didik
dalam hal keterampilan yang diperlukan diri peserta didik, masyarakat, bangsa dan
negara. Dengan keterampilan yang diberikan kepada peserta didik, peserta didik dapat
mengembangkan diri dengan petensi tersebut. Ketika keterampilan ini benar-benar
tercapai, tak ada lagi manusia yang membebankan manusia lain. Masing-masingnya
punya keterampilan, maka dengan keterampilan masing-masing, setiap individu
berpeluang mengembangkan dirinya. Jadi tidak membebankan semuanya pada negara.
Bukan sekuler, bukan individualistik dan bukan sosialistik, namun penyeimbangan
dari ketiganya. Pendidikan dalam UU no 20 tahun 2003 itu adalah mengembangkan
potensi peserta didik yang menjadikan agama sebagai landasan utama hidupnya, tidak
mementingkan kepentingan sendiri dan memiliki keterampilan yang berguna untuk
dirinya dan orang-orang sekitarnya.
5. Jalur, Jenjang dan Jenis Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003
Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang
dapat saling melengkapi dan memperkaya. Contoh pendidikan formal: sekolah-
sekolah umum. Contoh pendidikan nonformal: les, bimbingan belajar, privat. Contoh
pendidikan informal: pendidikan yang didapat dari lingkungan keluarga dan
masyarakat.
Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan
yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk: Sekolah
Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat; serta
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk
lain yang sederajat. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.
Pendidikan menengah terdiri atas: pendidikan menengah umum, dan pendidikan
menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk: Sekolah Menengah Atas
(SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah
Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi
merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program
pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan
oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi dapat berbentuk: akademi, politeknik, sekolah
tinggi, institut, atau universitas. Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum,
kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.
B. Sistem Pendidikan yang ada di Jepang
Sistem pendidikan Jepang bisa dikategorikan sebagai suatu sistem pendidikan
tradisional. Pemerintah pusat memegang kontrol pendidikan, termasuk menentukan kurikulum
yang berlaku secara nasional baik bagi sekolah negeri ataupun sekolah swasta. Pengajaran
menekankan hafalan dan daya ingat untuk menguasai materi pelajaran yang diberikan. Materi
pelajaran diarahkan agar murid bisa lulus ujian akhir atau test masuk ke sekolah lebih tinggi,
tidak mengembangkan daya kritis dan kemandirian murid. Semua murid diperlakukan sama,
tidak ada treatment  khusus untuk murid yang tertinggal. Sekolah menekankan pada diri murid
sikap hormat dan patuh kepada guru dan sekolah.
Perkembangan pendidikan di Jepang secara tidak langsung dipengaruhi oleh
perkembangan kebudayaan Jepang, tentang bagaimana masyarakat Jepang berhasil
berkembang dari tradisional menjadi masyarakat industri modern. Hal tersebut terjadi karena
masyarakat Jepang mampu untuk beradaptasi dan mempunyai kemampuan untuk bertahan
terhadap perubahan zaman. Dalam perkembangannya, masyarakat Jepang melakukan
reformasi dan mempersiapkan diri dari datangnya pengaruh kebudayaan lain. Masyarakat
Jepang dikenal sebagai masyarakat yang berhasil berkembang dari tradisional menjadi
masyarakat industri modern dengan caranya sendiri. Keberhasilan Jepang disebabkan
keberhasilan adaptasi terhadap model-model pembaharuan yang berasal dari luar dan kondisi
masyarakat Jepang yang berusia ribuan tahun memiliki kekuatan-kekuatan yang
memungkinkan untuk survival, bahkan menjadi masyarakat modern berkategori kelas satu di
dunia.

Adapun tujuan pendidikan di Jepang adalah “Pendidikan harus bertujuan untuk


pengembangan penuh kepribadian dan berusaha untuk memelihara warga, suara dalam
pikiran dan tubuh, yang dijiwai dengan kualitas yang diperlukan bagi mereka yang
membentuk negara dan masyarakat yang damai dan demokratis.”
Tujuan-tujuan yang menjadi target yang ingin dicapai pendidikan Jepang yaitu :
a. Pencapaian pengetahuan luas dan budaya, budidaya sensibilitas kaya dan rasa
moralitas, dan pengembangan tubuh yang sehat.
b. Pengembangan kemampuan individu, membina semangat otonomi dan kemandirian,
dan menekankan hubungan antara karir dan kehidupan praktis.
c. Membina sikap menghargai keadilan dan tanggung jawab, saling menghormati dan
kerjasama, kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, dan jiwa sipil.
d. Membina sikap menghormati kehidupan dan alam, dan memberikan kontribusi
terhadap perlindungan lingkungan.
e. Membina sikap menghormati tradisi dan budaya, mencintai negara dan wilayah yang
mengasuh mereka, menghormati negara-negara lain, dan memberikan kontribusi bagi
perdamaian dunia dan perkembangan masyarakat internasional.
Untuk sistem pendidikan tersusun dalam lima tahap, taman kanak-kanak (satu sampai
tiga tahun), sekolah dasar (enam tahun), sekolah menengah pertama (tiga tahun), sekolah
menengah atas (tiga tahun), dan universitas (pada umumnya empat tahun). Ada juga junior
college (akademi) yang menyelenggarakan studi dua atau tiga tahun. Selain itu, banyak
universitas menyediakan pendidikan pasca-sarjana untuk studi lanjutan.
a. Pendidikan Pra-sekolah
Pendidikan pra-sekolah dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu Kelompok
Bermain (KB) atau Play Group (PG) dan Taman Kanak-Kanak (TK). Play Group
(PG) merupakan fasilitas yang disediakan bagi para orang tua yang bekerja sehingga
tidak dapat mengasuh anaknya di siang hari. Pendaftaran murid baru dimulai setiap
awal Januari. Permohonan untuk masuk ke PG ini dilakukan di kantor pemerintahan
setempat karena terbatasnya jumlah tempat untuk masuk ke kelompok bermain
ini. Lembaga ini disebut Hoiku-jo (Pusat Perawatan Siang Hari), dan termasuk
lembaga kesejahteraan sosial, di samping juga berfungsi sebagai tempat pendidikan
pra-sekolah. Peserta yang masuk Hoiku-jo adalah bayi hingga anak usia 5 tahun.
Mereka yang berusia 3 tahun ke atas biasanya mendapat pendidikan seperti TK.
TK di Jepang menerima murid berusia 3 sampai 5 tahun untuk lama
pendidikan 1 sampai 3 tahun. Anak berusia 3 tahun diterima dan mengikuti
pendidikan selama 3 tahun, sedangkan anak berusia 4 tahun mengikuti pendidikan
selama 2 tahun dan bagi pendaftar berusia 5 tahun hanya menempuh pendidikan pra-
sekolah selama 1 tahun. TK atau yang disebut youchien bertujuan untuk mengasuh
anak-anak usia dini dan memberikan lingkungan yang layak bagi perkembangan jiwa
anak.
b. Sekolah Dasar
Lebih dari 99% anak-anak usia Sekolah Dasar di Jepang terdaftar di sekolah.
Semua anak memasuki kelas 1 SD pada usia 6 tahun, dan sekolah mulai dianggap
sebagai peristiwa yang sangat penting bagi anak. Pada Sekolah Dasar siswa  akan
diajarkan mata pelajaran bahasa Jepang, pengenalan lingkungan hidup, musik,
menggambar, olah raga, kerajinan tangan, pelajaran-pelajaran topik, ilmu-ilmu sains,
aritmetika, dan sosial. Pada pelajaran mengenai ilmu sosial murid-murid Sekolah
Dasar diajarkan pendidikan moral, berpartisipasi dalam aktivitas sosial dan kegiatan
sosial lainnya.
Perlu diketahui pula, bahwa pendidikan dasar di Jepang tidak mengenal ujian
kenaikan kelas, tetapi siswa yang telah menyelesaikan proses belajar di kelas satu
secara otomatis akan naik ke kelas dua, begitu seterusnya. Ujian akhir pun tidak ada,
karena SD dan SMP tersebut masih dalam kelompok “Compulsory
Education”,  sehingga siswa yang sudah selesai melakukan studinya di SD akan
langsung melanjutkan ke SMP.
c. Sekolah Menengah Pertama
Hampir semua siswa di Jepang belajar bahasa Inggris sejak tahun pertama
SMP, dan kebanyakan mempelajarinya paling tidak selama 6 tahun. Mata pelajaran
wajib di SMP adalah bahasa Jepang, ilmu-ilmu sosial, matematika, sains, musik, seni
rupa, pendidikan jasmani, dan pendidikan kesejahteraan keluarga. Berbagai mata
pelajaran tersebut diberikan pada waktu yang berlainan setiap hari selama seminggu
sehingga jarang ada jadwal pelajaran yang sama pada hari yang berbeda.
d. Sekolah Menengah Atas
Jurusan di SMA dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis berdasarkan pola
kurikulum, yaitu jurusan umum (akademis), pertanian, teknik, perdagangan,
perikanan, home economic, dan perawatan. Untuk masuk ke salah satu jenis sekolah
tersebut, siswa harus mengikuti ujian masuk dan membawa surat referensi dari SMP
tempat ia lulus sebelumnya. Hampir semua SMP dan SMA serta Universitas swasta
menentukan penerimaan siswa melalui ujian masuk, dan setiap sekolah
menyelenggarakan ujian masuk sendiri. Siswa yang ingin masuk sekolah yang
bersangkutan harus mengikuti ujian. Karena ujian masuk sangat sulit, siswa kerap
mengikuti les tambahan (bimbingan belajar) di juku atau yobiko pada akhir pekan atau
pada sore/malam hari biasa, selain pelajaran sekolahnya.
e. Perguruan Tinggi
Ada tiga jenis lembaga pendidikan tinggi, yaitu: Universitas, Junior
College (akademi), dan Technical College (akademi teknik). Di Universitas terdapat
pendidikan sarjana (S-1) dan pascasarjana (S-2 dan S-3). Pendidikan S-1 berlangsung
selama 4 tahun, menghasilkan sarjana bergelar Bachelor’s degree, kecuali di fakultas
kedokteran dan kedokteran gigi yang berlangsung selama 6 tahun. Pendidikan
pascasarjana dibagi dalam dua kategori, yakni Master’s degree (S-2) ditempuh selama
2 tahun sesudah tamat S-1 dan Doctor’s degree (S-3) ditempuh selama 5 tahun.
Junior College memberikan pendidikan selama dua atau tiga tahun bagi para
lulusan SMA. Kredit yang diperlukan di Junior College dapat dihitung sebagai bagian
dari kredit untuk memperoleh gelar Bachelor’s degree (S-1). Lulusan sekolah
menengah (setingkat SMP) dapat masuk ke Technical College (akademi teknik).
Pendidikan di lembaga ini berlangsung selama 5 tahun (full time) untuk mencetak
tenaga teknisi. Universitas dan Junior College memilih mahasiswanya berdasarkan
hasil ujian masuk serta hasil prestasi belajar dari SMA.
C. Perbedaan Pendidikan yang ada di Jepang dan di Indonesia
Adapun perbedaan antara pendidikan di Jepang dan Indonesia terdapat 5 aspek, yaitu:
No. Aspek Jepang Indonesia

Untuk meningkatkan perkembangan Mengembangkan


kepribadian secara utuh, menghargai kemampuan dan
nilai-nilai individu, dan menanamkan membentuk watak
jiwa-jiwa yang bebas. serta peradaban
bangsa yang
bermartabat dalam
rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa,
berfungsi untuk
Tujuan
mengembangkan
Pendidikan Nasional
1. potensi peserta didik
agar menjadi manusia
yang beriman dan
bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara
yang demokratis serta
bertanggung jawab

2. Prinsip a.        Prinsip Legalisme a.        Demokratis,


penyelenggaraan berkeadilan, tidak
Pendidikan b.       Prinsip administrasi yang demokratis diskriminatif

c.        Prinsip netralitas b.       Sebagai stu


kesatuan yang
d.       Prinsip penyesuaian dan penetapan
sistematik
kondisi pendidikan

c.        Merupakan proses
e.        Prinsip desentralisasi
pembudayaan dan
pemberdayaan peserta
didik

d.       Diselenggarakan
dengan memberi
keteladanan

e.        Diselenggarakan
dengan budaya
“Calistung”

f.        Diselenggarakan
dengan
memberdayakan
semua komponen
masyarakat

Negara maju terutama AS, dengan Negara maju terutama


penyesuaian terhadap budaya bangsa AS, tetapi kurang
sendiri, sehingga dihasilkan suatu bentuk penyesuaian terhadap
yang unik yang menjadi ciri khas Negara budaya bangsa sendiri.
Acuan Pendidikan Jepang Misalnya kita telah
3. memiliki konsep
Pendidikan
Taman siswa, tetapi
lebih memilih
konsepnya Bloom,
dkk dari AS.

4. Pengembangan Lebih menekankan pada sistem Masih bertumpu pada


Kurikulum Sekolah pendidikan di sekolah, bukan pada mata pelajaran, belum
perubahan mata pelajaran atau metode pada sistem
mengajar. Gakusyuushidouyouryou (kuri pendidikannya. [17]
kulum) pertama kali dikeluarkan pada
tahun 1947, bertepatan dengan lahirnya
UU Pendidikan di Jepang.

Dengan sistem pendidikan yang ketat Pelaksanaan


menyebabkan banyak orang yang pendidikan di
mengalami gangguan psikis. Kemudian Indonesia lebih
Kemunduran pelaksanaannya agak longgar tetapi longgar, tidak seketat
Pendidikan menyebabkan kemunduran pendidikan Jepang, namun tanda-
5.
yang menurut para ahli di Jepang tanda kemunduran
ditandai antara lain: menurunnya minat pendidikan di Jepang
bersekolah anak-anak, dekadensi moral juga terjadi di
dan kedisiplinan yang mulai rapuh, juga Indonesia.[18]
prestasi belajar yang menurun.

BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan:
Sistem Pendidikan di Indonesia di atur dalam UU No. 20 Tahun 2003 yaitu tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jalur Pendidikan di Indonesia meliputi nonformal, formal dan
informal. Jenjang pendidikan formal terdiri dari jenjang pendidikan dasar, menengah dan
atas.
Sistem pendidikan Jepang bisa dikategorikan sebagai suatu sistem pendidikan
tradisional. Pemerintah pusat memegang kontrol pendidikan, termasuk menentukan
kurikulum yang berlaku secara nasional baik bagi sekolah negeri ataupun sekolah swasta.
Jenjang pendidikan di Jepang meliputi: Taman Kanak-Kanak (satu sampai tiga tahun),
Sekolah Dasar (enam tahun), Sekolah Menengah Pertama (tiga tahun), Sekolah Menengah
Atas (tiga tahun), dan Universitas (pada umumnya empat tahun). Ada juga Junior
College (akademi) yang menyelenggarakan studi dua atau tiga tahun
Perbedaan pendidikan antara Jepang dan Indonesia ini terdiri dari beberapa aspek,
yaitu: 1) Tujuan Pendidikan Nasional, 2) Prinsip penyelenggaraan Pendidikan, 3) Acuan
Pendidikan, 4) Pengembangan Kurikulum Sekolah, dan 5) Kemunduran Pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi dan Shobahiya, Mahasri.“Sistem Pendidikan (Studi Komparasi antara Indonesia dan
Jepang).” Jurnal Ishraqi. Vol. IV No. 1 Januari-Juni 2008.

Adriani, Sri Dewi. “Dampak Kemajuan Pendidikan Terhadap Munculnya Fenomena Juken
Jigoku (Neraka Ujian Masuk) Di Jepang.” Humaniora 1, no. 1 (2010): 142–49.

Hasan, Chalidjah. Kajian Pendidikan Perbandingan. Surabaya: Al-Ikhlas, 1995.

Kurniawan, Citra. “Wawasan Pendidikan : Studi Komparatif Sistem Pendidikan di Beberapa


Negara Maju (Korea Selatan dan Jepang).” Sekolah Tinggi Teknik Malang.

Miliyawati, Bety. “Kurikulum dan Pembelajaran Matematika di Jepang serta Perbandingannya


dengan Indonesia.” Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 1 No. 1 April 2016.

Mulyadi, Budi. “Model Pendidikan Karakter pada Msyarakat Jepang.” Junal Izumi. Vol. 3 No. 1


2014.

Nur,  Hamzah. “Potret Pendidikan di Jepang Sebagai Konsep Pencerahan Pendidikan di


Indonesia.” Jurnal Medtek. Volume 2. Nomor 1. April 2010.

Nuryatno, M. Agus. “Comparing Religious Education in Indonesia and Japan.” Al-Jami’ah:


Journal of Islamic Studies 52, no. 2 (2014): 435–58.

Putra, Armansya. “Mengkaji & Membandingkan Kurikulum 7 Negara (Malaysia, Singapura, Cina,
Korea, Jepang, Amerika dan Finlandia).” Program Studi Biologi Universitas Samawa
Sumatera Barat.

Sutapa, Mada. “Analisis Competitive Advantage Pendidikan Belanda dan Jepang.” Pusat Studi


Kawasan Lembaga Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta.

Tukiyo. “Sistem Pendidikan dan Pendidikan Karakter di Jepang serta Perbandingannya dengan di
Indonesia.” FKIP Universitas Widya Dharma Klaten.

Anda mungkin juga menyukai