PENYUSUN:
NAMA : CHRISTIAN CANDRA WIJAYA
KELAS : RPL
NIM : 23050830064
b. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah yang lamanya tiga tahun sesudah pendidikan dasar dan
diselenggarakan di SLTA (sekolah lanjut tingkat atas) atau satuan pendidikan yang
sederajat (Suardi, dkk, 2016). Adapun jenjang pendidikan menengah diatur dalam
pasal 18 (1,2,3, dan 4) yang berturut-turut dijelaskan sebagai berikut. Ayat (1)
pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar; (2) pendidikan
menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah
kejuruan; (3) pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA),
Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah
Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat; (4) ketentuan mengenai
pendidikan menengah sebagaimana yang dimaksud lebih lanjut diatur dengan
peraturan pemerintah.
Sedangkan Kemendikbud pada lamanya menyatakan Pendidikan Menengah
adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat
yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal-balik dengan lingkungan
sosial budaya dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih
lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi. Pendidikan menengah yang
lamanya tiga tahun sesudah pendidikan dasar, diselenggarakan di SLTA (sekolah
lanjutan tingkat atas) atau pendidikan yang sederajat. Pendidikan menengah dalam
hubungan ke bawah berfungsi sebagai lanjutan dan perluasan pendidikan dasar
dan dalam hubungan ke atas mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti
pendidikan tinggi ataupun memasuki lapangan kerja.
c. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan lanjutan dari pendidikan menengah, yang di
selenggarakan untuk peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan
dan menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan tinggi juga berfungsi
sebagai jembatan antar pengembangan bangsa dan kebudayaan nasional dengan
perkembangan internasional. Untuk itu dengan tujuan kepentingan nasional,
pendidikan tinggi secara terbuka dan selekitif mengikuti perkembangan kebudayaan
yang terjadi diluar Indonesia untuk diambil manfaatnya bagi pengembangan bangsa
dan kebudayaan Indonesia.
Sementara dalam Undang-Undang No 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan
Tinggi. Undang-undang ini merupakan salah satu Sistem yang telah ditetapkan
pada tahun 2012. Undang-Undang ini merupakan kelengkapan dari Undang-
Undang maupun peraturan yang telah dikeluarkan pemerintah sebelumnya.
Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 telah disosialisasikan ke seluruh Perguruan
Tinggi Negeri, Perguruan Tinggi Swasta, PT Badan Hukum Milik Negara, Pemerhati
Pendidikan, Asosiasi Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI),
Asosiasi Badan Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABPTSI), Kementerian terkait,
Masyarakat Profesi, dll. Sehingga semangat dari yang didapat dari Undang-Undang
Pendidikan Tinggi ini adalah :
1. Perluasan dan Jaminan Akses
2. Pengembangan Tri dharma secara utuh
3. Kesetaraan
4. Penguatan Pendidikan Vokasi
5. Keutuhan jenjang pendidikan
6. Otonomi
7. Sistem penjaminan mutu
8. Memastikan tanggung jawab negara dan menghindari liberalisasi &
komersialisasi PT.
Kurikulum Pendidikan
Kurikulum pendidikan dikembangkan berdasarkan kompetensi dasar
(competencybased curriculum) dalam konsep ini sidi mengatakan bahwa
kurikulum disusun berdasarkan kemampuan dasar minimal yang harus dikuasai
seorang peserta didik setelah yang bersangkutan menyelesaikan satu unit
pelajaran, satu satuan waktu dan satu satuan pendidikan. Kurikulum sebagai
suatu rancangan pendidikan yang mempunyai kedudukan strategis dalam seluruh
kegiatan pendidikan. Hal ini senada dikatakan oleh Sukmadinata (2006) bahwa
banyak pihak menganggap kurikulum sebagai real yang menentukan akan
kemana pendidikan diarahkan. Maka konsep dasar kebijakan kurikulum perlu
dikaji dan dipahami lebih dalam.
Sementara itu, Mochtar Buchori (Suardi, 2016) mengatakan bahwa kurikulum
sebagai blue print (cetak biru) sebagai suatu penggambaran terhadap sosok
manusia yang diharapkan akan tumbuh setelah menjalani semua proses
pendidikan, pengajaran dan pelatihan yang digariskan dalam kurikulum. Kurikulum
dapat dilihat dalam tiga dimensi yaitu, sebagai ilmu (curriculum as a body of
knowledge), sebagai sistem (curriculum as a system) dan sebagai rencana
(curriculum as a plan). Kurikulum sebagai ilmu dikaji konsep, landasan, asumsi,
teori, model, praksis, prinsip-prinsip tentang kurikulum.
Ketentuan yang terkait dengan kurikulum secara garis besar diatur dalam
pasal 36, 37 dan 38 UU No. 20/2003. Pasal 36 (1) dinyatakan bahwa
pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pada ayat (2)
dikatakan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan
dikembangkan dengan prinsip diverdifikasi sesuai dengan satuan pendidikan,
potensi, daerah dan pesrta didik. Sedangkan pada ayat (3) kurikulum disusun
sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan memperhatikan; (a) peningkatan iman dan takwa; (b)
peningkatan akhlak mulia; (c) peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta
didik; (d) keragaman potensi daerah dan nasional; (e) tuntutan pembangunan
daerah dan nasional; (f) tuntutan dunia kerja; (g) perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni; (h) agama; (i) dinamika perkembangan global
dan (j) persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Pasal 37 (1) menyatakan
bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: (a) pendidikan
agama, (b) pendidikan kewarganegaraan, (c) bahasa, (d) matematika, (e) ilmu
pengetahuan alam, (f) ilmu pengetahuan sosial, (g) seni dan budaya, (h)
pendidikan jasmani dan olah raga, (i) keterampilan/ kejuruan dam (j) muatan lokal.
Fungsi kurikulum secara luas adalah dalam rangka untuk mencapai tujuan
pendidikan. Kurikulum merupakan alat atau usaha untuk mencapai tujuan
pendidikan tersebut. Tujuan pendidikan tersebut diantaranya adlaah:
1. Tujuan Nasional (Pendidikan Nasional)
2. Tujuan Institusional (Lembaga atau Institusi)
3. Tujuan Kurikuler (Bidang Studi)
4. Tujuan Instruksional (Penjabaran Bidang Studi)
2. Peran Kreatif
Dalam peran kreatif kurikulum, sekolah memiliki tanggung jawab dalam
mengembangkan hal-hal baru sesuai dengan tuntutan zaman. Karena
kenyataannya masyarakat tidak bersifat statis, melainkan dinamis yang terus
mengalami perubahan. urikulum harus mampu menjawab setiap tantangan yang
ada, sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat yang terus-
menerus berubah. Kurikulum harus mengandung hal-hal baru yang kreatif,
sehingga dapat membantu siswa untuk mengembangkan setiap potensi yang
dimilikinya, agar dapat berperan aktif dalam kehidupan sosial yang senantiasa
bergerak maju secara dinamis.
Sistem Kurikulum
Pendidikan Pendidikan
Nasional
Jenis Pendidikan
Jenjang
Program
Pendidikan
1. Pendidikan Umum
`
2. Pendidikan Kejuruan
3. Pendidikan
Akademik
4. Pendidikan Profesi
5. Pendidikan Vokasi 1. Pendidikan Dasar
6. Pendidikan 2. Pendidikan Menengah
Keagamaan 3. Pendidikan Tinggi
7. Pendidikan Khusus
KESIMPULAN