Anda di halaman 1dari 14

RENDAHNYA PEMERATAAN PENDIDIKAN BAGI

MASYARAKAT DI INDONESIA

MAKALAH PROFESI PENDIDIKAN

OLEH
Tatik Yulia

06101281823022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
RENDAHNYA PEMERATAAN PENDIDIKAN BAGI
MASYARAKAT DI INDONESIA

Tatik Yulia

Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sriwijaya
Jl. Lintas Palembang-Prabumulih, Prov. Sumatera Selatan.

tatikyulia0707@gmail.com

Abstrak

Pendidikan adalah salah satu pemutus tali kemiskinan. Berbagai asumsi


diketengahkan mulai dari kebijakan pemerintah yang dinilai sering berganti-ganti,
kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan masih belum optimal, proses
penyelenggaraan pendidikan yang dirasa begitu mahal, dan disisi lain propaganda
kebijakan pendidikan gratis menawarkan angan-angan masyarakat yang terkadang
tidak sejalan dengan realitas biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh
masyarakat. Meningkatkan sumberdaya manusia melalui pendidikan adalah salah
satu cita-cita pendiri bangsa. Tulisan ini membahas tentang hak masyarakat dalam
mendapatkan pendidikan yang layak hingga usaha-usaha pemerintah dalam
membangun sumber daya manusia melalui pendidikan.

Kata Kunci: pendidikan sebagai HAM, ,kondisi pendidikan, mutu pendidikan, upaya
1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam perkembangan


Sumber Daya Manusia (SDM). Di era perkembangan teknologi saat ini, terjadi
perubahan yang sangat dahsyat dalam hal pendidikan di Indonesia. Hal tersebut
bisa dilihat dari perubahan sosial budaya, perkembangan geo-politik yang
universal, kesenjangan ekonomi, serta pergeseran nilai-nilai kemanusiaan.
Terjadinya kesenjangan tersebut karena belum meratanya pendidikan di
Indonesia. Banyak daerah-daerah di Indonesia khususnya daerah terpencil dan
tertinggal, belum merasakan pendidikan seperti di kota-kota besar.

Melalui pendidikan yang merata, akan memberikan kesempatan pada


setiap warga Negara untuk mengembangkan potensi dirinya dalam hal penguatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, mempunyai kepribadian, kecerdasan,
berakhlak mulia serta mengembangkan keterampilan diri dalam bermasyarakat,
bernegara dan berbangsa. Pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 juga
sudah dijelaskan tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu dijelaskan bahwa
pendidikan adalah suatu sarana untuk meningkatkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang kreatif dan mandiri serta bertanggung jawab.

Dalam pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal, setiap


warga negara harus untuk mengenyam bangku pendidikan sesuai dengan
kompetensi mereka. Karena, pendidikan adalah hal yang strategis bagi bangsa
dalam pengembangan potensi masyarakat. Sehingga, pendidikan seharusnya di
gunakan untuk mendidik seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali, tanpa
memandang ras dan agama. Hal ini menjadi tanggung jawab pemerintah Indonesia
untuk mengatur sistem pendidikan sebagai proses mencerdaskan anak bangsa.
Sehingga, untuk menghadapi dan mewujudkan kesuksesan cita-cita kemerdekaan
bangsa, masyarakat Indonesia bersama pemerintah harus bekerja sama serta
bertanggung jawab dalam upaya pemerataan pendidikan bagi seluruh rakyat
Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran pendidikan sebagai fungsi dari Hak Asasi Manusia?


2. Bagaimana kondisi dan mutu pendidikan di Indonesia saat ini?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi rendahnya pemerataan pendidikan di
Indonesia?
4. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
pemerataan pendidikan di Indonesia?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui peran pendidikan sebagai fungsi dari Hak Asasi Manusia.


2. Mengetahui kondisi dan mutu pendidikan di Indonesia.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemerataan
pendidikan di Indonesia.
4. Mengetahui upaya pemerintah untuk meningkatkan pemerataan
pendidikan di Indonesia.

1.4 Manfaat

1. Bagi Pemerintah
Melalui makalah ini, pemerintah dapat mengupayakan pemerataan
pendidikan di Indonesia, guna untuk membentuk dan membangun Sumber
Daya Manusia (SDM) yang handal.
2. Bagi Guru
Dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengajar agar peserta didiknya dapat
lebih berprestasi di masa yang akan datang.
3. Bagi Mahasiswa
Bisa dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan
prestasi diri dan meningkatkan kualitas pendidikan
2. Pembahasan

2.1 Pendidikan Sebagai Fungsi HAM

Berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia ini tidak lepas dari


tangan-tangan para pendidik yang mempunyai sumbangsih besar atas kemajuan
generasi bangsa. Indonesia adalah negara hukum yang berprinsip untuk
melindungi Hak Asasi Manusia pada seluruh warganya. Sebagai konsep negara
hukum, pemerintah menempatkan pendidikan sebagai elemen dasar atas Hak
Asasi Manusia. Tidak hanya hak moral, akan tetapi juga hak konstitusional. Hal
ini sesuai dengan Undang-Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal
28 ayat 1, yang berbunyi: “Setiap warga negara berhak mengembangkan diri
melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak memperoleh pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidup serta kesejahteraan umat manusia”

Dari peraturan diatas dapat dipahami bahwa hak masyarakat dalam


pendidikan. Sehingga pemerintah mempunyai kewajiban untuk
menyelenggarakan pengajaran dalam rangka mencerdaskan warga negara. Hak
masyarakat atas hak berpendidikan itu terkandung dalam hak ekonomi, sosial dan
budaya serta hak sipil dan politik. Hak warga negara atas pendidikan itu Hak
Asasi Manusia sekaligus sarana untuk merealisasikan demi terpenuhnya hak-hak
warga negara yang lainnya. Sebagai hak untuk mendapatkan kemampuan,
penyelenggaraan pendidikan adalah sarana utama untuk keluar dari kemiskinan,
karena dengan pendidikan yang baik, warga negara dapat mengangkat diri mereka
masing-masing dan warga sekitar untuk mempunyai ekonomi dan sosial yang
baik.

Undang-undang yang tentang Hak Asasi Manusia dan jaminan hak atas
pendidikan sudah di tuangkan dalam TAP MPR XVII/MPR/1998. Kemudian,
penegasan kembali tentang hak kewarganegaraan Indonesia atas hak pendidikan
untuk memperkuat dan memberikan perhatian khusus agar memperoleh
pendidikan yang sesuai dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya. Hal ini di
tuangkan dalam Peraturan Presiden nomor 39 pasal 60 Tahun 1999. Penegasan
serupa tentang hak warga Indonesia atas pendidikan juga tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
yaitu dalam Pasal 5 ayat (1) menyatakan bahwa: "Setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu" dan
juga dalam pasal 11 ayat (1) menyatakan "Pemerintah dan Pemerintah Daerah
wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya
pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi".
Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 dan PP 25 Tahun 2000 juga dijelaskan
bahwa semua warga negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan dan
pengajaran tanpa terkecuali, baik ”yang kaya” maupun ”yang miskin” dan
masyarakat perkotaan maupun pedesaan (terpencil). 

Menurut Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1999-2004


(TAP MPR Nomor IV/MPR/1999), juga dijelaskan mengenai pemerataan
pendidikan yaitu sebagai berikut:

a) Mengupayakan adanya perluasan dan pemerataan kesempatan untuk


memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat
Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia yang berkualitas tinggi
dengan peningkatan anggaran pendidikan secara berarti.
b) Meningkatkan mutu lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat maupun pemerintah untuk menetapkan sistem pendidikan
yang efektif dan efisien dalam menghadapi perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, olah raga dan seni.

2.2 Kondisi dan Mutu Pendidikan

Kondisi pendidikan di Indonesia sungguh memprihatinkan, karena tidak


sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Banyak peserta didik yang masih
belum mempunyai sikap dan kemampuan yang sesuai dengan minat dan bakat
mereka. Menumbuhkan sikap yang baik adalah hal yang paling utama dalam
pendidikan, baru kemudian muncullah kemampuan mereka. Merubah sikap dan
kemampuan peserta didik adalah tugas seorang pendidik ketika disekolah. Karena,
selain memberi pengajaran kepada siswa, pendidik juga dituntut untuk mendidik
siswa agar mempunyai sikap yang baik sesuai dengan tuntutan agama dan budaya
mereka. Selain guru, orang tua juga mempunyai peran yang sangat vital dalam
perubahan pada diri peserta didik. Selain hal tersebut, kondusi lingkungan tempat
mereka tinggal juga menunjang untuk terbentuknya pribadi siswa tersebut.

Melihat kondisi tersebut, pendidikan di Indonesia masih memprihatinkan.


Terutama mengenai tentang kualitas guru, kurikulum sekolah, infrasruktur serta
fasilitas pendidikan di daerah yang kurang memadai. Sering kita mendengar,
banyak siswa yang melakukan tawuran antar sekolah, jual beli kunci jawaban
UAN, kondisi bangunan sekolah yang kurang memadai serta infrastruktur sekolah
dan jalan menuju sekolah yang jauh dari kelayakan. Hal tersebut tidak akan bisa
berakhir tanpa adanya campur tangan dari pemerintah, baik pemerintah daerah
maupun pusat.

Tidak berkembangnya pendidikan di Indonesia disebabkan oleh krisis


ekonomi global yang mengakibatkan tingginya biaya pendidikan, sehingga
membuat masyarakat yang secara ekonomi kurang begitu baik memiliki nasib
yang kurang beruntung, sehingga banyak anak-anak yang memilih putus sekolah
dan membantu pekerjaan orang tua. Hal ini menjadi masalah besar bagi Indonesia,
karena dengan adanya krisis pendidikan, maka akan membuat Indonesia semakin
diremehkan oleh negara lain. Banyaknya anak yang memilih putus sekolah dan
membatu pekerjaan orang tua, akan membuat Sumber Daya Manusia (SDM)
Indonesia tertinggal jauh dengan negara-negara lain.

Mutu pendidikan belum dapat terselesaikan dengan baik, yaitu dari


Indonesia merdeka sampai dengan era reformasi saat ini. Karena masalah mutu
pendidikan di Indonesia sangat kompleks, sehingga untuk menyelesaikannya
juga tidak mudah. Mutu pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu cerminan dari
kualitas suatu bangsa. Apabila mutu pendidikan Indonesia bagus, maka kualitas
bangsa juga akan bagus. Oleh karena itu, pemerintah harus lebih serius lagi untuk
meningkatkan mutu pendidikan.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan secara keseluruan, pemerintah tidak
bisa bekerja sendiri, tanpa adanya kerjasama yang baik antara pemerintah dengan
anak bangsa. Dalam artian, antara pemerintah dan anak bangsa harus mencarikan
solusi bersama-sama untuk menyelesaikan masalah serta menjalankan berbagai
kebijakan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah.

2.3 Faktor Rendahnya Pemerataan Pendidikan di Indonesia

Pendidikan yang layak merupakan hak yang harus diberikan kepada


seluruh anak bangsa. Kelayakan sebuah pendidikan dapat dilihat dari mutu
pendidikan atau pendidik dan juga fasilitas yang terpenuhi. Melalui pendidikan
yang baik, maka akan tercipta Sumber Daya Manusia (SDM) yang berdaya saing
tinggi, sehingga dapat bersaing dengan negara-negara yang lainnya dan dapat
mengikuti arus perkembangan globalisasi. Di Indonesia, pemerataan pendidikan
dan kelayakannya masih bisa dikatakan belum merata, baik dari kualitas mutu
pendidikan atau pendidik serta fasilitasnya.

Selain itu, tidak konsistennya kurikulum juga sangat mempengaruhi tidak


meratanya pendidikan di Indonesia. Seperti penggunaan kurikulum 2013, dimana
dalam kurikulum ini, seakan-akan pemerintah memaksakan pendidikan, karena
setiap daerah berbeda dalam kondisi wilayah, fasilitas pendidikan dan juga
sumber daya manusianya. Oleh sebab itu, pemerintah harus terlebih dulu
memperhatikan daerah terpelosok.. Selain itu, pemerintah juga harus memberikan
akses yang baik pada daerah tersebut dan juga menyiapkan fasilitas yang
memadai. Akan tetapi, pemerintah hanya sibuk untuk memajukan daerah yang
sebenarnya secara tingkat pendidikan sudah baik.

2.4 Upaya Pemerintah dalam Pemerataan Pendidikan Di Indonesizonas

2.4.1 Pemerataan Pendidikan Melalui Sistem Zonasi

Pendidikan merupakan hak yang harus diberikan kepada seluruh warga


Negara Indonesia. Indonesia terdiri dari beberapa bangsa yang kemudain menjadi
kesatuan Negara. Pendidikan di daerah masih banyak yang belum merata, baik
secara teknis pengajarannya maupun fasilitas pendidikannya. Dengan sistem
zonasi, peserta didik dapat akses pendidikan yang dekat dengan tempat tinggal
dan mereka mempunyai peluang yang besar untuk diterima di sekolah terdekat.
Peraturan ini muncul karena banyaknya kritik dari masyarakat yang mana putra-
putri mereka tidak bisa masuk di sekolah yang mereka inginkan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 14


Tahun 2018 pasal 16 tentang sistem zonasi daerah ini dinyatakan bahwa sekolah
harus menerima siswa baru yang berdomisili pada radius paling dekat dengan
sekolah yang dilihat berdasarkan alamat pada kartu keluarga yang diterbitkan
paling lambat 6 bulan sebelum masa PPDB. Kemudian peraturan zonasi ini
ditetapkan untuk sekolah jenjang SD, SMP dan SMA sedangkan untuk SMK
dibebaskan untuk peraturan zonasi.

Kebijakan menteri tentang sistem zonasi daerah juga akan mendorong


pihak sekolah untuk membuat kelas tersebut lebih heterogen. Disini, kretifitas
guru dituntut untuk mendidk peserta didik yang menpunyai kemampuan berbeda.
Selain itu, sistem ini juga mendekatkan lingkungan sekolah dengan tempat tinggal
mereka. Hal ini juga menghindari terjadinya diskriminasi, serta memudahkan
masyarakat untuk menggunakan SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu) bagi
mereka yang ekonominya dibawah rata-rata. Akan tetapi, kelemahan dari sistem
ini adalah, mempermudah masyarakat untuk melakukan kebohongan dalam
penggunaan SKTM, dalam artian banyak dari mereka yang aslinya mampu
kemudian mengaku tidak mampu atau miskin mendadak.

Beberapa ahli pendidikan menyepakati bahwa sistem dan tujuan


pendidikan itu tidak bisa di impor atau ekspor dari suatu negara atau daerah. Oleh
sebab itu, pendidikan itu seharusnya muncul, tumbuh dan berkembang dari dan
oleh masyarakat itu sendiri. Mengilustrasikan, pendidikan itu bagaikan sebuah
“pakaian” yang harus diukur dan kemudian dijahit sesuai dengan bentuk dan
ukuran pemakainya, sesuai budaya, identitas, pandangan hidup serta nilai-nilai
yang terdapat pada diri masyarakat dan negara itu sendiri.

2.4.2 Pemerataan Pendidikan Melalui Desentralisasi

Onisimus (2011:98) mengemukakan bahwa desentralisasi adalah


penyerahan sebagian kewenangan dan tugas pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah untuk dikelola sesuai kemampuan dan potensi yang dimiliki untuk
meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Pemberian
kewenangan didasarkan pada UU Nomor 32 Tahun 2004 khususnya pasal 14 ayat
1 huruf (f). Jika sebelumnya penyelenggaraan pendidikan menjadi tanggung
jawab pusat, maka dengan desentralisasi pendidikan kabupaten/kota memiliki
kewenangan untuk menyelenggarakan pendidikan.

Selanjutnya dalam PP 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah


dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom khususnya pasal 3 yang
mengatur tentang penyelenggaraan pendidikan di daerah terutama pasal 3 (a)
bahwa penetapan kebijakan tentang penerimaan siswa dan mahasiswa dari
masyarakat minoritas, terbelakang, dan atau tidak mampu sebagai tanggung jawab
daerah. Pemerintah daerah memahami situasi wilayahnya untuk menentukan
kebijakan pendidikan terutama pemerataan pendidikan yang menyentuh seluruh
lapisan masyarakat.

2.4.3 Pemerataan Pendidikan Melalui Mutu Pendidik

Salah satu faktor yang mendukung pemerintah dalam pemerataan


pendidikan di Indonesia adalah mutu pendidik. Karena dengan kualitas pendidik
yang baik maka kualitas peserta didik dan pendidikan akan terjamin. Pendidik
memegang kendali dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga,
pendidik seharusnya memiliki cara yang kreatif dan inovatif dalam
menyampaikan materi pembelajaran. Selain itu, seorang pendidik juga harus bisa
mengemas pembelajaran tersebut secara menarik.

Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang bisa memanusiakan


manusia. Dalam artian, seorang pendidik harus bisa membina peserta didik agar
bisa merubah dalam sikap, skill dan kepribadian peserta didik. Faktor utama
dalam keberhasilan pendidikan adalah dari unsur manusianya (pendidik dan
peserta didik), sekolah hanyalah faktor pendukung (pihak kedua) dalam urusan
pendidikan.

Untuk menunjang keberhasilan dalam memahamkan peserta didik,


pemerintah seharusnya memberikan fokus utama terhadap profesionalisme sorang
pendidik. Saat ini, dalam meningkatkan kualitas para pendidik, pemerintah sudah
melakukan beberapa cara, yaitu dengan adanya program PPG (Pendidikan Profesi
Guru). Selain itu, usaha pemerintah yang lain dalam meningkatkan kualitas para
pendidik, pemerintah juga memberikan beasiswa bagi guru untuk melakukan studi
lanjut, baik S1, S2 ataupun S3.

3. Penutup

3.1 Kesimpulan

Dalam pemerataan pendidikan, tidak hanya dapat diselesaikan dalam satu


aspek saja, melainkan secara menyeluruh harus diperbaiki. Mulai dari mutu
pendidik, infrastruktur, fasilitas sekolah, kurikulum pendidikan sesuai dengan
perkembangan industri 4.0. dalalm rangka pemerataan pendidikan, pemerintah
secara seimbang dapat melihat kondisi daerah masing-masing. Selain itu, dalam
pemerataan pendidikan, pemerintah tidak bisa berkerja sendiri, harus ada
kerjasama antara pemerinta (pusat dan daerah) dengan masyarakat sekitar.
Kemudian, kita sebagai mahasiswa pascasarjana dan pendidik, harus selalu
mendukung dan membantu pemerintah dalam upaya pemerataan pendidikan di
Indonesia.

Upaya yang dapat dilakukan pemerintah dalam pemerataan pendidikan di


Indonesia dapat dilakukan dengan cara sistem zonasi dan desentralisasi
(penyerahan sebagian kewenangan dan tugas pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah untuk dikelola sesuai kemampuan dan potensi yang dimiliki untuk
meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di daerahS3. Selain itu
juga dapat dilakukan dengan meningkatkan mutu pendidik, dimana seorang
pendidik harus memiliki cara yang kreatif dan inovatif dalam menyampaikan
materi pembelajaran. Pemerintah juga mengadakan program PPG (Pendidikan
Profesi Guru) untuk meningkatkan kualitas para pendidik.

3.2 Saran

Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas


Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh karena itu, peran pemerintah sangat
dibutuhkan dalam.melakukan pemerataan pendidikan di Indonesia, yaitu
melakukan pemerataan di daerah terpencil atau terpelosok yang belum merasakan
pendidikan seperti di kota-kota besar. Masyarakat Indonesia bersama pemerintah
harus bekerja sama serta bertanggug jawab dalam upaya pemerataan pendidikan
bagi seluruh ratyat Indonesia.

Ucapan Terima Kasih

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya
saya mampu menyelesaikan tugas mata kuliah Profesi Pendidikan ini dengan
lancar dan baik serta dapat selesai tepat waktu.

Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada semua pihak dan teman-
teman yang telah ikut membantu, serta Bapak Dr. Haryono, M.A sebagai dosen
pengampu mata kuliah Profesi Pendidikan yang telah membimbing dalam
pembuatan makalah ini sehingga penyusunan makalah ini dapat berjalan dengan
lancar.

Saya menyadari jika masih terdapat banyk kesalahan maupun kekeliruan


yang dimuat dalam buku ajar ini, dan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya
jika ada penulisan yang salah ataupun penulisan yang kurang tepat di dalam buku
ajar . Maka, dari itu saya bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca, agar
dapat menyempurnakan ajar ini.

Indralaya, April 2020


Penyusun

Tatik Yulia

Daftar Pustaka

Depdiknas. Undang-Undang Republik Indonesia, Pub. L. No. 20, 41 9 (2003).


Indonesia.

Pemerintah Indonesia. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 14


Tahun 2018 tentang Sistem Zonasi. Jakarta : Sekretariat Negara.

Pemerintah Indonesia. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang


Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah
Otonom. Jakarta : Sekretariat Negara.

Pemerintah Indonesia. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional. Jakarta : Sekretariat Negara.

Pemerintah Indonesia. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah. Jakarta : Sekretariat Negara.

Pidarta, M. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta : PT. Rineka Cipta.


Purwanto,M.N. 1985. Ilmu Pendidikan Teoris dan Praktis. Jakarta : PT Remaja
Rosdakarya.

Sukirno.2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surakarta: Inti Media Surakarta.

Tim Visi Yustia. 2014. UUD Negara Republik Indonesia 1945. Jakarta :
Visimedia.

Anda mungkin juga menyukai