Anda di halaman 1dari 13

NAMA : KIKI FEBRIANTI

NIM : 190721637743

MATA KULIAH : PENGANTAR PENDIDIKAN

JURUSAN : GEOGRAFI

PRODI/OFFERING : PEND.GEOGRAFI/G13

TANGGAL : 9 MARET 2020

Soal UTS

1. Pendidikan seharusnya memanusiakan manusia, sehingga manusia dapat berkembang


secara utuh sebagai mahluk sempurna yang diciptakan oleh Tuhan. Perkembangan ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu,
a. keluarga
b. lingkungan
c. pendidikan
d. sistem pendidikan
e. kebijakan pemerintah.

Bagaimana menurut analisis anda mengenai pendidikan Indonesia ditinjau dari kelima
faktor tersebut?

2. Menurut pendapat anda, bagaimana pendidikan di Indonesia saat ini dan prediksi
perkembanganya lima tahun kedepan sesuai kebijakan Menteri Pendidikan?
3. Berdasarkan analisis anda, bagaimanakah strategi dan langkah konkret untuk
mewujudkan pendidikan yang adil bagi seluruh rakyat Indonesia?
4. Teori pendidikan memuat grand teori yaitu nativisme, empirisme dan konvergensi. Jika
ketiga teori tersebut dikaitkan dengan fenomena bulliying, tindak kekerasan pelajar dan
kasus yang baru- baru ini mengguncang dunia pendidikan Indonesia adalah pembunuhan
yang dilakukan oleh siswa SMP kepada siswa SD, bagaimana korelasi antara kasus
tersebut dengan teori diatas?
5. Langkah antisipatif apasaja yang dapat dilakukan untuk mencegah terulang kembali
kasus pada nomor 4, baik secara mandiri maupun melembaga?
JAWABAN

1. Beberapa faktor perkembangan pendidikan di Indonesia


a. Di Indonesia, lingkungan keluarga adalah tempat (media) yang utama seorang anak
memperoleh pendidikan. Ayah dan Ibu sebagai anggota keluarga menjadi pilar pendidik
pertama dalam proses perkembangan kehidupan anak. Orang tua tidak sekedar
membangun silaturahmi dan melakukan berbagai tujuan berkeluarga: seperti tujuan
reproduksi, meneruskan keturunan, dan menjalin kasih sayang. Keluarga sebagai sebuah
lembaga pendidikan yang pertama dan utama, dan diharapkan senantiasa berusaha
menyediakan kebutuhan, baik biologis maupun psikologis bagi anak, serta merawat dan
mendidiknya. Keluarga diharapkan mampu menghasilkan anak-anak agar dapat tumbuh
menjadi pribadi yang dapat hidup ditengah-tengah masyakatnya, dan sekaligus dapat
menerima, menggunakan serta mewarisi nilai-nilai kehidupan, dan kebudayaan. Keluarga
juga wahana (tempat) untuk mendidik anak untuk pandai, berpengalaman,
berpengetahuan, berperilaku dengan baik. Bilamana kedua orang tua dalam keluarga,
memahami dengan baik kewajiban dan tanggung
b. Lingkungan di Indonesia adalah suatu sistem yang kompleks dimana berbagai faktor
berpengaruh timbal-balik satu sama lain. Lingkungan merupakan salah satu elemen
penting dalam proses pelaksanaan pendidikan. Tentu saja, lingkungan pendidikan yang
kondusif, aman, nyaman akan sangat mendukung terselenggaranya tujuan pendidikan
yang diharapkan oleh semua pihak, baik oleh orang tua, guru/pendidik, masyarakat dan
bahkan oleh pemerintah sebagai pemangku kebijakan penyelenggaraan sistem pendidikan
nasional, dimana salah satu tujuannya adalah membangun manusia-manusia Indonesia
yang beriman, bertaqwa, barkarakter, berpengetahuan, sehat jasmani dan rohani, dan
sebagainya.
c. Pendidikan merupakan wadah yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan,
membentuk watak, dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang memiliki Iman dan Taqwa (IMTAQ) dan memahami Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK). Fungsi pendidikan menurut Hasan Langgulung yakni, (1)
Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan tertentu dalam masyarakat pada
masa yang akan datang; (2) Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkut dengan
peranan dari generasi tua kepada generasi muda; (3) Memindahkan nilai-nilai yang
bertujuan memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak
bagi kelanjutan hidup suatu masyarakat dan peradaban. Dengan kata lain, tanpa nilai-nilai
keutuhan dan kesatuan suatu masyarakat, maka kelanjutan hidup tersebut tidak akan
dapat terpelihara dengan baik yang akhirnya akan berkesudahan dengan kehancuran
masyarakat itu sendiri.
Menyikapi fungsi pendidikan menurut Hasan Langgulung tersebut diatas, bahwa
pendidikan mempunyai tugas penting dalam menyiapkan calon-calon atau generasi baru
yang siap mengelola dan berperan aktif dalam mayarakat pada masa yang akan datang,
kemudian melangsungkan pengkaderan manusia untuk melanjutkan estafet kehidupan
melalui transfer ilmu pengetahuan dari para orang tua ke generasi muda, dan yang tak
kalah penting adalah mempertahankan kelangsungan kebudayaan dan peradaban yang
harus berkelanjutan dalam kehidupan masyarakat.

d. Dalam Pasal 1 UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003 disebutkan bahwa Sistem Pendidikan
Nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional yang
dirumuskan dalam UU SISDIKNAS adalah untuk mengembangkan potensi anak didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab Perlu diketahui bahwa proses/ trasformasi dalam
kerjanya dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti fasilitas, waktu, lingkungan, sumber
daya, pendidik dan sebagainya, dimana faktor tersebut sangat menentukan output. Oleh
karena itu sebuah sistem pendidikan perlu melakukan penyesuaian dengan lingkungan,
karena lingkungan mengandung sejumlah kendala bagi bekerjanya sistem (misalnya:
keterbatasan sumber daya). Untuk itu sistem pendidikan dituntut oleh lingkungan untuk
mengolah sumber daya pendidikan secara efektif dan efisien.
e. Kebijakan pemerintah dalam pendidikan saat ini sangat dibutuhkan. Pemerintah pun
nampak serius membenahi sistem yang ada pada dunia pendidikan. Hal ini pun langsung
dirasakan warga pendidikan. Salah satu contohnya adalah dilaksanakannya kebijakan
pemerintah didunia pendidikan dalam bentuk Bantuan Operasional Sekolah (BOS),
bantuan bagi siswa tak mampu, pembangunan fisik gedung sekolah, hingga tunjangan
sertifikasi bagi para guru, dan masih lagi kebijakan pemerintah lainnya dalam dunia
pendidikan. Namun ada yang jarang sekali terdengar terkait banyaknya anak-anak
Indonesia yang mempunyai kecerdasan istimewa yang secara alamiah tak bisa disamakan
dengan anak-anak biasanya. Tentunya ini membawa problem tersendiri dalam dunia
pendidikan.
Arah kebijakan pendidikan di Indonesia
 Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang
bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia
berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran pendidikan secara berarti.
 Meningkatkan kemampuan akademik dan professional serta meningkatkan jaminan
kesejahteraan tenaga pendidik mampu berfungsi secara optimal terutama dalam
peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa
lembaga dan tenaga kependidikan.
 Melakukan pembaharuan sistem pendidikan termasuk pembaharuan kurikulum, berupa
diversifikasi kurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik, penyusunan
kurikulum yang berlaku nasional dan lokal yang sesuai dengan kepentingan setempat,
serta diversifikasi jenis pendidikan secara professional.
 Memperdayakan lembaga pendidikan baik dalam sekolah maupun luar sekolah sebagai
pusat pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan, serta meningkatkan partisipasi
keluarga dan masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana memadai.
 Melakukan pembaharuan dan pemantapan sistem pendidikan nasional berdasarkan
prinsip desentralisasi, otonomi keilmuan dan manajemen.
 Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh
masyarakat maupun pemerintah untuk memantapkan sistem pendidikan yang efektif
dan efisien dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
 Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara terarah,
terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh
komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai
dengan hak dukungan dan lindungan sesuai dengan potensinya.
 Meningkatkan penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi, termasuk teknologi bangsa sendiri dalam dunia usaha, terutama usaha kecil,
menengah, koperasi.
2. Jika kita melihat kondisi pada saat ini, kondisi pendidikan Indonesia masih saja
memprihatinkan atau kurang perhatian dari pihak pemerintah. Terutama mengenai
fasilitas pendidikan di daerah-daerah yang kurang terlihat, baik sarana ataupun prasarana
pendidikan. Selain itu, biaya pendidikan yang melambung tinggi membuat anak-anak
yang keadaan perekonomian nya kurang baik memiliki nasib yang kurang beruntung
dikarenakan mereka harus putus sekolah dan bekerja untuk membantu pekerjaan
orangtua. Hal ini adalah masalah besar yang dihadapi Indonesia, karena dengan adanya
krisis pendidikan yang semakin merajalela ini akan membuat Indonesia semakin di
remehkan oleh Negara-negara lain.

Pemerintah Indonesia sudah berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan


berbagai kebijakan yang dibuat, tetapi hal tersebut belum juga mampu meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia. Meskipun belum mampu meningkat dengan baik, tetapi
sedikit demi sedikit mutu pendidikan di Indonesia akan meningkat jika pemerintah
menjalankan kebijakan dengan sebenar-benar nya dan seserius mungkin tanpa ada
penyimpangan.

Dari masalah di atas dapat dinyatakan dalam perspektif tantangan, sebagai langkah-
langkah atau upaya yang akan atau seharusnya dilaksanakan.
a. Penguatan Insan atau Pelaku Pendidikan pada Semua Jenjang Pendidikan
mendorong peran aktif semua pelaku di masing-masing jenjang pendidikan;
meningkatkan kemampuan para pelaku pendidikan; membangun kesadaran akan
tanggung jawab bersama; serta mensinergikan peran mereka sebagai satu kesatuan
ekosistem pendidikan.
b. Menyediakan Pelayanan PAUD yang Berkualitas
meningkatkan akses PAUD terutama untuk masyarakat miskin; meningkatkan
kompetensi guru, guru pendamping, dan pengasuh PAUD melalui pendidikan dan
pelatihan; memperluas pemenuhan standar pelayanan PAUD; meningkatkan
koordinasi antarsektor dan pemberdayaan peran swasta dalam penyelenggaraan PAUD
holistik dan integratif.
c. Melaksanakan Wajib Belajar Pendidikan 12 Tahun yang Berkualitas
 Pemenuhan hak terhadap pelayanan pendidikan dasar yang berkualitas, dilakukan
dengan cara, (i) menyediakan bantuan biaya pendidikan kepada seluruh kelompok
masyarakat melalui Bantuan Operasional Sekolah (BOS) serta memberikan Kartu
Indonesia Pintar (KIP) kepada masyarakat tidak mampu; (ii) menyediakan
afirmasi khusus kepada anak di daerah 3T dan berkebutuhan khusus.
 Peningkatan akses pendidikan menengah yang berkualitas, dilakukan dengan cara,
(i) menyediakan akses pendidikan menengah di seluruh kecamatan; (ii)
menyediakan bantuan biaya pendidikan kepada seluruh kelompok masyarakat
melalui Bantuan Operasional Sekolah (BOS), serta memberikan Kartu Indonesia
Pintar (KIP) kepada masyarakat tidak mampu; (iii) menyediakan afirmasi khusus
kepada anak di daerah 3T dan berkebutuhan khusus; (iv) menyadarkan
masyarakat mengenai pentingnya pendidikan menengah; (v) meningkatkan peran
masyarakat/ swasta dalam menyediakan layanan pendidikan menengah.
 Peningkatan relevansi pendidikan kejuruan yang belum sesuai dengan kebutuhan
dunia kerja dilakukan dengan cara, (i) menyelaraskan ketersediaan bidang studi
SMK dengan kebutuhan dunia kerja; (ii) mengembangkan kurikulum yang sesuai
dengan kebutuhan dunia kerja/sesuai dengan KKNI.
d. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
 Penguatan jaminan kualitas pelayanan pendidikan, dilakukan dengan cara, (i)
mengembangkan dan menetapkan SPM pendidikan menengah; (ii) meningkatkan
kapasitas daerah dalam menerapkan SPM; (iii) memperkuat fungsi penjaminan
mutu pendidikan di tingkat pusat dan daerah.
 Penguatan kurikulum dan pelaksanaannya, dilakukan dengan cara, (i) mengawasi
dan mengevaluasi penerapan kurikulum secara ketat, komprehensif, dan kontinyu;
(ii) mengembangkan kompetensi guru mengenai praktik-praktik yang baik
pembelajaran di sekolah; (iii) memperkuat kerja sama antara pemerintah, guru,
kepala sekolah, pengawas, dan masyarakat dalam mengawal penerapan
kurikulum.
 Penguatan sistem penilaian pendidikan, dilakukan dengan cara, (i) meningkatkan
kompetensi guru dalam penilaian pendidikan di sekolah; (ii) memperkuat
kredibilitas sistem ujian nasional dan pemanfaatan hasil ujian untuk pemantauan
dan pengendalian mutu pendidikan; (iii) memperkuat lembaga penilaian
pendidikan yang independen dan kredibel.
e. Meningkatkan Manajemen Guru, Pendidikan Keguruan, dan Reformasi Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)
 Jumlah dan distribusi guru masih perlu ditata secara lebih baik, dilakukan dengan
cara, (i) meningkatkan kapasitas daerah dalam mengelola perekrutan, penempatan,
dan peningkatan mutu guru secara efektif dan efisien; (ii) mengawasi proses
proses pengangkatan guru di daerah berdasarkan kriteria mutu dan kebutuhan
wilayah; (iii) meningkatkan koordinasi penyelenggaraan pendidikan oleh LPTK
dengan rencana penyediaan guru di daerah.
 Kualitas, kompetensi, dan profesionalisme guru masih harus ditingkatkan, yang
dapat dilakukan dengan cara, (i) meningkatkan kualifikasi guru; (ii) memperkuat
sistem uji kompetensi guru dan mengitegrasikan dengan sistem sertifikasi guru;
(iii) menerapkan sistem penilaian kinerja guru yang sahih, andal, transparan dan
berkesinambungan; (iv) meningkatkan kompetensi guru secaran berkelanjutan.
 Kurangnya kapasitas LPTK dalam menyediakan guru berkualitas yang dapat
diatasi dengan cara, (i) meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya LPTK;
(ii) memperkuat sistem rekrutmen calon guru.
f. Meningkatkan Keterampilan Kerja dan Penguatan Pendidikan Masyarakat
menyelenggarakan pendidikan keaksaraan; menyelenggarakan proses akreditasi
terhadap lembaga pelatihan dan kursus; menyelaraskan pengembangan lembaga
pelatihan dan kursus dengan kebutuhan dunia kerja.
g. Mengoptimalkan Pemanfaatan Anggaran Pendidikan yang Belum Efektif dan Efisien
Tantangan ke depan yang dihadapi Kemendikbud adalah meninjau kembali berbagai
aturan penggunaan dana transfer APBN untuk mendorong peningkatan mutu
pendidikan; mengawasi dan mengevaluasi penggunaan anggaran pendidikan oleh
daerah.
h. Memperbaiki Tata Kelola Organisasi Kemendikbud
Tantangan ke depan yang dihadapi Kemendikbud adalah meningkatkan kualitas
pelayanan publik; menjamin akuntabilitas pengelolaan keuangan dan anggaran;
memperkuat manajemen kinerja pembangunan; memperkuat manajemen aparatur sipil
negara.
3. Pendidikan akan berjalan dengan lancar apabila adanya minat dan keinginan untuk
sekolah dari anak itu sendiri dan didukung oleh orang tua yang faham tentang pendidikan
pendidikan ditambah lagi dengan keadaan ekonomi yang mendukung. Pada masalah
pertama, ada anak yang semangat untuk sekolah, keinginan mewujudkan cita-cita dengan
sekolah setinggi-tingginya selalu menggebu-gebu namun kondisi ekonominya pas-pasan,
keadaan keuangannya tidak mendukung maksimal, tetapi kondisi ini masih dapat diatasi
dan dikalahkan oleh keinginannya untuk sekolah. Pada kondisi ini, banyak kisah-kisah
inspiratif yang dapat dijadikan panutan, contohnya seorang anak desa yang karena
semangat belajarnya tinggi akhirnya ia sukses. Hal ini menunjukkan bahwa terbatasnya
ekonomi kadang bagi sebagian orang tidak menjadi penghalang tapi sebagai pemacu
untuk sukses.

Untuk masalah kedua, anak-anak usia sekolah yang tidak berminat sekolah tapi
ekonominya kuat. Ini adalah kategori anak yang tidak diberikan arahan tentang
pentingnya proses pendidikan dan belajar salah satunya karena mereka terbiasa serba ada
dengan pola hidup yang manja. Sebabnya bisa kemauan dan keinginan mereka yang
diturutkan, hasrat dan niatnya yang selalu dipenuhi sehingga merasa bahwa sekolah akan
mengungkung kebebasan mereka. Kondisi ini meskipun tidak baik untuk masa depan
mereka tetapi pada beberapa tempat dapat ditemukan. Hal yang perlu disampaikan dan
difahamkan kepada mereka adalah perjalanan hidup yang masih panjang, usia yang masih
muda sementara harta kekayaan jika tidak ditangani dengan baik akan habis begitu saja
tanpa punya nilai manfaat sedangkan ilmu akan dapat membuat hidup lebih terarah dan
jalan yang lebih mudah.

Masalah terakhir adalah yang memprihatinkan sekaligus menyedihkan yakni anak-anak


usia sekolah yang tidak berminat sekolah dan dengan ekonomi yang tidak mendukung.
Tidak adanya keinginan untuk sekolah, ekonomi yang pas-pasan bahkan tergolong sangat
miskin merupakan sebab tidak terjadinya perubahan ke arah kemajuan. Keluarga atau
siapapun dengan kondisi ini harus dibantu untuk diberikan pencerahan dan bantuan
berupa pemahaman dan bantuan fisik supaya terjadi perubahan pola fikir setidaknya
keinginan untuk bersekolah tetap ada dalam hati mereka.

Lain lagi jika kita melihat kondisi belajar di tanah air ini dengan gedungnya yang jauh
dari kata layak dan representatif sebagai sebuah gedung belajar. Demikian juga karena
sangat terbatasnya transportasi dan komunikasi sehingga anak-anak harus menyeberangi
sungai atau menempuh perjalanan darat yang jauh untuk dapat tiba di sekolah yang
pastinya memerlukan waktu yang lama dan ekstra hati-hati. Dengan jarak tempuh antara
rumah mereka dengan sekolah hingga berkilometer dengan kondisi jalan yang masih
bebatuan.

Untuk mengatasi masalah-masalah diatas, ada strategi dan langkah konkret, yakni
penguatan pelaku pendidikan dan kebudayaan, kemudian langkah dalam hal akses dan
kualitas pendidikan, selanjutnya langkah ketiga adalah meningkatkan akses dan kualitas
pendidik dan tenaga kependidikan, berikutnya meningkatkan dan penguatan pelestarian
dan diplomasi budaya, langkah kelima adalah peningkatan dan penguatan
pengembangan, pembinaan dan perlindungan bahasa melalui pengembangan kosakata,
penyebarluasan Bahasa Indonesia di luar negeri dan langkah terakhir adalah penguatan
tata kelola dan pelibatan publik.

Hal ini makin diperjelas dengan Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun
2015 – 2019 yakni mewujudkan akses pendidikan yang meluas, merata, dan berkeadilan.
Pendidikan yang meluas bermakna bahwa akses pendidikan harus dapat dinikmati seluas-
luasnya, baik luas secara geografis maupun luas dalam arti siapapun dan dimanapun
dapat menikmati pendidikan dengan seharusnya dan sewajarnya.
Luasnya wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ini meskipun sangat berpengaruh
terhadap sebaran komponen pendidikan baik itu pendidik, tenaga pendidik hingga
fasilitas pendidikan lainnya namun tetap menjadi bagian yang terpenting untuk
ditindaklanjuti oleh pemerintah. Permasalahan mendasar pendidikan di Indonesia adalah
rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan dasar dan
menengah. Rendahnya mutu ini salah satunya karena penyelenggaraan pendidikan
nasional dilakukan secara birokratik-sentralistik sehingga menempatkan sekolah sebagai
penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokratis yang mempunyai
jalur yang sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai
dengan kondisi sekolah setempat.

Adanya pembagian wewenang antara pusat dan daerah namun tetap dalam bingkai
mencapai tujuan pendidikan nasional adalah alasan utama untuk adanya pendidikan yang
merata dan berkeadilan.

Program pemerintah dengan menyediakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS),


Program Indonesia Pintar (PIP), Program Keluarga Harapan, ada juga beasiswa bagi yang
berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya seperti Bantuan
Biaya Mahasiswa (BBM) dan Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) atau
BIDIKMISI adalah kebijakan positif dan memihak untuk meringankan beban anak-anak
bangsa sehingga mereka yang kesulitan secara finansial tetap dapat mengikuti dan
melanjutkan pendidikannya dan ini adalah wujud komitmen pemerintah supaya akses
pendidikan dapat dinikmati oleh siapapun dan dimanapun.

Pelaksanaan pendidikan yang merata adalah pelaksanaan program pendidikan yang dapat
menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga untuk dapat
memperoleh pendidikan. Pendidikan yang merata dimaksudkan bahwa akses pendidikan
dapat diterima oleh semua anak di negeri ini, anak usia sekolah harus tetap bersekolah,
anak yang berkebutuhan khusus juga harus mendapatkan akses pendidikan yang mudah.
Intinya pendidikan harus dapat dinikmati semua anak. Tidak ada perbedaan antara satu
sekolah dengan sekolah lainnya dalam hal penerimaan dan penyerapan pengetahuan
(transfer of knowledge) termasuk di dalamnya tidak ada perbedaan penyikapan terhadap
satu anak dengan anak lainnya. Tidak boleh ada persepsi pada sekolah yang dipandang
hanya untuk orang-orang borjuis. Kesempatan memperoleh pendidikan tidak dapat
dibedakan menurut jenis kelamin, status sosial, agama dan batasan geografis. Tidak boleh
ada perbedaan sikap dalam melayani anak-anak bangsa.

Pendidikan yang pilih kasih, pendidikan yang tidak merata sesungguhnya hanya akan
menyisakan berkumpulnya anak-anak bangsa yang tidak Indonesianis, adanya anggapan
anak tiri karena tersedianya komponen pendidikan (fasilitas, kebijakan pemerintah,
kualitas tenaga pendidik, kesejahteraan tenaga pendidik, dan kualitas prestasi siswa)
secara maksimal hanya pada daerah tertentu, akibat inilah sesungguhnya yang
dikhawatirkan. Pendidikan yang merata adalah persamaan kesempatan untuk
memperoleh pendidikan yang tidak menumpuk pada satu wilayah, adalah pendidikan
yang bisa diakses siapapun, Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

4. Hubungan antara teori Nativisme, Empirisme, dan Konvergensi dengan fenomena


bullying
a. Teori Nativisme
Misalnya ada bapak yang mempunyai sifat tempramental dan menurun ke anaknya.
Hal ini dapat memicu anak mudah emosi lalu melakukan hal-hal yang bersifat
(Membully).
b. Teori Empirisme
Pengaruh media. Survey yang dilakukan memperlihatkan bahwa, 56,9% anak meniru
adegan-adegan film yang ditontonya umumnya mereka meniru gerakannya (64%)
dari kata-katanya (45%).
c. Teori Konvergensi
Misalnya ada seorang Ayah dan Ibu yang sering bertengkar dengan cara kekerasan
dan berkata kotor, sifat Ayah dan Ibu tersebut memang terkenal dengan watak yang
kasar. Lalu watak tersebut menurun ke anak mereka. Selain itu, teman sebayanya
menjadi salah satu faktor besar dari perilaku bullying, yakni memberikan pengaruh
negatif dengan cara menyebarkan ide (baik secara aktif maupun pasif) bahwa
bullying bukanlah suatu masalah besar dan merupakan suatu hal yang wajar untuk
dilakukan. Menurut Djwuta Ratna (2005) pada masanya, remaja memiliki keinginan
untuk tidak lagi tergantung pada keluarganya dan mulai menilai mencari dukungan
dan rasa aman dari kelompok sebayanya. Jadi bullying terjadi karena adanya tuntutan
konformitas.
5. Dilakukan secara menyeluruh dan terpadu, dimulai dari anak, keluarga, sekolah dan
masyarakat.
a. Pencegahan melalui anak dengan melakukan pemberdayaan pada anak/mandiri agar:
 Anak mampu mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya bullying.
 Anak mampu melawan ketika terjadi bullying pada dirinya.
 Anak mampu memberikan bantuan ketika melihat bullying terjadi
(melerai/mendamaikan, mendukung teman dengan mengembalikan kepercayaan,
melaporkan kepada pihak sekolah, orang tua, tokoh masyarakat).
b. Pencegahan melalui keluarga, dengan meningkatkan ketahanan keluarga dan
memperkuat pola pengasuhan. Antara lain :
 Menanamkan nilai-nilai keagamaan dan mengajarkan cinta kasih antar sesama.
 Memberikan lingkungan yang penuh kasih sayang sejak dini dengan
memperlihatkan cara beinterakasi antar anggota keluarga.
 Membangun rasa percaya diri anak, memupuk keberanian dan ketegasan anak
serta mengembangkan kemampuan anak untuk bersosialiasi .
 Mengajarkan etika terhadap sesama (menumbuhkan kepedulian dan sikap
menghargai), berikan teguran mendidik jika anak melakukan kesalahan.
 Mendampingi anak dalam menyerap informasi utamanya dari media televisi,
internet dan media elektronik lainnya.
c. Pencegahan melalui sekolah/lembaga
 Merancang dan membuat desain program pencegahan yang berisikan pesan
kepada murid bahwa perilaku bully tidak diterima di sekolah dan membuat
kebijakan “anti bullying”.
 Membangun komunikasi efektif antara guru dan murid.
 Diskusi dan ceramah mengenai perilaku bully di sekolah.
 Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan kondusif.
 Menyediakan bantuan kepada murid yang menjadi korban bully.
 Melakukan pertemuan berkala dengan orangtua atau komite sekolah.
d. Pencegahan melalui masyarakat dengan membangun kelompok masyarakat yang
peduli terhadap perlindungan anak dimulai dari tingkat desa/kampung (Perlindungan
Anak Terintegrasi Berbasis Masyarakat : PATBM).

Anda mungkin juga menyukai