Anda di halaman 1dari 16

ARAH DAN KEBIJAKAN

PENDIDIKAN KEJURUAN DI INDONESIA

OLEH:

KELOMPOK XI

MUH. CHAIRIL DERMAWAN 1924042008

RIFKI RAMADHANI 1924042016

A. NURUL FAJRI 1924041033

Fakultas Teknik

Universitas Negeri Makassar

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem pendidikan nasional indonesia kini berada dalam lingkungan yang


dinamis. Dinamika perubahan itu ditunjukkan melalui 3 skala: global nasional, dan
lokal. Perubahan yang terjadi di lingkungan global membawa tuntutan akan
pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Visi pendidikan nasional adalah pada tahun 2025, Sistem Pendidikan Nasional
berhasrat menghasilkan: insan indonesia cerdas dan kompetitif. Cerdas meliputi
cerdas spiritual, cerdas emosional & sosial, cerdas intelektual dan cerdas kinetik.
Kompetitif dimaknai berkepribadian unggul dan gandrung akan keunggulan,
bersemangat juang tinggi, mandiri, pantang menyerah, pembangun dan pembina
jejaring, bersahabat dengan perubahan, inovatif dan menjadi agen perubahan,
produktif, sadar mutu, berorientasi global, dan pembelajar sepanjang. hayat. Dalam
visi ini tersirat bahwa proses menghasilkan sumber daya manusia yang cerdas dan
kompetitif digantungkan pada pendidikan.

Kemajuan suatu bangsa dan negara tidak bisa dilepaskan dari kemajuan bidang
pendidikan. Pendidikan merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari
proses penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas, tangguh dan terampil.
Hakekat pendidikan pada dasarnya adalah proses komunikasi yang di dalamnya
mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan, di
dalam dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat (life long process),
dari generasi ke generasi (Sumitro, dkk. 1998).

Fungsi pendidikan adalah melestarikan tata sosial dan tata nilai yang ada dalam
masyarakat dan sebagai agen pembaharuan sosial sehingga dapat mengantisipasi
masa depan. Menurut Tilaar (2006), pendidikan memiliki fungsi preparatoris dan
antisipasipatoris adalah bahwa di samping mempersiapkan peserta didik sebagai
generasi masa depan (tenaga kerja), pendidikan juga menyiapkan peserta didik utk
antisipasi kemungkinan masa depan dengan membekali kemampuan dan tingkah
laku yg diperlukan.
Visi sistem pendidikan nasional di atas pada dasarnya dimaksudkan
menyiapkan manusia Indonesia seutuhnya, utuh dalam potensi dan utuh dalam
wawasan (Sumitro, dkk. ,1998). Utuh dalam potensi meliputi potensi badan dengan
pancainderanya, potensi berpikir, potensi rasa, potensi cipta yang meliputi daya
cipta, kreativitas, fantasi, khayal dan imajinasi, potensi karya, potensi budi nurani
yaitu kesadaran budi, hati nurani, dan kata hati. Utuh dalam wawasan adalah
manusia yang sadar nilai, yaitu wawasan dunia akhirat, wawasan jasmani rohani,
wawasan individu dan sosial, dan wawasan akan waktu, yaitu masa lalu, sekarang
dan yang akan datang.

Pendidikan kejuruan di Indonesia telah berumur 150 tahun lebih, sejarah


mencatat sekolah kejuruan pertama pada zaman belanda tahun 1853, adalah
Sekolah Pertukangan Surabaya (Ambacht School Van Soerabaia). Di Bandung di
buka Ambacht School and Ambacht Leergang, yang kemudian menjadi Sekolah
Teknik Ciroyom. Pendidikan kejuruan pada zaman penjajahan berorientasi kepada
pemenuhan kebutuhan tenaga kerja Belanda. Hingga awal kemerdekaan konsep
pendidikan kejuruan mengkuti pendidikan kejuruan di Belanda. Sejak pelita
digulirkan pada akhir tahun 60an bentuk pendidikan kejuruan mulai mengadopsi
model dan negara lain. Mulai saat ini secara perlahan pendidikan kejuruan mulai
mendapat tempat pada sistem pendidikan di Indonesia.

Pendidikan kejuruan yang merupakan salah satu jenis pendidikan nasional juga
memiliki peran penting dalam menyiapkan manusia utuh, baik sebagai tenaga kerja
maupun sebagai warga masyarakat dan bangsa. Adanya dampak globalisasi yang
ditandai dengan kemajuan teknologi menyebabkan pendidikan kejuruan dinilai masih
belum optimal dalam menyediakan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja.

Pendidikan kejuruan belum dapat maksimal mengimbangi dampak kemajuan


teknologi di pasar kerja. Menurut Tilaar (2006), saat ini terdapat empat krisis pokok
pendidikan nasional, yaitu masalah kualitas pendidikan, relevansi atau efisiensi
external, elitisme dan manajemen. Kualitas pendidikan menyangkut standar isi,
proses, sarana prasarana, pendidik, dan standar-standar lainnya. Relevansi
pendidikan atau efisiensi eksternal diukur dari keberhasilan sistem pendidikan
memasok tenagatenaga terampil dalam jumlah yang memadai bagi kebutuhan
sektor-sektor pembangunan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Arah Kebijakan Pendidikan di Indonesia

Kebijakan pendidikan di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Republik


Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, diarahkan untuk
mencapai hal-hal sebagai berikut:

1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh


pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju
terciptanya manusia Indonesia berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran
pendidikan secara berarti;
2. Meningkatkan kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan
jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga tenaga pendidik mampu
berfungsi secara optimal terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan
budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa lembaga dan tenaga
kependidikan;
3. Melakukan pembaharuan sistem pendidikan termasuk pembaharuan kurikulum,
berupa diversifikasi kurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik,
penyusunan kurikulum yang berlaku nasional dan lokal sesuai dengan
kepentingan setempat, serta diversifikasi jenis pendidikan secara professional;
4. Memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah
sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan, serta meningkatkan
partisipasi keluarga dan masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana
memadai;
5. Melakukan pembaharuan dan pemantapan sistem pendidikan nasional
berdasarkan prinsip desentralisasi, otonomi keilmuan dan manajemen;
6. Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh
masyarakat maupun pemerintah untuk memantapkan sistem pendidikan yang
efektif dan efisien dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni;
7. Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara terarah,
terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh
seluruh komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara
optimal disertai dengan hak  dukungan dan lindungan sesuai dengan
potensinya;
8. Meningkatkan penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi, termasuk teknologi bangsa sendiri dalam dunia
usaha, terutama usaha kecil, menengah, dan koperasi
 Masalah Kurikulum

Kurikulum adalah keseluruhan program, fasilitas, dan kegiatan suatu lembaga


pendidikan atau pelatihan untuk mewujudkan visi dan misi lembaganya. Oleh karena
itu, pelaksanaan kurikulum untuk menunjang keberhasilan sebuah lembaga
pendidikan harus ditunjang hal- hal sebagai berikut:

a. Tersedianya tenaga pengajar yang kopoten


b. Tersedianya fasilitas fisik atau fasilitas belajar yang memadai dan
menyenangkan
c. Tersedianya fasilitas bantu untuk proses belajar mengajar
d. Adanya tenaga penunjang pendidikan, seperti administrasi, pembimbing,
pustakawan, laboran
e. Tersedianya dana yang memadai
f. Manajemen yang efektif dan efisien
g. Terpeliharanya budaya yang menunjang, seperti nilai-nilai religius, moral,
kebangsaan, dan lain-lain.
h. Kepemimpinan pendidikan yang visioner, transparan, dan akuntabel.

 Masalah Sumber Daya Manusia (SDM)

Adapun sumber daya manusia yang merupakan pilar utama dalam melakukan
implementasi desentralisasi pendidikan. Banyak kekhawatiran dalam bidang
kesiapan SDM ini, diantaranya belum terpenuhinya lapagan kerja dengan
kemampuan sumber daya yang ada. Prinsip “the right man on the right place”
semakin jauh pelaksanaannya. Implementasi desentralisasi pendidikan masih
menyimpan beberapa kendala seperti dalam pengangkatan pengelola pendidikan
yang tidak memperhatikan latar belakang dan profesionalisme, Kepala Dinas Pasar,
dan bahkan kepala Dinas Pemakaman yang terkadang sama sekali tidak mengerti
masalah pendidikan.

Dalam proses pendidikan kejuruan perlu ditanamkan pada siswa pentingnya


penguasaan pengetahuan dan teknologi, keterampilan bekerja, sikap mandiri, efektif
dan efisien dan pentingnya keinginan sukses dalam karirnya sepanjang hayat.
Dengan kesungguhan dalam mengikuti pendidikan kejuruan maka para lulusan
kelak dapat menjadi manusia yang bermartabat dan mandiri serta menjadi warga
negara yang mampu membayar pajak.
 Potensi dan limitasi alternatif  kebijakan

a. Potensi

Berdasarkan pengamatan kasat mata, kenyataan yang terlihat di setiap kota


hanya ada dua atau tiga SMK saja yang memiliki siswa sesuai dengan daya
tampung. Umumnya merupakan SMK Negeri yang dapat perhatian khusus dari
Diknas. Sisanya merupakan SMK yang memprihatinkan dan kelihatannya tidak
terurus. Kondisi ini bermula sejak sepuluh tahun terakhir dan semakin hari semakin
memprihatinkan. Jumlah siswa yang kecil sangat mempengaruhi pengelolaan, dan
ibarat penyakit, seperti tidak terobati. Bagi sekolah swasta, sumber dana satu-
satunya adalah dari siswa yang semakin hari semakin susut. Honor guru dan
pengelola semakin kecil dan tentu saja, kualitas pendidikan yang memang sudah
rendah semakin tidak pernah dibicarakan lagi, pasrah.

b. Limitasi

Masyarakat yang pemahamannya rata-rata pada tingkat awam, melihat bahwa


anak-anak yang tamat SMK umumnya tidak memiliki ketrampilan untuk memasuki
dunia kerja, di samping peluang kerja itu sendiri juga semakin sulit. Jadi, untuk apa
masuk SMK, kan lebih baik SMA saja. Bila kita menggunakan logika hukum sebab
akibat, maka fenomena “ramai-ramai ke SMA” hanyalah akibat saja dari sejumlah
sebab. Berangkat dari asumsi bahwa kita semua setuju pentingnya peran SMK
dalam mempersiapkan tenaga kerja yang trampil, mendidik anak-anak untuk
mandiri, menurunkan angka pengangguran, mengurangi angka kejahatan dan
meningkatkan pemasukan pajak untuk negara, maka perlu dilakukan analisis untuk
mengidentifikasi faktor-faktor penyebab, dan pada gilirannya dapat dirancang
program-program apakah yang perlu dilakukan untuk menata masa depan
pendidikan kejuruan di Indonesia.

B. Pendidikan Kejuruan di Indonesia

Strategi pengembangan pendidikan kejuruan setelah orde reformasi adalah


dengan mengembangkan mutu dan relevansi dan membina sejumlah SMK bertaraf
internasional. Perluasan dan pemerataan akses dengan tetap memperhatikan mutu
pendidikan dan meningkatkan manajemen SMK dengan menerapkan prinsip “Good
Governance” (Renstra Dit PSMK, 2005:8).
Berikut adalah di antara pengertian dan tujuan pendidikan kejuruan dari
berbagai sumber dan pakar pendidikan.
a. Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik
untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. (UUSPN 2 1989).
b. Pendidikan Kejuruan adalah pendidikan pada jenjang mengah yang
mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis
pekerjaan tertentu. (PP 29 tahun 1990 Pasal 1 ayat 3)
c. Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang diarahkan untuk mempelajari
bidang khusus, agar para lulusan memiliki keahlian tertentu seperti bisnis,
pabrikasi, pertanian, kerumahtanggaan, otomotif telekomunikasi, listrik,
bangunan dan sebagainya (Snedden, 1917:8).
d. Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah bagian dari pendidikan yang
mencatak individu agar dia dapat bekerja pada kelompok tertentu (Evan, 1978).
e. Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah suatu program yang berada di bawah
organisasi pendidikan tinggi yang diorganisasikan untuk mempersiapkan
peserta didik memasuki dunia kerja (Good, 1959).
f. Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah pendidikan yang diselenggarakan
bagi para siswa yang merencanakan dan mengembangkan karirnya pada
bidang keahlian tertentu untuk bekerja secara produktif.
Dari berbagai definisii di atas dapat kita kemukakan bahwa pendidikan
teknologi dan kejuruan adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi para siswa
yang merencanakan dan mengembangkan karirnya pada bidang keahlian tertentu
untuk bekerja secara produktif dan professional dan juga siap melanjutkan ke tingkat
pendidikan yang lebih tinggi.

1. Fungsi dan tujuan pendidikan kejuruan

Pendidikan kejuruan sebagai pendidikan khusus, direncanakan untuk


menyiapkan peserta didik guna memasuki dunia kerja, sebagai tenaga kerja
produktif yang mampu menciptakan produk unggul yang dapat bersaing di pasar
bebas dan profesional yang memiliki kualitas moral di bidang kejuruannya.

Kualitas moral merupakan inti dari sikap professional yang manifestasinya


dalam perilaku kehidupan sehari-hari ditunjukan dalam bentuk:

1. Disiplin, baik dalam mematuhi instruksi untuk melaksanakan pekerjaan


maupun dalam sikap dan tingkah laku.
2. Jujur, baik terhadap dirinya sendiri maupun dalam menjunjung tinggi etika
profesi.
3. Tepat dalam waktu, termasuk apresiasi terhadap penggunaan waktu secara
efektif dan efisien.
4. Bersih dan tertib dalam bekerja.
5. Cermat dan tepat dalam memilih metode kerja.
6. Biasa bekerja keras, dan tanggung jawab terhadap pekerjaannya, termasuk
dalam penggunaan alat dan bahan dan hasil kerjanya.
7. Biasa bekerja cerdas sesuai dengan prosedur kerja dan menggunakan alat
dan bahan secara efektif dan efisien.
8. Biasa bekerja ikhlas dan komitmen terhadap pekerjaannya.
9. Tertib dalam penyiapan alat, penggunaan dan penyimpanan kembali alat
kerja merapikan dan membersihkan tempat kerja.

Fungsi pendidikan kejuruan menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja produktif


antara lain meliputi:
a. Memenuhi keperluan tenaga kerja dunia usaha dan industri.
b. Menciptakan lapangan kerja bagi dirinya dan bagi orang lain.
c. Merubah status siswa dari ketergantungan menjadi bangsa yang
berpenghasilan (produktif).

Sedangkan sebagai tenaga kerja professional siswa mampu mengerjakan


tugasnya secara cepat, tepat dan effisien yang didasarkan pada unsur-unsur berikut:
a. ilmu atau teori yang sistematis,
b. kewenangan professional yang diakui oleh klien,
c. sanksi dan pengakuan masyarakat akan keabsahan kewenangannya dan
d. kode etik yang regulative.

Selanjutnya, menyiapkan siswa menguasai IPTEK dimaksudkan agar siswa:


a. Mampu mengikuti, menguasai, dan menyesuaikan diri dengan kemajuan
IPTEK.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk dapat mengembangkan diri secara
berkelanjutan

Seseorang dianggap tenaga professional apabila mampu mengerjakan


tugasnya secara cepat, tepat dan efisien yang didasarkan pada unsur yakni :

1. ilmu  atau teori yang sistematis,


2. kewenangan professional yang diakui oleh klien
3. sanksi dan pengakuan masyarakat akan keabsahan kewenangannya
4. kode etik yang regulative.
Tujuan umum, sebagai bagian dari sistem pendidikan menengah kejuruan
SMK bertujuan :
1. Menyiapkan peserta didik agar dapat menjalani kehidupan secara layak,
2. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik,
3. Menyiapkan peserta didik agar menjadi warga negara yang mandiri dan
bertanggung jawab,
4. Menyiapkan peserta didik agar memahami dan menghargai keanekaragaman
budaya bangsa indonesia,
5. Menyiapkan peserta didik agar menerapkan dan memelihara hidup sehat,
memiliki wawasan lingkungan, pengetahuan dan seni.

Tujuan khusus, SMK bertujuan :


1. Menyiapkan peserta didik agar dapat bekerja, baik secara mandiri atau
mengisi lapangan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan industri sebagai
tenaga kerja tingkat menengah, sesuai dengan bidang dan program keahlian
yang diminati
2. Membekali peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam
berkompetensi dan mampu mengembangkan sikap profesional dalam bidang
keahlian yang diminati,
3. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) agar
mampu mengembangkan diri sendiri melalui jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.

Kompetensi lulusan pendidikan kejuruan sebagai subsistem dari sistem


pendidikan nasional menurut Depdikbud (2001) adalah :
1. Penghasil tamatan yang memiliki keterampilan dan penguasaan IPTEK
dengan bidang dari tingkat keahlian yang sesuai dengan kebutuhan
pembangunan,
2. Penghasil tamatan yang memiliki kemampuan produktif, penghasil sendiri,
mengubah status tamatan dari status beban menjadi aset bangsa yang
mandiri,
3. Penghasil penggerak perkembangna industri Indonesia yang kompetitif
menghadapi pasar global
4. Penghasil tamatan dan sikap mental yang kuat untuk dapat mengembangkan
dirinya secara berkelanjutan.

Dikmenjur (2000) mengatakan bahwa hasil kerja pendidikan harus mampu


menjadi pembeda dari segi unjuk kerja, produktifitas, dan kualitas hasil kerja
dibandingkan dengan tenaga kerja tanpa pendidikan kejuruan. Jadi pendidikan
kejuruan adalah suatu lembaga yang melaksanakan proses pembelajaran keahlian
tertentu beserta evaluasi berbasis kompetensi, yang mempersiapkan siswa menjadi
tenaga kerja setingkat teknisi.

Teori sistematis bagi seorang professional diperlukan sebagai pedoman dalam


melaksanakan praktik pekerjaannya. Kemampuan menerapkan teori ke dalam
praktik profesinya merupakan keterampilan intelektual, sehingga kegiatan kerjanya
merupakan kegiatan kerja cerdas, bukan sekedar pekerjaan rutin. Lebih dari itu, teori
yang ada harus diterima secara kritis dan selalu menggantinya dengan teori baru
bila sudah tidak sesuai lagi. Pengembangan teori baru dilakukan melalui forum temu
profesi yang diselenggarakan secara periodik.

Penguasaan teori dan kemampuan menggunakannya dalam kegiatan praktik


profesi akan menghasilkan pengakuan dari para klien. Pengakuan dari klien dan
penguasaan teori, sikap dan keterampilan melalui pendidikan akan memberikan
kewenangan professional kepada seseorang. Kewenangan yang diperoleh harus
disertai tanggung jawab dan ada batasnya sesuai dengan bidang ilmu yang
dikuasainya. Kode etik ditetapkan untuk membatasi para pelaku professional dari
perilaku yang dapat merusak nama profesi serta merugikan klien. Bila ada
pelanggaran terhadap kode etik apalagi merugikan klien, palaku profesi tersebut
akan harus diberikan sanksi. Sanksi yang paling besar adalah dicabutnya
pengakuan dari masyarakat. Disamping kode etik yang tertulis formal, profesi juga
harus memiliki norma atau nilai yang mengutamakan layanan dan kesejahteraan
masyarakat, yang dicerminkan dalam bentuk nilai kerja lkhlas.

a. Transformasi budaya dalam pendidikan kejuruan

Saat ini kita sedang menuju masyarakat industri. Masyarakat industri modern
adalah masyarakat terbuka, rasional dan kritis (Tilaar, 2006). Derap kehidupan
masyarakat merupakan proses budaya. Transformasi budaya menimbulkan nilai-
nilai instrinsik dan nilai instrumental. Nilai-nilai instrinsik menyangkut pembentukan
nilai-nilai moral dan budaya menuju identitas manusia seutuhnya. Nilai-nilai
instrumental: disiplin, penghargaan terhadap waktu, spesialisasi, orientasi pada kerja
dan prestasi. Transformasi adalah suatu kompleks jalinan kekuatan yg saling terkait
dari 7 poros transformasi yaitu: globalisasi, struktur ekonomi, politik-ideologi, budaya
nasional, manusia dan masyarakat, iptek, dan informasi (Alfian, 1986).

Globalisasi merupakan rekayasa ekonomi yang menjadikan kehidupan


manusia menjadi begitu terbuka dan dalam keterbukaan itu manusia adalah
kuncinya. Pendidikan yg bermutu adalah moto globalisasi. Perubahan struktur
ekonomi berdasarkan pertanian menuju ekonomi berdasarkan industri akan
mengubah cara hidup dan berfikir bangsa. Meningkatnya industri modern meminta
tenaga teknik yg semakin banyak baik pada tingkat menengah maupun tenaga
teknik profesional. Pendidikan dan pelatihan perlu dipersiapkan dalam
menyesuaikan programnya dengan kemajuan teknologi yang cepat
perkembangannya. Sejalan dengan itu pendidikan kejuruan perlu ditransformasikan
dengan dasar pendidikan sains yang kuat.

Peranan iptek dalam masyarakat industri menuntut manusia yang sadar iptek.
Masyarakat industri bukan hanya melek huruf tetapi juga melek numerik.
Penyusunan dan pemanfaatan iptek untuk negara-negara berkembang akan
berhasil bila:

1. Negara itu menumbuhkan kemampuannya memiliki teknologi yang sesuai


karena benar-benar diperlukan,
2. dapat memilih teknologi yang diperlukan serta dapat memanfaatkannya
tanpa mempunyai mayarakat ilmiah terlebih dahulu. Memasuki dunia industri
modern dengan ipteknya berarti memasuki tatanan nilai yang baru yang
berorientasi kepada efisiensi, logika dan pragmatisme.

Informasi dapat mengubah wajah duania dan siapa yang menguasai informasi
dapat menguasai dunia: opini dunia, politik, sosial, dan ekonomi. Untuk menguasai
informasi diperlukan kemampuan:

1. mengetahui di mana dan bagaimana informasi diperoleh


2. menyeleksi informasi sesuai dengan kegunaan untuk pengembangan pribadi
3. menganalisis data yang diperoleh dengan teknologi komputer
4. mengadakan sintesis atas hasil analisis sehingga dapat merumuskan
alternatif-alternatif keputusan yang baik dan benar
5. mengambil keputusan, dan
6. mengembangkan pengetahuan yang telah diperoleh.

Uraian-uraian di atas menunjukkan bahwa perkembangan pendidikan kejuruan


dipengaruhi adanya transformasi budaya. Empat dari 7 poros transformasi yang
sangat erat kaitannya pendidikan kejuruan adalah globalisasi, struktur ekonomi,
iptek, dan informasi.

b. Tujuan pendidikan kejuruan


Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Dari tujuan
pendidikan kejuruan tersebut mengandung makna bahwa pendidikan kejuruan di
samping menyiapkan tenaga kerja yang profesional juga mempersiapkan peserta
didik untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan
program kejuruan atau bidang keahlian. Pendidikan kejuruan harus memandang
anak didik sebagai individu yang selalu dalam proses untuk mengembangkan pribadi
dan segenap potensi yang dimilikinya.

Pengembangan ini menyangkut proses yang terjadi pada diri anak didik,
seperti proses menjadi lebih dewasa, menjadi lebih pandai, menjadi lebih matang,
yang menyangkut proses perubahan akibat pengaruh eksternal, antara lain
berubahnya karir atau pekerjaan akibat perkembangan sosial ekonomi masyarakat.
Pendidikan kejuruan merupakan upaya menyediakan stimulus berupa pengalaman
belajar untuk membantu mereka dalam mengembangkan diri dan potensinya. Oleh
karena itu, keunikan tiap individu dalam berinteraksi dengan dunia luar melalui
pengalaman belajar merupakan upaya terintegrasi guna menunjang proses
perkembangan diri anak didik secara optimal. Kondisi ini tertampilkan dalam prinsip
pendidikan kejuruan “learning by doing”, dengan kurikulum yang berorientasi pada
dunia kerja.

Tujuan dan isi pendidikan kejuruan senantiasa dibentuk oleh kebutuhan


masyarakat yang berubah begitu pesat, sekaligus juga harus berperan aktif dalam
ikut serta menentukan tingkat dan arah perubahan masyarakat dalam bidang
kejuruannya tersebut. Pendidikan kejuruan berkembang sesuai dengan
perkembangan tuntutan masyarakat, melalui dua institusi sosial. Pertama, institusi
sosial yang berupa struktur pekerjaan dengan organisasi, pembagian peran atau
tugas, dan perilaku yang berkaitan dengan pemilihan, perolehan dan pemantapan
karir. Institusi sosial yang kedua, berupa pendidikan dengan fungsi gandanya
sebagai media pelestarian budaya sekaligus sebagai media terjadinya perubahan
sosial.

2. Pengembangan Pendidikan Kejuruan


Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar lulusan SLTP melanjutkan
pendidikan ke SMU, sementara hanya sebagian kecil dari mereka yang melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi. Hal ini berarti bahwa sebagian lulusan SMU akan
menjadi penganggur karena kesulitan mencari pekerjaan dengan minimnya
keterampian mereka. Karena itu kebijakan pendidikan kabupaten atau kota di masa
depan perlu mempertimbangkan:

a. Peningkatan jumlah dan program kejuruan bagi lulusan SLTP


b. Mengembangkan pelatihan-pelatihan kerja
c. Memperbesar porsi pembelajaran kurikulum muatan lokal di SLTP dan di
SMU.

3. Implementasi Kebijakan Pendidikan Kejuruan

Tujuan pendidikan kejuruan adalah membekali siswa agar memiliki kompetensi


prilaku dalam bidang kejuruan tertentu sehingga yang bersangkutan mampu bekerja
(memiliki kinerja) demi masa depan dan untuk kesejahteraan bangsa. Untuk itu
siswa harus dibekali pengetahuan teori dan keterampilan praktis , juga sikap dan
pola tingkah laku sosial serta wawasan politik tertentu, itu semua mutlak diperlukan
sebagai bekal yang berharga guna meraih sukses dalam rangka memasuki dunia
kerja , baik sebagai pekerja di perusahaan ataupun sebagai wirausaha yang mandiri
dan untuk menjadi warga masyarakat yang bertanggungjawab (Schiopepers dan
patriana,1994)

Pendidikan kejuruan memiliki karakteristik yang berbeda dengan pendidikan


umum, ditinjau dari kriteria pendidikan, substansi pelajaran, dan lulusannya. Kriteria
yang harus dimiliki oleh pendidikan kejuruan:

1. Orientasi pada kinerja individu dalam dunia kerja.


2. Justifikasi khusus pada kebutuhan nyata di lapangan.
3. Fokus kurikulum pada aspek-aspek psikomotorik, afektif, dan kognitif.
4. Tolak ukur keberhasilan tidak hanya terbatas di sekolah.
5. Kepekaan terhadap perkembangan dunia kerja.
6. Memerlukan sarana prasarana yang memadai.
7. Adanya dukungan masyarakat. Financ & Crunkilton (dalam Sonhaji 2000).

Kalau kita kaji Keputusan Mendiknas RI Nomor 122/U/2001 tentang Rencana


Strategis Pembangunan Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Tahun 2000-2004
bahwa pendidikan kejuruan dalam upaya peningkatan kualitas dan relevansi
pendidikan kejuruan:

1. Melakukan reformasi kurikulum kejuruan sesuai dengan tuntutan dunia kerja.


2. Melakukan analisis dan pengkajian potensi wilayah sehingga dapat
menunjukkan keseimbangan antara kebutuhan dan persediaan tenaga kerja
tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menurut sektor ekonomi jenis
okupasi dan status pekerjaan.
3. Melakukan penelitian dan kajian secara intensif dan menyeluruh terhadap
efektivitas Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), terutama dalam kaitannya
dengan tuntutan lapangan kerja akan keterampilan dan keahlian lulusannya,
tingkat balikan terhadap pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),
serta pemetaan kebutuhan tenaga kerja tingkat menengah yang berorientasi
pada pengembangan potensi daerah.
4. Untuk peningkatan penyerapan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
oleh lapangan usaha, akan dilakukan penataan kembali di bidang keahlian di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) agar menghasilkan lulusan yang
kompeten dan relevan dengan kebutuhan melalui pengembangan kurikulum
dan program pendidikan yang lebih fleksibel sesuai dengan perbedaan
karakteristik wilayah tanpa mengabaikan standar kompetensi yang ditentukan
secara nasional dan secara bertahap mulai memperhitungkan standar
kompetensi regional dan internasional.

BAB III
PENUTUP
Pada hakekatnya pendidikan teknologi dan kejuruan adalah pendidikan yang
diselenggarakan bagi para siswa yang merencanakan dan mengembangkan
karirnya pada bidang keahlian tertentu untuk bekerja secara produktif dan
professional dan juga siap melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Fungsi pendidikan kejuruan menyiapkan siswa menjadi manusia Indonesia


seutuhnya yang mampu meningkatkan kualitas hidup, mampu mengembangkan
dirinya, dan memiliki keahlian dan keberanian membuka peluang meningkatkan
penghasilan yang dilihat dari psikologis peserta didik dan kondisi sosial budaya.

Filsafat pendidikan kejuruan adalah apa yang diyakini sebagai suatu


pandangan hidup dan landasan berpikir yang dianggap benar dan baik. Pendidikan
kejuruan mengarah pada prinsip yang dikaitkan dengan adanya bimbingan
masyarakat, belajar seumur hidup, memenuhi kebutuhan masyarakat, pendidikan
kejuruan terbuka bagi semua, penempatan lulusan, tidak membedakan jenis
kelamin, kebutuhan individu akan pendidikan kejuruan, kompetensi guru, etos kerja,
pelatihan kerja, dan berorientasi mastery learning (belajar tuntas) dengan melibatkan
peran aktif partisipatif para stakeholders pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Umar Tirtarahardja. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Arismunandar. 2005. Manajemen Pendidikan. Makassar: Universitas Negeri


Makassar.

Hasbullah. 2006. Otonomi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

https://oktaseiji.wordpress.com/2011/04/24/kebijakan-pendidikan-di-indonesia/amp/

https://nurhamidahumar.wordpress.com/2016/12/27/bab-6-kebijakan-pendidikan-
kejuruan/amp/

http://fadhlillah1.blogspot.com/2015/11/analisis-kebijakan-pendidikan-kejuruan.html?
m=1

https://ayoonkq.wordpress.com/2011/05/12/kebijakan-pendidikan-kejuruan/amp/

http://raiarsa.blogspot.com/2013/01/pendidikan-kejuruan-di-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai