PENDAHULUAN
Kue mangkok merupakan makanan semi basah yang memiliki umur simpan
yang singkat, karena kadar airnya cukup tinggi. Untuk itu ditambahkan bahan
yang mampu meningkatkan umur simpan dari kue mangkok, salah satunya adalah
cassiavera. Cassiavera adalah nama dagang dari kulit batang kulit kayu manis
(Cinnamomum burmannii) yang sudah dikeringkan. Tanaman kulit kayu manis
ini memiliki kandungan minyak atsiri berupa flavonoid, polifenol, tannin,
kalsium oksalat, eugenol, safrole, dan cynnamaldehyde . Cassiavera dan kulit
kayu manis memiliki sifat kimia yang sama karena Cassiavera merupakan produk
lanjutannya (Tasia dan Widyaningsih, 2014). Cassiavera mengandung 1-2%
minyak atsiri diantaranya sinamaldehid (60.72%), eugenol (17.62%), dan
kumarin (13.39%) Wang et al. (2008) dalam Wirawan (2014). Kulit kayu manis
memiliki kandungan tannin yang cukup tinggi yaitu lebih dari 10% dibandingkan
senyawa tannin rempah-rempah lainnya yang memiliki peranan mencegah atau
menurunkan resiko penyakit jantung coroner Marliyati (1995) cit Azima et al.
(2004). Cassiavera efektif sebagai antioksidan dan antibakteri sehingga bisa
digunakan sebagai pengawet alami pada makanan. Antioksidan berperan penting
dalam mempertahankan mutu produk pangan dan menghambat kerusakan-
kerusakan yang terjadi seperti ketengikan, perubahan warna dan aroma,
perubahan tekstur, perubahan nilai gizi.
Selain itu karena kue mangkok juga menggunakan tepung kedelai sebagai
campuran tepung beras dalam pembuatan kue mangkok yang akan memberikan
rasa langu yang dihasilkan oleh enzim lipoksigenase sehingga dengan
penambahan cassiavera dapat memperbaiki aroma dari kue mangkok. Minyak
atsiri pada kayu manis berfungsi untuk menghasilkan flavour berupa rasa dan
aroma yang khas apabila ditambahkan dalam pembuatan kue mangkok.
1.3. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah dapat
memaksimalkan pemanfaatan kedelai dan ekstrak kulit manis sebagai bahan baku
pembuatan kue mangkok serta dapat menambah variasi olahan kue mangkok yang
bermanfaat untuk kesehatan.
1.3. Hipotesis
H0: Penambahan ekstrak kulit kayu manis tidak berpengaruh nyata terhadap sifat
kimia dan sensoris kue mangkok dengan substitusi tepung kedelai
H1: Penambahan ekstrak kulit kayu manis berpengaruh nyata terhadap sifat kimia
dan sensoris kue mangkok dengan substitusi tepung kedelai
DAPUS
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia
Utama
Anonim. 2006. Karakteristik kedelai sebagai bahan pangan fungsional. E-book Pangan. 28p.
Gelfer, G.D. 2009. Dietary assessment of docosahexaenoic acid (DHA) intake in pregnant women of
Southwest Montana. Thesis. Montana State University. USA. 114p.
Setchell, K.D.R., N.M. Brown, L. Zimmer-Nechemias, W.T. Brashear, B.E. Wolfe, A. Sattar, and M.A. Akhtar.
1990. Irradiation and germination effects on phytate, protein and amino acids of soybean. Plant
Foods Hum. Nutr. 40:185-194.
Han, K.K., J.M. Soares Jr., M.A. Haidar, G.R. De Lima, and
E.C. Baracat., 2002. Benefits of soy isoflavone therapeutic regimen on menopausal symptoms.
Obstetrics & Gynecology 99(3): 389-394.
Zaheer, K. and M.H. Akhtar. 2015. An updated review of dietary isoflavones: nutrition, processing,
bioavailability and impacts on human health. Critical reviews in food science and nutrition, (just-
accepted), pp.00-00.
Jordan, R.G. 2010. Prenatal Omega-3 fatty acids: Review and Recommendations. Journal of Midwifery &
Women’s Health 55:520–528.
Taku, K., K. Umegaki, Y. Sato, Y. Taki, K. Endoh, and S. Watanabe. 2007. Soy isoflavones lower serum total
and LDL cholesterol in humans: a meta-analysis of 11 randomized controlled trials. The American
journal of clinical nutrition 85(4):1148-1156.