Anda di halaman 1dari 7

STUDI PERKEMBANGAN KOTA TERHADAP PENERAPAN TEKNOLOGI BERUPA

SMART CITY

CITY DEVELOPMENT STUDY ON THE APPLICATION OF TECHNOLOGY IN THE FORM

OF SMART CITY

Kiki Febrianti

Progam Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang

e-mail : kikifebrianti22224@gmail.com

Abtsract
There needs to be a comprehensive breakthrough in developing the smart city
concept. This is done to improve services that are accountable, transparent to the
community. With the better service to the community, the concept of a smart city will
really be realized. Through the autonomy authority, the regions are also demanded to
be able to innovate in improving public services in their regions. Smart City is one of
the city's new development and management strategies. This concept emerged and
developed along with the times and technology. Smart City is defined as a city that is
able to use modern human resources, social capital and telecommunications
infrastructure to realize sustainable economic growth and high quality of life, with
wise resource management through community participation based governance.

Keywords: Smart City, Innovation, Information Technology

Abstrak
Perlu adanya terobosan komprehensif dalam pengembangan konsep smart city. Hal
tersebut dilakukan untuk meningkatkan pelayanan yang akuntabel, transparan kepada
masyarakat. Dengan semakin baiknya pelayanan kepada masyarakat, maka konsep
dari kota cerdas akan benar-benar terwujud. Melalui kewenangan otonomi, daerah
juga dituntut untuk mampu berinovasi dalam meningkatkan pelayanan publik di
wilayahnya. Smart City merupakan salah satu strategi pembangunan dan manajemen
kota yang masih baru. Konsep ini muncul dan berkembang seiring dengan
perkembangan zaman dan teknologi. Smart City didefinisikan sebagai kota yang
mampu menggunakan SDM, modal sosial, dan infrastruktur telekomunikasi modern
untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang
tinggi, dengan manajemen sumber daya yang bijaksana melalui pemerintahan
berbasis partisipasi masyarakat.

Kata kunci: Smart City, Inovasi, Teknologi Informasi

TEMA 4 (KOTA ATAU DESA KEDEPAN – PERKEMBANGAN KOTA ATAU DESA)


PENDAHULUAN

Urbanisasi dan globalisasi telah menyebabkan kota-kota mengalami perubahan secara

fisik, budaya, sosial, dan ekonomi. Dengan semakin banyak penduduk yang tinggal kota dan

semakin meluasnya kawasan perkotaan secara fisik, dan semakin meningkatnya kegiatan

ekonomi, kota telah dan sedang mengalami berbagai masalah terkait kenyamanan tinggal atau

livability (banjir, kemacetan, kekurangan pasokan air bersih), lingkungan (pemanasan global,

polusi), sosial (eksklusi sosial, ketidakadilan sosial), dan ekonomi (kemiskinan, kelangkaan

sumber daya, ketidaktersediaan kesempatan kerja). Untuk memecahkan masalah-masalah ini

menyebabkan adanya kebutuhan untuk mencari solusi pengembangan kota yang berkelanjutan.

Dengan mengacu kepada konsep pembangunan berkelanjutan, konsep kota yang berkelanjutan

telah diusulkan untuk pengembangakan kota.

Namun belakangan ini pula, konsep smart city telah mucul bahkan telah menjadi ide

sentral yang kepadanya sekarang kota sedang berpaling dan mengaplikasikannya dalam

pengembangan kotanya. Mengikuti kota-kota di dunia beberapa kota di Indonesia seperti antara

lain Jakarta dan Bandung tahun-tahun belakangan ini telah mencanangkan penerapan konsep

Smart City. Apakah konsep ini berbeda atau sama dengan konsep kota berkelanjutan? Konsep

smart city telah dipahami sebagai sesuatu yang mampu meningkatkan kualitas hidup kepada

penduduk karena kota mampu memberikan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan masyarakat

untuk melakukan aktivitasnya dan mampu memecahkan masalah-masalah kota.

Meskipun penerapan smart city pada banyak kota di dunia telah sukses meningkatkan

kesejahteraan penduduknya karena peningkatan pelayanan kota kepada masyarakat, penerapan

konsep ini pada beberapa kota di dunia dianggap telah gagal membawa cara kehidupan yang

baru, lebih 'cerdas' dan lebih berkelanjutan. Alasannya antara lain, walaupun kota meningkatkan

efisiensi dalam banyak bidang, kota-kota telah dipandang gagal untuk melahirkan lingkungan

yang diinginkan masyarakat untuk tinggal dan untuk bekerja di dalamnya. Ada yang mengatakan

bahwa hal ini disebabkan karena terlalu menekankan pada solusi kerekayasaan dan teknologi,

TEMA 4 (KOTA ATAU DESA KEDEPAN – PERKEMBANGAN KOTA ATAU DESA)


dan tidak cukup perhatian kepada dinamika sosial. Ada juga karena pendekatan top-down. Smart

city telah digembar-gemborkan oleh peruhahan swasta yang berbisnis dalam bidang ICT

(Information and Communication Technology) yang tujuannya adalah profit. Atau juga karena

penerapannya dilakukan secara seragam untuk semua kota, padahal setiap kota mempunyai

karekteristik yang berbeda. Namun juga ada contoh-contoh kota yang dianggap berhasil seperti

kota di Stockholm, Swedia, karena pembangunan smart city nya menggunakan pendekatan

citizen-centric (Saint, 2014).

Telah ada inisiatif-inisiatif dari kota, perusahaan, peneliti, dan otoritas di dunia untuk

menciptakan kerangka smart city. Namun kerangka-kerangka itu lebih banyak penanganan

masalah kenyamanan tinggal, dan lingkungan, kurang memasukan inklusi sosial, padahal

masyarakat kota terdiri dari banyak golongan dan kelas masyarakat yang masing-masing mereka

perlu dipenuhi kebutuhannya secara adil.

Artikel ini difokuskan pada perkembangan indikator smart city di kota-kota tertentu,

dengan melihat aspek apa saja yang sudah dilakukan Pemkot dari masing-masing kota dalam

mengembangkan Smart City.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan ialah deskriptif dengan teknik pengumpulan data

memanfaatkan data-data sekunder melalui kajian pustaka. Sedangkan analisis data menggunakan

content analysis, yakni menelaah secara kritis terhadap data-data yang diperoleh dan

menyimpulkan serta memberi rekomendasi atau saran-saran yang diperlukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Smart City merupakan isu global yang sedang booming hingga saat ini. Kata Smart
City pertama kali dicetuskan oleh IBM pada tahun 1998 tetapi Smart City baru kembangkan

TEMA 4 (KOTA ATAU DESA KEDEPAN – PERKEMBANGAN KOTA ATAU DESA)


tahun 2000-an. Smart City terdiri dari enam dimensi yaitu Smart Economy, Smart Mobility,
Smart Environment, Smart People, Smart Living dan Smart Governance. Konsep dasar Smart
City adalah mewujudkan sebuah komunitas/lingkungan bagi masyarakat yang efisien,
berkelanjutan dan memberikan rasa aman. Konsep Smart City meliputi Pelayanan, Penyusunan
kebijakan publik dan Perencanaan. (Patel & Padhya, 2014).
Smart city harus mampu membuat masyarakatnya aktif dalam beraktivitas, melakukannya
dengan tenang, aman, nyaman, senang, dan bahagia tinggal didalamnya. Konsep smart city di
Singapura, being a smart city, smartly managed, is not only about information technology, or
being in the vanguard of all types of applications of technology. Being smart city-state is about a
total operation as a world city with all economic and social dimensions consistent, integrated,
and mutually supported. In the area of economic development, the untidy residual of
anachronistic agricultural activity on the island was transformed form a rather primitive,
traditionally operated, labour intensive, family based horticultural system into a modern, capital
intensive agibusiness venture based on FDI, almost entirely on the grounds of economic
rationality consistent with achievements in the leading sector of manufacturing and financial
and bussiness services (Neville, 1992).

Indonesia sudah menerapkan smart city seperti Bogor, Jakarta, Bandung, Surabaya, dan
Makassar. Seperti di Bogor membuat Bogor Green Room (BGR). Hal tersebut merupakan
kolaborasi antara pemerintah Kota Bogor, ITB, dan Telkom Group ini akan digunakan sebagai
pusat data dan informasi akurat sebagai bahan pengambilan keputusan dalam persoalan
kependudukan, lingkungan, dan keseharian warga dibutuhkan strategi dengan menggunakan
perangkat teknologi dalam rangka peningkatan pelayanan publik. Seperti memantau kondisi
transportasi, kondisi darurat, dan peringatan terjadinya bencana.

Pelaksanaan smart city di Jakarta melalui Smart City Lounge. Konsep tersebut merupakan
pusat kontrol untuk mengoprasikan smart city melalui TIK dan mampu menerima pengaduan
masyarakat mengenai masalah sosial, macet, banjir, sampah, kriminalitas, pelayanan publik dan
lain sebagainya.

Di Bandung terdapat Hay U untuk perizinan online, SIP untuk rapor Camat oleh warga,
citizen complaint online, Silakip untuk memonitoring kerja Pemkot dan penggunaan Twitter
sebagai media komunikasi warga.

TEMA 4 (KOTA ATAU DESA KEDEPAN – PERKEMBANGAN KOTA ATAU DESA)


Di Makasar telah mampu memantau kemacetan dan sistem pembayaran parkir online
yang sudah on the track. Selain itu, Makasar juga sudah memiliki Makasar Smart Card yang bisa
digunakan untuk kepentingan dalam urusan sistem pemerintahan dan pembayaran. Kemudian di
Surabaya adanya konsep traffic light yang diatur dengan Closed Circuit Televition (CCTV) dan
Integrated Traffic System Management, di mana ketika antrean panjang di depan lampu lalu
lintas, maka secara otomatis lampu berwarna merah akan berjalan lebih pendek.

SDG’s (Sustainable Development Goals) dalam penerapan Smart City merupakan


pembangunan berkelanjutan yang disepakati dunia dengan 17 program pembangunan
berkelanjutan. 17 tujuan tersebut dapat dikelompokkan dalam empat pilar, yakni pembangunan
manusia, pembangunan ekonomi, pembangunan lingkungan hidup, dan governance. Target ini
berjalan selama 15 tahun yang dimulai pada tahun 2015-2030. SDG’s sejalan dengan konsep
smart city dalam 17 tujuan SDG’s terdapat 2 tujuan yang merupakan program smart city, yaitu:
Tujuan ke 11, make cities and human settlements (membuat kota dan pemukiman penduduk yang
inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan). Melalui strategi perwujudan sistem perkotaan
nasional, pemenuhan standar perkotaan nasional, pembangunan kota hijau, pengembangan kota
cerdas, peningkatan kapasitas tata kelola pembangunan perkotaan. Sedangkan tujuan ke 16,
peaceful and inclusive societies (keadilan dan kedamaian). Melalui strategi mempromosikan
proses pembangunan inklusif, menghormati hak-hak semua, melestarikan budaya, menghormati
hak mereka untuk mewujudkan aspirasi pembangunan.

Sedangkan konsep smart city lebih luas dari digital city, karena smart city terdapat enam
dimensi menurut Cohen yang dikutip dari fastcompany.com yaitu:

a. Smart Government
Smart government mengacu pada prinsip Good Governance. Kunci utama pemerintahan
yang cerdas bertujuan untuk mengurangi kesenjangan di tingkat kota, kecamatan dan
kelurahan adalah tidak hanya memeratakan pembangunan fisik di setiap daerah, tetapi juga
peningkatan profesionalisme kinerja aparatur yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat
dengan didukung oleh kecanggihan teknologi.
b. Smart Economy

TEMA 4 (KOTA ATAU DESA KEDEPAN – PERKEMBANGAN KOTA ATAU DESA)


Seperti program pemberdayaan masyarakat melalui UMKM dan koperasi agar mendorong
inovasi dan mengantisipasi persaingan usaha. Serta dapat menumbuhkembangkan rasa untuk
berwirausaha.
c. Smart People
Ditanamkannya nilai-nilai edukasi di dalam masyarakat dapat mendorong kehidupan sosial di
perkotaan menjadi kondusif. Diantaranya elemen-elemen seperti kepercayaan, gotong
royong, toleransi, penghargaan, saling memberi dan saling menerima serta kolaborasi sosial.
Tata nilai ini perlu dipertahankan dalam kehidupan sosial masyarakat.
d. Smart mobility
Berkaitan dengan transportasi dan infrastruktur. Diharapkannya ada transportasi yang terpadu
sehingga lebih efisien. Dengan ketersediaan sarana/ prasarana transportasi dan infrastruktur
yang memadai, dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Pengelolaan infrastruktur kota yang dikembangkan di masa depan merupakan sebuah sistern
pengelolaan terpadu dan diorientasikan untuk kepentingan publik.
e. Smart Environment
Dilihat dari segi penggunaan bangunan agar tidak berdampak pada kerusakan lingkungan
serta cara mengelola sumber daya alamnya. Adanya kerusakan yang berdampak pada
menurunnya mutu lingkungan pada dasarnya adalah akibat kelalaian atau kesengajaan yang
dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah.
f. Smart Living
Kualitas hidup masyarakat dapat dilihat dari segi kesehatan dan kemanan pada
lingkungannya. Sehingga dapat mewujudkan lingkungan yang kondusif dan berkualitas bagi
masyarakatnya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari pembahasan yang telah dipaparkan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa sebuah konsep smart city ini bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat.
Dalam hal ini memanfaatkan teknologi informasi yang digunakan secara maksimal secara tepat
dan cepat.

TEMA 4 (KOTA ATAU DESA KEDEPAN – PERKEMBANGAN KOTA ATAU DESA)


DAFTAR PUSTAKA

Annisah. 2017. Usulan Perencanaan Smart City : Smart Governance Pemerintah Daerah
Kabupaten Mukomuko. Volume: 8 No. 1 (Januari - September 2017) Hal.: 59-80
Hasibuan A, Sulaiman O K. 2019. Smart City, Konsep Kota Cerdas Sebagai Alternatif
Penyelesaian Masalah Perkotaan Kabupaten/Kota, Di Kota-Kota Besar Provinsi
Sumatera Utara. Buletin Utama Teknik Vol. 14, No. 2
Nugraha, M. Quadrat, 2014, Manajemen Strategis Pemerintahan. Cetakan ketiga, Jakarta:
Universitas Terbuka
Insani P A. 2017. Mewujudkan Kota Responsif Melalui Smart City. Volume 2, Nomor 1
Manguluang A P. 2016. Persiapan Kota Makassar Sebagai Smart City. (Online)
(http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/20493/SKRIPSI%20ADE
%20PUTRI%20MANGULUANG.pdf?sequence=1)

TEMA 4 (KOTA ATAU DESA KEDEPAN – PERKEMBANGAN KOTA ATAU DESA)

Anda mungkin juga menyukai