Anda di halaman 1dari 3

A.

Landasan Teologis
Teologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan
keyakinan beragama. Salah satu penerapan dari ilmu teologi ini adalah pendidikan karakter
dan moral. Menurut Frye, pendidikan karakter harus menjadi gerakan nasional yang
menjadikan sekolah sebagai agen untuk membangun karakter siswa melalui pembelajaran
dan pemodelan. Pendidikan karakter penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan
karakter akan menjadi dasar dalam pembentukan karakter bangsa yang tidak mengabaikan
nilai-nilai sosial seperti toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu dan
menghormati, dan sebagainya.
Namun, pelaksanaan pendidikan karakter di Indonesia saat ini belum maksimal. Hal
tersebut dapat kita lihat bagaimana perilaku siswa, masih banyak siswa yang berani
melawan guru bahkan orang tuanya sendiri. Banyak kasus yang menunjukkan ke kurang
ajaran siswa terhadap gurunya. Salah satu contohnya, yaitu kasus yang terjadi pada tahun
2019 di mana siswa SMP menantang guru honorer karena ditegur merokok. Ada banyak
kasus lain yang menunjukkan siswa berani menantang dan melawan gurunya seakan
perilaku tersebut adalah hal lumrah. Jadi, dapat dikatakan landasan teologi masih belum
dapat mempengaruhi kegiatan pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya upaya
dari berbagai pihak, yaitu orang tua, guru, dan pemerintah. Ketiganya harus berkomitmen
dalam mempercantik karakter generasi penerus bangsa.
B. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Iptek merupakan salah satu hasil dari pemikiran dan usaha manusia supaya dapat
mencapai kehidupan yang lebih baik. Pendidikan serta iptek saling berkaitan. Seperti yang
sudah diketahui, iptek menjadi bagian utama dalam isi pengajaran karena tuntutan zaman,
di mana iptek sekarang ini sudah berkembang dengan sangat pesatnya. Dengan kata lain,
pendidikan berperan sangat penting dalam pengembangan iptek. Dari sisi lain, setiap
perkembangan iptek harus segera diakomodasi oleh pendidikan, yakni dengan segera
memasukkan hasil pengembangan iptek itu ke dalam isi bahan ajaran atau kurikulum.
Relevansi bahan ajaran dan cara penyajiannya dengan hakekat ilmu, sumber bahan
ajaran itu merupakan satu tuntutan yang tak dapat ditawar lagi. Peserta didik seharusnya
sedini mungkin mengalami sosialisasi ilmiah meskipun dalam bentuk yang sederhana.
Dengan demikian, baik kemampuan maupun sikap ilmiah sedini mungkin dikembangkan
dalam diri peserta didik. Pembentukan keterampilan dan sikap ilmiah sedini mungkin
tersebut secara serentak akan meletakkan dasar terbentuknya masyarakat yang sadar akan
iptek dan calon pakar-pakar iptek kelak kemudian hari.
Namun, sosialisasi ilmiah tersebut di Indonesia belum terlaksana secara maksimal
sehingga masih banyak peserta didik di daerah pedalaman khususnya yang masih buta akan
iptek. Landasan iptek belum sepenuhnya berpengaruh dalam kehidupan pendidikan di
Indonesia. Di samping itu, gerak dari pemerintah sangat lamban dalam upaya meratakan
fasilitas penunjang pendidikan. Hal tersebut tampak sangat nyata apabila melihat perbedaan
fasilitas pendidikan antara Ibu kota dengan daerah hinterland-nya, misalnya Bekasi. Fasilitas
di ibukota dapat dikatakan sudah mencapai nilai 85, sedangkan di Bekasi masih berada di
angka 70. Kualitas bangunan, alat bantu pengajaran, dan pendidik di Bekasi sangat jauh
dengan yang ada di Ibu kota. Fasilitas penunjang pendidikan sangat berpengaruh terhadap
pelaksanaan sosialisasi ilmiah karena itu pemerintah perlu melakukan pemerataan fasilitas
tersebut ke segala daerah tanpa terkecuali.
C. Landasan Keadilan dan Kesetaraan
1. Pendidikan Inklusif
Pendidikan inklusif adalah pendidikan reguler yang disesuaikan dengan kebutuhan
peserta didik yang memiliki kelainan atau potensi kecerdasan dan bakat istimewa pada
sekolah regular dalam satu kesatuan yang sistemik. Pendidikan inklusif bukan sekadar
metode atau pendekatan pendidikan melainkan suatu bentuk implementasi filosofi yang
mengakui kebhinekaan antar manusia yang mengemban misi tunggal untuk membangun
kehidupan bersama yang lebih baik dalam rangka meningkatkan kualitas pengabdian
kepada Tuhan Yang Mahaesa.
Pengaruh landasan keadilan dan kesetaraan terhadap pelaksanaan pendidikan
inklusif di Indonesia sebenarnya sudah berjalan cukup baik. Sementara itu, dukungan
dari berbagai pihak terhadap pelaksanaan pendidikan inklusif ini perlu berjalan dengan
berkelanjutan agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar tanpa hambatan yang
berarti. Banyak pihak konglomerat yang berkontribusi dalam pelaksanaan pendidikan
inklusif ini, seperti memberi beasiswa dan donasi. Akan tetapi, menurut Tempo.co
(12/11/2020) partisipasi penyandang disabilitas sebagai angkatan kerja dalam sektor
formal hanya 46 persen. Hal tersebut disebabkan oleh ketersediaan lapangan kerja bagi
penyandang disabilitas yang sempit. Mahatmi mengatakan, terdapat masalah utama
yang memicu hal tersebut, yaitu tidak tersedianya aksesbilitas di lingkungan kerja,
kesenjangan sosial, dan pelatihan pendidikan yang tidak inklusif. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa pendidikan inklusif memang sudah berjalan cukup baik, tetapi dalam
aplikasinya di dunia pekerjaan masih perlu pembenahan oleh berbagai pihak terutama
pemerintah.
2. Pendidikan Alternatif
Pendidikan alternatif bukan diartikan sebagai pengganti sekolah formal, melainkan
mencari materi dan metode dedatik baru sampai kurikulum baru. Bentuk pendidikan
alternatif tertua yang dikelola masyarakat di Indonesia adalah pesantren. Selain itu,
Taman Siswa yang didirikan oleh Bapak Pendidikan Nasional, yaitu Ki Hajar Dewantara
juga termasuk ke dalam pendidikan alternatif. Pendidikan alternatif berfungsi
mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan dengan penguasaan
pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian
fungsional.
Korelasi pendidikan alternatif dengan landasan keadilan dan kesetaraan sudah
menunjukkan citra yang baik. Salah satu contoh pelaksanaan pendidikan alternatif, yaitu
pesantren. Sistem pembelajaran di pesantren berjalan dengan sangat baik. Dapat dilihat
pada realita kehidupan Indonesia sekarang bahwa karakter dan moral lulusan pesantren
amatlah bagus dibanding dengan lulusan sekolah formal biasa, seperti SMA. Tidak
banyak ditemukan tindakan diskriminatif dalam pelaksanaan pendidikannya di negara
kita ini.
Pelaksanaan pendidikan alternatif ini sebagai penyelamat dikala ruwetnya
permasalahan sistem pendidikan berbasis sekolah. Sistem pendidikan yang tidak dialogis
telah menyebabkan bakat dan kreatifitas peserta didik tidak bisa berkembang dengan
baik. Sekolah bukan lagi tempat untuk belajar melainkan tempat siswa diarahkan dan
didesai menurut pola baku dengan padatnya materi pelajaran yang membebani anak.
Oleh karena itu, pemerintah perlu memberikan perhatian yang lebih kepada
pelaksanaan pendidikan alternatif ini agar dapat terciptanya pendidikan yang maju dan
baik bagi bangsa Indonesia
3. Education For All
Hakekat dari Education for All pada intinya adalah mengupayakan agar setiap warga
negara dapat memenuhi haknya, yaitu layanan pendidikan. Pendidikan untuk semua
telah menjadi komitmen global untuk menyediakan pendidikan dasar yang berkualitas
baik bagi semua anak muda, anak-anak, maupun orang dewasa. Semua bangsa di dunia
berupaya untuk menjamin pendidikan untuk setiap warganya termasuk Indonesia.
Meskipun terus mengupayakan untuk menjamin pendidikan untuk semua, tetapi masih
saja ditemukan kendala.
Pelaksanaan EFA di Indonesia belum mencapai tingkat yang terbaik. Masih banyak
anak di Indonesia yang belum mampu mengakses pendidikan. Mereka terisolasi secara
geografi ataupun biaya. Indonesia belum mampu melakukan pemerataan pendidikan ke
berbagai bagian dari wilayahnya. Di samping itu, kebijakan pendidikan yang selalu
berubah setiap kali transisi kekuasaan juga menyebabkan pendidikan di Indonesia
sendiri tidak mengalami perkembangan yang berarti.
Untuk mencapai tujuan Education for All, pemerintah Indonesia dibantu oleh UNICEF
dan UNESCO melakukan kegiatan-kegiatan, seperti sistem informasi pendidikan berbasis
masyarakat, program wajib belajar 9 tahun, dan program menciptakan masyarakat
peduli pendidikan anak. Sementara kondisi yang terjadi di lapangan tak sepenuhnya
sesuai dengan yang diharapkan di mana masyarakat justru dirugikan dengan adanya
EFA, seperti biaya pendidikan yang semakin mahal dari tahun ke tahun. Hal tersebut
menunjukkan bahwa EFA di Indonesia saat ini belum berjalan dengan baik.
4. Pendidikan Seumur Hidup
Ekonomi Indonesia masih di bawah negara-negara tetangga, seperti Malaysia.
Indonesia belum mampu mengatasi masalah-masalah ekonomi dalam ataupun luar
negerinya. Permasalahan ekonomi yang juga belum terselesaikan tentunya akan
berdampak kepada aspek lain, seperti pendidikan. Contohnya, masih banyak anak putus
sekolah karena desakan ekonomi sehingga mengharuskan mereka untuk pergi mencari
nafkah untuk membantu orang tuanya. Oleh karena itu, mereka belum mampu
memenuhi kewajibannya untuk melaksanakan pendidikan dasar. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan seumur hidup di Indonesia saat ini
tidak berjalan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai